• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SMP KELAS VIII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SMP KELAS VIII."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

DI SMP KELAS VIII

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

FITRIANI

NIM: 8126171009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

FITRIANI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Tesis. Medan. 2014. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP kelas VIII. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengetahui proses mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, (2) Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, (3) Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui perangkat pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model 4-D Thiagarajan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Buku Petunjuk Guru (BPG), Buku Siswa (BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM). Ujicoba dilakukan sebanyak dua kali pada siswa kelas VIII SMP PGRI 9 Percut Sei Tuan dan SMP IT Al Hijrah Deli Serdang. Pada ujicoba ke-1 diperoleh efektivitas perangkat pembelajaran belum dikatakan efektif karena masih terdapat komponen aktivitas siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran belum mencapai efektif. Hasil ujicoba ke-1 dijadikan bahan untuk merevisi perangkat pembelajaran. Hasil ujicoba ke-2 perangkat pembelajaran sudah mencapai kategori efektif. Hal ini ditunjukkan oleh: (a) Aktivitas siswa adalah efektif, (b) Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah efektif, (c) Respon siswa terhadap pembelajaran adalah positif dan, (d) Ketuntasan kemampuan komunikasi matematik lebih dari 80% siswa mencapai KKM. Hasil pengujian ujicoba perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa (1) Pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah valid dan praktis. (2) Penerapan pengembangkan perangkat pembelajaran efektif ditinjau dari hasil observasi guru dan siswa. (3) Kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Model Pembelajaran

(7)

ii

ABSTRACT

FITRIANI. The Development of Learning Devices Through The Cooperative

Learning Model Jigsaw Type in Improved Students’ Mathematical Communication ability at SMP Grade VIII. Thesis. Medan 2014. Study Program: Mathematics Education of Postgraduate of State University of Medan.

The general aim of the research is to produce the learning devices through the model cooperative learning type jigsaw at SMP grade VIII. Then the specific aim are (1) to find out the develop process learning devices through the model cooperative learning type jigsaw in improved students’ mathematical communication ability, (2) to find out the learning devices effective through the model cooperative learning type jigsaw in improved students’ mathematical communication ability, (3) to find out the enhancement of students’ mathematical communication ability through the model cooperative learning type jigsaw be compared use ordinary learning. This research is developmental research Thiagarajan 4-D models. The learning devices developed is limited on the teacher’s handbook, students’ textbooks, lesson plans, students’ activity sheets, and the test the mathematical communication ability. Tryout was conducted twice on the student of grade VIII of SMP PGRI 9 Percut Sei Tuan and SMP IT AL Hijrah Deli Serdang. In the first tryout, it has resulted that learning devices were not effective because student activities and teacher abilities component were not effective. Results of the first tryout could be used to revise learning devices. In the second tryout learning devices has been effective. It showed by: (a) Student activities were effective, (b) Teacher abilities were effective, (c) Student responses were positive, and (d) completeness mathematical communication ability were more than 80% has been minimal completeness criteria. The results of tryout on learning devices showed that (1) the development of learning devices which developed through the model cooperative learning type jigsaw is valid and practical. (2) the usage of learning devices development by effective reviewed from teacher and student observations. (3) students’ mathematical communication ability by using learning devices developed by model cooperative learning type jigsaw is better than use ordinary learning.

Keyword: Development of Learning Devices, Model Cooperative Learning Type

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan tesis dengan judul

“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa di SMP Kelas VIII”. Salawat dan salam ke-Ruh junjungan

kita Rasulullah SAW, yang telah menuntun umatnya kepada jalan yang diridhai Allah.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Teristimewa kepada Ayahanda Syarifuddin Harahap dan Ibunda Nurhayati Nasution yang selalu ada di dalam hati sepanjang masa selaku memberikan do’a dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini.

(9)

keponakan-iv

keponakanku Khoiruddin Siregar, Azhari Siregar, Zahra Simanjuntak, Marwah Simanjuntak dan Haris Nasution dan juga keluarga besar yang selalu memberikan do’a dan dukungan yang besar selama ini.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus Pembimbing I serta notulen dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan memberikan motivasi sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

4. Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D dan Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd; Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS selaku narasumber yang telah memberikan arahan dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Dapot Tua Manullang selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

7. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.

(10)

v

9. Bapak Zuheyri S.Pd.I selaku Kepala SMPIT Al Hijrah Deli Serdang beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.

10.Ibu Dra. Hj. Ummi Kalsum selaku Kepala SMP PGRI-9 Percut Sei Tuan beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.

11.Sahabat seperjuangan angkatan XXI Prodi Matematika terkhusus Master Hap-Hap A-2 (Nita, Rohantizani, Yunita, Yulia, Lili, Ika, Cris, Suwanto, Daut, Hilman, Suwanti, Winmeri, Devi, Ina, Juindi, Yusnarti, dan Erik) yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis. 12.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan

dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kirannya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari tesis ini, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Juni 2014 Penulis

(11)

vi

2.1.2.Kemampuan Komunikasi Matematik ... 19

2.1.3.Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.1.4.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 27

2.1.5.Pembelajaran Biasa ... 33

2.1.6.Teori Belajar Pendukung ... 34

2.1.7.Perangkat Pembelajaran ... 42

2.1.8.Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 58

2.2. Penelitian yang Relevan ... 64

2.3. Kerangka Konseptual ... 68

2.4. Hipotesis Penelitian ... 74

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 77

3.2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 77

3.3. Penilaian Para Ahli ... 81

3.4. DefInisi Operasional Variabel ... 81

3.5. Ujicoba Lapangan ... 83

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 88

3.7. Teknik Analisis Data ... 90

3.7.1.Analisis Data untuk Menghitung Reliabilitas dan Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Sensitivitas Instrumen .. 90

3.7.2.Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian pada Rumusan Masalah ... 100

(12)

vii

4.1.1.Deskripsi Tahap Pendefenisian (Define) ... 107

4.1.2.Deskripsi Tahapan Perencanaan (Design) ... 117

4.1.3.Hasil Tahap Pengembangan (Develop) ... 125

4.2. Pembahasan ... 178

4.3. Kelemahan Penelitian ... 196

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 197

5.2. Saran ... 199

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Langkah-langkah/Sintaksis Model Pembelajaran Kooperatif ... 25

Tabel 2. 2 Pedoman Pemberian Skor PerkembanganIndividu ... 31

Tabel 2. 3 Skor Penghargaan Kelompok ... 32

Tabel 2. 4 Indikator-indikator/Aspek yang Diamatai pada Kemampuan Guru Mengelola pembelajaran ... 57

Tabel 3. 1 Format Perhitungan Validasi ... 91

Tabel 3. 2 Hasil Ujicoba Validasi Pre-Tes Komunikasi Matematik ... 94

Tabel 3. 3 Hasil Ujicoba Validasi Pos-Tes Komunikasi Matematik ... 94

Tabel 3. 4 Kesimpulan IK dan DP Pre-Tes Komunikasi Matematik ... 96

Tabel 3. 5 Kesimpulan IK dan DP Pos-Tes Komunikasi Matematik ... 96

Tabel 3. 6 Kesimpulan Reliabilitas Pre-Tes dan Pos-Tes Komunikasi Matematik ... 97

Tabel 3. 7 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ... 101

Tabel 3. 8 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 102

Tabel 3. 9 Tabel Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 105

Tabel 4. 1 Media dan Alat Peraga Pembelajaran Materi Kubus dan Balok SMP Kelas VIII ... 117

Tabel 4. 2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 125

Tabel 4. 3 Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru (BPG) ... 126

Tabel 4. 4 Rvisi Buku Petunjuk Guru (BPG) Berdasarkan Hasil Validasi ... 128

Tabel 4. 5 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ... 129

Tabel 4. 6 Revisi Buku Siswa (BS) Berdasarkan Hasil Validasi ... 131

Tabel 4. 7 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 132

Tabel 4. 8 Revisis RPP Berdasarkan Hasil Validasi ... 134

Tabel 4. 9 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 135

Tabel 4. 10 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ... 137

Tabel 4. 11 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (Pre Tes) . 138 Tabel 4. 12 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (Pos Tes) . 140 Tabel 4. 13 Revisi Pre Tes da Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Hasil validasi ... 142

Tabel 4. 14 Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Ujicoba ke-1 ... 145

Tabel 4. 15 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba ke-1 ... 147

Tabel 4. 16 Kriteria Guru Mengelola Pembelajara ... 147

Tabel 4. 17 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ujicoba ke-1 ... 149

Tabel 4. 18 Hasil Tes Komunikasi Matematik untuk Pre Tes Ujicoba ke-1 ... 150

Tabel 4. 19 Hasil Tes Komunikasi Matematik untuk Pos Tes Ujicoba ke-1 ... 151

Tabel 4. 20 Sensitivitas Butir Tes Ujicoba ke-1 ... 152

Tabel 4. 21 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Ujicoba ke-1 ... 152

Tabel 4. 22 Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Ujicoba ke-2 ... 163

Tabel 4. 23 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba ke-2 ... 164

Tabel 4. 24 Kriteria Guru Mengelola Pembelajara ... 164

(14)

Tabel 4. 26 Data Hasil Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 167

Tabel 4. 27 Normalitas Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 169

Tabel 4. 28 Uji Perbedaan Rata-Rata Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 171

Tabel 4. 29 Data Hasil Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 172

Tabel 4. 30 Normalitas Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 173

Tabel 4. 31 Uji Perbedaan Rata-Rata Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 175

Tabel 4. 32 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik ... 176

Tabel 4. 33 Sensitivitas Butir Tes ... 178

Tabel 4. 34 Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ujicoba ke-2 ... 184

Tabel 4. 35 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba ke-2 ... 189

Tabel 4. 36 Hasil Angket respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ujicoba ke-2 ... 191

Tabel 4. 37 Uji Perbedaan Rata-Rata Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 192

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Salah Satu Hasil Kerja Siswa ... 9 Gambar 2. 1 Pembentukan Kooperatif Tipe Jigsaw ... 28 Gambar 4. 1 Penguasaan Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 168 Gambar 4. 2 Penguasaan Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 172 Gambar 4. 3 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik

(16)

DAFTAR SKEMA

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Lembar instrumen ... 203

Lampiran II Buku Petunjuk Guru ... 213

Lampiran III Buku Siswa ... 263

Lampiran IV Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas siswa (LAS) ... 296

RPP I ... 297

LAS I ... 316

RPP II ... 333

LAS II ... 351

RPP III ... 361

LAS III ... 378

RPP IV ... 391

LAS IV ... 408

Lampiran V Tes Kemampuan Belajar ... 418

Lampiran VI Hasil Ujicoba Instrumen ... 432

Lampiran VII Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 437

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) telah ditetapkan oleh pemerintah. Mulyasa (2013:23) menyatakan SKL adalah ‘kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan’. Namun bagaimana untuk mencapainya dan apa perangkat pembelajaran yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam pelaksananaan pembelajaran, perangkat pembelajaran sangat berperan penting. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (Frisnoiry, 2013:14) :

Sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuaan ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

Kurikulum 2013 ini tidak akan berhasil secara optimal tanpa individualisasi dan personalisasi (Mulyasa, 2013:73). Mendasar pada penjelasan di atas maka sangat jelas bahwa mutu pendidikan sangat perlu diperhatikan atau ditingkatkan, salah satu caranya dengan membuat/menyusun serta mengembangkan perangkat pembelajaran karena perangkat pembelajaran merupakan bagian dari proses pembelajaran. Sehingga dari penjelasan tersebut di atas terlihat pentingnya perangkat pembelajaran dibuat dalam proses pembelajaran.

(19)

2

merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran. Pernyataan ini sesuai dengan bunyi UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003: SNP (Kurikulum 2013:21) menyatakan bahwa kurikulum adalah ‘‘seperangkat rencana dan pengaturan mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu’’. Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak guru yang tidak memiliki perangkat pembelajaran saat mengajar, bahkan yang lebih memprihatinkan bahwa perangkat pembelajaran digunakan hanya sebatas administrasi dan formalitas dalam artian bahwa sang guru mengaplikasikan sesuatu yang berbeda dari perangkat mengajarnya.

(20)

3

berbagai aktivitas di kelas, strategi, metode atau bahkan langkah pembelajaran dengan data yang ada diperangkat pembelajaran, (3) Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan profesionalisme, yaitu profesionalisme seorang guru dapat ditingkatkan dengan perangkat pembelajaran artinya perangkat pembelajaran tidak hanya sebagai kelengkapan administrasi saja, tetapi lebih sebagai media peningkatan profesionalisme, seorang guru harus benar-benar menggunakan dan mengembangkan perangkat pembelajarannya. Memperbaiki segala yang terkait dengan proses pembelajaran lewat perangkatnya. Jika tidak, maka kemampuan sang guru mungkin menurun, (4) Mempermudah, yaitu memiliki perangkat pembelajaran sangat mempermudah seorang guru dalam membantu proses fasilitasi pembelajaran dengan perangkat pembelajaran, seorang guru bisa dengan mudah menyampaikan materi hanya dengan melihat perangkatnya tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.

Masih banyak alasan kenapa perangkat pembelajaran begitu penting bagi seorang guru. Semangat seorang guru dalam mengajar ternyata banyak ditentukan oleh pengaruh perangkat nya. Layaknya sebuah senjata tentu saja antara semangat pemiliknya dan kehebatan senjata nya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak dapat dipisahkan untuk mencapai kemenangan.

(21)

4

perangkat pembelajaran karena bahan ajar adalah bagian dari perangkat pembelajaran sehingga guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri.

Fenomena yang terjadi dilapangan sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap beberapa guru matematika menyatakan bahwa:

Dalam kegiatan proses belajar pembelajaran guru jarang bahkan tidak pernah mengembangkan perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, dimana perangkat pembelajaran yang digunakan selama ini hanya menggunakan perangkat pembelajaran berupa RPP, silabus, buku pegangan. RPP yang digunakan selama ini tidak menggunakan sintak/langkah-langkah pembelajaran yang ada, dan buku pegangan guru sama dengan buku pegangan siswa yang dapat dibeli di toko-toko buku yang tersedia, serta permasalahan-permasalahan yang ada pada buku tersebut tidak mengarah kepada dunia nyata siswa. Selain itu juga guru tidak pernah memperhatikan/menguji apakah perangkat pembelajaran yang digunakan selama ini sudah efektif dalam meningkatkan kemampuan matematik siswa khususnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

Dalam mendukung kurikulum, perangkat pembelajaran menempati posisi penting dalam mencapai SKL. Sejalan dengan pendapat Haggarty dan Keynes (Muchayat, 2011:201) menjelaskan bahwa dalam rangka memperbaiki pengajaran dan pembelajaran matematika di kelas diperlukan usaha untuk memperbaiki pemahaman guru, siswa, bahan yang digunakan untuk pembelajaran dan interaksi antara mereka. Agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik, disamping perlu adanya pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, juga diperlukan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai pula dengan metode dan strategi pembelajaran yang digunakan.

(22)

5

pemecahan masalah belajar (Depdiknas, 2008:8). Pengembangan perangkat pembelajaran harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pernyataan ini sejalan dengan tujuan pengembangkan kurukum 2013 (Mulyasa, 2013:65) menyatakan bahwa ‘‘melalui pengembangan kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan indonesian yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi’’. Apabila perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat perangkat pembelajaran sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahuan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dan lain sebagainya. Namun demikian, kalaupun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti tidak perlu melakukan pengembangan perangkat pembelajaran sendiri.

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswanya. Dengan alasan misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal siswa, minat, latar belakang keluarga dan lain sebagainya. Untuk itu, maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.

(23)

6

sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa mengalami kesulitan dalam memahaminya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berupa bahan ajar yang tepat yang membantu siswa. Jika materi bersifat abstrak maka dalam menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, digunakan misalnya dengan gambar, foto, bagan, skema, dan lain sebagainya. Jika materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

Tujuan diadakannya pengembangan perangkat pembelajaran ialah untuk menghasilkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang mampu memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Dimana produk tersebut disempurnakan karena dianggap kurang tepat dalam menjalankan fungsinya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Terutama dalam meningkatkan kemampuan matematik siswa, khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

Kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika yaitu meliputi:

1. Kemampuan pemecahan masalah 2. Kemampuan komunikasi

(24)

7

Salah satu dari lima kemampuan matematik di atas yaitu komunikasi. Standar komunikasi menitik beratkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Belajar berkomunikasi membantu perkembangan interaksi dan pengungkapan ide-ide di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana yang aktif. Komunikasi bisa membantu siswa tentang konsep matematika baru ketika memerankan situasi, menggambarkan, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal, serta ketika menggunakan diagram, menulis dan menggunakan simbol matematika. Keuntungan lain, bisa mengingatkan siswa bahwa mereka bertanggung jawab dengan guru atas pembelajaran yang muncul.

Peressini dan Busset (NCTM dalam Frisnoiry, 2013:6) menambahkan “Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika”. Sejalan dengan hal tersebut, Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan gagasasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Dari prinsip NCTM dan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik merupakan hal yang sangat penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematik, untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

(25)

8

berpikir, alat bantu menemukan pula, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga antar guru dan siswa. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam membelajarkan matematika. Hal ini didukung dengan pendapat Asikin (Frisnoiry, 2013:2) bahwa peran komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah: (1) dengan komunikasi ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika, (2) komunikasi merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa, (3) melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka, (4) komunikasi matematika antar siswa dalam pembelajaran matemtika sangat penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan pemecahan masalah dan penigkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan keterampilan sosial, (5) “wraiting and talking” dapat menjadikan alat yang sangat bermakna (power full) untuk membantu komunikasi matematika yang inklusif.

(26)

9

meyakinkan orang lain dalam rangka memperoleh pemahaman bersama. Kemudian dengan komunikasi guru dapat “mengukur” pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan pemahaman matematik para siswa.

Namun, pada kenyataannya komunikasi merupakan salah satu masalah yang kerap kali dialami oleh siswa di sekolah. Kasus ini juga diperkuat ketika peneliti memberikan tes tentang bangun ruang kepada siswa kelas VIII dalam mengukur komunikasi matematik siswa, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan persoalan matematika tersebut sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.

Sebagai contoh, sebuah bak mandi berukuran 100cm x 50cm x 40cm, bak berisi penuh air. Jika air tersebut dipindahkan ke dalam suatu wadah berbentuk kubus yang berukuran panjang rusuk 60 cm. Maka hitunglah tinggi air di dalam wadah tersebut?

Salah satu hasil kerja siswa ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1. 1 Salah Satu Hasil Kerja Siswa

(27)

10

menjelaskan persoalan dalam bentuk gambar, tidak mampu membuat gagasan ke dalam symbol matematika dengan baik, ketidak mampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan ke dalam ide matematika. Sehingga dalam memberikan jawaban, siswa banyak yang tidak mampu menyelesaikannya. Masalah tersebut diperkirakan karena perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran tidak efektif terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran yang diinginkan, sehingga berpengaruh terhadap minat atau respon siswa mengikuti proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini akan diterapkan melalui pembelajaran kooperatif, karena secara teoretik pembelajaran ini terdapat interaksi kelompok kecil yang mendukung upaya untuk menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Yackel, Cobb, dan Wood dalam Subanindro (2012:4) bahwa:

Interaksi kelompok kecil adalah “seen as one way to encourage the

development of mathematical relationships, reasoning, and

communication and to otherwise engage students in meaningful mathematical activity”. Artinya, interaksi kelompok kecil dapat dilihat

sebagai satu cara untuk menumbuhkembangkan kemampuan hubungan/koneksitas, penalaran, dan komunikasi serta mengajak teman-teman yang lain dalam kegiatan matematik yang bermakna.

(28)

11

siswa sekaligus turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda. Jigsaw merupakan tim ahli, dimana jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Jhon Hopkins. Secara umum dalam belajar kooperatif tipe jigsaw siswa dikelompokkan oleh secara heterogen dalam kemampuan, siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari, masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut, setelah di bahas maka ahli dari kelompok berbeda berkumpul mendiskusikan topik yang sama dari kelompok yang lain sampai mereka ahli dikonsep yang mereka pelajari, kemudian mereka kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Hal ini didukung oleh teori Vygotsky bahwa: (1) perkembangan anak berangkat dari bidang sosial menuju bidang individual, (2) Zone of Proximal Development (ZPD) yaitu suatu interval dari perkembangan aktual menuju perkembangan potensial, (3) adanya pemberian bantuan (scaffolding), dan (4) adanya interaksi sosial kultur. Berarti siswa sendiri menemukan dan menjelaskan masalah atau materi yang akan diselesaikan. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar yang biasa dilakukan pada umumnya yaitu dalam pembelajaran siswa tidak dibagi-bagi dalam bentuk kelompok dan masalah biasanya diselesaikan oleh guru itu sendiri.

(29)

12

koopertif tipe jigsaw, karena menurut penelitian-penelitian yang direview Newman dan Thompson dalam bukunya Huda (2011:292-294) menyebutkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih mengandalkan minat intrinsik siswa dan evaluasi kelompok, dan juga pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berusaha mereduksi bentuk-bentuk negative individualisme dan kompetisi, dimana tipe ini dirancang untuk meningkatkan perilaku kooperatif, memberikan pujian/penghargaan pada kelompok (bukan individu), dan menuntun siswa untuk merangkul teman-teman satu kelompoknya yang berasal dari latar belakang sosial yang beragam (khususnya ras, etnik, dan cacat fisik). Sehingga tipe jigsaw ini sangat sejalan dengan harapan pembelajaran kooperatif secara umumnya.

Perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga mendukung siswa agar lebih bertanggung jawab, dan menjadikan siswa memperoleh pengetahuan yang baru dan bermakna. Selain itu juga siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

(30)

13

lain. Para siswa yang terlibat di dalam diskusi dimana mereka menjustifikasi pemecahan-pemecahan terutama dihadapan ketidaksepakatan akan memperoleh pemahaman matematis yang lebih baik saat mereka berusaha meyakinkan teman-teman mereka dari sudut pandang yag berbeda. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

Selain itu Lie (2010:69) menambahkan pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah bahwa ‘siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi’. Ansari (2009: 57-58) menyebutkan bahwa strategi atau model pembelajaran yang mendukung kemampuan komunikasi matematik salah satunya ialah kooperatif tipe jigsaw.

(31)

14

penelitiannya adalah menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang valid.

Hasil penelitian yang lain yaitu dilakukan oleh Yuslinawati (2012) bahwa salah satu hasil penelitiannya ialah respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menggunakan software autograph adalah positif, dan proses jawaban siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih bervariasi daripada proses jawaban siswa pada pembelajaran secara konvensional.

(32)

15

secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Bruner (Dahar, 2011:78) memiliki tiga cara penyejian yaitu: enaktif (melalui tindakan), ikonik (pikiran internal) dan simbolis (menggunakan kata-kata atau bahasa).

Dari dasar-dasar tersebut, peneliti tertarik untuk mengembangkan suatu perangkat pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengajukan sebuah studi dengan judul “pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa di SMP kelas VIII”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurang efektif perangkat pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

2. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah

3. Guru tidak pernah mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

4. Kurang efektif guru dan siswa dalam menerapkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP

5. Penggunaan perangkat pembelajaran yang tidak tepat dengan karakteristik materi pelajaran dan metode mengajar, atau pendekatan yang kurang bervariasi

(33)

16

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis membatasi masalah pada:

1. Pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

2. Efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa 3. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa menggunakan

perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa?

2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa?

(34)

17

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP kelas VIII. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui proses mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

2. Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

3. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui perangkat pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan pembelajaran biasa

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di kelas. Manfaat yang mungkin diperoleh antara lain:

1. Menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran matematika

2. Dapat meningkatkan efektivitas perangkat pembelajaran matematika siswa 3. Memberikan informasi bagi guru matematika dalam menentukan alternatif

(35)

18

4. Bagi kepala sekolah, dapat menjadi pertimbangan kepada tenaga edukatif untuk menerapkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut 5. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pengembangan

perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran koopeatif tipe jigsaw lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi

(36)

197

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

1. Berdasarkan pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 3-D yang telah dimodifikasi dari model 4-D Thiagarajan, dihasilkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang valid dan praktis untuk topik kubus dan balok di kelas VIII SMP yang telah dilakukan ujicoba sebanyak dua kali. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari (1) Buku Petunjuk Guru (BPG), (2) Buku Siswa (BS), (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (4) Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM). Dapat dilihat dari hasil validasi validator: rata-rata total BPG = 4,65 kategori sangat baik, rata-rata total BS = 4,41 kategori sangat baik, rata-rata total RPP = 4,21 kategori sangat baik, rata-rata total LAS = 4,41 kategori sangat baik, rata-rata total pre tes untuk TKKM = 4,27 kategori sangat baik, dan pos tes untuk TKKM = 4,40 kategori sangat baik.

(37)

198

kemampuan guru mengelola pembelajaran yang belum efektif karena pada RPP I dan RPP II yang masih memiliki kategori kurang baik dan cukup baik, (3) respon siswa sudah mencapai di atas 80 % setiap RPP, dan (4) sudah mencapai ketuntasan dilihat dari keberhasilan siswa yang telah mencapai KKM. Jadi berdasarkan hasil perolehan tersebut perangkat pembelajaran pada ujicoba ke-1 belum dikatakan efektif karena dari keempat komponen efektif masih terdapat dua komponen yang belum mencapai efektif yaitu aktivitas siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran. Sehingga dari hasil ujicoba ke-1 dapat dijadikan bahan untuk merevisi perangkat pembelajaran untuk memperoleh draf-C yang akan digunakan untuk ujicoba ke-2. Sedangkan pada ujicoba ke-2 perangkat pembelajaran sudah mencapai kategori efektif. Hal ini ditunjukkan oleh:

a. Aktivitas siswa adalah efektif

b. Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah efektif c. Respon siswa terhadap pembelajaran adalah positif

d. Ketuntasan kemampuan komunikasi matematik lebih dari 80% siswa mencapai KKM.

(38)

199

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal:

1. Perangkat yang dihasilkan masih sampai pada tahap model 3-D modifikasi dari model 4-D Thiagarajan, sehingga perlu untuk dikembangkan lagi sampai pada tahap model 4-D Thiagarajan untuk menghasilkan perangkat yang berkualitas.

2. Perangkat yang dihasilkan ini juga masih perlu diujicobakan lagi ke sekolah-sekolah yang lebih luas lagi untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaraban model 4-D Thiagarajan).

(39)

200

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, I. 2009. Komunikasi Matematika. Jakarta: Pena.

Arends, Richard. 2008. Learning to Teach Belajar Untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Buku Dua: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.

Asmin dan Abil Mansur. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (online), (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9 &cad=rja&ved=0CGsQFjAI&url=http%3A%2F%2Fgurupembaharu.com %2Fhome%2Fpcontent%2Fuploads%2Fdownloads%2F2011%2F09%2FP anduanPengembanganBahanPelajaran.doc&ei=nnBSUpucBczhrAeW74D 4Dw&usg=AFQjCNH9FtD0fPGtl4NdsimKO0saWd81g&bvm=bv.535371 00,d.bmk, diakses 07 Oktober 2013).

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fahmi, Arizal. 2012. Penerapan Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran

Matematika (Studi Kompratif Pemahaman Konsep dan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP). Medan: Program

Pascasarjana Unimed Medan.

Frisniory, Suci. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk

Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP N 7 Binjai. Medan:

Program Pascasarjana Unimed Medan.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Peserta Didik. Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

(40)

201

Latief, Mohammad Adnan. 2009. Penelitian Pengembangan. Universitas Negeri Malang: Tidak diterbitkan, (online), (http://sastra.um.ac.id/wp content/uploads/2009/09/Pengemb.pdf, diakses 01 Oktober 2013).

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learnig. Jakarta: Gramedia.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchayat. 2011. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan

strategi ideal problem solving bermuatan pendidikan karakter. Jurnal PP

Volume1,No.2,(online),(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc

Paingin. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik dan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Medan: Unversitas Negeri Medan.

Pakpahan, Lindung. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dengan Masalah Open-Ended sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa. Medan: Program Pascasarjana Unimed Medan.

Prasetyo, Wahyhu. 2012. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan

Pendekatan Pmr Pada Materi Lingkaran di Kelas VIII SMPN 2

Rohman, Muhammad dan Sofan Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan

Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Russeffendi. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

(41)

202

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Nonparametrik Konsep dan Aplikasi dengan

SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sinaga, Bornok. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Masalah Berbaisi Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan.

Surabaya: PPs UNESA.

Siregar, Nurfauziah. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP.Tesis Tidak Diterbitkan.Medan: Program

PascasarjanaUniversitasNegeri Medan.

Siregar, Sakinah Ubudiah. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berbasis Masalah dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas V MIN pada Pokok Bahasan Pecahan. Medan: Program

Pascasarjana Unimed Medan.

Subanindro. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri

Berorientasikan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematik Siswa SMA. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 10 November. (online), (http://eprints.uny.ac.id/10099/1/P%20-%2087.pdf, diakses 02 Oktober 2013).

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Thiagarajan, Sivasailam, dkk. 1920. Instructional Development for TrainingTeachers of Exceptional Children A Sourcebook. Washington:

National Center for Improvement of Educational.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yuslinawati. 2012. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan

Kemandirian belajar Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Software Autograph dengan Pembelajaran Konvensional Menggunakan Software Autograph. Medan:

Gambar

Gambar 1.1 Salah Satu Hasil Kerja Siswa  ........................................................
Gambar 1. 1 Salah Satu Hasil Kerja Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

[r]

David Groth and Toby Skandier,Network+ Study Guide(4th Edition), Sybex,AlamedaCA, 2005, pp?.

Konflik merupakan salah satu bentuk proses sosial antara dua orang atau dua kelompok yang masing-masing berusaha menyingkirkan lawannya atau membuatnya

dengan mengurangi waktu siklus pada beberapa stasiun kerja di lantai produksi.

Laporan Skripsi yang berjudul “Produksi Serbuk Pewa rna Alami Angkak ( Monascus sp. ) Dengan Berbagai Metode Pengeringan dan Konsentrasi Soy Protein Isolate ”

Hybrid DS/FH spread spectrum memiliki kehandalan yang sangat baik terhadap jamming yang berupa singletone jamming dan multitone jamming terbukti pada pengujian

Dari data tersebut maka peneliti berinisiatif untuk merancang software yang berfungsi untuk mendeteksi anak ADHD ( attention deficit and hyperactive disorder ) berbasis