5 BAB II
TINJAUN PUSTAKA
II.1. Komunikasi Massa
II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada banyak orang dengan menggunakan mesin atau media yang termasuk ke dalam kategori media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar atau majalah, dan film (Tommy Suprapto, 2009:17). Sedangkan, Wiryanto mengartikan komunikasi massa sebagai suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan masa dimana mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto, 2000:1). Komunikasi massa telah digunakan sedari dulu mulai zaman dimana hanya ada media cetak.
Surat kabar, majalah, brosur, dan berbagai media cetak lainnya merupakan media pertama yang menyampaikan informasi dengan menggunakan komunikasi massa.
II.1.2. Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi (Dominick dalam Ardianto dan Erdinaya, 2007:15), diantaranya:
1. Fungsi Pengawasan (surveillance)
Fungsi pengawasan ini menjelaskan bahwa media mampu mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan, bahkan media mampu memperoleh informasi yang tidak bisa kita peroleh. Fungsi pengawasan ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu pertama, pengawasan peringatan yang mana media menyampaikan informasi terkait dengan ancaman taufan, letusan gunung api, kondisi ekonomi, meningkatnya inflasi, serangan militer, dan sebagainya. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak.
Kedua yaitu pengawasan instrumental yang mana media menyebarkan informasi yang berguna untuk kehidupan sehari- hari seperti berita tentang film yang sedang tayang di bioskop, harga barang kebutuhan di pasar/supermarket, produk-produk baru, dan lain-lain.
2. Fungsi Interpretasi (interpretation)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, namun juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
Contohnya, dalam surat kabar terdapat tajuk rencana dan pada televisi, siaran/radio terdapat komentar. Fungsi ini seringkali mengundang perhatian para pejabat pemerintah, tokoh politik, dan pemuka masyarakat karena isinya bersifat kritik terhadap kebijaksanaan pemerintah.
3. Fungsi Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh perseorangan.
4. Fungsi Sosialisasi
Media massa menyajikan penggambaran masyarakat. Hal ini mampu membuat masyarakat yang menonton, membaca, dan mendengarkan mampu mempelajari apa yang disajikan pada media massa. Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang memiliki daya pervasi paling kuat untuk membuat penontonnya meniru adegan atau perilaku yang ditayangkan.
5. Fungsi Hiburan (entertainment)
Fungsi hiburan pada media massa tampak jelas pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah yang fungsi utamanya adalah informasi juga tetap menyajikan rubrik hiburan.
Sedangkan, beberapa ahli lainnya menjelaskan bahwa fungsi komunikasi massa ada empat (Effendy, 2008:31), yaitu:
1. Menginformasikan (to inform)
Komunikasi massa memberikan infomasi serta memberitahu masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide, pikiran, tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educate)
Komunikasi massa berfungsi sebagai sarana pendidikan, karena manusia dapat menyampaikan ide atau pikirannya kepada oran lain sehingga orang tersebut mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain)
Komunikasi massa menjadi media hiburan.
4. Mempengaruhi (to influence)
Komunikasi massa dapat mempengaruhi komunikan serta dapat merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang komunikator harapkan.
II.1.3. Terpaan Media Komunikasi Massa
Terpaan media dapat diterjemahkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan berbagai jenis media, isi program yang dikonsumsi, dan hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media keseluruhan (Rosengren dalam Kriyantono, 2008:207). Jenis media yang digunakan dalam komunikasi massa meliputi media audio, audiovisual, media cetak, atau kombinasi beberapa media. Sedangkan menurut Rakhmat, terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui media, meliputi frekuensi, durasi, dan perhatian (Rakhmat, 2004:66). Berikut cara mengukur terpaan media komunikasi massa (Ardianto dan Erdinaya, 2006:164), diantaranya:
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan perilaku khalayak terkait berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan dalam satu bulan (untuk program mingguan dan
tengah bulanan) serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan).
Frekuensi juga dapat diukur berdasarkan seberapa sering komunikan menggunakan media dengan cara melihat, membaca, dan mendengarkan media tersebut.
2. Durasi
Durasi merupakan rentang waktu suatu hal atau sebuah peristiwa berlangsung. Durasi juga dipengaruhi oleh motif seseorang dalam mengakses media dan dinyatakan dalam satuan waktu tertentu, misalnya permenit atau perjam.
3. Perhatian
Perhatian merupakan suatu proses yang dilakukan oleh komunikan berupa menyimak pesan pada media dan tidak melakukan kegiatan lain. Perhatian juga bisa dilihat dari berapa lama komunikan bergabung dengan suatu media atau berapa lama komunikan mengikuti suatu program. Cara komunikan menyimak pesan bisa dilakukan dengan cara melihat, membaca, dan mendengarkan.
II.1.4. Efek Komunikasi Massa
Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima (komunikan) dikarenakan menerima pesan-pesan dari suatu sumber (komunikator) (Wiryanto, 2000:39). Terdapat tiga dimensi efek komunikasi massa (Rakhmat, 2012:220-249), diantaranya:
1. Efek kognitif
Efek kognitif merupakan akibat yang timbul pada diri penerima (komunikan) yang sifatnya informatif, sehingga membuat pengetahuan komunikan bertambah. Misalnya, jika televisi menyebabkan komunikan lebih mengerti tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek kognitif. Selain itu, media massa seperti radio, surat kabar, majalah, dan buku-buku juga telah terbukti dalam menyebarkan
informasi dapat menambah pengetahuan komunikan. Banyak orang telah memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang bidang yang diminatinya dari surat kabar, majalah, dan buku.
2. Efek Afektif
Efek afektif merupakan akibat yang membuat komunikan dapat merasakan. Efek afektif ini berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Namun, media massa tidak mengubah sikap secara langsung, tetapi mengubah dulu citra karena citra mendasari perubahan sikap. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efek afektif, yaitu:
a. Suasana emosional, hal ini berkaitan dengan respon seseorang terhadap sebuah film, iklan, atau informasi yang dipengaruhi oleh suasana emosional dalam diri orang tersebut. Contohnya, film-film sedih akan sangat mengharukan setelah komunikan mengalami kekecewaan sebelumnya. Adegang-adegan lucu dapat menyebabkan komunikan tertawa bila komunikan menontonnya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka.
b. Skema kognitif, pikiran seseorang biasanya akan membuat sebuah naskah yang dapat menjelaskan sebuah alur peristiwa. Sehingga membuat orang tersebut seakan-akan bisa merasakan peristiwa yang terjadi.
c. Situasi terpaan (setting of exposure), salah satu contoh dari faktor ini yaitu ketika seseorang menonton film horor sendirian di rumah tua, hujan lebat, tiang-tiang rumah berderik akan semakin membuat orang tersebut ketakutan.
d. Predisposisi individual, faktor ini dapat menunjukkan tingkat sejauh mana seseorang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan di media massa. Contohnya, drama televisi yang melukiskan keluarga yang penuh kasih sayang dan kehangatan terasa sangat menyakitkan bagi anak-anak yang tinggal di panti asuhan.
3. Efek Konatif
Efek konatif merupakan akibat yang timbul pada diri komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Pesan-pesan komunikasi merangsang atau mengarahkan keinginan untuk melakukan sesuatu yang pada akhirnya nanti komunikan akan mewujudkannya dalam bentuk tindakan. Misalnya, adegan kekerasan yang ditayangkan pada sinetron atau film dapat membuat seseorang menjadi beringas, begitu pula lagu yang memiliki lirik yang bertujuan merubah perilaku seseorang akan membuat komunikan yang mendegarnya bisa merubah perilakunya sesuai dengan lirik tersebut.
Melihat paparan dari ketiga efek diatas dapat disimpulkan bahwa tiga efek tersebut dapat timbul di berbagai jenis media massa termasuk lagu yang menjadi bagian dari komunikasi massa. Hal ini dikarenakan penyebaran lagu menggunakan saluran media massa seperti radio, televisi, dan youtube.
II.2. Lagu Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dalam jumlah besar melalui saluran media massa seperti media cetak dan elektronik. Melalui beberapa saluran media tersebut, komunikator dapat leluasa memilih media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan, salah satunya yaitu musisi. Musisi sebagai komunikator bisa memilih akan menyampaikan pesan dalam bentuk lagu melalui piringan hitam, Compact Disc (CD), yotube, dll. Lagu bisa dikategorikan sebagai bentuk komunikasi massa karena memiliki unsur, karakteristik, dan fungsi yang sama dengan komunikasi massa.
Lagu pada dasarnya merupakan pesan yang disampaikan pada khalayak dalam jumlah besar melalui media tertentu yang mana definisi lagu ini sama dengan definisi komunikasi massa. Selain itu, jika dilihat dari karakteristiknya, terdapat lima ciri-ciri komunikasi massa yaitu komunikasi berlangsung satu arah, komunikator pada komunikasi massa melembaga,
pesan-pesan yang disampaikan bersifat umum, dan melahirkan keserempakan (Suprapto, 2009:19-20). Lagu juga memiliki karakter yang sama dengan komunikasi massa yang mana lagu berlangsung satu arah yakni dari musisi kepada pendengar, komunikator (musisi) juga melibatkan banyak pihak dalam satu lembaga pada proses produksi sampai lagu didistribusikan. Fungsi komunikasi massa sebagai sarana persuasi (mempengaruhi audience) juga sejalan dengan fungsi lagu. Persuasi disini bisa dimaksudkan untuk mengubah perilaku seseorang. Lagu dapat mempengaruhi perilaku karena lagu mampu mengendalikan emosi seperti perasaan sedih dan senang.
Saat mendengarkan lagu, otak manusia mengembangkan pola ritmis bahasa dan mengenali suara kata bersajak yang kemudian menyalakan fungsi musik dan ingatan (Agustini, 2020:35). Sehingga, pada akhirnya lagu tersebut akan melekat pada otak dan tersimpan dalam alam bawah sadar. Lambat laun, segala sesuatu yang disimpan pada alam bawah sadar aka mempengaruhi perilaku dan kebiasan seseorang dan pada akhirnya akan membentuk kepribadiannya. Salah satu lagu yang diciptakan untuk mengubah perilaku seseorang adalah Lagu “Ingat Pesan Ibu”.
II.2.1. Lagu “Ingat Pesan Ibu”
Lagu “Ingat Pesan Ibu” adalah lagu kerja sama antara Satgas Penanganan Covid-19 di Indonesia bersama Padi Reborn. Lagu “Ingat Pesan Ibu” memiliki lirik sebagai berikut :
Ingat Pesan Ibu Pakai Maskermu
Cuci Tangan Pakai Sabun Jangan Sampai Tertular Ingat Selalu Pesan Ibu Jaga Jarakmu
Hindari Kerumunan, Jaga Keluargamu
Lagu “Ingat Pesan Ibu” dikemas dengan notasi musik dengan aransemen pop sederhana, memiliki tempo up beat, easy listening, dan menggunakan lirik yang mudah dicerna. Lewat lagu ini Padi Reborn mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu mematuhi
protokol kesehatan, karena hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mematuhi protokol kesehatan. Diakhir lagu, Padi Reborn juga menyertakan slogan protokol kesehatan yaitu 3M yang artinya memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun.
Alasan diciptakannya lagu ini karena kasus Covid-19 yang tak kunjung mereda di Indonesia, sehingga membuat Satgas Penanganan Covid-19 memilih cara untuk mengingatkan masyarakat melalui sebuah lagu. Hal ini dikarenakan lagu lebih mudah diingat daripada membaca sebuah teks pada poster, banner, dan baliho. Dilansir dari prbandungraya.pikiran-rakyat.com, juru bicara Satgas Covid-19 yaitu Prof. Wiku Adisasmito menaruh harapan pada lagu “Ingat Pesan Ibu”
agar lebih diresapi maknanya oleh masyarakat dan dapat membuat masyarakat lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Tak hanya itu saja, dicantumkannya sosok ibu pada lagu ini karena ibu memiliki peran besar dalam keluarga yang mana seorang ibu pasti selalu memberi pesan pada anaknya seperti mengingatkan anaknya untuk selalu menjaga kesehatan. Sehingga, Padi Reborn berharap dicantumkannya sosok ibu akan membuat masyarakat Indonesia lebih mudah menerima dan mengingat pesan dari lagu ini.
Lagu “Ingat Pesan Ibu” dipublikasikan oleh Padi Reborn di akun youtubenya pada tanggal 1 Oktober 2020. Selain itu, lagu ini juga ditayangkan di televisi dan diputar di 500 radio seluruh Indonesia dengan tujuan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.
II.3. Perilaku
II.3.1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan suatu aksi dan reaksi suatu makhluk hidup terhadap lingkungannya (Alfeus Manuntung, 2018:98). Selain itu, perilaku juga diartikan sebagai aktualisasi sikap seseorang atau sekelompok orang dalam wujud tindakan atau aktivitas sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Rusdin Nawi, 2017:10). Maka, dapat
dikatakan bahwa perilaku manusia bisa berubah-ubah setiap waktu tergantung rangsangan dari luar yang diterima.
Tentunya sebagai masyarakat yang pasti memiliki budaya dan peraturan, setiap manusia harus mampu mengendalikan atau mengontrol perilakunya dengan baik. Sehingga, tatanan sosial atau kebijakan yang dibentuk bisa berlangsung secara baik. Oleh karena itu, perilaku merupakan suatu hal yang harus dipikirkan secara baik- baik sebelum bertindak.
II.3.2. Bentuk-Bentuk Perilaku
Bentuk perilaku dibagi menjadi dua (Notoadmodjo, 2007:88), yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Reaksi atau respon yang diungkapkan komunikan terhadap komunikator masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sehingga hal ini membuat reaksi komunikan tersebut belum bisa diamati secara jelas.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Reaksi atau respon yang diungkapkan komunikan terhadap komunikator sangat jelas dan biasanya dalam bentuk praktik, sehingga reaksi atau respon tersebut mudah diamati.
Sedangkan, Ahmad Saifuddin membagi bentuk perilaku dengan istilah yang berbeda yaitu perilaku mikro dan perilaku makro (Ahmad Saifuddin, 2019:2). Perilaku mikro adalah perilaku yang terlihat dengan pengamatan yang saksama dan teliti seperti ekspresi, sedangkan perilaku makro adalah perilaku yang bisa terlihat tanpa pengamatan yang saksama dan teliti seperti ketika seseorang gelisah maka perilaku yang dimunculkan adalah jalan mondar-mandir.
II.4. Protokol Kesehatan
II.4.1. Pengertian Protokol Kesehatan
Istilah protokol kesehatan menjadi sebuah kata yang tidak asing lagi didengar, apalagi di masa pandemi ini. Protokol kesehatan
dibentuk karena setiap masyarakat tidak bisa selalu berada dirumah terus menerus untuk memutus mata rantai Covid-19. Mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, membeli bahan pangan untuk kebutuhan sehari-hari, membeli buku/peralatan sekolah untuk keperluan belajar dirumah, dan masih banyak lagi. Permasalahan tersebut membuat Kementerian Kesehatan akhirnya membuat protokol kesehatan agar penyebaran Virus Covid-19 tetap bisa diminimalisir dan bisa terputus.
Maka, protokol kesehatan dapat diartikan sebagai aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi Covid-19. Selain itu, pada prinsipnya protokol kesehatan adalah jaga jarak fisik (physical distancing), mencuci tangan, dan memakai masker (Setianto, 2020:3).
Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan protokol kesehatan dalam rangkaian yang detail dan spesifik melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19). Namun agar lebih mudah diingat oleh masyarakat, pemerintah mempersingkat detail protokol kesehatan menjadi 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun.
II.4.2. Tujuan Protokol Kesehatan
Pada masa pandemi ini, mematuhi protokol kesehatan menjadi sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat.
Tujuannya agar masyarakat tetap dapat beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan keamanan atau kesehatan masyarakat lain atau orang disekitarnya. Pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dijelaskan tentang tujuan dari disusunnya protokol kesehatan yaitu untuk meningkatkan peran dan kewaspadaan masyarakat dalam mengantisipasi penularan virus Covid-19 khususnya di tempat umum maupun fasilitas umum.
Maka dapat dikatakan dibentuknya protokol kesehatan sangat penting untuk meminimalisir penyebaran dan memutus mata rantai virus Covid-19. Hal ini dikarenakan virus Covid-19 tidak terlihat wujudnya. Sehingga perlu adanya kewaspadaan dan perlindungan diri oleh masing-masing masyarakat. Oleh karena itu, setiap lapisan masyarakat mulai dari bayi hingga dewasa diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan.
II.5. Mahasiswa
II.5.1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu (Peraturan Pemerintah, 1990:2). Mahasiswa juga dapat diartikan sebagai status yang disandang oleh seseorang karena mempunyai hubungan dengan perguruan tinggi dan diharapkan dapat menjadi calon-calon intelektual (Harun Gafur, 2015:18).
Pola pikir yang sudah dewasa dan terus diasah saat berada di perguruan tinggi membuat seorang mahasiswa mampu berpikir secara kritis terhadap berbagai macam persoalan. Maka, tak heran jika beberapa mahasiswa berani bertindak dan mengemukakan pendapat di depan umum. Sebagai seorang yang intelektual dan generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan mampu memilah-milah persoalan dengan kritis dan objektif.
II.5.2. Ciri-Ciri Mahasiswa
Ciri-ciri seorang mahasiswa diantaranya rasional, cerdas, inovatif, kreatif, idealis, kritis, dan revolusioner (Hanun Gafur, 2015:19-20). Tak hanya itu saja, mahasiswa juga diharapkan bisa bertindak sebagai pemimpin masyarakat dalam dunia kerja dan
kehidupan sosial. Saat mahasiswa memasuki dunia kerja seorang mahasiswa harus memiliki kontribusi yang berkualitas dan profesional. Sebenarnya masih banyak ciri-ciri mahasiswa yang menjadikan mahasiswa bukan hanya sebagai seseorang yang intelektual tetapi bisa disebut juga sebagai sosial kontrol dalam suatu komunitas.
Dibekali dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman terjun langsung ke masyarakat saat masih duduk di perguruan tinggi membuat seorang mahasiswa mampu membaca kondisi/situasi kehidupan di masyarakat. Hal ini membuat perkembangan karakter mahasiswa terbentuk sebelum memasuki kehidupan sosial yang sebenarnya. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai salah satu generasi penerus bangsa diharapkan mampu membentuk sebuah tatanan sosial yang lebih baik.
II.6. Basis Teori
Basis teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R.
Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Obyek material teori ini adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen- komponen seperti sikap, opini, perilaku, kognisi, dan konasi (Effendy, 2003:254). Teori ini menjelaskan bahwa pengaruh yang terjadi pada pihak penerima merupakan akibat dari komunikasi yang dilakukan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tingkat besar kecilnya pengaruh yang terjadi pada pihak komunikan/penerima tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Berikut unsur-unsur yang terdapat pada teori S-O-R :
1. Pesan (Stimulus, S)
2. Komunikan (Organism, O) 3. Efek (Response, R)
Teori S-O-R mengasumsikan bahwa perilaku dapat dimengerti melalui analisa dari suatu stimulus yang dapat memberikan pengaruh terhadap komunikan. Sehingga, nantinya akan menimbulkan efek yakni reaksi khusus akibat stimulus khusus. Maka, seseorang dapat memperkirakan dan
mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi yang terjadi pada komunikan. Setiap proses terjadinya efek terhadap individu akan diawali dengan perhatian atau terpaan dari stimulus. Efek disini dibagi menjadi 3 yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif (Effendy, 2009:255).
Dibawah ini adalah gambaran proses teori S-O-R :
Gambar 2. 1 Proses Teori S-O-R
Proses diatas dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1. Stimulus yang diberikan kepada organisme bisa diterima atau mendapat penolakan. Jika stimulus diterima maka dapat dikatakan stimulus mendapat perhatian dari organisme dan berhasil mempengaruhi organisme. Namun, jika stimulus tidak diterima maka dapat dikatakan stimulus tidak mendapat perhatian dari organisme dan tidak berhasil mempengaruhi organisme sehingga prosesnya berhenti disini.
2. Setelah stimulus mendapat perhatian dari organisme, maka stimulus akan masuk ke proses berikutnya yakni organisme mengerti terhadap stimulus (correctly comprehended). Jika organisme sudah mengerti maksud dari stimulus, maka dapat dilanjutkan ke proses berikutnya.
3. Tahap berikutnya organisme akan menerima secara baik stimulus yang didapatkan karena stimulus telah mendapat perhatian dan pengertian.
Stimulus Organisme :
 Perhatian
 Pengertian
 Penerimaan
Respon
Sehingga pada akhirnya muncul efek atau respon berupa kesediaan merubah perilaku. (Mar’at, 1981:27)
Teori S-O-R memiliki prinsip bahwa stimulus didistribusikan dalam skala yang luas secara serempak. Teori S-O-R dalam penelitian ini diimplementasikan sebagai berikut:
1. Stimulus yang dimaksud adalah Lagu “Ingat Pesan Ibu” yang mana stimulus tersebut disebarkan melalui media masaa yakni televisi, radio, dan youtube kepada masyarakat.
2. Organisme yakni mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2018 UMM mengolah stimulus dengan cara memperhatikan, mengerti, dan menerima yang pada akhirnya membuat organisme memberikan respon terhadap stimulus tersebut berupa efek yakni bisa dalam bentuk kesediaan merubah perilaku.
II.7. Definisi Konseptual
Berikut merupakan pemaparan tentang definisi konseptual dari variabel- variabel yang akan diteliti:
a. Terpaan merupakan frekuensi, durasi, dan perhatian komunikan dalam melihat, membaca, dan atau mendengarkan sebuah pesan dari media.
b. Lagu merupakan pesan yang disampaikan pada masyarakat luas melalui media tertentu.
c. Perilaku Mematuhi Protokol Kesehatan adalah tindakan atau aksi mematuhi protokol kesehatan yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
II.8. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, contohnya penelitian (Widjono, 2007:120). Definisi operasional berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan pertanyaan pada angket yang akan disebarkan pada responden.
Adapun variabel yang akan menjadi pengukuran dalam penelitian ini diantaranya variabel bebas (X) yaitu terpaan lagu “Ingat Pesan Ibu” dan
variabel terikat (Y) yaitu perilaku mahasiswa mematuhi protokol kesehatan.
Berikut pemaparan definisi operasional dari kedua variabel tersebut:
a. Variabel Bebas (X) : Terpaan Lagu “Ingat Pesan Ibu”
1. Frekuensi menonton dan/atau mendengar Lagu “Ingat Pesan Ibu”
2. Durasi menonton dan/atau mendengar Lagu “Ingat Pesan Ibu”
3. Tingkat Perhatian saat menonton dan/atau mendengar Lagu “Ingat Pesan Ibu”
b. Variabel Terikat (Y) : Perilaku Mahasiswa Mematuhi Protokol Kesehatan
1. Memakai masker sesuai dengan tipe yang dianjurkan pemerintah (contoh: masker kain min. 2 lapis, masker bedah, dan masker N95) 2. Rajin mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik
3. Menjaga jarak sejauh 2 M ketika berdekatan dan/atau berbicara dengan orang lain
4. Menghindari kerumunan saat beraktivitas di luar rumah
5. Konsisten melakukan protokol kesehatan demi keselamatan keluarga
II.9. Merumuskan Hipotesis
Hi : Adanya pengaruh dari terpaan lagu “Ingat Pesan Ibu” terhadap perilaku mahasiswa mematuhi protokol kesehatan
Ho : Tidak adanya pengaruh dari terpaan lagu “Ingat Pesan Ibu” terhadap perilaku mahasiswa mematuhi protokol kesehatan