TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA BUKU “7 KEAJAIBAN REZEKI”
KARANGAN IPPHO SANTOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
LAILA NADIRA
NIM 2103210019
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
▸ Baca selengkapnya: ayat 15 untuk rezeki
(2)(3)(4)(5)(6)i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Penelitian ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, tetapi
semoga dapat memberikan kontribusi terhadap khasanah pengetahuan, dan
bermanfaat bagi penelitian-penelitian relevan selanjutnya.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan
rasa syukur, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
beserta Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi.
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
4. Drs. Sanggup Barus, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi (Membimbing,
mengarahkan, memotivasi, menasehati, menyarankan, menolong dan
membantu dalam menyelesaikan masalah).
5. Muhammad Surif, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Sastra
Indonesia.
6. Arnita, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (Membimbing,
mengarahkan, memotivasi, menasehati, menyarankan, menolong dan
ii
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, ilmu yang kalian berikan adalah bekal paling berharga.
8. Teristimewa kedua orang tua, Ati Suryani Khan dan Abdul Walid Nst
yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dalam segala hal.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Sartika Sari, Rusyda Nazhira, Yuliani, Novriani,
Evie Nopiandi, dan Titian Berkat Gea.
10.Seluruh temandari Sastra Indonesia 2010 yang hampir empat tahun
bersama.
11.Kakak-kakak senior yang telah memberikan informasi, dukungan dan
semangat.
12.Komunitas Tanpa Nama (Kontan) dan Laboratorium Sastra Medan.
13.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan, dukungan, dan kemudahan-kemudahan yang telah
diberikan menjadi amalan yang dibalas oleh Allah SWT.
Medan, Juli 2014
Peneliti,
i ABSTRAK
Laila Nadira. NIM 2103210019. Tindak Tutur Ilokusi pada Buku
“7 Keajaiban Rezeki” Karangan Ippho Santosa. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini membahas tentang tindak tutur ilokusi pada buku “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa, yang bertujuan untuk mengetahui
apa saja jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan pada buku tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa dengan subjek penelitian, tuturan yang terdapat pada buku tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian pragmatik sebagai teori yang membahas bagaimana konteks mempengaruhi penafsiran kalimat. Teknik analisis data terhadap jenis tidak tutur ilokusi yang paling dominan menggunakan rumus:
� = �
� × 100%
Keterangan:
p = persentase yang dicari
n = frekuensi tindak tutur ilokusi yang dianalisis
N = total keseluruhan tindak tutur ilokusi yang dianalisis
Dari hasil analisis, ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi, yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif, meliputi: menyatakan (9 tuturan), menuntut (2 tuturan), mengakui (6 tuturan), melaporkan (11 tuturan), menunjukkan (16 tuturan), menyebutkan (18 tuturan), memberikan kesaksian (10 tuturan), dan berspekulasi (8 tuturan). Tindak tutur direktif, meliputi: mengajak (6 tuturan), meminta (4 tuturan), menyuruh (8 tuturan), mendesak (4 tuturan), menyarankan (2 tuturan). Tindak tutur ekspresif, meliputi: mengkritik (6 tuturan), mengeluh (1 tuturan),
menyalahkan (2 tuturan), mengucapkan selamat (1 tuturan), dan menyanjung (1 tuturan). Tindak tutur komisif, meliputi: mengancam (2 tuturan) dan
meyakinkan (11 tuturan). Tindak tutur deklaratif, meliputi: melarang (2 tuturan), mengizinkan (1 tuturan), dan menggolongkan (2 tuturan).
Dari hasil perolehan data ditemukan 133 tuturan ilokusi, yang paling dominan adalah tindak tutur representatif sebanyak 80 tuturan (60,16%), selanjutnya tindak tutur direktif sebanyak 24 tuturan (18,03%), tindak tutur komisif sebanyak 13 tuturan (9,8%), tindak tutur ekspresif sebanyak 11 tuturan (8,26%), dan yang terakhir tindak tutur deklaratif sebanyak 5 tuturan (3,75%). Buku ini baik dibaca untuk seluruh kalangan, karena konteks pembicaraan tentang percepatan kesuksesan amat kaya dengan sudut pandang umum (logika, ilmu pengetahuan,dan bentuk kepercayaan atau religiuitas) dengan dominasi konteks otak kanan.
iv DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Identifikasi Masalah... 7
1.3Batasan Masalah... 8
1.4Rumusan Masalah... 9
1.5Tujuan Penelitian... 9
1.6Manfaat Penelitian... 10
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN... 11
2.1Kerangka Teoretis... 11
2.1.1 Tindak Tutur sebagai Cakupan Kajian Pragmatik... 11
2.1.1.1Konteks... 12
2.1.1.2Aneka Aspek Situasi Ujaran... 13
2.1.2 Tindak Tutur... 15
v
2.1.3.1Tindak Lokusi... 19
2.1.3.2Tindak Ilokusi... 20
2.1.3.3Tindak Tutur Perlokusi... 23
2.1.4 Pengertian Motivasi... 24
2.1.5 Macam-macam Motivasi... 27
2.1.6 Profil Buku “7 Keajaiban Rezeki” Karangan Ippho Santosa.... 28
2.2Kerangka Konseptual... 29
2.3Pertanyaan Penelitian... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian... 33
3.2Sumber Data dan Subjek Penelitian... 33
3.3Metode Penelitian... 33
3.4Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 33
3.5Teknik Analisis Data... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 37
4.1Hasil Penelitian... 37
4.1.1 Tindak Tutur Representatif... 37
4.1.1.1 Tindak Tutur Representatif-Menyatakan... 37
4.1.1.2 Tindak Tutur Representatif-Menuntut... 48
4.1.1.3 Tindak Tutur Representatif-Mengakui... 51
4.1.1.4 Tindak Tutur Representatif-Melaporkan... 59
vi
4.1.1.6 Tindak Tutur Representatif-Menyebutkan... 90
4.1.1.7 Tindak Tutur Representatif-Memberikan Kesaksian... 107
4.1.1.8 Tindak Tutur Representatif-Berspekulasi... 117
4.1.2 Tindak Tutur Direktif... 124
4.1.2.1 Tindak Tutur Direktif-Mengajak... 124
4.1.2.2 Tindak Tutur Direktif-Meminta... 130
4.1.2.3 Tindak Tutur Direktif-Menyuruh... 134
4.1.2.4 Tindak Tutur Direktif-Mendesak... 143
4.1.2.5 Tindak Tutur Direktif-Menyarankan... 147
4.1.3 Tindak Tutur Ekspresif... 150
4.1.3.1 Tindak Tutur Ekspresif-Mengkritik... 150
4.1.3.2 Tindak Tutur Ekspresif-Mengeluh... 156
4.1.3.3 Tindak Tutur Ekspresif-Menyalahkan... 158
4.1.3.4 Tindak Tutur Ekspresif-Mengucapkan Selamat... 161
4.1.3.5 Tindak Tutur Ekspresif-Menyanjung... 162
4.1.4 Tindak Tutur Komisif... 164
4.1.4.1 Tindak Tutur Komisif-Mengancam... 164
4.1.4.2 Tindak Tutur Komisif-Meyakinkan... 167
4.1.5 Tindak Tutur Deklaratif... 178
vii
4.1.5.2 Tindak Tutur Deklaratif-Mengizinkan... 180
4.1.5.3 Tindak Tutur Deklaratif-Menggolongkan... 182
4.2Pembahasan... 185
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 193
5.1Kesimpulan... 193
5.2Saran... 194
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir buku ber-genre motivasi pengembangan diri
mulai ramai mengisi rak-rak di toko buku di berbagai kota di Indonesia. Hal ini
sejalan dengan perkembangan zaman, yang mengindikasikan masyarakat
Indonesia mulai membutuhkan konsumsi batiniah untuk sekadar memberikan
nutrisi ketenangan pikiran dan jiwa. Sebelumnya, tuntunan dari agama ataupun
kepercayaan yang dianut mampu mengisi kekosongan tersebut, melalui
pendalaman kitab suci ataupun kegiatan yang bersifat ibadah. Tetapi, sekarang ini
dirasa kurang untuk masyarakat yang didominasi hegemoni negara lain dan pola
pikir yang semakin mengedepankan logika.
Sebelum lebih jauh menyinggung tentang konsumsi baru masyarakat
tersebut, terlebih dahulu menilik arti motivasi, berdasarkan teori hierarki
kebutuhan Abraham Maslow, serta teori X dan Y Douglas McGregor maupun
teori motivasi kontemporer
(http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/), maka dapat disimpulkan:
Motivasi ialah hal yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat.
Sejalan dengan itu, Gray menyebutkan, “motivasi merupakan sejumlah
2
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu”. Dorongan-dorongan baik dari internal
maupun eksternal tersebut memiliki tujuan tertentu.
Berangkat dari definisi motivasi dan fenomena yang berkembang saat ini
menjadikan buku motivasi sebagai bacaan baru yang dikonsumsi masyarakat.
Media pun diramaikan dengan kemunculan tokoh-tokoh yang memiliki
kemampuan memberikan motivasi kepada khalayak yang serta merta menjadikan
sebutan motivator sebagai sebuah profesi menjanjikan. Beberapa nama seperti
Mario Teguh, Andrie Wongso, Tung Desem Waringin, Bong Chandra, Ippho
Santosa sudah diakrabi oleh masyarakat Indonesia.
Untuk menghubungkan fenomena yang berkembang, dalam hal ini
kebutuhan akan motivasi dan kegandrungan terhadap profesi motivator tersebut
dengan tujuan pelestarian budaya membaca, maka penting untuk meneliti hal-hal
berkembang yang disejajarkan dengan metode konvensional yang fungsional
(membaca).
Sebegitu pentingnya menghidupkan motivasi, maka tayangan televisi di
Indonesia mulai diramaikan dengan program-program penunjang motivasi, seperti
Metro TV yang menayangkan Mario Teguh Golden Ways dan SindoTV yang
menayangkan MotivaTalk. Belum lagi siaran off air atau seminar dari para
motivator, yang bahkan menarik aktris seperti Marshanda untuk berprofesi
sebagai motivator.
Namun, suguhan audiovisual membuat masyarakat lebih tertarik untuk
menonton acara televisi yang menayangkan program motivasi, daripada
3
dunia” hanya menjadi pembuka dunia bagi individu yang memang gemar
membaca buku, tetapi budaya tersebut tidak merata.
Membaca buku motivasi jauh lebih efisien daripada mengikuti pelatihan
ataupun seminar yang umumnya memerlukan biaya yang lebih mahal dari biaya
membeli sebuah buku motivasi. Dan kata-kata yang disampaikan pada saat
pelatihan tidak akan lama bertahan di pikiran. Melalui membaca tulisan, lebih
mudah dapat menularkan motivasi tersebut kepada orang lain.
Dengan membaca buku motivasi, selain dapat membuka wawasan juga
memberikan dorongan dan kekuatan untuk menggapai cita-cita ataupun
melakukan sesuatu. Menurut penelitian, selain menambah semangat, membaca
buku motivasi juga dapat meredakan depresi dan terapi untuk menghilangkan
penyakit susah tidur.
Dengan segala kelebihan tersebut, buku motivasi berkorelasi langsung
dengan kegiatan membaca. Apalagi kegiatan membaca sudah dianggap
konvensional dan ditinggalkan. Suryono Brandoi Siringo-ringo SE, seorang
pemerhati ekonomi, sosial, dan politik mengatakan, “dengan membaca buku kita
akan menemukan inspirasi, motivasi, dan berbagai khasanah ilmu pengetahuan.
Buku juga merupakan sumber harta yang tak ternilai harganya. Uang bisa habis,
harta bisa lenyap, tetapi pengetahuan tidak bisa dicuri”. Hal tersebut
dipaparkannya dalam artikel yang berjudul “Cegah Generasi Nol Buku” yang
dimuat di Harian Analisa Medan, 13 Januari 2014.
Dalam artikel tersebut dipaparkan mengenai pentingnya membaca dan
permasalahan rendahnya minat baca yang dilatarbelakangi oleh kemajuan
4
laptop, handphone, yang seolah menjadi kebutuhan primer masyarakat Indonesia
kini. Kenyataannya masyarakat lebih suka menonton berjam-jam di depan televisi
daripada meluangkan waktu membaca buku selama 15 menit. Jikapun ada, pilihan
bacaan pun cukup ringan, hanya berupa info-info singkat yang ada di smartphone
atau internet.
Ini membuat masyarakat harus berpikir ulang untuk melahap bacaan yang
berbobot yang memerlukan pikiran untuk menyikapinya. Padahal menurut
penelitian, membaca buku dapat menurunkan kadar stres lebih besar daripada
mendengarkan musik. Selain itu juga dapat membantu otak berimajinasi dan
mengeluarkan ide-ide segar.
Membaca akan membuka peluang untuk menyerap lebih banyak ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Membaca juga akan
menumbuhkan kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan/informasi,
memahami, mengimajinasikan, menerapkan, dan mengekspresikan. Kebiasaan
membaca akan memupuk keterampilan, kemampuan, dan ketajaman mencerna isi
bacaan. Membaca adalah langkah awal untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa, yang akan mendorong kemampuan menyimak, berbicara, dan menulis.
Lewat kegemaran membaca, cara berpikir diasah menjadi lebih tajam dan kritis
dalam memandang sebuah masalah.
Membaca berarti memahami bahasa tulisan yang kompleksitasnya
melebihi ujaran lisan yang terbantu ekspresi wajah. Tampubolon (1987:5)
menjelaskan keutamaan bahasa tulisan sebagai berikut:
5
termasuk juga bahasa lisan, tetapi yang terutama ialah bahasa tulisan. Dikatakan terutama bahasa tulisan, karena berbeda dari bahasa lisan yang unsur-unsurnya selalu berubah dan sering banyak yang dilupakan oleh pemakainya, bahasa tulisan dapat tahan lama, terlebih-lebih dengan adanya sistem arsip dan perpustakaan.
Bahasa tulisan tersebut yang menyimpan ide atau pikiran yang merupakan
bagian terpenting dalam masyarakat dalam memperkaya pengetahuan,
melestarikan kebudayaan dan membuat perubahan-perubahan dalam kehidupan
suatu masyarakat.
Selanjutnya Tampubolon (1987:6) menambahkan, “agaknya yang lebih
penting lagi bahwa media elektronik ini kelihatannya tidak akan mungkin dapat
menggantikan bahasa tulisan dalam pendidikan, terutama pendidikan formal.
Aspek-aspek visual-kognitif bahasa nampaknya akan memegang peranan yang
sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan”.
Bahasa tulisan yang tidak dapat digantikan oleh kecanggihan media
elektronik, semakin meng-otentikkan bahwa bahasa tulisan memiliki kekhasan
seorang penulis. Begitu banyak pembaca yang merasa bahwa Ippho dan bukunya
tersebut membawa dampak positif, berarti bahasa yang digunakan Ippho Santosa
dalam bukunya mampu “menyihir” pembaca dan apa yang menjadi maksud
penutur dalam hal ini tersampaikan dengan sangat baik. Hal tersebut terlihat dari
banyaknya testimoni yang dihadirkan dalam buku maupun media sosial.
Untuk itu kiranya penting untuk meneliti salah satu buku motivasi
karangan penulis Indonesia, dan memilih buku karangan Ippho Santosa yang
berjudul “7 Keajaiban Rezeki” di samping penulisnya juga seorang motivator,
buku tersebut juga mendapat banyak tanggapan positif dari berbagai lapisan
6
buku tersebut juga menantang bagi pembaca. Banyak yang telah
mempraktikkannya dan merasa takjub dengan hasil yang diperoleh. Buku ini
memberikan percepatan-percepatan dalam memperoleh rezeki dalam 99 hari atau
kurang dari 99 hari. Buku tersebut juga menjadi mega best seller dan terbukti
berhasil memotivasi pembacanya.
Kemampuan penulis dalam berbahasa dapat dianalisis dengan
menggunakan kajian pragmatik, yaitu tindak tutur. Austin (dalam Purba, 2002:
76) menegaskan perihal tindak tutur, “dalam mengatakan sesuatu, berarti kita
melakukan sesuatu”. Artinya, dalam mengatakan sesuatu, mengandung suatu
tindakan. Cara seorang penulis mengungkapkan perkataannya dalam sebuah buku
akan berbeda dengan penulis lainnya. Itu sebabnya setiap penulis pasti memiliki
tindak tutur yang berbeda-beda, bahkan untuk menjelaskan satu hal, karena
kemampuan dan cara pengungkapannya berbeda.
Dalam lingkup buku motivasi, tindak tutur sangat berperan dalam
menyakinkan pembaca, dari mulai pernyataannya, pertanggungjawaban serta
pengaruh tuturannya. Dari ketiga jenis tindak tutur yang ada, yakni: lokusi,
ilokusi, dan perlokusi, maka penelitian dititikberatkan pada tindak tutur ilokusi.
Tindak tutur ilokusi dipilih karena lebih representatif untuk dilihat
pertanggungjawaban penuturnya, mengingat subjek penelitiannya adalah tuturan
yang terdapat pada buku motivasi, yang penuturnya harus terlebih dahulu
mempraktikkan apa yang dituturkannya. Selain itu juga, karena tindak tutur lokusi
hanya sebatas tindakan mengatakan sesuatu, yang dianggap kurang penting dalam
7
terhadap mitra tutur, yang penyebaran pembacanya tidak dapat diketahui secara
pasti.
Dalam tindak tutur ilokusi, Purba (2002: 81) mengatakan, “penutur
bertanggung jawab melaksanakan isi tuturannya. Daya itu juga yang membuka
peluang bagi penutur melaksanakan tuturannya dalam tindak nyata”. Sebagai
pemotivasi, penulis haruslah terlebih dahulu melaksanakan tuturannya demi
meyakinkan pembaca.
Tindak tutur ilokusi tersebut dapat dilihat dari kalimat-kalimat yang
dituturkan penulis dalam bukunya. Dalam hal ini melihat ujaran performatif
kalimatnya (apakah kalimat tersebut bermaksud menyatakan, menegaskan,
berjanji, dll) untuk selanjutnya diidentifikasi dan diklasifikasi ke dalam salah satu
dari lima jenis tindak tutur ilokusi, yang terdiri dari tindak tutur representatif,
direktif, ekspresif, komisif, dan tindak tutur deklaratif. Untuk itulah penelitian ini
dilakukan, di samping penelitian-penelitian sebelumnya masih memfokuskan
pada tayangan televisi, novel ataupun cerpen. Dengan harapan, tindak bahasa
ilokusi dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui buku motivasi tersebut
memang terbilang sukses dan patut diapresiasi seperti yang terjadi berdasarkan
testimoni dan tanggapan positif yang ada.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memberi judul “Tindak
Tutur Ilokusi pada Buku “7 Keajaiban Rezeki” Karangan Ippho Santosa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah
8
1. “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa menjadi buku Mega Best Seller
yang belum terjamah peneliti bahasa, sehingga tidak diketahui bagaimana
bahasa yang terdapat pada buku tersebut, padahal kenyataannya buku tersebut
diapresiasi dan dipahami oleh pembaca,
2. bahasa yang terdapat pada buku “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho
Santosa sesungguhnya dapat dijangkau dengan penganalisisan jenis tindak
tutur ilokusinya,
3. belum terpetakannya pengaruh tindak tutur ilokusi terhadap pembaca buku
“7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa,
4. keberagaman tuturan ilokusi dari para penulis, memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pembaca,
5. kaitan latar belakang penulis yang menyebabkan pengaruh tuturan ilokusi
pada buku “7 Keajaiban Rezeki”.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis membatasi masalah pada jenis tindak
tutur ilokusi yang digunakan pada buku “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho
Santosa yakni representatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif, tuturan
performatif yang digunakan berdasarkan jenis tindak tutur ilokusi masing-masing,
dan jenis tindak tutur ilokusi yang paling dominan digunakan pada buku “7
Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa. Dari ketiga jenis tindak tutur yang
ada, yakni: lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka penelitian dititikberatkan pada
tindak tutur ilokusi, karena lebih representatif untuk dilihat pertanggungjawaban
9
buku motivasi, yang penuturnya harus terlebih dahulu mempraktikkan apa yang
dituturkannya. Selain itu juga, karena tindak tutur lokusi hanya sebatas tindakan
mengatakan sesuatu, yang dianggap kurang penting dalam tindak tutur, dan juga
tindak tutur perlokusi yang menitikberatkan pada pengaruh terhadap mitra tutur,
yang penyebaran pembacanya tidak dapat diketahui secara pasti.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. apa saja jenis tindak tutur ilokusi (representatif, direktif, ekspresif,
komisif, dan deklaratif) yang digunakan pada buku “7 Keajaiban Rezeki”
karangan Ippho Santosa?
2. apa saja tuturan performatif yang digunakan berdasarkan jenis tindak tutur
ilokusi masing-masing (representatif, direktif, ekspresif, komisif,
deklaratif) pada buku “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa?
3. apa jenis tindak tutur ilokusi yang paling dominan digunakan pada buku
“7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tindak tutur
ilokusi (representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif) yang digunakan
pada buku “7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa, jenis tuturan
10
dan jenis tindak tutur ilokusi yang paling dominan digunakan pada buku
“7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
bidang linguistik, pada pragmatik umumnya dan khususnya tentang cakupan
kajian tindak tutur.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan dan dipraktikkan seseorang
193 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan
rumusan masalah, yaitu jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan pada buku
“7 Keajaiban Rezeki” karangan Ippho Santosa. Berdasarkan analisis terhadap
buku “7 Keajaiban Rezeki”, ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi, yaitu
representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Pertama, tindak tutur
representatif, yang meliputi: menyatakan (9 tuturan), menuntut (2 tuturan),
mengakui (6 tuturan), melaporkan (11 tuturan), menunjukkan (16 tuturan),
menyebutkan (18 tuturan), memberikan kesaksian (10 tuturan), dan berspekulasi
(8 tuturan).
Kedua, tindak tutur direktif,yang meliputi: mengajak (6 tuturan), meminta
(4 tuturan), menyuruh (8 tuturan), mendesak (4 tuturan), menyarankan (2 tuturan).
Ketiga, tindak tutur ekspresif, yang meliputi: mengkritik (6 tuturan), mengeluh
(1 tuturan), menyalahkan (2 tuturan), mengucapkan selamat (1 tuturan), dan
menyanjung (1 tuturan). Keempat, tindak tutur komisif, yang meliputi:
mengancam (2 tuturan) dan meyakinkan (11 tuturan). Kelima, tindak tutur
deklaratif, yang meliputi: melarang (2 tuturan), mengizinkan (1 tuturan), dan
menggolongkan (2 tuturan). Total keseluruhannya adalah 133 tuturan.
Dari hasil perolehan data ditemukan 133 tuturan ilokusi, yang paling
dominan adalah tindak tutur representatif sebanyak 80 tuturan (60,16%),
194
komisif sebanyak 13 tuturan, (9,8%) tindak tutur ekspresif sebanyak 11 tuturan
(8,26%), dan yang terakhir tindak tutur deklaratif sebanyak 5 tuturan (3,75%).
Setiap jenis tindak tutur ilokusi yang dominan dalam sebuah buku akan
berbeda, tergantung pengarang, gender, tema dari buku tersebut dan penyelarasan
dengan tujuan tuturan yang ingin dicapai penutur. Dari sudut penggunaan bahasa
dalam tulisan, dapat dilihat tujuan memotivasi seseorang cenderung menggunakan
tindak tutur ilokusi representatif, karena lebih efisien, terbuka, menghadirkan
fakta, dan tanpa penetrasi yang membebani pembaca. Pembaca bebas memainkan
logikanya sendiri, karena tuturan yang mengandung paksaan akan berdampak
negatif pada pemenuhan tindakan yang diharapkan penutur.
Berdasarkan 133 tuturan ilokusi yang ditemukan, terjawab bahwa kajian
pragmatik, khususnya tindak tutur ilokusi dapat dijadikan tolok ukur untuk
menentukan jenis tindak tutur yang cenderung digunakan dalam memotivasi
pembaca. Mendukung fakta larisnya buku ini di pasaran, yang terlihat berdasarkan
pembubuhan testimoni dan tanggapan positif dari pembaca, baik yang tertera di
buku ini maupun di sosial media. Buku ini baik dibaca untuk seluruh kalangan,
karena konteks pembicaraan tentang percepatan kesuksesan amat kaya dengan
sudut pandang umum (logika, ilmu pengetahuan, dan bentuk kepercayaan atau
religiuitas) dengan dominasi konteks otak kanan.
5.2 Saran
Beberapa penelitian kerap menggunakan kajian pragmatik, khususnya
tindak tutur untuk mengetahui tindakan yang dimaksudkan dalam sebuah tuturan.
195
Padahal, tindak tutur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan dalam
tuturan seorang pengarang dalam buku, yang notabene langsung merujuk pada
tokoh yang hidup di tengah-tengah kita. Dengan analisis tindak tutur ilokusi dapat
mengungkap ciri dan pola pikir seseorang, yang amat berguna bagi
pengembangan ilmu bahasa. Dengan kata lain, tindak tutur ilokusi bahkan dapat
memprediksi pribadi seseorang melalui bahasa yang dipilihnya.
Sekiranya lebih banyak penelitian dalam cakupan tindak tutur yang
berobjek pada buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh berpengaruh. Sehingga tindak
tutur berkesan lebih nyata, tidak hanya berkutat pada objek yang bersifat fiksi
196
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Bastian, Dolly. 2011. Manfaat Membaca Buku-buku Motivasi. (http://dollybastian.wordpress.com/2011/09/26/manfaat-membaca-buku-buku-motivasi/, diakses tanggal 13 Januari 2014).
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. 1996. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
M.S. Syamsuddin, A.R. et.al. 1997. Studi Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nazhira, Rusyda. 2014. Analisis Semiotik Bahasa Pada Papan Iklan Layanan Masyarakat di Kota Tebing Tinggi. Skripsi Tidak diterbitkan. Medan Fakuktas Bahasa dan SeniUniversitas Negeri Medan.
Prayitno, Harun Joko. Perilaku Tindak Tutur Berbahasa Pemimpin dalam Wacana Rapat Dinas: Kajian Pragmatik dengan Pendekatan Jender. Vol.21. No.2 (132-146)
Pringganti, Agustina. 2013. Analisis Tindak Tutur Ilokusi pada Cerpen Ilona
Karya Leila S. Chudori.
(www.academia.edu/4153329/ANALISIS_TINDAK_TUTUR_ILOKUSI_P ADA_CERPEN_ILONA_KARYA_LEILA_S._CHUDORI, diakses 13 januari 2014).
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press Medan.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santosa, Ippho. 2011. 7 Keajaiban Rezeki. Jakarta: PT Gramedia.
197
Siring-ringo, Suryono Brandoi. 13 Januari 2014. Cegah Generasi Nol Buku. harian analisa medan. hlm. 25.
Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.