• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9 1. Kesiapan Kerja

a. Pengertian Kesiapan Kerja

Arikunto (2006) menyatakan bahwa kesiapan seseorang dikatakan siap apabila memiliki kompetensi yang baik. Slameto (2013) menyatakan kesiapan (readiness) adalah keseluruhan kondisi fisik, mental maupun emosional seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Terdapat dua macam kesiapan yaitu kesiapan fisik dan mental, kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental memiliki minat dan motivasi untuk melakukan kegiatan (Dalyono, 2015:52). Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah kondisi keserasian seseorang yang mencakup kesiapan fisik, mental dan emosi berdasarkan tingkat perkembangan kedewasaan untuk melakukan aktivitas dan bersedia memberikan respons.

Nadezda dan Josef dalam Anggrainy (2018) mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil dan memenuhi kebutuhan. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Manribu dalam Yustati (2019) berpendapat bahwa “Kerja diartikan sebagai kelompok aktivitas, tugas, atau kewajiban yang sama dan dibayar, yang memerlukan atribut-atribut yang dalam suatu organisasi tertentu”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kerja adalah aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia karena ada sesuatu yang ingin dicapai dengan tujuan bahwa aktivitas tersebut dapat membuat kehidupannya lebih baik.

(2)

Agusta dalam Irmayanti (2020) mengemukakan kesiapan kerja peserta didik adalah kemampuan atau kapasitas seseorang siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerjanya yang terdiri dari ilmu pengetahuan dan keahlian serta sikap seseorang tersebut sehingga mampu melakukan suatu pekerjaan dengan baik. Firdaus dalam Sihotang (2019) menyatakan bahwa kesiapan kerja peserta didik sebagai calon tenaga kerja adalah seperangkat keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk bekerja dalam pekerjaan apapun bentuknya.

Makki (2015) menyatakan “Work readiness is a personal attribute, the nature of workers, and coping mechanisms needed by students not only to get a job but to maintain the job”, yang berarti kesiapan kerja merupakan atribut pribadi, sifat pekerja, dan mekanisme koping yang dibutuhkan siswa tidak hanya untuk mendapatkan pekerjaan tetapi untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja siswa adalah suatu kemampuan atau kematangan siswa lulusan SMK untuk memasuki memasuki dunia kerja dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dimilikinya, yang mana kondisi siap kerja ini diperoleh baik melalui proses pembelajaran di kelas ataupun pengalaman di luar kelas.

Teori koneksionisme yang dipelopori oleh Edward Lee Thorndike (1874-1949) menjabarkan bahwa respon positif didapatkan melalui konstruksi berbagai stimulus yang baik, begitupula sebaliknya (Pamungkas, 2021:1). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisasi untuk beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Kesiapan kerja siswa akan baik apabila siswa diberikan stimulus yang baik, sekolah telah memberikan beberapa program untuk menunjang hal tersebut, yaitu Praktik Kerja Industri (prakerin), pemberian motivasi memasuki dunia kerja, dan pelatihan kompetensi jurusan.

(3)

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut (Santoso, 2021:1):

1) Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Hukum ini mendukung program kesiapan kompetensi jurusan untuk meningkatkan pemahaman akuntansi, apabila siswa sering dilatih maka akan memiliki pemahaman akuntansi yang baik.

2) Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang atau dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Hukum ini mendukung prakerin, siswa apabila sering dilatih dengan melakukan magang di tempat industri maka akan memiliki profesionalitas dalam bekerja.

3) Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini mendukung program pemberian motivasi memasuki dunia kerja dimana siswa akan memiliki motivasi memasuki dunia kerja yang baik akibat dari stimulus motivasi memasuki dunia kerja yang baik secara rutin.

Teori koneksionisme menjelaskan bahwa untuk memeroleh atau mencapai suatu hasil yang baik, baik dalam hal belajar, bekerja, dan kegiatan apapun diperlukan adanya kesiapan dan latihan individu itu sendiri. Teori ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan seperti halnya dalam pemahaman, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang tidak didapat dengan cara instant.

b. Prinsip Kesiapan Kerja

Prinsip kesiapan kerja menurut Slameto (2013) sebagai berikut:

1. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling memengaruhi).

(4)

2. Memperoleh manfaat dari pengalaman.

3. Pengalaman mempunyai pengaruh yang positif.

4. Kesiapan kerja terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa.

5. Mempunyai kemampuan beradaptasi.

Semakin siswa mampu dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya, memiliki kesediaan untuk melakukan tugas pekerjaannya, dan siswa mempunyai prinsip-prinsip kesiapan kerja di atas, maka siswa tersebut dikatakan memiliki kesiapan kerja.

c. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Kerja

Terdapat dua faktor kesiapan kerja, yakni faktor dari diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa antara lain motivasi, prestasi akademik atau pengetahuan, pengalaman. Faktor dari luar diri siswa antara lain lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan bimbingan orang tua (Kardimin dalam Setiawan, 2021).

d. Indikator Kesiapan Kerja

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Caballero, dan Walker. Indikator ini dipilih karena diharapkan dapat mencerminkan dan menjadi panduan variabel kerja siswa. Adapun sub indikator kesiapan kerja dalam penelitian ini menurut Caballero dan Walker dalam Ardiasih (2017) meliputi:

1) Karakteristik Personal

Karakteristik personal antara lain faktor keterampilan pribadi, merupakan keterampilan dalam menyusun atau merencanakan sesuatu secara efektif dan efisien; pengetahuan diri yakni menguasai kemampuan sesuai dengan bidang keahlian; kemampuan beradaptasi adalah menerima keberagaman dengan mampu menyesuaikan perilaku; dan fleksibilitas atau terbuka untuk menghadapi perubahan.

Sub indikator dalam karakteristik personal meliputi ketrampilan pribadi, pengetahuan diri, kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas.

2) Kemampuan Organisasi

(5)

Kemampuan organisasi disini terdiri dari unsur umum dengan kompetensi seperti profesionalisme atau etika kerja merupakan kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan manajemen waktu yang baik; penilaian etika adalah menghargai pendapat atau kritik orang lain tanpa memandang latar belakang orang tersebut; tanggung jawab sosial termasuk mampu bertindak secara bertanggung jawab dengan menjunjung kepentingan bersama; dan pengarahan diri yakni mampu mengetahui kebutuhan belajarnya sendiri melalui kesalahan orang lain.

Sub indikator dalam kemampuan organisasi meliputi profesionalisme, penilaian etika, tanggung jawab sosial, pengetahuan global, dan pengarahan diri.

3) Kompetensi Kerja

Kompetensi kerja terdiri dari berpikir kritis yang artinya senantiasa meneliti hasil pekerjaan sendiri dan berfikir secara rasional; kreatif adalah kemampuan menunjukkan ide-ide baru yang murni muncul dari dalam diri; inovatif berupa mampu mengembangkan inovasi dalam menciptakan produk. Sub indikator kompetensi kerja meliputi kompetensi berfikir kritis, pemecahan masalah kreatif; dan inovatif.

4) Kecerdasan Sosial

Kecerdasan sosial terkait beberapa hal yaitu, individu mampu bekerja sama tim atau kolaborasi membangun hubungan kerjasama dengan tim; dan memiliki keterampilan komunikasi yang baik nantinya mampu mendukung dalam mendapatkan pekerjaan. Sub indikator kecerdasan sosial meliputi kerjasama tim/kolaborasi dan keterampilan komunikasi.

Aspek kesiapan kerja di atas menunjukkan adanya kematangan fisik, kematangan mental dan adanya pengalaman. Seorang siswa yang telah memiliki aspek di atas akan lebih mudah menyesuaikan diri ketika didunia kerja.

2. Praktik Kerja Industri

a. Pengertian Praktik Kerja Industri

(6)

SMK merupakan jenjang pendidikan formal yang memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan siap kerja. Peserta didik dibekali kompetensi keahlian di berbagai bidang sesuai tuntutan lapangan pekerjaan dengan program prakerin yang disusun bersama antara sekolah dan dunia industri dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik. Program prakerin dapat memberikan peluang bagi siswa SMK untuk beradaptasi langsung dengan dunia kerja, sehingga memiliki kesiapan yang matang sebelum masuk ke dunia kerja.

Pradini (2017) berpendapat bahwa prakerin merupakan kegiatan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang dilakukan sekolah yang bekerja sama dengan dunia usaha atau industri kemudian dilaksanakan oleh siswa dengan menerapkan teori yang telah diperoleh di sekolah dengan tujuan memberi bekal kepada siswa serta pengalaman untuk menghadapi dunia kerja. Tarawe dan Mohamed dalam Noviana (2014) menjelaskan bahwa Prakerin adalah program pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menjadi SDM yang handal yang mampu mendukung pengembangan ekonomi. SMK memiliki program prakerin yang dilaksanakan di dunia usaha dunia industri. Adanya prakerin menjadi tempat untuk mempraktikkan materi yang diterima selama dibangku sekolah ke dunia kerja sehingga mampu mewujudkan lulusan yang memiliki kesiapan kerja (Syaiffudin, 2009:1)

Diperkuat oleh pendapat Putra, Sunyoto dan Widodo (2009:2) menjelaskan bahwa merealisasikan pendidikan sistem ganda tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui prakerin, yaitu suatu kegiatan pendidikan dan latihan kerja dengan mengembangkan kemampuan, keahlian dan profesi di tempat kerja sesuai bidang studi jurusan masing-masing siswa. Permenperin No 03 Tahun 2017 tentang pedomon pengembangan SMK berbasis link and match dengan industri, praktik kerja pada perusahaan industri atau perusahaan kawasan industri merupakan bahan dari kurikulum pendidikan kejuruan dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian di bidang tertentu. Peraturan ini

(7)

mendukung instruksi presiden yang telah dikeluarkan sebelumnya yaitu instruksi Presiden No. 09 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan prakerin adalah program kerjasama magang antara pihak sekolah dengan pihak industri dengan tujuan siswa mampu menerapkan teori yang didapat disekolah serta mendapat gambaran dan pengalaman untuk menghadapi dunisa kerja. Penerapan prakerin ini meliputi pelaksanaan di sekolah dan dunia usaha (industri pasangan) sesuai program keahlian masing-masing.

Pihak sekolah membekali siswa dengan materi pendidikan umum (Normatif), pengetahuan dasar penunjang (Adaptif), serta teori dan kemampuan dasar kejuruan (Produktif), selanjutnya di dunia usaha atau industri diharapkan membantu bertanggung jawab terhadap peningkatan keahlian profesi melalui program khusus yang dinamakan prakerin.

Penyelenggaran prakerin menjadi kesempatan juga bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman bekerja. Selain mendapatkan keterampilan bekerja, siswa juga belajar dan mendapat gambaran nyata dunia usaha yang mana akan melatih mental dan fisiknya dalam menghadapi persoalan di dunia kerja.

Hal ini didukung oleh penelitian Taufikur (2020) dengan hasil penelitian yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan prakerin terhadap kesiapan kerja siswa. Hal ini didukung oleh penelitian Nurul (2020) yaitu hasil prakerin sebagian besar berkategori tinggi, sehingga ada pengaruhnya terhadap kesiapan kerja Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa prakerin adalah pola penyelenggaraan pendidikan sekolah kejuruan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa untuk mendapatkan lulusan yang siap bekerja sesuai dengan keahliannya.

b. Tujuan Praktik Kerja Industri

(8)

Syaifudin (2009:1) menjelaskan bahwa SMK memiliki program prakerin yang dilaksanakan di dunia usaha dan dunia industri. Program prakerin di SMK ini bertujuan agar siswa mempunyai pengalaman secara nyata di dunia kerja dan memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan teori yang sudah dipelajari ke dalam pekerjaan yang mereka hadapi di perusahaan tempat mereka bekerja sehingga memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas peserta didik setelah tamat sekolah.

Dikmenjur tentang kerangka kurikulum (2013) berpendapat tujuan prakerin adalah: pemenuhan kompetensi sesuai tuntutan kurikulum, implementasi kompetensi ke dalam dunia kerja, dan penumbuhan etos kerja atau pengalaman kerja.

Djojonegoro yang dikutip Rindiantika (2017:40) mengungkapkan tujuan prakerin adalah sebagai berikut:

1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, etos, kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

2) Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepakatan (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan.

3) Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keja yang berkualitas profesional dengan memanfaatkan sumber daya pelatihan yang ada didunia kerja.

4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa prakerin memiliki tujuan untuk mendapatkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, meningkatkan disiplin kerja dan mendapatkan pengalaman kerja bidang tertentu kepada peserta didik agar setelah tamat sekolah mereka dapat memiliki keahlian sesuai dengan tuntutan dunia kerja sehingga dengan bekal tersebut akan meningkatkan kesiapan kerja peserta didik.

c. Manfaat Praktik Kerja Industri

(9)

Prakerin memberikan manfaat untuk semua pihak, baik industri, SMK maupun siswa. Pelaksanaan prakerin membuat siswa dapat mengukur skill atau keterampilan yang diperoleh mereka selama proses belajar mengajar disekolah lalu diterapkan di tempat magang.

Dilaksanakannya program prakerin di SMK tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang bersangkutan, tetapi juga bermanfaat bagi sekolah dan industri tempat prakerin. Hasil belajar siswa pada prakerin menjadi lebih berarti karena siswa melakukan secara langsung. Industri berperan dalam menyiapkan siswa yang berkompeten sehingga dapat menghasilkan produk yang optimal. Dunia kerja sendiri memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tempat kerja sekaligus tempat belajar siswa. Depdiknas (2008:7) menyebutkan manfaat prakerin antara lain:

1) Hasil belajar peserta didik akan lebih bermakna karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian profesional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupannya dan untuk bekal pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

2) Rentang waktu (lead time) untuk mencapai keahlian profesional lebih singkat, karena setelah tamat prakerin tidak memerlukan waktu latihan lanjutan untuk mencapai keahlian yang siap pakai.

3) Keahlian yang diperoleh dari program prakerin dapat mengangkat harga dan percaya diri dalam mendorong mereka untuk meningkatkan keahliannya pada tingkat yang tinggi.

Program prakerin akan sangat membawa banyak manfaat dan sangat penting mempunyai pengalaman kerja dalam membentuk kesiapan kerja seorang individu (Lee dalam Khadifa, 2018). Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa prakerin mempunyai manfaat besar terutama bagi siswa. Manfaat tersebut antara lain menambah keterampilan, memberikan pengetahuan, pengalaman kerja yang nyata dan wawasan baru, sehingga dapat membentuk siswa supaya belajar bertanggung jawab, membantu pola pikir siswa dalam memecahkan masalah, dan meningkatkan rasa percaya diri agar siap memasuki dunia kerja.

(10)

d. Pelaksaan Praktik Kerja Industri

Pelaksanaan prakerin dapat berupa day release, block release atau bahkan kombinasi antara keduanya menurut Soewarni dalam Wena (2009:228):

1) Model day release 5-1

Siswa belajar di DU/DI selama lima hari penuh pada jam kerja untuk mendapatkan penguasaan kehlian di dunia kerja. Di sisi lain siswa mempelajari mata pelajaran yang tidak terprogram di dunia kerja sesuai dengan kurikulum selama satu hari. Setelah itu siswa mengikuti evaluasi kegiatan selama mengikuti pembelajaran di DU/DI maupun sekolah.

2) Model day release 4-2

Siswa belajar di DU/DI selama empat hari kerja dan belajar di sekolah selama dua hari.

3) Model block release 6-0

Siswa belajar selama satu minggu penuh di DU/DI yaitu enam hari kerja berlangsung selama delapan bulan. Kemungkinan yang terjadi ialah adanya materi yang tidak terprogram dan evaluasi oleh sekolah sukar dilaksanakan.

Pelaksanaan prakerin di SMK Batik 1 Surakarta untuk program keahlian Akuntansi Keuangan Lembaga (AKL) dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2021 saat siswa duduk dikelas XI semester gasal.

Pelaksanaannya menggunakan model day release yaitu siswa belajar selama lima hari penuh pada jam kerja di tempat praktik, sedangkan penempatan praktik diatur dan ditempatkan oleh pihak sekolah sesuai dengan program keahliannya.

e. Indikator Praktik Kerja Industri

Penilaian terhadap siswa praktikan atau siswa magang dilakukan oleh pembimbing DU/DI yang nantinya tertuang dalam sebuah sertifikat evaluasi magang. Indikator pengukuran variabel prakerin dalam penelitian ini yaitu tahap evaluasi dalam strategi pembelajaran pelatihan industri

(11)

menurut Nolker & Schoenfeldt dalam Ambarwati (2020). Indikator prakerin dalam penelitian ini meliputi:

1) Pemahaman peserta didik tentang praktik kerja industri

Evaluasi terhadap aspek pemahaman peserta didik bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik sebelum pelaksanaan prakerin mengenai arti, manfaat dan tujuan prakerin.

Sebelum pelaksanaan prakerin peserta didik juga perlu mendapat bimbingan baik dari guru pembimbing yang berasal dari sekolah maupun instruktur dari lembaga/tempat peserta didik melaksanakan prakerin. Kegiatan bimbingan ini sangat membantu peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan prakerin. Selain itu, pembimbing juga bertugas untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik dalam pelaksanaan prakerin. Sub indikatornya meliputi pemahaman tentang arti, manfaat, dan tujuan; pemahaman tentang pelaksanaan prakerin; dan peran sekolah dalam pelaksanaan prakerin.

2) Kesesuaian tempat praktik kerja industri dengan bidang keahlian

Prakerin pada dasarnya adalah milik dan tanggung jawab bersama antara lembaga pendidikan kejuruan dan institusi pasangan maka program dirancang dan disepakati oleh kedua pihak dengan tuntutan keahlian dunia kerja. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus mensinkronkan kurikulum yang diterapkan sekolah dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah kompetensi di bidang akuntansi. Sub indikatornya meliputi tempat prakerin yang sesuai dengan bidang akuntansi; dan tempat prakerin yang sesuai untuk menerapkan keahlian akuntansi.

3) Penerapan bidang keahlian di tempat praktik kerja industri

Prakerin hanya mungkin dilaksanakan apabila terdapat kerjasama dan kesepakatan antara institusi pendidikan kejuruan (SMK) dan institusi lapangan (industri) yang memiliki sumber daya untuk mengembangkan keahlian kejuruan. Pemetaan DU/DI sangat penting

(12)

dilakukan sebelum program prakerin dirancang. Hal ini dimaksudkan agar DU/DI yang dijadikan mitra benar-benar sesuai dengan program keahlian yang sedang ditekuni oleh peserta didik sehingga tujuan prakerin tercapai dengan baik. Dengan demikian dalam prakerin diperlukan suatu standar yang disepakati bersama antara sekolah kejuruan dan pihak dunia usaha atau dunia industri (DU/DI). Sub indikatornya meliputi penerapan ilmu yang diperoleh di sekolah di tempat prakerin; keaktifan siswa di tempat prakerin; dan pengembangan keterampilan siswa di tempat prakerin.

4) Pengalaman yang diperoleh selama praktik kerja industri

Setelah melaksanakan prakerin diharapkan pengetahuan peserta didik tentang sikap kerja yang baik akan semakin luas.

Pengalaman-pengalaman praktis ini dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik saat terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus nanti. Sub indikatornya meliputi prakerin mampu meningkatkan kompetensi di bidang akuntansi; prakerin dapat menumbuhkan rasa percaya diri;

prakerin dapat meningkatkan pengalaman yang berguna untuk dunia kerja nanti; dan pelaksanaan prakerin membuat siswa siap bekerja.

3. Motivasi Memasuki Dunia Kerja

a. Pengertian Motivasi Memasuki Dunia Kerja

Uno (2011) berpendapat bahwa motivasi yaitu dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Hasibuan dalam (Arumsari, 2019) mengemukakan “Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. ”The motivation to work in conceptual definition was interpreted as being the psychological force in a person that determines the direction of behavior within an organization that was expressed as a level of diligence and effort undertaken , yang berarti motivasi kerja dalam diartikan sebagai kekuatan psikologis dalam diri seseorang yang menentukan arah perilaku dalam suatu organisasi yang

(13)

dinyatakan sebagai tingkat ketekunan dan usaha yang dilakukan (Kemas, 2020).

Motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia sehingga akan mendorong seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu, yaitu untuk memasuki dunia kerja.

Alfan (2014) menyatakan motivasi memasuki dunia kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan dan mengarahkan perilaku untuk memasuki dunia kerja serta mampu bekerja secara efektif dan bersinergi dengan segala daya guna mencapai tujuan. Berdasarkan hasil pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi memasuki dunia kerja adalah suatu dorongan yang menimbulkan semangat untuk bertindak dan maemasuki dunia kerja guna mencapai tujuan tertentu.

I Made Sirsa (2014:6) mengemukakan bahwa semakin baik kontribusi motivasi memasuki dunia kerja peserta didik maka semakin meningkat pula kesiapan kerja peserta didik. Hal ini didukung oleh penelitian Arum Kartika dan Sucihatiningsih (2017) hasil penelitian yang dilakukan yaitu secara statistik terdapat hubungan motivasi memasuki dunia kerja terhadap kesiapan kerja sebesar 12,60%. Adi, Ulfa dan Marwan (2018), hasil penelitiannya menyatakan bahwa motivasi memasuki dunia kerja kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja.

b. Fungsi Motivasi Kerja

Fungsi pemberian motivasi ialah untuk mendorong timbulnya perbuatan, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak (Hamalik, 2013).

Ngalim Purwanto dalam Abdurahim (2021) mengemukakan bahwa terdapat tiga fungsi motivasi yaitu:

1) Motivasi kerja itu mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat.

Sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.

(14)

2) Motivasi kerja itu menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

3) Motivasi kerja itu menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan.

c. Indikator Motivasi Memasuki Dunia Kerja

Indikator pengukuran variabel motivasi kerja dalam penelitian mengacu pada aspek yang diungkapkan Syaodih dalam Pujianto (2017:1), yaitu:

1) Desakan (Drive)

Peserta didik termotivasi untuk memasuki dunia kerja karena melihat desakan dan dorongan dari lingkungan sekitarnya, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

2) Motif (Motive)

Peserta didik akan termotivasi untuk bekerja karena ia memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik dan berusaha menggapai cita-citanya sesuai dengan yang mereka impikan.

3) Kebutuhan (Need)

Peserta didik akan termotivasi untuk bekerja karena terdorong untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya sendiri secara mandiri tanpa harus menggantungkan orang tua lagi dan siswa akan merasa bangga jika bekerja daripada menganggur setelah lulus dari SMK.

(15)

4) Keinginan

Peseta didik akan termotivasi untuk memasuki dunia kerja karena adanya keinginan dan minat untuk bekerja sesuai dengan kemampuan dan kemampuan yang dimiliki.

4. Pemahaman Akuntansi

a. Pengertian Pemahaman Akuntansi

Winkel dan Mukhtar dalam Naneri (2018:221) berpendapat bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Pemahaman terhadap materi pelajaran merupakan hal penting, pemahaman merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengerti kemudian memahami tentang suatu materi atau konsep yang telah diajarkan.

Pengertian Akuntansi menurut American Institute of Cerified Public Accounting (AICPA) adalah “Seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”. Haryono Yusup dalam Loilatu (2017:2) menyebutkan “Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman akuntansi adalah mengerti untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, pelaporan dan penafsiran data-data.

Hal ini didukung oleh penelitian Rahmawati (2020) menyatakan prestasi akademik akuntansi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kesiapan kerja siswa. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Muktiani (2014: 170) bahwa terdapat hubungan positif antara prestasi belajar kognitif akuntansi berfokus pada kemampuan pemahaman dengan kesiapan kerja. Pemahaman akuntansi dasar dapat menjadi bekal siswa

(16)

untuk pondasi mata pelajar akuntansi lainya serta menjadi bekal terjun dalam lembaga maupun perusahaan.

b. Indikator Pemahaman Akuntansi

Pemahaman akuntansi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni kemampuan sesorang siswa dalam hal memaknai suatu materi pelajaran dimana siswa dituntut mampu berpikir setingkat lebih tingi daripada menghafal atau hanya mengingat mengenai akuntansi dasar, sebab mata pelajaran akuntansi dasar merupakan pondasi pertama yang harus ditempuh sebelum lanjut ke mata pelajaran akuntansi lainnya (Sudijono dalam Nuzilatus, 2014:11).

Mursyidi dalam Zahrudin (2018:41) menerangkan bahwa dalam proses akuntansi mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi data transaksi

Tahap mengidentifikasi data transaksi merupakan tahap pertama yaitu mencatat setiap transaksi keuangan dalam periode tertentu secara runtut dan teratur kedalam jurnal. Dalam tahap ini dokumen sumber diperlukan guna menunjang catatan-catatan tersebut seperti nota, kuitansi, bukti memorial, faktur, dan lain-lain. Dalam akuntansi pencatatan ada dua tahap, yaitu pencatatan transaksi kedalam jurnal (journal entry) dan pencatatan ayat jurnal ke buku besar (posting to ledger).

2) Menggolongkan dan meringkas transaksi

Tahap ini mengelompokkan aktivitas transaksi-transaksi yang telah dicatat menurut kelompok akun yang ada ke dalam kelompok akun aset (assets), kewajiban (liabilities), ekuitas atau modal (equity), pendapatan (revenue) dan beban (expense).

3) Menyiapkan tahap pengkomunikasian.

Setelah mendapatkan hasil ringkasan maka selanjutnya menyusun laporan. Laporan disusun secara runtut agar bisa dipahami, diperbandingkan dan disajikan dengan lengkap (full disclosure).

Tahapan selanjutnya untuk membaca laporan melalui alat dan formula

(17)

tertentu untuk mengetahi arah kinerja dan posisi keuangan serta perubahannya untuk suatu organisasi.

Penelitian ini berfokus pada kemampuan kognitif siswa dengan alasan kemampuan kognitif merupakan tolok ukur dari kemampuan siswa dalam menguasai materi maupun ilmu yang mereka dapatkan dalam proses belajar, tingkat pemahaman akuntansi diambil berdasarkan teori bloom yakni C2 (memahami). Akuntansi dasar juga paling banyak terdapat kompetensi dasar terkait C2 (memahami) diantara mata pelajaran lainnya.

Gambar dari kompetensi dasar mata pelajaran akuntansi dasar dicantumkan dalam Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akuntansi Dasar

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.1 Memahami pengertian, tujuan, peran akuntansi dan pihak-pihak yang

membutuhkan informasi akuntansi

4.1 Mengelompokkan pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi sesuai perannya

3.3 Memahami jenis dan bentuk badan usaha

4.3 Mengelompokkan jenis dan bentuk badan usaha

3.4 Memahami asumsi, prinsip- prinsip dan konsep dasar akuntansi

4.4 Mengelompokkan asumsi, prinsip-prinsip dan konsep dasar akuntansi

3.5 Memahami siklus akuntansi 4.5 Mengelompokkan tahapan dan siklus akuntansi

3.6 Menerapkan persamaan dasar akuntansi

4.6 Membuat persamaan dasar akuntansi

3.7 Memahami transaksi bisnis oerusahaan baik perusahaan jasa, dagang

4.7 Mengelompokkan transaksi bisnis perusahaan baik perusahaan jasa dan dagang 3.8 Menerapkan jurnal, konsep

debet dan kredit, saldo normal, sistematika

4.8 Melakukan pencatatan buku jurnal, konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika

(18)

pencatatan, dan bentuk jurnal

pencatatan, dan bentuk jurnal

3.9 Menerapkan buku besar 4.9 Melakukan pencatatan buku besar

3.10 Menganalisis jurnal penyesuaian

4.10 Membuat jurnal penyesuaian

3.11 Menganalisis perkiraan untuk menyusun neaca lajur sebagai pembantu dalam membuat laporan keuangan

4.11 Menyusun laporan keuangan

(Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2021)

Kompetensi dasar yang harus terpenuhi yaitu KD 3.1, dengan memahami pengertian, tujuan, peranan akuntansi dan pihak pihak yang membutuhkan informasi akuntansi, siswa akan mampu mengidentifikasi pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi sesuai dengan peranannya; KD 3.4 siswa mampu mengidentifikasi asumsi, prinsip dan konsep-konsep dasar yang menjadi landasan dalam akuntansi; KD 3.5 siswa memahami siklus akuntansi; serta KD 3.7 siswa mampu memahami jenis transaksi bisnis jasa dan dagang. Dengan begitu siswa mengerti dan mampu mengerjakan suatu yang menjadi pokok-pokonya dari akuntansi.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Praktik Kerja Industri dengan Kesiapan Kerja

Untuk menghasilkan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja, SMK tidak mungkin dapat membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang utuh. Oleh karena itu, SMK bekerja sama dengan dunia usaha, dunia industri atau prakerin yang merupakan implementasi dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin memberikan banyak manfaat serta pengalaman kepada siswa. Siswa dapat menerapkan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki, selain itu siswa juga mendapatkan pengalaman yang nyata untuk mempersiapkan diri menghadapi kesiapan kerja sesungguhnya.

(19)

Kurniati & Subowo (2015) mengemukakan bahwa untuk membentuk kesiapan kerja siswa SMK diperlukan adanya suatu pelatihan khusus yang sesuai dengan bidang keahlian masing-masing, agar terdapat kesesuaian antara kompetensi akademik siswa dan kompetensi keterampilan kerja siswa.

Prakerin menjadi salah satu kesempatan bagi siswa SMK untuk meningkatkan keterampilan kerja sebelum masuk ke dunia kerja yang nyata.

Pradini (2017) menjelaskan bahwa prakerin merupakan kegiatan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang dilakukan sekolah yang bekerjasama dengan dunia usaha atau industri kemudian dilaksanakan oleh siswa dengan menerapkan teori yang telah diperoleh di sekolah dengan tujuan memberi bekal kepada siswa serta memberikan pengalaman untuk menghadapi dunia kerja.

Teori koneksionisme menyatakan apabila menginginkan respon yang baik, maka siswa harus diberikan stimulus yang maksimal. Hal ini didukung oleh hukum latihan (law of exercise) dari teori koneksionisme yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang atau dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat, artinya apabila siswa sering dilatih dengan melakukan magang di tempat industri maka akan memiliki profesionalitas dalam bekerja.

Penelitian terdahulu oleh Anggun dan Maria (2020) juga menyatakan bahwa pengalaman prakerin sangat berpengaruh terhadap kesiapan kerja. Nurmaya Sari, Rizal dan Melly (2020) juga menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan pengalaman prakerin terhadap kesiapan kerja siswa. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara prakerin dengan kesiapan kerja siswa AKL SMK Batik 1 Surakarta.

2. Hubungan antara Motivasi Memasuki Dunia Kerja dengan Kesiapan Kerja

Salah satu faktor terpenting dalam kesiapan kerja menurut Slameto (2013) selain pengalaman yaitu motivasi. Motivasi merupakan pendorong atau kekuatan baik dari dalam maupun luar diri seseorang sehingga seseorang

(20)

tersebut bersedia melakukan suatu tindakan yang berorientasi untuk mencapai tujuan. Motivasi memasuki dunia kerja sangat dibutuhkan bagi peserta didik agar memiliki pendorong untuk terjun ke dunia kerja. Siagian dalam Dalimunte (2018:1) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi memasuki dunia kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para manajer.

Teori koneksionisme menyatakan apabila menginginkan respon yang baik, maka siswa harus diberikan stimulus yang maksimal. Hal ini didukung oleh hukum yang ada dalam Teori koneksionisme yaitu hukum akibat, artinya ketika seseorang siswa senantiasa diberikan dorongan untuk memasuki dunia kerja, serta siswa diberikan pengetahuan akibat positif dari memasuki dunia kerja maka siswa akan memiliki kesiapan kerja yang baik. Motivasi dibutuhkan untuk menjelaskan dan mengontrol tingkah laku serta mendorong timbulnya perbuatan, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak.

Penelitian terdahulu oleh Adi, Sri dan Marwan (2018) motivasi memasuki dunia kerja memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi memasuki dunia kerja dengan kesiapan kerja siswa AKL SMK Batik 1 Surakarta.

3. Hubungan antara Pemahaman Akuntansi dengan Kesiapan Kerja

Cahyasari (2018) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kesiapan kerja siswa SMK jurusan akuntansi adalah pemahaman akuntansinya. Peserta didik harus memiliki pemahaman akuntansi yang baik agar memiliki dasar untuk mengerjakan segala yang berhubungan akuntansi dan dapat menjadi calon tenaga kerja yang siap dan profesional.

Teori koneksionisme menyatakan apabila menginginkan respon yang baik, maka siswa harus diberikan stimulus yang maksimal. Hal ini didukung oleh hukum yang ada dalam Teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan, artinya ketika seseorang siswa senantiasa disiapkan untuk mampu

(21)

mengerjakan soal mengenai akuntansi didunia kerja siswa akan memiliki kesiapan kerja yang baik.

Penelitian terdahulu oleh Dina dan Martono (2018) menyatakan bahwa ada hubungan positif secara simultan dan parsial pemahaman akuntansi terhadap kesiapan kerja. Penelitian oleh Iwan dan Kusmuriyanto (2019) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemahaman akuntansi dengan kesiapan kerja siswa. Prestasi kognitif merupakan tolok ukur dari kemampuan siswa dalam menguasai materi maupun ilmu yang mereka dapatkan dalam proses belajar. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemahaman akuntansi dengan kesiapan kerja siswa AKL SMK Batik 1 Surakarta.

4. Hubungan antara Praktik Kerja Industri, Motivasi Memasuki Dunia Kerja dan Pemahaman Akuntansi dengan Kesiapan Kerja

Perkembangan dunia industri sekarang ini dalam bekerja menuntut calon tenaga kerja yang memiliki kesiapan kerja dengan keterampilan yang memadai. Oleh karena itu lembaga pendidikan Indonesia khususnya SMK untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang mampu memenuhi kebutuhan industri. Sesuai dengan tujuan utama dari SMK yaitu mempersiapkan lulusan yang siap bekerja. Pengukuran kesiapan kerja lulusan SMK dalam menghadapi tantangan dan tuntutan dunia industri dapat dilihat dari kesiapan kerja, dalam penelitian ini yaitu kesiapan kerja dari siswa Program Keahlian AKL SMK Batik 1 Surakarta.

Kesiapan kerja adalah kondisi dimana seseorang memiliki kesiapan baik secara fisik ataupun mental dan mampu memberikan respons dengan cara profesional (Kuswana, 2013:85). Kesiapan kerja siswa tidak terbentuk secara tiba-tiba, melainkan terbentuk melalui proses pendidikan atau belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah dan juga dari pengalaman- pengalaman yang diperoleh. Semakin sering melakukan praktik dan semakin lama waktu pelaksanaan prakerin maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga penguasaan pengetahuan tentang kerja dan disiplin

(22)

kerja semakin menjadi baik. Hal ini berarti tingkat kesiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja semakin baik. Adanya motivasi memasuki dunia kerja yang tinggi maka kesiapan kerja siswa akan semakin memadai. Siswa yang memahami tentang pengetahuan kerja, sikap kerja yang benar, keterampilan kerja, dan pentingnya disiplin kerja akan semakin baik jika diikuti dengan semangat yang kuat untuk selalu berusaha menambah pengetahuan, kemampuan kerja serta sikap dan nilai positif.

Adanya pemahaman siswa tentang akuntansi maka kesiapan kerja siswa juga akan semakin baik. Semakin siswa memahami tentang kompetensi akuntansi yang dimiliki semakin baik juga siswa tersebut dalam mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan akuntansi. Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa terdapat hubungan antara prakerin, motivasi dunia kerja kerja, dan pemahaman akuntansi dengan kesiapan kerja siswa. Kesiapan kerja yang baik mencerminkan bahwa SMK Batik 1 Surakarta telah mencapai tujuan utama. Lulusan SMK akan dinilai berkualitas apabila memiliki kesiapan kerja yang baik juga dinilai berkualitas dan akan berpengaruh pada kualitas pendidikan Indonesia. Untuk memperjelas kerangka berpikir maka disajikan gambar berikut:

(23)

Gambar 1. Kerangka Berpikir Gambar

Fenomena

1) Pengangguran lulusan SMK di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, pada tahun 2020 meningkat 883.077 jiwa (Badan Pusat Statistik)

2) Terdapat 41% Alumni SMK Batik 1 Surakarta 2019 yang belum bekerja

3) Program Prakerin di SMK Batik 1 Surakarta belum maksimal, ditandai dengan data wawancara tidak terstruktur dengan siswa yang sudah melakukan Prakerin

menunjukkan 60% siswa belum siap memasuki dunia kerja

4) Siswa SMK Batik 1 Surakarta kurang termotivasi untuk memasuki dunia kerja

Teori Koneksionisme

Praktik Kerja Industri (X1) 1) Pemahaman tentang

Prakerin

2) Kesesuaian tempat Prakerin dengan program keahlian 3) Penerapan bidang

keahlian

4) Pengalaman Prakerin Wena (Ambarwati, 2020)

Motivasi Memasuki Dunia Kerja (X2)

1) Desakan 2) Motif 3) Kebutuhan 4) Keinginan Syaodih

(Pujianto, 2019)

Pemahaman Akuntansi (X3) Kemampuan C2 yaitu Memahami Akuntansi Dasar dengan ketentuan KD 3.1; KD 3.4; KD 3.5; KD 3.7

Kesiapan Kerja (Y) 1) Karakteristik personal 2) Kemampuan organisasional 3) Kompetensi kerja

4) Kecerdasan sosial Caballero & walker (2017)

(24)

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka yang meliputi teori yang relevan, hasil penelitian yang relevan, serta kerangka berfikir, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif Praktik Kerja Industri dengan kesiapan kerja siswa Program Akuntansi Keuangan Lembaga SMK Batik 1 Surakarta.

2. Terdapat hubungan positif motivasi memasuki dunia kerja dengan kesiapan kerja siswa Program Akuntansi Keuangan Lembaga SMK Batik 1 Surakarta.

3. Terdapat hubungan pemahaman akuntansi dengan kesiapan kerja siswa Program Akuntansi Keuangan Lembaga SMK Batik 1 Surakarta.

Terdapat hubungan positif Praktik Kerja Industri, motivasi kerja, dan pemahaman akuntansi dengan kesiapan kerja siswa Program Akuntansi Keuangan Lembaga SMK Batik 1 Surakarta.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir Gambar

Referensi

Dokumen terkait

dalam berkomunikasi dengan manajerya maka produktivitas kinerjanya yang dihasilkan akan kurang memuaskan bahkan komunikasi tersebut kurang efektif karena jika manajer

Dari data hasil simulasi perbandingan antara sistem CDMA-OFDM pada jumlah chip kode PN 4, 8 dan 16 dengan 4 pengguna, dalam grafik unjuk kerja sistem terlihat

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Penyesuaian diri remaja di panti asuhan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh remaja untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan, baik secara

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Tabel 2 Perbandingan output paket AMV 2.0 dengan output SAS, Minitab, dan SPSS menggunakan metode blackbox Fungsi di AMV 2.0 Perangkat Lunak Hasil Perbandingan output

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari perceived quality, brand awareness, dan brand loyalty terhadap overall brand equity pada konsumen Luwak White Koffie

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi