ISSN : 2089 – 8193
Volume 9 | No.2 | Juli – Desember 2019
Diterbitkan Oleh :
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam www.medistra.ac.id
E-mail : [email protected]
ISSN: 2089-8193
KESTRA-NEWS
JURNAL ILMIAH INKES MEDISTRA LUBUK PAKAM
DAFTAR ISI
1. Workshop Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Tati Murni Karo-Karo, Rahmad Gurusinga, Fitri Ramadhani ... ... ... 1-3
2. Workshop Lama Penggunaan Kateter Uretra Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih.
Anita Sri Gandaria Purba, Kardina Hayati,Raynald Ignasius ... ... 4-7
3. Edukasi Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow Coma Scale pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care.
Pitriani, Juni Mariati Simarmata, Elfrida Simanjuntak ... ... 8-10
4. Worksop Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma torak.
Juni Mariati Simarmata, Arfah May Syara, Fredy Kalvind Tarigan ... ... 11-13
5. Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak.
Grace Erlyn Damayanti Sitohang, Darwin Tamba, Ni Nyoman Ayu Tamala Hardis ... ... 14-16
6. Workshop keberhasilan pemasangan ETT.
Elfrida Simanjuntak, Chaidir Saputra Harahap, Mila Gustia ... ... 17-20
7. Workshop pencegahan trauma (autometik care) dalam pemasangan infuse dengan tingkat stres pada anak yang mengalami hospitalisasi.
Dwi Astuti, Amelia Sarma, Junita Ika Susanti Br. Ginting ... ... 21-23
8. Workshop terapi musik untuk penurunan tingkat nyeri pada pasien trauma telinga.
Nora Ervina Sembiring, Yemima Desiria Ginting, Rita Ayu Butar Butar ... ... 24-26
9. Edukasi terapi bermain mendongeng dengan penurunan tingkat kecemasan pada anak dengan trauma tibia.
Evan Suhari Harahap, Sarmana, Tati Murni Karokaro ... ... 27-29
10. Pemberian Biskuit Tempe Terhadap Peningkatan Berat Badab dan Tinggi Badan Balita.
Sarmana, Amriani Eva Perawaty Silalahi, Nora Ervina Sembiring ... ... 30-32
11. Seminar penilaian triage dan revised trauma score dalam memprediksi mortalitas pada pasien trauma kepala.
Epfik Fantanti Jawak, Syatria Wati, Dian Anggri Yanti ... ... 33-35
12. Seminar Tentang penatalaksanaan keperawatan cedera kepala oleh perawat di IGD
Junita Ika Susanti Br. Ginting, Pratiwi Christa Simarmata, Samuel Ginting ... ... 36-39
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
Volume: 9, No: 2
Juli – Desember 2019
1 WORKSHOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK PENURUNAN
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
Tati Murni Karokaro1, Rahmad Gurusinga2, Fitri Ramadhani3 1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu tindakan yang dapat menurunkan kadar glukosa didalam darah terkhusus pada pasien DM, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya proses penekanan pada saat mengeluarkan kadar glukosa yang dapat memicu terjadinya meningkatkan kadar glukosa didalam darah. Tujuan Pengabdian masyarakat mengenai Workshop Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 sudah sangat baik terlaksana, semua persiapan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan didukung oleh bukti yang dicatat secara langsung. Kegiatan workshop ini dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2, yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: relaksasi otot progresif, kadar gula darah, DM Tipe 2 Abstract
Progressive muscle relaxation is one of the actions that can reduce glucose levels in the blood, especially in DM patients, this can occur due to the suppression process when releasing hormones that can trigger an increase in blood glucose levels. The purpose of community service regarding the Workshop on Progressive Muscle Relaxation Techniques for Reducing Blood Sugar Levels in Type 2 Diabetes Mellitus Patients has been very well carried out, all planned preparations can be carried out properly and are supported by directly recorded evidence. This workshop activity is carried out through direct lecture methods and discussions with seminar participants. The results of the service obtained were that the seminar participants had understood and were able to apply the Progressive Muscle Relaxation Technique for Reducing Blood Sugar Levels in Type 2 Diabetes Mellitus Patients, which was measured based on the post test value which was around 99%.
Keywords: progressive muscle relaxation, blood sugar levels, type 2 diabetes
2 1. Pendahuluan
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu tindakan yang dapat menurunkan kadar glukosa didalam darah terkhusus pada pasien DM, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya proses penekanan pada saat mengeluarkan hormon- hormon yang dapat memicu terjadinya meningkat kan kadar glukosa didalam darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon,.
adrenocorticotropic hormone (ACHT), kortikosteroid, dan tiroid. (Adi, 2018).
Sistem Syaraf simpatis akan sangat berperan ketika seseorang dalam kondisi yang rileks dan tenang, pada saat yang relaks dan tenang sistem saraf simpatis akan merangs ang hipotalamus untuk menurunka n pengeluaran Corticotropin-Realising Hormon (CRH).
Penurunan pengeluaran Dari CRH juga akan dapat mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi pengeluaran adrenocorticotropin (ACHT), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Keadaan tersebut dapat menghambat korteks adrenal untuk melepaskan hormon kortisol. Relaksasi otot progresif dapat digunakan pada semua orang dalam berbagai situasi dan kondisi terkhusus pada pasien dengan DM (Guyton & Hall, 2008, dan Setyohadi & Kushariyadi, 2017).
Internasional polygenic disease Federation (IDF) tahun 2015 dari 177 juta jiwa di dunia yang menderita penyakit DM tipe 2 dan 25 tahun yang akan datang meningkat menjadi 300 juta jiwa, prevalensi DM tipe 2 tahun 2016 pada penduduk Amerika Serikat yang diatas berusia 65 tahun atau lebih yaitu sekitar 10,9 juta jiwa (26,9%), sedangkan di Indonesia jumlah pasien diabetes tipe two mengalami kenaikan, dari 8,4% juta jiwa pada tahun 2017 dan diperkirakan naik menjadi 21,3% juta jiwa pada tahun 2022.
Jumlah penderita pasien DM di Indonesia sangat tinggi sehingga berada pada peringkat 4 di dunia berada di peringkat ke keempat dunia setelah negara negara lainnya seperti Amerika Serikat, India, dan China (Wild, 2018 dan Sudoyo, 2016).
Di Sumatera Utara khususnya RSUP H.Adam Malik Mmedan berdasarkan pengelompokan penyakit dan berbagai tingkatan seperti umur, jumlah kasus diabetes melitus menempati nomor dua setelah penyakit neoplasma yang bersifat keganasan, sedangkan data kematian pasien berdasarkan jenis penyakit DM berada di peringkat ke 16
dibandingkan dengan penyakit lainnya.
(Dinkes SUMUT,2019).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang “Workshop Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2”
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam pemaparan material menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Serta dilakukan demonstrasi melakukan tehnik relaksasi otot porgresif, setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 3
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Workshop Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
4. Langkah 4
Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini tentang Workshop Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop memahami materi mengenai Workshop Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
3 Secara umum hasil kegiatan pengabdian
masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit Grandmed dapat meningkatkan pemahaman mengenai penghisapan lendir.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit grandmed sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil Workshop Tehnik Relaksasi Otot Progresif Untuk Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan yang semakin meningkat pada saat mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
Damayanti, Santi. 2015. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Nuha Medika, Yogyakarta
Dinkes SUMUT, 2009. Data
Penelitian:http://rsupadammalik.blogspo t.co.id/2013/06/dat a-penelitian- diabetes- mellitus.html,di akses tanggal 15 Desember 2018.
George Dewanto. (2013). Diagnosis & tata laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC Guyton, A.C & Hall, J.E. (2018). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi. 11. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif.2015.
Asuhan Keperawatan NANDA NIC- NOC. Salemba Medika
Lumbantoruan P & Nazmudin , T. (2015).
BTCLS dan Disastern Management.
Tangerang Selatan : Medhatama Restyan.
Nasution , S.H. (2014)Mild Head Injury.
Medula. Vol. 2 : 4 Lampung Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Setyohadi dan Kushariyadi. 2016. Terapi
Modalitas pada Klien Psikogeriatrik.
Salemba Medika, Jakarta
Sudoyo, A.W., Setiyohadi,B., Alwi, I., &
Setiati, S (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (edisi 3). Jakarta: Pusat Penerbit Departeman Penyakit Dalam FKUI
Wild et al., 2018. Report of the Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care: http://www.diabetes mellitus.com/2018, di akses tanggal 25
November 2018.
4 WORKSHOP LAMA PENGGUNAAN KATETER URETRA DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
Anita Srigandaria Purba1, Kardina Hayati2,Raynald Ignasius 3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Infeksi Saluran Kemih (ISK) sering terjadi pada anak perempuan dan wanita. salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel di lubang uretra. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk memberikan workshop materi tentang Lama Penggunaan Kateter Uretra Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Evaluasi memberikan Perawatan tentang infeksi saluran kemih akibat penggunaan kateter yang lama. Kegiatan workshop ini dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil lama penggunaan kateter uretra dengan kejadian infeksi saluran kemih yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: Penggunaan kateter uretra, Kejadian Infeksi Saluran Kemih Abstract
Urinary Tract Infections (UTIs) are common in girls and women. One reason for this is the shorter female urethra, which makes it easier for contaminant bacteria to gain access to the bladder. A short urethra increases the chances of microorganisms adhering to the urethral opening. This community service activity was carried out to provide material workshops on the duration of the use of a urethral catheter with the incidence of urinary tract infections. Evaluation of providing treatment for urinary tract infections due to the use of a long catheter. This workshop activity is carried out through direct lecture methods and discussions with seminar participants. The results of the service obtained were that the seminar participants had understood and were able to apply the results of the long use of urethral catheters with the incidence of urinary tract infections measured based on post-test values ranging from 99%.
Keywords: Urethral catheter use, Urinary Tract Infection Incidence
5 1. Pendahuluan
Kateterisasi kandung kemih adalah dengan memasukkan selang plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih. Kateter memungkinkan mengalirnya urine yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi (Potter, dkk, 2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) sering terjadi pada anak perempuan dan wanita. salaah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih.
Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel di lubang uretra (Corwin, 2019). Perbandingan kejadian infeksi saluran kemih antara perempuan dan laki-laki adalah 9:1 (Betz, dkk, 2019).
Infeksi saluran kemih nosokomial paling sering berkaitan dengan pemakaian kateter inward (menetap) dan sistem drainase kemih atau prosedur atau perawatan urologis lainnya.
Lebih Dari dari 10% pasien rawat inap menggunakan kateter uretra inward dan hal ini terus menjadi faktor resiko tunggal terpenting yang menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi (Gruendemann, dkk, 2016). Pada orang dewasa, satu kateterisasi yang dipasang sebentar membawa masuk kesempatan infeksi sebesar 1 %, sementara prosedur yang sama memiliki resiko infeksi 20 % penderita pasien DM di Indonesia sangat tinggi sehingga berada pada peringkat 4 di dunia berada di peringkat ke keempat dunia setelah negara negara lainnya seperti Amerika Serikat, India, dan China (Wild, 2018 dan Sudoyo, 2016). pada lansia dan hampir 100% klien yang terpasang kateter berada dalam standing bakteriuria setelah 3 sampai 4 minggu (Potter, dkk, 2016). Berdasarkan laporan National tending Safety Network (NHSN) pada tahun 2016, di Rumah Sakit Perawatan Akut Amerika Serikat prevalensi infeksi saluran kemih pada pasien dengan kateter urin bervariasi dengan rata-rata mencapai 1000/hari kejadian infeksi karena kateter. Selain itu berdasarkan survey Healthcare-Associated Infections (HAIs) pada tahun 2008, angka kematian karena infeksi saluran kemih mencapai angka tertinggi yaitu lebih Dari Persian 13.000 (2,3%) (Edwards, dkk, 2016).
Department of medication, college of medication Siriraj Hospital melaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih karena kateter
sebesar 73,3% dan angka kematiannya sebanyak 11 pasien (14,9%). Tingginya kejadian infeksi saluran kemih karena kateter terjadi dalam 2 minggu pertama pasca pemasangan kateter. Sekitar 50% pasien infeksi saluran kemih karena kateter memiliki gejala dan disebabkan oleh kateterisasi yang berkepanjangan. Infeksi ini juga dianggap sebagai penyumbang kematian (Danchaivijitr, dkk, 2015).
Infeksi saluran kemih masalah yang sering ditemukan, terhitung 6 sampai 7 juta kunjungan klinik setiap tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. 1 Dari 5 wanita di Amerika Serikat mengalami infeksi saluran kemih semasa hidupnya dan wanita 50 kali lebih banyak daripada pria (Suharyanto, dkk, 2019).
Angka kejadian infeksi saluran kemih sangat tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang sering sering dijumpai di seluruh dunia. Sekitar 6 juta penderita ke praktek dokter untuk menangani infeksi saluran kemih di Amerika Serikat dalam 1 tahun (Rizki, 2019).
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial. Sekitar 40-60 % infeksi nosokomial adalah infeksi saluran kemih dan hampir 80 % infeksi saluran kemih yang didapat dirumah sakit dihubungkan dengan penggunaan kateter (Adukauskiene D et All, 2016 dalam penelitian Hardy Hasibuan, 2017).
Resiko terjadinya infeksi saluran kemih juga semakin meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan kateter. Sekitar 50% penderita yang memakai kateter selama 7-10 hari mengalami infeksi saluran kemih dan meningkat lebih dari 90% apabila penggunaannya lebih 30 hari (Bongard, 2002 dalam penelitian Hardy Hasibuan, 2017).
Pemasangan kateter jangka lama adalah pemasangan kateter jangka lama adalah pemasangan kateter jangka lama adalah pemasangan kateter jangka lama Prevalensi infeksi nosokomial mencapai 40% diduga terkait pemasangan kateter urin, seperti data penelitian. Asimtomatik bakteriuria dilaporkan 26% diantara kelompok pasien indwelling kateter mulai hari ke 2-10. hampir 1/4 kelompok pasien infeksi saluran kemih diikuti presentasi klinik infeksi saluran kemih.
(Sudoyo, dkk, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Hardy Hasibuan (2017) at the Sub Bagian Bedah Urologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan, infeksi saluran kemih terjadi pada
6 kelompok bangsal bedah kejadian sebanyak 11
orang (27,5%), whereas infeksi saluran kemih terjadi pada kel (Hasibuan, 2017).
T. Mohammad Rizki (2019) di Instalasi Bedah Pusat FK-USU/RSUP H.Adam Malik Medan, angka kejadian infeksi saluran kemih karena lamanya penggunaan kateter ditemukan 4 subyek (13,3%) dengan hasil kasus positif dan sebanyak 3 kasus tersebut. (Rizki, 2019).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang “Workshop Lama Penggunaan Kateter Uretra Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih”
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam pemaparan material menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 4
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Workshop Lama Penggunaan Kateter Uretra Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih.
4. Langkah 5
Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk mengevaluasi penatalaksanaan trauma mata di rumah sakit sembiring. Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop
memahami materi mengenai Workshop Lama Penggunaan Kateter Uretra Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih.
Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit Grandmed dapat meningkatkan pemahaman mengenai kejadian infeksi sauran kemih.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit sembiring sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil evaluasi dan akan meningkatkan Workshop Lama Penggunaan Kateter Uretra Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih” untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan
7 yang semakin meningkat pada saat
mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
Danchai, dkk, 2015. Urinary Tract Infection.
http://www.apsi.it diakses pada 30 Maret 2011, 19.30 wib.
Edwards, 2016. Infection Control.
http://www.cdc.gov/. diakses 30 Maret 2011, 20.45 wib.
Gruendemann, Barbara J, dkk, 2016. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Volume 1.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hasibuan, Hardy, 2017. Pola Kuman Pada Urin Penderita yang Menggunakan Kateter.
http://wwww.repository.usu.ac.id diakses 26 April 2011, 17.04 wib.
Hassan, Rusepno, dkk, 2017. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika, Jakarta.
Kusyati, Eni, dkk, 2016. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lubis, Harun Rasyid, 2018. Infeksi Saluran Kemih Pasca Kateterisasi.
http://www.repository.usu.ac.id diakses 05 April 2021, 20.00 wib.
Machfoedz, Ircham, 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran.
Fitramaya, Yogyakarta.
Murwani, Arita, 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan. Fitramaya, Yogyakarta.
Nursalam, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. PT Rineka Cipta, Jakarta.
8 EDUKASI STIMULASI SENSORI DENGAN NILAI GLASLOW COMA SCALE
PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI RUANG NEUROSURGICAL CRITICAL CARE
Pitriani1, Juni Mariati Simarmata2, Elfrida Simanjuntak3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Kegiatan workshop ini dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil Edukasi Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%. nilai Glasgow Coma Scale (GCS) pada pasien cedera kepala yang terbukti meningkatkan nilai kesadaran dengan karakteristik tertentu.
Kata kunci: Stimulasi sensori, nilai GCS, Cedera Kepala Abstract
Head injury is a process in which direct trauma or deceleration of the head causes damage to the skull and brain. This workshop activity is carried out through direct lecture methods and discussions with seminar participants. The results of the service obtained were that the seminar participants had understood and were able to apply the results of Sensory Stimulation Education with Glaslow Coma Scale Values in Head Injured Patients in the Neurosurgical Critical Care Room which was measured based on post-test scores ranging from 99%. Glasgow Coma Scale (GCS) value in head injury patients which has been shown to increase the level of consciousness with certain characteristics.
Keywords: Sensory stimulation, GCS value, Head Injury
9 1. Pendahuluan
kesadaran adalah satu indikator kegawatan dan prognosis pada cedera kepala.
Oleh karena itu, peran perawat kritis merupakan posisi sentral untuk memahami semua perubahan yang terjadi selama pasien, mengidentifikasi masalah, dan tindakan yang akan diberikan pada pasien.. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan, kemampuan berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2016). Pengkajian tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa digunakan pada kondisi emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).
Angka kejadian pasti dari cedera kepala sulit ditentukan karena berbagai faktor, misalnya sebagian kasus-kasus yang fatal tidak pernah sampai ke rumah sakit, dilain pihak banyak kasus yang ringan tidak datang pada dokter kecuali bila kemudian timbul komplikasi. Insiden cedera kepala yang nyata yang memerlukan perawatan di rumah sakit dapat diperkirakan 480.000 kasus pertahun . Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki- laki berumur antara 15-24 tahun, dimana angka kejadian cedera kepala pada laki-laki (58%) lebih banyak dibandingkan perempuan, ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi dikalangan usia produktif.Pasien yang menjalani perawatan di ruang ICU banyak yang mempunyai pengalaman dengan cedera kepala penyebabnya diantaranya akibat kecelakaan, kekerasan benda tumpul, pembunuhan, bunuh diri akibat tembakan, penanganan cedera kepala di ICU dapat diatasi dengan salah satu intervensi yaitu terapi stimulus sensori yang bias di gunakan untuk meningkatakan tingkat kesadaran pasien cedera kepala, selain aman terapi stimulus sensori juga terbukti efektif untuk meningkatkan tingkat kesadaran pasien cedera kepala, hemat biaya, mudah diterapkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang “Edukasi Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care”
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam pemaparan material menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 4
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Edukasi Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care.
4. Langkah 5
Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk mengevaluasi penatalaksanaan trauma mata di rumah sakit Haji Adam malik Medan. Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop memahami materi mengenai Edukasi Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care.
Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit haji Adam Malik medan dapat meningkatkan pemahaman mengenai Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow
10 Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di
Ruang Neurosurgical Critical Care.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit sembiring sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil evaluasi dan akan meningkatkan Edukasi Stimulasi Sensori Dengan Nilai Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care” untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan yang semakin meningkat pada saat mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
Machfoedz, Ircham, 2019. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran.
Fitramaya, Yogyakarta.
Murwani, Arita, 2019. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan.
Fitramaya, Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Abdul Gofar. S. 2016. Memahami Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Prognosa Ceera Kepala. Majalah Kedokteran
Nusantara, vol 39. No.3.
Asrin., Mardiyono., Saryono. 2017.
Pemanfaatan terapi musik untuk meningkatkan status kesadaran pasien trauma kepala berat. Jurnal keperawatan Soedirman, vol 2. No 2.
Hudak & Gallo. 2012. Keperawatan kritis:pendekatan holistik. Edisi 6. Vol 2. Jakarta:EGC
Kozier.,Erb.,Berman.,Snyder. 2012. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses & praktik. Edisi 7. Vol 2.
Jakarta:EGC
Leigh, K. 2016. Communicating with unconsciouness patient. Nursing practice, 97(4): 35.
Markam, Atmaja, & Budijanto. 2019. Cedera Tertutup Kepala. Jakarta: FKUI.
Muttaqin, A. 2018. Asuhan klien dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Purnama,I.. 2011. Pengaruh acupressure terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala sedang di RSUP dr hasan sadikin bandung. Bandung. Thesis FIK UNPAD
Strotmann, J. , Levai, O., Fleischer, J., Schwarzenbacher, K., Breer, H. 2014.
Olfactory Receptor Proteins in Axonal Processes of Chemosensory Neurons.
The Journal of Neuroscience:
24(35):7754 –7761
Society for Neuroscience. 2014. Sensory stimulation protects against brain damage caused by stroke.
ScienceDaily.
11 WORKSHOP FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
TRAUMA THORAK
Juni Mariati Simarmata 1, Arfah May Syara2, Fredy Kalvind Tarigan3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Trauma dada /toraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya. Kegiatan Workshop Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Trauma Thorak dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil Workshop Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Trauma Thorak yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: faktor faktor, trauma thorak
Abstract
Trauma to the chest / thorax can be defined as a trauma to the thoracic wall which directly or indirectly affects the internal organs. Workshop on Factors Affecting the Occurrence of Thoracic Trauma was conducted through direct lectures and discussions with seminar participants. The results of the service obtained are that the seminar participants have understood and can apply the results of the Workshop on Factors Affecting the Occurrence of Thoracic Trauma which is measured based on the post test score which is around 99%.
Keywords: factors, thoracic trauma
12 1. Pendahuluan
Trauma adalah penyebab kematian
terbanyak pada dekade 3
kehidupandiseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita consistent with seribu populasi consistent with hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2016).
Di Australia, 45% menurut syok tumpul tentang rongga toraks. Dengan adanya syok dalam toraks akan menaikkan nomor mortalitas dalam pasien menggunakan syok.Trauma toraks bisa menaikkan kematian dampak Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, & flail chest 69%
(Nugroho, 2015).
Pada stres berat dada umumnya ditimbulkan sang benda tajam, kecelakaan kemudian lintas atau luka tembak. Jika tidak tentang jantung, umumnya bisa menembus rongga paru-paru.
Akibatnya, selain terjadi pendarahan berdasarkan rongga paru-paru,udara jua akan masuk ke pada rongga paru-paru. Oleh lantaran itu, pau-paru dalam sisi yg luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan waktu bernapas & mendadak merasa sesak &
gerakan iga disisi yg luka sebagai berkurang (Sudoyo, 2016).
Cedera dada sering terjadi & mengakibatkan suatu variasi luka, berkisar menurut luka lecet sederhana & luka memar hingga yg mengancam nyawa yangmengenai isi rongga dada. Trauma dada jua mempunyai morbiditas yg tinggi. Dua puluh % menurut seluruh kematian dampak stress berat ditimbulkan sang trauma dada, terbanyak ke 2 sehabis cedera dalam ketua & tulang belakang. Secara kebetulan, banyak cedera dada tidak membutuhkan hegemoni bedah mayor.
( Lemone, 2016) .
Banyak cedera dinding & pada dada bisa diatasi menggunakan pipa thoracostomy sederhana, jendela mekanik, pengendalian nyeri yg agresif, & tindakansuportif lainnya.
Pasien-pasien tua & pasien lainnya
menggunakan penurunan volume cadangan paru lebih gampang menerima agresi gawat napas & paling kurangakan membutuhkan observasi pada instalasi gawat darurat.
Lantaran dokter instalasi gawat darurat akan tak jarang menghadapi pasien-pasien menggunakan cedera paru dandinding dada, perlu seluk- beluk pengetahuan patofisiologi &
pengobatan stress berat dada.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang “Workshop faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma thorak”.
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam pemaparan material menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 4
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Workshop faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma thorak.
4. Langkah 5
Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk melakukan Workshop faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma thorak di Rumah Sakit Grandmed.
Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop
13 memahami materi mengenai Workshop
faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma thorak.
Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Grandmed dapat meningkatkan pemahaman mengenai Workshop faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma thorak.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit Grandmed sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil Workshop faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma thorak untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan yang semakin meningkat
pada saat mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
Battle C, Hutchings H, Lovett S, Bouamra O, Jones S, et al. Predicting outcomes after blunt chest wall trauma: development and external validation of a new prognostic model. Crit Care. 2014;
18:R98.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Budhiarta, Arif. 2016. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Casas IM, Marchante MAA, Paduraru M, Olea AIF, Nolasco A, Medina JC. Thorax trauma severity score: Is it reliable for patient’s evaluation in a secondary level hospital? Bull Emerg Trauma.
2016;4(3):150-5.
Elbaih AH, Elshapowry IM, Kalil NG, ElAouty H. Evaluation of thoracic trauma severity score in predicting the outcome of isolated blunt chest trauma patients. IJSM. 2016;2(3):100-6.
Gopinath N. Thoracic trauma. IJTCVS.
2004;20(3):144-8. 6. Mattox K, Moore E, Feliciano D. Trauma (7th ed). USA:
McGraw-Hill, 2013
Helmi, Z. N 2015. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan, R. I.
2013.
Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.1, Edisi.5. Jakarta:
EGC.
Pape H, Sanders R, Borrelli J. Poly traumatized patient with fracture: multi diciplinery approach. Heidelberg Berlin: Springer- Verlag, 2011.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
14 SEMINAR FAKTOR TRAUMA TUMPUL PADA MATA DAN KATARAK
Grace Earlyn Damayanti Sitohang1, Darwin Tamba2, Ni Nyoman Ayu Tamala Hardis3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma tembus maupun trauma tumpul pada bola mata yang dapat terlihat setelah beberapa hari atau beberapa tahun dan paling sering karena adanya cedera yang disebabkan oleh benda asing yang mengenai lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Kegiatan Seminar faktor trauma tumpul pada mata dengan katarak dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil Seminar faktor trauma tumpul pada mata dengan katarak yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: trauma tumpul, katarak
Abstract
Traumatic cataracts are cataracts that occur due to trauma, either penetrating trauma or blunt trauma to the eyeball that can be seen after a few days or years and most often due to injury caused by a foreign object hitting the lens or blunt trauma to the eyeball. The seminar on blunt trauma to the eye with cataracts was carried out through direct lectures and discussions with seminar participants. The results of the service obtained are that the seminar participants have understood and can apply the results of the Seminar on blunt trauma factors in the eye with cataracts which are measured based on the post test value which is around 99%.
Keywords: blunt trauma, cataract
15 1. Pendahuluan
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, meregangkan serat zonula dan memperkecildiameter antero- posterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini, dayarefraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya parallel. akan terfokus ke retina.Gangguan lensa dapat berupa kekeruhan, distrosi, dislokasi, dan anomali geometrik.Pasien yang mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatantanpa nyeri.Kekeruhan lensa disebut juga dengan katarak. Beberapa faktor penyebab katarak antara lain yaitu kongenital, usia lanjut, penyakit sistemik, infeksi, dan trauma. (Robert, 2014).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks.
Denganadanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian a k i b a t Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail chest 69%
(Nugroho, 2015).
Katarak traumatik menyumbang 5-10%
dari semua kasus trauma mata. Secara umum katarak traumatik di klasifikasikan sebagai katarak kontusio yang di sebabkan oleh gaya kuat, seperti trauma tumpul yang mengenai bola mata, atau katarak perforasi yang muncul dari adanya trauma paada lensa yang disebabkan oleh perforasi kornea dan sklera oleh benda tajam yang terbuat dari logam, kayu, atau kaca.1 Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing ksrena lubang pada kaapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk kedalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah seorang pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di vitreus retina.Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang “Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak”.
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam
pemaparan material menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 3
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak.
4. Langkah 4
Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk melakukan Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak di Rumah Sakit Grandmed. Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop memahami materi mengenai Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak.
Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Grandmed dapat meningkatkan pemahaman mengenai Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
16 Kemampuan peserta dinilai berdasarkan
pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit Grandmed sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil Seminar Faktor Trauma Tumpul Pada Mata Dengan Katarak untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan yang semakin meningkat pada saat mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
Battle C, Hutchings H, Lovett S, Bouamra O, Jones S, et al. Predicting outcomes after
blunt chest wall trauma: development and external validation of a new prognostic model. Crit Care. 2014;
18:R98.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Budhiarta, Arif. 2016. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Casas IM, Marchante MAA, Paduraru M, Olea AIF, Nolasco A, Medina JC. Thorax trauma severity score: Is it reliable for patient’s evaluation in a secondary level hospital? Bull Emerg Trauma.
2016;4(3):150-5.
Elbaih AH, Elshapowry IM, Kalil NG, ElAouty H. Evaluation of thoracic trauma severity score in predicting the outcome of isolated blunt chest trauma patients. IJSM. 2016;2(3):100-6.
Gopinath N. Thoracic trauma. IJTCVS.
2004;20(3):144-8. 6. Mattox K, Moore E, Feliciano D. Trauma (7th ed). USA:
McGraw-Hill, 2013.
Helmi, Z. N 2015. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.1, Edisi.5. Jakarta:
EGC. Medika. Kementrian Kesehatan, R. I. 2013.
Pape H, Sanders R, Borrelli J. Poly traumatized patient with fracture: multi diciplinery approach. Heidelberg Berlin: Springer- Verlag, 2016.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Robert H Graham, Hampton Roy Sr. Traumatic Cataract. Update: sep 2, 2014.
Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1 211083-overview#a0101.
17 WORKSHOP KEBERHASILAN PEMASANGAN ETT
Elfrida Simanjuntak1, Chaidir Saputra Harahap2, Mila Gustia3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Pemasangan catheter (ETT) atau intubasi adalah masukkan pipa jalan nafas buatan ke dalam trakea melalui mulut. Tindakan intubasi baru dapat dilakukan bila : cara lain untuk jalan nafas (airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi baru. Kegiatan pengabdian ini dilakukan memberikan Workshop dengan metode ceramah dan diskusi. Dalam memaparkan materi tentang Workshop Keberhasilan Pemasangan ETT dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil Workshop Keberhasilan Pemasangan ETT yang diukur berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: pemasangan ETT
Abstract
Artificial airway tube into the trachea through the mouth. Action New intubation can be done if: other ways to walk respiratory failure, need to give artificial respiration in the long term long term, there is a high risk of new aspiration. This service activity is carried out by providing workshops with lecture and discussion methods. In explaining the material about the success of the ETT Installation Workshop which was carried out through the direct lecture method and discussion with seminar participants. The results of the service obtained were that the seminar participants had understood and were able to apply the results of the ETT Installation Success Workshop which was measured based on the post test score which was around 99%.
Keywords: ETT installation
18 1. Pendahuluan
Menurut ATLS (Advance Trauma Life
Support) (2018), Airway
manajemen merupakan hal yang terpenting
dalam resusitasi dan
membutuhkan keterampilan yang khusus dalam
penatalaksanaan keadaan
gawat darurat, oleh karena itu hal pertama yang
harus dinilai adalah
kelancaran jalan nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang.
Kejadian yang berupa kematian- kematian dini karena masalah airway seringkali masih dapat dicegah, dan dapat disebabkan oleh kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway, ketidakmampuan untuk membuka airway, kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru, perubahan letak airway yang sebelumnya telah
dipasang, kegagalan
mengetahui adanya kebutuhan ventilasi dan aspirasi isi lambung (ATLS (Advance Trauma Life Support, 2018).
Dalam airway manajemen terdapat tiga jenis airway definitif yaitu: pipa orotrakeal, pipa nasotrakeal, dan airway surgical (krikotiroidotomi atau trakeostomi). Penentuan pemasangan airway definitif didasarkan pada penemuan-penemuan klinis antara lain adanya apnea, ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan cara-cara yang lain, kebutuhan untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau vomitus, ancaman segera atau bahaya potensial
sumbatan airway, adanya
cedera kepala yang membutuhkan bantuan nafas (GCS<8),ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan dan pemberian oksigen tambahan lewat masker wajah (ATLS (Advance Trauma Life Support, 2018).
Intubasi endotracheal tube (ETT) adalah tindakan memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira- kira di pertengahan trakea antara pita suara dan
bifurkasio trakea
(Dachlan, 2017). Intubasi endotrakea dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal), mulut (orotrakeal) dan melalui tindakan trakeostomi (Latief, 2017).
Intubasi endotrakhea adalah teknik paling penting dan paling aman dalam menjaga jalan nafas dengan cara memasukkan endotracheal tube (ETT) ke dalam trakhea melalui mulut. Endotracheal tube (ETT) digunakan sebagai penghantar gas anestesi dan memudahkan kontrol ventilasi dan oksigenasi, ataupun pada pasien dengan anestesi umum.
Intubasi trakea merupakan
tindakan memasukakan pipa khusus ke dalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu atau
dikendalikan. Intubasi
trakea dapat pula merupakan suatu tindakan
pertolongan darurat atau
penyelamatan hidup (Dachlan, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang
“Workshop Keberhasilan pemsangan ETT”.
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui workshop dengan menggunakan metode ceramah langsung dan diskusi. Dalam pemaparan materi menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Serta mendemonstrasikan pemasangan ETT, Setelah itu dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta workshop.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut
1. Langkah 1
Pengabdi mengurus perizinan di tempat pengabdian disertakan membawa surat tugas dari Ketua LPPM.
2. Langkah 2
Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada peserta workshop.
3. Langkah 3
Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Workshop Keberhasilan pemasangan ETT.
4. Langkah 4
19 Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak
lanjut kepada para peserta workshop.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk melakukan Workshop Keberhasilan pemsangan ETT di Rumah Sakit Grandmed. Hasil kegiatan workshop yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.
2. Secara umum peserta workshop memahami materi Workshop Keberhasilan pemasangan ETT.
Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek tujuan kegiatan
Tujuan workshop pengabdian masyarakat ini adalah agar seluruh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Grandmed dapat meningkatkan pemahaman mengenai Workshop Keberhasilan pemsangan ETT.
2. Aspek target materi
Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.
3. Aspek Kemampuan Peserta
Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Faktor pendukung
a. Adanya dukungan baik dari pihak rumah sakit Grandmed sebagai tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.
d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.
2. Faktor penghambat
Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang, apalagi seperti di masa pandemic saat ini.
4. Kesimpulan
a. Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.
b. Sebanyak 99% peserta seminar telah mengetahui hasil Workshop Keberhasilan pemasangan ETT untuk menjadi lebih baik ke depannya. Hal ini didukung pemahaman tenaga kesehatan yang semakin meningkat pada saat mengikuti post test.
5. Ucapan Terima Kasih
Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
6. Daftar Pustaka
American College of Surgeons Comittee on Trauma. Advanced Trauma Life Support for Doctors (ATLS) Student Course Manual. 8th ed.
Chicago,
IL : American College of Surgeons ; 2018
Caldwell&Hegner, 2015. Asuhan Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Perawatan. Jakarta: EGC
Dahlan, Z., 2017, Pneumonia, dalam Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV, 801-820, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
Ester, M, 2015. Pedoman Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
EGC, 1022
Hidayat. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia.
Salemba: Medika, Jakarta.
Kusyati. 2016. Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
Jakarta : EGC
Kozier, B. 2015. Fundamental of Nursing:
Concept, Prosess and Practice. 7th ed.
Pearson Education Inc. New Jersey.
20 Latief. (2017). Petunjuk Praktis
Anestesiologi.Edisi ke-2. Jakarta:
Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intesif FK UI.
21 WORKSHOP PENCEGAHAN TRAUMA (AUTOMETIK CARE) DALAM PEMASANGAN INFUSE DENGAN TINGKAT STRES PADA ANAK YANG
MENGALAMI HOSPITALISASI
Dwi Astuti1, Amelia Sarma2, Junita Ika Susanti Br. Ginting3
1Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: [email protected]
Abstrak
Atraumatic Care merupakan bentuk terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua anak. Kegiatan pengabdian ini dilakukan memberikan Workshop dengan metode ceramah dan diskusi. Dalam memaparkan materi tentang Workshop Pencegahan Trauma (Autometik Care) Dalam Pemasangan Infuse Dengan Tingkat Stress Pada Anak Yang Mengalami Hospitalisasi. dilakukan melalui metode ceramah langsung dan diskusi terhadap peserta seminar. Hasil pengabdian yang diperoleh adalah bahwa peserta seminar telah memahami dan dapat menerapkan hasil Workshop Pencegahan Trauma (Autometik Care) Dalam Pemasangan Infuse Dengan Tingkat Stress Pada Anak Yang Mengalami Hospitalisasi berdasarkan nilai post test yang berkisar 99%.
Kata kunci: Trauma, stress, hospitalisasi
Abstract
Atraumatic Care is a form of therapeutic care provided by health workers in the setting of children's health services through the use of actions that can reduce physical and psychological distress experienced by children and parents. This service activity is carried out by providing workshops with lecture and discussion methods. In presenting the material about the Workshop on Trauma Prevention (Autometik Care) in Infusion Installation with Stress Levels in Children Who Experience Hospitalization. carried out through direct lecture methods and discussions with seminar participants.
The results of the service obtained were that the seminar participants had understood and were able to apply the results of the Trauma Prevention Workshop (Autometik Care) in the Installation of Infusions with Stress Levels in Children Experiencing Hospitalization based on post-test scores that ranged from 99%.
Keywords: Trauma, stress, hospitalization