• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERAN WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) (Studi Di PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERAN WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) (Studi Di PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar) SKRIPSI"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S -1) Pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

DISUSUN OLEH : SLAMET ARIADI NIM : 130200032

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi,

Prof. Dr. BISMAR NASUTION, SH.,MH NIP. 197302202002121001

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. BISMAR NASUTION, SH.,MH Dr. MAHMUL SIREGAR,SH.,M.Hum

NIP. 197302202002121001 NIP. 195603291986011001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

SKRIPSI

OLEH : SLAMET ARIADI

NIM : 130200032

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

senantiasa membimbing dan menyertai peneliti selama proses pengerjaan skripsi ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Walokota Dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah (PD) (Studi Di PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar)”.

Peneliti juga mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua orang tua tersayang Ayahanda Sukerno dan Ibunda Nurwati yang dengan tulus dan sabar membesarkan, mendidik, membimbing, dan memberikan dukungan yang terbaik bagi peneliti sehingga peneliti dapat melanjutkan pendidikan hingga keperguruan tinggi. Begitu juga dengan saudara-saudara peneliti yang tercinta abang peneliti, Rudi Agustian, Iskandar dan kakak peneliti Surya Ningsih, S.Pd, serta kepada yang terkasih Mega Sartika., Am.Keb terima kasih untuk dukungannya kepada peneliti selama proses pengerjaan skripsi ini. Selain itu peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu., SH., MH., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan sarana-prasarana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sehingga mempermudah penulis untuk mendapatkan sumber dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting., SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

(4)

motivasi serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Mahmul Siregar., SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan banyak pengalaman kepada penulis, yang dengan penuh kesabaran, dan pengertian dalam membina penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Windha., SH., M.Hum., selaku Dosen Departemen hukum Ekonomi yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam menjalankan skripsi ini.

6. Kepada dosen-dosen Fakultas Hukum USU dan seluruh dosen Departemen Hukum Ekonomi yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada Seluruh Staff Pegawai Fakultas Hukum USU yang telah memberikan dan mempermudah urusan administrasi penulis selama perkuliahan.

8. Kepada Bapak Direktur Utama Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar Bapak Drs. Setia Siagian yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

(5)

Bagian Keuangan, Bapak Masmur Sembiring selaku sub Bagian Keamanan dan Ketertiban, Bapak Togar Situmorang Kepala Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar yang telah memberikan informasi terkait penelitian yang peneliti lakukan dan meluangkan waktu dalam melaksanakan wawancara dengan penulis.

10. Kepada semua pegawai Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar.

11. Kepada informan masyarakat dan pedagang yang tidak penulis masukkan kedalam penulisan skripsi ini yang memberikan informasi terhadap penelitian yang penulis lakukan.

12. Terima kasih buat kawan-kawan Resimen Mahasiswa yang telah memberikan dukungan serta banyak memberikan pengalaman bersama.

13. Terima kasih kepada kawan-kawan Klinis Hukum penulis, Adi Purwanto, Tumbur Oktaris Siallagan, Eldi Rizqy Harahap, Ahmad Idris Lubis, Sumirna Lusiana, Tuti hartati hutasoid, Aminah Sari, dan Susi Sundari yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

14. Terima kasih untuk kawan-kawan Grup C angkatan 2013, serta kawan- kawan Departemen Ekonomiyang telah berjuang bersama penulis dalam perkuliahan.

(6)

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa skripsi ini bukan merupakan suatu hal yang instant, tetapi buah dari suatu proses yang relativ panjang menyita segenap tenaga dan pikiran, namun atas bantuan dan dorongan yang diberikan berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan baik isi maupun bahasanya. Oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya, terutama bagi mahasiswa yang ingin mendalami berbagai permasalahan dalam bidang hukum ekonomi khususnya tentang pengelolaan perusahaan daerah.

Terima kasih.

Medan, Maret 2017 Penulis,

Slamet Ariadi

(7)

Departemen : Hukum Ekonomi

Fakultas : Hukum

Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU) Dosen Pembimbing I : Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum Dosen Pembimbing II : Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

Tujuan penelitian ini adalah untuk meninjau peran Walikota dalam pengelolaan Perusahaan Daerah (PD). Penelitian ini berlokasi di Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jenis data terdiri dari data primer melalui wawancara dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan juga pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari materi dan dokumen yang diperoleh dari, Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar serta karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Untuk menganalisa data yang diperoleh maka penulis menggunakan analisa data deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa PD. Pasar Horas Jaya dibentuk dengan maksud untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. PD. Pasar Horas Jaya bertujuan untuk mendorong perkembangan pembangunan dan perekonomian daerah serta menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah baik yang bersumber dari penggalian dan pemanfaatan potensi daerah maupun yang bersumber dari pembangunan usaha ke luar daerah.

Dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar, Walikota juga ikut serta dan ambil bagian dalam pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya.

Adapun program yang telah dibuat oleh pemerintah dalam pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya adalah dengan membuat suatu Agenda prioritas Pemerintah Kota Pematangsiantar termaktub dalam Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) tahun 2012- 2032, yang diangkat berdasarkan zona pola ruang wilayah seperti : Perdagangan dan Jasa; Kawasan Peruntukan Perkantoran; Kawasan Peruntukan Industri;

Kawasan Peruntukan Pariwisata; dan Kawasan Pertahanan dan Keamanan.

Visi Kota Pematangsiantar dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) ”Mewujudkan Kota Pematangsiantar sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, yang Mantap, Maju dan Jaya, dengan dukungan sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan Pariwisata”.

Kata Kunci : Peran Walikota, PD. Pasar Horas Jaya, Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya

(8)

LEMBARAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

D. Keaslian Penulisan ... 15

E. Tinjauan Pustaka ... 15

F. Metode Penelitian ... 20

G. SistematikaPenulisan ... 24

BAB II :KedudukanPerusahaan Daerah (Pd) Dalam Hukum Di Indonesia ... 26

A. TinjauanUmumPemerintah Daerah... 26

1. Pengertiandan Ciri-ciri Perusahaan Daerah ...29

2. Dasar Hukum Perusahaan daerah ... 34

3. Bentuk-bentuk Perusahaan Daerah... 39

4. Tujuan Pendirian Perusahaan Daerah ... 41

(9)

3. Kedudukan Perusahaan Daerah Sebagai Badan Hukum ... 45

4. Kedudukan Perusahaan Daerah Dalam Melayani Kebutuhan Masyarakat ... 45

BAB III : Tata Kelola Perusahaan Daerah ... 47

A. Pengurusan Perusahan Daerah ... 47

1. Tugas dan Tanggungjawab Direksi Perusahaan Daerah ... 48

2. Kewajiban Direksi Perusahaan Daerah ... 51

3. Hubungan Direksi Dengan Badan Pengawas dan Kepala Daerah ... 51

B. Pengawasan Perusahaan Daerah ... 52

1. Pengawasan Oleh Kepala Daerah... 53

2. Pengawasan Oleh Badan Pengawas ... 54

3. Pengawasan Oleh DPRD ... 54

C. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik di PD ... 55

1. Pengertian dan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik ... 55

2. Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Perusahaan Daerah ... 57

BAB IV : Peran Walikota Dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah Pada PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar ... 59

A. Profil Singkat PD. Pasar Horas Jaya ... 59

(10)

B. Peran Walikota dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya ... 91

C. Kegiatan yang Dilakukan Walikota dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat ... 98

D. Langkah dan Cara-cara dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya Untuk Meningkatkan Perekonomian di Kota Pematangsianta ... 100

BABV : PENUTUP ... 105

• Kesimpulan ... 105

• Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(11)

PD. Pasar Horas Jaya ... 62

Tabel 3 : Program/Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Gedung, Sarana dan Prasarana Pasar Rp. 1.000.000.000,- ... 67

Tabel 4 : Program/ Kegiatan Penyertaan modal untuk Koperasi Serba Usaha PD. Pasar horas Jaya Kota Pema ... 68

Tabel 5 : Aset PD. Pasar Horas Jaya Tahun 2016 – 2017 ... 69

Tabel 6 : Agenda Prioritas PD. Pasar Horas Jaya Pematangsiantar 2015 – 2019 ... 93

Tabel 7 : Program Kerja Jangka 5 (Lima) tahun ... 97

(12)

... 64

Gambar 2 : Kegiatan Usaha PD. Pasar Horas Jaya ... 65

Gambar 3 : Struktur Organisasi PD. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar ... 90

Gambar 4 : Strategi Penguatan Legalitas PD. Pasar Horas Jaya Pematangsiantar ... 94

Gambar 5 : Strategi Pengelolaan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan ... 94

Gambar 6 : Strategi Penata SDM dan Organisasi ... 95

Gambar 7 : Strategi Peningkatan Pendapatan ... 95

Gambar 8 : Strategi Penguatan Permodalan ... 96

Gambar 9 : Strategi Pembinaan dan Pemberdayaan Pedagang Pasar Tradisional ... 96

Gambar 10 : Strategi Pelibatan Stake Holder Masyarakat ... 97

Gambar 11 : Kondisi PD. Pasar Horas Jaya Pematangsiantar Becek dan Bau ... 102

(13)

Gambar 14 : Kondisi PD. Pasar Horas Jaya Pematangsiantar PKL Trotoar

Berserakan ... 103

Gambar 15 : Rencana Pembangunan Gedung 4 PD. Pasar Horas Jaya .. 104

Gambar 16 : Rencana Pembangunan Gedung Parkir PD. Pasar Horas Jaya ... 104

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan BUMD pada dasarnya merupakan kegiatan/usaha daerah untuk meningkatkan sumber pendapatannya di samping dari hasil pajak dan retribusi daerah yang dinilai kurang memadai memberi pemasukan yang maksimal kepada kas daerah. Disebutkan demikian mengingat kedudukan pajak dan retribusi daerah yang bersifat khas lebih banyak dikuasai pemerintah pusat, yang karena berbagai alasan teknis dan politis enggan atau tidak bersedia menyerahkan hak untuk memungut pajak-pajak besar kepada pemerintah daerah.1

Mengapa pemerintah daerah dari sesuatu negara sangat antusias melibatkan diri dalam kegiatan usaha dengan mendirikan BUMD? Terhadap ini T.

Dzulkarnain Amin mengajukan beberapa pertimbangan sebagai berikut:2

1. Berdasarkan pertimbangan ideologis. Di negara-negara sosialis diyakini bahwa alat-alat produksi harus dikuasai oleh Negara/Daerah. Hal ini dalam rangka melindungi buruh dan orang banyak dari kemungkinan pemerasan oleh pengusaha swasta/kapitalis.

2. Di negara-negara berkembang kegiatan pemerintah dalam bidang usaha boleh jadi dimaksudkan untuk mengisi kekosongan usahawan karena swasta tidak/belum mampu berperan.

1 Dr. Faisal Akbar Nasution,S.H., M.Hum,”Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Daerah”,(PT. Sofmedia,Jakarta, 2009), hlm.178

(15)

3. Untuk melindungi kepentingan umum/orang banyak. Dalam hal ini pemerintah dapat menjalankan usaha dengan maksud melaksanakan pelayanan yang bersifat monopoli (misalnya Pengadaan air bersih) atau untuk memberikan saingan kepada kegiatan swasta agar tidak terjadi monopoli. Dalam hal ini sekurang-kurangnya pemerintah ingin berperan sebagai price leader.

4. Mencari keuntungan, dalam rangka mencari dana untuk kegiatan rutin maupun untuk peningkatan pelayanan publik.

Praktek Indonesia kelihatannya cenderung lebih memperioritaskan pertimbangan pada poin 3 daripada poin 2 dan 4, sedangkan pertimbangan pada poin 1 biasanya dimasukan ke dalam pertimbangan poin 3. Hal ini misalnya dilihat dari ketentuan UUD 1945 pada pasal 33 ayat (2) yang berbunyi “Cabang- cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” yang menjadi landasan yuridis bagi pemerintah untuk mendirikan BUMN dan BUMD.

Kendati pertimbangan untuk melindungi kepentingan umum dan pelayanan orang banyak menjadi ciri utama dari BUMD di Indonesia, namun tidaklah berarti bahwa motif untuk mencari keuntungan yang besar lantas dihindarkan. Sebab mengingat hasil pungutan dari pajak lebih banyak disedot oleh pemerintah pusat, maka pemerintah daerah seharusnya mencari alternatif sumber pemasukan yang memadai buat kas daerah, agar pelaksanaan jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah dapat berjalan dengan lancar. Salah satu alternatif itu kehadiran BUMD dengan hasil keuntungan yang bakal diperolehnya

(16)

dapat dihandalkan, tanpa menghilangkan fungsi pelayanan kepada kepentingan umum yang secara sekaligus dapat dilaksanakan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa pendirian BUMD oleh pemerintah mempunyai fungsi dan peran ganda, yaitu melaksanakan fungsi perekonomian pada umumnya tanpa meninggalkan fungsi sosialnya. Hal ini pila yang membedakannya dengan kehadiran perusahaan-perusahaan suasta yang hanya mementingkan fungsi perekonomian dengan mengutamakan pencarian keuntungan yang setinggi- tingginya.

Perusahaan daerah menurut UU Nomor 5 Tahun 1962 adalah bentuk perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang- undang. Yang menjadi tujuan pembentukan perusahaan daerah ini adalah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah pada khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dengan mengutamakan pemberian jasa kepada masyarakat luas, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan untuk memperoleh keuntungan sebagai sumber pendapatan daerah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung tahun 1990,3 pembentukan BUMD yang terdapat di lingkungan DKI Jakarta dibentuk dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:

3Laporan Penelitian “Pembinaan dan Pengembangan Usaha Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta”, dalam Hari S Malang Joedo dan Riant Nugroho D, Reivinting BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), Kunci sukses Mengembangkan BUMD Produktif dan Profesiana,(Jakarta, PT. Elex Media

(17)

1. Sebagai aparat perekonomian daerah dalam rangka mengisi otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab,PD/BUMD harus dapat membantu kelancaran perkembangan dan pembangunan daerah.

2. Sebagai unit perekonomian daerah harus mampu berfungsi sebagai aparat pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah secara aktif dan langsung melakukan usaha-usaha di berbagai sektor industri, jasa, perdagangan, disamping menyelenggarakan usaha pelayanan bagi masyarakat dan kemanfaatan umum, yang sekaligus sebagai penyedia lapangan kerja.

3. Sebagai sumber keuangan daerah guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan daerah dalam menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah dan penyelenggaraan pelayanan umum.

4. Khususnya untuk badan pengelola eks- proyek pengembangan lingkungan/otorita, sebagai aparat daerah, BUMD juga berfungsi sebagai unit pengembangan dari pembangunan lingkungan atau wilayah dengan jalan mengikutsertakan modal masyarakat dalam kegiatan pembangunan di bidang penyediaan fasilitas-fasilitas perumahan lengkap dengan prasarana dan fasilitas-fasilitas perkotaan lainnya (land development nad housing).

Dengan demikian pendirian BUMD tidaklah semata-mata ditujukan sebagai untuk mencari keuntungan saja seperti yang dilakukan untuk mendirikan perusahaan-perusahaan swasta, namun terkandung juga misi untuk meningkatkan pengembangan pelaksanaan jalannya otonomo daerah, dan menjadi agen of

(18)

development terhadap pembangunan dan pertumbuhan perekonomian daerah.

Sementara itu dapat pula dikatakan yang jadi alasan strategis untuk mendirikan perusahaan daerah (BUMD) ini adalah sebagai lembaga usaha yang melayanin kepentingan publik, dimana pada saat yang bersamaan masyarakat atau pihak swasta belum mampu melayanin kepentingan publik tersebut yang mungkin karena modal atau prospek pemasaran produk atau jasa yang belum menjanjikan profit bagi pihak swasta tersebut. Disamping bahwa pemerintah daerah memerlukan sumber pendapatan lain diluar pajak dan retribusi daerah sebagai bagian dari pendapatan asli daerah.

Bentuk usaha yang didirikan oleh pemerintah daerah pada dasarnya merupakan kegiatan / usaha daerah untuk meningkatkan sumber pendapatannya disamping hasil-hasil dari pajak dan retribusi daerah yang dinilai kurang memadai memberi pemasukan yang maksimal kepada kas daerah.

Kendati pertimbangan untuk melindungi kepentingan umum dan pelayanan orang banyak menjadi ciri utama dari perusahaan daerah di Indonesia,

4namun tidak berarti bahwa motif untuk mencari keuntungan yang besar lantas dihindarkan. Sebab mengingat hasil pungutan dari pajak lebih banyak disedot oleh pemerintah pusat, maka pemerintah daerah seharusnya mencari alternatif sumber pemasukan yang memadai untuk kas daerah, agar pelaksanaan jalannya pemerintahan dan pembangunan didaerah-daerah berjalan lebih lancar dalam rangka melaksanakan otonomi yang dimiliki daerah-daerah tersebut. Salah satu

4 Dr. Faisal Akbar Nasution,S.H., M.Hum,”Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan

(19)

alternatif itu, kehadiran BUMD dengan hasil keuntungan yang bakal diperolehnya dapat dihandalkan, tanpa menghilangkan fungsi pemberian pelayanan kepada kepentingan umum yang secara sekaligus dapat dilaksanakannya.

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa pendirian BUMD oleh pemerintah daerah mempunyai pungsi dan peranan ganda, yaitu melaksanakan pungsi perekonomian pada umumnya tanpa meninggalkan pungsi sosialnya. Hal ini pula yang membedakannya dari kehadiran perusahaan-perusahaan swasta yang hanya mementingkan pungsi perekonomian dengan mengutamakan pencarian keuntungan yang setinggi tingginya.

Selain daripada lapangan produksi yang penting bagi masyarakat daerah dan menguasai hajat hidup warga daerah yang bersangkutan, 5 lapangan usaha yang dapat dijalankan oleh BUMD sebenarnya masih terbuka luas seperti halnya pada sektor yang dapat dilakukan oleh pihak swasta, apakah itu disektor industrai, perkebunan, pertanian,perhotelan, perdagangan dan lain sebagainya. Asalkan saja lapangan usaha tersebut memberi keuntungan atau manfaat kepada penerimaan kas keuangan daerah, karena secara yuridis tidak terdapat ketentuan yang melarang pemerintah daerah untuk bergerak dalam lapangan seperti yang telah diusahakan oleh pihak swsta.

5 Ibid;hln.182

(20)

Jika pemerintah daerah bermaksud mendirikan suatu perusahaan daerah, maka pendirian perusahaan daerah itu haruslah dibentuk dengan suatu peraturan daerah. Dengan ditetapkannya dalam suatu peraturan daerah, maka kedudukan perusahaan daerah sebagai badan hukum publik dapat bergerak seperti kedudukan badan hukum publik lainnya yang diatur oleh KUH Perdata atau KUH Dagang, seperti perseroan terbatas (PT), CV,Firma, dan lain sebagainya, yang berarti dapat melaksanakan perbuatan –perbuatan hukum (dalam hal ini diwakili pengurus atau direksi perusahaan daerah dimaksut) seperti yang dilakukan lazimnya oleh perusahaan swasta pada umumnya.

Adapun masalah pelayanan terhadap kepentingan umum (fungsi sosial) seperti dimaksud oleh Pasal 5 Ayat (1) dan penjelasan umum UU Nomor 5 1962 yang ditekankan kepada setiap BUMD, hendaknya diserahkan kepada peran dari dinas-dinas daerah, 6yang dibentuk untuk melaksanakan urusan-urusan rumah tangga daerah dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya. Sebab salah satu yang menjadi tujuan pembentukan dari dinas-dinas daerah ini adalah menjadi perangkat pemerintah daerah yang langsung memberikan atau melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat dan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.

Dengan demikian, jelas bahwa pembentukan perusahaan-perusaan daerah adalah ditujukan untuk memperoleh laba atau keuntungan bagi pemasukan sumber PAD, sedangkan dinas-dinas daerah dibentuk untuk memberi pelayanan kepada masyarakat dengan anggaran yang disediakan dari APBD meskipun di izinkan

(21)

untuk memungut atau mengambil sejumlah biaya atas pelayanan yang telah diberikannya, seperti misalnya melalui pranata retribusi daerah.

Dengan konstruksi pemikiran seperti disebutkan di atas, maka ruang gerak dari BUMD diperkirakan akan menjadi leluasa untuk berusaha dan berkonsentrasi mencari keuntungan yang setinggi-tingginya bagi BUMD tersebut.

Yang bergerak dalam lapangan usaha yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak, dan tidak perlu dibebankan fungsi sosialnya kecuali bagi perusahaan- perusahaan daerah yang dalam menjalankan usahanya menguasai hajat hidup orang banyak.

Untuk mencapai tujuan mencari keuntungan yang setinggi-tingginyayang selanjutnya disumbangkan bagi sumber pendapatan daerah (APBD), maka masalah profesionalisasi dalam pengelolaan atau menejemen pengelolaan perusahaan menjadi suatu keharusan yang mutlak menjadi perhatian pada setiap pemerintah daerah, terutama untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan swasta yang bergerak dalam lapangan usaha yang sama, dan juga dalam menghadapi pesaingan global yang menuntut efisiensi dan profesionalitas dalam berproduksi dan dalam mengembangkan atau meluaskan pasar. Dalam hal ini dituntut kapasitas pimpinan perusahaan (Direksi) yang berkemampuan profesional dan berdedikasi tinggi dengan paradigma menejemen yang jelas dalam menjalankan prinsip-prinsip perekonomian pada perusahaan daerah yang telah dipimpinnya, serta dibantu oleh sejumlah karyawan-karyawan yang dapat diandalkankemampuannya dalam membantu Direksi.

(22)

Masalah profesionalisasi pimpinan perusahaan daerah dewasa ini banyak dikeluhkan oleh para pakar.7Kelemahan yang ada bersumber dari penempatan tenaga pelaksana yang kurang cakap atau terampil. Pada umumnya mereka adalah pegawai negeri yang diangkat oleh penguasa pemerintah daerah setempat, yang sama sekali tidak atau mungkin kurang mempunyai pengalaman dalam bidang manajamen dan seluk beluk tata niaga, disamping kurangnya motivasi dan rasa tanggungjawab untuk menjalankan usaha yang menguntungkan, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada untuk memajukan perusahaan. Hal ini dapat disadari mengingat latar belakang pembentukan dan permodalan BUMD yang sama halnya dengan BUMN berasal dari sumber APBD dan APBN, sehingga dalam proses rekruitmen kepemimpinan BUMD ini lebih didasarkan pada pertimbangan kedekatan kepada birokrasi lebih menentukan ketimbang pertimbangan seperti kompetensi dan kredibilitas.8

Disamping masalah kepemimpinan pada perusahaan daerah ini, masalah lainnya yang cukup menonjol adalah keterkaitan secara birokratis antara BUMD dengan pemerintah daerah setempat. Kelemahan seperti ini sering membuat BUMD disebut perusahaan berkarakter birokrasi. Ciri ini seperti dikritik oleh Donald P. Warwick, adalah ciri birokrasi atau organisasi pemerintah dimana mereka cenderung menjadi tuan dan bukan pelayan masyarakat yang

7 Dr. Faisal Akbar Nasution,S.H., M.Hum,”Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Daerah”,(PT. Sofmedia,Jakarta, 2009), hlm.184

(23)

mengakibatkan orang takut mengambil prakarsa, menumpuknya berkas laporan, terbuangnya waktu, dan terkurasnya dana pemerintah.9

Hal ini terjadi antara lain karena modal BUMD sebagian terbesar atau seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan, dan cara pendiriannya yang terlebih dahulu harus diatur dalam bentuk peraturan daerah, yang tentunya memerlukan kerjasama dan persetujuan bersama dari pihak pimpinan eksekutif daerah dan pihak legislatif daerah (DPRD). Keadaan tersebut sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan di kalangan manajamen, sehingga BUMD sulit untukmengantisipasi berbagai perubahan situasi secepatseperti yang diambil oleh perusahaan-perusahaan swasta, walaupunmereka sebenarnya mengetahuinya.10

Guna mengantisipasi permasalahan tersebut kualitas profesionalisasi pengelolaan BUMD sangat penting untuk ditingkatkan. Hal ini berarti para pimpinan BUMD harus dipilih dan diangkat dari kalangan tenaga profesional murni yang tangguh dan berkeahlian, disamping dalam hal status kepegawaian dari seluruh pimpinandan karyawan BUMD mesti diperhatikan agar terdapat kepastian dan ketenangan dalam bekerja, apakah mereka tetap menjadi pegawai negeri/daerah seperti kebanyakan pada BUMD yang dimilikisetiap daerah atau

9 Donald P/ Warwick menurut kutipan Hari S. Malang Joedo dan Riant Nugroho D,”Reinvinting Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Kunci Sukses Mengembangkan BUMD Produktif dan Profesional”,(PT.Elex Media Komputiondo, Jakarta, 2006), hlm.52 - 53

10 Edie Toet Hendratno,”Peranan Perusahaan Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Bagi Daerah”, Makalah Pembahasan pada Seminar hukum memperingati 45 tahun Indonesiamerdeka, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, 12 Januari 1991.

(24)

menjadi pegawai perusahaan murni tanpa melihat setatusnya sebagai pegawai negeri.

Dengan kejelasan status kepegawaian mereka, maka mereka akan mengetahui hak dan kewajibannya, serta konsekwensinya sesuai dengan status mereka.11 Sehingga jika ia misalnya pegawai negeri jangan mau enaknya sendiri, selaku pegawai negeri pangkatnya naik terus, sementara gajinya lebih besar dari pegawai negeri biasa namun pekerjaannya tidak dapat dihandalkan.12

Selain kepropesionaan pimpinan dan karyawan BUMD, masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah kebebasan dalam pengambilan dan menjalankan keputusan atas ara dan tujuan perusahaan dengan sistem menajemen yang baik dan tangguh. Dalam hal ini diperlukan Political Will dari pihak pemerintah daerah setempat, untuk memberi kelonggaran dan kebebasan kepada pimpinan BUMD yakni otonomi dalam proses pengambilan keputusan untuk kemajuan usaha BUMD tersebut, sehingga masalah-masalah yang menyangkut maju mundurnya perusahaan dapat ditanggulangi sedini mungkin dan diputuskan secar propesional pula, tanpa terlalu tergantung kepada kebijakan dari aparat pemerintah daerah sebagai pemiliknya.

11 Felix Oentoeng soebagjo, “Perusahaan Daerah dan Beberapa Permasalahaannya”,Majalah Hukum dan Pembangunan Nomor 2 Tahun VIII, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Maret 1978, hlm. 662.

12 WarsitoRahman, “Memprofesionalkan Personil Bank Pembangunan Daerah,”Majalah Info Bank

(25)

Berkaitan dengan hal tersebut di atas secara akademis masalah hubungan antara pemilik perusahaan dengan para pengelolanya dapat dilihat dari dua teori yang terkait, seperti diuraikan oleh A.Toni Prasetian Tono, 13 yaitu pertama, teori Property Rights, yakni dimana sebuah perusahaan yang dimiliki oleh individu- individu yang bebas untuk menggunakan, mengelola, dan memberdayakan aset- aset privatnya. Konsekunsinya, mereka akan mendorong habis-habisan usahanya agar efesien. Kedua teori Princival-agent, yaitu dalam hal ini diungkapkan bagaimana peta hubungan antara princival(pemilik perusahaan,dalam hal BUMN adalah pemerintah) dan agent (perusahaan, yakni BUMN).

Oleh sebab itu untuk menghilangkan kesan negatif dalam menentukan pimpinan perusahaan dan kebebasan dalam mengambil keputusan untuk memajukan perusahaan, sebaiknya pemilik BUMD yaitu pemerintah daerah (princival) ketika hendak memilih pengelola / pimpinan perusahaan (agent) berasal dari propesional murni dan terlepas dari intrik-intrik para politisi(baik dari lingkungan eksekutif daerah maupun dari lingkungan legislatif daerah) yang hendak mengambil keuntungan atau kepentingan tertentu dari jalannya perusahaan untuk kepentingan golongan politiknya. Misalnya mencari para manejaer propesional secara terbuka dan selanjutnya dapat dilakukan uji kelayakan (fit and proper tes) sesuai dengan bidang keahliannya. Dalam hal uji kelayakan ini bisa saja para politisi dari DPRD turut terlibat dalam rangka pelaksanaan pengawasan (chaeks and balances), namun hendaknya yang diuji adalah berkaitan dengan visi dan misi dari para calon manajer berkaitan dengan

13 Dr. Faisal Akbar Nasution,S.H., M.Hum,”Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Daerah”,(PT. Sofmedia,Jakarta, 2009), hlm.186

(26)

keberadaan dan kemajuan BUMD serta kaitannya dengan jalannya pembangunan daerah. Setelah terpilihnya pimpinan perusahaan yang berasal dari manajer propesional, selanjutnya perlu diberikan otoritas dan otonomi yang cukup kepada meraka dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bisnis yang akan dijalankannya, sehingga dapat diharapkan akan mendorong berjalannya perusahaan secara efesien seperti di gambarkan dalam teori property rights di atas.

Adapun peran pemerintah daerah selaku pemilik BUMD (princival) dapat didudukkan pada posisinya sebagai pemegang saham. Dalam kapasitasnya sebagai pemaegang saham ini, sebaiknya wakil-wakil pemerintah daerah duduk sebagai pengurus dewan komisaris yang bertugas untuk mengawasi dan atau sebagai supervisor terhadap jalannya perusahaan daerah yang dijalankan oleh pihak Direksi dan kariawan BUMD (agent), berperan menganalisis dan menilai kelayakan investasi, ekspansi usaha, serta memberikan proposal yang mencakup program perbaikan, disamping itu dapat pula berperan sebagai regulator antar instansi pemerintah daerah dalam menghindarkan terjadinya tumpang tindih dalam melakukan pembinaan, 14 tanpa mengabaikan tugas-tugas pengawasan pungsional untuk mengawasi jalannya pemerintahan dan pembangunan didaerah, khususnya termasuk aset pemerintah daerah yang diinvestasikan ke dalam BUMD tersebut.

(27)

Peran Walikota dalam mengelola Perusahaan Daerah juga sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan bahwa Walikota merupakan suatu sarana pertama yang sangat penting dalam memajukan suatu Perusahaan Daerah.Dengan ikut sertanya Walikota dalam suatu Perusahaan daerah di harapkan dapat memberikan suatu dampak positif terhadap Perusahaan Daerah itu sendiri.

Dari uraian di atas, maka yang perlu dipertanyakan adalah apakah di setiap perusahaan daerah, Walikota sudah berperan dalam mengelola perusahaan daerah tersebut? Misalnya Perusahaan Daerah pada PD. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar apakah pemerintah daerah (Walikota) sudah berperan dalam pengelolaan perusahaan daerah tersebut. Oleh karena itu, maka menjadi alasan bagi Penulis untuk mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan daerah dengan judul : “ Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Walikota Dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah (PD)” Yang didapatkan dari studi di PD.

Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kedudukan Perusahaan Daerah (PD) dalam Hukum di Indonesia ?

2. Bagaimana Tata Kelola Perusahaan Daerah (PD) ?

3. Bagaimana peran Walikota dalam Pengelolaan Perusahan Daerah Pada PD.

Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar?

(28)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Tujuan Obyektif.

Tujuan Obyektif dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Perusahaan Daerah (PD) dalam Hukum di Indonesia

2) Untuk mengetahui bagaimana tata kelola Perusahaan Daerah (PD)

3) Untuk mengetahui bagaimana peran Walikota dalam pengelolaan Perusahaan Daerah pada PD. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar

b. Tujuan Subyektif

Tujuan Subyektif dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengetahuan penulis dalam penulisan Hukum Ekonomi yang berhubungan dengan peran Walikota dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar

2) Untuk memperluas pemahaman serta pengembangan aspek Pengelolaan Perusahaan Daerah dalam teori maupun praktek di lapangan.

(29)

3) Untuk memperoleh data-data sebagai bahan untuk penulisan hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumaera Utara Medan.

4) Untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu hukum yang diperoleh dalam perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui sebuah penelitian hukum.

5) Untuk memberikan tambahan pemikiran atas permasalahan yang telah dibahas, yaitu dari hasil penelitian hukum yang dilakukan penulis, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, bagi kalangan akademis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, serta pihak lain yang berminat atau berkepentingan sehubungan dengan permasalahan yang dibahas pada khususnya.

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum konomi yang berhubungan dengan peran Walikota dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah.

(30)

2) Memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai proses pelaksanaan peran Walikota dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar.

b. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti 2) Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola

pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

3) Dari hasil penelitian ini, akan menambah pengetahuan kita sejauh mana pelaksanaan pemerintahan itu dijalankan dan dilaksanakan.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini membahas tentang ” Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Walikota Dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah (PD)”. Dimana judul tersebut belum pernah dibahas di Fakultas Hukum sesuai dengan yang diterangkan dalam lembaran surat keterangan yang menyatakan telah dperiksa, tidak ada judul yang sama pada arsip perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universtas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang dibuat pada tanggal 11 Maret 2017 di Medan.

Sehingga Penulis menyusun skripsi ini dengan berbagai referensi yang Penulis

(31)

dapatkan baik dari Buku-buku, Media Cetak dan Elektronik, maupun bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat di pertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Pustaka

Pengaturan tentang perusahaan daerah yang sering disebut sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), pada hakikatnya masih merujuk kepada 15Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah ( UU tentang Perusahaan Daerah). UU tentang Perusahaan Dearah ini kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2901) yang mencabut beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah pengganti undang- undang yang materi muatannya dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 atau sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi politik dan hukum itu.

15UU No.5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah

(32)

Namun demikian ketentuan 16Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 menyebutkan bahwa ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tetap berlaku sampai dibentuknya undang-undang baru yang mengatur mengenai perusahaan daerah. Pada kenyataannya sampai sekarang belum dibentuk undang-undang baru sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962.

Kondisi ini menimbulkan permasalahan legalitas bagi pengelolaan perusahaan daerah karena dasar hukum yang sekarang berlaku yakni Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, secara substansi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat.

Berbagai undang-undang yang terkait dengan pengelolaan perusahaan daerah terutama undang-undang sektoral telah mengalami perkembangan yang sangat dinamis. Hal ini menyebabkan materi muatan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menjadi tidak ”up to date”dan tidak sesuai lagi dengan undang-undang terkait lainnya.

16UU No.5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

(33)

Ketertinggalan ini kemudian dalam praktiknya membuat pengelolaan perusahaan daerah menjadi tidak satu irama, perusahaan daerah yang berbentuk perseroan mengacu dan tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Daerah yang dijadikan rujukan pengelolaan secara Bussines Life Corporation. Sedangkan Perusahaan Daerah yang tidak berbentuk perseroan terbatas merujuk pada Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah setempat.

Undang-Undang No.5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memberikan pengertian tentang yang dimaksud dengan Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan undang-undang ini yang seluruh atau sebagian modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.”

Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang dimaksud dengan Perusahaan Daerah “adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya diimiliki oleh Pemerintah Daerah”.

Menurut Elita Dewi (2002:4) mengenai perusahaan daerah adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: Memberi jasa, Menyelenggarakan pemanfaatan umum, Memupuk pendapatan 2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat

(34)

dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok- pokok pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Selanjutnya Digital Library (www.google.co.id) diakses tanggal 7Maret 2017) menyebutkan Perusahaan Daerah adalah: “Suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan. Perusahaan Daerah dipimpin oleh suatu Direksi yang jumlah anggota dan susunannya ditetapkan dalam peraturan pendiriannya. Direksi berada dibawah pengawasan Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet atau badan yang ditunjuknya”.

Sementara Glosarium Departemen Dalam Negeri (www.depdagri.co.id) diakses tanggal 7 Maret 2017) menjelaskan bahwa “Perusahaan yang pendiriannya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan”

(35)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan daerah telah memberikan pengertian tentang perusahaan daerah, dimana dititik beratkan kepada faktor permodalan yang dinyatakan untuk seluruhnya atau sebagiannya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 bahwa “Perusahaan daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang”.

Ini berarti bahwa masih ada kemungkinan mengikutsertakan swasta ke dalam perusahaan, dan ini sesuai pula dengan dasar-dasar pemikiran bahwa segala modal yang ada dalam masyarakat yang merupakan pengerahan potensi dana dan tenaga (funds and forces) dapat diikutsertakan.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam negeri dan Otoda Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga Pasal 1, menetapkan bahwa: “Perusahaan daerah adalah semua badan usaha yang modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendiriannya diprakarsai oleh daerah”.

(36)

Mannulang dalam Hessel Nogi S.T ( 2005:75) menyatakan bahwa

“Perusahaan daerah adalah suatu badan yang dibentuk oleh daerah untuk mengembangkan perekonomian dan untuk menambah penghasilan daerah, di mana tujuan utama perusahaan daerah bukan pada keuntungan, akan tetapi justru memberikan jasa dan menyelenggarakan jasa umum serta mengembangkan perekonomian daerah, sehingga dengan deimikian perusahaan daerah mempunyai fungsi ganda yang harus menjamin keseimbangan antara fungsi sosial dan fungsi ekonomis”.

Menurut Kamus Bisnis dan Bank Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh modal yang dimiliki adalah milik Pemerintah Daerah, baik berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Menurut Ensiklopedia Bebas Badan usaha milik daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.Menurut Kamus Ekonomi BUMD adalah Mencakup semua badan usaha milik pemerintah daerah, yang pengelolaan dan pembinaannya berada di bawah pemerintah daerah, jenis kegiatannya antara lain meliputi penyediaan air minum, pengelolaan pasar, penyediaan obyek wisata/taman hiburan dan sebagaianya. Pada umumnya perusahaan ini berbentuk perusahaan daerah (PD) yang diatur berdasarkan peraturan daerah.

(37)

F. Metode Penelitian

Metode berasal dari kata metodhos (Yunani) yang artinya adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara karja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya. Menurut Soerjono Soekanto, sebagaimana dikutip oleh Rosady Roslan menjelaskan penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut, bahwa sistem dan metode yang dipergunakan untuk memperoleh informasi atau bahan materi suatu pengetahuan ilmiah yang disebut dengan metodologi ilmiah. Pada sisi lain dalam kegiatan untuk mencari informasi tersebut dengan tujuan untuk menemukan hal-hal yang baru merupakan suatu prinsip-prinsip tertentu atau solusi (pemecahan masalah) tersebut disebut dengan penelitian. (Soerjono Soekanto, 1986).17

Dapat dikatakan bahwa metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam penelitian, dipilih berdasarkan dan mempertimbangkan keserasian dengan obyek serta metode yang digunakan sesuai dengan tujuan, sasaran, variabel dan masalah yang hendak diteliti. Hal tersebut diperlukanuntuk memperoleh hasil penelitian yang mempunyai nilai validitas dan reabilitas yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

17 Soerjono Soekanto,”Pengantar Penelitian Hukum”, (UI Press,Jakarta,1986), hlm. 5

(38)

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah normatif yuridis. Penelitian normatif menggunakan sumber data Primer dan sekunder sebagai sumber data yang utama.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis mengambil lokasi di Perusahaan Daerah Pasar Horas Kota Pematangsiantar dan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Alasan memilih Perusahaan Daerah Pasar horas Jaya Kota Pematangsiantar sebagai tempat penelitian adalah karena di tempat tersebut dapat diperoleh data yang ingin diketahui secara sistematik maupun secara keseluruhan pelaksanaan peran Walikota dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar Horas JayaKota Pematangsiantar.

3. Jenis Data

Data adalah suatu keterangan atau fakta dari obyek yang diteliti.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, merupakan data atau fakta atau keterangan yang digunakan oleh seseorang yang diperoleh melalui bahan-bahan, dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan, laporan, desertasi, bahan-bahan kepustakaan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, serta melalui penelitian langsung kelapangan untuk mendapatkan data yang ingin diketahui secara sistematik maupun keseluruhan.

4. Sumber Data

(39)

Berkaitan dengan jenis data yang digunakan, maka sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder, terdiri dari:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti.

b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, media cetak dan media elektronik, termasuk peraturan perundang- undangan.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, surat kabar, dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan penelitian ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memakai teknik pengumpulan data studi kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau yang disebut dengan data skunder. Adapun data skunder yang digunakan ialah data-data yang bersumber dari buku-buku, media cetak dan media

(40)

elektronik, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Dalam pengumpulan data melalui studi kepustakaan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a. Melakukan inventarisasi hukum positifdan bahan-bahan hukum lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti;

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui pustaka, artikel- artikel, jurnal-jurnal dan peraturan perundang-undangan yang terkait;

c. Mengelompokan data yang relevan dengan masalah yang sedang dibahas;

d. Menganalisa data-data yang sesuai tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan atau data primer. Penelitian ini dapat dilakukan melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten untuk dapat menjawab permasalahan yang sedang diteliti.

(41)

6. Analisis Data

Data primer dan data skunder yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis konten (content analysis).

Analisis konten dipergunakan karena dikaitkan dengan data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Pada prinsipnya analisis ini dikaitkan dengan data primer dan sekunder, maka teknik analisis konten dapat pula diterapkan pada penelitian hukum normatif. Dalam penelitian yang dilaksanakan ini, penulis hanya menggunakan dokumen siap pakai sebagai satu-satunya data, yaitu melakukan inventarisasi dan menganalisis dokumen sekunder yang berkaitan dengan masalah peran Walikota dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah. Dalam penelitian bentuk analisis adalah seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pemerintahan daerah dan Pengelolaan Perusahaan Daerah. Adapun model analisis dalam penelitian kualitatif yang terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data/sajian data dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya yang dilakukan dengan cara interaksi baik antar komponennya maupun dengan proses pengumpulan data dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara tiga komponen analisa dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung maupun sesudah pengumpulan data dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi peneliti (HB.

Soetopo, 2002: 94 & 95).

(42)

G. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum, maka penulis membuat suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu pendahuluan, Kedudukan Perusahaan Daerah (Pd) Dalam Hukum Di Indonesia, Tata Kelola Perusahaan Daerah, Peran Walikota Dalam Pengelolaan Perusahaan Daerah Pada PD. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar, dan penutup, ditambah dengan lampiran-lampiran dan daftar pustaka. Yang apabila disusun dengan sistematis adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN. Pada awal bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal tentang penelitian yang meliputi latar belakang masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan sistematika penulisan.

BAB II : KEDUDUKAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) DALAM HUKUM DI INDONESIA. Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum kedudukan perusahaan daerah (PD) dalam hukum di Indonesia yang terdiri atas :Tinjauan Umum Pemerintah Daerah yang terbagi lagi menjadi Pengertian dan Ciri-ciri Perusahaan Daerah, Dasar Hukum Perusahaan daerah, Bentuk-bentuk Perusahaan Daerah, Tujuan Pendirian Perusahaan Daerah, dan Kedudukan Perusahaan Daerah Menurut Hukum yang kemudian dibagi lagi menjadi Pendirian Perusahaan daerah, Modal Perusahaan Daerah, Kedudukan Perusahaan Daerah Sebagai Badan Hukum, Kedudukan Perusahaan Daerah Dalam Melayani Kebutuhan Masyarakat.

(43)

BAB III : TATA KELOLA PERUSAHAAN DAERAH. Bab ini menguraikan tentang tata kelola perusahaan daerah yang meliputi : Pengurusan Perusahan Daerah, Pengawasan Perusahaan Daerah,Tata Kelola Perusahaan Yang Baik di PD.

BAB IV : PERAN WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH PADA PD. PASAR HORAS JAYA KOTA PEMATANGSIANTAR. Dalam bab ini diuraikan tentang hasil dari penelitian yang meliputi : Profil Singkat PD. Pasar Horas Jaya, Peran Walikota dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya, Kegiatan yang Dilakukan Walikota dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, Langkah dan Cara-cara dalam Pengelolaan PD. Pasar Horas Jaya Untuk Meningkatkan Perekonomian di Kota Pematangsiantar.

BAB V : PENUTUP. Bab ini memuat kesimpulan hasil penelitian dan saran sebagai pedoman dalam perumusan peran walikota dalam pengelolaan perusahaan daerah pada PD. Pasar Horas Jaya di Kota Pematangsiantar.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(44)

BAB II

KEDUDUKAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) DALAM HUKUM DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Perusahaan Daerah

Pengaturan tentang perusahaan daerah yang sering disebut sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), pada hakikatnya masih merujuk kepada 18Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah ( UU tentang Perusahaan Daerah). UU tentang Perusahaan Dearah ini kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2901) yang mencabut beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah pengganti undang- undang yang materi muatannya dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 atau sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi politik dan hukum itu.

(45)

Namun demikian ketentuan 19Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 menyebutkan bahwa ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tetap berlaku sampai dibentuknya undang-undang baru yang mengatur mengenai perusahaan daerah. Pada kenyataannya sampai sekarang belum dibentuk undang-undang baru sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962.

Kondisi ini menimbulkan permasalahan legalitas bagi pengelolaan perusahaan daerah karena dasar hukum yang sekarang berlaku yakni Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, secara substansi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat.

Berbagai undang-undang yang terkait dengan pengelolaan perusahaan daerah terutama undang-undang sektoral telah mengalami perkembangan yang sangat dinamis. Hal ini menyebabkan materi muatan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menjadi tidak ”up to date”dan tidak sesuai lagi dengan undang-undang terkait lainnya.

Ketertinggalan ini kemudian dalam praktiknya membuat pengelolaan perusahaan daerah menjadi tidak satu irama, perusahaan daerah yang berbentuk perseroan mengacu dan tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Daerah yang dijadikan rujukan pengelolaan secara Bussines Life Corporation. Sedangkan Perusahaan Daerah

19UU No.5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2901)

(46)

yang tidak berbentuk perseroan terbatas merujuk pada Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah setempat.

Peran Walikota dalam mengelola Perusahaan Daerah juga sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan bahwa Walikota merupakan suatu sarana pertama yang sangat penting dalam memajukan suatu Perusahaan Daerah.Dengan ikut sertanya Walikota dalam suatu Perusahaan daerah di harapkan dapat memberikan suatu dampak positif terhadap Perusahaan Daerah itu sendiri.

Eksistensi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai lembaga bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi daerah. Keberadaan BUMD diyakini dapat memberikan multiplier effect yang sangat besar bagi perekonomian masyarakat. Dengan adanya pendirian BUMD, hal itu akan membuka lapangan kerja baru, menggerakkan sektor-sektor ekonomi produktif, serta menjadi stimulan bagi pertumbuhan ekonomi di daerah.

Budi Ernawan, Kasubdit BUMD, Direktorat Pendapatan dan Investasi Daerah, Dirjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan BUMD akan mendorong munculnya usaha-usaha baru sebagai usaha pendukung.

Budi menjelaskan jika BUMD dapat menjadi pendorong down effect ekonomi secara menyeluruh, maka secara langsung akan menambah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor pajak dan restribusi. “BUMD lebih dari sekadar penyumbang bagi PAD, namun menjadi salah satu penggerak ekonomi daerah.

(47)

BUMD Mencakup semua badan usaha milik pemerintah daerah, yang pengelolaan dan pembinaannya berada di bawah pemerintah daerah, jenis kegiatannya antara lain meliputi penyediaan air minum, pengelolaan pasar, penyediaan obyek wisata/taman hiburan dan sebagaianya. Pada umumnya perusahaan ini berbentuk perusahaan daerah (PD) yang diatur berdasarkan peraturan daerah.

1. Pengertian dan Ciri-ciri Perusahaan Daerah

Badan usaha yang dikelola oleh pemerintah daerah disebut badan usaha milik daerah (BUMD).Perusahaan daerah adalah perusahaan yang didirikan oleh pemerintah daerah yang modalnya sebagian besar/seluruhnya adalah milik pemerintah daerah.Tujuan pendirian perusahaan daerah untuk pengembangan dan pembangunan potensi ekonomi di daerah yang bersangkutan.

Contoh perusahaan daerah antara lain: Perusahaan Air Minum (PDAM) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) memiliki kedudukan sangat panting dan strategis dalam menunjang pelaksanaan otonomi.

Oleh karena itu, BUMD perlu dioptimalkan pengelolaannya agar benarbenar menjadi kekuatan ekonomi yang handal sehingga dapat berperan aktif, baik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya maupun sebagai kekuatan perekonomian daerah.Laba dari BUMD diharapkan memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Otonomi daerah memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi peran Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD ) dalam menopang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sesungguhnya usaha dan

(48)

kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari BUMD telah berjalan sejak lama sebelum UU tentang otonomi daerah disahkan. Untuk mencapai sasaran tujuan BUMD sebagai salah satu sarana PAD, perlu adanya upaya optimalisasi BUMD yaitu dengan adanya peningkatan profesionalisasi baik dari segi manajemen, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang memadai sehingga memiliki kedudukan yang sejajar dengan kekuatan sektor perekonomian lainnya.

Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yang dimaksud dengan Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan undang-undang ini yang seluruh atau sebagian modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.”

Sedangkan menurut 20Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang dimaksud dengan Perusahaan Daerah “adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya diimiliki oleh Pemerintah Daerah”.

Selanjutnya Digital Library (www.google.co.id) diakses tanggal 7Maret 2017) menyebutkan Perusahaan Daerah adalah: “Suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan.

(49)

Perusahaan Daerah dipimpin oleh suatu Direksi yang jumlah anggota dan susunannya ditetapkan dalam peraturan pendiriannya. Direksi berada dibawah pengawasan Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet atau badan yang ditunjuknya”.

Sementara Glosarium Departemen Dalam Negeri (www.depdagri.co.id) diakses tanggal 7 Maret 2017) menjelaskan bahwa “Perusahaan yang pendiriannya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan”

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan daerah telah memberikan pengertian tentang perusahaan daerah, dimana dititik beratkan kepada faktor permodalan yang dinyatakan untuk seluruhnya atau sebagiannya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 bahwa “Perusahaan daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang”.

Ini berarti bahwa masih ada kemungkinan mengikutsertakan swasta ke dalam perusahaan, dan ini sesuai pula dengan dasar-dasar pemikiran bahwa segala modal yang ada dalam masyarakat yang merupakan pengerahan potensi dana dan tenaga (funds and forces) dapat diikutsertakan.

(50)

Sedangkan berdasarkan 21Keputusan Menteri Dalam negeri dan Otoda Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga Pasal 1, menetapkan bahwa: “Perusahaan daerah adalah semua badan usaha yang modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendiriannya diprakarsai oleh daerah”.

Mannulang dalam 22Hessel Nogi S.T ( 2005:75) menyatakan bahwa

“Perusahaan daerah adalah suatu badan yang dibentuk oleh daerah untuk mengembangkan perekonomian dan untuk menambah penghasilan daerah, di mana tujuan utama perusahaan daerah bukan pada keuntungan, akan tetapi justru memberikan jasa dan menyelenggarakan jasa umum serta mengembangkan perekonomian daerah, sehingga dengan deimikian perusahaan daerah mempunyai fungsi ganda yang harus menjamin keseimbangan antara fungsi sosial dan fungsi ekonomis”.

Menurut Kamus Bisnis dan Bank Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh modal yang dimiliki adalah milik Pemerintah Daerah, baik berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

21Keputusan Menteri Dalam negeri dan Otoda Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga

(51)

Menurut Ensiklopedia Bebas Badan usaha milik daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.

Menurut Kamus Ekonomi BUMD adalah Mencakup semua badan usaha milik pemerintah daerah, yang pengelolaan dan pembinaannya berada di bawah pemerintah daerah, jenis kegiatannya antara lain meliputi penyediaan air minum, pengelolaan pasar, penyediaan obyekwisata/taman hiburan dan sebagaianya. Pada umumnya perusahaan ini berbentuk perusahaan daerah (PD) yang diatur berdasarkan peraturan daerah.

Menurut Elita Dewi (2002:4) mengenai perusahaan daerah adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: Memberi jasa, Menyelenggarakan pemanfaatan umum, Memupuk pendapatan 2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok- pokok pemerintahan daerah.

(52)

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Ciri-ciri BUMD

BUMD mempunyai beberapa ciri yaitu :

1. Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha;

2. Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan perusahaan;

3. Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan perusahaan;

4. Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang;

5. Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan;

6. Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat;

7. Sebagai sumber pemasukan negara;

8. Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara lain, baik berupa bank maupun nonbank;

9. Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan.

(53)

2. Dasar Hukum Perusahaan

BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang- undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

Lahirnya Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 23 . Hasilnya direkomendasikanlah pencabutan beberapa peraturan perundang-undangan, termasuk di antaranya Undang- undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah.

Perusahan Daerah dengan dasar hukum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dan bentukPerseroan Terbatas dengan dasar hukum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.24Kemudian setelah lahir Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka berlaku asas lex superior derogat legi inferior yang artinya bahwa hukum yang lebih tinggi menyampingkan hukum yang lebih

23Konsideran Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Beberapa Undang Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang.

24 Mulhadi.2010.HukumPerusahaan,Bentuk-bentukBadanUsahadiIndonesia.

(Bogor:GhaliaIndonesia). Hlm.25

Referensi

Dokumen terkait