iv
ABSTRAK
AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LOBAK
(Raphanus sativus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus
Ignatia Ilga Saridin, 2015 ; Pembimbing I : Widura, dr., MS.
Pembimbing II : Winsa Husin, dr., MSc., MKes., PA(K).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada manusia seringkali menyebabkan berbagai jenis infeksi. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan utama. Namun, penggunaannya yang berlebihan telah meningkatkan kasus resistensi dalam beberapa tahun terakhir ini. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mencari komponen antibakterial dari sumber lain seperti tanaman herbal. Lobak (Raphanus sativus L.) telah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan dan diketahui memiliki aktivitas antibakterial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakterial Ekstrak Etanol Lobak (EEL) terhadap pertumbuhan S. aureus.
Penelitian ini menggunakan metode disk diffusion¸ dimana enam varian konsetrasi EEL dimasukkan kedalam cakram sebanyak 20 µL dan diletakan pada Mueller Hinton Agar yang sudah diinokulasikan 100 µL S. aureus. Diameter zona inhibisi (mm) diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Hasil penelitian secara deskriptif menunjukan EEL memiliki aktivitas antibakterial terhadap S. aureus. Rerata zona inhibisi terluas dibentuk oleh EEL 200% (13,05 mm), diikuti EEL 100% (9,33 mm), EEL 50% (7,96 mm), EEL 25% (4,83 mm) dan EEL 12,5% (3,35 mm).
Simpulan dari penelitian ini EEL mempunyai aktivitas antibakterial terhadap S.aureus.
Kata kunci : Staphylococcus aureus, antibakterial, Ekstrak Etanol Lobak
v
ABSTRACT
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF RADISH (Raphanus sativus L.)
ETHANOLIC EXTRACT TOWARDS Staphylococcus aureus
antibiotic has caused the rising resistance in the last few years. For that reason, research to find antibacterial component from another source such as traditional herb is necessary. Radish (Raphanus sativus L.) has been widely used in many therapy and has been known to have antibacterial activity.The aim of this research is to evaluate the antibacterial activity of radish ethanolic extract (EEL) towards the growth of S, aureus.
This research used the disc diffusion method, where six various concentration of EEL were inserted to the disc approximately 20 µL and placed in the Mueller Hinton Agar that has been inoculated 100 µL of S. aureus. The diameter of the zone of inhibition was measured using a caliper.
The result of the research descriptevely showed that EEL has antibacterial activity towards S. aureus. The widest average zone of inhibition is shown by EEL 200% (13,05 mm), followed by EEL 100% (9,33 mm), EEL 50% (7,96 mm), EEL 25% (4,83 mm) and EEL 12,5% (3,35 mm).
The conclusion of this research is that EEL has antibacterial activity towards S,aureus.
Keywords : Staphylococcus aureus, antibacterial, Radish Ethanolic Extract (EEL)
viii
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 2
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3
1.5.1. Kerangka Pemikiran 3
2.2.3. Infeksi akibat S. aureus 10
2.2.3.1. Infeksi Kulit 10
2.2.3.2. Acne vulgaris 10
2.2.3.3. Scalded Skin Syndrome 11
2.2.3.4. Sindrom Syok Toksik 11
2.2.3.5. Food Poisoning 11
2.2.3.6. Infeksi lainnya 12
2.2.4. Komplikasi Infeksi S. aureus 12
ix
2.3. Antibiotik 12
2.4. Eritromisin 13
2.4.1. Mekanisme Kerja 13
2.4.2. Resistensi Antibiotik dan Eritromisin 13
2.4.3. Efek Samping Eritromisin 14
2.5. Lobak 14
3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian 21
3.2 Metode Penelitian 21
3.2.1 Disain Penelitian 21
3.2.2 Variabel Penelitian 22
3.2.2.1Definisi Konsepsional Variabel 22
3.2.2.2Definisi Operasional Variabel 22
3.3 Persiapan Kerja 22
3.3.1 Pengumpulan Bahan 22
3.3.2 Persiapan Bahan Uji 22
3.3.3 Pembuatan Lempeng Agar Darah (LAD) 23
3.3.4 Pembuatan Mueller Hinton Agar 23
3.3.5 Sterilisasi Alat 23
3.4 Pelaksanaan Penelitian 24
3.4.1 Persiapan Bakteri Uji 24
3.4.2 Identifikasi Bakteri Uji 25
3.4.3 Pembuatan Suspensi Bakteri 25
3.4.4 Pembuatan Varian Konsentrasi Ekstrak Etanol Lobak 25
3.4.5 Penentuan Difusi Cakram 26
x 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 27
4.2. Pembahasan 28
5. SIMPULAN
5.1. Simpulan 30
5.2. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 34
RIWAYAT HIDUP 37
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan dari Raphanus sativus L. 16 Tabel 4.1 Tabel 4.1 Rerata Zona Inhibisi Ekstrak Etanol Lobak
terhadap S. aureus 27
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi S. aureus 6
Gambar 2.2 Koloni S. aureus pada LAD 6
Gambar 2.3 Superantigen yang dihasilkan S. aureus 9
Gambar 2.4 Lobak (Raphanus sativus L.) 15
Gambar 2.5 Struktur kimia dari Ferulic acid 17
Gambar 2.6 Struktur kimia Caffeic acid 18
Gambar 2.7 Skema mekanisme kerja lobak terhadap S. aureus 19
Gambar 3.1 Penanaman Metode Streak Plate 24
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat dan Bahan 34
Lampiran 2 Pembuatan Ekstrak Lobak 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif dengan bentuk coccus
dan susunan berkelompok seperti anggur. Bakteri ini secara normal dapat kita
dapatkan pada kulit dan mukosa manusia. S. aureus sering menyebabkan banyak
penyakit seperti infeksi kulit, jerawat atau acne vulgaris, sindrom syok toksik,
food poisoning, dan infeksi lainnya. Dalam penelitian beberapa tahun terakhir,
infeksi kulit akibat Staphylococcus aureus dan komplikasinya mulai meningkat
terutama pada anak - anak(Saxena et al., 2010).
Pada suatu waktu, S. aureus merupakan bakteri yang sensitif terhadap berbagai
jenis antibiotik tapi karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan pengobatan
yang diberikan, mulai terjadi kasus resistensi S. aureus. Penggunaan antibiotik
seperti golongan makrolide dan tetrasiklin yang telah menjadi pilihan utama untuk
pengobatan infeksi akibat Staphylococcus sejak 15 tahun yang lalu, baik secara
oral maupun topikal. Namun, hal ini menjadi tidak efektif lagi dikarenakan
adanya peningkatan resistensi S. aureus terhadap beberapa antibiotik terutama
terhadap eritromisin di Amerika, Inggris dan Australia (Fanelli et al., 2011).
Banyak usaha sudah dikembangkan dalam upaya mencari komponen
antimikrobial dari berbagai macam sumber seperti mikroorganisme, hewan dan
tanaman herbal. Penggunaan tanaman herbal sebagai pengobatan alternatif telah
menjadi hal yang sering kita jumpai sehari – hari, terutama untuk penyakit yang
mempunyai resistensi terhadap antibiotik yang digunakan. Ekstrak berbagai
tanaman telah dibuktikan mengandung molekul bioaktif tertentu yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri maupun jamur. Tanaman mengandung banyak
metabolit sekunder seperti tanin, terpenoide, coumarin, alkaloid, dan flavonoid
yang memiliki efek antimikrobial. (Shukla et al., 2011; Ahmad et al., 2012).
Lobak (Raphanus sativus) merupakan tanaman yang populer dikonsumsi di
Indonesia sebagai makanan seperti soto dan acar. Panjangnya dapat mencapai 30
2
– 90 cm dan memiliki akar yang tebal dengan ukuran yang beragam. Efek lobak sebagai tanaman obat menyebabkan konsumsi lobak sebagai makanan sehari -
hari semakin meningkat. Konsumsi lobak sering digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit seperti keluhan gastrointestinal, kantung empedu, gangguan
hepar, infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit
cardiovaskular (Blažević et al., 2009). Salah satu fungsi lobak yang telah diteliti
adalah fungsi antibakterial dan antifungal karena mengandung senyawa aktif yang
bersifat antibakterial seperti raphanin, senyawa fenolik dan metabolit sekunder.
Berdasarkan hal – hal yang telah disebutkan diatas, diperlukan penelitian untuk
mengetahui aktivitas antibakterial dari lobak terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah Ektstrak Etanol Lobak dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah untuk mengetahui efek Ekstrak Etanol Lobak
sebagai tanaman obat yang memiliki efek anti bakterial.
Tujuan penelitian adalah untuk mengukur zona inhibisi dari Ekstrak Etanol
digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk infeksi akibat Staphylococcus
aureus.
3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang merupakan flora
normal kulit dan mukosa bersifat fakultatif anaerob, berbentuk coccus, tersusun
dalam kelompok seperti buah anggur. S. aureus sering menyebabkan infeksi
terutama pada kulit dengan cara menghindari mekanisme pertahanan sel inang
dengan adanya banyak faktor virulensi. S. aureus dapat menyebabkan infeksi pada
kulit yang terlokalisir seperti abses karena adanyan pembentukan dinding pada
sekitar proses. S. aureus juga dapat menyebabkan endokartitis dan sepsis jika
mikroorganisme ini terbawa ke aliran darah (Jawetz et al., 2010).
Antibiotik golongan tetrasiklin dan makrolide seperti eritromisin merupakan
pilihan utama pengobatan infeksi akibat S. aureus dengan efektivitas yang cukup
baik. Mekanisme kerja dari eritromisin adalah dengan blokade subunit ribosomal
50S dan menghambat translokasi dalam sintesis protein. Namun pengobatan
dengan eritromisin sudah menjadi tidak efektif lagi karena meningkatnya kasus
resistensi. Resistensi yang terjadi diakibatkan modifikasi reseptor rRNA bakteri
dan ekspresi peptida yang spesifik (Webster dan Graber,2008).
Lobak memiliki banyak efek farmakologi yang telah banyak diteliti
sebelumnya. Salah satu efeknya adalah antibakterial dan antifungi. Hal ini
disebabkan adanya kandungan seperti raphanin, senyawa fenolik dan metabolit
sekunder. Raphanin, enzim yang aktif pada pH 6,5 - 7, merupakan substansi aktif
terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Raphanin banyak ditemukan di
daun, kulit dan akar dari lobak (Sanaa T, 2001). Raphanin bekerja aktif pada
Eschericia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Salmonella typhi, Bacillus subtillis,
Staphylococcus aureus dan Pneumococci (Shukla et al., 2011). Pada beberapa
penelitian lainnya, dikemukakan juga bahwa senyawa fenolik seperti ferulic acid
dan caffeic acid dapat menghambat pertumbuhan bakteri, baik bakteri Gram
positif maupun bakteri Gram negatif (Pérez Gutiérrez dan Perez, 2004).
4
Kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin juga bersifat
antibakterial (Shukla et al., 2011; Ahmad et al., 2012).
1.5.2 Hipotesis
Ekstrak Etanol Lobak memliki efek antibakterial terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
30 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol lobak
memiliki efek antibakterial terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakterial ekstrak
etanol lobak terhadap bakteri lain.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat aktif lobak
yang tumbuh di Indonesia.
31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad F, Izharul H, Chishti DK, Ahmad H. Antibacterial Activity of Raphanus
Sativus Linn. Seed Extract. Global Journal of Medical Research. 2012; 12
Anonim. Caffeic Acid. IARC Monograph. 2006; 56.
Aruna G, Yerragunt VG, Raju AB. Photochemistry and Pharmacology of
Raphanus sativus. International Journal of Drug Formulation and
Research. 2012.
Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. 2001. Antibacterial action
of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial
chemotherapy.
Blažević I, Mastelić J. Glucosinolate degradation products and other bound and free volatiles in the leaves and roots of radish (Raphanus sativus L.). Food
Chemistry 113. 2009; 96 – 102.
Brenelli de Paiva L, Goldbeck R, Dantas dos Santos W, Squina FM. Ferulic acid
and derivates: molecules with potential application in the pharmaceutical
field. Brazillian Journal of Pharmaceutical Sciences. 2013; 49(3).
Dhillon KS, Varshney KR. Study of Microbiological Spectrum in Acne Vulgaris :
an Invitro Study. Scholars Journal of Applied Medical Science. 2013; 1(6):
724-727.
Dolapo O, Dhanireddy R, Talati AJ. Trends of Staphylococcus aureus
bloodstream infections in a neonatal intensive care unit from 2000 - 2009.
BMC Pediatrics. 2014; 14(121).
Fanelli M, Kupperman E, Lautenbach E, Edelstein PH, Margolis DJ. Antibiotics,
Acne and Staphylococcus aureus Colonization. American Medical
Association. 2011; 147(8).
Forbes BA, Sahm DF, and Weissfekd AS. 2002. Bailey & Scott’s Diagnostic
Microbiology 11th ed.. Missouri: Mosby.
Gartner LP, Hiatt JL. 2007. Color Text Book of Histology 3rd edition. Elsevier.
32
Gaynor M, Mankin AS. Macrolide Antibiotics: Binding Site, Mechanism of
Action, Resistance. Current Topics in Medicinal Chemistry. 2003; 3: 949 -
961.
Harris LG, Foster SJ, Richards RG. An introduction to Staphylococcus aureus,
and techniques for identifying and quantifying S. aureus adhesins in relation
to adhesion to biomaterials: Review. European Cells and Materials. 2002;
4: 39 - 60.
Hogg S. 2005. Essential Microbiology. England : John Wiley & Sons Ltd.
Janjua S, Shahid M, Abbas F. Phytochemical analysis and in vitro antibacterial
activity of root peel extract of Raphanus sativus L. var niger. Advancement
in Medical Plant Research. 2013; 1(1).
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2010. Mikrobiologi Kedokteran 25 ed. A.
Adityaputri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jiang L. 2011. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth
microdilution for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans.
Doctoral dissertation Lousiana State University.
Lambert SWJ. 2002. Staphylococcus aureus infection lead by the nose.
Mahon CR, Lehman DC, Manuselis G. 2007. Textbook of Diagnostic
Microbiology 3ed. Elsevier.
Pérez Gutiérrez RM, Perez RL. Raphanus sativus (radish) : their chemistry and
biology. The Scientific World JOURNAL. 2004; 4: 811 - 837.
Preeti S, Jaspal S. Medicinal and therapeutic utilities of Raphanus sativus.
International Journal of Plant, Animal, and Environmental Sciences. 2013;
3(2).
Rita Rakhmawati, Endang Anggarwulan, Estu Retnaningtyas. Potency of Lobak
Leaves (Raphanus sativus L. var. hortensis Back) as Anticancer and
Antimicrobial Candidates. Biodiverditas. 2009; 10:158 - 162.
Sanaa T. Purification and Characterization of Raphanin A Neutral Protease from
Raphanus sativus Leaves. Pakistan Journal of Biological Science. 2001;
4(5).
33
Saxena S, Thompson P, Birger R, Bottle A, Spyridis N, Wong I, Johnson AP.
Increasing skin infection and Staphylococcus aureus complication in
Children, England, 1997 - 2006. Emerging Infectious Disease. 2010; 16 (3).
Shukla S, Chatterji S, Yadav DK, Watal G. Antimicrobial efficacy of Raphanus
sativus root juice. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. 2011; 3(5).
Webster GF, Graber EM. 2008. Antibiotic treatment for acne vulgaris.