• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Cholid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Cholid"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Peneliltian terdahulu

Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Cholid Mutawalyy Haydar (2019) dengan judul “Analisis Potensi Daerah Dalam Pengembangan Komoditi Unggulan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014-2018”.

Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan teori pembangunan ekonomi, teori basis ekonomi, teori pertumbuhan ekonomi, sektor ekonomi potensial dan data PDRB. Metode analisis yang digunakan peneliti ialah Static Location Quotient (SLQ), Dinammic Location Quotient (DLQ), gabungan SLQ dan DLQ, Shift Share Klasik, dan Tipologi Klassen. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis Shift Share Klasik diketahui sektor pertambangan dan penggalian pada Kabupaten Bojonegoro mempunyai nilai tertinggi diantara sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 32.678.357. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sektor perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, real estate dan sektor jasa perusahaan termasuk kedalam kategori cepat maju dan cepat tumbuh di Kabupaten Bojonegoro.

Penelitian selanjutnya oleh Sahiratul Himmah yang dilakukan pada tahun 2018 dengan judul “Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2011-2015”. Dalam penelitiannya Sahiratul Himmah menggunakan analisis pertumbuhan PDB, analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share dan Tipologi Klassen. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sektor transportasi dan komunikasi merupakan sektor dengan pertumbuhan

(2)

7

tertinggi di Kabupaten Probolinggo. Sedangkan sektor Pertanian, listrik, air dan jasa merupakan sektor potensial di Kabupaten Probolinggo. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laju pertumbuhan sektor pertanian, sektor penggalian, ketenagalistrikan dan sektor air bersih lebih cepat dari PDRB Jawa Timur.

Penelitian ketiga, yaitu penelitian Siska yang berjudul “Analisis Sektor Ekonomi Basis Dan Non-Basis Perekonomian Di Kabupaten Bone”. Teori yang digunakan peneliti dalam penelitiannya adalah teori pertumbuhan ekonomi, teori pembangunan ekonomi, teori basis ekonomi, dan konsep PDRB. Metode analisa yang digunakan adalah Location Quotient (LQ). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sector yang menjadi sector basis di Kabupaten Bone adalah sector pertanian, kehutanan, dan perikanan; pengadaan listrik dan gas; administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial dengan nilai rata-rata LQ > 1.

Sedangkan sector pertambangan dan penggalian; industri dan pengolahan;

pengadaan air bersih; pengolahan sampah limbah dan daur ulang; konstruksi;

perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pegudangan; penyediaan akomodasi makan dan minum; informasi dan komunikasi;

jasa keuangan dan asuransi; real-estate; jasa perusahaan; jasa pendidikan; jasa Kesehatan dan kegiatan sosial; serta jasa lainnya merupakan sector ekonomi non- basis di Kabupaten Bone dengan nilai rata-rata LQ < 1.

Penelitian keempat yang berjudul “Analisis Sektor Basis Dan Non-Basis Serta Daya Saing Ekonomi Dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Kota Meda” oleh Ayuna Hutapea. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis sector-sektor ekonomi basis dan non-basis dan bagaimana daya saing ekonomi

(3)

8

dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Metode analisa yang digunakan ialah Location Quotient (LQ), metode Shift-share dan Klassen Tipology.

Hasil penelitian tersebut menggunakan metode Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat 12 sektor basis dan 5 sektor non-basis perekonomian yang ada di Kota Medan. Hasil analisis Shift-share didapatkan bahwa seluruh sector ekonomi di Kota Medan memiliki nilai Differential Shift yang positif dan menunjukkan sector-sekto tersebut memiliki daya saing yang kuat disbanding dengan sector yang sama pada perekonomian Sumatera Utara. Terakhir, yaitu hasil analisis dari Tipologi Klassen yang menunjukkan bahwa terdapat 9 sektor maju dan tumbuh pesat di Kota Medan.

Penelitian terakhir yang berjudul “Analisis Penentuan Sektor Ekonomi Yang

Potensial Di Kabupaten Belitung Tahun 2014 -2018” oleh Maimunatus Zahroh.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengindentifikasikan sektor unggulan dan non- unggulan sehingga sektor tersebut berpotensi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Belitung. Penulis menggunakan metode analisa Location Quotient, Dynamic Location Quotient, dan analisis Tipologi Klassen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sektor ekonomi Unggulan di Kabupaten Belitung adalah sektor ekonomi pengadaan listrik dan gas sedangkan sektor ekonomi potensial terdapat di sektor Pendidikan.

Perbedaan penilitian penulis dengan penelitian-penilitian terdahulu terutama terletak pada lokasi penelitian serta tahun penelitian. Penelitian penulis berlokasi di Kabupaten Blitar dengan tahun penelitian 2015-2020. Sedangkan persamaan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian terdahulu secara garis

(4)

9

besar adalah sama-sama menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ), Dinamic Location Quotien (DLQ) dan Tipologi Klassen untuk menganalisis permasalahan yang diteliti.

B. Landasan Teori

1 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah proses meningkatnya hasil output perkapita dalam jangka panjang. Sederhananya, suatu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila pendapatan masyarakat pada tahun terentu lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses perubahan ekonomi yang terjadi pada kurun waktu tertentu untuk menuju keadaan yang lebih baik. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga identik dengan kenaikan kapasitas produksi yang direalisasikan dengan adanya kenaikan pendapatan nasional.

Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu cara untuk mengukur pentingnya kajian pembangunan ekonomi pada suatu wilayah atau daerah tertentu. Akan tetapi pertumbuhan tidak harus tentang pembangunan. Dijelaskan dalam kajian pertumbuhan ekonomi oleh Kamarudin (2010), dalam proses pembangunan, terdapat beberapa syarat yang diperlukan untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi tersebut mencakup catatan pada peningkatan produktifitas barang dan jasa secara nasional. Proses analisis pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui proses pertumbuhan perkapita jangka panjang (output). Proses pertumbuhan menghasilkan kekuatan berkelanjutan untuk

(5)

10

periodde selanjutnya. Akan tetapi, perhitungan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilakukan setiap saat, atau bisa dikatakan butuh proses yang valid pada pengumpulan datanya.

Ada 3 komponen dalam mengkaji pertumbuhan ekonomi, yakni:

1. Output pada kenaikan menifestasi pada pertumbutuhan ekonomi.

2. Pengembangan IPTEK yang berkesinambungan dengan pemerintah, dimana peran pemerintah langsung pada proses investasi bidang pendidikan.

3. Implementasi proses pertumbuhan yang mendukung dalam kemajuan teknologi dengan melihat penyesuaian pada kelembagaan, sikap dan ideologi.

Oleh sebab itu, dapat dsimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berproses secara bersamaan dengan cara melihat sektor sosial dan ekonomi. Suatu perekonomian bisa tumbuh apabila pertumbuhan memiliki kegiatan perekonomian yang tinggi daripada dengan capaian pertumbuhan sebelumnya (Kuncoro, 2004).

Pengembangan perekonomian dijelaskan dengan 3 definisi, pertama, melihat perkembangan ekonomi dengan cara mengukur kenaikan pendapatan nasional yang nyata dengan jangka panjang. Kedua, peningkatan perkapita dengan jangka panjang lebih baik dari hasil sebelumnya. Ketiga, adanya tujuan kesejahteraan perekonomian pada masyarakat (Jhingan, 2012).

2 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses berkelanjutan yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan perkapita dan bertujuan untuk

(6)

11

mendorong peningkatan kesejahteraan pada masyarakat. Kacamata analisis pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah menjadikannya tolak ukur dalam pertumbuhan ekonomi yang diimplikasikan dalam perubahan pada produk domestik bruto (PDRB) di masing-masing daerah. Dengan adanya perubahan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah, maka semakin efisiensi pula kegiatan ekonomi yang telah dilakukan ketika melakukan pelajuan pertumbuhan PDRB.

Pembangunan ekonomi mengoptimalkan proses sumber daya yang ada untuk menciptakan kenaikan.pendapatan yang diakumulasikan ke dalam sektor ekonomi. Tercapainya kenaikan pendapatan suatu pertumbuhan.bergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam mengolah sumber daya alamnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi, yaitu:

a. Faktor Perekonomian

Faktor perekonomian berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian, contohnya sumber daya manusia. Keberhasilan dilihat melalui kuantitas dan kualitas produk yang dilakukan. Sedangkan untuk sumber daya alam, keberhasilannya dilihat dengan cangkupan alam seperti suburnya tanah, cuaca atau iklim, hasil alam (hewani maupun tambang) yang masih relevan untuk keebutuhan dan penyediaan bahan baku produksi yang mempengaruhi pertumbuhan industry pada suatu daerah.

b. Faktor Non-ekonomi.

Faktor non-ekonomi merujuk pada sektor lingkungan sekitar. Contohnya sosial-budaya dalam suatu daerah tertentu, perpolitikan, kelembagaan, dan

(7)

12

sistem/cara pengembangan di masayarakat yang tidak berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi.

3 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi menjelaskan jika suatu wilayah dapat mendorong pertumbuhan sector-sektor ekonomi yang memiliki keuntungan kompetitif di daerahnya sebagai basis dari kegiatan ekspor, maka pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut akan meningkat dengan cepat (Sjafrizal, 2019:90). Teori basis ekonomi ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sector basis dan non basis. Sektor basis ekonomi merupakan sektor utama yang menjadi pusat dari perekonomian suatu daerah, karena memiliki keunggulan kompetitif yang terbilang cukup tinggi.

Sedangkan sektor ekonomi non-basis ialah sektor-sktor yang dianggap kurang potensial tetapi tetap berfungsi sebagai penunjang dari sektor ekonomi basis. Teori ini juga sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang menjadi kebutuhan masyarakat untuk menjaga kestabilan perekonomian.

Dalam teori basis ekonomi, seluruh wilayah merupakan sebuah sistem ekonomi yang terpadu. Teori basis ini juga merupakan teori yang mendasari pemikiran teknik Location Quotient (LQ), yaitu sebuah teknik yang membantu dalam menemukan kapasistas ekspor perekonomian daerah. Berdasarkan teori basis ekspor, tumbuh dan kembangnya sebuah daerah adalah akibat dari spesialisasi dalam kegiatan ekspor sehingga dapat meningkatkan kemampuan suatu daerah untuk melakukan pembangunan dan bisa membayar biaya impor barang-barang yang dibelinya dari wilayah luar (Adisasmita, 2008:45). Semakin banyak sector

(8)

13

kegiatan ekonomi basis di suatu daerah, maka akan mempengaruhi arus pendapatan daerah tersebut sehingga jumlah permintaan terhadap barang dan jasa juga akan meningkat dan akan berimbas pada meningkatnya volume kegiatan ekonomi non- basis. Begitupula sebaliknya, jika kegiatan basis ekonomi berkurang, maka permintaan atas produk barang dan jasa akan menurun, sehingga pendapatan ke daerah juga akan berkurang. Oleh sebab itu, kegiatan ekonomi basis memiliki peran yang sangat penting sebagai penggerak utama perekonomian suatu daerah.

Terdapat empat klasifikasi sector pada suatu daerah, yaitu (Sjafrizal, 2008) : a. Sektor Unggulan, sektor yang memberikan kontribusi rata-rata lebih tinggi dalam pembentukan PDRB di wilayah terkait daripada di wilayah lain dengan sektor yang sama. Sektor ini juga memiliki laju pertumbuhan rata-rata yang relatif tinggi di wilayah terkait dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lain.

b. Sektor Potensial, sektor yang memberikan kontribusi rata-rata lebih tinggi dalam pembentukan PDRB di wilayah terkait dibandingkan dengan wilayah yang lain dengan sektor yang sama. Namun sektor ini memiliki laju pertumbuhan rata-rata relatif rendah di wilayah terkait dibandingkan dengan wilayah lain dengan sektor yang sama.

c. Sektor Berkembang, sektor yang memberikan kontribusi rata-rata lebih rendah dalam pembentukan PDRB di wilayah terkait dibandingkan dengan wilayah lain. Sektor ini memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi di wilayah terkait dibandingkan dengan wilayah lain dengan sektor yang sama.

(9)

14

d. Sektor Tertinggal, sektor yang memberikan ontribusi rata-rata lebih rendah dalam pembentukan PDRB di wilayah terakit dibandingkan dengan wilayah lain dengan sektor yang sama. Laju pertumbuhan sektor ini rata-rata relatif lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain dengan sector yang sama.

4 Konsep Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ialah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah pada periode tertentu. Data PDRB digunakan untuk menganlisis dan melakukan perencanaan pembangunan daerah yang berkaitan dengan struktur perekonomian daerah, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemakmuran suatu daerah (Sjafrizal, 2014:184-185). Hasil perhitungan PDRB dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. PDRB dengan Harga Berlaku, yaitu data PDRB yang disusun berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan, dalam data ini juga termasuk kenaikan harga yang biasanya berubah setiap tahunnya.

b. PDRB dengan Harga Konstan, yaitu data PDRB yang disusun berdasarkan harga pada tahun tertentu (tahun dasar), data PDRB ini dibutuhkan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi daerah namun tidak termasuk kenaikan harga.

c. PDRB Non-Migas, yaitu nilai produksi barang dan jasa di luar minyak dan gas bumi. Data PDRB ini digunakan untuk menghitumg pendapatan per kapita. Hal tersebut dilakukan karena mengingat bahwa Sebagian

(10)

15

besar nilai produksi minyak dan gas dikendalikan oleh pemerintah pusat untuk kesejahteraan bersama.

Dalam menyusun PDRB digunakan tiga pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi, yaitu penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang diciptakan oleh lapangan usaha atas berbagai aktivitas produksi daerahnya.

b. Pendekatan Pendapatan, yaitu balas jasa yang digunakan oleh faktor- faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

c. Pendekatan Pengeluaran, yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan tentang pengeluaran akhir, seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, serta perubahan stok dan ekspor netto dalam jangka waktu tertentu.

Seluruh perhitungan tersebut dihitung sebelum dipotong pajak atau tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan tersebut menurut sector biasanya disebut dengan nilai tambah bruto sectoral.

(11)

16 C. Kerangka Berfikir

Sumber: diolah oleh penulis Gambar 2.1 kerangka berpikir

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Blitar, maka dapat dianalisis menggunakan tiga metode analisis. Untuk mengetahui hasil dari sektor BASIS dan sektor NON BASIS yang ada di Kabupaten Blitar, maka dapat menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Selanjutnya, untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kabupaten Blitar, dapat diketahui menggunakan gabungan dari metode analisa Static Location Quotient dan Dynamic Location Quotient. Terakhir, untuk mencari pola pertumbuhan, maka dapat dianalisis menggunakan metode analisa Tipologi Klassen.

POTENSI EKONOMI KABUPATEN BLITAR

SEKTOR BASIS DAN NON

BASIS

SEKTOR UNGGULAN

POLA PERTUMBUHAN

EKONOMI

ANALISIS LQ GABUNGAN LQ DAN DLQ

ANALISIS TIPOLOGI

KLASSEN

Referensi

Dokumen terkait

informasi publik ini dibatasi dengan hak individual dan privacy seseorang terkait dengan data kesehatan yang bersifat rahasia (rahasia medis). Jadi dalam hal ini dapat dianalisis

Kegiatan penelitian yang dilakukan dimulai dengan pembuatan ekstrak etanol akar Kelakai ( Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) dengan metode ekstraksi sokletasi

Sedangkan variabel Dana Alokasi Umum (DAU) tidak signifikan mempengaruhi PDRB di kabupaten Dairi.Berdasarkan Uji Asumsi Klasik bahwa model terlepas dari masalah

Hal ini seperti yang dijelaskan Komala (2015: 34) bahwa dalam memperoleh kemandirian baik secara sosial, emosi, maupun intelektual, anak harus diberikan kesempatan untuk

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Usecase diagram pada gambar 1 menjelaskan tentang alur kerja sistem yaitu user bisa melakukan pemilihan menu komik, menu about dan menu keluar. Setelah menu

Proses perencananaan strategis melibatkan manajemen senior dan manajer dari unit bisnis atau pusat tanggungjawab utama lainnya, dibantu oleh staf mereka.tujuan