• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MEDAN (BERDASARKAN DATA BKKBN ) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMETAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MEDAN (BERDASARKAN DATA BKKBN ) SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

MUHAMMAD SYAFII NIM. 151000237

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

PEMETAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MEDAN

(BERDASARKAN DATA BKKBN 2017 - 2018)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD SYAFII NIM. 151000237

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

i

Judul Skripsi : Pemetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan (Berdasarkan Data BKKBN 2017 – 2018) Nama Mahasiswa : Muhammad Syafii

Nomor Induk Mahasiswa : 151000237

Departemen : Kependudukan dan Biostatistik

Menyetujui Pembimbing :

Tanggal Lulus : 15 Agustus 2019

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 15 Agustus 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.

Anggota : 1. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes.

2. Lanova Dwi Arde M, S.K.M., M.K.M.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Pemetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan (Berdasarkan Data BKKBN 2017 - 2018)” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Muhammad Syafii

(6)

iv Abstrak

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Pemetaan tentang penggunaan alat kontrasepsi sudah ada di petakan oleh Instansi yang bertanggungjawab pada bidang KB dan pemetaan penggunaan alat kontrasepsi ini belum ada juga di posting, sedangkan pemetaan wilayah kerja puskesmas Kota Medan belum ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan menurut data BKKBN 2017 dan 2018. Penilitian merupkan applied research yang bersifat deskriptif kuantitatif untuk mendiskripsikan suatu penggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Kota Medan dengan menggunakan Analisis Data Spasial. Hasil penelitian ini akan menampilkan jumlah penggunaan alat kontrasepsi juga memaparkan luas wilayah kerja puskesmas diketahui bahwa Kota Medan memiliki 39 Puskesmas yang tersebar di 21 Kecamatan Kota Medan. Setiap Metode alat kontrasepsi di setiap Kecamatan mengalami peningkatan dan juga penurunan, kecuali alat kontrasepsi Metode Implan yang tidak mengalami perubahan dari Tahun 2017 sampai 2018.

Metode alat kontrasepsi yang tertinggi di Kota Medan yaitu Metode Suntik dan Pil, dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kota Medan sangat kurang seperti MOP, MOW, IUD, Implant. Alat Kontrasepsi merupakan alat yang mengatur interval kelahiran, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan lagi penggunaan alat kontrasepsi dengan melihat hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan yang dapat mengendalikan kuantitas penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk Indonesia.

Kata kunci : Alat kontrasepsi, pemetaan, puskesmas

(7)

v Abstract

Family Planning (KB) is an action that helps couples to avoid unwanted pregnancies, get births that are very desirable, regulate the interval between pregnancies, control the time at birth in relation to the age of the husband and wife and determine the number of children in the family. Mapping the use of contraception is already mapped by the agency responsible for the family planning field and mapping of contraceptive use has not yet been posted, while the mapping of Medan City Community Health Centre work area does not yet exist. The purpose of this study was to find out the mapping of contraceptive devices in the Medan City Health Centre work area according to the 2017 and 2018 data from the National Health Centre. The results of this study will show the amount of contraceptive use also expose the extent of the work area of the health centre is known that the city of Medan has 39 health centre spread across 21 sub- districts of Medan. Each method of contraception in each Subdistrict has also increased and decreased, except for the contraceptive method of the Implant that has not changed from 2017 to 2018. The highest method of contraception in Medan is the Injection and Pill Method, and the Long Term Contraception Method in Medan very less like MOP, MOW, IUD, Implant. Contraception is a tool that regulates the birth interval, it is hoped that the government can increase the use of contraception by looking at the results of the study as a material consideration for formulating policies that can control the quantity of the population and improve the quality of the population of Medan City.

Keywords: Contraception, mapping, health centre

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan (Berdasarkan Data BKKBN 2017 – 2018)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga penulis khususnya kepada kedua orang tua penulis yang paling penulis sayangi, Muhammad Soleh dan Hanifah yang dengan penuh kesabaran dalam membesarkan, membimbing, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan pendidikkan dan penulisan skripsi ini.

Penulis juga tidak dapat terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik sekaligus Dosen Pembimbing yang telah membagikan ilmu, waktu, arahan, memberi semangat dan dukungannya bagi penulis, serta

(9)

vii

kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran, kritik, dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

5. Lanova Dwi Arde M, S.K.M., M.K.M., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran, kritik, dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsulina, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, yang selalu memberikan arahan, dukungan, dan semangat bagi penulis selama penulis mengemban pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Staf dan pegawai Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dalam perizinan, pelaksanaan penelitian, serta memberikan data-data untuk penyempurnaan skripsi penulis.

8. Staf dan pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang telah memberikan dukungan dalam perizinan, pelaksanaan penelitian, serta memberikan data-data untuk penyempurnaan skripsi penulis.

9. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai ilmu, dukungan serta bantuan selama masa pendidikan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Andika Mahaprada Tarigan, S.K.M., M.Kes., sebagai staf akademik Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat

(10)

viii

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan informasi kepada penulis, dukungannya, dan terima kasih sudah selalu mengingatkan penulis akan deadline suatu informasi.

11. Saudara dan saudari (Ayu, Novi, Dewi, Inor, Ani, Ana, Iqbal, Ilham, Amin, dan Napi) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Terkhusus teman-teman terdekat (Baginda, Icha, Bayu, Lala, Novi, dan Baim) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

13. Teman-teman seperjuangan di Peminatan Biostatistik dan Kependudukan (Dian, Fadhilah, Murri, Jose, Meidy, Betti, Diana, Isni, Noor‟l, Nina, Sesil, Defrina, Ajeng, Harnisah, dan Isna) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.

14. Terkhusus teman satu kost Muhammad Syaqrowi Rangkuti yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

15. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Sumatera Utara.

16. Terima kasih juga untuk keluarga besar Lembaga Kesenian USU, yang merupakan tempat kedua penulis setelah rumah, beserta orang-orang hebat yang ada di Lembaga Kesenian USU.

17. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Adapun skripsi ini membahas mengenai bagaimana pemetaan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas kiranya skripsi ini dapat menjadi referensi bagi pembaca khususnya mahasiswa Biostatistik dan Kependuduk dalam

(11)

ix

pemetaan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna serta masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, Agustus 2019

Muhammad Syafii

(12)

x Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi x

Daftar Tabel xiii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xvi

Daftar Istilah xvii

Riwayat Hidup xviii Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Keluarga Berencana 8

Definisi keluarga berencana (KB) 8

Tujuan keluarga berencana 8 Ruang lingkup program KB 10

Sasaran program keluarga berencana 11

Kontrasepsi 11

Pengertian kontrasepsi 11 Efektivitas kontrasepsi 12 Memilih metode kontrasepsi 12

Jenis metode kontrasepsi 13

Puskesmas 22

Definisi puskesmas 22

Tujuan puskesmas 23

Fungsi puskesmas 23

Peran puskesmas 24

Pemanfaatan puskesmas 24

Asas penyelenggaraan puskesmas 25 Karakteristik wilayah kerja puskesmas 25

Nama-nama daerah puskesmas Kota Medan 27

(13)

xi

Sistem Informasi Geografis 28

Sejarah sistem informasi geografis 28

Defenisi sistem informasi geograsfis 29

Kelebihan sistem informasi geografis 30

Tahapan pemetaan dalam SIG 30

Landasan Teori 31

Kerangka Konsep 33

Metode Penelitian 34

Jenis Penelitian 34

Lokasi dan Waktu Penelitian 34

Populasi dan Sampel 34

Variabel dan Definisi Operasional 34

Metode Pengumpulan Data 36

Metode Pengukuran 36

Metode Analisis Data 36

Hasil Penelitian 40

Gambaran Umum Kota Medan 40

Letak geografis 40

Keadaan demografi 40

Penggunaan alat kontrasepsi 41

Pemetaan Titik Posisi dan Luas Wilayah Kerja Puskesmas di

Kota Medan 43

Pemetaan Persentase Peserta KB Aktif di Setiap Kecamatan

Kota Medan 44

Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode IUD di setiap Kecamatan Kota Medan 46 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode MOW di setiap Kecamatan Kota Medan 47 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode MOP di setiap Kecamatan Kota Medan 48 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode kondom di setiap Kecamatan Kota Medan 49 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode implan di setiap Kecamatan Kota Medan 50 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode suntik di setiap Kecamatan Kota Medan 51 Peta pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode pil di setiap Kecamatan Kota Medan 52

Pembahasan 53

Pemetaan Titik Posisi dan Luas Wilayah Kerja Puskesmas di

Kota Medan 53

Pemetaan Pengguna Alat Kontrasepsi Aktif Tahun 2017 –

2018 di Kota Medan 54

(14)

xii

Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode IUD Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan 54 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode MOW Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan 55 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode MOP Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan 55 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode kondom Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan 55 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode implan Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan 56 Pemetaan pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode suntik Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan 56 Peta pencapaian penggunaan alat kontrasepsi dengan

metode pil Tahun 2017 -2018 di Kota Medan 56

Keterbatasan Penelitian 56

Kesimpulan dan Saran 58

Kesimpulan 58

Saran 58

Daftar Pustaka 60

Lampiran 63

(15)

xiii Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Nama-Nama Puskesmas Kota Medan 27

2 Metode Pengukuran Classify Warna 36

(16)

xiv

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Alur penelitian 33

2 Diagram presentase penggunaan KB menurut metode kontrasepsi di Kota Medan Tahun 2018

41

3 Diagram presentase penggunaan KB menurut metode kontrasepsi di Kota Medan Tahun 2018

42

4 Peta titik lokasi dan luas wilayah kerja puskesmas di Kota Medan

43

5 Peta persentase peserta KB aktif Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

44

6 Peta persentase peserta KB aktif Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

45

7 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi IUD Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

46

8 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi IUD Kota Medan

menurut Kecamatan Tahun 2018 46

9 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi MOW Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

47

10 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi MOW Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

47

11 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi MOP Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

48

12 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi MOP Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

48

13 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi kondom Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

49

14 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi kondom Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

49

(17)

xv

15 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi implan Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

50

16 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi implan Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

50

17 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi suntik Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

51

18 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi suntik Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

51

19 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi pil Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2017

52

20 Peta capaian penggunaan alat kontrasepsi pil Kota Medan menurut Kecamatan Tahun 2018

52

(18)

xvi

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Permohonan Izin Penelitian 63

2 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

64

3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Badan Perancangan Pembangunan Daerah

65

4 Data Penggunaan Alat Kontrasepsi Kota Medan Tahun 2017

66

5 Data Penggunaan Alat Kontrasepsi Kota Medan Tahun 2018

68

6 Data Titik Lokasi Setiap Puskesmas Kota Medan 70

(19)

xvii Daftar Istilah

ASI Air Susu Ibu

BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional IPPF International Planned Parenthood Federation

IUD Intrauterine Device KB Keluarga Berencana

LKBN Lembaga Keluarga Berencana Nasional MKJP Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MOP Metode Operasi Pria

MOW Metode Operasi Wanita

PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PPKB Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana QGIS Quantum Geographical Information System SDM Sumber Daya Manusia

SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SIG Sistem Informasi Geografis

TFR Total Fertility Rate

WHO World Health Organization

(20)

xviii Riwayat Hidup

Penulis bernama Muhammad Syafii berumur 22 tahun, dilahirkan di Tanjung Tiram pada tanggal 02 Februari 1997. Penulis beragama Islam, anak kedua dari sebelas bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Soleh dan Ibu Hanifah.

Pendidikan formal dimulai di TK Tahun 2002. Pendidikan dasar di SD Negeri 010168 Suka Maju pada Tahun 2004-2009. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Tiram Tahun 2009-2012, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tanjung Tiram Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2019

Muhammad Syafii

(21)

1

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Suratun dkk (2008), Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program KB adalah upaya dalam mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan cara – cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Menurut Angeline (2017) sosial budaya sangatlah memengaruhi penggunaan alat kontrasepsi, karena sosial budaya masih terdapat nilai-nilai yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Terdapat beberapa suku di Kota Medan

(22)

diantaranya yaitu suku Jawa, Melayu, Minangkabau, Batak, dan Tionghua.

Mayoritas penduduk Kota Medan bersuku Melayu dan Batak. Seperti pandangan adat Melayu ber-KB tidaklah baik, mereka berpikir bahwa ber-KB tidaklah sesuai dengan ajaran Islam karena ber-KB menghambat kelahiran yang dimana setiap umat berhak untuk hidup dan berkembang. Adat Melayu juga meyakini peribahasa banyak anak banyak rezeki, jadi adat Melayu tidak terlalu mendukung adanya program KB.

Begitu juga dengan adat Batak yang sangat kental dengan adat serta nilai budaya yang ada. Pandangan suku Batak anak laki-laki merupakan penerus keluarga, jadi suku Batak sangatlah menginginkan kehadiran anak laki-laki dibandingkan kehadiran anak perempuan dengan anggapan seperti inilah memungkin suatu keluarga mempunyai anak yang banyak. Dalam suku Batak juga dianggap bahwa wanita tidak berhak menentukan jumlah anak yang mau dilahirkan, karena laki-laki di suku Batak mempunyai hak yang tinggi terhadap suatu pendapat. Pada suku Batak sangatlah sulit bagi wanita untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan begitu akan mempengaruhi kelahiran yang banyak.

Menurut Ariani (2012) dalam penelitiannya faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi antara lain: (1) umur responden, dari hasil penelitiannya responden yang berumur < 20 tahun dan 20-30 tahun lebih memilih kontrasepsi non MKJP sedangkan responden yang berumur > 30 tahun lebih memilih MKJP, (2) tingkat pendidikan, dari hasil penelitiannya semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka responden lebih memilih MKJP, (3) pengetahuan, dari hasil penelitiannya semakin baik pengetahuan responden maka responden lebih memilih MKJP, (4) dukungan suami, dari hasil penelitiannya

(23)

ternyata mempengaruhi istri dalam pemilihan alat kontrasepsi, (5) budaya dan keyakinan, dari hasil penelitiannya kebudaya dan keyakinan tidak mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.

Jumlah peserta KB aktif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 64.133.347 juta jiwa, dan di Sumatera Utara pemakaian alat kontrasepsi pada tahun 2016 berjumlah 807.883 peserta dengan PUS (Pasangan Usia Subur) sebesar 1.658.163, dengan rincian MOP 6.987 (0,86%), MOW 50.820 (6,29%), Implant 91.167 (11,28%), IUD 39.177 (4,85%), Suntikan 416.759 (51,59%), Kondom 19.218 (2,38%) dan Pil KB 183.755 (22,75%) (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [BKKBN], 2014).

Dari hasil persentase KB aktif menurut metode kontrasepsi dan provinsi di Indonesia tahun 2017 ialah jumlah PUS 37.338.265 dengan jumlah peserta KB aktif 23.606.218. Berdasarkan pemakaian alat konrasepsi MKJP yaitu penggunaan KB MOP sebesar 124.262 (0,53%), MOW sebesar 655.762 (2,78%), Implan sebesar 1.650.227 (6,99%), IUD sebesar 1.688.685 (7,15%). Untuk Non-MKJP yaitu Suntik sebesar 14.817.663 (62,77%), Kondom sebesar 288,388 (1,22%), dan Pil sebesar 4.069.844 (17,24%). Persentase peserta PUS yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah sebesar 17,45% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Pada awal tahun 2017 pelaksanaan KB menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kelahiran (TFR) di Indonesia relatif tinggi sebesar 5,61 kelahiran per wanita. Selanjutnya TFR di Indonesia mengalami stagnansi selama 10 tahun yaitu 2,6 kelahiran per wanita pada usia 14 – 49 tahun (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia [SDKI], 2017).

(24)

Berdasarkan data BKKBN Provinsi Sumatera Utara peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi tahun 2017 adalah berjumlah 1.641.967, Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi yang menggunakan MKJP yaitu penggunaan KB MOP sebesar 15.636 (0,95%), MOW sebesar 114.060 (6,91%), IUD sebesar 173.027 (10,48%), dan Implan sebesar 252,207 (15,27%). Pemakaian alat kontrasepsi Non-MKJP yaitu Pil sebesar 467.690 (28,34%), Suntik sebesar 500.135 (30,31%), dan Kondom sebesar 127.659 (7,74%) (BKKBN, 2017).

Pencapaian peserta KB aktif di Kota Medan dari jumlah PUS sebesar 359.929 mencapai 273.571 (76%). Dengan penggunaan KB MOP 2.992 sebesar (1%), MOW sebesar 14.447 (5%), IUD sebesar 32.367 (12%), Implant sebesar 29.095 (11%), Pil sebesar 81.897 (30%), Suntik sebesar 93.548 (34%), dan Kondom sebesar 19.225 (7%) (Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana [PPKB], 2017).

Sebelumnya pemetaan sangat banyak dilakukan oleh setiap orang, pada penelitian Feldy yang berjudul pemetaan kasus Deman Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara, Feldy memanfaatkan kegunaan QGIS untuk mempermudah melihat kasus Deman Berdarah Dengue dengan melihat kepadatan penduduk disuatu daerah dengan cara pemetaan. Sedangkan berdasarkan penelitian Farizki dan Anurogo yang berjudul pemetaan kualiatas permukiman dengan menggunakan pengindreraan jauh dan SIG di Kecamatan Batam Kota, mereka melakukan pemetaan untuk melihat kualitas permukiman dengan cara mengkaji citra penginderaan jauh mereka dapat melihat kepadatan penduduk, lokasi pemukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk, kondisi jalan masuk, dan pepohonan.

(25)

Quantum GIS atau lebih dikenal dengan singkatan QGIS merupakan salah satu perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis) berbasis open source dengan lisensi di bawah GNU General Public License yang dapat dijalankan dalam berbagai sistem operasi. QGIS bertujuan untuk menjadi GIS yang mudah digunakan dengan menyediahkan fungsi atau fitur umum.

Dalam penelitian, QGIS digunakan sebagai alternatif dari sekian banyak perangkat lunak pengolahan data spasial yang memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu : (1) Gratis, dalam arti tidak membutuhkan biaya untuk proses instalasi dan penggunaan program; (2) Bebas, dapat menambah dan memodifikasi fungsi dalam QGIS; (3) Ketersediaan dokumen panduan dan pertolongan, pendukung panduan dan bantuan terhadap permasalahan tersedia online dan dapat diunduh dalam bentuk dokumen; (4) Multi sistem operasi, dapat diinstal di MacOS, Windows, Linux dan Android (versi beta).

Pemetaan tentang penggunaan alat kontrasepsi sudah ada di petakan oleh Instansi yang bertanggungjawab pada bidang KB dan pemetaan penggunaan alat kontrasepsi ini belum ada juga di publish, sedangkan pemetaan di wilayah kerja puskesmas Kota Medan belum ada. Pada penelitian Yulmaini yang berjudul pengembangan sistem informasi geografis penyebaran klinik dan pengguna alat kontrasepsi di Bandar Lampung, pada penelitiannya Yulmaini menciptakan website yang bisa melihat penyebaran klinik dan jumlah penguna alat kontrasepsi melainkan bukan peta penguna alat kontrasepsi.

Pemetaan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Kota Medan juga mempermudah pelayanan kesehatan untuk melihat banyaknya jumlah penggunaan metode kontrasepsi apa saja yang digunakan di setiap wilayah kerja

(26)

puskesmas, serta berapa banyak alat kontrasepsi yang akan di distribusikan kepada puskesmas. Dengan begitu adanya pemetaan ini, pelayanan kesehatan dapat meningkatkan lagi penggunaan alat kontrasepsi di setiap daerahnya agar berkurangnya angka kelahiran, kematian ibu dan bayi.

Sebelum adanya pemetaan, kita melihat penggunaan alat kontrasepsi berupa data yang disajikan secara tabel atau grafik yang menunjukkan seberapa besar penggunaan alat kontrasepsi dan juga metode apa saja yang digunakan.

Untuk dapat mengetahui setiap penggunaannya, kita tidak hanya membaca apa yang telah ditampilkan tetapi kita harus memahaminya apa yang disajikan.

Pemetaan ini menampilkan jumlah penggunaan alat kontrasepsi juga memaparkan luas wilayah kerja puskesmas, mempermudah kita dalam melihat jumlah penggunaan alat kontrasepsi yang ada di setiap daerahnya. Berdasarkan data penggunaan alat kontrasepsi yang sudah ada, juga lebih mudah dipahami pada setiap orang, dan belum ada di publish tentang pemetaan alat kontrasepsi maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pemetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan (Berdasarkan Data BKKBN 2017 - 2018).

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana Pemetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan (Berdasarkan Data BKKBN 2017 - 2018)

(27)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk memetaan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan (Berdasarkan Data BKKBN 2017 - 2018)

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengaplikasikan pemetaan titik posisi dan wilayah kerja puskesmas di

Kota Medan.

2. Untuk mengaplikasikan pemetaan pengguna alat kontrasepsi aktif Tahun 2017 - 2018 yang ada di Kota Medan.

3. Untuk mengaplikasikan pemetaan setiap pengguna alat kontrasepsi berdasarkan jenis metode penggunaan Tahun 2017 - 2018 di Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi peneliti sendiri sebagai penambah ilmu khususnya tentang Sistem Informasi Geografis yang telah didapat selama perkuliahan dan menambah pengalaman serta pengetahuan dalam QGIS.

2. Bagi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana : Sebagai bahan pedoman dengan adanya peta wilayah kerja puskesmas dalam penggunaan alat kontrasepsi tahun 2017 dan 2018 di Kota Medan.

3. Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi peneliti lain sebagai bahan refrensi penelitinya.

(28)

8

Definisi Keluarga Berencana (KB). Menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluara (Suratun dkk, 2008).

Keluarga Berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Undang-Undang Nomor 36, 2009).

Sedangkan menurut Yuhedi dan Kurniawan (2013) Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Tujuan keluarga berencana. Gerakan Keluarga Berencana (KB) memiliki beberapa tujuan adalah sebagai berikut :

(29)

1. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan dan potensi yang ada.

2. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu.

3. Mengembangkan usaha – usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak – anak dibawah usia lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan pengalaman norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.

5. Meningkatkan peranan dan bertanggung jawab wanita, pria dan generasi muda dalam pelaksanaan upaya – upaya penanggulangan masalah kependudukan.

6. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampumeningkatkan kemandiriannya di wilayah masing – masing.

7. Mengembangkan usaha – usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai – nilai.

8. Memeratakan penggarapan gerakan KB keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan derah pantai.

9. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan pengelola gerakan KB yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan

(30)

masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan (Meliani dkk, 2010).

Tujuan dari Keluarga Berencana (KB) juga di kemukakan oleh Anggraini (2012) :

1. Tujuan umum Keluarga Berencana (KB) adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperolehsuatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

3. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa.

Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa, memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya – upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penangulangan masalah kesehatan reproduksi.

Ruang lingkup program KB. Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :

1. Keluarga berencana

2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas 5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

(31)

Sasaran program keluarga berencana. Sasaran Program Keluarga Berencana terdiri dari dua yaitu, sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.

Sasaran langsung. Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan pasangan

yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegitan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitasi.

Sasaran tidak langsung. Sasaran tidak langsung ini adalah :

1. Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang berisko untuk melakukan hungan seksual akibat telah berfungsinya alat – alat reproduksinya. Sehingga program KB lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian abosrsi.

2. Organisasi – organisasi, lembaga kemasyarakatan serata instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat meberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun dkk, 2008).

Kontrasepsi

Pengertian kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma (Suratun dkk, 2008).

(32)

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati dkk, 2010).

Menurut Mochtar (1998), kontrasepsi atau anti konsepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan alat atau obat-obatan.

Efektivitas kontrasepsi. Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yaitu :

1. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidakdiinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.

2. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor - faktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

Memilih metode kontrasepsi. Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat – syarat sebagai berikut:

1. Aman atau tidak berbahaya 2. Dapat diandalkan

3. Sederhana 4. Murah

5. Dapat diterima oleh orang banyak

6. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

(33)

Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:

1. Faktor pasangan a. Umur b. Gaya hidup

c. Frekuensi senggama

d. Jumlah keluarga yang diinginkan

e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu f. Sikap kewanitaan

g. Sikap kepribadian.

2. Faktor kesehatan a. Status kesehatan b. Riwayat haid c. Riwayat keluarga d. Pemeriksaan fisik e. Pemeriksaan panggul.

Jenis metode kontrasepsi. Berdasarkan lama efektivitasnya metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : susuk/implan, IUD, MOW, MOP.

2. Non Metode kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : pil, suntuk, kondom.

Susuk/Implan. Implan mempunyai cara kerja yang sangat lama hampir 1 sampai 5 tahun dan sangat tinggi nya efektivitas kontrasepsi memerlukan tindakan

(34)

dari pihak pengguna. Memerlukan operasi kecil untuk pemasangan atau pengeluaran kontrasepsi implan dan biasanya pemasangan implan dimasukkan tepat pada lengan atas dibawah kulit (Glasier dan Gebbie, 2002).

Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

1. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

1. Lendir serviks menjadi kental

2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi

3. Mengurangi transportasi sperma 4. Menekan ovulasi.

Keuntungan kontrasepsi Implant yaitu pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi dan memperbaiki anemia, melindungi terjadinya kanker endometrium, dan menurunkan kejadian endometriosis menurut (Saifuddin, 2010).

(35)

Efek samping pada penggunaan kontrasepsi Implant yaitu kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea (Saifuddin, 2010)

Intrauterine device (IUD). IUD adalah salah satu alat kontrasepsi yang

terdiri dari berbagai macam bentuk yang terbuat dari plastik. Ada yang dililit tembaga dan ada pula yang tidak, serta terdapat benang monofilamen dibawahnya.

Ada yang dililit tembaga dan ada pula yang tidak, serta terdapat benang monofilamen dibawahnya. IUD memiliki efektivitas sangat tinggi antar 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).IUD dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus.

Cara kerja IUD, yaitu menghambat kemampuan sperma unyuk masuk ke tuba falopi, memengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, serta memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Glasier dan Gebbie, 2002).

Yang boleh menggunakan IUD menurut Pinem (2009), yaitu:

1. Usia produktif 2. Nulipara 3. Ibu nipas

4. Keinginan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

Keuntungan penggunaan IUD yaitu dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, meningkatkan hubungan seksual karena tidak takut hamil, sangat efektif, reversibel berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu diganti), tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI, dapat dipasang segera

(36)

setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada infeksi, dan tidak ada intraksi obat-obat (Pinem, 2009).

Efek samping yang umum nya terjadi pada perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, pendarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

Metode operasi wanita (MOW). Tubektomi atau kontrasepsi mantap

wanita (MOW) adalah suatu prosedur bedah sukarela untuk dapat menghentikan kesuburan, Dengan cara menutup atau oklusai tuba falopii (memotong dan mengikat atau memasang cicin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum (Pinem 2009).

Menurut Pinem (2009), komplikasi yang mungkin terjadi dan penanganannya, yaitu :

1. Infeksi luka

2. Deman pasca-operasi (>380C)

3. Luka pada kantung kemih, intestinal (jarang terjadi) 4. Hematoma subkutan

5. Emboli gas yang diabaikan laparaskopi (jarang terjadi) 6. Rasa sakit pada lokasi pembedahan

7. Perdarahan superfisial (tepi - tepi kulit atau subkutan)

Keuntungan kontrasepsi padametode operasi wanita (MOW) menurut penelitian pinem (2009) yaitu sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 selama tahun pertama penggunaan), permanen, tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui, tidak dipengaruhi faktor sanggama, tidak ada efek samping pada dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada

(37)

produksi hormon ovarium).

Kelemahan kontrasepsi metode operasi wanita (MOW) menurut pinem (2009) yaitu:

1. Karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan.

2. Klien (akseptor) dapat menyesal dikemudian hari.

3. Ada rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.

4. Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah).

5. Tidak melindungi terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.

Menurut Glasier dan Gebbie (2002), yang dapat menjalani tubektomi yaitu:

1. Usia > 26 tahun, paritas > 2

2. Yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.

3. Kehamilan akan menimbulkan resiko yang serius 4. Pascapersalinan dan pascakeguguran

5. Memahami prosedur, sukarela dan setuju menjalaninya.

Metode operasi pria (MOP). Vasektomi atau kontrasepsi mantap pria

(MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilasi (penyatuan ovum dengan sperma) tidak terjadi (Pinem, 2009).

Keuntungan kontrasepsi metode operasi pria menurut Pinem (2009), yaitu:

(38)

1. Sangat efektif

2. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas

3. Sangat sederhana dan cepat. Hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit 4. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan

5. Hanya memerlukan anestesi local dan biaya rendah.

Sedangkan kelemahan kontrasepsi metode operasi pria menurut Pinem (2009), yaitu:

1. Diperlukan tindakan operatif

2. Kadang - kadang terjadi komplikasi seperti pendarahan atau infeksi

3. Tidak langsung memberikan perelindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusivas defrensia dikeluarkan

4. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi.

Komplikasi yang sering terjadi dalam penggunaan kontrasepsi metode operasi pria (MOP) menurut Proverwati, dkk (2010) yaitu :

1. Dapat terjadi selama prosedur berlangsung berupa reaksi anafilaksis oleh penggunaan lidokain (anestesi) atau manipulasi berlebihan pada pembuluh darah disekitar vasa defrensia

2. Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma sekrotalis, infeksi atau abses pada testis, atrofi tesis, epididimitis kongestif, atau peradangan granauloma kronik di tempat insisi.

3. Penyulit jangka yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibodi sperma.

(39)

Pil. Pil kombinasi mengandung estrogen dan progesterone, penggunakan

alat kontrasepsi KB Pil karena tidak mau mengambil repot untuk berkontrasepsi cukup dengan diminum, dengan menggunakan pil para wanita menginginkan familitas serta fleksibilitas untukkapan saja mau berhenti atau mulainya (Glasier dan Gebbie, 2002).

Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

1. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.

2. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.

3. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:

1. Menekan ovulasi 2. Mencegah implantasi 3. Mengentalkan lendir serviks

4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.

Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:

1. Tidak mengganggu hubungan seksual

2. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia) 3. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang

(40)

4. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse 5. Mudah dihentikan setiap saat

6. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan

7. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.

Efek samping KB Pil menurut Sinclair (2010), yaitu perdarahan haid yang berat, Perdarahan diantara siklus haid, Depresi, Kenaikan berat badan, Mual dan muntah, Perubahan libido, Hipertensi, Jerawat, Nyeri tekan payudara, Pusing, Sakit kepala, Kesemutan dan baal bilateral ringan, Pelumasan yang tidak mencukupi,Perubahan lemak, Kerusakan toleransi glukosa, Perubahan visual, Infeksi pernafasan.

Suntik. Kontrasepsi suntik memiliki cara kerja yang lama dan hanya

mengandung progestin dan banyak dipakai sekarang ini. Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).

Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :

1. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).

(41)

2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).

Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

1. Mencegah ovulasi

2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.

Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).

Kondom. Kondom merupakan selubung karet atau sarung yang berbentuk

silinder, terbuat dari lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasangkan pada penis saat melakukan hubungan seksual. Dilihat dari ketebalan, pada umumnya berukurang kurang lebih 0,02 mm. Cara kerja kondom yaitu menghalangi masuknya sperma dengan cara menampung sperma di ujung kondom sehingga sperma tersebut tidak masuk kedalam vagina perempuan (Pinem, 2009).

(42)

Keuntungan kontrasepsi kondom menurut Pinem (2009), yaitu : 1. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up

2. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks pada perempuan (mengurangi iritasi bahan karsiogenik eksogen pada serviks)

3. Pria secara aktif ikut dalam program KB, pasangan saling berinteraksi.

4. Mencegah imuno infertilitas

5. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.

Sedangkan kerugiaan kontrasepsi kondom menurut Pinem (2009), yaitu : 1. Harus selalu tersedia karena setiap kali berhubungan sek harus digunakan 2. Sedikit mengganggu dalam berhubungan (mengurangi sentuhan dalam vagina) 3. Beberapa orang sulit untuk mempertahankan ereksi

4. Beberapa orang malu untuk mendapatkan atau membeli kondom di tempat umum.

5. Disposibel sehingga setiap digunakan harus dibuang, memungkinkan masalah dalam hal limbah.

Puskesmas

Definisi puskesmas. Dibangun nya puskesmas untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh , dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal diwilayah kerjanya. Kunjungan masyarakat pada suatu unit pelayanan kesehatan tidak saja dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh faktorlain antaranya yaitu sumber daya manusia, motivasi pasien, ketersediaan bahan dan alat, tarif dan lokasi. Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang

(43)

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan, 2011).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Tujuan puskesmas. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2010).

Fungsi puskesmas. Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan.

Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi

(44)

puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor - sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

Peran puskesmas. Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).

Pemanfaatan puskesmas. Menurut Supriyanto (1998) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberian pelayanan kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang yang diselenggarakan secara bersama – sama dalam suatu organisasi untuk memilihara dan meningkatkan derajat

(45)

kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan , kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat (Azwar, 1996).

Asas penyelenggaraan puskesmas. Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Asas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Asas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.

Asas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah asas pertanggungjawaban wilayah, asas pemberdayaan masyarakat, asas keterpaduan dan asas rujukan (Trihono, 2005).

Asas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

Karakteristik wilayah kerja puskesmas. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 wilayah kerja puskesmas dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

(46)

1. Pedesaan

Puskesmas kawasan pedesaan adalah puskesmas yang wilayah kerjanya 2,5 Km, meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari empat kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut :

a. Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sektor agragris,

b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah dengan radius lebih dari 2 km c. Rumah sakit dengan radius lebih dari 5 km

d. Tidak memiliki fasilitas bioskop atau hotel e. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%

f. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas yang dimaksud pada poin (2).

2. Perkotaan

Puskesmas kawasan perkotaan adalah puskesmas yang wilayah kerjanya 2,5 Km, meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari empat kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:

a. Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sektor non agragris, terutama industri, perdagangan, dan jasa

b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah dengan radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit dengan radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel

c. Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik; dan/atau

d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan yang dimaksud pada poin (2)

3. Terpencil/sangat terpencil

(47)

Puskesmas di kawasan terpencil/sangat terpencil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya 2 Km, meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir;

b. Akses transportasi umum rutin satu kali dalam satu minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca

c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

Nama-nama daerah puskesmas Kota Medan. Berdasarkan data profil kesehatan Kota Medan bahwa di Medan mempunyai 39 Puskesmas dari 21 Kecamatan, antara lain yaitu :

Tabel 1

Nama-Nama Puskesmas di Kecamatan Kota Medan

Kecamatan Puskesmas Alamat

Medan Kota

Teladan Jl. SM Raja

Pasar Merah Jl. H.M. Joni No.104 Simpang Limun Jl. Kemiri 1 No.33 Medan Sunggal Desa Lalang Jl. Binjai Km.7

Sunggal Jl. Pinang Baris

Medan Helvetia Helvetia Jl. Kemuning

Medan Denai

Desa Binjai Jl. H.2M. Nawi Hrp Blok II No. 24

Tegal Sari Jl. Srikandi No. 4 Medan Denai Jl. Jermal XV

Bromo Jl. Rotary

Medan Barat

Glugur Kota Jl.K.L. Yos Sodarso No.7 Pulo Brayan Jl.K.L. Yos Sodarso No.136 Sei Agul Jl. Karya 11 No.54

Medan Deli Medan Deli Jl.K.L. Yos Sodarso Km.

11,1

Titin Papan Jl. Platina IV No.10

(bersambung)

(48)

Tabel 1

Nama-Nama Puskesmas di Kecamatan Kota Medan

Kecamatan Puskesmas Alamat

Medan Tuntungan Tuntungan Jl. Melati No.16

Simalingkar Jl. Bawang Raya No.37

Medan Belawan Belawan Jl. Kampar No.17

Medan Amplas Amplas Jl. Garu II-B

Medan Area

Kota Matsum Jl. Amaliun No.75

Sukaramai Jl. A.R.Hakim Gg. Kantil No.8

Medan Area Selatan Jl. Medan Area Selatan Medan Johor

Medan Johor Jl. Karya Jasa No. 5 Kedai Durian Jl. B. Katamso Km. 8,2

Gg.Sari

Medan Marelan Terjun Jl. Kapten Rahmabuddin

Medan Labuhan

Medan Labuhan Jl. Hamparan Perak Lk.VII Pekan Labuhan Jl. K.L. Yos Sodarso

Km.18.5

Martubung Jl. Temparai Lestari Blok V

Medan Tembung Mandala Jl. Cucak Rowo

Sering Jl. Sering No.20

Medan Maimun Kampung Baru Jl. B. Katamso

Medan Polonia Polonia Jl. Polonia Gg. A

Medan Baru Padang Bulan Jl. Jamin Ginting Medan Perjuangan Sentosa Baru Jl. Sentosa Baru No.22 Medan Petisah

Bestari Jl. Rotan

Darussalam Jl. Darussalam No.40 Rantang Jl. Rantang No.37 Medan Timur Glugur Darat Jl. Pendidikan No.8 Medan Selayang PB Selayang Jl. Bunga Wijaya Kesuma

No.99

Jumlah 39 Puskesmas

Sistem Informasi Geografi

Sejarah Sistem Informasi Geografi (SIG). Sistem informasi Geografi (SIG) mulai dikenal pada awal tahun 1980-an. SIG merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan data geografis dan sumber daya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk mengumpulkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,

(49)

menginterasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Puntodewo, 2003).

SIG sangat berguna untuk berbagai kalangan dalam menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.Wibowo (2004) menyatakan bahwa SIG mempunyai tiga kemampuan utama yaitu: 1) Pemetaan;

2) Manajemen basis data; 3) analisa spasial. Kemampuan pemetaan merupakan kemampuan SIG untuk membuat, merubah dan menyajikan peta. Dengan kemampuan ini pengguna dapat menyajikan informasi dalam bentuk peta.

Kemampuan basis data adalah kemampuan untuk mengelola data tabular yaitu data yang mendeskripsikan objek-objek dalam peta.

Definisi Sistem Informasi Geografi (SIG). Istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan dari tiga unsur pokok sebagai berikut:

1. Sistem: Kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi dalam lingkungan yang dinamis untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Informasi: Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

3. Geografi: Ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah.

Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi dan SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur „Informasi Geografis‟. Penggunaan kata “Geografis" mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi. Istilah "Informasi Geografis"

mengandung pengertian informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang

(50)

terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui (Puntodewo, 2003).

Kelebihan Sistem Informasi Geografi (SIG). SIG mempunyai kelebihan untuk mengintegrasikan peta dan data tabular (atribut). Kemampuan analisis spasial merupakan kelebihan SIG dibanding sistem informasi lain. Kemampuan ini memungkinkan pengguna untuk melakukan berbagai analisis secara spasial.

Kemampuan SIG dalam melakukan analisis spasial diklasifikasikan menjadi lima fungsi yaitu : fungsi pengukuran, query spasial dan klasifikasi, fungsi tumpang tindih (overlay), fungsi ketetanggaan (neighbourhood), fungsi jaring (network) serta analisis tiga dimensi (Puntodewo, 2003).

Tahapan pemetaan dalam SIG. Prosedur pelaksanaan pemetaan dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu masukan data (input), pemrosesan (processing) dan penyajian data (output), selain itu perlu diperhatikan juga mengenai langkah- langkah awal dalam pengoperasian perangkat lunak (software) QGIS 2.18.

Tiga tahapan utama pemetaan secara ringkas yaitu sebagai berikut : 1. Masukan data (input)

Input bertujuan untuk memasukkan data yang akan diolah ke dalam komputer, dalam hal ini data yang di-input adalah peta analog dibuat menjadi peta digital, caranya dengan melakukan digitasi. Digitasi ada dua macam, yaitu :

a. Digitasi meja, yaitu dengan menggunakan meja digitizer, menggunakan software ArcInfo.

b. Digitasi layar (on screen digitizing), digitasi langsung dikomputer dengan menggunakan mouse, software-nya banyak sekali seperti ArcView, AutoCAD Map, MapInfo, dll.

(51)

2. Pemrosesan data (processing)

Proses data dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Banyak jenis pengolahan data, misalnya scoring, buffer, overlay, labeling, dll. Dalam penulisan ini proses yang digunakan yaitu proses overlay.

3. Penyajian data (output)

Hasil disajikan dalam bentuk peta digital (softcopy) beserta data tabuler- nya dan peta hardcopy dengan printer atau plotter (Wibowo, 2004).

Landasan Teori

Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Undang-Undang Nomor 36, 2009).

Kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati dkk, 2010).

Berdasarkan lama efektivitasnya metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:

1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : susuk/implan, IUD, MOW, MOP.

2. Non Metode kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : pil, suntuk, kondom.

(52)

Puskesmas. Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depertemen Kesehatan, 2011).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Sistem informasi geografi. Istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan dari tiga unsur pokok sebagai berikut:

1. Sistem: Kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi dalam lingkungan yang dinamis untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Informasi: Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

3. Geografi: Ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah.

Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi dan SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur „Informasi Geografis‟. Penggunaan kata “Geografis" mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi (Puntodewo, 2003).

Penelitian terdahulu mengenai pemetaan, yaitu penelitian Feldy yang berjudul pemetaan kasus Deman Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara,

Referensi

Dokumen terkait

Setelah restrukturisasi, jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru dikurangkan dari nilai tercatat hutang dan tidak ada beban bunga yang diakui

Dapat kami tarik kesimpulan bahwa tabayyun dalam tafsir tersebut merupakan kegiatan penerimaan informasi dengan tidak tergesa-gesa percaya pada sebuah berita,

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surakarta mengelola alat dan obat kontrasepsi pengadaan Pemerintah Pusat melalui Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan

Dengan terbuktinya eksistensi matriks pengganda dan dekomposisinya, maka untuk wilayah perekonomian mana saja akan selalu dapat dilakukan analisa matriks pengganda

Untuk barang tetap (tidak bergerak) dengan perbuatan yang dinamakan balik nama dimuka Pegawai Kadaster yang juga dinamakan Pegawai Balik Nama atau Pegawai

Hasil penelitian di Puskesmas Pakualaman Kota Yogyakarta dilihat dari tabulasi silang sikap penggunaan alat kontrasepsi implant berdasarkan pekerjaan

Susyanti, Ropi., 2018, Proses Layanan Konseling Pada Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Jadi yang dimaksud “mujahadah” dalam wahidiyah merupakan usaha sungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu untuk diarahkan pada kesadaran yang dilakukan