• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kulit menjadi salah satu masalah kesehatan yang banyak ditemui di Indonesia. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2020 Indonesia memiliki angka prevalensi penyakit kulit sebesar 0,49 (49%) kasus per10.000 penduduk dan penyakit kulit kasus baru sebesar 4,2 kasus per 100.000 penduduk. Berdasarkan data tersebut jika dibandingkan dengan penelitian Septiani (2021) menyatakan pada angka prevalensi 15% sudah tergolong dalam kelompok prevalensi tinggi, maka diketahui bahwa penyakit kulit di Indonesia saat ini masih penting dan perlu menjadi perhatian dan perlu dilakukan pencegahan baik secara dini maupun pengobatan khusus yang sudah terinfeksi. Jenis penyakit kulit yang dialami oleh masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri patogen Staphylococcus aureus seperti jerawat, bisul, kudis, panu dan infeksi luka ( Dewi et al., 2020; Isra Rinella et al., 2020).

Bakteri patogen penyebab penyakit infeksi pada kulit salah satunya adalah Staphylococus pada jenis Staphylococcus aureus (Tivani & Sari, 2021). Bakteri Staphylococus aures berdasarkan struktur tubuhnya termasuk bakteri gram positif yang sifatnya patogenik pada kulit manusia karena sifat invasif strain penyusunnya, mempunyai enzim ekstraseluler berupa koagulase (Husna, 2018). Bakteri gram positif memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal, struktur dinding yang mengandung sedikit lipid dan terdapat polisakarida sehingga memiliki kemampuan mudah larut dalam suatu larutan (Haryati, 2015). Struktur peptidoglikan bakteri gram positif terdapat ikatan glikosidik β 1-4 karbon homopolimer N-acetylglucosamine (NAG) dan karbon heteropolimer N- acetylmuramic acid (NAM) yang terjadi hidrolisis yang mudah dirusak oleh antibakteri pada bagian membran dinding selnya (Sari, 2019). Bakteri Staphylococus aureus menginfeksi tubuh manusia, khususnya menginfeksi kulit manusia.

(2)

Pengobatan penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi secara umum dengan menggunakan metode pengobatan berupa pemberian antibiotik (Hidayah et al., 2016). Pemberian antibakteri memberikan efek yang negatif jika dilakukan secara tidak terkontrol yakni perkembangan resistensi pada bakteri. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu dari 12 bakteri yang tergolong sangat kebal terhadap obat-obatan (Angelica, 2013). Resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap berbagai jenis antibiotik (Multi Drug Resistance) semakin meningkat terjadi dan menjadi masalah yang serius (Widiastuti, 2018). Resistensi Staphylococcus aureus khususnya pada beberapa jenis antibiotik seperti levofloksasin 50%, vankomisin 40%, oksasilin 40%, klindamisin 50% (Tivani, 2021). Zat yang mampu bersifat antibakteri dan mampu mensubstitusi antibiotik yang mengalami resisten salah satunya dengan pemberian antibakteri alternatif.

Antibakteri alternatif yang dapat digunakan salah satunya yaitu eco-enzyme.

Eco-enzyme merupakan larutan organik kompleks yang dibuat dari bahan dasar sampah organik yang difermentasi dengan gula merah dan air (Rochyani et al., 2020). Eco-enzyme berasal dari bahan dasar limbah dapur seperti sisa sayur dan kulit buah yang difermentasi. Kandungan asam organik pada eco-enzyme ialah asam laktat dan asam asetat yang bermanfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Utami, 2020). Asam organik yang terkandung dalam eco-enzyme berasal dari proses metabolisme yang dihasilkan secara alami dari bahan dasar eco-enzyme itu sendiri yaitu sayur dan buah. Asam organik pada larutan tersebut mampu menurunkan pH larutan sehingga dapat membuat bakteri sulit untuk bertahan hidup.

Asam organik mampu menghambat potensial transmembran dan transport substrat serta membuat struktur sel bakteri patogen salah satunya sitoplasma akan menjadi asam (Mastuti, 2022).

Penelitian berupa pemanfaatan eco-enzyme sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Eco-enzyme dimanfaatkan dalam pertanian yakni budidaya tanaman khususnya sebagai pupuk organik cair (POC) pada tanaman di lahan pekarangan (Pakki,2020). Penelitian eco- enzyme lainnya ialah eco-enzyme dari bahan jeruk yang di uji keefektifannya sebagai pembersih kandang ayam dan menunjukkan hasil dimana eco-enzyme memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Mahdia et al., 2022). Informasi terkait

(3)

dengan penggunaan eco-enzyme sebagai antibakteri Staphylococcus aureus penyebab penyakit kulit belum ada sehingga penting untuk dilakukan penelitian ini yang mana sudah banyak di lingkungan masyarakat telah menggunakan eco-enzyme sebagai obat kulit namun kajian yang membahas kandungan dan manfaat eco- enzyme di segi kesehatan masih terbatas. Penelitian uji aktivitas antibakteri eco- enzyme sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu terhadap bakteri Escherichia coli dan Shigella dysenteriae dengan hasil penelitian menunjukkan larutan eco-enzyme bersifat bakterisida dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) 60% v/v serta mengandung asam laktat yang menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada larutan eco-enzyme (Dewi, 2017). Hasil penelitian tersebut menjadi acuan dalam penelitian saya yaitu pada penelitian ini dilakukan uji eco-enzyme namun pada bakteri yang berbeda yaitu Staphylococcus aureus. Penelitian ini menggunakan variabel yang berbeda dimana konsentrasi uji yang digunakan ialah 15%, 30%, 45% dan 60% dengan tujuan untuk mengetahui diameter zona hambat dan konsentrasi minimum yang dapat digunakan sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus. Variasi konsentrasi yang saya gunakan dalam penelitian juga belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil penelitian eco-enzyme pada segi kesehatan ini dapat dikaitkan dan diterapkan pada lingkup pendidikan khususya sebagai sumber belajar maupun di bidang industi kesehatan.

Perkembangan teknologi dan informasi saat ini memberikan pengaruh yang luas pada semua aspek kehidupan salah satunya pada bidang pendidikan (Silahuddin, 2015). Bidang pendidikan yang didalamnya terdapat lembaga pendidikan tentu harus bisa mengatasi dan mengikuti perkembangan yang terjadi agar dapat menyesuaikan kebutuhan peserta didik. Hal yang perlu diperhatikan salah satunya adalah pada perangkat pembelajaran yang di dalamnya memuat sumber belajar sebagai bahan ajar. Sumber belajar perlu dilakukan inovasi menyesuaikan kebutuhan peserta didik dan mata pelajaran. Inovasi sumber belajar salah satunya pada mata pelajaran biologi kelas X SMA materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah.

Penelitian Juriah dan Zulfiani (2019) menyampaikan pada suatu sekolah pada materi perubahan lingkungan yang mendapatkan hasil belajar kurang optimal

(4)

yaitu nilai yang masih sama dengan Ketuntasan Hasil Belajar (KBM) dan bahkan ada yang masih mendapatkan nilai di bawahnya. Pernyataan tersebut menunjukkan pada materi perubahan lingkungan masih perlu dilakukan peningkatan metode, media pembelajaran salah satunya dari bagian sumber belajar yang digunakan.

Fikriyya dan Sulistiyawati (2019) menegaskan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tidak cukup jika hanya menghafal materi namun perlu didukung kegiatan praktik untuk meningkatkan soft skill dan pola berpikir secara ilmiah agar siswa mampu mendapatkan konsep secara mandiri dan meningkatkan daya ingat terkait materi tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti akan menguji dan menganalisis hasil uji antibakteri eco-enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus penyebab penyakit kulit sebagai sumber belajar biologi.

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut : 1) Adakah aktivitas antibakteri pada larutan eco-enzyme ?

2) Berapa Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) pada eco- enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus ?

3) Berapa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada eco- enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus ?

4) Bagaimana hasil penelitian uji aktivitas antibakteri eco- enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi ? 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui dan menganalisis adanya aktivitas antibakteri pada eco- enzyme

2) Untuk mengetahui dan menganalisis Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) pada eco-enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus

3) Untuk mengetahui dan menganalisisKonsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada eco-enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus

4) Untuk menganalisis dan menerapkan hasil penelitian uji aktivitas antibakteri eco-enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi.

(5)

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di bidang mikrobiologi dan ekologi khususnya mengenai aktivitas antibakteri pada sampel dari pemanfaatan limbah berupa eco-enzyme terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan limbah. Serta juga berkontribusi dalam bidang pendidikan sebagai sumber belajar yang secara teoritis dipelajari di bidang ilmu biologi.

1.3.2 Secara Praktis 1) Bagi peneliti / penulis

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah khususnya di bidang mikrobiologi, menambah pengalaman peneliti.

Memberikan sumbangan pengetahuan khususnya dalam kajian keilmuan mikrobiologi mengenai manfaat kandungan antibakteri pada eco-enzyme terhadap isolat Staphylococcus aureus penyebab penyakit kulit.

2) Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan terkait pemanfaatan limbah dapur sebagai bahan yang lebih bermanfaat yakni eco-enzyme, menambah wawasan masyarakat terkait pengetahuan kesehatan tentang alternatif pengobatan kulit dari bahan antibakteri yang alami.

3) Bagi peneliti lanjutan

Mendorong peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut terkait uji aktivitas antibakteri pada sampel eco-enzyme dengan limbah sayur lainnya terhadap isolat bakteri patogen lainnya dan meneliti kandungan eco-enzyme secara lebih spesifik. Menjadi sumber rujukan dalam penelitian lebih lanjut secara in vitro dalam pemanfaatan eco-enzyme sehingga dapat dijadikan sebagai pengobatan alternatif pada berbagai penyakit lain atau masalah lingkungan lainnya.

4) Bagi sekolah

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat digunakan sebagai sumber belajar SMA kelas sepuluh (X) pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah khususnya pada Kompetensi Dasar (KD) 3.11 Menganalisis data perubahan lingkungan, penyebab, dan dampaknya bagi kehidupan; 4.11

(6)

Merumuskan gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar.

1.2 Batasan Masalah

1) Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah biakan murni bakteri Staphylococcus aureus yang didapatkan dari Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada

2) Eco-enzyme co-enzyme yang digunakan berbahan limbah kulit jeruk, apel, semangka, wortel, dan lidah buaya

3) Penelitian ini mengukur diameter zona hambat penghitungan, penentuan KHM (Konsentrasi Hambat Minimum dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) 4) Konsentrasi eco-enzyme yang digunakan adalah 15%, 30%, 45%, dan 60%

5) Pengujian aktivitas antibakteri di laboratorium menggunakan suhu inkubasi 35- 37◦C selama 24 jam

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun