• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gastritis Menurut Kedokteran Barat

1. Pengertian Gastritis

Gastritis yaitu kelainan peradangan yang terjadi di mukosa lambung (Abata, 2014). Gastritis atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag adalah sekumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, mual, muntah, rasa penuh dan tidak nyaman (Misnadiarly, 2009).

2. Anatomi dan Fisiologi

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di daerah epigastrik dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikus (Pearce, 2013).

Gambar 2.1 Anatomi lambung (Paulsen & Waschke, 2014)

5

(2)

Lambung dibagi menjadi bebarapa bagian berdasarkan perbedaan anatomi, histologi, dan fungsional yaitu (Abata, 2014):

a. Kardiak, yang merupakan bagian atas lambung yang berbatasan dengan esophagus.

b. Fundus, yang merupakan bagian badan atau tengah lambung.

c. Antrum, yang merupakan bagian bawah lambung yang berbatasan dengan usus halus.

d. Kurvatura minor, yang merupakan cekungan di sebelah kanan atas lambung.

e. Kurvatura mayor, yang merupakan cekungan di sebelah kiri bawah lambung.

f. Spingter kardiak (spingter esofagus bawah), yang merupakan tempat mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali.

g. Spingter pilorium terminal, yang saat berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan saat berkontraksi spingter ini mencegah aliran balik isi usus halus kembali ke lambung.

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu (Price & Wilson, 2014):

a. Tunika serosa, yang merupakan lapisan luar.

b. Muskalaris, yang merupakan tersusun atas 3 lapis dan bukan 2 lapis otot polos (longitudinal, sirkural, oblik).

(3)

c. Submukosa, yang merupakan jaringan yang berhubungkan lapisan mukosa dan muskularis. Mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.

d. Mukosa, yang merupakan lapisan dalam lambung, tersusun atas lipatan-lipatan longitudinal disebut rugae, yang memungkinkan terjadinya distensi lambung sewaktu di isi makanan.

Persarafan lambung sepenuhnya berasal dari sistem saraf otonom.

Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan dari abdomen melalui saraf vagus. Persarafan simpatis melalui saraf splanchnicus major dan ganglia seliaka. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh perengangan, kontraksi otot, serta peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium abdomen (Price & Wilson, 2014).

Fungsi lambung menerima makanan dari esophagus dan bekerja sebagai penimbun sementara, sedangkan kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung (Pearce, 2013). Dinding lambung di bawah fundus menghasilkan hormone gastrin yang berfungsi untuk mengeluarkan (sekresi) getah lambung. Bagian dalam dinding lambung menghasilan lendir yang berfungsi melindungi lambung dari abrasi asam lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian terdiri dari air, 0,4% asam hidroklorida (HCL), dan enzim (Abata, 2014).

(4)

Enzim yang terdapat getah lambung (Abata, 2014), yaitu : a. Renin : mengendapkan protein susu (kasein) dari air susu.

b. Pepsin : memecah protein menjadi pepton dan proteosa.

c. Lipase : mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Asam hidroklorida (HCL) berfungsi untuk membunuh mikroorganisme atau kuman yang terkandung pada makanan dan mengaktifkan enzim (Price & Wilson, 2014).

3. Klasifikasi Gastritis

Didasarkan pada manifestasi klinik, gastritis dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik tetapi keduannya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut (Hirlan, 2009).

a. Gastritis akut

Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.

Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

(5)

b. Gastritis kronik

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epithelial terutama terdiri atas sel- sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran granulosit neutrofil pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas. Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut.

Klasifikasi histologi yang sering digunakan membagi gastritis kronik (Muttaqin & Sari, 2011):

1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan erosi mukosa.

2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa.

3) Gastritis hipertropik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul- nodul pada mukosa lambung yang bersifat irreguler, tipis, dan hemoragik.

Secara distribusi anatomisnya, gastritis kronik dapat dibagi menjadi (Hirlan, 2009):

1) Gastritis kronik korpus sering disebut juga dengan gastritis tipe A menurut pembagian dahulu. Perubahan-perubahan histologi terjadi terutama pada korpus dan fundus lambung. Bentuk ini

(6)

jarang dijumpai. Gastritis kronik tipe A sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa.

2) Gastritis kronik antrum sering disebut juga sebagai gastritis

kronik tipe B. Gastritis tipe ini merupakan gastritis yang paling sering dijumpai dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan bakteri Helicobacter Pylori.

3) Gastritis tipe AB merupakan gastritis kronik yang distribusi anatominya menyebar ke seluruh gaster. Penyebaran ke arah korpus tersebut cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

4. Etiologi Gastritis a. Gastritis akut

Faktor yang menyebabkan gastritis akut, yaitu (Muttaqin & Sari, 2011):

1) Obat- obatan, seperti Obat Anti Inflamasi Nonsteroid/ OAINS.

2) Minuman beralkohol.

3) Infeksi bakteri; seperti H. pylori, H. heilmanii, Streptococci.

4) Stres

5) Makan dan minuman yang bersifat iritan.

6) Garam empedu 7) Iskemia

8) Trauma

(7)

Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, meliputi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011 ):

1) Kerusakan mucosal barrier, yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat.

2) Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

3) Jumlah asam lambung yang tinggi.

b. Gastritis kronik

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

1) Infeksi

a) Bakteri H. pylori, H. heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis.

b) Infeksi jamur.

c) Infeksi virus.

2) Non infeksi

a) Kondisi imunologi (autoimun) dirasakan pada kenyataan, terdapat kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai anti bodi terhadap sel parientalnya.

(8)

b) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronik dan kontak dengan Obat Anti Inflamasi Nonsteroid/OAINS.

c) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung.

5. Patofisiologi a. Gastritis akut

Obat Anti Inflamasi Nonsteroid/ OAINS, kokain, refluks garam empedu, iskemia, radiasi, mengakibatkan kondisi hemoragi, erosi, dan ulkus. Mekanisme utama adalah penurunan sintesis prostaglandin yang bertanggungjawab melindungi mukosa dari pengaruh asam lambung. Pengaruh pada kondisi lama akan menyebabkan terjadinya fibrasi pada bagian distal (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Kombinasi efek alkohol dan OAINS berhubungan dengan kerusakan mukosa lambung yang lebih berat dibandingkan hanya satu penyebab (Rani dkk., 2011).

Infeksi H. pylori biasanya bersifat asistomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mukosa. Proteksi lambung ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel epitel lambung dan

(9)

terjadi adhesi (perlengketan) sehingga menghasilkan respons peradangan melalui enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut menyebabkan fungsi barrier lambung terganggu dan terjadilah gastritis akut (Santacroce, 2008 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Stres juga menjadi penyebab gastritis akut. Hal ini dimungkinkan karena sistem persarafan di otak berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stres, bisa muncul kelainan dalam lambung. Stres bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan ini akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih, dan kembung. Lama-kelamaan dapat menimbulkan luka di dinding lambung (Abata, 2014).

Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

b. Gastritis kronik

Patofisiologi terjadinya gastritis kronik masih belum jelas diketahui, tetapi ada beberapa teori yang berhubungan dengan kondisi kerusakan permukaan mukosa lambung secara menahun, yaitu sawar lambung dan penetrasinya pada gastritis, serta atrofi lambung (Muttaqin & Sari, 2011).

(10)

6. Manifestasi a. Gastritis akut

Manifestasi klinis gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan dan hematemesis (Price &

Wilson, 2014; Misnadiarly, 2009).

b. Gastritis kronik

Manifestasi klinis gastritis kronik umumnya bervariasi dan tidak jelas yaitu rasa penuh, rasa nyeri epigastrium, kembung, mual, muntah, dan anoreksia (Price & Wilson, 2014).

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk kasus gastritis melalui (Misnadiarly, 2009):

a. Endoskopi gastrointestinal bagian atas

Suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan kamera khusus untuk melihat kerusakan lambung dan mengecek ada tidaknya inflamasi. Selanjutnya melakukan biopsi pengambil sampel untuk ditest.

b. Test darah

Untuk mengetahui sel darah merah, apakah pasien menderita anemia. Anemia dapat sebagai penyebab perdarahan pada lambung.

(11)

c. Test stool

Test ini untuk mengecek apakah ada darah pada stool/tinja.

Stool juga dapat untuk mengecek keberadaan Helicobacter pylori pada

saluran alat pencernaan.

8. Penatalaksanaan a. Secara umum

Penatalaksanaan umum, yaitu (Misnadiarly, 2009):

1) Gastritis akut

a) Mengkonsumsi makanan lunak.

b) Istirahat total.

2) Gastritis kronik a) Istirahat total.

b) Mengkonsumsi makanan lunak.

c) Pemberian diet lambung secara khusus saat episode serangan.

b. Pengobatan

Pemberian obat pada pasien gastritis, yaitu (Misnadiarly, 2009):

1) Gastritis akut

Pemberian antibiotik seperti streptomycin 1g, neomycin 2g.

2) Gastritis kronik

Pemberian vitamin B12, Fe, dan mengkonsumsi antikolinergik.

(12)

c. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila (Bilotta, 2012):

1) Dilakukan ketika terapi konservatif gagal.

2) Vagotomi, piloroplasti.

3) Gastrektomi parsial atau lokal (jarang).

9. Preventif

Anjuran untuk mencegah timbulnya gastritis, yaitu (Misnadiarly, 2009):

a. Mengatur pola makan.

b. Mengatur olah raga secara teratur.

c. Menghindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan lambung (coklat, keju, dan lain-lain).

d. Menghindari mengkonsumsi makanan yang menimbulkan gas di lambung (kubis, kentang, melon, semangka, dan lain-lain).

e. Menghindari mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas.

f. Menghindari mengkonsumsi minuman dengan kadar kafein, alkohol, dan kurangi rokok.

g. Menghindari obat yang mengiritasi dinding lambung.

h. Mengelola stres psikologi seefisien mungkin.

B. Gastritis Menurut Kedokteran Timur

1. Fungsi lambung

Lambung berada di dalam rongga perut, bagian atas berhubungan dengan esofagus, bagian bawah berhubungan dengan usus kecil.

(13)

Meridiannya berhubungan dengan limpa, disebut juga sebagai hubungan luar dalam (Saputra & Idayanti, 2005).

Lambung sering disebut dengan “sea of grains and water”, “sea of food dan fluid”. Fungsi utamanya adalah menerima dan mengolah

makanan. Dikatakan menerima tetapi untuk sementara, juga menyimpan semua makanan yang masuk dari mulut, dan diteruskan melalui esophagus. Makanan itu akan dicerna dan dikirim ke bagian bawah (usus kecil) (Saputra & Idayanti, 2005).

Apabila fungsi lambung normal maka Qi lambung turun dan bila fungsi lambung tidak normal maka Qi lambung naik ke atas yang ditandai dengan timbul sendawa, mual, muntah, rasa sakit di perut, maupun kembung. Lambung dan limpa saling bekerjasama secara harmonis, termasuk organ yang terpenting karena lambung dan limpa sangat mempengaruhi kesehatan (Saputra & Idayanti, 2005).

2. Pengertian gastritis

Dalam pandangan Tradisional Chinese Medicine gastritis disebut sebagai Wei Wang Tong (nyeri epigastrik) dan Pi Zhong (sensasi penuh di epigastrium). Gastritis adalah sebuah kondisi inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis diklasifikasikan menjadi tipe akut dan kronik.

Manifestasi klinis gastritis akut yaitu rasa tertekan dan nyeri di area epigastrik, nafsu makan rendah, mual, muntah, sendawa, regurgitasi asam.

Gastritis kronik yaitu nyeri epigastrik dengan sensasi terbakar, rasa tertekan dan penuh di abdomen, sendawa, regurgitasi asam dan nafsu

(14)

makan rendah. Penyebab gastritis karena serangan pada lambung oleh patogen eksogen, pola makan yang tidak baik, gangguan emosional yang mengakibatkan stagnasi Qi hati, defisiensi limpa dan lambung, dan penyakit yang lama mengakibatkan stagnasi Qi limpa dan lambung (Ganglin Yin & Zhanghua Liu, 2000 ; Bai Xinghua, 1996).

3. Etiologi dan Patogenesis

Patogen luar dapat masuk ke lambung dan menghalangi/

memblockade sirkulasi Qi, sirkulasi Qi yang terhalang dapat terjadi akibat nafsu makan rendah, pola makan yang tidak baik, atau karena makan makanan yang berminyak. Ketika sirkulasi Qi terhalang mengakibatkan Qi lambung gagal untuk turun. Biasanya hati dapat mengatur sirkulasi Qi

pada limpa dan lambung, jika hati kehilangan fungsinya dalam despresing (penyebaran) maka akan berpengaruh pada kerja lambung (Shi Xuemin, 2007).

Etiologi dan patogenesis gastritis lainnya, yaitu (Liu Gongwang, 1996):

a. Defisiensi lambung dan serangan patogen dingin

Defisiensi Yang limpa dan lambung mudah untuk akumulasi dingin di internal dan kelemahan anggota gerak badan akan mudah terserang patogen dingin, kegagalan dalam menutrisi lambung sehingga mengakibatkan nyeri.

(15)

b. Retensi makanan

Diet yang salah, kelebihan makanan yang kurang lembut, dan dingin merusak lambung, mengakibatkan nyeri epigastrik.

c. Serangan pada lambung oleh Qi hati

Gangguan emosional menyebabkan stagnasi Qi hati yang tidak dapat melakukan fungsi dalam mengatur kelancaran aliran sirkulasi Qi, dan mengakibatkan nyeri.

4. Deferensiasi sindrom a. Patogen dingin

1) Manifestasi

Nyeri perut yang hebat, nyeri berkurang dengan dihangatkan, bertambah nyeri jika terkena dingin, tidak menyukai dingin, menyukai panas/hangat, mual dan muntah cairan bening, lidah pucat dengan selaput putih tipis, nadi tegang dan dalam (Shi Xuemin, 2007; Sim Kie Jie, 2008).

2) Analisa

Patogen dingin membekukan dan menciutkan segala sesuatu. Maka adanya patogen dingin dalam lambung menyebakan Yang Qi terhambat dan tidak dapat mengembang, hingga aliran Qi tidak lancar. Patogen dingin dapat berkurang apabila dihangatkan, sebaliknya apabila terkena dingin akan menjadi parah, maka penderita secara spontan menginginkan yang panas/hangat, tidak menyukai dingin, demikian juga

(16)

nyerinya dapat berkurang apabila dihangatkan, sebaliknya bertambah nyeri apabila terkena dingin. Adanya patogen dingin dalam lambung, menyebabkan Qi lambung berbalik arah naik ke atas, sehingga muntah cairan bening. Lidah pucat menandakan adanya patogen dingin. Nadi tenggelam dan tegang menandakan adanya perasaan nyeri di dalam perut (Sim Kie Jie, 2008).

3) Prinsip terapi

Pada sindrom patogen dingin maka prinsip terapi bertujuan untuk menghangatkan lambung dan menghilangkan dingin pada lambung (Sim Kie Jie, 2008).

4) Titik terapi

a) Weishu (BL 21)

Lokasi titiknya yaitu antara prosesus spinosus vertebra thorakalis XII dengan prosesus spinosus vertebra lumbalis I, 2 jari/1,5 cun lateral meridian GV. Penusukan tegak lurus/miring ke bawah 0,5-0,8 cun. Merupakan titik Shu belakang lambung, berfungsi untuk memperbaiki organ yang bersangkutan.

b) Shangwan (CV 13)

Lokasi titiknya yaitu pada garis sagitalis, 5 cun cranial umbilikus. Penusukan tegak lurus 0,8-1,2 cun. Merupakan titik pertemuan antara meridian CV dengan meridian Yang

(17)

Ming Lambung, titik yang berdekatan dengan mulut atas

lambung (kardia).

c) Liangmen (ST 21)

Lokasi titiknya yaitu pada perut atas, 4 cun di atas umbilikus, 2 cun lateral garis tengah anterior. Penusukan tegak lurus 0,7-1 cun. Apabila ditambah moksa, maka efek menghilangkan patogen dingin, melancarkan, dan menurunkan Q lambung.

d) Neiguan (PC 6)

Lokasi titiknya yaitu 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan, antara tendon m.palmaris longus dan tendon m.fleksor karpi radialis. Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun.

Merupakan titik dominan dari meridian Yin Wei.

e) Zusanli (ST 36)

Lokasi titiknya yaitu pada anterior kaki, 3 cun di bawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi (ST 35) dan Jiexi (ST 41). Penusukan tegak lurus 0,5-1,5 cun. Merupakan titik He meridian lambung, fungsinya untuk menguatkan fungsi

lambung.

b. Retensi makanan 1) Manifestasi

Distensi abdomen, sendawa dengan bau yang tidak sedap, muntah dengan makanan tidak tercerna, nyeri berkurang setelah

(18)

muntah dan flatus (kentut), buang air besar tidak lancar, lidah dengan selaput tebal berminyak, nadi licin (Shi Xuemin, 2007;

Sim Kie Jie, 2008).

2) Analisa

Makanan dan minuman yang melampaui batas, dapat menyebabkan makanan tidak dapat dicerna, hingga menumpuk dan mengganggu fungsi lambung yang kemudian menghambat kelancaran Qi lambung. Hal ini menimbulkan nyeri dan kembung.

Lambung tidak dapat mencerna makanan dan minuman secara sempurna, demikian juga limpa tidak dapat menjalankan fungsi transportasi dan transformasi dengan baik, hingga Qi tidak turun tapi malah naik, keadaan ini mendorong bersendawa dengan bau yang tidak sedap, muntah makanan yang tidak tercerna.

Sebenarnya muntah dan flatus merupakan usaha tubuh untuk mengeluarkan materi berlebihan yang tidak berguna/ sudah busuk.

Itulah sebabnya setelah muntah atau flatus penderita merasa berkurang nyeri dan kembungnya. Makanan dan minuman berlebih menghambat pergerakan usus besar, maka buang air besar tidak lancar, sedangkan selaput lidah tebal dan berminyak menandakan adanya retensi/penumpukan makanan di dalam lambung, dan nadi licin menandakan adanya makanan tidak tercerna dan menghalangi Qi lambung (Sim Kie Jie, 2008).

(19)

3) Prinsip terapi

Pada sindrom retensi makanan maka prinsip terapi bertujuan untuk membantu mencerna dan menyalurkan makanan yang tidak tercerna/menumpuk (Sim Kie Jie, 2008).

4) Titik terapi

a) Neiguan (PC 6)

Lokasi titiknya yaitu 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan, antara tendon m. palmaris longus dan tendon m.

fleksor karpi radialis. Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun.

Merupakan titik dominan dari meridian Yin Wei berfungsi melonggarkan tekanan dan melancarkan Qi pada dada dan diafragma.

b) Tianshu (ST 25)

Lokasi titiknya yaitu 2 cun lateral umbilikus, pada garis lateral perut. Penusukan tegak lurus 0,7-1 cun. Merupakan titik Mu depan usus besar, berfungsi membantu menurunkan

makanan yang tidak tercerna.

c) Zusanli (ST 36)

Lokasi titiknya yaitu 3 cun di bawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi (ST 35) dan Jiexi (ST 41). Penusukan tegak lurus 0,5-1,5 cun. Merupakan titik He meridian lambung, fungsinya untuk menguatkan fungsi lambung.

(20)

d) Netting (ST 44)

Lokasi titiknya yaitu setengah cun proksimal dari web antara jari kaki II dan III. Penusukan tegak lurus 0,3-0,5 cun.

Merupakan titik Ying meridian lambung, menguatkan fungsi lambung untuk mencerna makanan, hingga penyumbatan dapat dihilangkan.

c. Hiperaktivitas Qi hati menyerang lambung 1) Manifestasi

Distensi abdomen, sendawa, regurgitasi asam, konstipasi, gejala timbul akibat dari gangguan emosional, jengkel, mudah marah, sering mengeluh. Lidah dengan selaput putih tipis. Nadi tegang dan cepat (Shi Xuemin, 2007; Sim Kie Jie, 2008).

2) Analisa

Hati berfungsi pelancar/Shu Xie, sifatnya tidak senang di tekan. Apabila emosi terpendam, maka hal tersebut akan menyebabkan Qi hati berjalan ke arah yang salah, hingga menyerang lambung, dan timbul nyeri ulu hati, disertai sendawa, regurgitasi asam. Jika Qi hati tidak lancar akan berpengaruh pada fungsi defekasi (buang air besar) dalam bentuk konstipasi (Sim Kie Jie, 2008).

(21)

3) Prinsip terapi

Pada sindrom hiperaktivitas Qi hati menyerang lambung maka prinsip terapi bertujuan untuk melancarkan Qi hati dan menguatkan limpa dan lambung (Liu Gongwang, 1996).

4) Titik terapi

a) Zhongwan (CV 12)

Lokasi titiknya yaitu pada garis sagital medialis, 4 cun kranial umbilikus. Penusukan tegak lurus 0,8-1,2 cun.

Merupakan titik Mu depan lambung dan titik dominan organ Fu.

b) Gongsun (SP 4)

Lokasi titiknya yaitu dalam sebuah lekukan anterior dan interior dari basis os metatarsal I. Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun. Merupakan titik Luo meridian limpa, digunakan untuk menguatkan limpa.

c) Neiguan (PC 6)

Lokasi titiknya yaitu 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan, antara tendon m. palmaris longus dan tendon m.

fleksor karpi radialis. Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun.

Merupakan titik dominan dari meridian Yin Wei d) Zusanli (ST 36)

Lokasi titiknya yaitu 3 cun di bawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi (ST 35) dan Jiexi (ST 41). Penusukan

(22)

tegak lurus 0,5-1,5 cun. Merupakan titik He meridian lambung, fungsinya untuk menguatkan fungsi lambung.

e) Taichong (LR 3)

Lokasi titiknya yaitu pada lekuk distal dari pertemuan basis os metatarsal I dan II. Penusukan tegak lurus 0,5 cun.

Merupakan titik Shu meridian hati dan titik Yuan meridian hati, untuk melancarkan Qi hati.

d. Defisiensi Yang limpa dan lambung 1) Manifestasi

Ulu hati samar-samar terasa nyeri, nyerinya tidak ada hentinya, mereda dengan tekanan dan dihangatkan, muntah cairan, anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan lesu, kurus, kompleksi pucat, sensasi dingin di kaki dan tangan, loose stool, lidah pucat dengan selaput putih tipis, nadi tenggelam dan lamban. (Bai Xinghua, 1996; Sim Kie Jie, 2008).

2) Analisa

Limpa dan lambung dalam keadaan dingin dan lemah, maka ulu hati samar-samar terasa nyeri, dan terasa enak apabila ditekan dan dihangati, karena hangat yang diberikan dapat mengurangi patogen dingin dan melancarkan Qi. Limpa dan lambung yang dingin dan lemah menyebabkan fungsi menerima, mencerna, makanan dan minuman, serta transportasi dan transformasi Jing terganggu, sehingga timbul anoreksia (tidak ada nafsu makan).

(23)

Otot dan tubuh yang tidak mendapat pasokan Jing sebagai energi dan nutrisi yang diperlukan, menyebabkan badan lesu, lidah pucat dengan selaput putih tipis, nadi tenggelam dan lamban (Sim Kie Jie, 2008).

3) Prinsip terapi

Pada sindrom defisiensi Yang limpa dan lambung maka prinsip terapi bertujuan untuk menghangatkan dan menguatkan limpa dan lambung (Sim Kie Jie, 2008).

4) Titik terapi

a) CV 12 Zhongwan

Lokasi titiknya yaitu pada garis sagital medialis, 4 cun kranial umbilikus. Penusukan tegak lurus 0,8-1,2 cun.

Merupakan titik Mu depan lambung dan titik dominan organ Fu.

b) BL 20 Pishu

Lokasi titiknya yaitu antara prosesus spinosus vertebra thorakalis XI-XII, 2 jari/1,5 cun lateral meridian GV.

Penusukan tegak lurus/miring ke bawah 0,5-0,8 cun.

Merupakan titik Shu belakang limpa, digunakan untuk menguatkan limpa.

c) Zusanli (ST 36)

Lokasi titiknya yaitu pada anterior kaki, 3 cun di bawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi (ST 35) dan Jiexi

(24)

(ST 41). Penusukan tegak lurus 0,5-1,5 cun. Merupakan titik He meridian lambung, fungsinya untuk menguatkan funsi

lambung.

d) Neiguan (PC 6)

Lokasi titiknya yaitu 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan, antara tendon m. palmaris longus dan tendon m.

fleksor karpi radialis. Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun.

Merupakan titik dominan dari meridian Yin Wei.

e) Gongsun (SP 4)

Lokasi titiknya yaitu dalam sebuah lekukan anterior dan interior dari basis os metatarsal I. Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun. Merupakan titik Luo meridian limpa, digunakan untuk menguatkan limpa.

e. Defisiensi Yin lambung 1) Manifestasi

Kehilangan nafsu makan, mulut dan bibir kering, muntah tidak ada yang keluar, konstipasi, nadi kecil dan cepat, lidah merah tanpa selaput (Saputra & Idayanti, 2005).

2) Analisa

Akibat berkurangnya Jin Ye di lambung mengakibatkan konstipasi, nadi cepat dan kecil, lidah merah tanpa selaput. Bibir dan mulut adalah cerminan dari limpa. Sedangkan hilangnya nafsu

(25)

makan adalah gambaran dari defisiensi di lambung dan limpa (Saputra & Idayanti, 2005).

3) Prinsip terapi

Pada sindrom defisiensi Yin lambung maka prinsip terapi bertujuan untuk memperbaiki/tonifikasi Yin lambung, menguatkan lambung dan limpa.

4) Titik terapi

a) Zusanli (ST 36)

Lokasi titiknya yaitu pada anterior kaki, 3 cun di bawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi (ST 35) dan Jiexi (ST 41). Penusukan tegak lurus 0,5-1,5 cun. Merupakan titik He meridian lambung, fungsinya untuk menguatkan fungsi

lambung.

b) Pishu (BL 20)

Lokasi titiknya yaitu antara prosesus spinosus vertebra thorakalis XI-XII, 2 jari/1,5 cun lateral meridian GV.

Penusukan tegak lurus/miring ke bawah 0,5-0,8 cun.

Merupakan titik Shu belakang limpa, digunakan untuk menguatkan limpa.

c) Weishu (BL 21)

Lokasi titiknya yaitu antara prosesus spinosus vertebra thorakalis XII-prosesus spinosus vertebra lumbal I, 2 jari atau 1,5 cun lateral meridian GV. Penusukan tegak lurus/miring ke

(26)

bawah 0,5-0,8 cun. Merupakan titik Shu belakang lambung, digunakan untuk menguatkan fungsi lambung.

d) Sanyinjiao (SP 6)

Lokasi titiknya yaitu di antara 3 cun proksimal prominens maleolus medialis, tepat di tepi posterior os tibia.

Penusukan tegak lurus 0,5-1 cun. Merupakan titik pertemuan 3 meridian Yin kaki dan titik yang digunakan untuk menguatkan Yin lambung.

e) Taixi (KI 3)

Lokasi titiknya di antara tendon akhiles dan maleolus internus, setinggi bagian prominens maleolus internus.

Penusukan tegak lurus 0,3-1 cun. Merupakan titik yang digunakan untuk menguatkan Yin lambung.

5. Modalitas terapi

Pada terapi akupunktur menggunakan teknik rangsangan elektrik akupunktur dengan alat yang disebut elektrostimulator. Elektroakupunktur adalah pemberian rangsangan listrik pada titik akupunktur melalui jarum menggunakan elektroda, rangsangan lain untuk meningkatkan derajat kesehatan, menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kondisi tubuh.

Elektroakupunktur dengan frekuensi rendah (2 Hz) untuk mengaktifkan pelepasan beta endorphin dan metenkafalin di sistem saraf pusat, biasanya untuk kasus kecemasan, nyeri kepala, dan insomnia. Elektroakupunktur dengan frekuensi tinggi (100 Hz) untuk merangsang pelepasan dinorfin

(27)

dari medulla spinalis, biasanya untuk kasus nyeri pinggang dan disminorhe (Hardjatno, 2011; Saputra, 2008).

6. Mekanisme Akupunktur dalam Penanganan Gastritis

Area reflex adalah sebuah susunan lengkap yang diperlukan pada proses reflex dan dirubah oleh 5 komponen: reseptor sensorik, saraf afferent, pusat reflex, saraf efferent, dan effektor. Menurut konsep klasik reflex, stimulasi luar di reseptor sensorik yang dilewati melalui saraf afferent sampai pusat reflex, dimana reaksi perintah dibentuk dan dikirim ke effektor melalui saraf efferent. Salah satu reaksi effektor yang ditimbulkan merupakan proses akhir reflex. Zona reflex lambung pada tubuh dapat dibagi menjadi 4 bagian (Guan et al., 2006), antara lain : tubuh bagian depan yaitu dada dan perut bawah, tubuh bagian belakang, tangan yaitu lengan bawah, kaki bagian medial.

Pada titik akupunktur terdapat ujung saraf sensorik yang sangat mudah menimbulkan de-qi. De-qi adalah sensasi baal, kesemutan seperti terkena aliran listrik yang menghantarkan rangsangan sampai ke supraspinal khususnnya ke komplek hipotalamus-hipofise yang akan diikuti dengan pelepasan endorphin (beta endorphin, dinorpin, metenkafalin) yang sebagian langsung masuk ke aliran pembuluh darah dan menimbulkan efek analgesia general (Wignyomartono, 2011).

7. Hasil Penelitian

Menurut hasil penelitian oleh Yatmihatun dkk., tahun 2013 bahwa didapat hasil dari 10 pasien gastritis akut yang diberikan terapi

(28)

Aquapunktur antara titik Zusanli (ST 36) dengan titik Diji (SP 8). Hasil penelitian kualitas perbaikan keluhan pada gastritis akut dengan menggunakan aquapunktur pada titik Zusanli (ST 36) 70% keluhan pusing, 50% mual, dan keluhan mbesesek dan nyeri ulu hati 10% hilang sedikit, keluhan yang hilangnya sedang pada nyeri ulu hati 90%, mbe sesek 80%, mual 50%, pusing 30%, dari keempat keluhan yang mengalami perbaikan banyak hanya mbesesek 10%. Sedangkan kualitas perbaikan keluhan pada gastritis akut dengan mengguna aquapunktur pada titik Diji (SP 8) 30% keluhan pusing, 20% mual, nyeri ulu hati 10%, dan keluhan mbesesek sedikit hilang tidak ada, keluhan yang hilangnya sedang 100% pada mbesesek, nyeri ulu hati 90%, mual 80%, dan pusing 70%, dari keempat keluhan yang hilangnya banyak tidak ditemukan.

Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa titik Zusanli (ST 36) dan titik Diji (SP 8) efektif terhadap perbaikan kualitas keluhan pada kasus gastritis akut.

8. Skala Nyeri

Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri adalah laporan pasien tentang nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang paling mudah dan tepat dipercaya dalam menentukan intensitas nyeri pasien. Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik (Berman et al., 2003 dalam Wulandari, 2013), yaitu:

a. 0 : Tidak nyeri

(29)

b. 1-2 : Nyeri ringan c. 3-5 : Nyeri sedang d. 6-7 : Nyeri berat

e. 8-10 : Nyeri sangat berat

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi lambung (Paulsen & Waschke, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi krom rata-rata dalam bahan acuan tanah bersertifikat (CRM) yang terlindi menggunakan alat Rotary Agitator adalah 14,18 ± 0,3407

LEMBAR PENGE2A4AN LAPORAN KERJA PROYEK . TEKNIK KOMPUTER

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Pada siklus II dengan persentase ketuntasan kelas 87,5% Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Upaya perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan upaya kesehatan penunjang yang terintegrasi dalam semua upaya kesehatan Puskesmas termasuk dalam upaya

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor