• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI ADAT PENCARIAN JODOH (MANPASIR) PADA MASYARAKAT ETNIS GAYO DI KECAMATAN RIKIT GAIB KABUPATEN GAYO LUES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI ADAT PENCARIAN JODOH (MANPASIR) PADA MASYARAKAT ETNIS GAYO DI KECAMATAN RIKIT GAIB KABUPATEN GAYO LUES."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI ADAT PENCARIAN JODOH (MANPASIR) PADA

MASYARAKAT ETNIS GAYO DI KECAMATAN

RIKIT GAIB KABUPATEN GAYO LUES

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

ROSIDA YANTI

3111522003

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ROSIDA YANTI, NIM: 3111522003, TRADISI ADAT PENCARIAN JODOH (MANPASIR) PADA MASYARAKAT ETNIS GAYO DI KECAMATAN RIKIT GAIB KABUPATEN GAYO LUES. FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2015.

Pembimbing : Supsiloani, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah awal pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir), proses pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir), serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran adat pencarian jodoh (Manpasir), dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Rempelam Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi lapangan, wawancara, serta dokumentasi, dan penelitian ini memakai subjek dan objek penelitian sebagai pengganti dari sampel dan populasi. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 15 (lima belas) orang. Pemilihan informan tersebut didasarkan karena mereka lebih paham mengenai tradisi adat pencarian jodoh (Manpasir), budaya setempat serta mereka merupakan asli penduduk masyarakat Gayo Lues dari sejak lahir hingga saat ini menetap di Desa Rempelam Kecamatan Rikit Gaib.

Hasil penelitian ini adalah tradisi adat pencarian jodoh (Manpasir) pada masyarakat etnis Gayo di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues sudah mengalami perubahan yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu komunikasi, migran, pendidikan dan konflik dalam masyarakat.

Sebagai kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa tradisi pencarian jodoh (Manpasir) dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Tahapan permulaan, pada tahap ini terdiri dari empat bagian dan setiap bagian memiliki perbedaan, yaitu: Kusik, Sisu, Pakok, dan Peden. Tahap Persiapan, sedangkan pada tahapan persiapan ini juga terbagi atas empat bagian juga, yaitu: Risik, Rese, Kono, dan Kinte. Tahap Pelaksanaan (Puncak Acara), Dalam pelaksanaan acara juga dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Beguru, Nyerah, Bejege, dan Mah Bai (Naik Rempele). Hal yang mempengaruhi pergeseran nilai adat Manpasir yaitu komunikasi, migran, pendidikan, dan konflik dalam masyarakat. Akibat dari hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran nilai adat pencarian jodoh pada masyarakat etnis Gayo Lues yang awalnya dilaksanakan secara tradisional beralih dengan cara yang lebih modern lagi.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim.

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak keberkatan, nikmat kesehatan, dan petunjuk yang tidak terhingga. Shalawat berangkaikan salam juga tidak pernah lupa penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat, semoga kelak mendapatkan safaat beliau Amiin. Atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tradisi Adat Pencarian Jodoh (Manpasir) Pada Masyarakat Etnis Gayo di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas perhatian dan peran serta kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan segenap

fungsionaris Fakultas Ilmu Sosial-Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Antropologi 4. Ibu Supsiloani,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu

(7)

5. Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan penguji I yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis untuk bersemangat menyelesaikan tulisan ini.

6. Ibu Dra.Trisni Handayani, M.Si selaku penguji II yang telah memberi arahan kepada penulis dan telah mengajarkan penulis tentang sikap keprofesionalan. 7. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum selaku penguji III yang selalu mendoakan, memberi

masukan dan semangat kepada penulis untuk mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

8. Seluruh dosen-dosen yang selalu memberi nasehat, petunjuk, ilmu pengetahuan, dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.

9. Bapak Mulyadi selaku Pengulu Kampung Rempelam Kecamatan Rikit Gaib telah membantu memberikan informasi dan telah mengizinkan penelitian dan seluruh informan yang sudah memberikan informasi yang sangat dibutuhkan peneliti di lapangan.

10.Teristimewa kepada ayahanda Muhammad dan ibunda Umi Kasum sebagai rasa hormat, sayang dan terima kasih yang tak terhingga atas ridho ayah dan ibu kepada ananda sehingga ananda dapat mencapai gelar sarjana. Tanpa ridho, doa, dan motivasi dari ayah dan ibu, ananda tidak mungkin dapat mencapai titik ini. semoga doa ayah dan ibu tetap mengantarkan ananda ke jalan kesuksesan dunia akhirat, dan dapat memberi kebahagiaan dalam keluarga kita. Semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungi orangtuaku tercinta. Amiin.

(8)

kalian adek – adek kakak yang luar biasa. Semoga kesuksesan selalu bersama kita. Amiin.

12.Teman seperjuangan (Lisdailya, S.Pd, Cut Mutia, Hamidah, Samsiah, Damin, Sp, Jeni Hasan, Leryman, S.Pd, Roby Efendi, M.Hi, Salawati, S.Pd ) yang selalu menjadi teman setia, baik suka maupun duka, yang selalu memberi masukan positif, untuk semua pihak yang terkait yang membantu penulis dalam menyusun Skripsi ini yang namanya tidak dapat disebut satu persatu oleh penulis terima kasih atas dukungan dan motovasinya selama ini.

13. Abangda Darmi,S.Hi yang senantiasa menemani, memberi dukungan, mendoakan, dan sering memberi solusi atas masalah – masalah yang terjadi dalam proses penyelesaian tulisan ini. Terima kasih banyak telah menjadi kekasih yang mendukung setiap keputusan penulis. Semoga kesuksesan dan keridhoan-Nya selalu tertuju padamu.

14.Untuk semua keluarga besarku (Alm. Kakek ku, Nenek, Paman Rabudin Abdullah, Saparudin Abdullah, Jenal Abidin dan Makpun Mona, Lia, Sera) terima kasih untuk semua yang telah banyak memberi dukungan secara materi maupun dukungan moril selama peneliti belajar di Universitas Negeri Medan.

(9)

16.Untuk seluruh kakak dan abang stambuk 2009, adik-adik stambuk 2010, 2011, dan 2012, 2013 dan 2014 penulis ucapkan terima kasih. Kiranya semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan. semoga segala kerja keras dalam penyelesaian skripsi ini kelak dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini oleh karenanya segala kritik dan saran yang membangun, akan penulis terima sebagai perbaikan yang positif. Semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, Juni 2015

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…….……… 1

1.2 Identifikasi Masalah………...……… 5

1.3 Pembatasan Masalah………..………. 6

1.4 Rumusan Masalah…………..………. 6

1.5 Tujuan Penelitian…………...……….. 6

1.6 Manfaat Penelitian………….………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka.. ………... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Teori Simbol... 10

2.2.2 Teori Perubahan... 12

2.3 Kerangka Konseptual...……...…………... 14

2.3.1 Tradisi...……...……….. 14

2.3.2 Upacara Adat...….……….. 15

2.3.3 Manpasir... 16

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5.1 Mengelompokan Hasil data... 24

3.5.2 Menginterprestasikan Data... 24

3.5.3 Menganalisis Data... 25

3.5.4 Membuat Kesimpulan... 25

BAB 1V HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...27

4.1.1 Kondisi Geografis... 27

4.2 Unsur-Unsur Kebudayaan Di Desa Rempelam Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues ... 35

(12)

4.2.2 Sistem Mata Pencaharian Hidup Etnis Gayo Lues ... 36

4.2.3 Sistem Organisasi Kemasyarakatan Gayo Lues ... 36

4.2.4 Bahasa ... 37

4.2.5 Sistem Pengetahuan... 38

4.2.6 Religi... 39

4.2.7 Kesenian... 40

4.3Sejarah Daerah...41

4.3.1 Asal Mula Suku gayo Lues...41

4.3.2 Asal Penduduk Gayo Lues ...42

4.3.3 Sejarah Kebudayaan Gayo Lues ...43

4.3.4 Sejarah Desa Rempelam ...45

4.3.5 Adat Istiadat Suku Gayo Lues...46

4.4Sejarah Tradisi Manpasir...50

4.4.1 Tradisi Nrojok Pada Zaman Dahulu ...50

4.4.2 Tradisi Manpasir Pada Masa Sekarang ...53

4.5Makna Simbol Alat Yang Digunakan Didalam Tradisi Manpasir ...58

4.5.1 Tawar Dun Kayu (Tepung Tawar)... 58

4.5.2 Canang ...61

4.5.3 Ampang Due Belas ... 62

4.6Proses Pelaksanaan Upacara Manpasir... ….63

4.6.1 Tahap Pemulaan ... 64

4.6.2 Tahap Persiapan... 65

4.6.3 Tahap Pelaksanaan (Puncak Acara) ...67

(13)

4.8Hasil Temuan...71

4.8.1 Komunikasi ...72

4.8.2 Migran ...73

4.8.3 Pendidikan ...74

4.8.4 Konflik Dalam Masyarakat ...74

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...78

5.2 Saran ...79

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.4.1 Bagan Kerangka Berfikir ...18

2. Gambar 1 Suasana Manpasir pemudi sedang mempersiapkan hidangan...54

3. Gambar 2 Suasana pada saat mengukir tangan dan kaki pengantin...54

4. Gambar 3 Suasana pada saat pemuda dan pemudi saling berinteraksi ...54

5. Gambar 4 Acara makan berama ...54

6. Gambar 5 Pada saat tepung tawar ...60

(15)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 nama dan luas Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues ... 28 2. Tabel 2 ketinggian tempat dan luas wilayah ... 29 3. Tabel 3 kepadatan penduduk Gayo Lues tahun 2010 ... 31 4. Tabel 4 komposisi penduduk berdasarkan usia di Kecamatan

Rikit Gaib ... 32 5. Tabel 5 fasilitas pendidikan di Gayo Lues ... 33 6. Tabel 6 jumlah penduduk per Kampung di Kecamatan Rikit

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur–unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya yang dinilai atau dianggap baik dan benar oleh masyarakat pemilik kebudayaan. Setiap suku bangsa juga menginginkan unsur-unsur kebudayaannya tetap ada. Berbagai bentuk-bentuk praktik budayapun dilaksanakan demi menjaga kelestarian kebudayaan.

Praktik-praktik kebudayaan yang berkembang senantiasa dilekatkan pada istilah tradisi. Tradisi yang dimaksud ialah sebagai adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan oleh sekelompok masyarakat. Masyarakat menjalani tradisi untuk mencapai suatu keadaan yang dianggap baik oleh pemilik kebudayaan. Bahkan pengharapan terciptanya kehidupan yang baik di dunia sering dipadukan dalam nuansa religius pada tradisi-tradisi suku bangsa tersebut.

(17)

Indonesia sebesar 1128 suku bangsa. Salah satu bagian dari penghuni tersebut ialah Etnis Gayo.

Etnis Gayo berasal dari daerah Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten di Aceh yang beribukotakan di Blangkejeren. Secara geografis kabupaten ini memiliki luas wilayah mencapai 5.719 km yang terbagi dalam 11 Kecamatan dan 97 Desa, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Timur di sebelah utara, Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah selatan, Kabupaten Aceh Tamiang dan Provinsi Aceh di sebelah timur serta Kabupaten Aceh Barat Daya di sebelah barat. Pada masa Pemerintahan Sultan Iskandarmuda, daerah Gayo dan Alas secara resmi dimasukan ke dalam Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas dibagi atas beberapa daerah yang disebut Kejurun. Kebudayaan gayo lues merupakan hasil dari musyawarah dari orang-orang yang berperan didalam kerajaan. Sesuia dengan ungkapan dalam bahasa gayo lues, inget ari si opat, atur ari si pitu, resam ari empat belas, peraturen ari reje. Artinya dasar adat dari raja wilayah yang empat, adat dari pengawal yang tujuh, teknis pelaksanaan adat dari yang empat belas, dan pengaturan dari raja. Kebudayaan gayo lues ini merupakan hasil musyawarah dari orang-orang didalam kerajaan.

(18)

Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir) pada masyarakat gayo lues. Salah satu prosesi adat yang dilakukan oleh masyarakat gayo lues dianggap suatu tradisi yang dipercayai menimbulkan hal yang positif dan sesuai dengan ajaran / kepercayaan yang dianut.

Tradisi pencarian jodoh (Nrojok) pada jaman dulu sangat dipercayai oleh masyarakat dan para orang tua untuk mencarikan jodoh untuk anak-anak mereka, sehingga prosesi acara adat Nrojok tersebut dilakukan hampir setiap tahun, dimana acara Nrojok ini di dilakukan bersamaan dengan acara lain seperti upacara perkawinan atau sunat rasul dimana diadakan acara menjagai. Biasanya pada saat inilah dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain dengan mengumandangkan syair-syair yang berisikan nasehat ( pongot tok kurik) hingga menjelang subuh, para pemudi yang ikut dalam acara Nrojok ini berada didalam rumah sedangkan para pemudanya ada diluar rumah, dari balik dinding rumah inilah mereka melakukan percakapan secara berlahan dan hampir tidak terdengan oleh orang yang ada disampingnya dan pada acara Nrojok ini tidak diperbolehkan membuka jendela rumah yang ditempati oleh para gadis, apabila hal ini terjadi maka mereka akan mendapatkan sanksi berupa dipermalukan oleh masyarakat kampung dan tidak diperbolehkan lagi ikut dalam acara Nrojok tersebut.

(19)

menimbulkan konflik antara pihak perempuan dan pihak laki-laki. Selain itu pemuda dan pemudisudah tidak berminat lagi mengikuti acara Nrojok yang dibuat dalam masyarakat, para pemuda dan pemudi lebih suka mencari jodohnya sendiri tanpa campur tangan orang tua. Dengan berjalannya waktu, jaman semakin berkembang dan semakin banyak cara yang bisa dilakukan pemuda dan pemudi untuk mendapatkan jodoh.

Tradisi pencarian jodoh Nrojok pada etnis Gayo Lues yang dulunya sangat diyakini oleh masyarakat Gayo Lues, namun pada saat sekarang ini tradisi pencarian jodoh pada etnis Gayo Lues sudah mengalami perubahan menjadi tradisi Manpasir. Sebenarnya tradisi Manapasir ini hampir sama dengan tradisi Nrojok yang dilakukan pada jaman dahulu, yang sama-sama memiliki tujuan

untuk mencarikan jodoh pemuda dan pemudi yang berada dalam etnis Gayo Lues. Hanya saja tradisi pencarian jodoh (Manpasir) dilakukan pada saat-saat tertentu saja yaitu pada saat acara pernikahan.Mencari pasangan dengan mengikuti tradisi manpasir lebih mudah dibandinkan dengan tradisi Nrojok pada jaman dulu.

(20)

pemudi bekerja di dapur untuk menyiapkan makanan untuk dimakan bersama pada saat acara Manpasir berlangsung, sebagian pemuda dan pemudi bekerja merias tangan dan kaki pengantin peria atau wanita yang akan melangsungkan pernikahan dengan memakaikan hinai (Kacar). Para pemuda dan pemudi yang ikut dalam Manpasir ini berada dalam satu rumah yang cukup besar atau dalam tratak (Bangsalan) yang sudah disediakan, didalam rumah tersebut pemuda dan pemudi melakukan semua kegiatan yang akan dilaksanakan sampai tengah malam. Pada acara Manpasir ini tidak diperbolehkan anak gadis (Seberu) dan anak lajang (Sebujang) duduk berduaan, apabila hal ini terjadi maka mereka akan mendapat sanksi yang akan diberikan oleh pemuka adat (Jema Opat).

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tradisi Adat Pencarian Jodoh (Manpasir) Pada Masyarakat Enis Gayo Di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues”

1.2 Identifiksi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Sejarah awal pelaksanaan tradisi Pencarian jodoh(Manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues dari dahulu hingga sekarang 2. Langkah-Langkah / tatacara dalam acara Manpasir

3. Peranan orang tua dalam acara Manpasir

4. Faktor yang mempengaruhi pergeseran adat Manpasir

(21)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian di lapangan perlu diberi batasan batasan terhadap masalah yang akan dibahas agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan meringankan segala faktor yang dihadapi seperti waktu, tenaga dan biaya. Hal ini berguna agar dalam melaksanakan penelitian terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada “Tradisi Adat Pencarian Jodoh (Manpasir) Pada Masyarakat Etnis Gayo Di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaiman sejarah tradisi Manpasir pada masa dahulu di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues ?

2. Bagaimana tatacara Manpasir pada masa kini di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues ?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran adat Manpasir di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues ?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah awal pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues

(22)

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran adat pencarian jodoh (Manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Ilmu Antropologi penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemahaman dalam kajian ilmu antropologi khususnya mengenai Tradisi Pencarian Jodoh (Manpasir) Di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues, dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi ilmiah dalam kajian antropologi mengenai keberagaman bentuk praktik budaya yang terdapat di Sumatera Utara. Terutama hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan parbandingan bagi peneliti selanjutnya dibidang yang sama dalam melakukan penelitian di lokasi yang berbeda.

2. Bagi Masyarakat dapat dijadikan sebagai motivasi bagi masyarakat setempat dalam upaya melestarikan dan menjaga kebudayaan yang telah diwariskan secara turun- temurun dari nenek moyang khususnya mengenai tradisi Manpasir. Dan dapat dijadikan sebagai pemikiran baru bagi semua pihak yang terkait tradisi Manpasir.

3. Bagi Peneliti dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan berfikir penulis, khususnya dalam bidang penelitian mengenai adat Manpasirdi kecamatan rikit gaib kabupaten gayo lues, serta memperluas

(23)
(24)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang mendalam terhadap data yang diperoleh di lapangan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai beriku:

1. Sejarah Manpasir pada masa dahulu merupakan upacara adat yang biasa dilakukan saat tertentu yaitu pada malam hari dimana akan diadakan pernikahan. Setiap akan ada pesta pernikahan sudah pasti akan terdengar acara manpasir. Baik dikediaman calon mempelai pria ataupun calon mempelai wanita. Acara ini merupakan ungkapan perpisahan calon mempelai masing-masing kepada teman-temanya (Seberu dan Sebujang) karena masing-masing akan melepas masa lajangnya, sekaligus acara Manpasir ini dibuat untuk mempertemukan pemuda dan pemudi yang akan menyusul jejak pengantin pria dan wanita, selain itu yang paling penting tujuan acara manpasir ini memperkuat persatuan pemuda dan pemudi yang ada dalam masyarakat setempat.

2. Tata cara Manpasir pada masa sekarang dilaksanakan dengan beberapa langkah. Adapun langkah-langkah dalam Manpasir pada masa kini. Adapun langkah-langkah dalam Manpasir pada masa kini sebagai berikut:

(25)

Tahap Persiapan, sedangkan pada tahapan persiapan ini juga terbagi atas empat bagian juga, yaitu: Risik, Rise, Kono, dan Kinte.

Tahap Pelaksanaan (Puncak Acara), dalam tahap pelaksanaan puncak acara satu malam sebelum acara akad nikah dilakukan maka akan dilaksanakan acara Manpasir acara ini dibuat khusus untuk calon pengantin denga pemuda dan pemudi saja. Dalam pelaksanaan acara juga dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Beguru, Nyerah, Bejege, Mah Bai (Naik Rempele).

3 Hasil temuan penulis di lapangan, hal yang dapat mempengaruhi pergeseran nilai adat Manpasir adalah sebagai berikut: Komunikasi, Migran, Pendidikan dan Konnflik dalam masyarakat.

Akibat dari hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran nilai adat pencarian jodoh pada masyarakat etnis Gayo Lues yang awalnya dilaksanakan secara tradisional beralih dengan cara yang lebih modern lagi.

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

1. Tradisi adat pencarian jodoh (Manpasir) ini dapat diteruskan dan dilestarikan dalam masyarakat setempat, agar tidak hilangnya adat-istiadat Gayo Lues. 2. Para orang tua agar lebih meningkatkan perananya dalam memberikan

(26)

3. Para orang tua hendaknya memberikan soaialisasi kepada generasi mudah dengan tujuan mengkaji kembali nilai-nilai adat suku Gayo Lues sehingga mereka bisa menjaga dan melestarikan adat-istiadat dengan baik.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Buku

A.R. Hakim Aman Pinan. 2001. Daur Hidup Gayo. Takengon : Pemerintah Daerah Aceh Tengah.

Ajib Rosidi.1994. Sastera dan Budaya Kedaerahan dan Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arnold Hauser. 1982: The Sosiology of Art. London: TheUniversiti of Chikago Press. Buniyamin.S. 1994. Budaya dan Adat Istiadat Gayo Lues.Gayo Lues: Blangkejeren.

Bungin,Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif – Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : Grafindo

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: KANISIUS.

Haviland, William A. 1993. Antropologi Edisi 2. Jakarta: Erlangga.

Ihromi,T.O. 2006. Pokok – Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Obor Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada. Kaplan, D.&Manners, R.A. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Koentjaraningrat,Donald K.Emmerson (ed.). 1982. Aspek Manusia dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

---. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta : Progres ---. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta ---. 2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta : UI-Press M. J. Melaton. 1982. Kebudayaan Gayo. Jakarta : PN Balai Pustaka.

M. J. Melaton. 1985. Kamus Bahasa Gayo-Indosesia. Jakarta Departemen Pendidikan Kebudayaan.

M. Salim Wahab. 2003. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Gayo Lues. Blangkejeren. Pemda Gayo Lues.

(28)

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.

Simanjuntak,B.A.2008. Kapita Selekta Teori – Teori Antropologi dan Sejarah Sosiologi. Medan: BMP

---. 2010. Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta : Observasi

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka

Cipta.

Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akedamika Pressindo.

Sukri. 2006. Sarak opat,Sistem Pemerintahan Tanoh Gayo dan Relevansi Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta : Hijri Pustaka Utama.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Soeprapto, H.R.Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Malang: Averroes Press.

Spradley, James. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

S.S. Yanto. 2010. Kosa Kata Baru Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.Surabaya: Nidya Pustaka

Pasaribu, Sjawal. 2011. Adat Dan Budaya: Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah/ Sibolga. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Propinsi Sumatera Utara.

Poerwadarminta, W.J.S,. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Poloma, 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sumber : Skripsi

(29)

Eli Radia. 2002. Geografi Dialek Bahasa Gayo Di Kecamatan Bebesen (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Sumber : Makalah Seminar

Isma tantawi. 2002. Asal-Usul, Karakter, dan Budaya Suku Gayo Lues dan Pembinaannya (Makalah Seminar).Belangkejeren: LSM Lugas Gayo Lues.

Isma Tantawi. 2005. Sistem Perkawinan Suku Gayo (Makalah Seminar). Kutacane: Gayo Musara Aceh Tenggara.

Isma Tantawi. 2010. Pemerintah Jema Opat Di Gayo Lues (Makalah Seminar). Pemda Gayo Lues.

Sumber Lain :

M. Affan Hasan dkk. 1980. Kesenian Gayo dan Perkembangannya.

Diunduh dari Laman http://cerita.kbatur.com/suku-gayo-aceh/, diakses 20 Maret 2015.

Musyawarah Masyarakat Gayo Lues. 1961. Blangkejeren Gayo Lues: Naskhah

Seminar. Diunduh dari laman http://www.gayolueskab.go.id, diakses 12 April 2015.

Buniyamin.S. 1994. Budaya dan Adat Istiadat Gayo Lues. Diunduh dari

Gambar

Gambar 1 Suasana Manpasir pemudi sedang mempersiapkan hidangan.......................................................................................................54
Tabel 4 komposisi penduduk berdasarkan usia di Kecamatan  Rikit Gaib ...................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kedua teknologi ini, bukan berarti bersifat kompetitif, namun diharapkan dapat saling melengkapi untuk membua suatu halaman web yang sesuai dengan kebutuhan. Pada tulisan

Menindaklanjuti Peraturan dimaksud maka Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Bappeda dengan dukungan dari Bappenas dan JICA ( Japan International Cooperation

Untuk itu penulis membuat suatu program aplikasi enkripsi data yang mampu meningkatkan keamanan data atau file. Program ini dapat melindungi data berupa file dengan berbagai

Emisi RAD-GRK Provinsi Maluku berasal dari 3 (tiga) bidang yaitu 1) Berbasis Lahan, 2) Berbasis Energi dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca

Pembuatan website Alex Fitnes Center ini dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL Dalam hal ini penulis menggunakan program macromedia dreamweaver mx untuk

Computer resource allocation process will be seen when a parallel program run with a large process load, which will be distributed among CPU performance, memory usage and network

Masalah akan muncul pada sistem tersebut jika sumber daya listrik utama dari PLN di gedung perkantoran padam yang akan menyebabkan sistem keamanan tidak dapat bekerja,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap organization citizenship behaviour dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi di