KOORDINASI PEMERINTAH DAERAH KOTA MAKASSAR
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MAKASSAR
Disusun dan diusulkan oleh:
RUSDIANTO
Nomor Stambuk: 105640113110
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah SWT, sehingga skripsi dengan Judul : “Koordinasi Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar” dapat diselesaikan. Pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ini yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan kalimat apapun. Tak lupa juga penulis panjatkan salawat dan salam atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqomah memperjuangkan agama Allah hingga akhir zaman.
.Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak berpamrih.
2. Bapak Dr. H. Irwan Akib,M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP., M.Si., Ketua jurusan ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar.
iv
4. Ibu Hj. Andi Nuraeni Aksa, S.H., M.H., pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan masukan yang membangun sehingga penyusun skripsi ini dapat penulis rampungkan dan Ibu Dr. Hj.
Ihyani Malik, S. Sos., M.Si., pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan masukan yang membangun sehingga penyusun skripsi ini dapat penulis rampungkan
5. Bapak/ibu dan asisten Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
6. Rekan-rekan mahasiswa utamanya yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
7. Kawan-kawan seperjuangan di organisasi, yang atsas berkat transpormasi pemikiran doa dan dukungannya,sehingga penulis dapat merampungkan penulis skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skipsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh krnaitu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skipsi ini.
Mudah-mudahan skipsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Alma Mater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
vii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Pengertian Konsep dan Teori ... 6
B. Kerangka Pikir ... 24
C. Fokus Penelitian ... 25
D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 29
C. Sumber Data ... 30
D. Informan Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 31
G. Keabsahan Data ... 32
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN... 33
A. Karakteristik Obyek Penelitian... 33
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 44
BAB V PENUTUP ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
1 A. Latar Belakang
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar, memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Akan tetapi selain letak geografis yang strategis dalam kepentingan ekonomi dan politik, kota Makassar masih dalam kategori yang rawan bencana. Salah satu bencana yang masih sering melanda kota makassar yaitu masalah banjir.
Hampir setiap tahunnya beberapa bagian kota di Kota Makassar mengalami banjir. Banjir itu pada umumnya terjadi pada bulan Desember- Februari, yaitu pada saat curah hujan tertinggi pada setiap tahunnya. Beberapa banjir besar yang pernah terjadi di antaranya adalah pada tahun 1967 dan tahun 1976, sedangkan
pada tahun 1983 dan 1986 telah pula terjadi banjir yang walaupun tidak sebesar yang terjadi pada tahun 1976. Banjir yang cukup besar yang terjadi di Kota Makassar beberapa tahun terakhir ini adalah yang terjadi pada tahun 1999 dan tahun 2000, dimana sebagian besar wilayah kota mengalami kebanjiran. Daerah-daerah yang menjadi langganan banjir pada umumnya merupakan daerah rendah, dahulu berupa empang atau daerah rawa-rawa yang kemudian berkembang menjadi daerah permukiman. Daerah-daerah itu terletak di sepanjang daerah aliran Sungai Tello dan daerah aliran Sungai Jenneberang serta sepanjang Sungai Pampang.
Daerah langganan banjir selanjutnya adalah daerah-daerah hulu atau bagian tengah dari suatu daerah layanan (catchment area), daerah tersebut seperti kawasan Antang, Minasa Upa dan lain-lain. Langganan banjir lainnya adalah sekitar Pelabuhan dan sekitar Jalan Tol dan beberapa kawasan kota lainnya. Tinggi dan lamanya genangan banjir pada setiap tahun bervariasi. Untuk daerah yang pertama dan kedua lama genangan dan kedalaman genangan lebih besar dibandingkan dengan daerah ketiga yang genangannya hanya beberapa jam saja. Dengan adanya genangan di beberapa lokasi di Kota Makassar, terutama di kawasan wilayah kota baru merupakan salah satu indikator kemampuan drainase yang ada saat ini tidak mampu lagi menampung arus air, baik saluran primer maupun saluran sekunder. Faktor utama yang mengakibatkan terjadinya genangan adalah air hujan tidak mengalir karena disebabkan di samping topografi yang relatif datar juga karena kemampuan saluran itu sendiri. Saluran kanal yang ada di Kota Makassar yang tidak dapat berfungsi secara optimal untuk dapat menampung buangan saluran primer dan sekunder karena banyaknya sampah yang menghambat aliran air buangan. Masalah topografi yang ditemui di Kota Makassar adalah terhambatnya penyaluran air kotor
dan air hujan, dimana laju pengairan yang sangat kecil menyebabkan terjadinya air buangan sehingga menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap. Sistim pembuangan air kotor dan air hujan di Kota Makassar merupakan sistim campuran, tidak diadakan pemisahan antara saluran buangan air kotor dan saluran buangan air hujan yang keduanya bermuara di saluran induk yaitu saluran Panampu, saluran Jongaya dan saluran Sinrijala.
Jika melihat beberapa paparan tentang masalah banjir yang melanda kota Makasar, maka sangat diperlukan penanganan dan penanggulangan bencana banjir yang lebih serius. Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas, dinyatakan bahwa mekanisme tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu pada pra bencana maka fungsi BPBD Kota Makassar bersifat koordinasi dan pelaksana. Maksud sebagai koordinasi dan pelaksana adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar melakukan kerja sama dengan pemerintah kota Makassar, khususnya bagian keuangan. Selain Pemkot Makassar BPBD kota Makassar juga melakukan koordinasi dengan kelurahan maupun kecamatan daerrah yang rawan bencana banjir.
Pada saat darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana. Maksudnya adalah pada saat darurat atau terjadi banjir, maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar selain melakukan yang sifatnya koordinasi dan pelaksana juga berperan sebagai komando atas lembaga yang telah berkoordinasi dalam penaggulangan benmcana banjir. Adapun hubungan koordinasi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar yaitu (1) Badan Sar Nasional (Basarnas), (2) Sar Brimob Polda Sul-Sel, (3) Dinas sosial kota Makassar, dan (4) Lembaga Sar Kampus yang ada di kota Makassar.
Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana. Artinya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar melaksanakan kordinasi dalam hal membantu menyalurkan bantuan kepada korban bencana banjir. Biasanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar menyalurkan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencan (BNPB) dan perusahaan- perusahaan yang ada di kota Makassar, seperti PT. Bosowa, Garuda, Kalla Grup, dan lain-lain. Selain itu terkadang ada bantuan dari sekolah-sekolah, kampus, dan lembaga lainnya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian terhadap masalah banjir di kota makassar dengan judul penelitian
“Koordinasi Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Koordinasi Pra Bencana Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar?
2. Bagaimana Strategi Pengendalian Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar?
3. Bagaimana Koordinasi Saat Bencana Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar?
4. Bagaimana Koordinasi Pasca Bencana Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang;
1. Bagaimana Koordinasi Pra Bencana Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar
2. Bagaimana Strategi Pengendalian Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar
3. Bagaimana Koordinasi Saat Bencana Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar
4. Bagaimana Koordinasi Pasca Bencana Banjir Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Masalah Banjir di Kota Makassar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Secara teoritis untuk memberikan gambaran tentang koordinasi pemerintah daerah kota Makassar dalam penanggulangan masalah banjir di kota Makassar.
2. Secara praktis penelitian ini sebagai bahan informasi untuk peningkatan penanggulangan bencana banjir di Kota Makassar yang selama ini menjadi masalah bagi warga Kota Makassar.
6 A. Pengertian, Konsep dan Teori
1. Koordinasi
Koordinasi adalah Suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Orang yang menggerakkan/ mengkoordinasi unsur-unsur manajemen untuk mencapai tujuan disebut koordinator. Menurut E. F. L. Brech (dalam Wahyu; 2010) mengatakan bahwa Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri. Selain itu, G. R. Terry (dalam Imran:
2008) berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Menurut G. R. Terry (dalam Imran: 2008) bahwa di dalam berkoordinasi ada beberapa cara/ tahapan yang sebaiknya dilakukan yaitu:
1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat haru sdiambil untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan.
2. Mensosialisasikan tujuan kepada para anggota, agar tujuan tersebut berjalan secara bersama, tidak sendiri-sendiri.
3. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, dan lain- lainnya.
4. Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.
Menurut E. F. L. Brech (dalam Datin: 2013) koordinasi dibedakan atas : 1. Koordinasi vertikal, tindakan-tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Koordinasi horisontal, tindakan-tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang dijalankan terhadap kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat.
Koordinasi horisontal terbagi :
a. Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
b. Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.
Dalam upaya penanggulangan banjir Hendra (2011) berpendapat bahwa penanggulangan banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Mitigasi
Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat yang ditimbulkan oleh bahaya banjir dapat diringankan atau dijinakan efeknya melalui:
1) Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian banjir.
2) Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan.
b. Tanggap Darurat
Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:
1) Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan, dana dan bantuan darurat.
2) Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan bencana banjir.
3) Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir yang berada dalam kondisi kritis; dan
4) Mengevakuasi penduduk dan harta benda.
c. Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:
1) Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan.
2) Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air; dan 3) Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana
banjir.
d. Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi:
1) Pengawasan terhadap dampak dari banjir.
2) Pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.
e. Kelembagaan
Pengaturan pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai kewenangan masing- masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota (Satlak).
f. Organisasi
Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola sumber daya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir. Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:
1) Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana teknis pengendalian banjir.
2) Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir.
3) Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir.
4) Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat pengendalian dan penanggulangan banjir.
5) Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini banjir.
6) Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan petunjuk teknis pengendalian banjir; dan
7) Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir.
g. Sumber Daya Pendukung 1) Personil
a) Kelompok tenaga ahli. Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumber daya air, antara lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir.
b) Kelompok tenaga lapangan. Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan.
2) Sarana dan Prasarana
Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:
a) Peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan klimatologi, AWLR, ARR, extensometer).
b) Peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon, faksimili).
c) Alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer, excavator, truk).
d) Perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul, pompa air).
e) Perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet, dapur umum, obat obatan).
f) Bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu).
h. Dana
Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.
i. Koordinasi
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).
Objek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.
1) Sebelum Banjir
a) Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.
b) Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada masyarakat.
c) Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-tempat kritis.
d) Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.
e) Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.
f) Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia.
2) Saat Banjir
a) Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.
b) Memberikan bantuan kepada penduduk.
3) Sesudah Banjir
a) Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.
b) Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c) Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.
2. Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai (Budi: 2014). Banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.
Menurut Sastrodihardjo (2010: 56) mengatakan bahwa sejumlah faktor dapat menyebabkan banjir hujan deras terus menerus dalam beberapa hari, permukaan tanah tidak dapat menyerap air, karena jenuh atau karena diplester, debit air sungai yang tinggi karena hujan terus menerus, permukaan tanah yang lebih
rendah dari daerah sekitarnya, di mana tidak terdapat saluran-saluran pembuangan air yang berfungsi untuk memindahkan air ke lokasi lain menyeberangi daerah sekitarnya yang lebih tinggi, permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang sedang pasang. Lebih lanjut Agung (2013: 31) mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis banjir yaitu banjir biasa di mana permukaan air secara perlahan naik dan banjir bandang, yakni banjir yang datang secara cepat menyapu sebuah area. Banjir bandang lebih berbahaya, karena datangnya tiba-tiba dengan kecepatan yang dapat menghancurkan. Banjir bandang dapat disebabkan hujan sangat deras yang terjadi di hulu sungai, atau bendungan yang jebol. Tsunami adalah banjir bandang yang datangnya dari laut yang disebabkan oleh gempa.
3. Jenis-jenis Banjir
Bencana banjir memanglah sangat beraneka ragam. Menurut Ramli (2010 : 12) ada beberapa jenis banjir, yaitu:
a. Banjir air.
Banjir yang satu ini adalah yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehinga air akan meluap lalu mengenangi
daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus hingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
b. Banjir “Cileuncang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun, banjir Cileuncang ini disebabkan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran pembuangan air atau selokan disekitar lingkungan tempat tinggal. Jika banjir air bisa terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir Cileuncang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
c. Banjir bandang
Salah satu dari maam-macam banjir adalah banjir bandang. Banjir ini tak hanya dengan materi air, tapi banjir yang satu ini juga mengangkut material lain berupa lumpur maupun sampah. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air, karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir jenis ini untuk menyelamatkan diri.
d. Banjir Rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang sisebabkan oleh pasangannya atau naiknya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota yang berada dipinggir atau menjorok ke laut contoh kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungai yang seharusnya mengalir ke laut. Karena jumlah sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
e. Banjir Lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada dibawahnya.
Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan bisa leuber ke pemukiman warga.
f. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan mengenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan lumpur biasa, tapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya.
Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik sembur utama.
4. Faktor Penyebab Banjir
Bencana banjir yang selama ini sering terjadi, di sebabkan beberapa faktor.
Menurut Maryono (2011: 42) Faktor tersebut meliputi:
a. Luapan Air Sungai.
Sungai yang lebar dan kedalamannya tidak berubah, namun di sekitarnya terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan dapat menyebabkan ketidakmampuan sungai untuk menampung secara keseluruhan air buangan, air
hujan dan sampah yang masuk ke dalamnya. Jika sudah penuh, maka air akan menggenangi pinggiran sungai dan daerah rendah lainnya.
b. Pendangkalan Sungai, Kali, Selokan, Danau.
Jika orang-orang selalu membuang sampah di sungai atau terus-menerus terjadi erosi tanah di sekitarnya, maka akan terjadi pendangkalan. Sungai, danau dan selokan yang dangkal tidak akan mampu menampung air dalam jumlah besar sehingga air akan meluap menggenangi sekitarnya dan daerah-daerah yang rendah.
c. Kegagalan Tanah Menyerap Air
Jika jumlah luas keseluruhan lahan terbuka hijau dan tanah kosong berkurang drastis di suatu daerah akibat berbagai sebab, maka air hujan yang turun akan langsung meluncur dengan cepat ke selokan, sungai dan akhirnya ke laut. Jika air yang meluncur tersebut sangat banyak jumlahnya, maka otomatis tidak akan tertampung di saluran air yang ada. Walhasil air yang tidak dapat ditampung oleh saluaran pembuangan air akan tergenang bebas dan menyebabkan banjir.
d. Penggundulan Hutan
Hutan yang berisi berbagai macam pohon-pohon lebat nan rindang serta semak belukar yang rimbun dengan lantai hutan yang penuh dengan kompos alami sampah hutan dapat menyerap air hujan dalam jumlah besar. Jika hutan digunduli dan dipersempit, maka air hujan akan meluncur ke sungai dan kemudian berakhir di laut. Jika sungai tidak mampu menampung air dalam jumlah besar, maka akan terjadi banjir di sekitar sungai dan daerah rendah yang ada di sekitarnya.
e. Air Bah / Banjir Bandang
Air bah atau air banjir bandang yang datangnya cepat dan tiba-tiba bisa saja terjadi akibat terjadinya sesuatu hal seperti jebol tanggul, jebol bendungan, tanah longsor, hujan lebat di daerah sekitar hulu sungai, salju mencair masal secara tiba- tiba dan lain sebagainya. Banjir yang tiba-tiba ini bisa saja langsung menghajar dan menggenangi daerah pemukiman penduduk.
f. Hujan Deras Yang Lama
Jika hujan terjadi dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang panjang bisa mengakibatkan suatu daerah yang tidak biasa banjir menjadi banjir jika tidak sigap menghadapi kuantitas air yang tidak wajar di luar kebiasaan normalnya.
g. Air Laut Pasang
Permukaan air laut yang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan permukaan daratan yang terus-menerus ambles mengakibatkan pada saat air pasang, daerah-daerah pantai dan daerah yang rendah akan digenangi air laut yang asin.
h. Saluran Air Mampet
Jika got, selokan, comberan, parit dan atau sebangsanya mampet karena sampah, maka aliran air akan terhambat, dengan begitu air yang tidak bisa menembus barikade sampah tersebut akan meluap dan menggenangi di sekitar saluran air tersebut. Oleh sebab itu Rito (2014) mengatakan perlu kesadaran masyarakat yang tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan di mana pun berada. Terkadang orang menganggap kali sebagai tempat membuang sampah yang
sah, sehingga saat sampah menyangkut dan menghambat laju air, maka bisa mengakibatkan banjir.
i. Perubahan Sistem Drainase Pembuangan Air
Suatu daerah yang biasanya tidak banjir bisa saja menjadi daerah langganan banjir baru jika daerah di sekitarnya melakukan sesuatu yang mengubah sistem drainase yang sudah ada tanpa memperhatikan amdal (analisis mengenai dampak lingkungan). Contohnya seperti peninggian masal suatu wilayah rendah untuk komplek perumahan baru, menyempitkan saluran air yang ada untuk suatu pembangunan, hilangnya daerah rawa-rawa untuk dijadikan mall, dan lain sebagainya.
j. Tsunami Air Laut
Adanya gempa bumi, pergeseran lempengan bumi, tumbukan meteor besar, ledakan bom, angin besar, tanah longsor, es longsor, dan lain sebagainya bisa saja menyebabkan gelombang tinggi air laut yang menyapu suatu daratan baik skala kecil maupun besar. Banjir air laut akibat sunami bisa mencapai ketinggian ratusan meter sehingga dapat menewaskan banyak orang yang dilaluinya.
5. Banjir di Kota Makassar
Banjir Kota Makassar merupakan suatu permasalahan yang sangat komplek, dan cenderung menjadi sebuah fenomena alam. sehingga dibutuhkan sistem penanggulangan yang comprehensif dan terintegrasi yang dapat mengkolaborasi semua parameter-parameter penyebab banjir, guna dijadikan acuan dalam pemantauan dan menangani permasalahan banjir tersebut.. Selama ini penanganan
banjir yang dilakukan khususnya di Kota Makassar masih bersifat temporer, tidak menyeluruh dan cenderung instant. Bahkan dalam harian ini edisi Sabtu/ 14 Januari 2006, pemerintah terkesan pasrah dalam menerima bencana tahunan ini.
Morfologi Kota Makassar diklasifikasikan ke dalam bentang alam berelief datar sampai miring landai (0 – 21m dpl). Selain itu Kota Makassar juga sangat dipengaruhi oleh proses sungai yang bersumber dari Sungai utama yang melewati kota ini, yaitu S. Tello, S. Pampang dan S. Jeneberang. Kondisi morfologi ini berperan penting dan sekaligus menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir di kota Makassar. Dari hasil fungsi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam melakukan analisis bencana banjir Kota Makassar, maka daerah kota Makassar terdapat dua jenis banjir, yaitu ; (a) daerah banjir yang dipengaruhi sistem aliran Sungai Tallo meliputi kelurahan Buloa, Tallo, Lakkang, biringkanaya, Bontoloe, Lakkang Lompo, Lakkang, Ujung Pandang, Bontosugi, Kantisan, Bung, Tambasan, Pamaluang, Nipa-Nipa dan Laputusu 1 dengan luas sekitar + 31,45 km2, (b) daerah banjir sesaat yang dipengaruhi oleh sistem aliran permukaan rekayasa, hampir semua daerah yang ada di kota Makassar setempat-setempat membentuk genangan banjir sesaat ini.
6. Upaya Mencegah Banjir
Banjir disebabkan oleh banyak hal, menurut Afandi (2011) mengatakan bahwa banjir dapat dicegah dengan berbagai cara, seperti :
a. Memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir.
b. Memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai, mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab melanda permukiman warga.
c. Hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun rumah- rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.
d. Membuat kanal air. Kanal air adalah sungai buatan untuk mengalirkan air.
sehingga air sampai ke laut.
e. Membuat bendungan. Bendungan dapat menampung air dengan ukuran yang sangat besar. Selain itu, bendungan dapat difungsikan untuk pengairan, tempat pemancingan, atau untuk pembangkit tenaga listrik.
f. Membuat tanggul. Tanggul adalah bangunan yang berbentuk tembok yang memagari pinggiran sungai. Bangunan ini dibuat untuk mencegah air meluap ke daerah – daerah yang berada di sekitar sungai .
g. Menjaga Kelestarian Alam. Salah satupenyebab banjir adalah kelestarian alam yang sudah rusak. Pohon – pohon ditebangi dimana – mana. Adanya kebakaran hutan atau sengaja dibakar untuk kepentingan manusia juga bukit – bukit yang dibuat vila – vila mewah oleh manusia. Semuanya itu merusak kestabilan lingkungan. Terutama berkurangnya jumlah pohon yang ada di Indonesia.
Padahal, pohon adalah sahabat air. Dengan menggundulinya, maka yang terjadi adalah tidak adanya penerapan air yang efektif. Hal ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir di mana – mana. Cukup ironis memang di negara
yang menjadi paru – paru dunia ini terjadi banjir di mana – mana. Oleh karena itu, kita bisa mencegah banjir dengan menambah pohon – pohon di sekitar kita.
Tanam sebanyak mungkin pohon agar daya serap air oleh pohon bisa mencegah banjir.
h. Menjaga Kebersiahan. Lingkungan yang kotor dengan menumpuknya samapah di mana – mana menyebabkan aliran air atau bahkan sungai tidak dapat mengalir dengan derasnya. Hal ini menyebabkan pendangkalan air sungai. Dengan dangkalnya sungai tersebut, sungai yang ada tidak dapat menampung air dengan banyak. Air yang ada tidak bisa mengalir dengan lancar sampai ke laut sehingga terjadilah banjir. Cara efektif untuk mencegahnya adalah dengan tidak membuang samapah sembarangan. Daur ulang sampah yang bisa didaur ulang dan memanfaatkan sampah – sampah organik menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti dibuat pupuk atau bahan bakar organik.
i. Buat Lubang Biopori. Lubang biopori ini dapat mencegah banjir karena di lubang ini kita bisa menaruh sampah – sampah organik yang akan membusuk dan berubah menjadi kompos yang berguna bagi tanah dan dapat dimanfaatkan untuk menampung air. Cara membuatnya cukup mudh, Anda cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, Anda semakin aman dari bahaya banjir.
7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan Instansi yang berapa dalam lingkup pemerintah khususnya Kota Makassar yang memiliki peran penting dalam melakukan koordinasi dalam upaya penanggulangan banjir.
8. Koordinasi Pra Bencana Banjir
Koordinasi pasca bencana banjir merupakan koordinasi yang dilakukan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan BNPB dan donatur untuk korban bencana banjir.
9. Koordinasi Saat Bencana Banjir
Koordinasi saat bencana banjir merupakan koordinasi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan Basarnas, Sar Brimob, Dinas Sosial, dan lembaga Sar Kampus. Koordinsai tersebut bertujuan agar dalam penanggulangan saat banjir berjalan dengan lancar.
