• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Olahraga a. Hakikat Olahraga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Olahraga a. Hakikat Olahraga"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Olahraga

a. Hakikat Olahraga

Olahraga mempunyai arti akan adanya sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa mengolah yaitu mengolah raga atau mengolah jasmani. Definisi atau batasan tentang olahraga itu sendiri mengalami perubahan seiring dengan adanya perubahan sosial dan IPTEK. Terdapat bermacam-macam definisi atau pengertian mengenai pengertian apa itu “Olahraga”. Olahraga berasal dari dua suku kata, yaitu “olah” dan “raga”, selaras dengan pendapat Giriwijoyo (2013: 37) yang menyatakan bahwa, “olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannya melakukan olahraga”. Selanjutnya menurut Supandi yang dikutip oleh Kusmaedi (2002:1), bahwa kata olahraga berasal dari :

1. Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

2. Field Sport, Kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang terdiri dari kegiatan menembak dan berburu.

3. Desporter, membuang lelah.

4. Sports, pemuasan atau hobi

5. Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti berenang, main bola, agar tumbuh menjadi sehat.

Cholik, M dan Ali, M (2007: 14), olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sabagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan atau pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

8

(2)

WHO dalam Cholik, M dan Ali, M (2007: 14) menggunakan istilah physical activity, yaitu segala bentuk aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari, termasuk kerja, rekreasi, latihan dan aktivitas olahraga. Kegiatan penuh tantangan dan usaha keras melawan tantangan dalam permainan tercemin dalam definisi UNESCO dalam Rusli, L (2002: 38) tentang olahraga, yaitu aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain ataupun diri sendiri. Sedangkan, menurut Dewan Eropa 1980 dalam Rusli, L (2002:39), olahraga sebagai aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan selama waktu luang.

Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 4 menyatakan “Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial”.

Dari berbagai pengertian olahraga diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan olahraga adalah aktivitas serangkaian gerak raga yang yang teratur dan terencana yang terdapat unsur bermain, peraturan atau bertanding serta tantangan dan perjuangan yang dilakukan secara bersenang-senang pada saat waktu luang untuk meningkatkan kemampuan fungsional yang dilakukan secara sistematik guna mencapai tujuan yang hendak ingin dicapai seperti meningkatkan kesegaran jasmani, rohani dan sosial. Makna olahraga di dalamnya terdapat slogan men sana in corpora sano, yang berarti hidup tidak hanya membutuhkan badan yang sehat, melainkan juga jiwa yang kuat. Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik, artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial.

Olahraga merupakan bagian gaya hidup sehat yang perlu dikembangkan.

Partisipasi olahraga semua lapisan manusia, dari tingkat permainan untuk tujuan rekreasi atau kesehatan hingga tingkat profesional. Alasan keikutsertaan seseorang dalam olahraga bervariasi, mulai dari untuk alasan kesehatan, kebugaran,

(3)

pendidikan maupun dengan alasan lain seperti membentuk karakter positif dan sosialisasi.

b. Ruang Lingkup Olahraga

Berdasarkan berbagai definisi tentang pengertian olahraga bahwa olahraga bukan sekadar kegiatan sistematis yang berhubungan dengan pembangunan jasmiah saja, tetapi juga berhubungan dengan rohani dan sosial. Ruang lingkup olahraga pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab 1 Pasal 1 dibagi menjadi sebagai berikut :

1) Olahraga Pendidikan

Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 11 Undang- Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

2) Olahraga Rekreasi

Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran dan kegembiraan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 12 Undang- Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

3) Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 13 Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

4) Olahraga Amatir

(4)

Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 14 Undang- Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

5) Olahraga Profesional

Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 15 Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

6) Olahraga Peyandang Cacat

Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik atau mental seseorang. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 16 Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Berikut gambaran ilustrasi mengenai penggolongan olahraga ditinjau dari orang yang melakukannya menurut Nurlan Kusmaedi (2002:4) :

Olahraga

Olahraga Prestasi

Olahraga Pendidikan

Olahraga Kesehatan Olahraga Mata

Rekreasi Pencaharian

Work

Play Sport

-Intrinsik -Ekstrinsik

-Kesenangan/ -Materially

Kepuasan -Hasil Akhir

-Proses

Gambar 2.1 Olahraga Dalam Kontinum Play dan Work

(5)

Pada gambar 2.1 olahraga rekreasi berada pada kontinum sebelah kiri, karena lebih tinggi proporsi bermainnya. Makin tinggi proporsi bermainnya makin tinggi nilai rekreatifnya. Olahraga kesehatan terletak ditengah-ditengah kontinum, karena untuk olahraga preventive atau pencegahan penyakit non-infeksi sering dikombinasi dengan unsur bermain, sementara untuk olahraga yang bersifat promotif atau rehabilitatif lebih mengutamakan hasil akhir walaupun tidak bersifat materially. Olahraga pendidikan walaupun lebih merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, namun nuansa bermain masih mewarnai olahraga pendidikan.

Olahraga prestasi juga menekankan pada pencapaian hasil akhir berupa prestasi maksimal untuk mendapatkan juara. Dalam work dapat terjadi tidak ada nuansa bermain sama sekali, yang terpenting adalah hasil akhir berupa materially atau uang.

c. Pengertian Olahraga Prestasi

Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”. Sedangkan pengertian prestasi menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186) “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan menurut W.S Winkel (1996:165) “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai.

Olahraga prestasi yaitu olahraga yang membina dan mengembangkan olahraga (atlet) secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

Menurut Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005, bahwa prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga. Karena itu olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara

(6)

terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan, bahkan Harsono (1985:98) mengemukakan bahwa, ―prestasi olahraga yang semula dibayangkan orang sukar atau malah mustahil akan dapat dicapai, kini menjadi hal yang lumrah, dan jumlah atlet yang mampu untuk mencapai prestasi demikian kini semakin banyak.

Bukti-bukti empirik semakin jelas dan semakin banyak dalam rangka memperkokoh postulat yang mengatakan bahwa prestasi dalam suatu cabang olahraga hanya akan dicapai oleh mereka yang sejak usia muda telah mampu memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu cabang dan mampu mengikuti proses latihan yang sistematis dan berjangka panjang (Kemenegpora, 1993:1).

Selanjutnya, Kemenegpora (1993), dalam Pedoman pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi menjelaskan bahwa untuk mencapai prestasi yang maksimal harus berdasarkan analisis faktor penentu (determinasi)/indikator bakat :

a. Prestasi/performa yang telah dicapai b.Indikator dari peningkatan prestasi

c. Memiliki peningkatan prestasi yang lebih cepat daripada anak yang tidak berbakat

d.Memiliki kualitas mental yang baik e. Memiliki motivasi intrinsik

f. Stabilitas peningkatan prestasi

g.Daya toleransi terhadap beban latihan (adaptasi) h.Memiliki jiwa kompetitif yang tinggi

i. Mudah mempelajari dan menguasai suatu keterampilan yang baru Menurut Wicaksono, pengertian dari olahraga prestasi adalah bahwa

olahraga yang dilakukan atau ditekuni adalah berorientasi pada pencapaian prestasi yang maksimal. Sebagai letak dasar atau pondasi dari olahraga prestasi ini adalah dilakukan di perkumpulan/perkumpulan atau klub/klub olahraga yang berada di masing-masing daerah. Klub olahraga memegang peranan penting

(7)

dalam penanganan atlet untuk mencapai prestasi maksimal. Menurut Herbert Haag (1994:52) ada tujuh ilmu penunjang pembinaan olahraga prestasi, yaitu sport medicine, sport biomechanics, sport psychology, sport pedagogy, sport sociology, sport history, sport philosophy.

Dalam Undang-undang RI No. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional pasal 11 ayat 1 yang berbunyi pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai hak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari keterangan tersebut telah secara jelas ditetapkan tanggung jawab pemerintah untuk memajukan olahraga nasional. Salah satu cara untuk memajukan prestasi olahraga adalah dengan menyelenggarakan ajang olahraga di tingkat daerah maupun di tingkat nasional. Salah satu kejuaraan olahraga yang diselenggarakan pemerintah di tingkat daerah adalah Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV), Dulongmas, POPWIL dan sebagainya.

Faktor yang diperhatikan dalam olahraga : a. Usia kesehatan kebugaran

b. Jenis kelamin c. Jenis olahraga

d. Pengalaman teknik olahraga e. Sarana atau fasilitas

f. Gizi 2. Olahraga Petanque

a. Hakikat Olahraga Petanque

Petanque adalah suatu bentuk permainan boules yang tujuannya melempar bola besi sedekat mungkin dengan bola kayu yang disebut jack dan kaki harus berada di lingkaran kecil. Permainan ini biasa dimainkan di tanah keras, tapi juga dapat dimainkan di rerumputan, pasir atau permukaan tanah lain. Petanque di beberapa negara merupakan sarana untuk berkomunikasi seperti yang dikatakan dalam penelitian Buick (2015) yang mengatakan pentingnya memiliki interaksi sosial dan Petanque telah memberikan keuntungan secara aspek sosial kepada

(8)

dirinya. Petanque mempunyai berbagai nama yang berbeda-beda disetiap negara.

Bocee adalah sebutan olahraga Petanque di Turki dan Bowls adalah sebutan di negara Inggris (Turkmen, 2013: 162). Kao (2014) menyebutkan bahwa Bocci (aka bocce) is a sport in the family of boules, a type of game played with metal balls.

Petanque tumbuh dengan kecepatan tinggi, dan segera menjadi bentuk yang paling populer dari boule. Federasi Internasional Petanque Federation Internationale de Petanque et Jeu Provencal (FIPJP) terbukti didirikan pada tahun 1958 di Marseille dan memiliki sekitar 600.000 anggota di 52 negara (2002).

Kejuaraan Dunia pertama diselenggarakan pada tahun 1959. Olahraga Petanque telah resmi dipertandingkan di Sea Games mulai dari tahun 2001 di Malaysia.

Olahraga Petanque mulai dikenal di Indonesia mulai dari tahun 2002 setelah sebelumnya secara resmi dipertandingkan di Sea Games Malaysia tahun 2001.

Tahun 2011 merupakan tahun kebangkitan olahraga Petanque di Indonesia dengan dibentuknya Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) yang merupakan induk organisasi Petanque di Indonesia. Sea Games ke 26 yang dilaksanakan di Pelembang merupakan kali pertama Indonesia berpartisipasi dalam cabang olahraga Petanque. Sea Games 28 tahun 2015 di Singapura merupakan pencapaian tertinggi cabang olahraga Petanque Indonesia dalam ajang kejuaraan olahraga se Asia Tenggara ini dengan memperoleh 1 medali perak.

Olahraga Petanque merupakan olahraga yang mudah dan dapat dimainkan oleh siapapun. Gilles (2015: 132) mengatakan bahwa tactically, Petanque is simple game. Petanque merupakan olahraga yang dapat dimainkan oleh semua umur dari muda hingga orang tua karena dalam olahraga ini tidak dituntut untuk melakukan gerakan yang sulit dan membutuhkan banyak energi. Hasil penelitian yang dilakukan Laoruengthana (2009) menyebutkan bahwa Petanque mempunyai kecenderungan mengalami cedera sangat kecil sehingga akan lebih aman untuk dimainkan oleh anak kecil bahkan orang yang sudah menginjak pada lanjut usia.

b. Sarana dan Prasarana Olahraga Petanque

Peralatan yang digunakan dalam pertandingan Petanque harus memenuhi syarat International dan dibuat oleh manufaktur resmi organisasi dunia olahraga

(9)

Petanque. Syarat ini meluputi berat bola, ukuran tangan, bahan material, merk dan nomor seri. Perlengkapan yang digunakan dalam permainan Petanque adalah:

1) Bosi atau Boule

Bosi merupakam bola berbentuk bulat terbuat dari logam dan berongga dibagian dalamnya, mempunyai garis pusat antara 70,5mm – 80mm dan beratnya antara 650gram – 800gram. Boule harus mempunyai nama tertentu, angka penunjuk berat dan nomor seri.

Gambar 2.2 Bola Besi (Boule) (Sumber: Suwiwa, 2015: 9) 2) Boka atau Jack

Boka merupakan bola yang terbuat dari kayu. Boka mempunyai garis pusat diameter 30mm dengan toleransi ± 1mm dan bola ini harus berwarna dan mudah dilihat pada lapangan permainan.

Gambar 2.3 Bola Kayu (Jack) (Sumber: Suwiwa, 2015: 9) 3) Meteran

Meteran yang digunakan adalah meteran pengukur untuk jarak 1 meter, 5 meter dan 10 meter.

Gambar 2.4 Alat Ukur (Meteran) (Sumber: Ismail, 2015)

(10)

4) Lingkaran berdiameter 50 cm

Lingkaran digunakan untuk sebagai penanda untuk pemain mulai melakukan lemparan dalam permainan Petanque.

Gambar 2.5 Lingkaran Melempar (Sumber: Ismail, 2015) 5) Scoring

Scoring adalah alat yang digunakan untuk mencatat poin dalam pertandingan Petanque.

Gambar 2.6 Tabel Skor (Sumber: Suwiwa, 2015: 10) 6) Lapangan

Standar Internasional dan Nasional ukuran lapangan sesuai aturan FIPJP adalah minimal 15 meter x 4 atau 12m x 3 meter. Petanque dapat dimainkan di atas tanah liat atau berbatuan, untuk lapangan rumput dan lapangan concrete tidak direkomendasi.

Gambar 2.7 Lapangan Petanque (Sumber: Suwiwa, 2015:10)

(11)

c. Teknik Dasar Permainan Petanque

1) Teknik Dasar Memegang Bosi, Posisi Kaki dan Posisi Melempar

a. Teknik dasar memegang bola diawali dengan teknik memegang bola mengahadap ke atas dan menghadap ke bawah.

Gambar 2.8 Teknik Dasar Memegang Bola Besi (Sumber: FOPI, 2012a)

b. Posisi kaki, Posisi kaki dalam permainan Petanque memerlukan teknik khusus. Ada tiga jenis posisi kaki yaitu posisi tertutup, posisi kaki semi terbuka, dan posisi kaki terbuka.

Gambar 2.9 Posisi Kaki saat Melempar Bola

c. Posisi melempar ada empat jenis posisi melempar yaitu melempar dengan posisi jongkok, melempar dengan posisi setengah jongkok, melempar dengan posisi berdiri dan melempar dengan posisi high lop.

Gambar 2.10 Posisi Melempar dalam Petanque (Sumber: FOPI, 2012a)

(12)

2) Teknik Lemparan

Ada dua jenis lemparan dalam olahraga Petanque yaitu:

a. Pointing adalah jenis lemparan untuk mendekati boka target lebih dekat dari bosi lawan.

Gambar 2.11 Teknik Lemparan Pointing (Sumber: FOPI, 2012a)

b.Shooting adalah jenis lemparan untuk mengusir bosi lawan menjauh dari boka atau target.

Gambar 2.12 Teknik Lemparan Shooting (Sumber: FOPI, 2012a)

d. Cara Bermain Petanque

Olahraga Petanque bisa dimainkan dengan cara bermain single, double, triple serta ada nomor khusus yaitu shooting. Cara bermain diawali dengan kedua pemain atau kedua regu yang bermain melakukan toss coin. Pemain yang menang toss membuat lingkaran atau meletakkan lingkaran, selanjutnya pemain yang memangkan toss terlebih dahulu melamparkan boka dengan jarak paling sedikit 6 meter atau paling jauh 10 meter. Pemain yang menang toss kemudian melakukan lemparan menggunakan bosi mendekati boka yang telah dilempar. Tim lawan kemudian melemparkan bosi mendekati boka, demikian seterusnya sampai masing-masing bosi yang dipegang oleh pemain habis. Point diperoleh dengan cara menghitung bosi yang paling dekat dengan boka. Demikian selanjutnya berlanjut sampai ada dari salah satu pemain atau grup mendapatkan 13 poin.

(Ismail, 2015).

(13)

e. Manfaat olahraga Petanque

Olahraga petanque dapat dianggap sebagai olahraga statis, hampir sama dengan olahraga panahan tidak begitu membutuhkan aktifitas gerak yang banyak dan tidak ada kontak body sehingga olahraga ini sangat minim resiko cideranya.

Namun atlet petanque membutuhkan sejumlah kekuatan, ketahanan, dan fokus untuk tampil optimal. Bagi orang yang sudah berkecimpung atau rutin bergabung dengan olahraga ini, maka akan terkejut setelah mengetahui ada banyak manfaat kesehatan yang ditimbulkan. Selain manfaat fisik, petanque dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Berikut adalah beberapa manfaat olahraga petanque, diantaranya :

1) Secara Kognitif :

a. Atltet petanque diajarkan untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat.

b. Dengan tekhnik lemparan pointing atlet petanque diajarkan untuk menerapkan strategi bertahan.

c. Dengan tekhnik lemmenyerang.

d. Dinomor pertandingan double atau triple atlet petanque diajarkan untuk bekerja sama.

2) Secara Afektif : a. Melatih kesabaran.

b. melatih konsentrasi.

c. Membangun kepercayaan diri.

d. Melatih akurasi.

e. Fokus.

f. Menambah jaringan teman atau koneksi.

3) Secara Psikomotor :

a. Meningkatkan koordinasi mata dan tangan.

b. Melatih keseimbangan.

c. Meningkatkan fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan.

(14)

d. Menguatkan otot kaki.

e. Meningkatkan kebugaran.

f. Faktor-faktor dalam olahraga Petanque

Berikut adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam olahraga petanque, yang sekaligus sangat bertanggung jawab dalam memberikan manfaat-manfaat di atas, yaitu:

1) Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah

Bola petanque terbuat dari metal memiliki masa kisaran 600-800gram.

Memegang bola besi (Bosi) saat berdiri diatas circle ketika bertanding melibatkan otot lengan, fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, tulang punggung dan kekuatan otot kaki. Mirip dengan mengangkat beban, tekanan ini biasanya ditahan selama beberapa detik sebelum bola besi (Bosi) dilemparkan kesasaran. Dengan pengulangan, aktivitas tersebut dapat melatih sebagian besar kelompok otot utama tubuh bagian atas dan bawah. Tingkat perkembangan tergantung pada jumlah waktu yang habiskan untuk berlatih dan bertanding.

2) Keseimbangan

Keseimbangan penting untuk keberhasilan dalam melempar bola petanque, contohnya Atlet harus dapat menahan tubuh untuk membidik dan melempar bola besi kesasarannya. Bermain petanque dapat membantu seseorang untuk mendapatkan kontrol atas keseimbangan ketika memfokuskan diri untuk membidik target. Semakin sering berlatih, keseimbangan akan meningkat dan terjaga dengan baik.

3) Koordinasi

Koordinasi mata dan tangan merupakan keterampilan penting dalam bermain petanque. Olahraga petanque dapat melatih tangan seseorang untuk bekerja sama saat melakukan tugas yang berbeda, seperti membidik dan

(15)

melepaskan bola besi sesuai dengan pengamatan mata. Semakin banyak berlatih, maka akan semakin baik koordinasi mata dan tangannya. Peningkatan koordinasi ini akan menghasilkan pembidikan yang lebih baik dan ini juga akan membantu seseorang dalam olahraga atau aktifitas lainnya.

4) Berjalan

Selama latihan dan kompetisi, pemanah dapat berjalan sejauh 8 km dan bergerak dari sisi ke sisi saat melakukan lemparan. Meskipun banyak aktivitas berjalan dalam selang waktu yang pendek, namun efek kumulatif dari berjalan di seluruh kompetisi dapat meningkatkan kesehatan jantung, otot, dan kekuatan kaki.

Seseorang akan mendapatkan beberapa manfaat bahkan selama latihan, karena pelakunya akan banyak menghabiskan waktu berjalan untuk mengamati bola lawan dan mengambil kembali bola besi yang telah dilemparkan.

5) Fokus

Fokus adalah hal yang paling penting untuk mendapatkan kesuksesan dalam bermain petanque. Selain itu, mengembangkan fokus juga dapat memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan. Semakin fokus terhadap target, maka semakin mudah bagi seseorang untuk menjernihkan pikiran, serta berhasil dalam latihan maupun kompetisi. Fokus akan membantu seseorang meredam kekhawatiran di luar permainan petanque dan dapat membantu untuk lebih fokus dalam segala hal.

3. Pengembangan Olahraga

Perkembangan merupakan suatu proses, yakni proses perubahan yang terjadi dan dialami oleh suatu organisasi, suatu cabang olahraga dan yang lainnya dari saat permulaan sampai pada puncak tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Akhmad Sudrajat (2008:1) memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan sejak lahir hingga akhir atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialaminya”.

(16)

Sedangkan pengertian perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:724) adalah “Perkembangan merupakan perihal berkembang yaitu bertambah besar, bertambah banyak, bertambah baik dan yang lainnya”.

Menyimak pengertian perkembangan diatas, perkembangan suatu cabang olahraga merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada cabang olahraga tersebut, sejak mualai dikenal (ada) hingga mencapai puncak tertentu, baik secara kuantitas dengan perubahan dan peningkatan kearah yang lebih baik.

Untuk pengembangan suatu cabang olahraga membutuhkan faktor-faktor penunjang, terutama untuk pengembangan kearah peningkatan prestasi. Faktor- faktor tersebut yaitu organisasi dan kepengurusan, pembinaan dan latihan, pelatihan serta alat-alat perlengkapan (sarana dan prasarana), atlet, dana (biaya) dan hubungan kerjasama antara instansi yang terkait. Begitu pula untuk perkembangan olahraga membutuhkan faktor-faktor yang disebutkan diatas, baik pengembangan dilingkungan pendidikan, dilembaga pemerintahan, swasta dan di masyarakat (daerah).

Menurut UUD RI No.3 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 4 tentang Sistem Keolahragaan Nasional “olahraga ada segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”.

Didalam pasal tersebut ayat 23 juga menyebutkan tentang “pembinaan dan pengembangan olahraga adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan keolahragaan”. Dengan demikian mengembangkan olahraga perlu dilakukan untuk dapat membina potensi jasmani, rohani dan sosial di masyarakat untuk mencapai tujuan keolahragaan.

4. Organisasi

a. Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari bahasa Yunani organon yang berarti “alat” (tool).

Kata ini masuk ke bahasa latin menjadi organicatio dan kemudian ke bahasa Perancis (Abad ke-14) menjadi organization. Mills dan Mills (2000:58) yang dikutip dari Kusdi (2013 : 4) mendefinisikan organisasi sebagai ” specific collectivities of people whose activities are coordinated and controlled in and fpr

(17)

the achievement of defined goals “. Organisasi adalah kolektivitas khusus manusia yang aktivitas-aktivitasnya terkoordinasindan terkontrol dalam dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap organisasi merupakan suatu sistem yang khas.

Setiap organisasi memiliki kepribadian dan jati diri sendiri. Karena itu setiap organisasi memiliki kultur organisasi yang khas. Yang dimaksud kultur organisasi menurut Sondang P Siagian (2000 : 27) adalah kesepakatan bersama tentang nilai yang dianut bersama dalam kehidupan organisasi dan mengikat semua orang dalam organisasi yang bersangkutan. Makin kuat kultur organisasi, makin mantap pula kesepakatan bersama. Organisasi menembus semua tingkat kehidupan. Orang mendirikan organisasi karena alasan bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai secara perorangan. Menurut John M.

Ivancevich (1995 : 19) “organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah dengan tujuan”. Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efektif dan efisien melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama.

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin, dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Pada prinsipnya organisasi adalah setiap bentuk kerja sama antara manusia yang terikat oleh suatu ketentuan, yang bermaksud untuk mencapai tujuana bersama. Banyak para ahli mengemukakan batasan-batasan mengenai pengertian tentang organisasi.

John M. Ivancevich (1995: 20) mengungkapkan bahwa struktur organisasi ialah pola formal tentang bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan.

Richard H. Cox (2007 : 4) mengemukakan bahwa ” an organization is a group of people working together to achieve a common purpose”. Daniel Covel et al,.

(2007 : 6) Mengemukakan ” organization have discovered that performance is often better when management is the responsibility not only of managers, but also

(18)

of performance work teams as well”. Menurut Siagian yang dikutip AP Pandjaitan

(1992:1) mengemukakan bahwa, “organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan dimana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan”. Sedangkan Yulius Eka A S (2014 : 73), mengemukakan “ suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi bermaksud untuk merealisasikan dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang dimana organisasi sebagai kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya”.

Menurut Torang Syamsir (2014 : 25), organisasi adalah sistem peran, aliran aktivitas dan proses (pola hubungan kerja) dan melibatkan beberapa orang sebagai pelaksana tugas yang didisain untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi menurut Robbins (1994) yang dikutip dala Torang Syamsir (2014 : 25) adalah suatu entitas sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih dengan batasan yang relatif teridentifikasi, yang berfungsi secara berkelanjutan untuk mencapai seperangkat sasaran bersama. Disisi lain menurut Presthus (Etzioni, 1964: 1) : “our society is an organizational society” yang dikutip dalam Torang Syamsir (2014 : 25). Selanjutnya Etzioni (1964) menyatakan bahwa kita dilahirkan dalam organisasi, dididik oleh organisasi, dan hampir semua di antara kita menghabiskan hidup kita bekerja untuk organisasi.

Disisi lain Scott (1989) mengartikan organisasi sebagai suatu mekanisme yang memiliki tujuan akhir yang hendak dicapai serta memiliki kemampuan untuk mengefektifkan semangat kerjasama para anggotanya (Muhyadi, 1989 : 7).

Tabel 2.1. Dimensi – Dimensi Struktur Organisasi

No Dimensi Ukuran yang biasa dipakai

1 Ukuran Jumlah anggota dalam organisasi

2 Komponen Presentase total jumlah anggota yang menjalankan administratif tangung jawab administratif

3 Rentang kendali Jumlah bawahan yang menjadi tanggung jawab seorang manajer

(19)

4 Spesialisasi Jumlah kekhususan yang dilakukan di dalam organisasi Adanya prosedur-prosedur untuk mengatur peristiwa 5 Standarisasi atau aktivitas-aktivitas yang bersifat berulang atau

regular.

6 Formalisasi Sejauh mana aturan-aturan, prosedur-prosedur, dan komunikasi dilakukan secara tertulis.

7 Sentralisasi Konsentrasi wewenang pengambilan keputusan.

8 Kompleksitas Jumlah diferensial vertical, jumlah unit atau departemen.

Rasio antara jumlah keputusan manajerial spesifik yang 9 Delegasi wewenang didelegasikan pucuk pimpinan, dan jumlah yang

diputuskan sendiri.

Kualitas kerjasama diantara unit-unit yang dibutuhkan 10 Integrasi untuk menyatukan tujuan, atau rencana-rencana dan

umpan balik yang digunakan untuk mengoordinasikan unit-unit.

Jumlah fungsi-fungsi khusus yang dijalankan dalam 11 Diferensiasi organisasi, atau perbedaan dalam orientasi kognitif dan

emosional diantara para manajer dari departemen yang berbeda.

Sumber : Hatch (1997:166); Robbins (1990:82).

Organisasi dapat dikatakan pula sebagai entitas sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang dapat diidentifikasikan dan bekerja terus-menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Organisasi dikoordinasikan secara sadar mengandung arti manajemen dan organisasi yang merupakan entitas (kesatuan) sosial berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Desain organisasi harus memungkinkan terjadinya komunikasi keempat arah yang berbeda : kebawah, keatas, horizontal, dan diagonal karena keempat arah komunikasi ini merupakan kerangka komunikasi dalam tubuh organisasi (John M. Ivancevich, 1996 : 110).

(20)

Setiap organisasi mempunyai cita-cita yang berorientasi pada tujuannya, oleh karena itu struktur organisasi juga mempunyai cita-cita dan diarahkan pada tujuannya.

Barnard yang dikutip dalam Muhyadi (1989 : 13) berpendapat bahwa sebuah organisasi terbentuk dari tiga unsur sebagai berikut :

1) Kemauan bekerjasama (willingness to serve) 2) Tujuan bersama (common purpose)

3) Komunikasi (communications).

Dengan demikian, dalam berbagai hal dapat dikatakan bahwa kelompok adalah bagian dari organisasi. Seperti yang diiungkapkan oleh Tracker (Sutarto, 1984 : 24) yang dikutip dalam Syamsir Torang (2014 : 25) bahwa organisasi adalah perbuatan atau proses yang menghimpun atau mengatur kelompok- kelompok yang saling berhubungan dari bagian menjadi suatu keseluruhan yang bekerja.

Yulius Eka A S (2014 : 74) fungsi tujuan organisasi antara lain : 1) Pedoman bagi kegiatan

2) Sumber legitimasi 3) Standar pelaksanaan 4) Sumber motivasi

5) Dasar rasional pengorganisasian

Secara ringkas unsur-unsur organisasi yang paling dasar adalah:

1) Harus ada wadah atau tempatnya untuk bekerja sama.

2) Harus ada orang-orang yang bekerja sama.

3) Kedudukan dan tugas masing-masing orang harus jelas.

4) Harus ada tujuan bersama yang mau dicapai.

Adapun ciri-ciri dari organisasi dalam Yulius Eka A S (2014 : 100) adalah Adanya komponen :

1) Adanya kerjasama (cooperative yang berstruktur dan sekelompok orang).

2) Adanya tujuan.

(21)

3) Adanya sasaran.

4) Adanya keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati.

5) Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.

Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Kata organisasi memiliki dua arti umum, arti yang pertama mengacu pada suatu lembaga atau kelompok fungsional seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perkumpulan olahraga, atau badan pemerintahan. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian yaitu pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan diantara anggota organisasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien.

Dari berbagai pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dan dengan kata lain organisasi dapat diartikan pula sebagai suatu kesatuan sosial yang secara sadar terkoordinasi, memiliki suatu batas yang relatif dapat diidentifikasi, dan berfungsi secara relatif kontinu (berkesinambungan) untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.

Tabel 2.2. Organisasi Sebagai Manifestasi Dinamika Proses Administrasi dan Manajemen

No Fungsi Tindakan Resultan/Efek

Menentukan berbagai tujuan,

Dasar bagi desain dan 1 Planning strategi, dan arah yang ingin

kebijakan organisasi.

dicapai.

 Menentutkan aktivitas-  Struktur kerja formal 2 Organizing aktivitas pokok. dengan

 Mengelompokkan aktivitas- mengidentifikasi

(22)

aktivitas menjadi jabatan- jabatan, hubungan jabatan (jobs). pelaporan, dan

 Mengelompokkan jabatan koordinasi, dan menentukan tanggung departemen-

jawab. departemen, serta

 Mengisi jabatan dengan prosedur yang orang-orang yang sesuai. dibutuhkan.

