• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI WILAYAH BANJIR DI KOTA DENPASAR KHUSUSNYA DI WILAYAH MONANG MANING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI WILAYAH BANJIR DI KOTA DENPASAR KHUSUSNYA DI WILAYAH MONANG MANING"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

(3)

3

IDENTIFIKASI WILAYAH BANJIR DI KOTA DENPASAR KHUSUSNYA DI WILAYAH MONANG MANING

OLEH:

IR. I KETUT SUPUTRA, MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah, kami dapat menyusun tulisan mengenai Identifikasi Wilayah Banjir di Kota Denpasar Khususnya Wilayah Monang-maning.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang ikut membantu dan memberikan masukan dalam penyelesaian tulisan ini.

Kami menyadari dengan keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta waktu yang kami miliki, tentunya tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat demi penyempurnaan tulisan ini.

Akhir kata, kami harapkan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya para pembaca yang tertarik mengenai masalah banjir dan mengenal bagaimana mengidentifikasi wilayah banjir di kota Denpasar.

Denpasar, Desember 2016 Penulis

(5)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Identifikasi ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengertian Banjir ... 4

2.2 Tipe Banjir ... 5

2.3 PenyebabTerjadinya Banjir ... 6

BAB III IDENTIFIKASI WILAYAH BANJIR ... 10

3.1 Kota Denpasar ... 10

3.1.1 Karakteristik Lingkungan Fisik Kota Denpasar... 10

3.1.2 Banjir di Kota Denpasar ... 16

3.2 Wilayah Monang Maning Denpasar Barat ... 19

3.2.1 Karakteristik Lingkungan Fisik Wilayah Monang Maning Denpasar Barat ... 19

3.2.2 Banjir dan Genangan di Wilayah Monang Maning ... 24

3.2.3 Kondisi Sungai di Wilayah Monang Maning ... 26

3.2.4 Kondisi dan Bentuk Saluran di Wilayah Monang- Maning ... 27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 32

4.2 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

(6)

iii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota pada dasarnya merupakan desa yang berkembang, dan dalam perkembanganya, terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun sosial budaya masyarakatnya, hingga menjadikan kota lebih dinamis. Kota sering diartikan sebagai keseluruhan unsur-unsur bangunan, jalan dan sejumlah manusia di suatu tempat tertentu, kesatuan dari keseluruhan unsur-unsur tersebut, pada akhirnya akan menentukan corak terhadap manusianya. Perkembangan suatu kota secara fisik, dicirikan oleh meningkatnya jumlah sarana dan prasarana dan infrastrukturnya yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan berubahnya penggunaan tanah. Perubahan penggunaan tanah yang pada awalnya bersifat pedesaan, kini berubah menjadi wilayah urban (perkotaan). Dalam kaitannya dengan siklus hidrologi, memperlihatkan bahwa karakteristik tanah pedesaan, mapu mengendalikan proses sirkulasi hujan secara alamiah, karena daya dukung kemampuan tanah terhadap resapannya; berbeda dengan penggunaan tanah di perkotaan, karena padatnya bangunan pancang dan beton, hingga menyebabkan pengaturan air secara alamiah relatif terganggu dan dicirikan oleh besaran laju limpasan air, bahka karena kurang mampunya daya tampung aliran (saluran drainase dan bandan sungai), sering menyebabkan genangan (banjir).

Bali memang tidak terpisahkan dari pariwisata. Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Dengan berbagai persoalan yang serba kompleks, seperti misalnya peningkatan jumlah penduduk yang membawa dampak buruk, seperti banyaknya wilayah yang tergenang air bahkan sampai terjadi banjir di beberapa wilayah Kota Denpasar Idealnya wilayah yang terbangun dibanding wilayah tidak terbangun yaitu 40 : 60, namun jika dilihat secara wilayah, Kota Denpasar sudah terbangun sekitar 70%.

Monang maning sebagai salah satu wilayah di Kota Denpasar yang .memiliki jumlah kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan ruang resapan air yang

(7)

iv

sedikit di wilayah itu dan menyebabkan kawasan Monang Maning menjadi salah satu kawasan di Kota Denpasar yang rawan genangan bahkan rawan banjir.

Koran Nusa Bali menyebutkan, hujan deras yang mengguyur wilayah Denpasar selasa, 15-12-2015 sejak sekitar pukul 9.00 hingga 12.00 wita mengakibatkan sejumlah ruas jalan terendam banjir. Teprarah terjadi di kawasan Jalan Merpati dekat dengan jalan Batukaru, Gang Padang, Perumnas Monang-maning, Banjar Busung Yeh Kauh, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat sedikitnya 100 rumah warga terendam serta rumah kos kosan terendam banjir. Tribun Bali juga mengatakan jumat 21-10-2016 sore kawasan Jalan Gunung Rinjani Monang- Maning Denpasar juga kebanjiran sejumlah pengendara motor tampak kesulitan melintas karena air yang meluap sampai menutupi trotoar pinggir jalan.

Tukad Badung yang mengalir membelah Kota Denpasar, dengan luas DAS+ 37,7 km2 dan panjang alur + 25,17 km dengan hulu sungai berada 12 km di sebelah utara Kota Denpasar dan bennuara di Teluk Benoa, merupakan sumber air yang penting bagi Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bagian Selatan. Sungai ini memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai sumber air irigasi dan saluran pembuangan air bagi Kota Denpasar dan sebagian Kabupaten Badung. Di sekitar alur sungai merupakan daerah pemukiman yang sangat padat sehingga sungai berfungsi sebagai saluran pembuangan. Kondisi ini juga menyebabkan pendangkalan di beberapa ruas akibat sedimentasi sehingga kapasitas alur untuk mengalirkan debit banjir berkurang. Berbagai permasalahan terjadi hampir di sepanjang Tukad Badung yaitu di bagian hulu terjadi perubahan fungsi lahan sebagai daerah pemukiman yang semula berfungsi sebagai daerah penyangga sedangkan di daerah tengah dan hilir, sepanjang kanan dan kiri sungai, maupun di kiri kanan sempadan sungai banyak terdapat permukiman penduduk yang cukup padat.

Disamping Tukad Badung di atas Tukad yang mengalir di kota Denpasar adalah Tukad Mati di mana TUkad Mati difungsikan sebagai saluran pembuang utama pada sistem III dan sekitarnya yang merupakan saluran Tukad Teba dengan daerah layanan kawasan perumahan Monang Maning Kecamatan Denpasar Barat.

Tukad mati juga difungsikan sebagai saluran pembuangan yang meliputi wilayah Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Selatan dan Kecamatan Kuta. DAS

(8)

v

(Daerah Aliran Sungai) Tukad mati memiliki luas 25,4 km2 dengan panjang sungai 12,5 km dan slope rata-rata 1:500.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut latar belakang masalah yang ada, maka dapat disusun rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana unsur hidrologi dan unsur-unsur keruangan terintegrasi dan mampu menganalisis fenomena banjir yang terjadi di Kota Denpasar.

2. Bagaimana kondisi wilayah serta keadaan sungai serta saluran-saluran tersier dan unsur-unsur keruangan terintegrasi dan mampu menganalisis fenomena banjir yang di kawasan Monang Maning

1.3 Tujuan Identifikasi

Tujuan dari identifikasi ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyebab permasalahan banjir di Kota Denpasar 2. Idendifikasi banjir di Denpasar secara umum.

3. Identifikasi banjir di Wilayah Monang Maning.

4. Menjadi pembelajaran untuk memahami permasalahan banjir.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang dipakai adalah metode studi literature, yaitu berdasarkan teori - teori yang diambil dari buku, media cetak dan media elektronik.

(9)

vi BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir

Banjir didefinisikan dengan kenaikan drastis dari aliran sungai, kolam, danau, dan lainnya dimana kelebihan aliran itu menggenangi keluar dari tubuh air dan menyebabkan kerusakan dari segi sosial ekonomi dari sebuah populasi (Smith et, al., 1998 dalam Marfai.,2003).

Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004), Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Ada aliran, yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana saja dan air itu meluap keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah terlebihi kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.

Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki hubungan dengan jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya banjir. Secara umum penyebab terjadinya banjir di berbagai belahan dunia adalah (Smith et, al., 1998 dalam Marfai., 2003):

1. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan mengakibatkan banjir sungai. Ban}ir di daerah muara pantai umumnya disebabkan karena kombinasi dari kenaikan pasang surut, tinggi muka air laut dan besarnya ombak yang di asosiasikan dengan terjadinya gelombang badai yang hebat.

2. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tataguna lahan dari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan banjir.

Banyak Iokasi yang menjadi subjek dari banjir terutama daerah muara.

Perencanaan penaggulangan banjir merupkan usaha untuk menanggulangi banjir pada lokasilokasi industri, komersial dan pemukiman. Proses urbanisasi, kepadatan bangunan, kepadatan populasi memiliki efek pada kemampuan kapasitas drainase suatu daerah dan kemampuan tanah menyerap air, dan akhirnya menyebabkan naiknya volume limpasan permukaan.

(10)

vii

Meskipun luas area perkotaan Iebih kecil dari 3 % dari permukaan bumi, tapi sebaliknya efek dari urbanisasi pada proses terjadinya banjir sangat besar.

3. Land subsidence; adalah proses penurunan level tanah dari elevasi sebelumnya. Ketika gelombang pasang datang dari laut melebihi aliran permukaan sungai, area land subsidence akan tergenangi.

2.2 Tipe Banjir

Menurut ahli hidrologi, banjir di Indonesia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu a. Banjir luapan

Biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada di sungai itu akibat debit aimya sudah melebihi kapasitas. Jika terjadi, luapan air akan mencari tempat lain dimana tempat itu ada dikanan kiri sungai yang biasanya merupakan daerah dataran banjir luapan air ini bisa juga terjadi akibat kiriman, bila curah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan aimya akan terjadi di hilir sungai.

b. Banjir lokal

Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi di lokasi setempat dimana kondisi tanah di lokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga karena daerah resapan airnya sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi.

c. Banjir akibat pasang surut air laut

Saat air pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar ke segala arah dan terjadilah banjir.

(11)

viii 2.3 PenyebabTerjadinya Banjir

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab banjir, misalnya, curah hujan yang tinggi, kapasitas alur sungai yang tidak mencukupi, adanya endapan sedimen (delta) di muara sungai, atau karena daerah banjir yang memang merupakan daerah dataran rendah, dan lain lain. Untuk mengatasi permasalahan banjir yang sesungguhnya perlu diketahui secara pasti faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir. Dengan demikian, upaya pengendalian banjir pada suatu wilayah bisa berbeda dengan wilayah yang lain.

Beberapa penyebab utama terjadinya banjir antara lain adalah:

1. Pendangkalan/Agradasi Dasar Sungai (Sedimentasi)

Kebiasaan penduduk membuang sampah ke sungai membawa sedimen dalam jumlah yang banyak dari hulunya sampai ke muara. Di daerah muara, kemiringan dasar sungai menjadi relatif datar akibat endapan sampah, pasir dan material- material yang lain, sehingga kapasitas tampungan sungainya menjadi berkurang.

Di penambangan pasir di sungai-sangat besar sehingga di beberapa tempat degradasi dasar sungai banyak di jumpai. Namun di sisi lain, permasalahan sedimentasi juga banyak terjadi, terutama pada sungai-sungai di bagian hilir.

2. Meluapnya Aliran Sungai melalui Tanggul

Di daerah pantai/muara, meluapnya air sungai dari tanggul yang ada sering terjadi selama musim penghujan. Meluapnya aliran sungai ini mengakibatkan tergenanginya daerah-daerah yang relatif datar dan lahan-lahan pertanian di sekitarnya. Penyebab meluapnya aliran sungai ini sangat banyak, tetapi yang paling besar kontribusinya adalah sebagai berikut ini:

a. kemiringan sungai yang relatif datar.

b. adanya sedimentasi/pendangkalan sungai,

c. bertambahnya debit sungai dan material sedimen yang terbawa akibat terjadinya perubahan kondisi di hilir.

Tanggul-tanggul yang telah dibangun di sebagian besar sungai tidak cukup tinggi untuk menampung debit banjir yang terjadi. Selain itu kondisi tanggul yang buruk karena tidak memadainya pemeliharaan tanggul yang dilakukan. Tanggul-tanggul sungai di hulu memang dapat mengurangi banjir-banjir yang terjadi di daerah

(12)

ix

hulu, akan tetapi, di sisi lain justru dapat menyebabkan bertambahnya luasnya area yang terkena banjir di daerah hilir.

3. Kondisi Saluran Drainase yang Kurang Baik

Beberapa permasalahan yang menjadi penyebab drainase yang tidak lancar sebagai berikut ini:

a. tidak berfungsinya pintu-pintu air sebagaimana mestinya,

b. kapasitas tampungan yang tidak memadai dari saluran drainase dan sungai-sungai. Beberapa dari sungai-sungai digunakan untuk lahan pertanian,

c. lahan pertanian produktif selalu berada di depresion area di titik terendah dari dataran pantai (tidak terlalu jauh dari muara), lokasi ini umumnya terendam banjir selama terjadi hujan lokal dan tingginya muka air selama rnusim hujan.

4. Efek dari Backwater pada Daerah-Daerah Penyempitan dan Elevasi Hilir Sungai yang Lebih Tinggi Penyempitan pada sungai bisa disebabkan oleh tertutupnya muara sungai pada awal musim hujan dan karena penyempitan pada jembatan dan bangunan-bangunan struktur lainnya. Penyempitan ini bisa menyebabkan banjir di hulu karena dampak dari backwater. Backwater juga bisa terjadi pada pertemuan antara anak sungai dan sungai utamanya. Naiknya muka air dapat menyebabkan meluapnya aliran sungai dan menggenangi lahan pertanian disekitarnya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa akibat dari backwater dapat memperpanjang besarnya jarak penyempitan di hulu. Misalkan, penutupan muara sungai dapat memperpanjang aliran di beberapa anak sungai di daerah dataran banjir.

5. Kurang Berfungsinya Pintu Pengendali Banjir pada Sungai

Pintu air sangat sering tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya karena tertutup oleh tanaman atau endapan pasir. Masalah ini lebih sering terjadi pada pintu air otomatis, karena operasionalnya secara otomatis maka pengamatan/pemeliharaan di lapangan jarang dilakukan.

(13)

x a. Faktor Alami

Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yang rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).

Sebenamya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir.

Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir.

Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah-tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan- pertemuan sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yang subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.

b. Faktor perubahan Faktor perubahan ada dua, yaitu:

1. Perubahan lingkungan 1) Perubahan iklim,

Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah cepat mengalami penjenuhan.

2) Perubahan tata ruang

Perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai. Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan (vegetasi) yang menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah.

Vegetasi sebagai pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu

(14)

xi

proses infiltrasi sehingga air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau.

3) Perubahan geomorfologi dan geologi

Saat terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi tegalan, maka kemungkinan erosi akan semakin tinggi. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah. Tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk, bendungan dan sungai.

Setelah terjadi hal seperti itu, kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk2 serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.

2. Perubahan dari masyarakat itu sendiri, Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah di sungai serta saluran air atau selokan, juga ikut menjadi pemicu terjadinya banjir.

(15)

xii BAB III

IDENTIFIKASI WILAYAH BANJIR

3.1 Kota Denpasar

3.1.1 Karakteristik Lingkungan Fisik Kota Denpasar a. Kondisi Lingkungan Geografi

Kota Denpasar terletak di tengah-tengah dari Pulau Bali, selain merupakan Ibukota Daerah Tingkat II, juga merupakan Ibukota Propinsi Bali sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, perekonomian. Letak yang sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi ekonomis maupun dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya. Kota Denpasar terletak diantara 08° 35"

31'-08° 44n 49' lintang selatan dan 115° 10" 23' 115° 16" 27' Bujur timur, yang berbatasan dengan: di sebelah Utara Kabupaten Badung, di sebelah Timur Kabupaten Gianyar, di sebelah Selatan Selat Badung dan di sebelah Barat Kabupaten Badung.

b. Kondisi Topografi

Ditinjau dari Topografi keadaan medan Kota Denpasar secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75m diatas permukaan laut.

Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar antara 0-5%

namun dibagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15%.

c. Iklim dan Curah Hujan o Iklim

Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim sehingga memiliki musim kemarau dengan angin timur (Juni- Desember) dan musim Hujan dengan angin barat (September-Maret) dan diselingi oleh musim Pancaroba. Suhu rata-rata berkisar antara 25,1 ° C-29,0° C dengan suhu maksimum jatuh pada bulan Nopember, sedangkan suhu minimum pada bulan Juli. Jumlah Curah Hujan tahun 2006 di Kota Denpasar berkisar 1.0-466.0 mm dan rata-rata 119,4 mm. Bulan basah (Curah Hujan >100 mm/bl) selama 4 bulan dari bulan Januari s/d April. Sedangkan bulan kering (Curah Hujan <100 mm/bl

(16)

xiii

selama 8 bulanjatuh pada bulan Mei sampai Desember. Curah Hujan tertinggi terjadi pada pada bulan Januari (466.0 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (1.0 mm).

o Curah Hujan

Jumlah curah hujan tahun 2006 di Kota Denpasar 1.433 mm, dengan curah hujan berkisar antara 1.0-466.0 mm dan rata-rata 119,4 mm. Bulan basah (curah hujan >

100 mm/bl) selama 4 bulan yang jatuh pada bulan Januari s/d April. Bulan kering (curah hujan < 100 mm/bl) selama 8 bulan dari bulan Mei sampai Desember.

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (466 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (1.0 mm). Jumlah hujan tahun 2005 adalah 1.819 mm, sedangkan tahun 2006 sebanyak 1.433 mm, menurun 36,8%. Ini berarti kondisinya lebih kering dari tahun 2005.

d. Kondisi Geohidrologi

1. Air Tanah dan Air Sungai

Pemanfaatan air bawah tanah yang meningkat dan tahun ke tahun lambat laun akan menyebabkan penurunan muka air bawah tanah, penurunan mutu air tanah, penyusupan air laut di daerah pantai dan juga terjadinya amblesan tanah.

Pencemaran air tanah atau penurunan kualitas air tanah yang terjadi pada suatu daerah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan akan semakin besar.

Kecenderungan eksploitasi air tanah di Kota Denpasar terus terjadi, terbatasnya sumber air bersih mengakibatkan pemakaian air bawah tanah melalui sumur bor meningkat pesat dan menjadi tren masyarakat. Sementara sumur gali (dangkal) di sebagian besar wilayah Kota Denpasar sudah tidak layak sebagai bahan baku air minum, namun sebagian masyarakat masih mengandalkan sumur gali untuk pemenuhan air sehah-harinya.

2. Sumber Daya Air

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan hidup esensial manusia. Di Kota Denpasar, air bersih bersumber dari air permukaan yang berasal dari sungai atau mata air dan air tanah. Potensi air permukaan dari semua Daerah Aliran Sungai

(17)

xiv

(DAS) yang ada di Kota Denpasar adalah 160,2 juta m /tahun. Sementara potensi air tanahnya ,sebesar 9.2 juta m3/tahun. Potensi air permukaan di Kota Denpasar dari bulan ke bulan tidaklah sama. Hal ini berhubungan erat dengan keadaan musim. Pada musim hujan potensi air permukaan akan meningkat sebaliknya pada musim kemarau terjadi penurunan. Bulan Juli dan Agustus merupakan bulan dengan potensi air permukaan paling kecil. Sebaiiknya bulan Desember dan Januari adalah bulan dengan potensi paling besar.

Produksi air bersih yang dapat dihasilkan oleh PDAM Kota Denpasar pada tahun 2007 sebesar 35.397.760 m3/tahun. Sebanyak 10.861.011 m3/tahun {30, 68%) bersumber dari air bawah tanah berupa sumur bor 22.821.159 (64.47%) berasal dari IPA diantaranya 15.775.547 m3/tahun (30.68%) bersumber dari IPA Avung III Belesung. 5.230.288 m3/tahun bawah tanah berupa sumur bor, 22.821.159 (64.47%) berasal dari IPA diantaranya 15.775.547 m3/tahun (30.68%) bersumber dari IPA Ayung III Belesung, 5.230.288 mr/tahun (14.78%) berasal dari IPA Waribang, dan 1.815.324 m3/tahun (5,13%) bersumber dari IPA Paket Ayung III Belssung. Sementara pembelian dari PDAM lain sebanyak 1.715.590 m3/tahun (4.85%), masing-masing dibeli dari PDAM Badung sebanyak 926.248 m3/tahun (2,62%), dari PAM PTTB sebesar 692.747 m3/tahun (1,96%), dan dari PDAM Gianyar sebanyak 96.595 m3/tahun(0,27%). (Sumber:PDAM Kota Denpasar, 2009)

e. Tata Guna Lahan 1. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%. Diikuti oleh sawah dengan luas 2.717 ha (21,26%), hutan negara seluas 538 ha (4,21%), Tegalan 396 ha (3,10%), hutan rakyat 75 ha (0,59%), perkebunan 35 ha ( 0,27%), tambak dan kolam 10 ha (0,08%), dan sisanya seluas 1.176 ha (9,20%) termasuk penggunaan lahanya seperti rumput, pasir. rawa, dan tanah kosong.

(18)

xv

PETA PENGGUNAAN LAHAN KOTA DENPASAR

Gambar. Peta Penggunaan Tanah Kota Denpasar

Pemukiman yang merupakan penggunaan lahan terluas di Kota Denpasar terdistribusi paling luas di Kecamatan Denpasar Selatan seluas 2.591 ha atau 33,08% dari luas seluruh permukiman di Kota Denpasar atau 20,28% dari luas total Kota Denpasar, kemudian diikuti oleh Kecamatan Denpasar Utara 2.189 ha (27.95% dari luas permukiman yang ada atau 17,13% dari luas Kota Denpasar).

Kecamatan Denpasar Barat 1.834 (23,42% dari total luas permukiman atau 14,35% dari luas Kota Denpasar), dan luasan permukiman terkecil terdapat di Kecamatan Denpasar Timur seluas 1.217 ha (15,54% dari luas permukiman atau 9.53% dari luas Kota Denpasar). Sawah merupakan penggunaan lahan terluas kedua setelah permukiman. Denpasar Selatan merupakan Kecamatan dengan luasan sawah terbesar, yaitu 935 ha (34,41% dari luas keseluruhan sawah di Kota Denpasar). Kemudian diikuti oleh Kecamatan Denpasar utara seluas 772 ha

(19)

xvi

(28,41%), Kecamatan Denpasar Timur 726 ha (26;72%), dan Kecamatan Denpasar Barat 284 ha (10,45%).

2. Perubahan Penggunaan Lahan.

Dari 8 jenis penggunaan lahan yang ada di Kota Denpasar, penggunaan lahan sawah dan permukiman merupakan 2 penggunaan lahan yang selalu mengalami perubahan setiap tahun. Sementara penggunaan lahan yang lain tidak selalu mengalami perubahan dan perubahan yang terjadipun tidak terlalu signifikan.

Penggunaan lahan sawah dan tahun ke tahun mengalami pengurangan, sedangkan permukiman terus mengalami peningkatan. Perubahan luasan sawah dan permukiman dari tahun 2001 sampai tahun 2007 selalu mengalami fluktuasi (Gambar 5.6.). Penurunan jumlah sawah dan peningkatan jumlah permukiman paling drastis terjadi dari tahun peralihan tahun 2001 dan 2002. Pada kisaran waktu tersebut terjadi penurunan luas sawah sebesar 149 ha atau 4,92%.

Sementara luas permukiman meningkat sebesar 293 ha atau 3,98%. Perubahan luas sawah dan permukiman yang cukup signifikan juga terjadi pada kisaran tahun 2005 dan 2006. Luas sawah pada selang waktu tersebut mengalami penurunan sebanyak 51 ha (1,84%), sedangkan permukiman bertambah sebesar 117 ha ( 1,52% ). Sementara pada selang waktu 2002/2003. 2003/2004, 2004/2005, dan 2006/2007. penurunan luas sawah per tahun masing-masing 26 ha (0,90%), 42 ha (1.47%), 46 ha (l,63%), dan 10 ha (0.37%). sedangkan peningkatan luas permukiman per tahun pada kurun waktu yang sama berturut-turut 17 ha (0.22%).

11 ha (0,14%). 35 ha (0,46%). dan 16 ha (0,20%). Pesatnya pembangunan di berbagai bidang dan semakin bertambahnya jumlah penduduk Kota Denpasar dari tahun ke tahun menyebabkan semakin banyak kebutuhan lahan baik untuk kebutuhan pembangunan di berbagai sektor maupun untuk tempat tinggal. Oleh karena itu, terjadi perebutan penggunaan lahan terutama di sektor pertanian dan non pertanian. Atas dasar pertimbangan ekonomi atau finansial, banyak lahan- lahan pertanian dikonversi menjadi penggunaan non pertanian (permukiman, perkantoran, dan sarana lainnya) Penurunan luas lahan pertanian khususnya sawah menjadi penggunaan non pertanian seperti pemukiman tentu akan menimbulkan berbagai konsekuensi ekologis, diantaranya menurunnya ruang

(20)

xvii

terbuka hijau dan berkurangnya daerah resapan air hujan. (Sumber: BPS Kota Denpasar, 2009).

f. Komponen Drainase

Panjang total saluran drainase di Kota Denpasar adalah 138,2 km, terdiri dari saluran primer sepanjang 58,15 km dan saluran sekunder 80,05 km. Kondisi saluran, 65% baik dan 35% buruk. Daerah genangan dan banjir di Kota Denpasar dibagi dalam lima wilayah utama yaitu:

1. Sistem I Drainase Tukad Badung dan Sekitarnya 2. Sistem II Drainase Tukad Ayung dan Sekitarnya 3. Sistem III Drainase Tukad Mati dan Sekitarnya

4. Sistem IV Drainase Niti Mandala Renon dan Sekitarnya 5. Sistem V Drainase Pemogan dan Sekitarnya

Genangan terparah terjadi pada wilayah Sistem III Drainase Tukad Mati dan Sekitarnya, tepatnya di daerah perumahan Monang Maning, yang mencapai kedalaman genangan 1,00 m. Penyebabnya, dimensi saluran drainase yang ada terlalu kecil (30 x 30 cm) dan terlalu banyak sedimen di dalam saluran.

3.1.2 Banjir di Kota Denpasar

Dilihat dari segi faktor penyebab banjir. Kota Denpasar mempunyai potensi banjir yang tinggi_ Hal ini disebabkan karena topografi Kota Denpasar termasuk datar sampai landai. kondisi penutup lanah yang kedap air karena banyaknya ruang yang terbangun. curah hujan yang cukup tinggi {±1800 mm pertahun). dan attitude yang rendah. Kondisi ini yang menyebabkan kenapa Kota Denpasar akhir-akhir ini sering terjadi banjir.

Banjir di Kota Denpasar terutama terjadi pada saat puncak musim hujan, yaitu bulan Desember, Januari dan Pebruari. Secara spasial sebaran daerah yang berpotensi terhadap bahaya banjir disajikan pada Gambar di bawah ini.

(21)

xviii

Data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar menunjukkan ada beberapa genangan pada musim hujan. diantaranya JI. Gatsu IV (seluas 1.50 ha). Jl. Sari Gading. dan JI. Ratna (6.25 ha). Jl Suli dan Jl. Kamboja (2.70 ha). JL Gatsu Timur (0.75 ha). JL Gumitir (3. 50 ha). JI. Cargo Ubung (5.00 ha). JI. Buluh Indah (3.50 ha). JL Gunung Agung (3.50 ha). Lingkungan Desa Tegal Kerta dan Tegal Harum (40.00 ha). JL Demak dan Jl. Kertapura (44.00 ha). Lingkungan Br.

Ablam Timbul (5.20 ha).

Jl Waturenggong (3.50 ha). Jl. Tukad Yeh Penet (4.00 ha). Jl Bedugul dan Jl Dewata (3.50 ha), Lingkungan Pemuklman Bumi Ayu Sanur (35.00 ha). Jl By Pass Ngurah Rai (1.50 ha). Jl. Pulau Seram. Jl Pulau Tarakan. dan Jl. Pulau Buton (12 ha), Jl Satelit dan JI. Pulau Serangan (65. 00 ha). Lingkungan Kantor BPTP Pedungan (32.00 ha). Lingkungan Gria Anyar Pemogan (0.25 ha). Jl Sunia Negara sampai JL Pemogan (0.75), dan Jl. By Pass Ngurah Rai dan Pertokoan Mebel (0,20 ha).

(22)

xix

Faktor utama penyebab terjadinya banjir di Kota Denpasar adalah pennukaan tanah yang sebagian besar merupakan daerah terbangun dan rendahnya daerah resapan air hujan. Air hujan yang jatuh pada permukaan yang kedap air menyebabkan tidak adanya air hujan yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi, melainkan langsung menuju ke tempat yang lebih rendah dan saluran- saluran pembuangan air. Banyaknya volume limpasan permukaan air hujan tanpa didukung oleh adanya saluran drainase yang memadai ditambah lagi dengan adanya kebiasaan buruk masyarakat dengan membuang sampah ke saluran- saluran pembuangan air menyebabkan peluang terjadinya banjir menjadi semakin tinggi.

Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan banjir adalah perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase seperti perbaikan got dan tanggul-tanggul sungai, pemasangan jaring penangkap sampah di beberapa sungai, pelarangan terhadap pembuangan sampah ke saluran air, dan pelarangan pembuatan bangunan di sempadan-sempadan sungai. Masalah banjir sebenamya adalah masalah lintas sektor dan lintas daerah sehingga diperlukan adanya kerjasama yang baik, sistematis dan berkesinambungan antar dinas yang terkait dan antar pemerintah kabupaten/kota.

Musim Penghujan di penghujung tahun 2008 ini akan mencapai puncaknya pada awal tahun 2009. Secara klimatologis, puncak hujan terjadi pada bulan Januari- Februari. Demikian dijelaskan oleh Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar I Nyoman Suarsa,S.P.

Dijelaskan bahwa, pada awal tahun 2009 intensitas curah hujan cenderung lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Sementara tentang prospek curah hujan untuk wilayah Denpasar dan sekitarnya pada periode Oktober-Desember 2008 berada pada kondisi normal dengan kisaran intensitas 84-114 mm. Tiap bulan cenderung memperlihatkan peningkatan intensitas curah hujan. Terkait dengan curah hujan yang menyebabkan Kota Denpasar kebanjiran akhir-akhir ini, menurut Suarsa, sepenuhnya masih berada dalam batas normal.

Hujan lebat yang mengguyur Denpasar, Badung dan Gianyar, pada awal bulan Oktober 2008 menjadikan tiga kabupaten itu kebanjiran. Banjir terparah terjadi di

(23)

xx

Denpasar. Puluhan mas jalan tergenang air. Diantaranya di Jalan Batukaru, Gunung Agung, dan Cokroaminoto.

Kemacetan paling parah terjadi di sepanjang Jalan Gatot Subroto. Puluhan mobil mogok. Bahkan, di perempatan Jalan Gatot Subroto-Nangka terjadi kemacetan yang sangat parah, akibat banyak mobil yang mogok. Kemacetan juga terjadi di Wangaya. Di sepanjang jalur itu terdapat belasan mobil dan sepeda motor mogok.

Selain di belasan mas jalan, banjir juga melanda sejumlah perumahan. Sehingga menyebabkan sejumlah penghuni rumah telah mengungsi karena air telah masuk ke kamar.

Sementara itu, di Gianyar hujan mengguyur sejak pagi. Di Sejumlah kawasan terjadi banjir dan tanah longsor. Di Sukawati, banjir terparah terjadi di Desa Batuan (sebelah selatan SMAN 1 Sukawati). Saluran Sungai yang tersumbat membuat air meluber ke jalan.

3.2 Wilayah Monang Maning Denpasar Barat

3.2.1 Karakteristik Lingkungan Fisik Wilayah Monang Maning Denpasar Barat

a. Kondisi Lingkungan Geografi

Monang- maning terletak di wilayah barat kota Denpasar tepatnya di kecamatan Denpasar Barat, yang berbatasan dengan: di sebelah Utara kawasan Gunung Agung, di sebelah Timur Pusat Kota, di sebelah Selatan Tegal Hamm dan di sebelah Barat Padang Sambian.

(24)

xxi

Gambar 2.a Peta Wilayah Denpasar Barat

Garnbar 2. b Peta Wilayah Monang Maning

b. Kondisi Topografi

Ditinjau dari Topografi keadaan medan monang - maning secara umum Datar, dan dengan kemiringan yang sangat kecil ke arah selatan bila ditinjau dari muka air laut, dibandingkan dengan kemiringan arah Utara-Selatan, kemiringan Timur Barat ini relatif lebih kecil pada daerah hulu terutama di sekitar pinggir sungai.

(25)

xxii

Elevasi antara Barat ke Timur berkisar +50 m di atas permukaan laut di Kecamatan Denpasar Barat dan +5 - + 10 m di atas permukaan laut di Kelurahan Sanur dan Kelurahan Sanur Kauh.

Gambar 2.c Peta Wilayah Monang Maning

Untuk Topografi wilayah Denpasar Barat sendiri dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Prop. : BALI Kab. : DENPASAR

Kec. : DENP ASAR BARAT

Desa Satuan Daerah Letak

Geografis Topografi Padangsambian Klod Pedesaan Dataran Datar Pemecutan Klod Perkataan Dataran Datar Dauh Puri Kauh Perkataan Dataran Datar Dauh Puri Klod Perkataan Dataran Datar

Dauh Puri Perkataan Dataran Datar

Dauh Puri Kangin Perkataan Dataran Datar

Pemecutan Perkataan Dataran Datar

Tegal Harum Perkataan Dataran Datar Tegal kertha Perkataan Dataran Datar Padangsambian Perkataan Dataran Datar Pemecutan Kaja Perkataan Dataran Datar Dauh Puri kaja Perkataan Dataran Datar

Status Daerah, Letak Geografis dan Topografi Desa Tahun 2000

(26)

xxiii c. Iklim dan Curah Hujan

 Iklim

Karena berada di wilayah Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim sehingga memiliki musim kemarau dengan angin timur (April-Oktober) dan musim Hujan dengan angin barat (Oktober-April) dan diselingi oleh musim Pancaroba. Suhu rata-rata berkisar antara 25,1° C-29,0° C dengan suhu maksimum jatuh pada bulan Nopember, sedangkan suhu minimum pada bulan Juli. Jumlah Curah Hujan tahun 2006 di Kota Denpasar berkisar 1.0- 466.0 mm dan rata-rata 119,4 mm. Bulan basah (Curah Hujan >100 mm/bl) selama 4 bulan dari bulan Januari s/d April. Sedangkan bulan kering (Curah Hujan <100 mm/bl selama 8 bulan jatuh pada bulan Mei sampai Desember.

Curah Hujan tertinggi terjadi pada pada bulan Januari (466.0 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (1.0 mm).

 Curah Hujan

Karena berada di wilayah Kota Denpasar , Jumlah curah hujan tahun 2006 di Kota Denpasar 1.433 mm, dengan curah hujan berkisar antara 1.0- 466.0 mm dan rata-rata 119,4 mm. Bulan basah (curah hujan > 100 mm/bl) selama 4 bulan yang jatuh pada bulan Januari s/d April. Bulan kering (curah hujan < 100 mm/bl) selama 8 bulan dari bulan Mei sampai Desember. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (466 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (1.0 mm). Jumlah hujan tahun 2005 adalah 1.819 mm, sedangkan tahun 2006 sebanyak 1.433 mm, menurun 36,8%.

d. Kondisi hidrologi 1) Sungai

Wilayah Monang maning dikelilingi oleh beberapa sungai seperti Tukad Mati,Tukad Tebe dan beberapa sungai kecil yang berada di utara, barat, timur.

2) Sumber Daya Air

Sebagian besar sumber air di kawasan monang maning yang biasa digunakan oleh penduduk adalah dari sumur bor yang dibantu alat pompa dan air dari PDAM.

e. Tata Guna Lahan

(27)

xxiv 1. Penggunaan Lahan

Luas Lahan di Kota Denpasar Dirinci per Kecamatan (hektar)

Kecamatan Tanah

Sawah

Tanah

Kering Jumlah

1 Denpasar Selatan 285 2.122 2.407

2 Denpasar Timur 726 1.504 2.230

3 Denpasar Selatan 935 4.058 4.993

4 Denpasar Utara 771 2.368 3.139

Kota Denpasar 2.717 9.942 12.778

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Denpasar, 2008

Dari luas lahan sebesar 2.407 hektar Kecamatan Denpasar Barat . Pemukiman yang merupakan penggunaan lahan terluas di Kecamatan Denpasar Barat 1.834 (23,42% dari total luas permukiman atau 14,35% dari luas Kota Denpasar).

Sawah merupakan penggunaan lahan terluas kedua setelah permukiman.

Kecamatan Denpasar Barat 284 ha (10,45%).

2. Perubahan Penggunaan Lahan.

Wilayah monang maning merupakan kawasan yang terbilang padat penduduk karena merupakan pusat pemukiman penduduk, sebagian besar sudah berubah fungsi dari sawah dan rawa sekarang menjadi perumahan pemukiman penduduk.

f. Komponen Drainase

Dari panjang total saluran drainase di Kota Denpasar adalah 138,2 km, terdiri dari saluran primer sepanjang 58,15 km dan saluran sekunder 80,05 km. Dari kelima kawasan rawan genangan di Kota Denpasar, genangan terparah terjadi pada wilayah Sistem III Drainase Tukad Mati dan Sekitarnya, tepatnya di daerah perumahan Monang Maning, yang mencapai kedalaman genangan 1,00 m.

Penyebabnya, dimensi saluran drainase yang ada terlalu kecil (30 x 30 cm) dan terlalu banyak sedimen di dalam saluran.

3.2.2 Banjir dan Genangan di Wilayah Monang Maning

Dilihat dari segi faktor penyebab banj ir. Kawasan Monang Maning mempunyai potensi genangan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena topografi wilayah

(28)

xxv

ini yang termasuk datar sampai landai. kondisi penutup lanah yang kedap air karena banyaknya ruang yang terbangun curah hujan yang cukup tinggi {±1800 mm pertahun). dan attitude yang rendah.

Genangan bahkan banjir terutama terjadi pada saat puncak musim hujan. Yaitu bulan Desember- Januari dan Pebruari. Genangan bisa dipastikan sering terjadi adalah di kawasan jalan Gunung Rinjani, Jalan Gunung Cemara, Jalan Gunung Batok, Jalan Gunung Indrakila, Jalan subur, di depan Tiara Monang Maning.

Terjadinya Genangan di wilayah monang maning di atas disebabkan oleh padatnya pemukiman di kawasan itu sehingga sangat mengurangi daerah untuk peresapan air karena lahan hijau di setiap rumah sangat minim, selain itu saluran di kawasan pemukiman penduduk Monang Maning tidak ditunjang dengan dimensi saluran yang memadai, ditambah lagi endapan di saluran yang menyebabkan berkurangnya efektifitas saluran seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar saluran di (kiri:depan Tiara Monang Maning) (Kanan: Jalan Gunung Lempuyang)

Gambar Saluran di depan Tiara Monang Maning

(29)

xxvi

Data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar menunjukkan ada beberapa genangan di kawasan Monang Maning pada musim hujan. Jl Gunung Agung (3.50 ha). Lingkungan Desa Tegal Kerta dan Tegal Harum (40.00 ha).

Faktor utama penyebab terjadinya banjir di kawasan Monang Maning selain disebutkan di atas yang sebagian besar merupakan daerah terbangun adalah rendahnya daerah resapan air hujan. Air hujan yang jatuh pada permukaan yang kedap air menyebabkan tidak adanya air hujan yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi, melainkan langsung menuju ke tempat yang lebih rendah dan saluran-saluran pembuangan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi di wilayah Kota Denpasar berkisar antara 0,050 mm/jam sampai 0,211 mm/jam dengan rata-rata 0,128 mm/jam, sedangkan kapasitas perkolasinya berkisar antara 0,125 mm/jam sampai 0,471 mm/jam dengan rata- rata 0,192 mm/jam. Potensi peresapan air hujan sebesar 25.405.028,77 m3/th atau sekitar 10 % dari volume total curah hujan sebesar 252.560.182,68 m3/th, maka sejumlah 227.155.153,8 m3/th air hujan akan menjadi genangan-genangan (banjir) dan terbuang ke saluran drainase, ke sungai dan akhirnya ke laut.

Banyaknya volume limpasan permukaan air hujan tanpa didukung oleh adanya saluran drainase yang memadai ditambah lagi dengan adanya kebiasaan buruk masyarakat dengan membuang sampah ke saluran-saluran pembuangan air menyebabkan peluang terjadinya genangan bahkan banjir menjadi semakin tinggi.

3.2.3 Kondisi Sungai di Wilayah Monang Maning

Secara riil kondisi saluran sungai yang berada di wilayah monang maning dapat dilihat pada gambar di bawah ini

1. Sebelah Utara

(30)

xxvii

Gambar Sungai di jalan Batukaru

2. Sebelah Timur

Gambar Sungai di Jalan Subur

(31)

xxviii 3. Sebelah Barat

Gambar Sungai di Gang Resimuka Barat

Gambar Sungai di Jalan Gunung Lempuyang

3.2.4 Kondisi dan Bentuk Saluran di Wilayah Monang-Maning

Gambar Saluran di Jalan Gunung Lempuyang

(32)

xxix a. Dimensi Salman, Genangan, dan Endapan

Dari hasil pengukuran yang kami lakukan, untuk saluran got di Jalan Gunung Lempuyang didapatkan data :

Dimensi saluran: a = 30 cm b = 50 cm h = 50 cm Tinggi Genangan = 25 cm

Tinggi Endapan = 20 cm

Gambar Saluran di Jalan Batukaru

(33)

xxx

Dari hasil pengukuran yang kami lakukan, untuk saluran got di Jalan Batukaru Monang Maning didapatkan data :

Dimensi saluran: a = 30 cm b = 50 cm h = 50 cm Tinggi Genangan = 20 cm

Tinggi Endapan = 25 cm

Gambar Kondisi Resapan Saluran di depan Tiara Monang Maning

Gambar Sedikitnya Daerah resapan dan genangan air di depan SMAN 4 Denpasar

(34)

xxxi

Gambar Saluran di Jalan Subur

Dari hasil pengukuran yang kami lakukan, untuk saluran got di Jalan Depan Tiara Monang Maning didapatkan data :

Dimensi saluran: a = 50 cm b = 80 cm h = 70 cm Tinggi Genangan = 40 cm

Tinggi Endapan = 20 cm

Banjir di Jalan Gunung Batukaru, Gang III, Monang-maning.

(35)

xxxii

Ilustrais Banjir di Jalan Monan-maning

Dari gambar diatas terlihat bahwa kapasitas saluran di wilayah Monang Maning kurang mampu mengalirkan air dalam sistem drainase Monang Maning, karena kapasitas salurannya yang sempit dan adanya sedimen di saluran-saluran yang ada. Kemiringan yang landai pada saluran kecepatan aliran kecil. Terlihat bahwa air di saluran lebih banyak hanya diam dan tidak bergerak menuju sungai utama, terlebih lagi sedikitnya daerah resapan yang terlihat menyebabkan genangan di luar saluran seperti di jalan yang terlihat pada gambar genangan di depan SMAN 4 Denpasar.

(36)

xxxiii BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Unsur hidrologi dan unsur-unsur keruangan terintegrasi yang kurang tertata dengan baik sehingga fenomena banjir terjadi di Kota Denpasar.

2. Kondisi wilayah monang maning yang merupakan kawasan padat penduduk dan keadaan sungai serta saluran-saluran tersier dan unsur-unsur keruangan terintegrasi yang kurang tertata dengan baik menyebabkan rawannya genangan air bahkan banjir di kawasan Monang-maning.

Adapun penyebab terjadinya banjir di Kota Denpasar dan Monang Maning, antara lain:

a. Topografi Kota Denpasar dan kawasan Monang Maning yang relatif datar b. Kemampuan infiltrasi tanah yang kurang karena limbah dan kepadatan

penduduk.

c. Bentuk dan Kapasitas Saluran Drainase yang dilampaui sehingga menyebabkan terjadinya luapan air ke daratan.

d. Adanya sedimentasi di saluran - saluran drainase

e. Kepadatan penduduk yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air

f. Perubahan tata guna lahan dari kawasan sawah dan rawa menjadi daerah pemukiman

g. Masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungannya karena membuang sampah sembarangan ke saluran dan menutup daerah resapan air di perumahan untuk kepentingan pribadi dan sesaat

h. Pemerintah yang kurang memperhatikan tentang tata guna lahan yang memperhatikan lingkungan jangka panjang, terutama mengenai kawasan resapan air yang semakin sempit atau beralih fungsi.

(37)

xxxiv

i. Pemerintah yang kurang memperhatikan pemeliharaan terhadap saluran- saluran drainase di kawasan monang maning.

4.2 Saran-saran

1. Pemerintah harus mengatur perubahan tata guna lahan agar tidak:

mengurangi daerah resapan air agar kemampuan infiltrasi tanah menjadi baik.

2. Revisi Bentuk dan Kapasitas Saluran Drainase di kawasan Monang Maning agar lebih sesuai sehingga tidak menyebabkan terjadinya luapan air ke daratan.

3. Pembersihan rutin terhadap adanya sedimentasi di saluran- saluran drainase.

4. Kesadaran masyarakat untuk membuat daerah resapan air, misalnya dengan membuat lubang resapan air.

5. Pemerintah yang kurang memperhatikan pemeliharaan terhadap saluran- saluran drainase di kawasan monang maning.

6. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan banjir Kota Denpasar adalah perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase seperti perbaikan got dan tanggul-tanggul sungai, pemasangan jaring penangkap sampah di beberapa sungai, pelarangan terhadap pembuangan sampah ke saluran air, dan pelarangan pembuatan bangunan di sempadan- sempadan sungai. Masalah banjir sebenarnya adalah masalah lintas sektor dan lintas daerah sehingga diperlukan adanya kerjasama yang baik, sistematis dan berkesinambungan antar dinas yang terkait dan antar pemerintah kabupaten/kota Masyarakat harus dihimbau agar lebih menyadari Bahwa masalah bencana seperti banjir bukan semata-mata masalah pemerintah tetapi juga bagaimana masyarakat jugaikut memelihara kebersihan sungai, mengingat pembuangan sampah ke sungai membawa dampak banjir saat musim hujan, tentunya akan merugikan kita semua termasuk masyarakat.

(38)

xxxv

7. Pemerintah harus memiliki sistem yang jelas tentang tata guna lahan yang memperhatikan lingkungan jangka panjang, terutama mengenai kawasan resapan air yang semakin sempit atau beralih fungsi menjadi pertokoan, villa, atau perumahan.

(39)

xxxvi DAFT AR PUST AKA

Dinas Lingkungan Hidup Kota Denpasar, Status Lingkungan Hidup Kota Denpasar Tahun2008

Dinas Pu Provinsi Bali, Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unud Studi Peresapan Air Hujan Di Kota Denpasar

Status Daerah, Letak Geografis dan Topografi Desa, Tahun 2000 Garis Besar Strategi Sanitasi Kota Denpasar, Tahun 2008

Analisis Hidraulika Banjir Tukad Badung, Jurusan Teknik Sipil Dan Lingkungan Fakultas Teknik Ugm, Tahun 2008

Profil Kota Denpasar, Tahun 2008

Harian Umum Bali Post, Awai Tahun, Puncak Curah Hujan di Bali, edisi Kamis, 9 Oktober 2008.

Harian Umum Bali Post, Pasca Banjir di Denpasar;Evakuasi Mobil dan Siswa Diliburkan, edisi Kamis, 9 Oktober 2008.

Harian Umum Nusa Bali, Banjir Mendadak,3 Mobil Hanyut ke Sungai, edisi Kamis, 9 Oktober 2008.

http://www.pmibali.or.id/, Banjir Melanda, PM! Lakukan Respon, 8 Oktober 2008.

http://beritabali.com,/ Akibat Tata Ruang Semrawut dan Kerusakan Lingkungan Denpasar, 8 Ok:tober2008.

http://beritabali.com,/ Musim Hujan Tiba, PU Disibukkan Sampah Denpasar, 7 Oktober 2008.

http://id. wikipedia.org/wiki/Banjir

http://mtnugraha.wordpress.com/2009/09/05/uji-chi-kuadrat-perencanaan-saluran drainase-bag-iii

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di atas dapat diambil kesimpulan yaitunilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sigumpar Tahun

Pada kelenjar bulbourethralis, sitoplasma sel-sel sekretoris dan sekreta di lumen kelenjar menunjukkan reaksi dengan intensitas lemah sampai kuat terhadap pewarnaan AB

1. DOPAMIN Misalnya : Doperba dan Dopamain Guilini Sediaan 1 Ampul = 5 atau 10 cc = 200 mg INDIKASI Shock yang berhubungan dengan

Dalam modul Bomod, pembaca diharapkan dapat memahami buffer overflow melalui materi yang disampaikan dibantu dengan animasi dan soal-soal latihan yang diberikan.. Ranah

endidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya pemberdayaan manusia, melalui pendidi- kan pengembangan potensi, kecerdasan, keterampilan dan karakter dapat dibentuk

Kendala yang ada seperti sifat skeptis beberapa apoteker terhadap kualitas obat generik, dokter yang lebih banyak meresepkan obat nama dagang, dan pendapat umum di masyarakat

Efektivitas komunikasi media online yang digunakan oleh Pemerintah Kota Surabaya akan dianalisis dengan Brand Identity Web Analysis Method (BIWAM). Metode ini terdiri dari;

sebanyak 4 m per ton karet kering. Selain itu mutu RSS juga ditentukan oleh pengontrolan yang rutin mengenai bahan bakar kayu dan suhu ruang pengasapan. Sistem