279
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI DESA TEMPEL KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK
Nur Faizah
1, Bambang Prishardoyo 2Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel
________________
Sejarah Artikel:
Diterima April 2017 Disetujui Juni 2017 Dipublikasikan Agustus 2017
________________
Keywords:
Implementation, Act 6 of 2014 on the village, Rural Development, Government of Village
__________________
Abstrak
___________________________________________________________________
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa serta untuk mengidentifikasi kendalanya di Desa Tempel. Analisis data menggunakan metode analisis Miles dan Huberman. Teori yang digunakan adalah model implementasi George C. Edward III. Hasil penelitian diketahui bahwa Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang di Desa Tempel dilihat dari aspek komunikasi, telah dilakukan komunikasi dengan baik antara pelaksana kebijakan (Pemerintah Desa) dengan sasaran kebijakan (Masyarakat Desa), dari aspek sumberdaya yaitu sumberdaya Pemerintah Desa Tempel yang belum mendukung, dari aspek sikap pelaksana, implementor menyatakan tanggungjawab dan komitmennya untuk pelaksanaan kebijakan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dan struktur birokrasi belum memenuhi syarat secara efektif. Kendala-Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Desa Tempel yaitu pada aspek komunikasi belum ada tindak lanjut dari perwakilan desa yang pernah mengikuti sosialisasi, pembekalan dan pelatihan kepada perangkat desa lainnya. Pada aspek sikap pelaksana yaitu kurangnya respon dari masyarakat yang menganggap kebijakan tersebut hanya sebuah kebijakan rutin belaka, maka diperlukan sikap tanggungjawab yang tinggi dari implementor.
Abstract
The purpose of this study was to determine and describe how the implementation of Law No. 6 of 2014 on the village as well as to identify barriers in the village of Tempel. Analysis of data using analytical methods Miles and Huberman. The theory used is the model of George C. Edward III implementation. The survey results revealed that the implementation of Law No. 6 of 2014 About Village Tempel seen from the aspect of communication, has done good communication between the implementers (village government) with policy targets (Rural Community), from the aspect of resource that government resources Desa Paste not support, from the aspect of attitude executor, implementor claimed responsibility and commitment to the implementation of the policy of Act No. 6 of 2014 About the village, and the bureaucratic structure has not been eligible effectively.
Obstacles faced by the village government Tempel is on aspects of communication there has been no follow-up of village representatives who had attended socialization, briefing and training to the other village. In the aspect of the attitude of the implementing namely the lack of response from the public who think the policy is only a mere routine policy, the necessary attitude of high responsibility of the implementor. There are still bureaucratic structure of government resources and Paste village that has not been fully in accordance with Law No. 6 of 2014 About the Village.
© 2017 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Gedung L2 Lantai 2 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]
280 PENDAHULUAN
Gambar 1. Persentase Penduduk Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Perdesaan dan Perkotaan Di Indonesia Tahun 2005-2014
Sumber: BPS , data diolah
Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan utama yang diprioritaskan pemerintah dalam menyusun strategi pembangunan. Strategi ini merupakan salah satu strategi dari triple track strategy pemerintah, yaitu penanggulangan masalah kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan Laporan Bulanan Sosial Ekonomi yang diterbitkan oleh BPS pada bulan Desember 2014 tercatat masih banyaknya penduduk Indonesia yang tergolong miskin. Hal tersebut dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Indonesia cenderung mengalami penurunan, namun persentase penduduk yang miskin masih tinggi di perdesaan di banding di perkotaan.
Pembangunan yang selama ini terfokus pada perkotaan telah meningkatkan kesenjangan antar wilayah pedesaan dan perkotaan. Dampaknya dapat terlihat pada indeks gini yang semakin meningkat. Upaya menyeimbangkan kondisi ekonomi sampai ke pedesaan, pemerintah pada tahun 2014 telah mensahkan Undang-Undang yang secara khusus mengatur tentang desa yaitu Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa.
Dengan adanya Undang- Undang tersebut diharapkan adanya pelaksanaan otonomi desa yang nyata dan bertanggungjawab serta mampu memperkuat masyarakat desa baik dari sisi pemerintahan, akuntabilitas, dan tata kelola.
Paska pengesahan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 atau lebih dikenal dengan Undang- Undang Desa, diikuti dengan pengesahan PP No 43 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan UU desa dan PP No 60 tahun 2014 mengenai mekanisme pengelolaan dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), maka ada pergeseran pada paradigma dan mekanisme pengelolaan anggaran di desa. Sehingga pemerintah desa perlu mengambil langkah-langkah strategis dan taktis menyangkut penyiapan tata aturan pendukung, penyesuaian rencana pembangunan jangka menengah desa, penyusunan APBDes dan realisasinya, pengembangan dan penguatan Bumdes, serta menyusun pendampingan untuk masyarakat.
Basis kemajuan sebuah Negara ditentukan oleh kemajuan Desa. Adanya UU Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa memuat berbagai perubahan salah satunya adalah program Dana Desa yang diperkirakan sebesar Rp 1,4 Miliar.
Rincian dana desa pada APBN-P 2015 telah dipublikasikan oleh pemerintah sebagaimana dilansir dari website resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan (DPJK Kemenkeu) dari 33 Provinsi penerima danadesa 5 (lima) diantaranya mengantongi anggaran terbanyak. Provinsi tersebut antara lain, Jawa Tengah sebesar Rp. 2,23 triliun, Jawa Timur sebesar Rp. 2,21 triliun, Aceh sebesarRp.
1,71 triliun, Jawa Barat sebesarRp. 1,59 triliun, dan Sumatera Utara sebesar Rp. 1,46 triliun.
11.7 13.5 12.5 11.6 10.7 9.9 9.2 8.5 8.5 8.2
20 21.8 20.4 18.9 17.4 16.6 15.7 14.3 14.4 13.8
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kota Desa
281 Di Jawa Tengah terdapat 7.809 desa penerima DD yang tersebar di 29 Kabupaten, total DD tahun 2015 se-Jawa Tengah mencapai Rp 5.002.426.341.000. sedangkan DD tahap pertama yang sudah dapat dicairkan berada di 15 Kabupaten yang terdiri dari 4.009 Desa dengan total Rp 1.535.607.800. Sedangkan untuk Kabupaten Demak pada Tahun Anggaran 2015 dialokasikan sebesar Rp.73.852.473.000,- dan pada Tahun anggaran 2016 mendapat alokasi sebesar Rp.165.814.611.000,-. Dari data yang diambil dari bahan sosialisasi Kecamatan Wedung pada tahun 2015, Kecamatan Wedung mendapatkan dana DD sebesar 6.051.339.257 yang akan didistribusikan ke 20 desa di Kecamatan Wedung. Jika dirata-rata masing- masing desa mendapatkan Rp 302 juta.
Berdasarkan realita tersebut di atas maka tidak ada alasan lagi bagi setiap desa yang ada di Kecamatan Wedung untuk mengeluh dalam hal pembangunan desa.Begitu pula terkhusus Desa Tempel Kecamatan Wedung yang menjadi pusat penelitian penulis, sebab danadesa yang telah diterimanya apabila dialokasikan secara baik maka akan sangat membantu penyelenggaraan program kerja pemerintah Desa dalam pembangunan desa secara maksimal.
Salah satu desa yang telah menerapkan Undang-Undang No 6 tahun 2014 adalah Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
PemberlakuanUndang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Desa Tempel ini mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap struktur kelembagaan dan kinerja pemerintah desa Tempel dalam pelaksanaan pembangunandesa. Di samping itu juga berpengaruh terhadap perubahan tata pelaksanaan pemerintahan desa di Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Dalam kegiatan pelaksanaan tugasnya pemerintah desa berpedoman padaUndang-Undang No. 6 Tahun 2014. Serta adanya danadesa yang bersumber dari APBN yang jumlahnya cukup besar yang di terima Desa Tempel.
Sehubungan dengan fenomena yang diuraikan di atas, maka peneliti terdorong untuk mengkaji, menelaah, meneliti, dan membahas mengenai implementasi Undang-Undang No 6
Tahun 2014 tentang Desa yang disusun dalam bentuk skripsi dengan judul : “Implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
METODE PENELITIAN Dasar Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu pendekatan penelitian dimana data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya. Hal yang perlu diketahui secara terperinci melalui pendekatan penelitian deskriptif kualitatif ini, yaitu bagaimana implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa di desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
Penelitian ini akan mendeskripsikan gambaran tentang implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikannya. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah orang- orang yang menjabat di pemerintah Desa Tempel. Penentuan subjek atau informan pada penelitian ini ialah dengan menggunakan metode purposif.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini berisi pokok-pokok kajian dan menjadi pusat perhatian dari penelitian ini adalah Model Implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward III menunjukkan empat aspek yang berperan penting dalam keberhasilan implementasi. Empat aspek tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Dengan memakai model Edward III yakni Empat aspek yang menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu kebijakan tersebut didefinisikan sebagai berikut;
Komunikasi, adalah komunikasi antara pelaksana kebijakan (aparat pemerintah Desa) dengan kelompok sasaran (masyarakat desa).
Sumber daya, adalah sumber daya manusia dan sumber daya finansial yang tersedia atau
282 disediakan untuk pelaksanaan Kebijakan Undang-Undang No 6 tahun 2014
Sikap Pelaksana adalah karakteristik yang menempel kepada para pelaksana kebijakan (aparat pemerintah Desa) yang meliputi seperti:
kejujuran, komitmen dan sikap demokratis.
Struktur Birokrasi, adalah struktur organisasi pelaksana kebijakan.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan kesesuaian substansi permasalahan pada penelitian ini dan juga pertimbangan entry data baik orang, program, struktur, maupun interaksi sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Jenis dan Sumber Data a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh berasal dari subyek (informan).
Sedangkan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Peneliti mendapatkan sumber data yang berasal dari : Informan dan Catatan Lapangan
b. Data Sekunder
Data sekunder dimana peneliti memperoleh data dokumen-dokumen pendukung. Sumber data sekunder yaitu Dokumen ialah catatan yang diperoleh peneliti dari tempat penelitian yaitu Kantor Balai Desa Tempel dan data-data terkait dengan permasalahan yang dihadapi peneliti untuk dijadikan bahan rujukan selama proses penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang sangat diperlukan bagi penelitian kualitatif ini, maka di perlukan adanya informan penelitian. Adapun informan penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam implementasi Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang desa di Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, yakni : Kepala
Desa yang mewakili desa, serta perangkat desa.
Untuk mengumpulkan data digunakan teknik:
a. Wawancara, b. Dokumentasi,
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Trianggulasi lebih banyak menggunakan metode alam level mikro, seperti bagaimana menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analis hasil penelitian.
Asumsinya bahwa informasi yang diperoleh peneliti melelui pengamatan akan lebih akurat apabila juga digunakan interview atau menggunakan bahan dokumentasi untuk mengoreksi keabsahan informasi yang telah diperoleh dengan kedua metode tersebut. Begitu pula hasil-hasil analisis data yang dilakukan peneliti akan lebih akurat apabila dilakukan uji keabsahan melalui uji silang dengan informan lain, termassuk dengan informan penelitian.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang lain (Sugiyono, 2013: 334).
Dalam penelitian ini digunakan analisa data kualitatif dari Miles dan Huberman (Sugiyono 2009: 246), yang terdiri dari empat tahap yaitu: Pengumpulan data, Reduksi Data, Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pelaksanaan Kebijakan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel
Proses pelaksanaan kebijakan Undang- Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel, yaitu:
283 Pertama pemerintah desa menyiapkan rencana meliputi informasi dasar desa serta penjelasan kebutuhan merujuk pada tujuan pembangunan desa hal ini sesuai dengan uu desa pasal 80.
Kedua melaksanakan MUSRENBANG DESA yang melibatkan pemerintah desa, BPD dan kelompok-kelompok masyarakat, dalam MUSRENBANG DESA ini yang akan dibahas adalah menentukan tingkat penilaian kebutuhan masyarakat serta menetapkan prioritas, progam dan kegiatan yang akan dilakukan.
Ketiga, penetapan rencana yaitu membuat RPJMDES dan RKPDES yang ditetapkan oleh PERDES dengan ketentuan satu desa hanya satu rencana. Rencana yang dimaksud pada bagian ini adalah pedoman APBDESA yang sesuai dengan masukan dalam rencana Kabupaten.
Setelah menetapkan rencana pembangunan maka langkah berikutnya adalah menetapkan APBDESA, pada APBDESA
memuat konsolidasi penerimaan dan pengeluaran, ditetapkan dalam PERDES, lokasi harus sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan prioritas Kabupaten.
Setelah APDESA telah ditetapkan tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pembangunan, pada tahap ini diwajibkan melibatkan seluruh masyarakat dan atau lembaga kemasyarakatan, dilaksanakan secara swakelola, serta masyarakat berhak mendapatkan informasi, memantau dan melaporkan.
Kemudian tahap selanjutnya adalah pertanggungjawaban, pada tahap ini pemerintah desa wajib menyampaikan laporan dalam musyawarah pembangunan desa.
Tahap akhir yakni masyarakat dan pemerintah desa saling memelihara dan memanfaatkan dana desa secara baik dan transparan agar amanat uu desa dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Proses Pelaksanaan Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014 tentang desa pasal 78-82 di Desa Tempel tahun 2015
Tindak lanjut dari proses implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang desa, maka pemerintah desa dituntut untuk melaksanakan rencana pembangunan desa sesuai dengan rancangan pembangunan jangka menengah maupun jangka panjang. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap informan menyatakan bahwa pemerintah desa Tempel telah membuat beberapa progam kegiatan. Progam kegiatan tersebut antara lain:
Pertama, progam kegiatan perbaikan jalan utara desa, hal ini didasarkan pada kondisi jalan utara desa yang sangat parah, jalan utara desa ini M enyiapkan
Rencana Kegiatan pasal 79
M elaksanakan M USRENBANG
DESA pasal79
Penetapan Rencana (RPJM DES Dan
RKPDES) pasal 79
M enetapkan APBDESA
pasal 80
Pelaksanaan Pembangunan pasal 81 Pertanggungjawaban
pasal 82 M emelihara Dan
M emanfaatkan Dana Desa pasal 82
284 merupakan akses utama bagi masyarakat desa Tempel.
Kedua, progam kegiatan perbaikan jalan sawah, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Desa Tempel bermatapencaharian sebagai petani, sehingga kegiatan utamanya di persawahan, kondisi tanah yang bertekstur lempung mengakibatkan akses jalan ke persawahan cukup sulit, hanya bisa diakses dengan berjalan kaki, maka pemerintah desa mengupayakan perbaikan jalan sawah agar mempermudah penduduk desa untuk bercocok tanam.
Ketiga, yaitu progam kegiatan perbaikan kantor kepala desa, hal ini dikarenakan kondisi kantor kepala desa lama dalam keadaan buruk sehingga pemerintah desa mengupayakan perbaikan kantor kepala desa agar dapat melayani masyarakat dengan nyaman dan mudah.
Keempat, progam kegiatan perbaikan jalan depan kantor balai desa, hal ini dikarenakan kondisi jalan yang masih berbatu sehingga masyarakat sulit untuk mengakses ke kantor kepala desa, maka pemerintah desa melakukan perbaikan jalan dengan cara betonisasi jalan depan kantor desa.
Kelima yaitu progam kegiatan pembuatan gorong-gorong, hal ini diupayakan untuk mengurangi resiko terjadinya banjir yang melanda desa Tempel.
Berkaitan dengan pelaksanaan progam kegiatan pembangunan desa untuk mengimplementasikan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang desa maka setiap desa diberikan anggaran dana desa yang bersumber dari APBN. Anggaran dana desa yang diperoleh di gunakan untuk kegiatan Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan Desa di Desa Tempel. Terdapat beberapa hal yang perlu diberikan deskripsi dan mendapat analisis dari penulis terkait penggunaan dana desa dan pelaksanaannya.
Pada tahun 2015 Desa Tempel mendapat dana desa sebesar Rp. 301.100.000,-. Untuk pengelolaan dana desa diatur dalam Peraturan Bupati Kabupaten Demak Nomor 23 Tahun 2015 dengan ketentuan kegiatan Belanja
Aparatur dan Operasional Pemerintah Desa.
Data mengacu pada SPJ atau pertanggungjawaban penggunaan Dana Desa.
Menurut Daftar Rencana Kegiatan (DRK) Dana Desa Desa Tempel Tahun Anggaran 2015 dana yang bersumber dari APBN merupakan penyaluran dana pertama. Dana tersebut disalurkan ke Rekening Kas Desa melalui 3 tahap dengan rincian :
a. Tahap pertamas ebesar 40 % b. Tahap kedua sebesar 40 %, dan c. Tahap ketiga sebesar 20 %.
Untuk uraian prioritas penggunaan dana desa sebagai sumber kegiatan pembangunan desa di Desa Tempel dapat di lihat tabel 1. dibawah ini :
Tabel 1. Prioritas Penggunaan Dana Desa Di Desa Tempel Tahun 2015
Sumber: ArsipDesaTempel 2015. Diolah.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan desa di Desa Tempel terealisasi secara baik yaitu hampir 100%. Hal ini sesuai dengan pengamatan di lapangan, secara keseluruhan proses pembangunan desa hampir berjalan baik dan dapat terlihat wujud fisik pembangunan desa yang dapat di rasakan oleh masyarakat.
TAHAP PROGAM
KEGIATAN
REALISASI (%)
I
-Betonisasi jalan utara desa sepanjang 1500 m
-Perbaikan jalan persawahan
-Perbaikan jalan makam desa
100
100 100
II
-Perbaikan gedung kepala desa
-Perbaikan jalan depan kantor kepala desa
70 90
III -Pembuatan gorong- gorong
0
285 Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian terkait Implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Undang- Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel cukup baik, namun sesuai dengan pengamatan di lapangan masih adanya ketentuan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa yang belum dilaksanakan oleh pemerintah Desa Tempel antara lain belum adanya progam pengembangan ekonomi masyarakat seperti pendirian BUM Desa, Pasar Desa, Lumbung desa, pembibitan tanaman pangan, penguatan permodalan BUM Desa dll.
Serta belum adanya partisipasi dari perempuan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang diatur pada Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 82.
Implementasi Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel
Untuk mengungkapkan implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel di lihat dari empat aspek model implementasi yang dipakai tersebut maka dilakukan wawancara terhadap informan.Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman/panduan wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data hasil wawancara dianalisis dengan teknik analisis kualitatif model interaktif. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif-kualitatif seperti berikut ini:
1. Komunikasi
Pemerintah desa Tempel menjelaskan bahwa selama ini telah mendapatkan sosialisasi terkait penyelenggaraan kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa melalui workshop, bimbingan teknis dan pembelajaran, rapat koordinasi. Pemerintah desa telah memahami materi yang disampaikan pada sosialisasi itu meliputi konsep UU No 6 tahun 2014 tentang Desa, syarat dan ketentuan pencairan dana desa, mekanisme dana desa, monitoring dan evaluasi, kewenangan dan pelaporan kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa. Semua perangkat desa Tempel mengetahui bahwa ada perwakilan dari pemerintah desa Tempel yang mengikuti
sosialisasi, pembekalan dan pelatihan dalam rangka menyiapkan diri menghadapi implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi kepada pemerintah desa dalam rangka mengefektifkan implementasi kebijakan undang- undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.
Berdasarkan hasil wawancara, cara penyampaian informasi atau transmisi implementasi kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa bahwa sosialisasi dilakukan melalui workshop, bimbingan teknis dan pembelajaran, dan rapat koordinasi.
Pada Undang-UndangNo 6 tahun 2014 tentang Desa telah menetapkan pada pasal 26 ayat 4 point p bahwa Kepala Desa wajib memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Informasi mengenai Pemerintahan Desa juga dapat diminta dan didapatkan oleh masyarakat Desa, serta dapat mengawasi semua kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Desa (Pemdes) salah satunya yaitu Pembangunan Desayang tercantum pada Undang-UndangNo 6 tahun 2014 Pasal 68 ayat 1 point a. Komunikasi antara Kepala Desa tidak hanya dilakukan secara satu arah, melainkan juga masyarakat Desa dapat memberikan aspirasi, saran dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab mengenai kegiatan- kegiatan di Desa sesuai dengan Undang-UndangNo 6 tahun 2014 Pasal 68 ayat 1 point c. Selain hal tersebut dalam UU Desa juga mengatur mengenai Musyawarah Desa yaitu pada pasal 54 menegaskan bahwa Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang 1 pertemuan dalam 1 tahun untuk memusyawarahkan hal-hal dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
2. Sumber Daya
Pada aspek sumberdaya ini, 4 ( Empat) informan berpendapat yang sama bahwa ketersediaan sumberdaya manusia yang diperlukan dalam mengimplementasikan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang desa di kantor kepala Desa Tempel masih kurang memadai. Disebabkan kekurangan jumlah tenaga pegawai, walaupun telah berpendidikan
286 formal yang cukup, namun disisi ketrampilan/keahlian dibidang tugasnya belum memadai. Sementara sarana dan prasarana pendukung lainnya juga belum memadai.
Sesuai dengan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1 mencantumkan bahwa sumber daya pembangunan desa dilakukan agar masyarakat Desa dapat mandiri dan sejahtera dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya lainnya melalui kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Keberadaan faktor sumberdaya dalam rangka implementasi kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Tanpa kecukupan sumberdaya, apa yang direncanakan tidak akan sama dengan apa yang akhirnya diterapkan.
Menurut George Edward III menyatakan bahwa : sumber daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik.
Sumberdaya penting meliputi staf dengan jumlah yang cukup, dan dengan keterampilan untuk melakukan tugasnya serta informasinya, otoritas dan fasilitas yang perlu untu menerjemahkan proposal pada makalah ke dalam pemberian pelayanan publik. Akibat tidak tersedianya sumber daya yang tidak memadai, maka akan mendatangkan rintangan terhadap implementasi kebijakan.
3. Sikap Pelaksana
Pada aspek sikap pelaksana ini, 4 ( Empat) informan berpendapat yang sama bahwa sikap yang diperlihatkan oleh implementor program (pemerintah desa), seperti komitmen dengan sebaik-baiknya, kejujuran dan bersemangat dalam pengabdian kepada masyarakat sudah memadai.
Sikap Pelaksana diartikan sebagai kecenderungan, keinginan atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan. Jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan
mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu.
Mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Sikap Pelaksana ini merupakan karakteristik yang menempel erat kepada pelaksana kebijakan.
Karakter yang penting dimiliki oleh pelaksana kebijakan adalah kejujuran, komitmen, demokratis, kemauan, keinginan, dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan secara sungguh-sungguh. Sikap pelaksana yang tinggi berpengaruh pada tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan.
Senada dengan teori diatas dengan hasil penelitian menunjukan bahwa kepala desa dan pegawai Desa Tempel, sudah memiliki komitmen yang tinggi,sifat kejujuran dan semangat pengabdian yang tinggi dalam mengimplementasikan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, serta memiliki sifat demokratis dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Dari hasil uraian tersebut, peneliti menilai baiknya kerjasama yang terjalin antara pemerintah Desa Tempel dan masyarakat dikarenakan kesadaran kedua pihak untuk melakukan pembangunan desa yang lebih baik lagi.
4. Struktur Birokrasi
Pada aspek struktur birokrasi, yakni 4 ( Empat) informan berpendapat yang sama bahwa, struktur organisasi Pemerintah Desa Tempel belum memenuhi syarat untuk mengimplementasikan kebijakan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa secara efektif.Berikut bagan susunan organisasi pemerintah desa antara menurut Undang- Undang No 6 tahun 2014 dengan struktur organisasi pemerintah desa di Desa Tempel yang menggambarkan perbedaan diantara keduanya.
Adapun Bagan Susunan Organisasi Desa Tempel tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini :
287
Gambar 3. Bagan Susunan Organisasi Desa Tempel tahun 2015
Gambar B agan Susunan Organisasi menurut UU No 6 tahun 2014
Berdasarkan kedua bagan diatas dapat dilihat bahwa susunan organisasi di Desa Tempel belum sesuai dengan susunan organisasi UU No 6 tahun 2014.Sehingga pemerintah desa Tempel perlu melakukan perombakan susunan organisasi sesuai dengan undang-undang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan untuk aspek dilihat dari struktur birokrasi, Pemerintah Desa Tempel belum memenuhi syarat untuk mengimplementasikan kebijakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa secara efektif, Hal itu dapat dilihat dari:
pertama, kelengkapan struktur birokrasi belum disesuaikannya Peraturan Daerah Kabupaten Demak No 6 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata kerja
Pemerintah Desa dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.Kedua, strukturs organisasi pelaksana/pembagian
tugas, standar opersional procedur (SOP), mekanisme prosedur pembangunan desa, serta standar waktu penyelesaian pelaksanaan program belum sesuai dengan petunjuk dari pelaksanaan.
Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Pemerintah Desa dalam Implementasi Undang- Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel
1. Komunikasi
Kendala dalam aspek komunikasi adalah sosialisasi kepada masyarakat mengenai kebijakan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang desa telah ada, namun tingkat pendidikan masyarakat Desa Tempel yang cukup rendah yaitu pada tingkat SD berdampak pada pemahaman masyarakat mengenai undang- undang tersebut kurang, hal ini akan berakibat pada sulitnya mengajak partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa maupun dalam pengawasan
BPD
KepalaDesa
SekretarisDesa LPM/ LembagaAdat
KasiPelaya
nan KaurAdministr
asi PELAKSANA TEKNIS
PELAKSANA WILAYAH KasiPemerin
ta-han
Kasikesejaht
e-raan KaurUmu
m
KaurKeuanga n
KepalaDusun KepalaDusun KepalaDusun
BPD KepalaDesa SekretarisDesa
KaurKesra KaurPemerintah
an
KaurUmum KaurKeuangan KaurAdminis
trasi
288 kegiatan. Kendalalain terkait komunikasi juga terjadi antara kepala desa dan anggota pemerintah desa yaitu belum samanya persepsi kebijakan penempatan anggota pemerintah desa yang menjabat di desa yang sudah memberlakukan kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa. Menurut sekretaris desa alangkah baiknya untuk desa yang sudah memberlakukan kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa merupakan anggota pemerintah desa yang benar- benar baru dan sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sehingga peningkatan mutu anggota pemerintah desa menjadi output yang berkualitas.
2. Sumber Daya
Kendala dalam aspek sumberdaya adalah masih rendahnya pendidikan para pelaksana Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa tentang desa, sehingga pemahaman mengenai Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa relatif bervariasi dan kurang menyeluruh. Selain itu, masih rendahnya pendidikan para sasaran utama Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa tentang desa yakni masyarakat, sehingga pemahaman masyarakat mengenai Undang- Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa relatif bervariasi dan kurang menyeluruh. Dan dukungan pendapatan desa yang kurang memadai, sehingga menimbulkan kurangnya dukungan finansial dalam pelaksanaan kebijakan. Serta sumber daya manusia ada keterbatasan.
3. Sikap Pelaksana
Kendala dalam aspek sikap pelaksana adalah kurangnya respon para masyarakat desa dalam menyikapi Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa yang menganggap kebijakan tersebut hanya sebuah kebijakan yang menyalurkan dana desa yang cukup besar, tanpa melihat pertanggungjawaban yang cukup besar pula. Kendala sikap pelaksana ini dapat menghambat proses implementasi Undang- Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel.
4. Struktur B irokrasi
Kendala dalam aspek struktur birokrasi adalah sering berubahnya PTO (Prosedur Teknik Operasional) sehingga TPK (Tim Pelaksana
Kegiatan) sedikit kesulitan dalam belanja ke supliyer sehingga ada bangunan yang tertunda dalam pelaksanaannya. Belum adanya pembagian tugas diantara Tim pelaksana dan kurangnya koordinasi Tim pelaksana Undang- Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa.Kendala struktur birokrasi ini dapat menghambat proses implementasi Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan diatas, implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Desa Tempel dapatlah ditarik kesimpulan sesuai dengan fokus penelitan bahwa implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang di Desa Tempel dilihat dari aspek komunikasi, telah dilakukan komunikasi dengan baik antara pelaksana kebijakan (Pemerintah Desa) dengan sasaran kebijakan (Masyarakat Desa), dari aspek sumberdaya yaitu sumberdaya Pemerintah Desa Tempel yang belum mendukung, dari aspek sikap pelaksana, implementor menyatakan tanggungjawab dan komitmennya untuk pelaksanaan kebijakan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dan struktur birokrasi belum memenuhi syarat secara efektif dan kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Desa dalam mengimplementasikan Undang- Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Desa Tempel yaitu pada aspek komunikasi belum ada tindak lanjut dari perwakilan desa yang pernah mengikuti sosialisasi, pembekalan dan pelatihan kepada perangkat desa lainnya.
Pada aspek sikap pelaksana yaitu kurangnya respon dari masyarakat yang menganggap kebijakan tersebut hanya sebuah kebijakan rutin belaka, maka diperlukan sikap tanggungjawab yang tinggi dari implementor. Masih terdapat sumberdaya dan struktur birokrasi Pemerintah desa Tempel yang belum sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
289 SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka direkomendasikan saran kepada pemerintah desa Tempel disarankan untuk meningkatkan semua aspek-aspek penting baik komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana, maupun struktur birokrasi dalam rangka implementasi kebijakan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa Tempel ke arah yang lebih baik lagi,.
Pemerintah desa Tempel juga perlu lebih selektif dalam memilih dan menetapkan progam pembangunan agar kedepannya pembangunan tidak dalam sektor sarana dan prasarana saja, tetapi bisa dalam hal pengembangan potensi ekonomi lokal, kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuannya terhadap UU No 6 tahun 2014 tentang Desa, sehingga dapat berperan aktif dalam Musrembangdes, pembangunan serta melakukan pemantauan terhadap pelaksanan pembangunan yang ada di Desa Tempel.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 55. Jakarta.
Cahyadi, Eddy. 2016. Implementasi progam community development bidang pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas SDM dan pemecahan masalah kemiskinan. EDAJ 5 (2)(2016)
Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.Jakarta:PT.Elek Media Komputindo.
Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi).Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung : Alfabeta.
____2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Widodo, Joko. 2011. Analisa Kebijakan Publik.
Malang: Bayu Media Publishing
Winarno, Budi. 2005. Kebijakan Publik Teori dan Proses. PT. BUku Kita, Jakarta.
Peraturan Daerah Kabupaten Demak No 6 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata kerja Pemerintah Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Desa, direvisi Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa, Revisi I Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2015 Tentang Dana Desa, Revisi II Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2016 Tentang Dana Desa,
Permendagri No 113 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Permendagri No 114 Tentang Pedoman Pembangunan Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKP- Des) Tahun Anggaran 2015 Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun 2015
Laporan Pemerintahan Desa Tempel Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun 2015 Peraturan Desa Tempel Nomor 6 tahun 2015
tentang Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pembangunan APBDes
.
1