 Menciptakan situasi yang memungkinkan munculnya struktur kerja formal.

Aliran komunikasi dari Memprakarsai dan atas kebawah yang 3 Directing memfokuskan tindakan para mengaktifkan rencana

bawahan menuju tujuan formal dan mendukung prioritas-prioritasnya.

Memonitor kinerja dan Standar-standar kerja, media pelaporan, dan mengarahkan upaya menuju

4 Controlling metode-metode standar

tujuan yang sudah

yang merupakan bagian direncanakan.

dari struktur.

Sumber : Edwin A. Gerloff, Organizational Theory and Design, McGraw- Hills: New York, 1995, h.9

Saat ini organisasi olahraga menjadi hal yang sangat penting didalam dunia olahraga modern, seperti yang dikatakan Husdarta (2009 : 42) bahwa :

Organisasi olahraga lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan kekurangan kronis, berupa ketiadaan infrastruktur , lemahnya dukungan, kecilnya dana yang disediakan, dan kesulitan lain untuk menumbuhkan programnya.

Dalam situasi seperti itu, kemampuan manajerial sangat dibutuhkan yang intinya adalah pelaksanaan fung-fungsi manajemen, dan terkait pula dengan kompetensi manjer beserta personalnya.

Organisasi olahraga yang baik harus memenuhi syarat-syarat khusus sebagai organisasi olahraga sehingga dapat terwujud organisasi olahraga yang sehat, baik dan berjalan dengan lancar. Di indonesia ada lebih dari 30 cabang

(23)

organisasi olahraga dari beberapa macam cabang satu dengan yang lain berbeda- beda sehingga diperlukan wadah untuk menampung aspirasi setiap organisasi dan sebagai induk organisasi olahraga adalah komite Olahraga Nasional Indonesia atau disebut KONI pusat ini membawahi dan mengkoordinir semua organisasi- organisasi olahraga di Indonesia. Kalau sudah ada induk organisasi maka akan terjalin kerjasama yang baik antar organisasi olahraga baik di tingkat daerah maupun pusat.

b. Jenis - Jenis Organisasi 1) Organisasi formal

Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional (Yulius Eka A S, 2014 : 100). Memiliki suatu struktur yang terumuskan baik, yang menerangkan hubungan:

a) Hubungan otoritasnya.

b) Kekuasaan.

c) Akuntabilitas dan tanggungjawabnya.

d) Bagaimana bentuk saluran-saluran.

e) Melalui apa komunikasi berlangsung.

f) Menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya.

Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang tau lebih yang terlibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Organisasi informal ini memiliki ciri khusus antara lain :

a) Hubungan didalamnya lebih bersifat spontan dan tidak berorganisasi.

b) Tidak terdapat pemimpin.

c) Tidak bertitik tolak pada pengendalian manajemen.

3) Bentuk-bentuk organisasi : a) Organisasi olahraga

(24)

b) Organisasi sosial c) Organisasi politik d) Organisasi mahasiswa e) Organisasi negara f) Organisasi sekolah g) Organisasi pemuda h) Organisasi agama c. Ciri-ciri organisasi yang baik

Organisasi yang baik dapat dilihat dari keberhasilan dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemennya. Adapun yang dimaksud dengan organisasi yang baik adalah organisasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(a) Terdapat tujuan yang jelas.

(b) Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang yang ada di dalam organisasi.

(c) Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi.

(d) Adanya kesatuan arah.

(e) Adanya kesatuan perintah.

(f) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang.

(g) Adanya pembagian tugas.

(h) Struktur organisasi harus disusun sesederhan mungkin.

(i) Pola dadar organisasi harus relatif permanen.

(j) Adanya jaminan jabatan.

(k) Balas jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal dengan jasa yang diberikan.

(l) Penempatan orang harus sesuai dengan keahliannya.

(25)

Selain memiliki ciri-ciri seperti yang telah disebutkan diatas, organisasi yang baik harus mempunyai visi dan misi yang jelas, dan mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang mengatur gerak organisasi tersebut.

5. Sosialisasi

a. Pengertian sosialisasi

Pengertian Sosialisasi Menurut Para Ahli Robert M.Z. Lawang : Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.

Ritcher JR (1987 : 139) : sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat. Giddens (1994/60) : Sosialisasi sebagai sebuah proses yang terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi tahap sampai akhirnya menjadi pribadi yang sadar akan dirinya sendiri pribadi yang berpengetahuan dan terampil akan cara hidupnya dalam kebudayaan tempat ia tinggal.

WrightWright : Sosialisasi sebagai proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya sehingga membimbing orang itu untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain.

Greendorfer dan Bruce , 1991:137 ). Eitzen dan Sage ( 1987) menjelaskan sosialisasi sebagai ' proses belajar dan beradaptasi dengan sistem yang diberikan sosial '.

Sosialisasi digambarkan oleh Coakley (2001) sebagai proses aktif pembelajaran dan pembangunan sosial yang terjadi sebagai kita berinteraksi dengan satu sama lain dan berkenalan dengan dunia sosial di mana kita hidup dalam sosialisasi domain olahraga, Kenyon dan McPherson mempopulerkan pendekatan sistem sosial didasarkan pada teori pembelajaran sosial. Sistem Pendekatan sosial mengandung tiga unsur utama yang berkontribusi terhadap

(26)

sosialisasi ke sport : Pemaknaan dari pengaruh orang lain, lembaga sosialisasi, dan atribut pribadi (Kenyon dan McPherson, 1973; Sewell, 1963).

Pemaknaan dari pengaruh orang lain adalah orang-orang penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu, situasi sosialisasi yang lembaga bersosialisasi atau budaya, dan atribut pribadi yang relevan karakteristik pribadi masing-masing individu. Dalam model ini, pembelajaran peran olahraga yang tepat hasil dari ketiga aspek : pemodelan dan perilaku orang lain yang bermakna yang mempengaruhi pilihan, situasi sosialisasi atau lembaga, dan dari kemampuan pribadi dari peserta.

b. Sosialisasi Olahraga

Secara khusus, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dipandang dari aspek hubungan antara individu atau kelompok. Hubungan yang terjadi karena adanya proses sosial dilakukan oleh pelaku dengan berbagai karakter, dilakukan melalui lembaga sosial dengan berbagai fungsi dan struktur sosial. Keadaan seperti ini ternyata juga terdapat dalam dunia olahraga sehingga sosiologi dilibatkan untuk mengkaji masalah olahraga.

Selanjutnya Sapto Adi dan Muarifin (2007:40) mengemukakan bahwa bidang kajian sosiologi olahraga sangat luas, mengingat hal itu para ahli berupaya mencari batasan bidang kajian yang relevan misalnya:

(a) Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam ilmu olahraga meliputi:

 Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis sosial dalam kehidupan bersama, seperti kelompok olahraga, tim, dan klub olahraga lainnya.

  Masalah figur sosial, seperti figur olahragawan, pembina, yang berkaitan dengan usia, pendidikan, dan pengalaman.

(b) Plessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam industri modern dengan mengkaji teori kompensasi.

(c) G Magname menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam

(27)

kehidupan sehari-hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara olahraga dengan kebudayaan.

(d) John C.Phillips mengkaji tema yang berhubungan dengan olahraga dan kebudayaan, pertumbuhan, dan rasional dalam olahraga.

(e) Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga yang meliputi pranata sosial, seperti sekolah, dan proses sosial seperti perkembang- an status sosial atau prestise dalam kelompok dan

masyarakat.

Dalam sosialisasi domain olahraga, Kenyon dan McPherson mempopulerkan pendekatan sistem sosial didasarkan pada teori pembelajaran sosial. Sistem Pendekatan sosial mengandung tiga unsur utama yang berkontribusi terhadap sosialisasi olahraga: Pemaknaan dari pengaruh orang lain, lembaga sosialisasi, dan atribut pribadi (Kenyon dan McPherson, 1973; Sewell, 1963).

Pemaknaan dari pengaruh orang lain adalah orang-orang penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu, situasi sosialisasi yang lembaga bersosialisasi atau budaya, dan atribut pribadi yang relevan karakteristik pribadi masing-masing individu dalam model ini, pembelajaran peran olahraga yang tepat hasil dari ketiga aspek : pemodelan dan perilaku orang lain yang bermakna yang mempengaruhi pilihan, situasi sosialisasi atau lembaga, dan dari kemampuan pribadi dari peserta.

6. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dimiliki suatu daerah mempunyai peranan penting dalam pengembangan olahrahga. Sumber daya manusia mengalokasikan dan mengelola segenap sumber daya lainnya. Bagaimanapun berlimpahnya kondisi sumber daya lainnya tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka olahraga tidak akan bisa berkembang cepat. Sumber daya manusia adalah model dasar mengembangankan olahraga dan peningkatan prestasi olahraga. Pengembangan olahraga prestasi kompleks, untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Komponen sumber daya

(28)

manusia yang dimaksudkan adalah para atlet, pelatih, dan pengurus cabang olahraga.

Menurut harzuki (2003) bahwa setiap organisasi olahraga sangat bergantung pada orang-orang yang nengambil peran dari organisasi misalnya : administrator, pengumpul atau penyandang dana, perencanaan, wasit, pelatih, atltet dan ahli sport medicine. Komponen-komponen sember daya manusia ini sangat menetukan tingkat keberhasilan pengembangan olahraga di suatu daerah.

Di jawa Tengah sumberdaya manusia seperti ini mungkin sudah ada, merupakan potensi besar bagi daerah jawa dimasa yang akan datang. Namun kualitas sumber daya manuisa tersebut belum diketahui. Bagaimanakah kondisi kualitas atlet, pelatih dan pengurus lainnya.

a. Pootensi Atlet

Sumber daya atlet memiliki peran yang sangat strategis dalam pola pembinaan olahraga karena atlet adalah merupakan objek yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu cabang olahraga dapat berprestasi merupakan ssesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh suatu cabang olahraga sehingga dapat mencapai prestasi optimal. Atlet adalah seseorang yang telah melakukan pelatihan dari salah satu cabang olahraga secara kontinyu dalam waktu tertentu serta telah menunjukkan peningkatan prestasi secara bertahap.

Atlet dunia telah mulai berlatih sejak usia dini yaitu umur 8 tahun sampai umur 10 tahun dan mencapai puncak prestasi pada umur 18 sampai 20 tahun. Mekanisme pembinaan olahraga prestasi seharusnya dimulai dari tahap pemanduan bakat (talent scouting). Khusus dalam pemilihan calon atlet didaerah tidak terlepas dari kegiatan alami atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan di daerah tersebut, kondisi alam, disamping kemauan atau keinginan calon atlet tersebut.

b. Potensi Pelatih Cabang Olahraga

Pelatihan (training) menurtut Harre (1982) adalah keseluruhan proses sistematis dari persiapan atlet untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam kinerja olahraga. Pate (1984) mendenifisikan pelatihan sebagai suatu keikutsertaan secara sistematis dalam kegiatan pelatihan deangan tujuan untuk

(29)

meningkatkan kapasitas funsional fisik dan toleransinya terhadap pelatihan.

Sedangkan, menurut Bompa (1994) pelatihan adalah aktivitas olahraga yang dilakukan secara sistematis yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan bebannya ditingkatkan secara prograsif sesuai masing-masing individu dengan tujuan untuk membentuk dan mengbangkan fungsi fisiologis dalam menghadapi tuntutan tugasnya sebagai seorang atlet.

Mencermati berbagai definisi pelatihan, maka pada dasarnya pelatihan merupakan proses persiapan atlet untuk mencapai kinerja olahraga yang lebih tinggi (juara). Proses ini memerlukan waktu sehingga dalam progam pelatihan dapat dibagi atas progam jangka panjang, menengah, dan pendek.

Seorang pelatih harus memmiliki beberapa keterampilan dasar agar nanti bisa berfungsi secara efektif yaitu pengetahuan olahraga dan pemahaman tentang berbagai teknik kepelatihan.

a) Organisasi

Ini didasarkan pada pengetahuan dan perencanaan. Pengetahuan didasarkan pada pengalaman, penelitian, dan kursus-kursus khusus olahraga. b) Observasi

Progam pelatihan harus memuat banyak waktu untuk dapat diobservasi. Ini memberikan informasi pada pelatih sebagai dasar perubahan terhadap progam dan apa yang diperlukan masing-masing atlet. Keterampilan informasi akan dapat diperbaiki dan dihaluskan kembali.

c) Analisis

Observasi dan evaluasi kinerja. Bandingkan apa yang sudah dikerjakan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Perhatikan setiap kinerja. Jangan bergerak hanya pada satu atau dua observasi, tentukan penyebabnya secara hati- hati sebelum menawarkan suatu nasihat. Seandainya nasihatnya tidak benar atau tidak efektif, maka akan mengurangi kredibilitas sebagai seorang pelatih. Jika terdapat lebih dari satu kesalahan akan dapat menghasilkan perbaikan yang lebih besar dan seandainya kesalahannya saling terkait, putuskan nama yang harus dieliminasi terlebih dahulu.

(30)

d) Memperbaiki kinerja

Memperbaiki, menyempurnakan dan selanjutnya meningkatkan kinerja atlet adalah merupakan tugas utama seorang pulih. Oleh karena itu, seorang pelatih harus memiliki kemampuan untuk melihat dan memprediksikan kinerja atletnya.

Kemampuan ini harus tertuang dalam progam pelatihan yang disusun secara benar karena setiap apa yang harus dilakukan selalu didasarkan atas tujuan dan ini memperjelas serta merupakan pedoman bagi seorang pelatih dalam menjalankan tugasnya.

e) Komunikasi

Kemampuan pelatih untuk memperbaiki kinerja tergantung pada besarnya derajat keterampilan berkomunikasi. Komunikasi ini tidak hanya verbal tapi juga non verbal seperti penggunaan bahasa tubuh. Dalam kondisi ini harus diperhatikan tentang isi dan suasana emosinya agar apa yang ingin disampaikan bisa diterima oleh atlet. Kesederhanaan bahasa, kejelasan konsep yang akan ditunjang suasana yang menyenangkan akan membantu kelancaran komunikasi.

Keterampilan dan kempuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

c. Potensi Pengurus Cabang Olahraga

Dalam pelaksanaan manajemen organisasi olahraga diperlukan tingkat sumber daya manusia yang baik, karena organisasi olahraga merupakan organisasi semi formal. Kinerja organisasi diukur dari prestasi yang telah dicapai. Organisasi membutuhkan manajemen yang baik untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dengan mencapai prestasi yang diukur dengan kriteria yang relevan.

Kegiatan-kegiatan organisasi olahraga diarahkan untuk mengurus sebagai kebutuhan dalam pembinaan peningkatan prestasi atlet.

Manajeman olahraga dibagi menjadi 2 bagian yaitu manajemen olahraga pemerintah (berada dalam mata anggaran DEPDIKNAS, DEPDAGRI) dan manajemen olahrag swasta (KONI, instansi terkait dan dukungan masyarakat).

Animo masyarakat terkait pembinaan olahraga prestasi, kemauan dan kerelaan

(31)

masyarakat dalam membantu pengembangan olahraga sangat dibutuhkan.

Organisasi adalah kinerja sama antaradua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan, kinerja organisasi adalah aktivitas dan tanggung jawab pengurus untuk memajukan lembaga yang diurusnya.

7. Pembinaan Atlet

1) Pengertian Pembinaan Atlet

Pembinaan Untuk mengembangkan sumber daya manusia, Harvard Busuness Essentials (2006:94) dalam buku Wibowo (20012:436) menganjurkan langkah dimulai dengan memahami pekerja, baru kemudian mengembangkan rencana dan akhirnya menyusun taktik dalam mengembangkan anggota organisasi. Menurut Wibowo (20012:442) pelatihan (training) dan pengembangan (development) adalah merupakan investasi organisasi yang penting dalam sumberdaya manusia. Pelatihan melibatkan segenap sumber daya manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran sehingga mereka segera akan dapat menggunakannya dalam pekerjaan. Menurut M. Furqon (2002:

3) ”pembinaan olahraga prestasi biasanya mengikuti tahap-tahap pembinaan yang didasarkan pada teori piramida, yaitu : a. Pemassalan Olahraga 7 Pemassalan merupakan suatu upaya untuk mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan sasaran melibatkan semua kelompok umur. Hal ini seperti yang

dikemukakan M. Furqon H. (2002: 3) bahwa ”Pemassalan adalah mempolakan keterampilan dan kesegaran jasmani secara multilateral dan spesialisasi”.

Kaitannya dengan olahraga prestasi tujuan pemassalan olahraga yang dilaksanakan antara lain agar masyarakat menyadari pentingnya olahraga prestasi, sehingga akan memunculkan bibit-bibit atlet yang baik. Menurut M. Furqon H.

(2002: 3), tujuan pemassalan adalah ”melibatkan atlet sebanyak-banyaknya sebagai bagian dari upaya peningkatan prestasi olahraga”. Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat merupakan bentuk upaya dalam melakukan pemassalan olahraga. Dalam olahraga prestasi, pemassalan seharusnya dimulai pada usia dini. b. Pembibitan Atlet Bibit-bibit atlet yang baik mempunyai pengaruh terhadap pencapaian prestasi. Bibit atlet yang baik dan berbakat, maka

(32)

akan lebih mudah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sampai pada batas kemampuan maksimal. Pengertian Pembibitan atlet menurut M. Furqon H. (2002:

3) adalah ”Upaya untuk mencari dan menemukan individu-individu yang memilki potensi untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi-tingginya di kemudian hari, sebagai langkah atau tahap lanjutan dari pemassalan olahraga”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembibitan merupakan usaha untuk mendapatkan atlet yang baik dan berbakat. Dimana atlet yang berbakat tersebut nantinya dibina untuk pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya. Pembinaan Prestasi Dalam setiap cabang olahraga prestasi yang maksimal merupakan tujuan utama yang harus dicapai oleh setiap klub atau atlet. Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi yang dicapai oleh atlet akan mengharumkan nama atlet itu sendiri serta klub dan juga pelatih yang menanganinya. Pengertian Prestasi Olahraga itu sendiri menurut M. Furqon H. (2002: 4), 8 ”Merupakan puncak penampilan atlet yang dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan maupun uji coba. Kompetisi tersebut biasanya dilakukan secara periodik dan dalam waktu tertentu”. Pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya merupakan puncak dari segala proses pembinaan, termasuk dari proses pemassalan maupun pembibitan. Dari hasil proses pemassalan dan pembibitan, maka akan dipilih atlet yang makin menampakkan prestasi olahraga yang dibina Pengorganisasian program pembinaan jangka panjang menurut M. Furqon H.

(2002: 4) dikemukakan bahwa :

a. Masa kanak-kanak berisi program latihan pemula (junior awal) yang merupakan usia mulai berolahraga dalam tahap pemassalan.

b. Masa adolensi berisi program latihan junior lanjut yang merupakan usia spesialisasi dalam tahap pembibitan.

c. Masa pasca adolensi berisi program latihan senior yang merupakan usia pencapaian prestasi puncak dalam tahap pembinaan prestasi. Dengan program- rogram pembinaan atlet yang baik dan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai pula maka tidak mungkin bila ditahun–tahun kedepan para atlet

(33)

indonesia dapat bicara dievent-event olahraga baik ditingkat nasional dan internasional.

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi atlet

Setiap orang yang mengikuti pembinaan olahraga sasarannya adalah mencapai prestasi yang maksimal, untuk mencapai sasaran tersebut didukung oleh berbagai hal misalnya sarana dan prasarana. Manusia atau atlit yang telah berprestasi dalam suatu cabang olahraga akan menghadapi masalah yang komplek (Mochamad Sajoto, 1988), misalnya bagaimana mempertahankan prestasi yang sudah dicapai, bahkan bias bersifat angkuh, sombong dan lain-lainnya.

Kejadian diatas diharapkan dapat diredam oleh pelatih sehingga tidak berdampak kepada hal-hal yang lebih fatal. Pelatih hendaknya bisa berperan sebagai teman, guru, orang tua dalam mendekati atlit yang mengalami kekecewaan atau masalah setelah mengikuti pertandingan atau dalam kehidupan sehari-hari (Harsono, 1988).

Hampir senada dengan yang diungkapkan oleh Anwar Pasau dalam Sajoto (1988 : 3 ), bahwa faktor internal meliputi :

1. Aspek biologis terdiri atas :

a. Potensi atau kemampuan dasar tubuh, seperti : kekuatan, kecepatan, kelincahan dan koordinasi, kekuatan, daya tahan otot, daya kerja jantung dan paru-paru, kelenturan, keseimbangan, ketepatan, kesehatan.

b. Fungsi organ-organ tubuh, seperti : daya kerja jantung, peredaran darah, daya kerja paru-paru, system pernapasan, daya kerja pernapasan, dan daya kerja panca indera.

c. Postur tubuh, seperti : ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar, berat tubuh, somato-type tubuh.

d. Gozi, seperti ;jumlah makanan yang cukup, nilai makanan yang memenuhi kebutuhan, variasi makanan yang bermacam-macam.

2. Aspek-aspek psikologis terdiri atas :

a. Intelektual, ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan bakat.

(34)

b. Motivasi

 Dari diri atlet ( internal ) :

Perasaan harga diri, kebanggaan, keinginan berpestasi, percaya diri, perasaan sehat.

  Dari luar atlet ( eksternal ) :

Penghargaan, pujian, hadiah ( material, uang ), kedudukan.

3. Kepribadian

a. Yang menguntungkan dalam pembinaan prestasi seperti : ketekunan, kematangan, semangat, berani, berhati-hati, mudah menerima, bijksana/serius, tenang, percaya diri, terkontrol, cakap/pintar, praktis, teguh pendirian.

b. Yang kurang menguntungkan, seperti : mudah

tersinggung/emosi, cepat bosan, kurang cakap, sembrono, ragu- ragu, pemalu, lambat menerima, curiga.

4. Koordinasi kerja otot dan syaraf a. Kecepatan reaksi motorik.

b. Kecepatan reaksi karena rangsang penglihatan dan pendengaran.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan karya tulis ilmiah lain yang sudah ada sebagai bahan referensi dan gambaran penelitian baik yang sesuai dengan objek yang sedang diteliti maupun metode ataupun pendekatan yang digunakan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Gustopo Bayu Laksana (2016) yang meneliti tentang Perspektif Olahraga Petanque Dalam Mendukung Prestasi Olahraga Jawa Tengah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa : penelitian menggambarkan olahraga Petanque dapat menjadi olahraga yang mampu berkembang dan mendukung prestasi olahraga Jawa Tengah. Saran dari hasil penelitian ini agar Petanque Jawa Tengah segera melakukan sosialisasi dan

(35)

pembentukan pengurus di Kabupaten/Kota serta mengadakan kejuaraan rutin dari berbagai jenjang umur sebagai ajang untuk mencari bibit-bibit atlet Petanque Jawa Tengah.

2. Mega Widya Putri (2017) Pengembangan Olahraga Woodball di Provinsi Jawa Tengah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa : Indonesia Woodball assosiation dan pengurus IWbA Jawa Tengah memiliki peranan penting dalam proses pengembangan olahraga woodball. Pengprov IWbA Jawa Tengah telah melakukan berbagai upaya untunk mengembangkan olahraga woodball dengan melakukan sosialisasi, pelatihan dan pembinaa atlet. Sumber Daya Manusia di Pengprov Jawa Tengah mulai dari pengurus, pelatih, dan atlet memiliki potensi dan kualitas yang sangat baik.

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pengprov Jawa Tengah sudah sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan. Penggalian dana didapat dari KONI dan IWbA dan pemerintah belum ikut campur dalam segi pendanaan. Pengprov Jawa Tengah belum maksimal dalam melakukan pembinaan prestasi. Keterbatasan pendanaan mengakibatkan beberapa progam pembinaan prestasi terhambat seperti belum adanya pusat pembinaan dan juga perekrutan atlet junior.

(36)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diatas sejalan dengan masalah yang dirumuskan, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :

Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Jawa

Tengah

Pengembangan Olahraga Petanque

Kepengurusan Model Sosialisasi Sumber Daya Pembinaan

Organisasi di yang diterapkan Manusia Prestasi

Jawa Tengah

Gambar 2.13 Kerangka Berpikir

Olahraga Petanque merupakan olahraga baru yang sudah mulai dikenal banyak orang di Indonesia. Perkembangan olahraga Petanque di Indonesia berjalan sangat pesat dimulai sejak terbentuknya induk olahraga Petanque pada tahun 2011 lalu. Hingga awal tahun 2016 hampir seluruh Provinsi di Indonesia sudah mengembangkan olahraga Petanque. Olahraga Petanque sudah dipertandingkan diajang POMNAS dan eksebisi PON yang berarti bahwa Petanque merupakan olahraga yang telah diakui sebagai olahraga prestasi di Indonesia. Prestasi olahraga Petanque di Indonesia untuk semua provinsi bisa dikatakan masih berimbang karena pembinaan yang dilakukan tidak terpaut jarak yang terbilang lama. Olahraga Petanque mulai dikenal di Jawa Tengah sejak bulan September 2015 melalui sosialisasi yang diselenggarakan Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang bekerjasama dengan PB FOPI.

Pada dasarnya berkembangnya olahraga di suatu daerah tidak hanya dilihat dengan bagaimana membina atlet supaya dapat berkembang prestasinya saja, namun juga dapat dilihat dari keberadaan organisasinya. Didalam kepengurusan kita bisa mengetahui keadaan perkembangan olahraga Petanque khususnya di

(37)

Jawa Tengah, apakah belum atau sudah berkembang seperti olahraga lainya. Di Jawa Tengah olahraga Petanque sudah cukup berkembang, hal ini ditunjukkan dengan adanya induk organisasi dan pengurus daerah yang menaungi olahraga tersebut, serta klub-klub Petanque yang ada di beberapa daerah. Dengan adanya induk organisasi di suatu daerah diharapkan olahraga Petanque dapat berkembang pesat karena induk organisasi FOPI mempunyai fungsi sebagai sarana sosialisasi dan alat yang diharapkan dapat mempopulerkan Petanque di masyarakat Jawa Tengah.

Aspek-aspek yang mendukung perkembangan olahraga harus didukung unsur-unsur seperti organisasi yang sehat, upaya sosialisasi yang dilakukan, pelatih dan atlet yang berkualitas, dan pembinaan prestasi. Unsur-unsur tersebut tidak dapat terlepas dari kegiatan pembinaan olahraga. Kegiatan pembinaan olahraga dapat berjalan dengan baik, jika unsur-unsur tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat saling menjalin kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Keadaan unsur-unsur pendukung kegiatan pembinaan olahraga yang baik, maka olahraga dapat berkembang dengan baik sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai. Namun sebaliknya, jika unsur-unsur pendukung kegiatan olahraga dalam kondisi yang tidak baik, maka suatu cabang olahraga tidak berkembang dan prestasi tidak tercapai.

Untuk mengenalkan suatu hal yang baru dibutuhkan perjuangan, butuh kesabaran keuletan, ketelatenan, kerjasama dan kesolidan pengurus untuk mencapai tujuan. Upaya pengemasan sosialisasi merupakan daya tarik sendiri, dengan cara seperti apa dan menentukan sasaran sosialisasinya. Pengurus harus jeli dalam mengupayakan sosialisasi agar Petanque dapat berkembang pesat di Jawa Tengah.

Atlet adalah seseorang yang menggeluti dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang yang dipilihnya. Atlet akan dibina agar menjadi atlet yang beprestasi, disini akan dicari tahu seperti apa atlet dibina dan dikelola agar dapat berprestasi. Pelatih bertugas membuat program latihan dan penentu program latihan. Atlet merupakan pelaku utama untuk mendapatkan gelar prestasi.

(38)

Organisasi memayungi dan menyediakan segala kebutuhan pelatih untuk membuat program latihan yang berkaitan dengan sumber daya manusia, sarana prasarana, pendanaan dan menyediakan kebutuhan atlet dalam mengikuti kompetisi. Sarana prasarana merupakan fasilitas untuk menunjang kontinuitas latihan yang dikembangkan pelatih untuk atlet.

Pembinaan harus dilakukan dengan menggunakan segala usaha serta kemampuannya hingga mencapai batas akhir. Pembinaan tidak hanya dapat tercapai oleh satu atau dua orang saja, disitulah terdapat perpaduan yang sempurna antara tenaga jasmaniah dan rohaniah yang ideal. Untuk mencapai pembinaan dan hasil yang maksimal membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan secara kontinyu. Untuk mencapai pembinaan yang maksimal diperlukan faktor-faktor yang saling menunjang, selain itu harus didukung pula oleh faktor pendukung yang lain.

Dari gambaran tersebut, maka sangatlah penting untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan perkembangan olahraga Petanque di provinsi Jawa Tengah. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu diharapkan dapat berkembang di tingkat regional, nasional, bahkan internasional, Petanque di Jawa Tengah harus menerapkan sistem pembinaan, pelatihan serta pengorganisasian yang baik dalam proses pengembangan olahraga, yakni memperhatikan faktor pendukung prestasi, prinsip pembinaan dan pengembangan seutuhnya serta program pembinaan yang baik sesuai dengan teori yang telah diuraikan di atas.

Hal ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi agar olahraga Petanque dapat berkembang dengan maksimal, dan dapat mengetahui faktor- faktor apa saja yang menjadikan olahraga Petanque di provinsi Jawa Tengah dapat berkembang.

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM PENYELENGGARAAN URUSAN

Mengetahui laju penguapan air pendingin primer dari tangki reaktor ke ruangan reaktor adalah salah satu langkah penting dalam mengoperasikan reaktor TRIGA 2000 Bandung dengan

Aplikasi ini memungkinkan dua atau lebih pemakai dapat saling berkomunikasi dengan cara mengirimkan pesan secara personal atau broadcast melalui protokol komunikasi Bluetooth yang

Dengan kata lain, merupakan keharusan bagi Aquinas bahwa sebuah perang menjadi adil yang dimulai oleh otoritas yang sah, terlepas dari akibat tak terduga atau yang tak diharapkan,

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, bagi Dokter, Rumah Sakit atau Lembaga rehabilitasi lainnya yang sedang melakukan rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi

Dengan menggunakan strategi diatas diharapkan perusahaan jasa dapat meningkatkan pelayanan guna mencapai kepuasan pelanggan yang akan berdampak positif bagi

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing buka n merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham