• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE. Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE. Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

METODE

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional survey. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor Propinsi Jawa Barat. Pemilihan kedua wilayah ini dengan alasan bahwa: (a) proporsi kemiskinan di kedua wilayah ini cukup besar, (b) kedua wilayah ini merupakan daerah penyangga kota Jakarta, (c) kecamatan dan desa/keluarahan yang diambil sebagai sampel penelitian baik di Kabupaten Bogor maupun di Kota Bogor hanyalah mewakili wilayah miskin di kota dan miskin di desa, sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa desa lebih memiliki peluang sejahtera dari pada kota dan sebaliknya, (d) kedua wilayah ini relatif mudah dijangkau oleh peneliti baik melalui angkutan kota, bus, dan ojeg. Penelitian dilakukan bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007.

Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian adalah keluarga yang tinggal di Kabupaten dan Kota Bogor. Di Kabupaten Bogor dipilih tiga Kecamatan secara purposive yaitu Wilayah Barat, Wilayah Tengah dan Wilayah Timur. Wilayah Barat diambil Kecamatan Ciampea, Wilayah Tengah diambil Kecamatan Cisarua, Wilayah Timur diambil Kecamatan Gunungputri, sementara itu di Kota Bogor dipilih Kecamatan Bogor Tengah. Ke empat Kecamatan tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian secara purposive berdasarkan jumlah kepala keluarga yang besar pada beberapa kategori tingkat keluarga sejahtera menurut BKKBN.

Selanjutnya tiap Kecamatan dipilih dua kelurahan/desa secara purposive yang diambil dari hasil pendataan keluarga tahun 2005. Tiap desa/kelurahan di ambil keluarga contoh sebesar 30 contoh yang terdistribusi pada kriteria sejahtera menurut BKKBN yaitu Pra-KS, KS-1, KS-2, KS-3 dan KS-3+, sehingga jumlah sampel sebanyak 240 keluarga contoh. Penarikan contoh dilakukan secara proporsional (Proportional Stratified Random Sampling). Keuntungan dari pada menggunakan metode ini adalah bahwa (a) dapat mewakili semua kriteria, (b) dapat memperbandingkan satu kriteria dengan kriteria lainnya. Besarnya sampel yang di ambil dari tiap kriteria tidak berimbang, karena kriteria sejahtera dan tidak sejahtera tiap desa/kelurahan memang berbeda-beda secara kuantitatif. Karena itu, peneliti

(2)

menetapkan sendiri berapa besarnya persentase yang diambil untuk mewakili setiap kriteria secara proporsional.

Untuk memperoleh sampel dari setiap kriteria secara representatif, maka verifikasi dilakukan minimal tiga hari oleh peneliti dan enumerator melalui beberapa langkah sebagai berikut: (1) Diambil data komposisi keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan di PLKB kecamatan, (2) Data dari PLKB kecamatan, dibandingkan dengan data dari PLKB desa/kelurahan, untuk mengecek kebenaran data dari PLKB kecamatan dan desa/kelurahan, (3) Jika terjadi ketidaksesuaian antara data dari PLKB kecamatan dan PLKB desa/kelurahan maka peneliti dan enumarator mengecek secara langsung data dari PLKB desa/kelurahan dengan asumsi bahwa data dari kecamatan juga diperoleh dari PLKB desa/keluarhan, (4) Data dari PLKB desa/kelurahan tidak begitu saja dipercayai, karena itu kemudian dicek kembali data dari desa/keluarahan dibandingkan dengan laporan dari tiap RT/RW, (5) Perbandingan data dari PLKB desa/kelurahan dengan laporan dari tiap RT/RW inilah yang kemudian diambil persentase dan dijadikan sebagai sampel penelitian, (6) Andaikata ada kecocokan antara data dari PLKB kecamatan dan desa/kelurahan serta laporan dari tiap RT/RW maka data tersebut tetap dipakai.

Hasil pendataan keluarga contoh oleh PLKB dan hasil verivikasi dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Hasil Pendataan Keluarga Contoh Tahun 2005 oleh PLKB dan Verifikasi

Kecamatan Desa/

Kel

Status Kesejahteraan Pra KS KS-1

KS-2 KS-3 KS-3+

Verifi kasi

PLKB Verifi kasi

PLKB Verifi kasi

PLKB Verifi kasi

PLKB Verifi kasi

PLKB

Ciampea Tegal

waru

126 254 1159 608 908 1459 465 466 146 18

Cicadas 161 275 1866 1588 191 568 8 38 - 4

Gunung Putri

Wana herang

152 152 1627 1627 1569 1569 1546 1607 217 217

Ciang sana

455 202 648 1091 476 1554 1379 1316 474 449

Cisarua Kopo 22 25 2264 2288 1361 1221 216 227 6 6

Cibe ureum

75 75 1930 1957 566 558 293 284 29 20

Bogor Tengah

Gudang 32 7 959 1047 711 701 87 117 22 18

Bbkn Pasar

- 1 1604 1204 437 853 57 233 - 12

Total 1023 991 12057 11961 6219 7932 4050 4288 894 745

(3)

Berdasarkan teori penarikan contoh bahwa bila semua kemungkinan contoh acak berukuran n diambil tanpa pemulihan dari suatu populasi terhingga berukuran N yang mempunyai nilai tengah (median) dan standar deviasi maka sebaran penarikan contoh bagi nilai tengah contoh rata-rata (mean) akan menghampiri sebaran normal dengan nilai tengah dan standar deviasi (Walpole, 1995). Dalil ini dapat mendekati kebenaran kalau hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh variabel independent mendekati normal.

Pentingnya dalil ini terutama untuk membuat kesimpulan mengenai estimator dari sampel yang menurut dalil pusat (central limit theorem) mengikuti atau mendekati fungsi normal, apabila sample cukup besar yaitu kalau n menuju tak terhingga. Dalil ini dalam prakteknya sudah berlaku kalau n >30, sebab dalam keadaan seperti ini nilai dari Tabel t untuk alpha tertentu akan mendekati nilai dari tabel normal (Supranto, 2000). Adapun sebaran keluarga contoh pada Tabel 7

Tabel 7 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Status Kesejahteraan BKKBN

Desa/

Kelurahan

Status Kesejahteraan Total Pra KS KS-1 KS-2 KS-3 KS-3+

Tegalwaru 1 10 11 5 2 30

Cicadas 1 22 4 1 - 30

Wanaherang 1 10 10 10 1 30

Ciangsana 4 6 4 13 8 30

Kopo 1 20 6 3 1 30

Cibeureum 1 18 7 4 1 30

Gudang 1 14 13 2 1 30

Babakan Pasar - 20 7 2 - 30

Total 10 120 62 40 8 240

Miskin Tidak Miskin 130 110

Jumlah keluarga miskin dan tidak miskin yang tertera pada Tabel 7 tersebut berdasarkan alasan ekonomi dan non ekonomi, tetapi kemudian pada saat analisis data, digunakan kemiskinan karena alasan ekonomi, sehingga angka di atas bergeser menjadi keluarga yang miskin lebih sedikit dari pada yang tidak miskin.

Kemiskinan karena alasan ekonomi berdasarkan kriteria BKKBN terdiri dari enam unsur yaitu: (1) makan <dua kali sehari, (2) lantai sebagian besar dari tanah, (3) tidak mempunyai pakaian yang berbeda, (4) makan daging/telur/ikan minimal satu

(4)

minggu sekali, (5) membeli baju baru minimal sekali setahun, (6) luas lantai rumah rata-rata <8m2/anggota keluarga. Sesuai dengan pengklasifikasian BKKBN, Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dengan alasan ekonomi diklasifikasikan sebagai keluarga miskin, sedangkan Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III Plus diklasifikasikan menjadi keluarga tidak miskin.

Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Riduwan dan Lestari (2001), mengemukakan bahwa data primer adalah data yang langsung dari responden melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kues ioner.

Wawancara yang dilakukan adalah terutama untuk ungkapan-ungkapan verbal dari anggota keluarga. Jika pertanyaan itu menyangkut suami, isteri, atau anak maka diadakan wawancara dengan anggota keluarga tersebut. Wawancara pada anak-anak dilakukan pada anak-anak yang berusia 15 tahun ke atas sesuai kriteria BKKBN (1998) dan anak-anak yang belum menikah. Ritzer (1992) mengatakan bahwa observasi yang dilakukan adalah terutama untuk memahami realitas intersubjective dan intrasubjective dari tindakan dan interaksi sosial. Teknik yang paling ringan adalah observasi yang bersifat eksplorasi. Teknik ini paling subyektif sifatnya dan pemakaiannya berhubungan erat dengan rencana observasi yang sebenarnya. Biasanya teknik observasi dipergunakan terutama untuk mengamati tingkah laku aktual, dan obyek yang dapat dilihat dan diraba. Data sekunder meliputi tingkat kesejahteran menurut kriteria BKKBN melalui rekapitulasi hasil pendataan rumahtangga tingkat desa/kelurahan yang dicatat oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Data penunjang lainnya diperoleh melalui kajian dokumentasi dan kepustakaan dari publikasi/laporan instansi terkait seperti: BPS, BKKBN, dan sebagainya. Jenis data dan cara pengumpulan seperti pada Tabel 8

Standarisasi Metode Pengumpulan Data

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan dalam mengumpulkan data yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dengan demikian perlu dijelaskan “validasi metode”.

(5)

Tabel 8 Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

No Jenis Data Cara Pengumpulan 1 Karakteristik Demografi: usia, jenis kelamin,

jumlah anggota

Wawancara dengan menggunakan angket

2 Karakteristik Sosial Ekonom i: pekerjaan, pendapatan, pendidikan, fisiologi, konsumsi pangan,dan aset

Wawancara dengan menggunakan angket

3 Faktor Eksternal:

a. Kelembagaan sosial

b, Kebijakan/program pemerintah c. Lingkungan tempat tinggal

-Wawancara dg menggunakan angket -Obsevasi

4 Tingkat Kesejahteraan 1. BPS (2005)

<150.000/kap/bln adalah miskin untuk Kabupaten Bogor

<175.000/jap/bln adalah miskin untuk Kota Bogor

2. Pengeluaran pangan

>70% pendapatan digunakan untuk kebutuhan pangan

3. BKKBN

a. Kebutuhan akan makan (frekuensi makan dan makan daging/telut/ikan b. Kebutuhan akan pakaian (memiliki

pakaian berbeda dan membeli baju baru sekali setahun)

c. Kebutuhan akan rumah (lantai dan luas rumah)

4. Persepsi Keluarga

Kesejahteraan keluarga secara subyektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupannya, yang mencakup kebahagiaanm kondisi emosi yang gembira, kepuasan hidup dan relatif tidak adanya semangat dan emosi yang tidak menyenangkan, Pendekatan subtektif mendefinisikan kemiskinan berdasarkan pemahaman penduduk mengenai standar hidup mereka dan bagaimana mereka mengartikannya, Penduduk mungkin mempunyai pandangan sendiri tentang apa arti kemiskinan yang mungkin bisa berbeda dengan pandangan obyektif.

Dengan demikian, terdapat perbedaan pandangan berdasarkan wilayah regional maupun geografi serta nilai sosial budaya yang ada di masyarakat.

Garis kemiskinan dalam pendekatan ini didasarkan pada penilaian subyektif masyarakat dan hubungannya dengan kondisi masyarakat tertentum tetapi pendekatan ini lebih cocok untuk studi-studi mikro karena biasanya menggunakan ukuran kualitatif (Raharto dan Romdiati dalam WKNPG, 2000)

-Wawancara dg menggunakan angket

-Wawancara dg menggunakan angket

-Wawancara dg menggunakan angket -Observasi

-Wawancara dg mengunakan angket

(6)

Validasi Metode Angket

Keabsahan (validitas) merujuk kepada keabsahan isi (content validity) daripada instrument yang digunakan dalam menjaring data. Validitas isi angket yang digunakan dipandang representative untuk menjaring semua aspek yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam aplikasinya, ternyata semua data yang dikumpulkan melalui kerangka konsep yang telah disusun dapat mengukur data, baik menggunakan skala ordinal, rasio, nominal dan interval. Demikian pula kebsahan angket telah mampu mengelaborasi analisis baik yang bersifat narasi (deskriptif) maupun analisis statistic. Singarimbun dan Effendi (1989).mengatakan bahwa data yang dijaring melalui angket tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil angket itu. Dengan alasan tersebut maka angket merupakan instrumen inti dalam pengumpulan data kuantitatif dan di dukung dengan observasi.

Validasi Metode Observasi

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa keabsahan (validitas) merujuk kepada keabsahan isi (content validity ) daripada instrument yang digunakan dalam menjaring data. Validitas isi angket juga telah mampu memaparkan apa yang ingin dilhat atau diamati seperti kondisi lingkungan tempat tinggal, aset yang dimiliki dan lain-lain sebagainya melalui kerangka konsep yang telah disusun. Berbeda dengan penelitian yang amat kualitatif (grounded research) dalam mengamati perilaku religiusitas keluarga sebagaimana yang digunakan dalam kriteria BKKBN untuk mengukur kesejahteraan. Penelitian semacam ini memerlukan observasi partisipasi dalam mengamati keterlibatan ritual dan keterlibatan intelektual keluarga dalam mengikuti ritual keagamaan seperti solat, ke gereja dan lain-lain maupun mengikuti pengajian, sekolaj minggu, membaca al-Qur’an, membaca al-Kitab, dan sebagainya.

Oleh Karena itu, peneliti harus menjadi bagian dari keluarga dalam arti, membaur, bergaul bersama keluarga, berceritra dan lain-lain. Dalam situasi seperti ini angket tidak dapat digunakan karena akan menimbulkan prasangka orang yang akan diteliti. (Bodgan dan Taylor, 1993). Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka variabel ibadah dan kepercayaan menurut agama masing-masing sesuai kriteria BKKBN dieliminasi dalam penelitian ini, karena akan menemukan tingkat

(7)

kesulitan yang sangat besar. Kalaupun hal ini dilakukan maka membutuhkan waktu yang lama, artinya bahwa peneliti harus mengamati perilaku religiusitas sampai pada tingkat kejenuhan atau tidak ada informasi atau perilaku baru yang muncul.

Dengan demikian maka menurut penulis, penelitian tersebut mengandalkan observasi partisipasi dan didukung dengan angket. Dalam kasus seperti ini Bodgan dan Taylor (1993) memandang metode angket tidak layak dipakai karena metode ini memiliki potensi bias yang cukup besar. Alasannya adalah bahwa dengan menggunakan angket dalam menjaring data kualitatif, ada kemungkinan peneliti sangat terikat dan ditentukan oleh prasangka yang dibuat oleh peneliti lewat angket, konsekuensinya kemudian adalah peneliti bisa menggiring responden untuk mengikuti format pemikiran yang dibangun oleh peneliti. Sementara itu, data kualitatif seperti disebutkan di atas, justru menunggu dan mengamati. Penelitian semacam ini, lazim digunakan oleh para antropolog, sosiolog, dan psikolog dalam mengamati perilaku manusia.

Pertentangan diametral antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif seperti inilah, maka muncullah polarisasi paradigma, yang terkesan seolah-olah merupakan dua garis lurus yang tidak pernah akan bertemu pada satu titik seperti digambarkan dalam paradigma penelitian dibawah ini. Dari kerangka konsep tersebut, paradigma penelitian survey berangkat ke lapangan dengan membawa teori, hipotesis dan konsep, kemudian mengumpulkan data, dan berdasarkan data, apakah teori dan hipotesis diterima atau ditolak. Dengan perkataan lain, paradigma penelitian survey berangkat dengan teori dan berakhir dengan teori. Dalam penelitian ini penulis berada dalam kajian kerangka wilayah paradigma penelitian survey atau pemairan.

Gambar 4 Kerangka Fikir Pendekatan Survey, Sumber: Schlegel A. Stuart (1986) Berbeda dengan penelitian yang amat kualitatif (grounded research).

Paradigma penelitian grounded ke lapangan dengan tidak membawa teori, hipotesis dan konsep, tetapi membawa proposal sebagai alat bantu saja untuk mengumpulkan data. Uraian dan konsep-konsep berdasarkan data, kemudian teori mana yang

DATA

TEORI

HIPOTESIS KONSEP

TEORI & HIPOTESIS DITERIMA/DITOLAK

(8)

relevan untuk menerangkan data. Dengan perkataan lain, paradigma grounded berangkat dengan data dan berakhir dengan teori seperti pada Gambar 5.

Gambar 5 Kerangka Fikir Pendekatan Grounded, Sumber: Schlegel A. Stuart (1986)

Variabel Penelitian dan Indikator

Singarimbun dan Efendi (1995) mengatakan bahwa variabel tidak lain dari pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut. Peubah yang akan diukur dalam penelitian ini adalah peubah bebas (Independen Variable) dan peubah terikat (Dependen Variable). Peubah bebas yang digunakan adalah: jumlah anggota keluarga, umur suami, umur isteri, pendidikan suami, pendidikan isteri, pendapatan, pekerjaan suami, pekerjaan isteri, kepemilikan aset, tempat tinggal, akses pinjaman uang pada lembaga finansial, bantuan langsung tunai, kredit barang/peralatan, dan lain-lain, sedangkan peubah terikat adalah kesejahteraan. Seluruh variabel dijabarkan dalam indikator sebagaimana dipaparkan di atas, kemudian ditentukan parameternya.

Menurut Fusco (2002), indikator merupakan alat untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh melalui cara yang berbeda-beda (angka, grafik, dan lain-lain) dari suatu fenomena kompleks yang memiliki arti luas. Secara sederhana indikator adalah sesuatu yang bisa membantu seseorang memahami dimana mereka berada, kemana akan menuju dan berapa jauh mereka berada dari tempat yang akan dituju tersebut. Indikator yang baik akan memberikan peringatan dini munculnya permasalahan sebelum menjadi lebih parah dan juga berguna dalam mengenali apa yang harus dilakukan. Dengan mencermati indikator yang dikemukakan di muka, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai landasan untuk menentukan parameter. Parameter adalah cara atau metode yang digunakan untuk mengukur indikator berdasarkan aturan tertent, misalnya menggunakan angka dan lain-lain.

DATA

URAIAN DAN KONSEP-KONSEP BERDASARKAN DATA

TEORI MENERANGKAN DATA

(9)

Steven (1951) dalam Black dan Champion (1992) mengatakan bahwa pengukuran adalah angka terhadap sejumlah obyek atau peristiwa berdasarkan aturan tertentu. Setelah suatu variabel diketahui indikatornya dan telah ditetapkan parameternya, kemudian parameter tersebut di-angka-kan. Dengan demikian menurut Muslich (1993) angka menjadi begitu penting dalam analisis kuantitatif.

Steven membagi tingkat ukuran kedalam empat kategori yaitu: ukuran nominal, ukuran ordinal, ukuran interval, dan ukuran rasio. Adapun variabel dan indikatornya dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9 Pengukuran Variabel dan Indikator

Variabel Indikator

Jumlah anggota keluarga Suami, isteri, anak, dan anggota lainnya

Umur suami Produktif/tidak produktif

Umur isteri Produktif/tidak produktif

Pendidikan suami Lama pendidikan

Pendidikan isteri Lama pendidikan

Pendapatan Semua penghasilan dihitung dalam bentuk uang

Akses pinjaman uang Semua pinjaman dalam bentuk uang

Bantuan langsung tunai Bantuan dalam bentuk uang

Kredit barang/peralatan Mobil/sepeda motor dll Pakaian

Kayu

Lokasi tem pat tinggal Kabupaten dan Kota Bogor

Status pekerjaan isteri Bekerja dan tidak bekerja Pekerjaan suami sbg pedagang Usaha produktif/komersial

Pekeraan suami s bg buruh Usaha jasa

Kepemilikan asset Kepemilikan rumah

Luas rumah Kepemilikan ternak Kepemilikan kendaraan Kepemilikan alat elektronik Kepemilikan mebel

Kepemilikan alat rumahtangga

Kepemilikan tabungan Uang

Perencanaan Kepemilikan rencana

Pembagian tugas Pembagian tugas pada anggota

Pengawasan Kontrol kegiatan anggota

Sumber: Data Primer

Definisi Operasional

1. Jumlah anggota keluarga adalah total dari anggota yang terdiri dari suami, istri, anak, orang tua, mertua dan lainnya yang tinggal dalam satu rumah 2. Pekerjaan adalah aktivitas produktif baik bersifat komersial maupun

tidak,yang dilakukan oleh seseorang yang berumur 15 tahun ke atas sesuai

(10)

kriteria BKKBN (1998), dimana sebagian besar waktunya digunakan untuk bekerja dalam mendapatkan penghasilan dilakukan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu bertutur-turut dan tidak terputus sesuai ukuran Susenas (1997). Pekerjaan tersebut baik sebagai PNS, pedagang, wiraswasta, petani, dll

3. Pendapatan adalah total uang yang diterima keluarga dari seluruh anggota yang bekerja dan memperoleh upah baik melalui pekerjaan utama maupun sampingan yang dihitung dalam rupiah perbulan

4. Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh selama beberapa tahun oleh anggota keluarga

5. Konsumsi pangan adalah pola konsumsi keluarga yang terdiri dari frekuensi makan, kebiasaan makan bersama dalam keluarga, waktu makan bersama dalam keluarga, keutamaan dalam pembagian makanan ke seluruh anggota keluarga, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga setiap hari

6. Keluarga Berencana (KB) yang dimaksud adalah pemanfaatan sarana kesehatan oleh PUS apabila anaknya sakit, keikutsertaan keluarga dalam ber KB, berapa jumlah anak, jumlah anak yang pernah dilahirkan (hidup, meninggal dan penyebabnya). Untuk mendukung KB ini, dihadirkan Posyandu dan Bidan Desa, tenaga medis dan paramedis, peralatan dan obat-obatan, Puskesmas, Puskesmas Keliling dan Puskesmas Pembantu.

7. Aset adalah kepemilikan berupa kepemilikan rumah, kepemilikan ternak, kepemilikan kenderaan, kepemilikan alat elektronik, kepemilikan mebel, dan kepemilikan alat rumahtangga.

8. Sumberdaya fisik adalah sumberdaya yang menyangkut lingkungan tempat tinggal keluarga contoh seperti tipe tempat tinggal, sumber air minum/mandi,tempat buang sampah, tempat buang air besar, kepemilikan kamar mandi, penerangan di rumah, bahan baker untuk masak dan atap rumah.

9. Kelembagaan sosial adalah lembaga-lembaga finansial yang meliputi:. KUD, BRI, BPR, BAZIS, dan lain-lain yang tersedia dan dapat di akses oleh keluarga berupa kredit/pinjaman,

(11)

10. Policy regional/program pemerintah adalah kebijakan dan program pemerintah yang menyangkut pemberian raskin, JPS, dana kompensasi BBM, IDT, kredit finansial dan lain-lain.

11. Tujuan hidup adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh keluarga dengan memenuhi akan kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan status sosial, kebutuhan akan perlindungan dan keamanan serta kebutuhanakan fisik

12. Sumberdaya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan keluarga yang terdiri dari uang (Rp), dan waktu (jam/hr), serta pemilikan aset.

13. Sumberdaya waktu adalah saat atau lamanya waktu yang digunakan oleh keluarga dalam kegiatan ekonomi, kegiatan domestik dan kegiatan sosial kemasyarakatan

14. Sumberdaya uang adalah sumberdaya yang memiliki nilai tukar yang dapat dijadikan alat transaksi untuk pangan dan non pangan melalui mekanisme pasar. Selain itu, uang juga dapat digunakan sebagai pengukur sumberdaya manusia seperti pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang direalisasikan dalam bentuk gaji atau upah.

15. Pengambilan keputusan adalah penetapan yang rasional terhadap tujuan hidup yang diinginkan keluarga, pengalokasian pendapatan untuk belanja pangan dan non pangan, dan waktu untuk melakukan kegiatan ekonomi, kegiatan domestik dan kegiatan sosial kemasyarakatan, maupun perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan kontrol terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan domestik dan kegiatan sosial kemasyarakatan

16. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian perasaan, sikap, fakta, dan pendapat antar anggota keluarga baik dalam kegiatan ekonomi, kegiatan domestik, dan kegiatan sosial kemasyarakatan, maupun dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan kontrol terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan domestik, dan kegiatan sosial kemasyarakatan

17. Manajemen adalah kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil melalui kegiatan-kegiatan.

21.Planning adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang akan hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang

(12)

melalui kegiatan ekonomi, kegiatan domestik, dan kegiatan sosial, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan .

20. Pengorganisasian adalah pendistribusian tugas-tugas, tangungjawab dan wewenang kepada anggota keluarga dalam melaksanakan kegiatan ekonomi, kegiatan domestik, dan kegiatan sosial kemasyarakatan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan yang kokoh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan melalui perencanaan.

21. Actuating yaitu pelaksanaan atau implementasi kegiatan ekonomi, kegiatan domestik, dan kegiatan sosial sesuai rencana yang telah ditetapkan

22 Controlling adalah pengawasan terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan domestik, dan kegiatan sosial untuk mengetahui sejauhmana kegiatan sudah dilaksanakan dan memeriksa tindakan-tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak.

23. Indikator kemiskinan BPS (2004) adalah pengklasifikasian keluarga miskin berdasarkan pendapatan yaitu Rp.168.111kap/bln untk kota Bogor dan Rp.

130.972/kap/bln untuk kab Bogor

24. Indikator kemiskinan BKKBN (1998) adalah pengklasifikasian keluarga pra sejahtera (Pra KS) dan keluarga sejahtera I (KS I) yang didasarkan pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya indikator kesejahteran.

25. Indikator kemiskinan pengeluaran pangan pengklasifikasian rumahtangga miskin yang didasarkan pada persentase pengeluaran pangan, dimana dikategorikan miskin jika lebih besar atau sama dengan 50 persen pengeluaran pangan dan tidak miskin jika kurang dari 50

26. Indikator kemiskinan persepsi masyarakat adalah pengklasifikasian keluarga miskin yang didasarkan pada pendapat atau interpretasi subyektif.

27. Akurasi adalah seberapa besar kevalidan sebuah parameter atau pengukuran ketika menghasilkan suatu nilai pengukuran yang tepat dan benar.

28. Sensitifitas adalah kemampuan untuk mengidentifikasi keluarga contoh yang memang benar-benar miskin.

29. Spesifisitas adalah kemampuan mengklasifikasi keluarga contoh yang nyatanya benar-benar tidak miskin.

(13)

30. Alokasi Waktu adalah distribusi waktu untuk kegiatan rumahtangga yang terdiri dari: waktu domestik, waktu produktif, waktu sosial, waktu personil, dan waktu luang

31. Kemiskinan adalah keadaan ketidakmampuan suatu individu atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (Bank Dunia)

32. Kesejahteraan adalah usaha untuk melepaskan diri dari segala tekanan, kesulitan, kesukaran, dan gangguan utk mencapai suatu keadaan yang relatif tercukupi, dimana kondisi tersebut dapat diraih melalui berbagai sumberdaya seperti: usia, jumlah angota keluarga, fisiologi, pekerjaan, pendapatan, akses terhadap lembaga financial, pengeluaran pangan dan non pangan, pendidikan, dan policy regional.

Kontrol Kualitas Data

Evaluasi kerja antara peneliti, dan petugas lapangan dilakukan dalam pertemuan-pertemuan sebagai berikut:.

Pertemuan Mingguan

Pertemuan mingguan dilakukan di tingkat lapangan bersama petugas lapangan yang akan dilaksanakan setiap hari senin untuk Pos Lapangan Kecamatan Ciampea, hari rabu untuk Pos Lapangan Kecamatan Gunung Putri, hari jumat untuk Pos Lapangan Kecamatan Cisarua, dan hari minggu untuk Pos Lapangan Kecamatan Bogor Tengah, yang dipimpin oleh Peneliti. Masalah yang dibahas dalam pertemuan ini adalah: (a) evaluasi kegiatan minggu sebelumnya, dan (b) penyusunan rencana minggu berikutnya.

Pertemuan Bulanan

Oleh karena pengambilan data direncanakan kurang lebih dua bulan stengah maka pertemuan di tingkat Pos Komando bersama petugas lapangan diselenggarakan pada tanggal 5 setiap bulan, dipimpin oleh peneliti. Persoalan utama yang dibahas adalah: (a) evaluasi kegiatan bulan sebelumnya, dan (b) penyusunan rencana bulan berikutnya.

(14)

Supervisi Lapangan

Supervisi dilakukan secara teratur di setiap lokasi, dalam rangka menjaga agar proses pengambilan data oleh petugas lapangan, sesuai dengan metode dan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Supervisi di wilayah penelitian dilakukan oleh peneliti minimal seminggu sekali untuk mengecek atau memperbaiki kegiatan pengumpulan data.

Kontrol Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Agar instrumen daftar pertanyaan, (biasa dan mendalam), dan pedoman observasi dapat menjamin kesahihan dan keterandalannya, maka sebelumnya diadakan pengujian kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) instrumen.

Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan acuan pada validitas isi (content validity). Teknik yang digunakan untuk mengetes keteradandalan (reliability) instrumen adalah dengan “teknik bela dua”, yaitu membagi nomor item genap dan ganjil terhadap 10 responden try-out. Training petugas lapangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Training Petugas Dalam Ruangan

Training ini dimaksudkan untuk menyatukan pandangan Tim Peneliti tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan melatih petugas tentang penggunaan instrumen angket, pedoman wawancara, dan pedoman observasi secara baik dan benar, petugas memahami sistem dan mekanisme kerja penelitian, petugas mampu melakukan pengamatan, wawancara, berdasarkan teknik yang dipegang dengan baik dan benar, petugas mampu memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan.

Try-out Lapangan

Uji coba dilakukan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga yang tidak termasuk di dalam wilayahy sampel penelitian. Try-out dilaksanakan untuk: (a) uji coba petugas lapangan dalam pengumpulan data, (b) uji coba instrumen angket penelitian, (c) mengidentifikasi item-item angket yang sulit/sukar dan membingungkan baik bagi petugas maupun responden yang akan diwawancarai, (d)

(15)

(e) memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh petugas lapangan untuk setiap jenis data yang akan dikumpulkan.

Diskusi Try-out Lapangan

Diskusi dilakukan sehari usai kegiatan uji coba di lapangan. Peserta diskusi terdiri dari: Peneliti dan Petugas lapangan di lokasi uji coba. Diskusi ini dimaksudkan untuk: (a) laporan mengenai hasil dan masalah-masalah yang dihadapi petugas selama uji coba di lapangan, dan (b) rekomendasi tentang alternatif langkah-langkah perbaikan/pemecahan masalah yang ditemukan.

Penetapan Alternatif Terpilih

Berdasarkan try-out angket, maka beberapa alternatif yang dipilih sebelum ke lapangan adalah sebagai berikut: (1) item-item angket yang sulit dan membingungkan baik bagi petugas maupun responden yang akan diwawancarai, didiskusikan terbatas bersama peniliti dan pembimbing, (2) menggunakan bahasa yang sederhana ketika melakukan wawancara dengan responden yang pendidikannya rendah tanpa menghilangkan substansi atau makna dari pertanyaan dalam angket, (3) mengganti responden baru jika responden yang telah dipilih pindah atau bekerja ke tempat lain yang tidak bisa ditingggalkan, (4) mengganti enumerator baru, jika enumarator yang telah dipilih melakukan aktivitas lain yang tidak bisa ditinggalkan. Enumerator baru tersebut akan dilatih secara khusus sebelum ke lapangan

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tiga cara yaitu: (1) penyuntingan dat a melalui angket, (2) pemasukan data ke dalam lembaran (buku) secara manual, (3) pemasukan data ke dalam komputer.Penyuntingan data dilakukan di Posko oleh peneliti setelah data terkumpul dari lapangan. Khusus untuk data-data kualitatif, proses penyuntingan dilakukan di lapangan oleh petugas lapangan pada malam hari setelah data dikumpulkan pada siang hari, jika ditemukan hal-hal yang perlu pengecekan kembali dengan didampingi oleh peneliti. Untuk data kuantitatif, hasil suntingan dibicarakan bersama antara peneliti dan petugas lapangan pada

(16)

pertemuan mingguan, tidak boleh tertunda kegiatan penyuntingan data, karena akan terjadi penumpukan data. Setelah angket dinyatakan lolos dari proses penyuntingan, selanjutnya diserahkan kepada petugas komputer. Proses pemasukan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengeditan (editing) data b. Pengkodean (coding) data

c. Pemasukan data ke dalam computer (entry data)

d. Pembersihan data (cleaning) dengan cara melihat distribusi frekuensi setiap peubah. Apabila ada kesalahan memasukan data ke dalam computer, dilakukan pengecekan ulang ke kuesioner

e. Pemasukan data dilakukan melalui tiga fasilitas yaitu: pertama, pemasukan data melalui Micro Excel yang menurut Tutang (2003) justru lebih baik sebelum dianalisis melalui program SPSS Version 12. Hasil analisis diserahkan kepada peneliti untuk pembahasan setelah dibuatkan copy file melalui Universal Serial Bus (USB) kemudian dipindahkan ke komputer penulis untuk dilakukan pembahasan melalui program Microsof Word (MW).

Analisa Data

Tingkat kesejahteran dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan empat kriteria yaitu: kriteria BKKBN (1998), kriteria BPS (2005), kriteria pengeluaran pangan, dan kriteria persepsi keluarga. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengidentifikasi keluarga miskin berdasarkan indikator ekonomi dan bukan ekonomi yang mencakup pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi diantara anggota rumah tangga, transportasi, tabungan informasi dan peran sosial. Namun pada penelitian ini, digunakan kriteria kemiskinan berdasarkan alasan ekonomi dengan menggunakan enam indikator.Jumlah enam pertanyaan kemungkinan besarnya nilai setiap responden akan bergerak dari 0 sampai 6, sehingga penulis menetapkan cut-off point.

Oleh karena kriteria BKKBN menggunakan enam indikator maka cut-off point yang ditetapkan adalah 100%. Arti dari nilai ini apabila nilai yang dihasilkan oleh model adalah 100% atau enam indikator dipenuhi oleh contoh maka keluarga tersebut masuk ke dalam kategori sejahtera, tetapi jika nilai yang dihasilkan oleh

(17)

model <100% atau enam indikator atau salah satunya tidak dipenuhi, maka keluarga tersebut dikategorikan ke dalam keluarga miskin. BKKBN mengukur tingkat kesejahteraan kelu arga dengan mengklasifikasikan keluarga ke dalam 5 kategori yaitu: (1) Pra-KS, (2) KS-I, (3) KS-II, (4) KS-III, dan KS-III plus. Pra KS dan KS I dikategorikan sebagai keluarga miskin, sedangkan KS II, KS-III, dan KS-III plus dikategorikan sebagai keluarga sejahtera. Kriteria ini mengklasifikasikan rumahtangga miskin berdasarkan indikator ekonomi dan non ekonomi yang mencakup pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, KB, transportasi, tabungan, informasi dan peran sosial.

Terdapat 23 indikator yang digunakan untuk mengklasifikasi keluarga ke dalam lima kategori tersebut. Kelemahan dari kriteria BKKBN ini adalah: (1) data dan informasi yang dikumpulkan membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi, dan belum tentu semua kader mampu menguasai permasalahan, karena mereka mungkin saja memiliki kemampuan yang berbeda-beda, (2) sistem kolusi dan nepotisme bisa mengedepankan jalur ini untuk mengurangi atau menambah data sesuai kepentingan, misalnya ketika ada bantuan Raskin (Beras Miskin) dana kompens asi BBM, dan lain-lain sebagainya, dan (3) pengukuran terhadap pelaksanaan keterlibatan ritual anggota keluarga, sulit dilakukan karena hal tersebut membutuhkan pendekatan yang amat kualitatif (observasi partisipatif) dalam kurun waktu yang lama. Peneliti harus menjadi bagian dari keluarga, tidak terpisah dengan keluarga. Peneliti harus terlibat secara aktif setiap kegiatan ritual baik di rumah atau di masjid, gereja dan lain-lain. Tentunya, kegiatan seperti ini, tidaklah mudah karena perlu kehati-hatian dalam pendekatan seperti ini, tanpa kehati-hatian bisa menimbulkan masalah yang lebih fatal, (4) belum mengakomodir faktor lingkungan secara utuh.

Oleh karena kriteria BPS Kota Bogor dan Kabupaten Bogor menggunakan pendapatan maka cut-off point yang ditetapkan untuk Kota Bogor adalah Rp.

175.000, sedangkan cut-off point untuk Kabupaten Bogor adalah Rp. 150.000. Arti dari kedua nilai di atas adalahg apabila nilai yang dihasilkan oleh model adalah di atas standar maka keluarga tersebut masuk ke dalam kategori sejahtera, tetapi jika nilai yang dihasilkan oleh model di bawah standar, maka keluarga tersebut dikategorikan keluarga miskin.

(18)

Untuk mengukur tingkat kemiskinan menurut kriteria pengeluaran pangan, maka cut-off point yang ditetapkan adalah 0.7. Penetapan cut-off point mengacu kepada teori Engel yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang atau rumah tangga, maka semakin kecil proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan di satu sisi, sedang di sisi lain terutama. di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia pengeluaran untuk pangan masih merupakan bagian terbesar. Umumnya keluarga berpendapatan rendah di Indonesia membelanjakan sekitar 60-80 persen dari pendapatanya untuk memenuhi kebutuhan pangan (Soekirman, 1991). Arti dari nilai ini adalah apabila nilai yang dihasilkan yaitu pengeluaran pangan >0.7 maka sampel tersebut masuk dalam kategori miskin, tetapi apabila nilai yang dihasilkan yaitu pengeluaran pangan <0.7 maka sampel tersebut adalah tidak miskin. Dalam menentukan garis kemiskinan didasarkan pada pengeluaran pangan dan bukan pangan untuk mendefinisikan garis kemiskinan, membuat kerumitan dalam hal menghitung berapa biaya yang telah dikeluarkan dan jenis komoditi apa yang telah dibeli pada waktu yang lalu. Ukuran ini membutuhkan metode tanya ulang (recall) pada keluarga. Penggunaan metode ini tentunya memiliki kelemahan terhadap kemungkinan adanya ketidakakuratan yang disebabkan oleh faktor keliru.

Untuk melengkapi ke tiga kriteria di atas, digunakan kriteria “persepsi keluarga”. Untuk mengukur tingkat kemiskinan menurut kriteria persepisi keluarga, maka cut-off point yang ditetapkan adalah 0.75. Penetapan cut-off point mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Rambe (2004). Arti dari nilai ini adalah apabila nilai yang dihasilkan yaitu jawaban responden atas 31 pertanyaan tersebut

> atau = 0.75 maka sampel tersebut masuk dalam kategori tidak miskin, tetapi apabila nilai yang dihasilkan yaitu <0.75 maka sampel tersebut adalah miskin.

Pendekatan subjektif didapat dari persepsi masyarakat tentang aspek kesejahteraan. Model ini dianggap lebih sensitif untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Skoring dilakukan terhadap semua pertanyaan tentang persepsi kesejahteraan sampel sehingga diperoleh skor total. Skoring untuk tiap pertanyaan yang berjumlah 31 buah dengan skala nilai jika jawaban ya diberikan skor 1, sedangkan jika jawabannya tidak diberikan skor 0. Dengan demikian akan diperoleh skor yang berkisar 0-31. Skor tersebut kemudian dikategorikan menjadi

(19)

75% dan tidak sejahtera jika skor kurang dari 75%. Ke empat kriteria tersebut akan dianalisis untuk mengetahui keakurasian mengidentifikasi dan mengklasifikasi sensitifitas (keluarga contoh yang benar-benar miskin) dan spesifisitas (keluarga contoh yang benar-benar tidak miskin), kemudian menentukan benchmark untuk menetapkan kemiskinan. Dengan demikian cutt-off point adalah batas untuk menentukan apakah suatu keluarga dikelompokkan sebagai keluarga yang miskin atau tidak miskin.

Tabel 10 Jenis Data, Peubah dan Cut Off yang Digunakan

No Jenis Data Peubah Pengelompokan 1 Karakteristik

sosial ekonomi keluarga

Lama pendidikan formal suami, istri, anak dan anggota lain

Pendapatan (Rp/kapita/bulan) (BPS, 2003)

Usia kerja (BKKBN, 1989)

0 tahun 1-6 tahun 7-12 tahun 13-16 tahun

>16 tahun

Rp.60.000-Rp.79.999 Rp.80.000-Rp.99.999 Rp.100.000-Rp.149.999 Rp.150.000-Rp.199.999 Rp.200.000-Rp.299.999 Rp.300.000-Rp.499.999

>Rp.500.000

>15 tahun 2 Karakteristik

Demografi

Usia suami, istri, anak dan anggota lain (tahun)

Jumlah anggota keluarga (orang) (BPS, 2001)

<20 tahun 20-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun

>50 tahun 1. Kecil:<4 orang 2. Sedang:5-7 orang 3. Besar:>7 orang 3 Tingkat

Kesejahteraan

1. BPS (2005)

2. Pengeluaran pangan 3. BKKBN

4. Persepsi Keluarga

Miskin:<Rp.175.000/kap/bln utk Kota Bogor

Miskin:<Rp.150.000/kap/bln utk Kab.

Bogor

Miskin: pengeluaran pangan >70%

Miskin: Pra-KS dan KS-I Miskin: <75% skor

Dengan berpedoman pada kriteria di atas, perkembangan tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari tingkat kesejahteran secara umum yaitu apabila dilihat dari variabel independen yang mendeskripsikan masalah yang berkaitan dengan sumberdaya yang dimiliki.Variabel terikat yang disebut kesejahteraan adalah

(20)

persoalan yang berurusan dengan takaran ke empat ukuran tersebut. Jika keluarga memenuhi salah satu ukuran yang dijadikan sebagai benchmark, keluarga merasa puas dan sebaliknya. Jadi, kepuasan adalah kondisi dimana keluarga dapat memenuhi harapan dengan kenyataan.

Fraenkel dan Wallen (1993) mengatakan bahwa analisis data dalam jenis penelitian seperti ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan jasa statistik untuk menguji hubungan antar variabel penelitian (yang diwujudkan dalam bentuk menguji hipotesis penelitian) melalui analisis regresi logistik dan khi kuadrat. Analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh nyata atau tidak suatu variabel independent dengan variable dependent, sedangkan analisis khi kuadrat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubngan nyata antara satu kriteria dengan kriteria lainnya, untuk mengetahui rataan, minimum, maksimum dan Standar Deviasi, sementara itu, analisis data kualitatif dilakukan melalui narasi-narasi. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tujuan 1 ialah menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga dengan berbagai metode pengukuran (BKKBN, BPS, Pengeluaran Pangan, dan Persepsi Keluarga) dan mengukur akurasi berbagai metode pengukuran tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan diukur dengan empat alat ukur yaitu BPS (2005), Pengeluaran pangan, BKKBN (1998), dan Persepsi Keluarga dimana yang dijadikan sebagai benchmark adalah BPS. Untuk mengetahui hubungan diantara ketiga kriteria pengukura tersebut yaitu tingkat kesejahteraan BPS, Pengeluaran Pangan dan Persepsi Keluarga digunakan uji khi kuadrat dengan rumus s ebagai berikut:

Χ2 =

∑ (

OEE

)

2

Keterangan : X2 = Chi Kuadrat

O = Frekuensi pengamatan E = Frekuensi harapan

2. Tujuan 2 dan 3 adalah menganalisis karakteristik demografi, sosial ekonomi dan karakteristik lingkungan. Pengaruh peubah karakteristik demografi, karakteristik sosial ekonomi, dan faktor eksternal terhadap kesejahteraan di ukur dengan

(21)

regresi logistik. Model umum regresi logistik (Hennekens dan Buring, 1987;

Kleinbaurn, 1994) yang digunakan adalah:

α+β1x1+β2x2+β3x3+β4x4+β5x5+β6x6+...β18x18+ε e

P(x) =

ε β

β β β β β β

α + 1x1+ 2x2+ 3x3+ 4x4+ 5x5+ 6x6 +..., 18x18+ 1 + e

dimana:

P(x1) = Peluang Tingkat Kesejahteraan untuk kriteria BPS (0=miskin; 1=tidak m iskin)

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4,β5,β6,β7,β8,β9,β10=Koefisien regresi x1 = jumlah anggota keluarga (orang)

x2 = umur suami (tahun) x3 = umur isteri (tahun) x4 = pendidikan suami (tahun) x5 = pendidikan isteri (tahun)

x6 = pendapatan perkapita per bulan (rupiah) x7 = akses pinjaman pada lembaga finansial (rupiah) x8 = bantuan langsung tunai (rupiah)

x9 = kredit barang/peralatan (jenis)

x10 = tempat tinggal responden (0=kabupaten dan 1=kota) x11 = status pekerjaan isteri (0=tidak bekerja dan 1=bekerja) x12 = status pekerjaan suami (0=bukan dagang dan 1=dagang) x13 = status pekerjaan suami (0=bukan buruh, 1=buruh) x14 = kepemilikan aset (jenis)

x15 = kepemilikan tabungan (rupiah) x16 = perencanaan (0=tidak ada, 1=ada)

x17 = pembagian tugas (0=tidak ada pembagian tugas dan 1=ada pembagian tugas) x18 = pengontrolan (0=tidak ada kontrol dan 1=ada kontrol)

e = Eksponen (2.71828)

ε = Error (galat)

Selanjutnya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteran keluarga menurut kriteria BKKBN digunakan regresi logistik sbb:

α+β1x1+β2x2+β3x3+β4x4+β5x5+β6x6+...β18x18+ε e

P(x) =

ε β

β β β β β β

α + 1x1+ 2x2+ 3x3 + 4x4+ 5x5+ 6x6 +..., 18x18+ 1 + e

dimana:

P(x2) = Peluang Tingkat Kesejahteraan untuk kriteria BKKBN (0=miskin; 1=tidak miskin)

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4,β5,β6,β7,β8,β9,β10=Koefisien regresi x1 = jumlah anggota keluarga (orang)

x2 = umur suami (tahun) x3 = umur isteri (tahun) x4 = pendidikan suami (tahun)

(22)

x5 = pendidikan isteri (tahun)

x6 = pendapatan perkapita per bulan (rupiah) x7 = akses pinjaman pada lembaga finansial (rupiah) x8 = bantuan langsung tunai (rupiah)

x9 = kredit barang/peralatan (jenis)

x10 = tempat tinggal responden (0=kabupaten dan 1=kota) x11 = status pekerjaan isteri (0=tidak bekerja dan 1=bekerja) x12 = status pekerjaan suami (0=bukan dagang dan 1=dagang) x13 = status pekerjaan suami (0=bukan buruh, 1=buruh) x14 = kepemilikan aset (jenis)

x15 = kepemilikan tabungan (rupiah) x16 = perencanaan (0=tidak ada, 1=ada)

x17 = pembagian tugas (0=tidak ada pembagian tugas dan 1=ada pembagian tugas) x18 = pengontrolan (0=tidak ada kontrol dan 1=ada kontrol)

e = Eksponen (2.71828)

ε = Error (galat)

Demikian pula untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteran menurut kriteria Pengeluaran Pangan digunakan regresi logistik sbb:

α+β1x1+β2x2+β3x3+β4x4+β5x5+β6x6+...β18x18+ε e

P(x) =

ε β

β β β β β β

α + 1x1+ 2x2+ 3x3 + 4x4+ 5x5+ 6x6 +..., 18x18+ 1 + e

dimana:

P(x3) = Peluang Tingkat Kesejahteraan untuk kriteria Pengeluaran Pangan (0=miskin; dan 1=tidak miskin)

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4,β5,β6,β7,β8,β9,β10=Koefisien regresi x1 = jumlah anggota keluarga (orang)

x2 = umur suami (tahun) x3 = umur isteri (tahun) x4 = pendidikan suami (tahun) x5 = pendidikan isteri (tahun)

x6 = pendapatan perkapita per bulan (rupiah) x7 = akses pinjaman pada lembaga finansial (rupiah) x8 = bantuan langsung tunai (rupiah)

x9 = kredit barang/peralatan (jenis)

x10 = tem pat tinggal responden (0=kabupaten dan 1=kota) x11 = status pekerjaan isteri (0=tidak bekerja dan 1=bekerja) x12 = status pekerjaan suami (0=bukan dagang dan 1=dagang) x13 = status pekerjaan suami (0=bukan buruh, 1=buruh) x14 = kepemilikan aset (jenis)

x15 = kepemilikan tabungan (rupiah) x16 = perencanaan (0=tidak ada, 1=ada)

x17 = pembagian tugas (0=tidak ada pembagian tugas dan 1=ada pembagian tugas) x18 = pengontrolan (0=tidak ada kontrol dan 1=ada kontrol)

e = Eksponen (2.71828)

ε = Error (galat)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga menurut Persepsi Keluarga digunakan pula rumus yang sama yaitu

(23)

α+β1x1+β2x2+β3x3+β4x4+β5x5+β6x6+...β18x18+ε e

P(x) =

ε β

β β β β β β

α + 1x1+ 2x2+ 3x3 + 4x4+ 5x5+ 6x6 +..., 18x18+ 1 + e

dimana:

P(x4) = Peluang Tingkat Kesejahteraan untuk kriteria Persepsi Keluarga (0=miskin; dan 1=tidak miskin)

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4,β5,β6,β7,β8,β9,β10=Koefisien regresi x1 = jumlah anggota keluarga (orang)

x2 = umur suami (tahun) x3 = umur isteri (tahun) x4 = pendidikan suami (tahun) x5 = pendidikan isteri (tahun)

x6 = pendapatan perkapita per bulan (rupiah) x7 = akses pinjaman pada lembaga finansial (rupiah) x8 = bantuan langsung tunai (rupiah)

x9 = kredit barang/peralatan (jenis)

x10 = tempat tinggal responden (0=kabupaten dan 1=kota) x11 = status pekerjaan isteri (0=tidak bekerja dan 1=bekerja) x12 = status pekerjaan suami (0=bukan dagang dan 1=dagang) x13 = status pekerjaan suami (0=bukan buruh, 1=buruh) x14 = kepemilikan aset (jenis)

x15 = kepemilikan tabungan (rupiah) x16 = perencanaan (0=tidak ada, 1=ada)

x17 = pembagian tugas (0=tidak ada pembagian tugas dan 1=ada pembagian tugas) x18 = pengontrolan (0=tidak ada kontrol dan 1=ada kontrol)

e = Eksponen (2.71828)

ε = Error (galat)

Cut of point masing-masing variabel yang berada pada setiap kriteria pengukuran (BKKBN, BPS, Pengeluaran Pangan, dan Persepsi Keluarga) dapat dilihat pada Lampiran 1.

3. Tujuan 4 yaitu menganalisis proses pencapaian kesejahteraan keluarga melalui manajemen sumberdaya keluarga.

4. Tujuan 5 adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktek manajemen sumberdaya keluarga.

5. Tujuan 6 yaitu merumuskan model dan strategi pemberdayaaan keluarga. Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan menjauhkan praktek birokrasi yang patrimonial dalam pemberdayaan keluarga miskin, maka model dan strategi yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi keluarga miskin.

Setelah diketahui faktor-faktor yang nyata mempengaruhi kesejahteraan keluarga, kemudian dicari cut off point untuk setiap variabel tersebut. Dengan

(24)

memasukan nilai rata-rata setiap variabel yang nyata ke dalam persamaan regresi, kecuali untuk variabel yang akan dicari cut off point-nya, akan diperoleh cut off

keluarga yang tergolong miskin/tidak sejahtera.

Fraenkel dan Wallen (1993), Siegel (1985), mengatakan bahwa, semua data dipilahkan terlebih dahulu mana yang memenuhi persyaratan data nominal, dan mana yang memenuhi persyaratan data ordinal. Untuk memudahkan analisis, semua data disusun dalam data-base, yang dimaksudkan adalah sesuai wawancara dengan berpedoman pada angket , dan observasi. Dari data kasar tersebut disusun dalam beberapa ciri dan katagori data variabel penelitian, yaitu variabel X, yang terdiri dari X1…….X18, dan variabel Y, yang dianalisis melalui ke empat indikator di atas, kemudian dilakukan pengolahan data untuk menguji hipotesis kerja (hipotesis statistik).

Untuk analisis hipotesis kerja, terlebih dahulu membakukan penduga koefisien regresi (standar estimate), untuk mengetahui sumbangan pengaruh suatu independen variabel kepada variabel dependen yang kemudian ditandai dengan notasi b*, dan membandingkannya dengan nilai p (nilai probabilitas), yaitu untuk keperluan menguji nyata tidaknya sumbangan pengaruh tersebut. Apabila sumbangan faktor tersebut bernilai p<0,05 akan disebut “tidak berpengaruh nyata”, sedangkan jika p>0,05, akan disebut “berpengaruh nyata”, dan ditetapkan tingkat kepercayaan 95 persen karena subyek penelitian ini adalah bidang penelitian sosial dan merupakan analisis terhadap keluarga yang sering berubah kehidupannya, sehingga tingkat kepercayaan tersebut dipandang cukup dapat diterima. Sutopo (1990) mengemukakan bahwa untuk melengkapi analisis kuantitatif, terutama untuk menganalisis persepsi masyarakat, dilakukan analisis deskriptif-kualitatif. Analisis kualitatif ditempuh dengan menerapkan beberapa teknik analisis antara lain:

Teknik Analisis Isi. Penerapan teknik content analysis (analisa isi) melalui langkah-langkah: reduksi data, display data, dan cara penarikan kesimpulan. Cara analisis ini pada dasarnya akan dilakukan sejak peneliti berada di lapangan dan mengadakan klasifikasi atas kecenderungan data dari catatan lapangan tersebut.

Setiawan dan Muntaha (2000) mengatakan, content analysis adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi, dan biasanya yang menjadi sumber penelitian adalah data verbal. Dengan demikian, wawancara

(25)

dilakukan dengan mengadaptasi prosedur yang disarankan Miles dan Heberman dalam Sutopo (1990) terutama bila didapatkan dari kajian teori tertentu berhubungan dengan temuan tematik tertentu, maka peneliti membuat kemungkinan elaborasi konseptual atas kecenderungan data yang ada tersebut. Kasus -kasus temuan tematik digabungkan satu dengan yang lain, dan kemudian dibuat dalam bentuk ringkasan data, yaitu usaha membuat sintesis atas apa yang diketahui peneliti dari data sebagai cara menarik kesimpulan yang di teliti secara kualitatif.

Teknik Analisis Sistem. Burch dan Strater (1974) mengatakan, untuk memahami masalah dan mengatasi masalah dalam sistem keluarga, analisa sistem melihat subsistem-subsistem, kemudian dipelajari serta dievaluasi guna mengetahui apakah terdapat masalah dalam sistem keluarga dan bagaimana sebaiknya mengatasi masalah tersebut dengan cara-cara yang lebih baik guna mencapai tujuan.Misalnya, keluarga sebagai subsistem masyarakat yang didalamnya terdapat subsistem antara lain: pemerintah, ayah, istri, anak-anak dan lain-lain. Jika dalam sistem ini misalnya si ayah atau pemerintah tidak menjalankan fungsinya secara baik, maka dengan sendirinya keluarga ini akan terganggu, atau seorang ibu tidak menjalankan fungsi perawatan dan pendidikan anak maka dengan sendirinya anak- anak akan kehilangan kasih sayangnya. Dengan menggabungkan kedua pendekatan, baik kuantitatif maupun kualiutatif,diharapkan sajian penelitian ini akan menjadi saling melengkapi.

Validitas dan Reliabilitas Data Uji Reliabilitas

Pedhazur dan Schmelkin dalam Puspitawati (2006) mengemukakan bahwa uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode inter-item corelation atau internal konsistensi Cronbach Alpha untuk mengukur keterandalan suatu pengukuran. Reliabilitas adalah kualitas dari suatu metode pengukuran yang menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan dari setiap kali observasi mempunyai fenomena yang sama (Babbie, 1989). Rumus yang digunakan adalah rumus Cronbach (1951) yang diekspresikan dengan: Alpha = N p/ [1 + -p (N – 1)]

Keterangan N adalah jumlah butir pertanyaan pengukuran dan p adalah rata-rata dari korelasi inter-item. Menurut pendapat berbagai ahli (Carmines dan Zaller, 1979, Rossi et al 1983, Isaac dan Michael 1990, Black dan Champion 1992, Touliantos

(26)

dan Compton 1992, Muller 1992, Paler Calmorin 1994, Black dan Champion 1999) dalam Puspitawati (2006) reliabilitas diartikan sebagai:

a. Suatu konsistensi dari suatu respon/pengukuran pada fenomena yang sama b. Suatu tingkatan yang menunjukkan bahwa hasil suatu respon adalah

konsisten sepanjang pengukuran tersebut dilakukan secara berulang-ulang c. Suatu tingkatan yang menunjukkan bahwa eksperimen test, atau prosedur

pengkuran apapun akan berakhir dengan hasil yang sama dengan adanya perlakuan yang berulang-ulang

d. Pressisi dan perkiraan estimasi e. Akurasi dari pengukuran

Cara lain untuk mengukur reliabilitas adalah dengan cara mengukur kekonsistenan internal dengan asumsi bahwa (Carmines dan Zeller, 1979 dalam Puspitawati, 2006):

a. Semua butir-butir pertanyaan mempunyai skor yang sebenarnya sama b. Semua butir-butir pertanyaan mengukur konsep yang sama

Menurut Camines dan Zeller dalam Puspitawati (2006) ada beberapa metode untuk mengukur reliabilitas yaitu melalui:

a. Metode Retest yaitu dua test yang sama diberikan kepada sekelompok orang yang sama setelah selang jangka waktu tertentu

b. Metode Alternative-Form yaitu hampir sama dengan metode retest, yang memberikan dua test kepada sekelompok orang yang sama, namun test yang kedua adalah alternative form yang berbeda dengan test yang pertama c. Metode Split-Halves yaitu hanya menggunakan satu test saja namun total set

dari item dibagi dalam dua bagian, dan kemudian dikorelasikan untuk mengetahui estimasi dan reliabilitas

d. Metode Internal Consistency yaitu menghitung korelasi inter-item yang dikenal dengan Cronbach Alpha.

Pengujian Validitas dengan Uji Validitas Internal atau Item-Analysis.

Puspitawati (2006) mengemukakan bahwa pengujian validitas yang paling sederhana dilakukan yaitu dengan menggunakan uji korelasi Spearman antara masing-masing butir pertanyaan dengan total skor pertanyaan yang membentuk variabel komposit (Babble 1989, Arikunto, 1996). Menurut pendapat berbagai ahli

Gambar

Tabel 8 Jenis Data dan Cara Pengumpulannya
Gambar 5 Kerangka Fikir Pendekatan Grounded, Sumber: Schlegel A. Stuart (1986)
Tabel 9 Pengukuran Variabel dan  Indikator
Tabel 11 Validasi Suatu Prosedur Pengujian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Inkjet Plotters merupakan plotter jenis lain yang bisa menghasilkan pelbagai image dengan menggunakan semprotan tinta dari pelbagai warna yang mana warna

1. Dari kegiatan merancang proyek perubahan yang ditandai dengan sebuah hasil perubahan didalam laboratorium kepemimpinan tentu akan dijumpai hasil yang beragam,

Kontribusi adalah sumbangan atau dalam penelitian dimaksudkan sebagai besarnya bagian pendapatan yang disumbangkan dari usaha ternak sapi terhadap usahatani kelapa sawit

Metode drilling adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara memberikan tugas tugas atau latihan latihan kepada siswa oleh guru dengan materi yang selaras dengan

Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran langsung menggunakan Google SketchUp dapat meningkatkan pemahaman siswa dan ketuntasan klasikal tentang konsep jarak

hanya atas izin-Nya, tesis dengan judul Evaluasi Kualitas Air Waduk Manggar Sebagai Sumber Air Baku Kota Balikpapan selesai disusun.. Tesis ini disusun untuk dapat memenuhi

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul“Analisis Pendapatan

Hal ini terjadi karena 2,4-D dan BA yang diberikan pada media, kemungkinan oleh sel kalus tidak hanya digunakan untuk mengaktifkan enzim- enzim yang bekerja di dalam