10. Koordinasi Pasca Bencana Banjir
Koordinasi Pasca Bencana Banjir merupakan koordinasi yang dilakukan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan BNPB dan donatur untuk korban bencana banjir. Dalam hal ini koordinasi yang dilaksanakan berbentuk penyaluran bantuan dari BNPB dan donatur seperti perusahaan yang ada di Kota Makassar, Sekolah-sekolah, dan Kampus.
Koordinasi Pasca Bencana Banjir terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang merupakan Instansi yang berada dalam lingkup
pemerintah kota Makassar yang memiliki peran penting dalam melakukan koordinasi dalam upaya penanggulangan banjir.
B. Kerangka Pikir
Salah satu penyebab banjir adalah pendangkalan got atau drainase yang diakibatkan sedimentasi. Sesungguhnya persoalan yang terjadi di kota Makassar menjadi persolan kita bersama, secara personal itu tanggung jawab masing-masing.
Kita sebagai warga Makassar tidak boleh apatis, namun dalam hal ini ada yang memiliki wewenang tertinggi dalam menyikapi potensi banjir di Makassar yakni Pemerintah Kota. Pengendalian banjir tentunya menjadi tanggung jawab kita semua.
Pemerintah dan masyarakat, masing-masing memiliki peran penting dalam upaya mencegah banjir. Kita akan mengkomunikasikan dengan dinas terkait, agar melakukan langkah konkret sehingga banjir dapat dicegah. Atau setidaknya diminimalisir. Kita mesti fokus melihat bagaimana koordinasi pemerintah melakukan upaya-upaya normalisasi drainase untuk pencegahan masalah banjir di kota Makassar.
Dalam hal menanggulangi bencana banjir yang selama ini melanda kota Makassar. Tentunya harus terjadi koordinasi yang baik kepada aparat-aparat atau instansi-instansi yang terkait dalam pemerintahan kota Makassar. Untuk lebih memperjelas alur dari penelitian tentang koordinasi pemerintah daerah kota Makassar dalam penanggulangan masalah banjir, dapat dilihat pada skema kerangka dibawah ini:
Bagan Kerangka Pikir
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan Instansi yang berapa dalam lingkup pemerintah khususnya Kota Makassar yang memiliki peran penting dalam melakukan koordinasi dalam upaya penanggulangan banjir dalam koordinasi yang dilakukan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan BNPB dan donatur untuk korban bencana banjir.
Koordinasi saat bencana banjir yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan Basarnas, Sar Brimob, Dinas
Banjir Di Makassar Ditanggulangi
Koordinasi Pemerintah Daerah Kota Makassar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
Koordinasi Pra Bencana Banjir
- Bagian keuangan Pemerintah daerah kota Makassar.
- Unit pengendalian banjir.
Koordinasi Saat Bencana Banjir
- Basarnas (Badan Sar Nasional).
- Sar Brimob Polda Sul-sel - Dinas Sosial kota
Makassar.
- Lembaga Sar Kampus
Koordinasi Pasca Bencana Banjir
- BNPB
- Donator korban bencana banjir.
Sosial, dan lembaga Sar Kampus. Koordinsai tersebut bertujuan agar dalam penanggulangan saat banjir berjalan dengan lancar, dan Koordinasi Pasca Bencana
Banjir yang dilakukan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan BNPB dan donatur untuk korban bencana banjir.
Dalam hal ini koordinasi yang dilaksanakan berbentuk penyaluran bantuan dari BNPB dan donatur seperti perusahaan yang ada di Kota Makassar, Sekolah-sekolah, dan Kampus.
C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini yaitu:
1. Bencana banjir kota di Makassar
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai
2. Koordinasi pemerintah kota Makassar, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan Basarnas, Sar Brimob, Dinas Sosial, dan lembaga Sar Kampus. Koordinsai tersebut bertujuan agar dalam penanggulangan saat banjir berjalan dengan lancar, dan Koordinasi Pasca Bencana
3. Koordinasi pra bencana banjir yaitu:
a. Bagian keuangan pemerintah kota Makassar.
Koordinasi yang dilakukan di bagian keuangan adalah dilaksanakan berbentuk penyaluran bantuan, dan donatur.
b. Unit pengendalian banjir
Pengendalian banjir mengacu pada semua metode yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah efek merugukan dari air banjir.
4. Koordinasi saat banjir, yaitu:
a. Basrnas (Badan Sar Nasional).
Basarnas merupakan lembaga pemerintah nonkementrian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan khususnya pada saat banjir.
b. Sar Brimob Polda Sul-sel.
Sar Brimob merupakan Pengerahan personil yang didukung oleh fasilitas yang memadai untuk melakukan pencarian dalam rangka menyelamatkan jiwa manusia, harta benda yang sedang mengalami musibah.
c. Dinas Sosial kota Makassar
Dinas sosial merupakan suatu badan pengorganisasian yang mengkoordinasi suatu masalah.
d. Lembaga Sar Kampus
Lembaga sar kampus merupakan suatu lembaga kampus yang bertugas melaksanakan tugas di bidang pencarian dan pertolongan khususnya pada saat banjir.
5. Koordinasi pasca Banjir
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan Instansi yang berapa dalam lingkup pemerintah khususnya Kota Makassar yang memiliki peran penting dalam melakukan koordinasi dalam upaya penanggulangan banjir
dalam koordinasi yang dilakukan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan BNPB dan donatur untuk korban bencana banjir.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun gambaran fokus penelitian ini yaitu:
1. Bencana banjir di kota Makassar adalah bencana yang setiap tahunnya melanda kota Makassar. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi morfologi kota Makassar.
2. Koordinasi pemerintah kota Makassar, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar. BPBD kota Makassar adalah instansi yang berada dalam lingkup pemerintah kota Makassar yang memiliki peran penting dalam melakukan koordinasi dalam upaya penanggulangan banjir.
3. Koordinasi pra bencana banjir adalah bentuk koordinasi yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar kepada keuangan pemerintah kota Makassar. Koordinasi ini dimaksudkan sebagai keperluan alokasi dana cadangan yang bersumber dari APBN dan APBD. Dana yang dicadangkan disediakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar juga melakukan koordinasi kepada unit pengendalian banjir dengan tujuan sebagai pengumpula data, dan penyusunan teknis pengendalian banjir.
4. Koordinasi Saat Banjir adalah kordinasi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar dengan Basarnas, Sar Brimob, dinas sosial, dan lembaga sar kampus. Koordinasi tersebut bertujuan agar dalam penanggulangan saat banjir berjalan dengan lancar dengan
terpenuhinya petugas lapangan. Selain itu koordinasi yang dilakukan kepada dinas sosial bertujuan dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan dan dapur umum bagi pengungsi korban bencana banjir.
5. Koordinasi pasca bencana banjir adalah koordinasi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar dengan BNPB dan donator untuk korban bencana banjir. Dalam hal ini koordinasi yang dilaksanakan berbentuk penyaluran bantuan dari BNPB dan donatur seperti perusahaan yang ada di Makassar, sekolah-sekolah, dan kampus.
29 A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015. Lokasi penelitian ini di laksanakan di kota Makassar, khususnya di Pemerintahan kota Makassar pada instansi Badan Penanggulangan Bencana Daerah kota Makassar. Pelaksanaan penelitian ini dipilih karena sesuai dengan fokus penelitian koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar pada masalah banjir di kota Makassar
B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap studi kasus fenomena sosial tertentu.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yang merujuk pada penelitian studi kasus tentang Koordinasi Pemerintah Daerah Kota Makassar Dalam Penanggulngan Bencana Banjir di Kota Makassar.
C. Sumber Data
1. Data Primer, yaitu data empiris yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, referensi- referensi, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang diperoleh dari lokasi penelitian.
D. Informan Penelitian
Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling di mana informan dipilih secara langsung karena mereka melaksanakan kordinasi dalam instansi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar dalam penanggulangan bencana banjir di kota Makassar. Adapun informan yaitu:
Tabel 3.1.Nama Informan atau Responden
No Nama Informan Inisial Jabatan Jumlah
1. Syahruddin, AR., M.Si SYR
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBB)
1 Orang
2. Drs. Muh. Amran Kudus MAK Kepala Bidang
Pencegahan dan
Kesiapsiagaan 1 Orang 3. Nurhidayat Sukardin, S.ST., M.T NS Kepala Seksi
Kesiapsiagaan 1 Orang
4. Masyarakat MSY Warga 1 Orang
Total Informan 4 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi (pengamatan)
Pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data atau mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan dengan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi dari hasil pelaksanaan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif model miles dan huberman. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari:
1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi
G. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep keasahihan data (Validitas) dan keandalan (Realibitas).
Menurut Moleong dalam bukunya Sugiyono (2010 :324) mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan.
A. Karakteristik Obyek Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Awal mula berdirinya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diawalai dengan berdirinya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai induk dari BPBD. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana. Dalam hal menanggulangi bencana banjir yang selama ini melanda kota Makassar. Tentunya harus terjadi koordinasi yang baik kepada aparat- aparat atau instansi-instansi yang terkait dalam pemerintahan kota Makassar. Untuk lebih memperjelas alur dari penelitian tentang koordinasi pemerintah daerah kota Makassar dalam penanggulangan masalah banjir
Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam mengahadapi bencana.
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di Dunia. Wilayah yang juga terletak diantara benua Asia dan Australi dan Lautan Hindia dan Pasifik ini memiliki 17.508 pulau. Meskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau yang luar biasa, bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa wilayah nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia.
33
Pemerintah indonesia berperang penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana ditanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu kewaktu. Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan dideklarasikan pada tahun 1945 dan perkembangan lembaga penyelenggara penanggulangan bencana dapat terbagi berdasarkan periode waktu sebagai berikut:
1. Tahun 1945 sampai 1966
` Pemerintah indonesia membentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), Badan yang didirikan pada 20 Agustus 1945 ini berfokus pada situasi perang pasca kemerdekaan Indonesia.
2. Tahun 1966 sampai 1967
Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam Pusat (BP2BAP) melalui Keputusan Presiden Nomor 256 Tahun 1966.
3. Tahun 1967 sampai 1979
Frekuensi kejadian bencana alam terus meningkat. Penanganan bencana secara serius dan terkoordinasi sangat dibutuhkan.
4. Tahun 1979 sampai 1990
Pada periode ini Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA) ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Alam (Bakornas PBA) yang diketuai oleh Menkokesra dan dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana mencakup pada tahap pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi.
5.Tahun 1990 sampai 2000
Bencana tidak hanya disebabkan karena alam tetapi juga non alam serta sosial. Bencana non alam seperti kecelakaan transfortasi, kegagalan teknologi,
ini.
6. Tahun 2001 sampai 2005
Indonesia mengalami krisis multidimensi sebelum periode ini.
Bencana sosial yang terjadi di beberapa tempat kemudian memunculkan permasalahan baru. Permasalahan tersebut membutuhkan penanganan khusus karena terkait dengan pengungsian.
Oleh karena itu Bakornas PB kemudian dikembangkan menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP). Kebijakan tersebut tertuang dalam keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui dengan keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2001.
7. Tahun 2005 sampai 2008
Tragedi gempa Bumi dan Tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004 telah mendorong perhatian serius Pemerintah Indonesia dan dunia Internasional dalam manajemen Penanggulangan bencana.
