1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu bara adalah salah satu kekayaan alam Indonesia. Menurut management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang berupa batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70%
berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture. Batu bara berfungsi untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga coke untuk pembuatan baja. Menurut Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, batu bara menjadi bahan baku bagi industri nasional maupun manca negara. Batu bara bisa diperoleh dengan pertambangan. Menurut management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) perusahaan sedang atau menengah yang memiliki modal antara US$10 juta hingga US$50 juta bisa terjun ke bisnis pertambangan batu bara. Perusahaan juga perlu menilai kualitas batu bara di daerah pertambangan. Kualitas batubara adalah hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang ingin terjun ke pertambangan batu bara dengan tujuan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian yang akan ditambang. Besarnya area pertambangan batu bara yang tersebar di seluruh Indonesia cukup beragam tergantung dari cadangan batu bara di setiap titik yang sudah ditemukan hingga tahun 2011. Menurut Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral penyebaran cadangan batu bara yang tersebar di Indonesia hingga tahun 2011 digambarkan sebagai berikut:
10
LANDASAN TEORI
2.1. Batu Bara
Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di batu bara Indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain- lain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap, yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5-10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut.
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut.
Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia
Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara
Cadangan batu bara di Indoensia tersebar di darah Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com), World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti mencapai 847.488 juta ton pada akhir 2007 yang tersebar di lebih dari 50 negara. Di Indonesia sendiri, menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM Bambang Setiawan yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, sumber daya dan cadangan batu bara nasional sebesar 105,2 miliar ton. Sedangkan nilai cadangan sebesar 21,13 miliar ton. Besarnya cadangan batu bara nasional menyebabkan peningkatan produksi batu bara setiap tahunnya. Menurut data ESDM, produksi batu bara Indonesia meningkat dari 132,352,025 ton per 2004, hingga 275,164,196 ton pada tahun 2010.
Sementara total ekspor meningkat dari 93,758,806 ton per 2004 hingga 208,000,000 ton per 2010. Statistik data pasokan batu bara dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2. Realisasi Produksi, Ekspor, Impor, dan Kebutuhan dalam Negeri
Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara
Menurut Fajar Widhiyanto dalam artikelnya yang berjudul “Ironi Eksploitasi Tanpa Kontrol” di majalah Investor bulan April 2011 mengatakan dengan mencermati volume produksi batu bara tiap tahun, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan produksi sebesar 14,8%. Untuk pertumbuhan ekspor, berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), pertumbuhan ekspor mengalami peningkatan hingga 15,1% per tahun. Sementara pertumbuhan penjualan domestik hanya sebesar 13,8%. Ketua umum APBI Kamandanu mengungkapkan pada Konferensi Tahunan Batu bara Indonesia ke 3, yang berlangsung di Jakarta (31/3), Indonesia kini menempati posisi teratas sebagai eksportir batu bara thermal, melampaui raja ekspor Australia. Kondisi ini disebabkan karena melimpahnya cadangan batu bara Indonesia.
Batu bara memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia.
Menurut Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, pertambangan batu bara punya arti sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Bukan hanya sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam bentuk pajak maupun royalti, tetapi juga sebagai pemasok energi primer. Tingkat ketergantungan terhadap batu bara
semakin hari semakin besar, diikuti dengan harga minyak yang semakin melambung, karena batu bara berperan besar menjadi energi pengganti yang effisien dan ekonomis.
Menurut Singgih dari Masyarakat Batubara Indonesia yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, batu bara tak sekedar komoditas ekonomi, tetapi juga economic booster. Selain itu, menurut data dari Ditjen Minerba, saat ini batu bara juga sudah merupakan revenue driver di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena setiap kenaikan US$1 per ton batu bara, akan memberikan kenaikan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) batu bara sebesar Rp361 miliar. Sementara PNBP dari mineral dan batu bara tahun 2010 tercatat sebesar Rp18,7 triliun, naik 22% dari tahun 2009 yang sebesar Rp15,3 triliun. Kenaikan komoditas batu bara mengikuti kenaikan harga minyak dunia, karena batubara adalah komoditas subtitusi minyak.
Permintaan batubara ke depan akan mengalami peningkatan yang cukup besar.
Menurut Makmun dari Peneliti Utama Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (www.majalahtambang.com) permintaan batu bara dapat diukur berdasarkan kebutuhan impor batu bara dari beberapa negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data yang dirilis oleh Merrill Lynch 8 Juni 2010, kebutuhan impor batu bara pada tahun 2009 mencapai 591 metrik ton (Mt), tahun 2010 diperkirakan naik menjadi 635 Mt dan pada tahun 2015 diperkirakan akan naik menjadi 803 Mt. International Energy Agency (IEA) memprediksi pada 1990 total konsumsi batubara dunia baru mencapai 3.461 juta ton, pada 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton atau meningkat sebesar 59,5%, atau rata-rata 3,5% per tahun. Kontribusi batu bara untuk pembangkit listrik dunia diperkirakan akan meningkat dari 41% pada 2006 menjadi 46% pada 2030.
Meningkatnya peran batu bara sebagai pemasok energi di masa-masa mendatang membuat industri ini memiliki daya tarik yang sangat besar bagi para investor tak terkecuali di Indonesia.
Kenaikan harga dan konsumsi batu bara menyebabkan banyak Investor yang tertarik untuk mengelola bisnis pertambangan batu bara. Namun menurut Frans S Imung dalam artikelnya yang berjudul “Metamorfosis Bisnis Indika” di majalah Investor bulan April 2011, investasi batu bara tak hanya diminati di lahan pertambangan. Di bursa saham, likuiditas saham sektor ini meningkat tajam, terutama setelah bencana tsunami melanda Jepang. Hingga April 2011, Jepang membutuhkan 90 juta ton batu bara. Pasokan dari Indonesia sekitar 28 hingga 30 juta ton. Menurut Satrio Utomo analis pertambangan dari Universal Broker Indonesia, yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, emiten batu bara dengan volume pasar spot besar seperti Indo Tambang Raya (ITMG) dan Harum Energy terimbas sentimen positif karena produk-produk mereka memang paling banyak digunakan di Jepang, Ada banyak pilihan saham batu bara di daftar emiten BEI. Pilihan saham-saham batu bara di daftar emiten BEI dijabarkan sebagai berikut:
1. Indika Energy Tbk (INDY)
2. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) 3. Indo Tambangraya Megah (ITMG)
4, Bumi Resources Tbk (BUMI) 5. Darma Henwa Tbk (DEWA) 6. Adaro Energy Tbk (ADRO) 7. Brau Coal Energy Tbk (BRAU) 8. Bayan Resources Tbk (BYAN) 9. Harum Energy Tbk (HRUM)
10. Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) 11. Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) 12. Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
13. ATPK - ATPK Resources Tbk 14. BORN - Borneo Energy Tbk
Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011.
Dari ke 14 perusahaan batu bara tersebut, menurut Frans S Imung, perusahaan batu bara dengan total aset diatas Rp10 triliun adalah Bumi Resources (BUMI), Adaro Energy (ADRO), Brau Coal (BRAU), dan Indika Energy (INDY). BUMI yang ditopang Kaltim Prima Coal memiliki keuanggulan dari sisi keuangan dibanding emiten batu bara lainnya. Pangsa pasar BUMI mencapai 38.31% pada tahun 2010, diikuti ADRO sebesar 26.94%, dan INDY sebesar 18.51%. Perkembangan pangsa pasar batu bara selama 5 tahun terakhir ketiga emiten diatas dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 1.3. Pangsa Pasar Penjualan Batu Bara Nasional
Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011.
Menurut Frans S Imung, investasi batu bara yang sangat diminati pada sekor pertambangan oleh investor, minat tersebut juga cukup besar di sektor bursa saham. Di bursa saham, likuiditas saham sektor batu bara meningkat tajam, terutama setelah bencana tsunami melanda Jepang. Banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di bursa saham pada sektor batu bara karena peningkatan produksi perusahaan batu bara yang cukup besar, terutama pada ekspor. Namun menurut Edbert Suryajaya dalam artikelnya berjudul “How to Read the Sentiment in Stock Market” di majalah Investor bulan Febuari 2011 pada umumnya sebagian besar investor mulai berinvestasi pada pasar saham yang sudah cukup tinggi. Investor mulai membeli saham karena investor – investor yang lain telah banyak membeli. Menuru Edbert, banyak
sekali investor yang akan terpancing untuk terus menanamkan dananya di pasar saham karena menganggap sekarang saat yang tepat untuk berinvestasi. Akibatnya, Investor terjebak dengan membeli saham pada harga yang sudah tinggi (overvalued stock) dari harga pasar (hasil hitungan harga valuasi fundamentalnya). Apabila investor membeli saham–saham yang sudah mahal, Investor memiliki potensi keuntungan yang terbatas, dan potensi merugi yang lebih besar. Pada akhirnya, saham–saham yang mereka beli disaat yang sudah tepat (menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan kerugian bagi mereka. Menghadapi kondisi demikian, apa yang mereka lakukan? Edbert menjelaskan, investor yang menghadapi kondisi penurunan harga saham dan menyebabkan kerugian, mulai menjual saham–saham yang mereka miliki. Tekanan jual yang semakin hebat mengakibatkan harga saham di bursa pun melaju turun, bahkan terkadang dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kondisi penurunan yang cukup tinggi dalam periode tersebut akan menyebabkan saham menjadi sangat murah dari harga pasar atau undervalued.
Kondisi kerugian dialami investor karena kebanyakan investor tidak terlalu paham perihal siklus pasar dan ekonomi, rasio–rasio financial, analisa fundamental, ataupun pertumbuhan perusahaan. Ketidakpahaman tersebut menyebabkan banyak dari mereka yang terjebak dengan mengikuti investor yang lain yang terlebih dahulu telah banyak membeli saham. Oleh karena itu, mereka pun seringkali tidak memahami apa yang menyebabkan harga saham–saham yang mereka beli disaat yang sudah tepat (menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan kerugian bagi mereka.
Kondisi dimana Investor mengalami kerugian disebabkan karena Investor mulai berinvestasi pada saham yang harganya sudah cukup tinggi. Dengan ketidakpahaman Investor tentang tools untuk berinvestasi, penulis tertarik untuk membahas tools mengenai Investasi, yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi nilai interinsik
saham dalam tesis berjudul “Analisa Valuasi Saham Dengan Menggunakan Discounted Cash Flow Pada Emiten Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
Apakah harga saham emiten batu bara pada tanggal 2 Maret 2009, 30 Desember 2009, 8 Febuari 2010, 9 Desember 2010, 24 Januari 2011, dan 22 July 2011 pada kondisi mahal, sesuai, atau murah apabila dibandingkan dengan nilai interinsiknya (analisa fundamental)?
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan valuasi nilai saham emiten perusahaan batu bara di PT Bursa Efek Indonesia.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penulis
Memahami lebih dalam tentang saham melalui valuasi fundamental dengan menggunakan metode discounted cash flow.
2. Pembaca
Sebagai tools yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi saham.
3. Universitas
Sebagai tambahan database penelitian tentang valuasi saham.
4. Peneliti
Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.4. Ruang lingkup penelitian
Penelitian dilakukan sebatas pada saham-saham batu bara yang terdaftar pada PT Bursa Efek Indonesia pada waktu yang dijabarkan sebagai berikut:
a. 2 Maret 2009 yaitu dimana ekonomi sedang dalam resesi global,
b. 30 Desember 2009 dimana ketika ekonomi sedang dalam pemulihan,
c. 8 Febuari 2010 dimana ketika ekonomi sedang dilanda spekulasi negatif akibat lanjutan dari resesi,
d. 9 Desember 2010 dimana ketika pada saat optimisme global dan domestik sedang membaik,
e. 24 Januari 2011 dimana ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga, f. 22 July 2011 dimana ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik
Tools yang digunakan untuk mencari nilai interinsik adalah Discounted Cash Flow.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab 2, akan dijelaskan mengenai landasan teori. Disini penulis akan menjabarkan tentang investasi dan rumus-rumus yang digunakan dalam penelitian.
BAB 3: METODOLOGI
Pada bab 3, akan dijelaskan metodologi. Disini akan dijabarkan metode penelitian seperti kerangka pikir dengan membuat denah proses yang akan dijalankan peneliti.
BAB 4: PEMBAHASAN
Pada bab 4, akan dijabarkan proses dan hasil penelitian dengan detail.
BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab 5, merupakan kelanjutan dari hasil penelitian dengan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. Terakhir adalah saran yang dapat penulis berikan.
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
2.1.1. Kualitas Batu Bara
Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di (www.batubara-indonesia.com) kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batu bara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan unsur jarang.
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboratorium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. Kualitas batu bara ini diperlukan untuk menentukan apakah batu bara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian.
2.2. Investasi
Perlu ditelusuri lebih lanjut definisi investasi, macam investasi, risiko dalam melakukan investasi, produk–produk investasi, hingga proses keputusan investasi.
2.2.1. Definisi Investasi
Definisi investasi menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal 30 Januari 2008, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kemampuan akan modal, atau dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran sekarang untuk memperoleh keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang. Dengan bahasa yang lebih sederhana, investasi adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik itu dengan dibelikan properti, ditabung atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan tujuan mendapat keuntungan setelah masa atau periode yang ditentukan sebelumnya.
2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:hal1), investasi adalah suatu komitment dari uang atau sumber daya lain dengan mengharapkan dapat mendapat keuntungan di masa yang akan datang.
Contohnya seorang individu membeli saham dengan mengharapkan keuntungan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan risiko yang ada.
3. Menurut Reilly dan Brown dalam bukunya yang berjudul “Investment Analysis And Portfolio Management” (2007:hal6), investasi adalah sebuah komitmen dari sejumlah dollar untuk periode waktu tertentu dengan mempertimbangkan:
a. Waktu yang diharapkan;
b. Inflasi yang diharapkan;
c. Segala sesuatu yang harus dibayarkan dikemudian hari.
1. (broker). Belum tentu investasi yang komisinya tinggi memberikan hasil yang relatif lebih baik dibandingkan dengan investasi sejenis dengan komisi yang rendah.
2. Jangan letakkan semua telur kedalam satu keranjang. Apabila investor meletakkan semua telur atau investasi pada satu instrumen investasi, apabila instrumen investasi tersebut jatuh, maka hasil investasi tersebut akan jatuh semua. Tetapi apabila investasi pada beberapa instrumen investasi, maka apabila ada instrumen investasi yang jatuh, maka yang jatuh hanya satu instrumen.
3. Jangan mengambil keputusan dalam kondisi panik. Kondisi sedang panic akan menghilangkan kejernihan berpikir. Jangan membeli setelah kenaikan harga yang besar karena panik atau ikut investor lain, kemungkinan besar harga akan segera turun.
4. Jangan terlalu percaya bahwa dengan mengikuti prediksi dan spekulasi para pakar dan analis akan memberikan kesuksesan. Hal ini disebabkan karena tidak satu pun orang yang tahu dengan pasti apa yang bakan terjadi di masa yang akan dating.
Bahkan kalau ada sekalipun, tidak akan dipublikasikan di koran atau majalah.
5. Jangan mencampurkan dana investasi dengan dana untuk kebutuhan transaksi karena akan mengacaukan kondisi keuangan investasi. Jangan abaikan untuk membayar utang konsumtif yang ditanggung, misalnya utang kartu kredit, kredit mobil yang lebih tinggi dari bunga tabungan, karena akan mengikis hasil keuntungan investasi.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, proses keputusan investasi merupakan keputusan yang berkesinambungan (on going process) dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penentuan Tujuan berinvestasi
Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai.
2. Penentuan Kebijakan Investasi
Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing-masing apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal.
3. Pemilihan strategi portofolio dan asset
Setelah mengetahui hal-hal pada poin 1 dan 2 di atas maka kita dapat membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal.
4. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup populer yaitu Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures.
2.3. Pasar Modal (Capital Market)
Pada bagian pasar modal, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian pasar modal, fungsi pasar modal, manfaat pasar modal, peran startegis pasar modal dan instrumen pasar modal.
2.3.1. Pengertian Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dari website bapepam (www.bapepam.go.id) tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai
“kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
2. Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt dari bukunya yang berjudul
“Financial Management” (2006;hal960), pasar modal adalah pasar keuangan obligasi perusahaan jangka panjang, atau saham perusahaan.
3. Menurut Ross, dari bukunya yang berjudul “Modern Financial Market”
(2008;hal15), pasar modal adalah pasar untuk hutang jangka panjang dengan pembayaran jangka waktu tertentu dan untuk saham perusahaan.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah kegiatan pasar keuangan yang berhubungan dengan perusahaan publik dalam lingkup hutang atau saham.
Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com), melalui pasar modal, dunia usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil
pembangunan melalui kepemilikan saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan usaha
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitias (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkat kebutuhan untuk aktivitas produksi. Oleh karena itu untuk memudahkan masyarakat dan para produsen untuk mendapatkan permodalan maka pemerintah bersama-sama lembaga-lembaga ekonomi menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Perbedaan antara pasar modal dengan pasar uang adalah jangka waktunya. Dalam pasar uang, diperdagangkan surat berharga berjangka waktu pendek, sedangkan dalam pasar modal, diperdagangkan surat berharga berjangka waktu panjang.
2.3.2. Fungsi Pasar Modal
Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal mempunyai 2 fungsi, yaitu:
1. Fungsi ekonomi.
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana.
2. Fungsi keuangan.
Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan- perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan fungsi pasar modal di Indonesia meliputi:
1. Sebagai sarana badan usaha untuk mendapatkan tambahan modal 2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan;
3. Memperbesar produksi dengan modal yang didapat sehingga produktivitas meningkat;
4. Menampung tenaga kerja; dan
5. Memperbesar pemasukan pajak bagi pemerintah
2.3.3. Manfaat Pasar Modal
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, secara umum, manfaat dari keberadaan pasar modal adalah:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi.
3. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara.
Maksudnya jika pasar modal berkembang maka diharapkan perekonomian juga akan berkembang.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai pada lapisan masyarakat menengah 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim
berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional.
2.3.4. Peran Strategis Pasar Modal
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.
Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan pasar modal akan menunjang kegiatan peningkatan GDP. Dengan kata lain, berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemjuan ekonomi suatu negara.
2.3.5. Instrumen Pasar Modal
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar Modal di Indonesia memiliki beberapa instrumen yang diperjualbelikan. Instrumen-instrumen tersebut dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu instrumen yang tergolong ke dalam ekuitas, obligasi, dan derivatif dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Ekuitas
Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham. Memiliki instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis ini adalah saham. Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).
2. Obligasi
Obligasi berbeda dengan ekuitas yang telah diterangkan sebelumnya. Perusahaan sering memanfaatkan pasar ini untuk mencari pinjaman langsung dari investor dengan menerbitkan income securities utang suratfixed yaitu berupa dokumen yang menyatakan kesediaannya membayar sejumlah uang tertentu di masa depan. Selain akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan investor, perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga secara berkala.
Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap periode dalam jumlah tetap, maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan disebut efek berpendapatan tetap.
3. Derivatif
Derivatif merupakan bentuk turunan dari sekuritas utama yang ada, dalam hal ini saham. Derivatif yang banyak dikenal di Indonesia barulah warrant dan right dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Warrant
Merupakan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan pada waktu yang telah ditetapkan pula.
B. Right
Mirip dengan warrant, right juga merupakan hak untuk membeli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Right diberikan pada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan pada secondary offering. Beda dengan warrant masa perdagangan right sangat singkat, berkisar antara 1-2 minggu saja. Contoh dari right dan warrant dijelaskan sebagai berikut:
2.4. Saham
Pada bagian saham, penulis akan menjabarkan seluk beluk tentang saham mulai dari pengertian, risiko, hingga teknis analisa saham.
2.4.1. Pengertian Saham
Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan atau tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Menurut website investorwords (www.investorwords.com) yang ditulis oleh managemen WebFinance, saham adalah sebuah instrumen dengan memberikan komposisi ekuisitas dari perusahaan yang menunjukan seberapa besar investor memiliki porsi dari perusahaan tersebut.
3. Menurut website investopedia (www.investopedia.com) yang ditulis oleh managemen Investopedia, saham adalah surat berharga kepemilikan perusahaan yang menyatakan besaran porsi perusahaan terhadap asset dan ekuisitas.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat beharga yang menentukan besaran porsi kepemilikan dari sebuah perusahaan.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
2.4.2. Bursa Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta (2008), bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO).
Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat penampungan untuk perdagangan ini.
2.4.3. Menentukan Harga Saham
Harga saham setiap perusahaan tidaklah sama, harganya akan berbeda-beda.
Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Semua itu ditentukan oleh pendapat perusahaan.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah potensi pertumbuhan keuntungan.
Perusahaan tadi mungkin hanya dapat menghasilkan Rp10 juta tahun ini, tapi tahun depan berpeluang mendapatkan Rp20 juta. Untuk tingkat keuntungan 10% dan potensi pertumbuhannya, mungkin perusahaan tersebut bisa dijual dengan harga Rp150 juta.
Inilah yang menjadi alasan banyak saham yang mengalami kenaikan yang sangat pesat walaupun sekarang mereka tidak lagi banyak menghasilkan keuntungan.
2.4.4. Apa yang Menyebabkan Gejolak Harga Saham?
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga saham dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:
1. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.
Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik dan lain sebagainya dapat memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya.
2. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan tersebut secara individual.
Apa yang menyebabkan volatilitas atau gejolak harga adalah karena sering adanya perbedaan opini tentang kemana arah profitabilitas perusahaan tersebut. Di saat banyak orang berpikir bahwa profitabilitas suatu perusahaan menurun, maka akan lebih banyak
yang menjual sahamnya sehingga harganya akan menurun. Tentu saja, hal yang sebaliknya juga dapat terjadi.
Menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth Management (www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto, kondisi lainnya yang dapat terjadi pada saham, yaitu saham tersebut menjadi saham gorengan. Saham gorengan adalah saham yang dijadikan ajang spekulasi sehingga pergerakan harganya seolah-olah terpisah dari faktor-faktor fundamental perusahaan tersebut dan terpisah dari sentimen pasar secara keseluruhan. Saham-saham ini harganya sangat sering dipermainkan.Harga saham ini dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan corporate action yang akan dilakukan perusahaan. Biasanya dengan memanfaatkan corporate action, akan ada rumor-rumor mengenai corporate action sehubungan dengan harga saham tersebut. Satu atau beberapa “Bandar” dan kawanannya bekerja sama untuk berusaha menggiring pergerakan saham. Sebagian besar saham yang dijadikan saham gorengan ini bukanlah saham-saham blue chip, melainkan saham-saham berkapitalisasi kecil dan dapat berpotensi untuk menimbulkan cerita yang dapat dihembuskan. Mengapa saham blue chip sulit untuk digoreng?
Berikut beberapa alasannya:
1. Jumlah saham blue chip yang beredar biasanya jauh lebih banyak sehingga sulit untuk memonitor pergerakannya;
2. Pemiliknya sangat heterogen baik dari dalam maupun luar negeri sehingga mungkin tidak tertarik goreng-menggoreng;
3. Karena pemegang saham sangat banyak dan bervariasi dapat memungkinkan tidak adanya pemegang saham mayoritas sehingga tidak ada yang dapat berperan sebagai bandar.
Dengan adanya saham-saham gorengan ini jangan kaget apabila menemukan saham- saham yang harganya melambung tinggi dengan sangat cepat atau pun sebaliknya.
Karena itu investor harus berhati-hati dengan sekedar rumor-rumor dan omongan orang- orang. Investor harus mengecek dan melakukan analisa sendiri terhadap kondisi pasar.
Contoh saham gorengan menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth Management (www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto adalah sebagai berikut:
1. Dayaindo Resources / KARK (batubara)
KARK termasuk salah satu saham yang mencetak lonjakan saham yang cukup spektakuler. Pada awal tahun, harga saham ini masih melata di bawah Rp50,- per saham. Memasuki april harganya melejit dan sempat memasuki harga Rp750- per saham atau naik sebesar 1.315%. Tapi pada tgl 19/9 harganya kembali anjlok menjadi Rp395,- per saham. Lejitan harga saham ini sering dikaitkan dengan langkah KARK yang sejak Juli lalu menyatakan akan terjun ke bisnis batubara.
Isu-isu mengenai rencana corporate action ini dapat dijadikan rumor bagi para pemain untuk menggerakan harga saham.
2. Central Korporindo (CNKO)
Harga saham CNKO sempat terbang karena rencana pembangunan tiga PLTU di Kalimantan. Namun hingga kini pembangunan tersebut tak kunjung selesai.
Demikian juga dengan rumor awal bahwa CNKO akan membuka lokasi tambang baru di Papua. Namun kemudian rencana ini batal karena infrastrukturnya sulit dan batu baranya basah sehingga biaya eksploitasinya mahal dan sebagai gantinya CNKO akan melirik lokasi di Jambi, Sumatera Selatan dan Riau.
Pergerakan coporate action seperti ini akan sangat mudah dimanfaatkan untuk menjadi rumor.
Melihat situasi maraknya saham-saham gorengan sebaiknya para investor pemula berhati-hati untuk tidak mudah ikut dalam rumor-rumor, sehingga dapat mencegah kerugian yang besar, meskipun dalam saham-saham gorengan mungkin saja dapat untung banyak dalam waktu singkat.
2.4.5. Dividen
Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul “Financial Management” (2005;605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat pengembalian, yaitu dividend dan kenaikan harga saham. Perusahaan perlu mempertimbangkan lebih lanjut diantara keputusan membagikan dividen atau internal financing. Investor yang dapat berpikir secara rasional, dapat menerima keputusan perusahaan dengan internal financing ketimbang dividen. Karena dengan membagikan dividen, maka jumlah arus kas akan berkurang.
Selain kenaikan harga ataupun penambahan modal, dividen merupakan salah cara untuk dapat menghasilkan keuntungan. Banyak perusahaan yang membayarkan dividen tunai tahunan yang mencerminkan bagian dari profit perusahaan tersebut.
Pembagian dividen sepenuhnya merupakan kebijakan perusahaan tersebut dan mereka tidak wajib melakukannya. Akan tetapi pada umumnya mereka tetap akan memberikan sebagian dari profitnya sebagai bentuk penghargaan kepada para investornya.
2.4.6. Tipe Saham
Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock)
2.4.6.1. Saham biasa (common stock)
Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut Keown (2005;hal261), common stock adalah saham yang mempresentasikan kepemilikan dari sebuah perusahaan.
2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:G- 3) common stock adalah ekuitas, atau ekuisitas security, yang diterbitkan dan menjadi kepemilikan publik berdasarkan presentase dari perusahaan tersebut.
3. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis”
(2001:220) common stock adalah jenis saham yang mempresentasikan kepemilikan dan pemilik saham memiliki risiko yang sangat tinggi dan imbal hasil yang tinggi tergantung dari kinerja perusahaan.
Dengan merangkum tiga definisi common stock tersebut, common stock adalah jenis saham yang mempresentasikan kepemilikan perusahaan berdasarkan besarnya presentase saham yang dimiliki.
Menurut Keown (2005;hal261), common stock tidak memiliki maturity date tetapi keberadaan saham tersebut tetap ada seiring dengan perusahaam yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan dapat memberikan dividen pada pemegang saham. Tetapi sebelum pengumuman ke publik tentang perusahaan dalam pembagian dividen, jajaran direksi harus mendeklarasikan terlebih dahulu.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan jika perusahaan memperoleh laba.
Pemegang saham jenis ini mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan. Keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham ini berupa dividen yang berasal dari keuntungan perusahaan. Pemegang saham ini tidak memiliki jaminan pasti atas return yang dihasilkan perusahaan. Apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan, maka pemegang saham akan mendapatkan dividen sebesar alokasi yang ditetapkan oleh RUPS. Namun, apabila perusahaan suatu saat dilikuidasi atau bangkrut, pemegang saham jenis ini adalah yang paling akhir mendapatkan hak atas aset perusahaan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi dan pemegang saham preferen dibayar sebesar nilai par sekuritas mereka.
Selain keuntungan berupa dividen, pemegang saham biasa juga bisa mendapatkan keuntungan dari selisih nilai beli dengan nilai jual sahamnya. Katakanlah, jika anda membeli sebuah saham pada harga Rp500,- dan menjualnya saat harga mencapai Rp600,- maka anda akan memperoleh keuntungan sebesar Rp100,- dikalikan dengan jumlah saham yang anda jual. Keuntungan jenis ini disebut capital gain. Sebaliknya jika harga saham mengalami penurunan, maka anda mengalami kerugian yang disebut capital loss.
Karakteristik lain dari saham biasa, selain klaim atas aset perusahaan paling rendah dibandingkan dengan komponen perusahaan yang lain, juga tidak adanya maturity date atau tanggal jatuh tempo. Orang yang mempunyai saham memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan. Besar kecilnya hak suara yang dimiliki sesuai dengan besar kecilnya saham yang dimiliki, semakin banyak persentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan.
Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sesuai dengan proporsi saham dan mempunyai hak untuk mengalihkan kepemilikkan sahamnya kepada orang lain.
2.4.6.2. Saham preferen (preferred stock)
Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut Keown (2005;hal256), preferred stock adalah hybrit security dengan campuran karakteristik antara obligasi dengan saham
2. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis”
(2001:hal220), preferred stock adalah saham yang masuk kategori kelas khusus karena memiliki preferensi atau fitur tidak dinikmati oleh saham biasa.
3. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:G-3) preferred stock adalah saham dalam perusahaan dan perusahaan wajib membayar aliran tetap atau dividen.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa preferred stock adalah tipe saham yang khusus yang berbeda dari saham biasa, dimana pemegang preferred stock dapat menikmati fungsi ganda dari preferred stock tersebut seperti obligasi dan saham.
Menurut Wild (2001:hal220), preferred stock biasanya adalah pemegang saham yang senior dengan pembagian dividen tetap. Pemegang preferred stock mendapatkan dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa mendapatkan dividen.
Pemegang saham preferen dapat berupa obligasi atau kreditur dan pemegang saham biasa. Perbedaan penting antara para pemegang saham preferen dan kreditur adalah bahwa pemegang saham lebih disukai perusahaan karena biasanya pemegang saham preferen tidak memiliki hak untuk menuntut penebusan saham mereka. Namun demikian, beberapa saham preferen memiliki hak untuk menentukan tanggal penebusan yang disesuaikan dengan laporan keuangan perusahaan.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham jenis preferen memiliki sifat hybrid yang
artinya selain memiliki karakteristik sebagai saham, juga memiliki sifat seperti halnya obligasi. Jika investor memiliki saham jenis ini, investor akan mendapatkan pembayaran secara teratur sebesar harga dari saham dikalikan dengan bunga setiap tahun (sifat obligasi). Apabila saham preferen anda berjenis cumulative, maka jika anda belum menerima pembayaran dividen tahun lalu akan diakumulasikan dengan dividen tahun berjalan. Jenis yang lain yaitu non cumulative, yang artinya anda tidak akan menerima dividen yang tidak dibayarkan periode lalu, sedangkan yang berjenis participating akan menerima peningkatan nilai dividen proporsional mengikuti peningkatan dividen saham biasa. Pemilik saham preferen memiliki hak suara untuk memilih direktur perusahaan, hanya jika dividen tidak dibayarkan selama setahun atau lebih.
Sifat preferen ini tercermin pula pada perlakuan yang diterima saat perusahaan dilikuidasi. Pemilik saham ini akan menerima pembayaran sebesar harga pari saham sebelum dividen atas pemegang saham biasa dibayarkan. Oleh karena banyak sifat saham jenis ini yang menyerupai obligasi, maka beberapa pihak menggolongkannya ke dalam fixed income.
Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) ada persamaan antara saham preferen dengan obligasi :
1. Ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya 2. Selama masa saham berlaku dividen akan tetap
3. Memiliki hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa
Saham preferen lebih aman dibandingkan saham biasa karena memiliki klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Dan pemiliknya
akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa, contohnya hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak terlambat. Tetapi saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa karena jumlahnya sedikit.
2.4.7. Keuntungan dan Risiko Saham
Berikut adalah keuntungan dan risiko dalam berinvestasi saham.
2.4.7.1.Keuntungan Saham
Menurut Keown (2005;hal605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat pengembalian, yaitu dividen dan kenaikan harga saham yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Dividen
Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis”
(2001:hal221) ada 2 macam dividen yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Dividen kas
Dividen kas adalah distribusi dividen berupa uang kas. Dividen ini adalah dividen yang paling umum dan ketika perusahaan mengumumkan pembagian dividen, maka pada laporan keuangan masuk pada hutang perusahaan kepada pemegang saham. Dividen bentuk lain, seperti dividen properti. Dividen ini dibayar dengan aset perusahaan, barang, atau dalam saham perusahaan lain.
Dividen tersebut dinilai berdasarkan nilai pasar dari aset yang didistribusikan.
b. Dividen saham
Dividen saham berupa distribusi dari perusahaan membayar pemegang saham dengan saham. Efek dari pembayaran saham ini adalah pengaruh terhadap kapitalisasi pasar, sehingga berpengaruh secara permanen. Untuk skala kecil,
dividen saham kira-kira antara 20%-25% dari saham yang beredar sesuai dengan harga saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan. Untuk skala besar, ukuran dividen saham lebih dari 25% saham yang beredar sesuai dengan harga saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp3,000,- kemudian menjualnya dengan harga Rp3,500,- per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp500,- untuk setiap saham yang dijualnya.
2.4.7.2. Risiko Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal 30 Januari 2008 sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
2. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.
Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
2.4.8. Teknik Analisa Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, Dalam melakukan suatu investasi, seorang investor sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar, seperti apakah harga saham dipasar mencerminkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan? Jika tidak, berapa nilai sebenarnya dari saham tersebut? Nilai intrinsik (intrinsic value) merupakan nilai sebenarnya dari suatu saham, dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah
saham dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced), atau dinilai terlalu tinggi (overvalued). Sedangkan harga pasar saham (current market price) adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.
Investor perlu menganalisis saham dengan tujuan untuk menaksir nilai intrinsic suatu saham perusahaan, lalu membandingkannya dengan harga saham saat ini untuk mengetahui tingkat kewajaran harga saham. Untuk itu, ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis saham suatu perusahaan yang dikutip dari website infovesta (www.infovesta.com) yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu, dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average, volume perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental ini menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik.
Analisis ini mencoba untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data fundamental, yaitu laporan keuangan perusahaan, seperti laba, dividen, penjualan, struktur modal, risiko dan sebagainya. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah harga saham pasar sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
Menurut website PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.com), ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata (arithmatic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks,
2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks,
3. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Jakarta.
Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, perhitungan indeks di BEJ menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average index). Rumus dasar penghitungan indeks adalah:
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini x harga pasar hari ini atau disebut sebagai kapitalisasi pasar.
Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di bursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan pergerakan harga saham.
2.5. Index Harga Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu.
Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun, misal jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata- rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Untuk mengetahui pergerakan harga saham, dapat dilihat dengan menggunakan system Relative Strength Index (RSI) yang ditulis oleh Hendra Syamir pada buku
“Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia” (2005;186). Indikator RSI ini menghitung perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan kedalam indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100. Formulasi RSI adalah sebagai berikut:
RSI=100-100/(1+RS)
2.6. Discounted Cash Flow (DCF)
Menurut Keown (2005;hal438), untuk mengerti bagaimana mengukur nilai shareholders, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana menilai perusahaan di pasar modal. Ada dua buah cara yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Accounting Model
Pada accounting model, yang diutamakan adalah price earning ratio dan earning per share, sebagai contoh spabila ada perusahaan dengan rasio P/E sebesar 20, maka dengan peningkatan $1 pada earning per share (EPS), maka akan meningkatkan $20 equity value per share. Sebaliknya, apabila EPS berkurang $1, maka akan menurunkan $20 pada share value. (A.J.Keown, et al. 2005, p. 439).
2.5.2.1 Competing Models of Equity Valuation
Accounting (Earning) Model
Discounted Cash Flow
Model Equity Value Price
earning ratio x Earning per share
Present value of future cash flow
Value Drivers Determinants of accounting earning and the price-earning ratio
Determinants of firm future cash flows and the
opportunity Source : A.J.Keown, et al, Financial Fundamental, p. 439
2. Valuasi Free Cash Flow Model
Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan harga saham tertinggi. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut metode terminal value.
Menurut Keown (2005;hal440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut:
firm value = free cash flow1
+ free cash flow2
+ free cash flow3
+ (1+ kwacc)1 (1+ kwacc)2 (1+ kwacc)3
free cash flow4
+ terminal value4 (1+ kwacc)4 (1+ kwacc)4
terminal value4 = free cash flow5
kwacc
Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut:
Calculation of free cash flow Net operating income (NOI) Less: taxes
Equals: net operating income after tax Plus: depreciation expense
Less: new investment made during the period
additional net working capital and capital expenditures Equals: free cash flow
Selanjutnya masuk pada rumus untuk mencari share value Firm value = Debt value + Equity Value
Share value = equity value number of shares 2.7.1. Weight Average Cost of Capital
Menurut Keown (2005;hal406) Weight Average Cost of Capital (WACC) adalah rata-rata dari after tax cost dari seluruh sumber modal perusahaan untuk proyek pembiayaan. Istilah Weight merefleksikan proporsi dari kenaikan seluruh pembiayaan modal dari setiap sumber yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Cost of Debt
Komponen WACC yang pertama adalah biaya yang harus dikeluarkan dari hutang.
Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of Financial Management (2005;hal315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai berikut:
Kd = Y x ( 1 - T ) keterangan:
Kd adalah Cost of Debt Y adalah yield to maturity
T adalah pajak.
2. Cost of Equity
Komponen kedua dari WACC adalah Cost of Equity. Cost of Equity merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membiayai ekuitas seperti dividend dan biaya untuk preferend stock. Menurut Keown (2005;hal412), menghitung cost of equity dapat menggunakan capital asset pricing model (CAPM). CAPM adalah hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko yang tergolong systematic (beta) untuk aset yang berisiko. Ada 2 buah keuntungan menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan
2. CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen, sehingga dapat diaplikasikan untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen.
Menurut Keown (2005;hal412) rumus dari CAPM adalah sebagai berikut:
kc = krf + ß x (km - krf) keterangan:
kc adalah CAPM krf adalah risk-free rate
ß adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat pengembalian saham perusahaan.
km adalah require rate of return.
Untuk menghitung ß menggunakan rumus sebagai berikut:
Untuk mencari Co Variance Rs, Rm dan Variance Rm menggunakan rumus sebagai berikut:
ß = Co Variance Rs, Rm
Variance Rm
keterangan:
Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun
Rs adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun Rm adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun
Dari cost of equity dan cost of debt yang sudah diketahui, maka rumus untuk mencari WACC menurut Arthur (2005;hal414) adalah sebagai berikut:
WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya equisitas]
13. BORN - Borneo Energy Tbk 14. BRAU - Berau Coal Energy Tbk
Saham-saham batubara tersebut akan dianalisa menggunakan metode DCF dengan framework sebagai berikut:
3.1. Tabel Framework
Hasil dari DCF adalah nilai fair value per lembar setiap perusahaan akan dilihat dengan harga saham perusahaan saat ini (11 July 2011) apakah saat ini harga saham-saham batu bara sedang di bawah atau diatas nilai intrinsiknya.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data pendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitan lapangan dan kepustakaan yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan topik penelitan di Pojok Bursa Efek Indonesia, BloombergBusinessweek.com, finance.yahoo.com, Majalah Investor Febuari 2011 hingga April 2011, Real Time Investor, duniainvestasi.com, serta website lain yang menunjang penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan adalah data sekunder, karena data-data yang diambil dalam penelitan ini bukan dari sumber informasi utama, tetapi sudah tersedia dan dipublikasikan pada masyarakat luas oleh Bursa Efek Indonesia dan website terkait.
Data penelitian yang dikumpulkan adalah harga saham, dan laporan keuangan emiten batu bara yang terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta pada tahun 2008 hingga 2010.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari buku-buku dari perpustakaan, majalah, dan jurnal yang berhubungan dengan topik yang ditulis.
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan data sekunder. Jurnal yang terkait penelitian ini adalah journal yang disusun oleh Robert F. Bruner, Robert M.
Conroy, Wei Li, Elisabeth F. I’Halloran, dan Miguel Palacios Lleras pada journalnya yang berjudul “Investing In Emerging Markets” dengan penerbit The Research Foundation of AIMR (2003). Pada journal tersebut, Robert F, Bruner, et al menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari Emerging Markets. Investor yang ingin berinvestasi pada saham-saham di Emerging Markets untuk melengkapi portofolio global, perlu melakukan valuasi dengan yang teknik mendasar seperti discounted cash flow. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah inflasi dan korupsi dimana keduanya adalah risiko utama yang perlu diperhatikan ketika berinvestasi pada emerging market.
3.3. Company Profile
Penjelasan singkat tentang perusahaan batu bara yang akan diteliti didapat dari realtime investor.com dijabarkan sebagai berikut:
1. PT Indika Energy Tbk. (INDY)
IDNY adalah sebuah perusahaan energi batu bara Indonesia, menyediakan solusi energi terintegrasi melalui investasi dalam bidang sumber daya energi, jasa energi dan infrastruktur energi. Didirikan pada tahun 2000, Indika Energy (sebelumnya dikenal sebagai PT Indika Inti Energi) telah tumbuh menjadi perusahaan energi terkemuka yang terintegrasi melalui investasi strategis di bidang produksi batubara (PT Kideco Jaya Agung), Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) jasa (PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering), dan proyek pembangkit listrik (PT Cirebon Electric Power). Pada akhir tahun 2007, Indika Energy melaporkan aset bersih konsolidasi sebesar Rp 5,0 triliun (US$531.900.000), pendapatan sebesar Rp 2,3 triliun (US$248.100.000), dan keuntungan bersih sebesar Rp264.900.000.000,- (US$28.100.000). Indika Energy mempekerjakan 689 staf di seluruh Indonesia. PT Kideco Jaya Agung (Kideco) adalah perusahaan batu bara ketiga terbesar di Indonesia, diukur dengan kapasitas dan jumlah produksi. Kideco mulai produksi komersial dengan 1,4 juta ton pada tahun 1993 dan telah secara konsisten meningkatkan produksi tahunan sebesar ke 20,5 juta ton pada tahun 2007.
Kideco merupakan salah satu produsen biaya terendah batu bara di area konsesi Indonesiaoperating 50.400 hektar di Pasir Kalimantan Timur dan memegang hak pertambangan batu bara di bawah generasi pertama Kontrak Karya Batubara (CCOW) dengan Pemerintah Indonesia sampai 2023. Pelanggan Kideco termasuk perusahaan pembangkit listrik terkemuka di 15 negara di Asia, Eropa dan Amerika Utara. PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering
(Tripatra) adalah penyedia jasa terkemuka di Indonesia logistik, rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) jasa untuk sektor energi Indonesia. Didirikan pada tahun 1973, Tripatra telah membentuk track record yang terbukti di pasar EPC dengan basis klien yang beragam yang terdiri dari perusahaan domestik internasional dan utama dalam sektor energi dan infrastruktur, termasuk ExxonMobil, Chevron, BP, Hess, Conoco Phillips, Telkom, PGN, dan Excelcomindo. Didirikan pada bulan April 2007, PT Cirebon Electric Power (CEP) adalah sebuah konsorsium yang memiliki proyek pembangkitan listrik internasional yang melibatkan pemain internasional terkemuka di sektor energi dan infrastruktur di Asia, termasuk Marubeni Corporation, Korea Power Midland, dan Samtan. 660-megawatt pembangkit listrik proyek yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat, dilengkapi dengan teknologi boiler terbaru dan paling canggih ultra atau super-kritis dirancang untuk mengkonsumsi rendah kalori batubara. Proyek, yang akan memerlukan total investasi sebesar US $ 779.000.000, diharapkan akan selesai pada tahun 2011.
Laba bersih INDY melonjak menjadi Rp264.969 miliar pada 2007 dari Rp177.264 miliar di tahun 2006. Laba bersih lebih tinggi sejalan dengan penjualan bersih meningkat dari Rp188 triliun menjadi Rp2.336 triliun.
2. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 di Tanjung Enim dengan nama PT.
Tambang Batubara Bukit Asam. Namun kerja tambang telah dieksploitasi sejak tahun 1919 di bawah Pemerintah Belanda Indie. Ambil alih oleh Jepang pada 1942, dan dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia pada 1945. Pada 30 Oktober 1990, Tambang Batubara bergabung dengan perusahaan perum, Sawahlunto. Pada 1983, perusahaan yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengembangkan batubara gundu.
Perusahaan ini telah berhasil membukukan laba bersih Rp760,207 miliar pada tahun 2007, naik dari Rp485,670 miliar di tahun 2006. Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan penjualan bersih yang melangkah naik dari Rp3,533 triliun menjadi Rp4,123 triliun.
3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)
ITMG didirikan dengan PT nama. Megah Indotambangraya pada tanggal 2 September 1987 di Jakarta. Pada 26 September 1988 Perusahaan mengubah nama dengan PT. Indo Tambangraya Megah. Perusahaan memiliki anak perusahaan terdiri dari PT. Indominco Mandiri, PT.Trubaindo Coal Mining, PT. Bharinto Ekatama, PT.
Kitadin dan PT. Jorong Barutama Greston. Sampai saat ini ITMG memusatkan perhatiannya pada pertambangan batu bara.
4, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)
BUMI adalah perusahaan batu bara dengan gabungan 3 perusahaan besar yaitu Arutmin Indonesia, Kaltim Prima Coal dan Gallo Oil. Perusahaan ini mulai go publik pada tanggal 30 juli 1990. Saat ini BUMI adalah perusahaan batu bara terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 38%. Laba bersih naik 255,41% pada tahun 2007 menjadi USD789 juta dari USD222 juta pada tahun 2006. Penjualan bersih naik menjadi USD2 miliar dari USD1851000000.
5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)
DEWA adalah anak usaha Bumi Resources dan didirikan pada tahun 1991.
Perusahaan didirikan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berbasis di Jakarta, tahun 1996. Lingkup usaha DEWA berada pada kegiatan yang menyediakan keahlian kontrak di alat berat, pertambangan Earthworks massal, umum konstruksi, teknik sipil dan pemeliharaan tanaman. Henry Walker Eltin (HWE) yang dijual Perseroan pada bulan Mei 2005. Pada bulan Maret 2007