71 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis menyajikan dan membahas hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh Tax Amnesty dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama cicadas. Penulis akan menguraikan data hasil penelitian yang telah diperoleh. Sumber data utama yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel Tax Amnesty dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
4.1.1. Gambaran Umum Responden
Untuk mendapatkan gambaran mengenai responden, dilihat berdasarkan:
Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan Terakhir. Setelah melihat hasil penyebaran sebanyak 100 Responden, maka dapat diketahui gambaran umum responden sebagai berikut:
4.1.1.1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang telh dilakukan terhadap Wajib Pajak KPP Pratama Cicadas. Dengan menggunakan instrument Kuesioner sebanyak 100 responden. Maka didapatkan klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :
72
Tabel 4.1
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 50 50 %
Perempuan 50 50 %
Total 100 100 %
Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin Laki-laki dan perempuan sama banyak dengan persentasi masing-masing sebesar 50%. Hal ini menunjukan bahwa responden berjumlah sama antara responden laki-laki dan perempuan.
4.1.1.2. Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian yang telh dilakukan terhadap Wajib Pajak KPP Pratama Cicadas. Dengan menggunakan instrument Kuesioner sebanyak 100 responden. Maka didapatkan klasifikasi responden berdasarkan usia sebagai berikut :
Tabel 4.2
Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
<25 53 53 %
26-35 25 25 %
36-45 11 11 %
46-55 8 8 %
>55 3 3 %
Total 100 100 %
Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa frekuensi terbesar responden yang berusia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 53%. Mayoritas responden merupakan penduduk yang tergolong tenaga kerja. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki kisaran usia kurang dari 25 tahun.
73
4.1.1.3. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap WP KPP Pratama Cicadas, dengan menggunakan instrumen kuesioner sebanyak 100 responden. Maka didapat klasifikasi responden berdasarkan pendidikan terakhir sebagai berikut :
Tabel 4.3
Klasifikasi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SMA 31 31 %
DIPLOMA 12 12 %
S1 54 54 %
S2 1 1 %
S3 0 0 %
Lainnya 2 2 %
Total 100 100 %
Berdasarkan table 4.3 di atas, terlihat bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 31 responden, yang memiliki pendidikan terakhir Diploma sebanyak 12 responden, yang memiliki pendidikan terakhir S1 sebanyak 54 responden, yang memiliki pendidikan terakhir S2 sebanyak 1 responden, dan yang memiliki pendidikan terakhir lainnya sebanyak 2 responden.
Hal ini menunjukan bahwa responden paling banyak memiliki pendidikan terakhir S1 sebanyak 54 responden.
74
4.1.2. Analisi Deskriptif Data Penelitian
4.1.2.1. Tanggapan Responden Mengenai Variabel Tax Amnesty (X1)
Untuk memperoleh gambaran mengenai Tax Amnesty, penulis menilai variabel Tax Amnesty melalui empat indikator yaitu kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan, dan kepentingan nasional. Kuesioner mengenai pendapat responden tentang pengaruh Tax Amnesty (X1) terdiri dari 12 item pernyataan dan 100 responden, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya.
Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur variabel pengaruh Tax Amnesty (X1), berikut ini adalah hasil pengolahan data yang telah dilakukan penulis mengenai variable pengaruh Tax Amnesty (X1).
75
Tabel 4.4
Rekapitulasi Tanggapan mengenai Tax Amnesty
No Pertanyaan
Skor Tanggapan Responden
Total
Rata – rata
Ket.
5 4 3 2 1
Kepastian Hukum 1. Wajib pajak mengikuti
Tax Amnesty untuk mengungkap harta yang belum terlapor di SPT terakhir
30 61 6 3 0 418 4,18 Baik
2. Ketentuan Undang- undang yang menjamin bahwa tidak dilakukan pemeriksaan pajak bagi wajib pajak yang mengikuti Tax Amnesty dan mendapatkan surat keterangan, menjadi pertimbangan saya untuk mengikuti Tax Amnesty
20 66 10 4 0 402 4,02 Baik
3. Ketentuan Undang- undang yang menjamin bahwa dilakukan penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa denda atau bunga bagi wajib pajak yang mengikuti Tax Amnesty dan mendapatkan surat keterangan, menjadi pertimbangan saya untuk mengikuti Tax Amnesty
28 53 17 2 0 407 4,07 Baik
4. Mengikuti Amnesti Pajak untuk menghindar dari sanksi yang lebih besar
27 49 19 4 1 397 3,97 Baik
Keadilan
5. Program Tax Amnesty 26 57 14 2 1 405 4,05 Baik
76
memberikan keuntungan pada wajib pajak
Kemanfaatan 6. Program Tax Amnesty
bisa meningkatkan kepatuhan wajib pajak
33 45 19 2 1 407 4,07 Baik
7. Program Tax Amnesty akan memberikan
penambahan pendapatan negara
30 48 21 1 0 407 4,07 Baik
Kepentingan Nasional 8. Mengikuti Amnesti Pajak
merupakan cara saya menjadi Wajib Pajak yang taat
33 48 16 3 0 411 4,11 Baik
9. Amnesti pajak mampu mengembalikan asset milik wajib pajak yg berada di luar negeri.
21 51 21 6 1 385 3,85 Baik
10. Sosialisasi Tax Amnesty
yang dilakukan
pemerintah cukup untuk mendorong kepatuhan Wajib Pajak
12 59 24 4 1 377 3,77 Baik
11. Wajib pajak yang patuh akan tetap patuh setelah mengikuti Tax Amnesty
21 62 13 3 1 399 3,99 Baik
12. Wajib pajak yang tidak patuh akan menjadi patuh setelah mengikuti Tax Amnesty
14 54 23 6 2 369 3,69 Baik
Jumlah 295 653 203 40 8 1199 11,9
9
Rata-rata 398,667 3,98 Baik
Persentase (%) 24,58 54,42 16,92 3,33 0,67 100%
77
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa berdasarkan tanggapan responden mengenai variabel Tax Amnesty memiliki nilai rata-rata sebesar 3,98.
dengan hasil jawaban responden yaitu 24,58% responden menyatakan sangat setuju, 54,42% responden menyatakan setuju, 16,92% responden menyatakan kurang setuju, 3,33% responden menyatakan tidak setuju, dan 0,67% responden menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan rata-rata nilai dapat dibuat kriteria yang digunakan dalam menilai Tax Amnesty secara menyeluruh. Kategori skor tersebut jika digambarkan dengan menggunakan garis kriterium akan tampak seperti berikut :
Skor Minimum Skor
Maksimum
Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik
1 1,8 2,6 3,4 4,2 5 Gambar 4.1
Interval Skor Penilaian mengenai Tax Amnesty
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa rata-rata jawaban responden terhadap variabel Tax Amnesty termasuk dalam kategori baik dan berada pada interval 3,4 - 4,2. Skor rata-rata terendah berdasarkan tabel 4.4 yaitu sebesar 3,69 terdapat pada pertanyaan mengenai wajib pajak yang tidak patuh akan menjadi patuh setelah mengikuti Tax Amnesty. Mayoritas responden yaitu sebanyak 54 responden atau 54% menyatakan setuju. Sedangkan untuk skor rata-rata tertinggi
3,98
78
terdapat pada pertanyaan mengenai wajib pajak mengikuti Tax Amnesty untuk mengungkap harta yang belum terlapor di SPT terakhir. Dengan jumlah responden sebanyak 61 orang atau sebesar 61% menyatakan setuju dengan pertanyaan tersebut. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai Tax Amnesty pada KPP Pratama Cicadas tergolong baik.
4.1.2.2. Tanggapan Responden Mengenai Variabel Sanksi Pajak (X2) Untuk memperoleh gambaran mengenai varibel Sanksi Pajak (X2), penulis menilai variabel Sanksi Pajak dengan tiga indikator yaitu Sanksi perpajakan yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat, Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak, Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
Kuesioner mengenai pendapat responden tentang varibel Sanksi Pajak (X2) terdiri dari 8 item pernyataan dan 100 responden, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya.Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur varibel Sanksi Pajak (X2), berikut ini adalah hasil pengolahan data yang telah dilakukan penulis.
79
Tabel 4.5
Rekapitulasi Tanggapan mengenai Sanksi Pajak
N o
Pertanyaan
Skor Tanggapan Responden
Total
Rata – rata
Ket .
5 4 3 2 1
Sanksi perpajakan yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat
1. Sanksi dalam
keterlambatan dan kesalahan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan diperlukan
19 66 14 1 0 403 4,03 Bai
k
2. Sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak yang kurang bayar, apabila pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan dengan tidak benar
8 47 41 2 2 357 3,57 Bai
k
Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak
3. Denda keterlambatan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan pajak penghasilan adalah Rp 100.000,00 untuk orang pribadi, dan Rp 1.000.000,00 untuk badan.
16 62 19 3 0 391 3,91 Bai
k
4. Denda pidana untuk yang melanggar norma atau aturan pajak (penggelapan pajak atau penghindaran pajak)
29 54 15 2 0 410 4,10
Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi 5. Sanksi perpajakan yang
berlaku saat ini sudah sangat tegas
13 62 19 4 2 380 3,80 Bai
k 6. Penerapan sanksi
perpajakan yang berlaku
8 68 22 35 16 464 4,64 Bai
k
80
saat ini sudah adil dan berimbang sesuai dengan keadaan wajib pajak 7. Menurut saya sanksi
perpajakan yang berlaku di Indonesia saat ini sudah memberikan efek jera bagi pelanggar
10 48 35 6 1 360 3,60 Bai
k
8. Sanksi administrasi maupun pidana dikenakan tanpa toleransi
23 58 16 3 0 401 4,01 Bai
k
Jumlah 126 465 181 51 21 844 8,44
Rata-rata 406,12
5
4,06 Bai k
Persentase (%) 15,7
5
58,1 2
22,6 2
6,3 7
2,6 2
100%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa berdasarkan tanggapan responden mengenai variabel Sanksi Pajak memiliki nilai rata-rata sebesar 4,06.
dengan hasil jawaban responden yaitu 15,75% responden menyatakan sangat setuju, 58,12% responden menyatakan setuju, 22,62% responden menyatakan kurang setuju, 6,37% responden menyatakan tidak setuju, dan 2,62% responden menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan rata-rata nilai dapat dibuat kriteria yang digunakan dalam menilai variabel Sanksi Pajak secara menyeluruh. Kategori skor tersebut jika digambarkan dengan menggunakan garis kriterium akan tampak seperti berikut :
81
Skor Minimum Skor
Maksimum
Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik
1 1,8 2,6 3,4 4,2 5 Gambar 4.2
Interval Skor Penilaian mengenai Sanksi Pajak
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa rata-rata jawaban responden terhadap variabel Sanksi Pajak termasuk dalam kategori baik, berada pada interval 3,4 - 4,2. Skor rata-rata terendah berdasarkan tabel 4.5 yaitu sebesar 3,57 terdapat pada pertanyaan mengenai sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak yang kurang bayar, apabila pengisian SPT dilakukan dengan tidak benar. Mayoritas responden yaitu sebanyak 47 responden atau 47% menyatakan setuju. Sedangkan untuk skor rata-rata tertinggi terdapat pada pertanyaan mengenai denda pidana untuk yang melanggar norma atau aturan pajak (penggelapan pajak atau penghindaran pajak). Dengan jumlah responden sebanyak 54 orang atau sebesar 54% menyatakan setuju dengan pertanyaan tersebut. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai Sanksi Pajak pada KPP Pratama Cicadas tergolong baik.
4,06
82
4.1.2.3. Tanggapan Responden Mengeni Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Untuk memperoleh gambaran mengenai varibel Kepatuhan Wajib Pajak (Y), penulis menilai varibel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) dengan empat indikator yaitu Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Kuesioner mengenai pendapat responden tentang varibel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) terdiri dari 7 item pernyataan dan 100 responden, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah- langkah yang telah dijabarkan sebelumnya. Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur varibel Kepatuhan Wajib Pajak (Y), berikut ini adalah hasil pengolahan data yang telah dilakukan penulis.
83
Tabel 4.6
Rekapitulasi Tanggapan mengenai Kepatuhan Wajib Pajak
N o
Pertanyaan
Skor Tanggapan Responden
Total
Rata – rata
Ket.
5 4 3 2 1
Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri 1. Untuk mendapatkan
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) saya mendaftarkan diri secara sukarela.
31 57 9 3 0 416 4,16 Baik
Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT) 2. Saya selalu mengisi SPT
(Surat Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan melaporkannya dengan tepat waktu
36 61 3 0 0 433 4,33 Sang
at Baik
Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang 3. Saya selalu menghitung
jumlah pajak terutang berdasarkan ketentuan dan tata cara perpajakan
25 72 3 0 0 422 4,22 Sang
at Baik Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan
4. Saya selalu membayar tunggakan pajak tepat waktu
29 65 5 1 0 422 4,22 Sang
at Baik
5. Saya selalu
menyampaikan SPT tahunan ke KPP dengan tepat waktu
30 67 3 0 0 427 4,27 Sang
at Baik 6. Saya selalu membayar
pajak terutang dengan tepat waktu
34 67 3 0 0 447 4,47 Sang
at Baik 7. Saya tidak akan
menunggak pembayaran pajak
44 53 3 0 0 441 4,41 Sang
at Baik
Jumlah 229 442 29 4 0
Rata-rata 429,71 4,29
7
Sang at
84
Baik
Persentase (%) 32,7
1
63,1 4
4,14 0,5 7
0 100%
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa berdasarkan tanggapan responden mengenai variabel Kepatuhan Wajib Pajak memiliki nilai rata-rata sebesar 4,297. Dengan hasil jawaban responden yaitu 32,71% responden menyatakan sangat setuju, 63,14% responden menyatakan setuju, 4,14%
responden menyatakan kurang setuju, 0,57% responden menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan rata-rata nilai dapat dibuat kriteria yang digunakan dalam menilai variabel Kepatuhan Wajib Pajak secara menyeluruh. Kategori skor tersebut jika digambarkan dengan menggunakan garis kriterium akan tampak seperti berikut :
Skor Minimum Skor
Maksimum
Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik
1 1,8 2,6 3,4 4,2 5 Gambar 4.3
Interval Skor Penilaian mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Berdasarkan gambar 4.3 diketahui bahwa rata-rata jawaban responden terhadap variabel Kepatuhan Wajib Pajak termasuk dalam kategori sangat baik, berada pada interval 4,2 - 5. Skor rata-rata terendah berdasarkan tabel 4.6 yaitu
4,297
85
sebesar 4,16 terdapat pada pertanyaan mengenai untuk mendapatkan NPWP saya mendaftakan diri secara sukarela. Mayoritas responden yaitu sebanyak 57 responden atau 57% menyatakan setuju, dan sisanya sebanyak 43 reponden memiliki alasan lain dalam mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
Sedangkan untuk skor rata-rata tertinggi terdapat pada pertanyaan mengenai selalu membayar pajak terutang tepat waktu. Dengan jumlah responden sebanyak 67 orang atau sebesar 67% menyatakan setuju dengan pertanyaan tersebut. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Cicadas tergolong sangat baik.
4.1.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.1.3.1. Uji Validitas
Uji Validitas untuk mengetahui tingkat keakuratan dari instrument (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas suatu instrument dapat dilakukan dengan menguji validitas konstruksinya, yaitu dengan melihat angka koefisien kolersi (r) yang menyatakan hubungan antara skor butir pertanyaan dengan skor total (item total korelasi), apabila koefisien korelasinya atau r hitung lebih besar dari r krisis maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Tetapi apabila nilai r lebih kecil dari 0.30 (r kritis) maka item tersebut dinyatakan tidak valid, dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian atau instrument tersebut dihilangkan dari pengukuran variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut :
86
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang disajikan melalui tabel diatas terlihat bahwa seluruh instrument penelitian menunjukkan hasil yang valid, dimana nilai r hitung masing-masing instrumen lebih besar dari r kritis sebesar 0,3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian memiliki validitas yang baik dan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam
Variabel No.
Pernyataan
R
hitung R kritis Kesimpulan
Penerapan Pengampunan
pajak(X1)
1 0,661 0,3 Valid
2 0,540 0,3 Valid
3 0,540 0,3 Valid
4 0,505 0,3 Valid
5 0,391 0,3 Valid
6 0,599 0,3 Valid
7 0,538 0,3 Valid
8 0,553 0,3 Valid
9 0,547 0,3 Valid
10 0,435 0,3 Valid
11 0,646 0,3 Valid
12 0,616 0,3 Valid
Sanksi Pajak (X2)
13 0,607 0,3 Valid
14 0,674 0,3 Valid
15 0,560 0,3 Valid
16 0,500 0,3 Valid
17 0,563 0,3 Valid
18 0,646 0,3 Valid
19 0,717 0,3 Valid
20 0,452 0,3 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak
21 0,554 0,3 Valid
22 0,632 0,3 Valid
23 0,558 0,3 Valid
24 0,714 0,3 Valid
25 0,743 0,3 Valid
26 0,753 0,3 Valid
27 0,636 0,3 Valid
87
penelitian.
4.1.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dirancang dalam bentuk kuesioner dapat diandalkan, suatu alat ukur dapat diandalkan jika ukur tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil yang relatif sama (tidak berbeda jauh). Untuk melihat secara andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui koefisien reabilitas dan apabila koefisien lebih dari 0,7 maka seluruh pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliabel). Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode Alpha Crombach’s diperoleh hasil reliabilitas kuesioner masing-masing variabel
sebagai berikut.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Koefisien
Reliabilitas r kritis Kesimpulan Penerapan Pengampunan pajak
(X1)
0,786 0,7 Reliabel
Sanksi Pajak (X2)
0,730 0,7 Reliabel
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
0,769 0,7 Reliabel
Sumber: Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang disajikan melalui tabel diatas terlihat bahwa seluruh variabel menunjukkan hasil yang reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas masing-masing variabel lebih besar dari r kritis (0,7). Dengan demikian seluruh variabel penelitian memiliki reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
88
4.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan cara untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Jika telah memenuhi asumsi klasik, berarti model regresi tidak bias. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang digunakan variabel dependen, independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas yang diakukan pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-smirnov terhadap data unstandardized residual pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, hal tersebut menunjukan bahwa data telah berdistribusi normal (Ghozali,2011:165).
89
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa nilai D(hitung) (Test Statistic) sebesar 0,087 dengan p-value (nilai sig.) sebesar 0,062. Karena signifikansi lebih dari 0,05, maka nilai residual tersebut telah normal.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. (Ghozali, 2016, hal. 103).
Model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila nilai VIF<10, dan tolerance > 0,1 (10%). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz
ed Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std.
Deviation
2.34925388 Most Extreme
Differences
Absolute .087
Positive .073
Negative -.087
Test Statistic .087
Asymp. Sig. (2-tailed) .062c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
90
1. Jika nilai tolerance > 0,1 (10%) dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoliniearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 0,1 (10%) dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpilkan bahwa ada multikoliniearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity
Statistics Toleran
ce
VIF 1 (Constant)
Tax Amnesty
.951 1.052 Sanksi
Pajak
.951 1.052 Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji multikolinearitas di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel independen menunjukan nilai lebih dari 0,1 yaitu 0,951 > 0,1, dan nilai VIF menunjukan nilai tidak lebih 10, yaitu 1,052 < 10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara varibel bebas.
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamat ke pengamat lain. Jika varians dari residual dari satu pengamat ke pengamat yang
91
lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Jika varians dari residual dari satu pengamat ke pangamat lain berbeda, disebut heteroskedastisitas (Gozali, 2016, Hal. 134). Hasil dari uji heteroskedastisitas pada penelitian ini seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4.4 diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, hal ini digunakan untuk mengetahui secara bersama-sama hubungan antara Tax Amnesty dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
Persamaan anilisis regresi linear berganda menurut (Sugiyono, 2017, Hal. 188) sebagai berikut:
92
Dimana :
Y = Nilai prediksi varibel dependen (Kepatuhan Wajib Pajak) a = Konstanta, besarnya sama dengan Y jika X1 dan X2 = 0 X1 = Variabel Independen (Tax Amnesty)
X2 = Variabel Independen (Sanksi Pajak)
b1,b2 = Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan variabel X1 dan X2
ε = Nilai tidak teridentifikasi oleh peneliti
Tabel 4.11
Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize d Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.569 2.835 6.549 .000
Tax Amnesty .118 .048 .237 2.460 .016
Sanksi Pajak .186 .073 .246 2.554 .012
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Persamaan regresi yang menjelaskan Pengaruh Tax Amnesty dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan koefisien regresi pada Tabel 4.10 adalah sebagai berikut:
Y = 18,569 + 0,118 X1 + 0,186 X2 + 𝜀 𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1+ 𝑏2𝑋2+ 𝜀
93
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut :
a. Konstanta sebesar 18,569, artinya jika variabel-variabel Tax Amnesty (X1) dan Sanksi Pajak (X2) bernilai nol (0), maka Kepatuhan Wajib Pajak akan bernilai 18,569.
b. Nilai Variabel X1 yaitu Tax Amnesty memiliki koefisien regresi sebesar 0,118 artinya jika Tax Amnesty meningkat sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya konstan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat sebesar 0,118.
c. Nilai Variabel X2 yaitu Sanksi Pajak memiliki koefisien regresi sebesar 0,186 artinya jika SanksiPajak meningkat sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya konstan, maka Kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat sebesar 0,186.
4.4. Analisis Korelasi dan Koefisien Determinasi
Analisis Korelasi digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini untuk megukur hubungan antara Pengaruh Tax Amnesty (X1) dan Sanksi Pajak (X2) dengan Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Sedangkan koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar kontribusi pengaruh yang dberikan variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan bantua aplikasi program SPSS didapat output hasil koefisien korelasi sebagai berikut :
94
Tabel 4.12
Nilai Koefisien Korelasi Product Moment
Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Dari analisi di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,378. Nilai tersebut kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut.
Tabel 4.13
Koefisien Korelasi dan Taksirannya Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0.40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber: (Sugiyono, 2017: 184)
Berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi yang disajikan di atas, maka koefisien korelasi sebesar 0,378 menunjukan adanya hubungan yang rendah antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Setelah diketahui nilai koefisien korelasi, maka koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
KD = R2 X 100%
= (0,378)2 X 100%
= 14,28 %
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .378a .143 .125 2.373
a. Predictors: (Constant), Sanksi Pajak, Tax Amnesty b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
95
Dengan demikian, maka diperoleh nilai KD sebesar 14,28% yang menunjukan bahwa variabel Tax Amnesty (X1) dan sanksi pajak (X2), memberikan kontribusi sebsar 14,28% dalam mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan sisanya sebesar 85,72% dipengaruhi oleh faktor-faktorlain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dengan cara mengalikan nilai beta dengan nilai korelasi zero order sebagai berikut:
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi Parsial
Model Standardize
d Coefficients
Correlations
Beta Zero-
order
Partial Part 1 (Constant)
Tax Amnesty
.237 .292 .242 .231
Sanksi Pajak
.246 .299 .251 .240
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dilakukan perhitungan sebagai berikut : a. Pengaruh X1 terhadap Y = 0,237 x 0,292 = 0,069 = 6,9%
Berdasakan perhitungan diatas, diketahui Tax Amnesty (X1) memberikan kontribusi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebesar 6,9%
b. Pengaruh X2 terhadap Y = 0,246 x 0,299 = 0,073 = 7,3%
Berdasakan perhitungan diatas, diketahui Sanski Pajak (X2) memberikan kontribusi pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebesar 7,3%
96
4.5. Pengujian Hipotesis
4.5.1. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jumlah data sebagai sampel dalam penelitian ini adalah n=100. Nilai t tabel dengan n=100, jumlah variabel X (k)=2, taraf signifikan α=5%, distribusi (df) = n-k-1 = 100-2-1 = 97 diperoleh sebesar 1,985. Penentuan hasil pengujian dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
H0 ditolak apabila t hitung > t tabel atau Hα diterima apabila thitung > ttabel
H0 tidak berhasil ditolak apabila t hitung < t tabel atau Hα ditolak apabila thitung>ttabel
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : β1 = 0 Tax Amnesty tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib pajak
H0 : β1 ≠ 0 Tax Amnesty berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib pajak
H0 : β2 = 0 Sanksi Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib pajak
H0 : β2 ≠ 0 Sanksi Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
97
Dengan bantuan program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.15
Pengujian Hipotesis secara Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize d Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.569 2.835 6.549 .000
Tax Amnesty
.118 .048 .237 2.460 .016
Sanksi Pajak
.186 .073 .246 2.554 .012
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.14 diatas diperoleh nilai thitung untuk variabel Tax Amnesty (X1) sebesar 2,460, dan Sanksi Pajak (X2) sebesar 2,554. Nilai-nilai thitung
tersebutlebih besar dibandingkan dengan ttabel, yang berarti H0 ditolak Hα diterima.
Hal ini berarti Tax Amnesty dan Sanksi Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial variabel X1 tampak sebagai berikut:
98
Daerah penolakan H0
Daerah penolakan H0
Daerah penerimaan H0
ttabel= -1.985 ttabel= 1.985
Daerah penolakan H0
Daerah penolakan H0
Daerah penerimaan H0
ttabel= -1.985 ttabel= 1.985
Gambar 4.5
Kurva Pengujian Hipotesis parsial pengaruh X1 terhadap Y
Gambar 4.6
Kurva Pengujian Hipotesis parsial pengaruh X2 terhadap Y 4.5.2. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji f)
Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji pada pengujian secara simultan sebagai berikut:
H0 : β1 β2 = 0 Tax Amnesty dan Sanksi Pajak secara simultan tidak bepengaruh Signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
H0 : β1 β2 ≠ 0 Tax Amnesty dan Sanksi Pajak secara simultan bepengaruh
0 thitung = 2,460
0
thitung = 2,554
99
Signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hasil perhitungan nilai f dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16
Tabel Hipotesis Secara Simultan ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1 Regressio n
90.980 2 45.490 8.076 .001b
Residual 546.380 97 5.633
Total 637.360 99
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak b. Predictors: (Constant), Sanksi Pajak, Tax Amnesty Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, didapat nilai signifikansi model regresi secara simultan sebesar 0,001, nilai ini lebih kecil dari signifikansi level 0,05, yaitu 0,001<0,05. Selain itu dapat dilihat juga dari hasil perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel yang menunjukan nilai Fhitung sebesar 8,076 > Ftabel 3,09 didapat dari distribusi (df) = n-k-1 = 100-2-1 = 97 dan n=2 sebesar 3,09. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 8,076 > 3,09, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan diterima, artinya secara bersama-sama atau secara simultan variabel independen yaitu Tax Amnesty dan Sanksi Pajak berpengaruh secarasignifikan terhadap variabel dependen yaitu variabel Kepatuhan Wajib Pajak. Jika disajikan dengan gambar, maka nilai Fhitung dan Ftabel
tampak sebagai berikut:
100
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
Ftabel = 3.090
Fhitung = 8,076
Gambar 4.7
Uji Hipotesis Secara Simultan
4.6. Pembahasan Penelitian
4.6.1. Pengaruh Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Tax Amnesty adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada
kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam waktu tertentu berupa pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda) yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut hukuman pidana. Bagi beberapa negara, pengampunan pajak (Tax Amnesty) sebagai alat untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak (tax revenue) secara cepat dalam jangka waktu yang relatif singkat. Program Tax Amnesty ini dilaksanakan karena semakin parahnya upaya penghindaran pajak.
Akibat kebijakan ini dapat diperoleh manfaat berupa perolehan dana, terutama kembalinya dana yang disimpan di luar negeri, tetapi kebijakan ini memiliki kelemahan jika diberikan dalam jangka panjang karena dapat berakibat buruk berupa menurunnya kepatuhan sukarela (voluntary compliance) dari wajib pajak
101
patuh.
Dalam penelitian ini, tanggapan Wajib Pajak di KPP Pratama Cicadas Bandung sudah dalam kategori setuju. Terlihat dari hasil perhitungan tanggapan responden yang telah dipaparkan sebelumnya, dari setiap indikator yang diajukan termasuk dalam kategori setuju. Namun untuk indikator Kepastian Hukum dengan pertanyaan mengenai mengikuti Amnesti Pajak untuk menghindar dari sanksi lebih besar, mempunyai skor tanggapan responden terendah dibandingkan pertanyaan yang lainnya dalam indikator tersebut.
Sedangkan skor tanggapan tertinggi terdapat pada pertanyaan mengenai Wajb Pajak mengikuti Tax Amnesty untuk mengungkap harta yang belum terlapor di SPT terakhir. Untuk Indikator kemanfaatan responden memberikan skor yang sama untuk setiap pertanyaan, responden rata-rata setuju mengenai program Tax Amnesty akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan memberikan
penambahan pendapatan negara. Untuk Indikator Kepentingan Nasional responden memberikan skor tanggapan terendah untuk pertanyaan mengenai wajib pajak yang tidak patuh akan menjadi patuh setelah mengikuti Tax Amnesty, menunjukan bahwa sebagian responden menilai program tersebut tidak
akan terlalu berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak namun tanggapan tersebut masih termasuk kedalam kategori baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam uji t untuk menguji pengaruh secara parsial mengenai pengaruh Tax Amnesty terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada tabel 4.14 diperoleh nilai thitung untuk variabel Tax Amnesty (X1) sebesar 2,460 dengan nilai ttabel 1,985. Dikarenakan nilai thitung tersebutlebih besar
102
dibandingkan dengan ttabel, (2,460>1,985) dengan signifikansi 0,016<0,05 maka berarti H0 ditolak Hα diterima. Hal ini berarti Tax Amnesty berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas. Tax Amnesty memberikan kontribusi sebesar 6,9% terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Di dukung pula penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman dan Daniel Huslin (2015) menyatakan, rasio tax amnesty berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada rasio tax amnesty akan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Maka dapat di simpulkan hasil menunjukan bahwa ada kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan teori yang telah dikemukaan pada tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya bahwa secara parsial Penerapan pengampunan pajak akan mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.
4.6.2. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas dalam menyampaikan SPT tahunan masih mengalami fluktuatif dan masih terjadi kesenjangan yang cukup berpengaruh antara jumlah Wajib Pajak yang terdaftar wajib SPT di KPP Pratama Bandung Cicadas dengan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunannya. Hal ini menunjukan bahwa masih tergolong rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT.
Cara efektif agar wajib pajak menjadi wajib pajak yang patuh adalah dengan menerapkan sanksi tanpa pandang bulu dan dilaksanakan secara
103
konsekuen. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan, Mardiasmo (2009).
Menurut Diana Sari (2013) dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuesi hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaa sanksi-sanksi perpajakan. Pada hakikatnya, pengenaan Sanksi pajak diberlakukan untuk menciptakan Kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajban perpajakannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam uji t untuk menguji pengaruh secara parsial mengenai pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada tabel 4.14 diperoleh nilai thitung untuk variabel Sanksi Pajak (X2) sebesar 2,554 dengan nilai ttabel 1,985. Dikarenakan nilai thitung tersebutlebih besar dibandingkan dengan ttabel (2,554>1,985) dengan signifikansi 0,012<0,05 maka berarti H0 ditolak Hα diterima. Hal ini berarti Sanksi Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas. Sanksi pajak memberikan kontribusi sebesar 7,3% terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kadek Juniati Putrid dan Putu Ery Setiawan (2017) menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Semakin tegas penerapan sanksi hukum maka tingkat kepatuhan wajib pajak juga akan semakin meningkat.
104
Adapun tanggapan reponden yang belum optimal pada indikator “Sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak yang kurang dibayar, apabila pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) dilakukan dengan tidak benar.” Menunjukan bahwa Wajib Pajak menilai denda tersebut cukup memberatkan mereka.
kesimpulkan yang di dapat adalah hasil menunjukan bahwa ada kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan teori yang telah dikemukaan pada tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya bahwa secara parsial sanksi pajak akan mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.
4.6.3. Pengaruh Tax Amnesty dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan atau Uji-f yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan Tax Amnesty (X1) dan Sanksi Pajak (X2) secara simultan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).
Menurut Rusmadi (2017) Hubungan pengampuan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak adalah :
1. Tax amnesty ataupun sanksi pajak sama-sama memberi dampak pada peningkatan penerimaan pajak.
2. Baik Tax amnesty ataupun sanksi pajak, keduanya sama-sama memberi dampak positif pada kepatuhan wajib pajak di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Ristra Putri Ariesta dan Lyna Latifah menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Tax Amnesty dan Sanksi Perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Pengaruh tax amnesty secara
105
parsial menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan tentang tax amnesty, maka semakin baik pula kepatuhan wajib pajak. Pemanfaatan penghapusan sanksi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada program Tax amnesty dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang masih kurang atau belum melaporkan hartanya.
Maka dapat di simpulkan hasil menunjukan bahwa ada kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan teori yang telah dikemukaan pada tinjauan pustakan dan penelitian sebelumnya bahwa secara parsial dengan tingkat Penerapan pengampunan pajak dan sanksi pajak akan berpengaruh kepatuhan Wajib Pajak.