Menindaklanjuti situasi saat ini, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Badan ini memiliki fungsi koordiinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai unsur pelaksana penanggulangan bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan paradigma pengurangan resiko bencana menjadi perhatian utama.
8. Tahun 2008
Dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting.
Setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdiri atas Kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki fungsi pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dirancang untuk penaggulangan bencana secara menyeluruh yang merupakan perubahan dari pendekatan konvensional yaitu tanggap darurat menuju perspektif baru.
Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) didasarkan pada regulasi daerah. Pemerintah pusat menyarankan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang harus berkoordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri (Depdagri) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Hingga saat ini, sebagai besar provinsi rawan bencana di Indonesia secara Hukum telah diwajibkan mendirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Pemerintah Kabupaten dan Kota dapat memutuskan perlunya pendirian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di daerahnya.
Berdirinya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengindikasikan komitmen untuk memperbaiki penanggulangan bencana.
Kendati demikian, Kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana masih
merupakan hal baru bagi Pemerintah Daerah (Pemda). Kurangnya petunjuk yang jelas dari Pemerintah pusat dan daerah mengenai pembentukan lembaga yang baik.
Kesulitan utama terletak pada keterbatasan pengembangan sumber daya manusia, misalnya:
1. Kebutuhan personel yang terampil 2. Perencanaan
3. Alokasi anggaran
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dibentuk berdasarkan Presiden Nomor 8 Tahun 2008. Sebelumnya badan ini bernama Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar merupakan unsur pendukung Pemerintah Kota Makassar yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Makassar.
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).
Objek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar selain melakukan yang sifatnya koordinasi dan pelaksana juga berperan sebagai komando atas lembaga yang telah berkoordinasi dalam penaggulangan benmcana banjir. Adapun hubungan
koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar yaitu (1) Badan Sar Nasional (Basarnas), (2) Sar Brimob Polda Sul-Sel, (3) Dinas sosial kota Makassar, dan (4) Lembaga Sar Kampus yang ada di kota Makassar.
Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana. Artinya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar melaksanakan kordinasi dalam hal membantu menyalurkan bantuan kepada korban bencana banjir. Biasanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Makassar menyalurkan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencan (BNPB) dan perusahaan-perusahaan yang ada di kota Makassar, seperti PT. Bosowa, Garuda, Kalla Grup, dan lain-lain.
Selain itu terkadang ada bantuan dari sekolah-sekolah, kampus, dan lembaga lainnya.
2. Manfaat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar
Manfaat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas penyelenggara kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar.
2. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat dan merata.
3. Sebagai pengendalian
4. Sebagai sumber informasi bencana
3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Peraturan tentang kedudukan, tugas dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar diatur dengan pedoman organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
38
4. Susunan Keanggotaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Susunan keanggotaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yaitu;
1. Kepala
2. Unsur pengarah 3. Unsur pelaksana 4. Seksi pencegahan 5. Seksi kesiapsiagaan 6. Seksi kedaruratan 7. Seksi logistik 8. Seksi rehabilitasi 9. Seksi rekonstruksi
10. Kelompok jabatan fungsional
Guna menindak lanjuti peraturan walikota Makassar tentang pembentukan dan susunan keanggotaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar.
5. Organisasi
5.1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terdiri dari:
a. Kepala
b. Unsur Pengaruh Penanggulangan Bencana c. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana 5.2. Kepala
a. Kepala BPBD dijabat secara rangkap oleh Sekretaris Daerah
b. Kepala BPBD membawahi unsur pengarah penanggulangan bencana dan unsur pelaksana penanggulangan bencana
c. Kepala BPBD bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah.
5.3. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana
a. Unsur pengarah penanggulangan bencana yang selanjutnya disebut unsur pengarah berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepalah BPBD
Tugas dan Fungsi Pengarah:
1. Unsur pengarah mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada kepala BPBD.
2. Melaksanakan tugas sebagaimana pada butir 1, Unsur fungsi yaitu Perumusan kebijakan penanggulangan bencana daerah, dan mengadakan pemantauan.
b. Evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan daerah.
Unsur pengarah terdiri dari Ketua dan Anggota.
1. Keanggotaan
a. Ketua unsur pengarah dijabat oleh Kepala BPBD.
b. Anggota unsur pengarah berasal dari:
1. Lembaga pemerintah daerah yakni badan/dinas terkait dengan penanggulangan bencana.
2. Masyarakat profesional yakni dari pakar.
c. Jumlah anggota unsur pengarah:
1. BPBD Provinsi
2. BPBD Kabupaten/Kota
d. Mekanisme penetapan anggota unsur pengarah
Penetapan anggota unsur pengarah BPBD dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Anggota unsur pengarah dari instansi/lembaga pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan mekanisme dan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional ditetapkan berdasarkan prosedur pemilihan dan seleksi yang ditetapkan dalam pedoman ini.
2.4. Sekretariat unsur pelaksana
a. Kepala sekretariat mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumberdaya serta kerjasama
b. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi program sumberdaya c. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi,
hukum dan perundang-undangan.
d. Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol e. Fasilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah
penanggulangan bencana f. Pengumpulan data g. Pengumpulan informasi
h. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana.
2.5. Bidang/Seksi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh Kepala Seksi bidang, berada di bawah dan bertanggungjawab Kepala Pelaksana:
a. Membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat
b. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait dibidang pencegahan.
c. Evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan.
2.6. Bidang/Seksi Kedaruratan dan Logistik dipimpin oleh Kepala Bidang/Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Pelaksana:
a. Membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasi dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik.
b. Perumusan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
c. Pengkoordinasian
d. Komando pelaksana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
e. Pelaksana hubungan kerja
f. Penanganan pengungsi dan dukungan logistik
g. Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan dibidang penanggaulangan bencana pada saat tanggap darurat.
2.7.Bidang/Seksi Rehabilitas dan Rekonstruksi dipimpin oleh kepala Bidang/Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepala pelaksana:
a. Perumusan kebijakan dibidang penanggulangan bencana dan pascabencana.
b. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan bencana dan pascabencana
c. Pelaksanaan hubungan kerja dibidang penanggulangan bencana dan pascabencana
d. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan bencana dan pascabencana
6. Tata Kerja
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar yaitu:
a. Kepala BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggungjawab mengendalikan dan mengarahkan pelaksanaan tugas unsur pengarah pelaksana BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota khusunya Kota Makassar.
b. Unsur pengarah melaksanakan sidang anggota secara berkala sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kepala BPBD Kota Makassar.
c. Dapat mengundang lembaga pemerintah bail pusat maupun daerah, lembaga usaha, lembaga internasional dan pihak lain yang dipandang perlu dalam sidang anggota.
d. Mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi dilingkungan masing-masing BPBD Kota Makassar
e. Menerapkan prinsip Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi dilingkungan masing-masing BPBD Kota Makassar
7. Visi dan Misi BPBD Kota Makassar a. Visi
Menjadikan BPBD yang profesional untuk mewujudkan masyarakat Sleman yang tangguh mengahadapai bencana.
b. Misi
1. Meningkatkan kapasitas BPBD dalam penanggulangan bencana
2. Melindungi masyarakat dari bencana melalui pengurangan risiko bencana 3. Menyelenggarakan kerjasama antar pihak dalam penanggulangan bencana.
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Koordinasi Pra Bencana
Berdasarkan kajian pustaka bahwa banjir Kota Makassar merupakan suatu permasalahan yang sangat komplek, dan cenderung menjadi sebuah fenomena alam, sehingga dibutuhkan sistem penanggulangan yang comprehensif dan terintegrasi yang dapat mengkolaborasi semua parameter-parameter penyebab banjir, guna dijadikan acuan dalam pemantauan dan menangani permasalahan banjir.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa:
“Koordinasi pra bencana banjir dapat melalui pengelolaan keuangan yang baik dan transparan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan akuntansi secara baik. Kemampuan pelaku bisnis dalam memberikan informasi keuangan yang akirat akan sangat berdampak terhadap stakeholder bisnis itu sendiri dalam koordinasi pra bencana banjir, dan unit pengendalian banjir, Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi”.(Hasil wawancara SYR pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Koordinasi pra bencana banjir dapat di ketahui bahwa memerlukan pengetahuan dan keterampilan dasar yang transparan terhadap masyarakat”.(Hasil wawancara MAK pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Koordinasi pra bencana banjir dapat dilakukan di bagian keuangan yaitu dilaksanakan berbentuk penyaluran bantuan, dan donatur”.(Hasil wawancara NS pada tanggal 22 Januari tahun 2015)
“Koordinasi pra bencana banjir sangat penting di bagian keuangan”.(Hasil wawancara MSY pada tanggal 22 Januari tahun 2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa Koordinasi pra bencana banjir dapat melalui pengelolaan keuangan yang baik sehingga
memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang baik
1. Strategi Pengendalian Banjir
Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat dicapai hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa pengelolaan keuangan adalah sumber daya yang diterima yang akan dipergunakan untuk korban banjir dan pengelolaan keuangan dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan terhadap fungsi-fungsi keuangan, dan strategi pengendalian banjir berdasarkan hasil analisis pada dokumen tersebut diperoleh bahwa terdapat lima strategi pengendalian banjir yang akan dilakukan, yaitu pengendalian tata ruang, pengaturan debit air banjir, pengaturan daerah rawan banjir, dan peningkatan peran masyarakat.
2. Koordinasi Saat Bencana Banjir
Koordinasi Saat Bencana banjir merupakan koordinasi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar dengan basarnas, Sar Brimob, dinas sosial, dan Lembaga sar Kampus khususnya dari Universitas Negeri Makassar (UNM). Koordinasi tersebut bertujuan agar dalam penanggulangan
saat banjir berjalan dengan lancar dengan terpenuhinya petugas lapangan. Selain itu koordinasi yang dilakukan kepala dinas sosial bertujuan dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan dan dapur umum bagi pengungsi korban bencana banjir.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa:
“Koordinassi saat bencana banjir memerlukan bantuan dari Basarnas (Badan Sar Nasional) yang merupakan Lembaga Pemerintah Nonkementrian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan. Basarnas mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan, serta memberikan bantuan dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional. Secara jelas tugas dan fungsi SAR adalah penanganan musibah pelayaran dan/atau penerbangan, dan/atau bencana dan/atau musibah lainnya dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah, Sar Brimob Polda Sul-sel, Dinas Sosial Kota Makassar, dan Lembaga Sar Kampus”. (Hasil wawancara SYR pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Koordinassi saat bencana banjir memang harus memerlukan beberapa bantuan dari luar yang merupakan bagian dari tugas atau instansi ”. (Hasil wawancara MAK pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Koordinassi saat bencana banjir yang bertugas dibagian tertentu harus mempunyai potensi dalam kegiatan ini dan melakukan koordinasi”. (Hasil wawancara NS pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Koordinassi saat bencana banjir petugas harus berkoordinasi dengan instansi- instansi yang terkait dengan masalah”. (Hasil wawancara MSY pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Basarnas merupakan lembaga pemerintah nonkementrian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan khususnya pada saat banjir”. (Hasil wawancara SYR pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Basarnas merupakan lembaga yang bertugas di bidang pertolongan khususnya pada saat banjir”. (Hasil wawancara MAK pada tanggal 22 Januari tahun 2015).
“Basarnas merupakan satuan kerja dibidang pemerintahan pertolongan khususnya pada saat banjir”. (Hasil wawancara NS pada tanggal 22 Januari tahun 2015).