xiii
数 恩返え い い い ホワ 為 チョコレ
キャン プレゼン 販売い 店 多い 何人 女性い
友達 チョコレ 恩返え 忘わ ふ 理由う い
本論 ほ
:
13人 未婚 日本人
ほ
男性い 12人 未婚 日本人
ほ
女性い 記入う
ンケ 結果 基 い バレンタ ン 時
女性い 男性い チョコレ キャン 若 ほ プレゼン 挙あ
バレンタ ン・ いわう 未婚 日本人ほ 女性い
バレンタ ン 好 男性い 為 チョコレ
作 挙あ 互い 嬉う いわ 楽 あ 上うえ
女性い あ 人 感謝 形 チョコレ ほ プレゼンぷ
挙あ バレンタ ン 日本ほ 歴史 習 慣う
いわ
わ い バレンタ ン いわう
xiv
ホワ 男性い バレンタ ン ベン
恩返え 日 あ 男性い チョコレ プレゼン 恩返え
日本人ほ 男性い あ い 返え
恩返え いう日本人ほ 精い あ あ 恩返え
日本人ほ 男性い 女性い 感謝 気持 伝え
バレンタ ン 女性い チョコレ プレゼン
あ 時 女性い 恩 あ 役目 男性い 恩 う役目
恩 いう あ 人 付 心理的
社会的い 借 金 あ 後 ホワ 男性い
恩 払う 恩返え 言いう 女性い 優
う為 男性い ホワ 言いわ い
男性い 恩返え い 断わ 場合あ い 恩知 いう
義務 感謝 気持 知 い人間 思わ う いう悪わ い
影 響 えい う
xv 結論:
未婚 日本人ほ 女性い バレンタ ン 女性い
人 優 対い 感謝 気持 チョコレ
プレゼン 挙あ 日 あ バレンタ ン 恋人い 感謝
為 家族 親友う 会社い 同 僚う う 上司う 感謝 為 あ
未婚 日本人ほ 男性い バレンタ ン 女性い
事前 チョコレ プレゼン 恩返え 日 あ
ホワ 男性い チョコレ プレゼン 女性い
人々 感謝 気持 伝え 日 あ 日本ほ 恩返え
v DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ORISINALITAS ... ii
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Metode Penelitian ... 5
1.5 Organisasi Penelitian ... 7
BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL ... 9
2.1 Teori Tindakan Sosial ... 9
2.2 On dan Kaeshi (恩, 返 ) ... 17
2.3 Sejarah Valentine di Dunia ... 21
2.4 Sejarah Valentine Day dan White Day di Jepang ... 24
BAB III ANALISIS VALENTINE DAY DAN WHITE DAY DI JEPANG ... 28
3.1 Pria Jepang Mengetahui dan Merayakan Valentine Day ... 29
3.2 Bagi Pria Valentine Day Wajib untuk dirayakan ... 34
3.3 Balas budi (ongaeshi) pada Valentine Day Menurut Pria Jepang ... 39
3.4 Menurut Pria Jepang White Day Wajib untuk dirayakan ... 52
vi
3.6 Pandangan Wanita Jepang Terhadap White Day ... 67
3.7 Balas budi (ongaeshi) pada White Day Menurut Wanita Jepang ... 74
BAB IV KESIMPULAN ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN ... vii
SINOPSIS ... xii
xvi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NAMA : Vinna Chandra
JENIS KELAMIN : Perempuan
TEMPAT/TGL. LAHIR : Bandung, 15 Januari 1990
ALAMAT : Jl. Terusan Cibaduyut no. 36, Bandung
NAMA AYAH : Hery Janto Tjandra
NAMA IBU : Evie Maria Tasrif
AGAMA : Protestan
EMAIL : chandravinna@gmail.com
PENDIDIKAN :
2005 – 2008 SMA Advent Naripan
2002 – 2005 SMP Advent Naripan
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanggal 14 Februari merupakan hari yang membawa kebahagiaan bagi
banyak orang di dunia dan hampir semua negara merayakan hari yang dinamakan
Valentine Day. Valentine Day adalah hari kasih sayang dimana kebanyakan orang
menyatakan kasih dan cintanya kepada orang yang dikasihinya. Dan setiap negara
memiliki caranya masing-masing, termasuk di negara Jepang.
Jepang sama dengan negara lain merayakan Valentine 1 kali dalam
setahun pada tanggal 14 Februari. Hanya ada perbedaan negara Jepang dengan
negara lain dimana di Jepang bukan hanya merayakan Valentine Day saja, tetapi
ada juga kebiasaan merayakan „White day‟ (ホワイ ー) pada tanggal 14
Maret yang erat hubungannya dengan Valentine Day. Sejarah Valentine day di
Jepang awal mulanya berasal dari toko kue yang bernama Morosov di Kobe, yang
mengiklankan produksi cokelatnya yang bertemakan „Cokelat Valentine‟ di
sebuah majalah di Jepang pada tanggal 12 Februari 1936. Kemudian di bulan
Februari tahun 1958, Merry Chocolate Company mengadakan „Valentine Sale‟ di
sebuah toko yang bernama Isetan yang berkantor pusat di Shinjuku. Tetapi pada
saat itu hanya terjual tiga lempeng cokelat termasuk kartu pos sehargan 170 yen.
Pada tahun 1968, seorang produser Sony bernama Teruo Morita mencoba
2
toko kelontongan khusus barang inpor dan membuat slogan „日本 バレンタイ
ン ー 家が作った‟ (Valentine Day di Jepang yang kami buat). Dari kerja
keras tersebut, masyarakat mulai mengenal Valentine Day dan hingga kini
Valentine Day sudah menjadi tradisi didalam kehidupan masyarakat Jepang.
(http://www.goikuzo.com/?p=1169)
Jika pada saat Valentine Day di negara-negara lain pria yang memberikan
bingkisan kepada wanita, Valentine Day (14 Februari) di Jepang justru
berkebalikan, wanita yang memberikan bingkisan kepada pria yang mereka
kagumi dan sukai. Wanita Jepang cenderung memiliki kebiasaan memberikan
bingkisan cokelat kepada orang yang disukai. Cokelat tidak hanya diberikan
kepada pria yang disukai, tetapi kepada orang tua, teman dekat, sahabat, kakak,
adik, dan teman sekerja termasuk atasan dalam perusahaan untuk mempererat
hubungan antar rekan kerja/bisnis. Jenis-jenis cokelat pun bervariasi. Ada Giri
Choco (義理チョコ), yaitu cokelat wajib yang diberikan untuk rekan kerja,
atasan dalam perusahaan, sahabat, dan keluarga. Jibun Choco (自分チョコ), yaitu
cokelat yang dibuat sendiri karena harganya jauh lebih murah dibandingkan
membeli di pasaran. Tomo Choco (友チョコ), yaitu jenis cokelat yang mulai
berkembang belakangan ini dan cokelat ini diberikan kepada sahabat karib. Hon
Mei Choco (本 命 チ ョ コ), yaitu cokelat yang ditujukan untuk pria idaman.
Cokelat ini terbilang istimewa dan harganya relatif mahal. Cokelat ini biasanya
diberikan bersama hadiah lain, seperti dasi, arak Jepang, atau wine.
3
Sebulan setelah perayaan Valentine, kini giliran pria yang wajib membalas
pemberian cokelat yang mereka terima dari wanita-wanita di Valentine Day. Hari
untuk membalas permberian cokelat dari para wanita tersebut disebut White Day
(ホワイ ー). Asal mulanya White Day dirayakan pada tahun 1978. Ini
dimulai oleh industri permen di Jepang sebagai jawaban hari (hadiah balasan)
untuk Valentine Day dengan alasan bahwa para pria harus membayar kembali
cokelat yang telah diberikan oleh para wanita sebelumnya. Industri permen ini
melakukan strategi untuk meningkatkan penjualan jumlah permen. Mereka
membuat permen dengan bahan baku gula yang berwarna putih, sehingga instilah
White Day (hari putih) ini muncul. Ide tersebut diambil dari Hari Marsmallow,
yaitu acara promosi marsmallow merk Tsuru no Ko pada tahun 1977 oleh toko
kue Ishimuramanseido di kota Fukuoka.
Pria yang mendapat cokelat, wajib membalas dengan jumlah dari
banyaknya cokelat yang ia dapatkan. Pria dapat membalas dengan marshmallow,
cokelat, permen, kue kering, atau hadiah-hadiah yang lain, seperti boneka,
maupun perhiasan. Banyak toko-toko yang menjual cokelat, marsmallow, permen
dan hadiah-hadiah lainnya untuk White Day, sehingga tidak ada alasan bagi pria
untuk berpura-pura lupa membalas cokelat dari beberapa teman wanitanya.
(http://www.goikuzo.com/?p=1169)
Masyarakat Jepang memiliki prinsip balas budi yaitu Ongaeshi (恩返し)
atau dikenal juga sebagai on (恩). Ongaeshi adalah salah satu filosofi kehidupan
di Jepang yang banyak dianut oleh masyarakatnya. Ketika mereka mendapatkan
4
memiliki rasa hutang budi atau kewajiban yang harus dibayar kepada yang
memberikan sesuatu kepada mereka.
Pengertian on dalam Kodansha Encyclopedia (1983:105) bahwa on
merujuk pada hutang sosial dan psikologis seseorang yang timbul pada
saat menerima kemurahan hati. On merupakan bagian yang terpenting diantara
nilai-nilai yang mempertahankan tatanan sosial Jepang. Dimana hubungan
manusia terikat dalam hubungan kewajiban timbal balik. Selanjutnya kata
ongaeshi sendiri berasal dari kata kaeshi (membayar kembali atau
pengembalian). Pengertian kaeshi dalam Kodansha Encyclopedia adalah
pengembalian atau memberikan kembali kebaikan hati yang telah diterima
dengan imbalan yang serupa.
(http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc)
Hubungan Valentine Day dan White Day ini berkaitan dengan prinsip
balas budi (Ongaeshi). Di Valentine Day, para wanita Jepang bertindak sebagai
On (恩), yaitu sebagai pemberi barang atau jasa. Kemudian pada bulan berikutnya
tepatnya tanggal 14 Maret, para pria yang mendapat barang atau jasa bertindak
sebagai Kaeshi (返 し), yaitu sebagai penerima yang wajib mengembalikan
kembali kebaikan hati para wanita yang bertindak sebagai On ( 恩) dan
5 1.2 Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah dibatasi bagaimana prinsip balas budi
digambarkan dalam kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang dan
hubungannya dengan prinsip Ongaeshi (balas budi). Penelitian dilakukan melalui
survei terhadap pria Jepang yang belum menikah dan wanita Jepang yang belum
menikah.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang dengan prinsip
Ongaeshi (balas budi).
1.4 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survei. Metode survei
adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial,
ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei
membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan
pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan
terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani solusi atau
masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan
6
yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau
dengan menggunakan sampel. (Moch, Nazir 1999;65)
Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
pendekatan fenomenologi. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, yakni
phainomenon (phainomai) dan logos. Phainomenon (phainomai) berarti
menampakkan diri dan logos berarti akal budi. Ilmu tentang penampakan berarti
ilmu tentang apa yang menampakan diri ke pengalaman subjek. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang
menampakkan diri.
Dalam Shidiqi (2012), suatu fenomena bukanlah suatu yang statis, arti
suatu fenomena tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi
adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala
realitas itu sendiri.”
Menurut Smith, fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk
memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama.
Secara literal fenomenologi adalah studi tentang fenomena, atau tentang segala
sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subjektif, atau tentang
bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita.
Fenomenologi Husserl adalah ilmu tentang esensi dari kesadaran.
Berdasarkan penelitian Smith, fenomenologi Husserl dibangun di atas setidaknya
dua asumsi. Pertama, bahwa setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah suatu
7
pengalamannya sendiri yang bersifat subjektif. Kedua, bahwa setiap bentuk
kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Fenomenologi menganalisis
struktur dari persepsi, imajinasi, penilaian, emosi, evaluasi, dan pengalaman orang
lain yang terarah pada sesuatu objek di luar. Fenomenologi Husserl menganalisis
dunia kehidupan manusia sebagaimana ia mengalaminya secara subjektif maupun
intersubjektif dengan manusia lainnya. Sebenarnya ia membedakan antara apa
yang subjektif, intersubjektif, dan yang objektif. Yang subjektif adalah
pengalaman pribadi kita sebagai manusia yang menjalani kehidupan. Objektif
adalah dunia di sekitar kita yang sifatnya permanen di dalam ruang dan waktu.
Dan intersubjektitas adalah pandangan dunia semua orang yang terlibat di dalam
aktivitas sosial di dalam dunia kehidupan. Interaksi antara dunia subjektif, dunia
objektif, dan dunia intersubjektif inilah yang menjadi kajian fenomenologi.
1.5 Organisasi Penulisan
Organisasi penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab yang dapat
diuraikan sebagai berikut.
Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dari
masalah yang akan dibahas. Kemudian pembatasan masalah yang berisi untuk apa
penelitian dilakukan, tujuan penelitian, metode dan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini, serta organisasi penulisan.
Bab II merupakan pendeskripsian dari teori, prinsip Ongaeshi (恩返し),
Valentine day dan White Day di dunia dan Valentine day dan White Day di
8
Bab III merupakan pembahasan objek penelitian, yaitu berisi analisis yang
bersumber dari angket tentang hubungan Ongaeshi (恩返し) didalam kebiasaan
Valentine day dan White Day di kalangan pria Jepang yang belum menikah dan
wanita Jepang yang belum menikah.
Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
Selain itu penulis juga menyertakan daftar isi, kata pengantar, lampiran,
sinopsis, daftar pustaka dan data pribadi penulis. Hal ini disertakan untuk
melengkapi hal-hal yang perlu ada didalam penulisan karya tulis ilmiah.
Demikianlah organisasi penulisan ini dibuat agar sistematis dan untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai langkah-langkah penelitian,
sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan demikian
77 BAB IV
KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan penyebaran angket kepada pria dan wanita
yang belum menikah yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang, maka penulis mendapatkan
tindakan balas budi (ogaeshi) dalam tindakan Valentine Day dan White Day di
masyarakat Jepang khususnya pria dan wanita Jepang yang belum menikah.
Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah
mengetahui Valentine Day, tetapi hanya beberapa pria dan wanita Jepang saja
yang mengetahui asal mula adanya Valentine Day di Jepang. Valentine Day ada di
Jepang karena adanya proses akulturasi sehingga lahir budaya baru yaitu White
Day dan ini berkaitan juga dengan prinsip balas budi di Jepang.
Kebanyakan pria dan wanita Jepang biasanya merayakan Valentine Day
bersama pasangan, sisanya bersama keluarga, teman-teman terdekat dan rekan
kerja. Pria Jepang yang belum menikah lebih banyak menjawab tidak merayakan
Valentine Day karena tidak memiliki kekasih dan pada saat Valentine Day
wanitalah yang seharusnya merayakan Valentine Day dengan cara memberi
cokelat, permen atau hadiah lainnya kepada pria. Namun bagi wanita Jepang yang
belum menikah, merayakan Valentine Day karena pada tersebut wanita membuat
cokelat dan memberikannya kepada pria yang disukai dan ini adalah hal yang
menyenangkan untuk dirayakan dan dinikmati oleh satu dengan yang lainnya.
78
terima kasih kepada seseorang. Menurut pria Valentine Day wajib dirayakan
karena sudah menjadi sejarah dan sudah menjadi kebiasaan di Jepang. Dengan
merayakan Valentine Day orang Jepang dapat mengucapkan rasa terima kasih (感
謝 る). Menurut Max Weber tindakan tersebut adalah tindakan tradisional.
Valentine Day di Jepang berorientasi kepada tradisi masa lampau, yaitu cara
bertindak manusia yang telah lazim dilakukan. Menurut wanita Jepang yang
belum menikah Valentine Day wajib untuk dirayakan, karena menjadi kesempatan
yang baik bagi wanita untuk menyatakan perasaannya kepada pria. Selain itu,
Valentine Day wajib dirayakan karena sebagai wujud terima kasih kepada
pasangan, teman, keluarga maupun atasan didalam perusahaan.
Ketika Valentine Day, pria paling banyak mendapatkan cokelat, baik
cokelat yang dibuat sendiri maupun yang tersedia ditoko. Kemudian pada
Valentine Day, wanita Jepang sebagian besar memberikan cokelat (baik buatan
sendiri atau yang dibeli dari toko). Tradisi memberikan cokelat telah ada sejak
akhir tahun 1950-an hingga saat ini. Hubungan tersebut menurut Max Weber
adalah tindakan tradisional. Wanita Jepang didorong dan berorientasi kepada
tradisi masa lampau sejak akhir tahun 1950-an dan hal memberikan cokelat telah
lazim dilakukan didalam masyarakat Jepang. Sadar atau tidak sadar, semua yang
dilakukan wanita Jepang untuk memberikan cokelat saat Valentine Day sudah
menjadi kebiasaan turun temurun.
Biasanya pria Jepang merayakan Valentine Day dengan bertukar kado,
mengadakan pesta bersama keluarga, bertukar kado dengan keluarga,
79
wanita dan melakukan sesuatu seperti kencan, pergi makan atau ke suatu tempat.
Sedangkan wanita Jepang merayakan Valentine Day dengan cara memberi cokelat,
kue, hadiah dan permen kepada pasangan dan bertukar cokelat dan permen
dengan teman.
Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah
mengetahui White Day, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui asal mula
adanya White Day di Jepang. Budaya White Day lahir di Jepang karena proses
akulturasi. Awalnya Valentine Day masuk ke Jepang, tetapi karena Valentine Day
melebur bersama dengan budaya Jepang, maka melahirkan White Day yang
berhubungan dengan prinsip balas budi di Jepang.
Bagi Wanita Jepang yang tidak merayakan White Day, berpikir bahwa
White Day tidak wajib dirayakan karena White Day adalah hari bagi pria untuk
membalas budi dari peristiwa Valentine Day. Wanita beranggapan bahwa
seharusnya yang wajib untuk merayakan White Day adalah para pria. Bagi pria
Jepang, White Day adalah wajib untuk dirayakan. Hal ini berhubungan daengan
rasionalitas yang berorientasi nilai (Wert rationalitat). Tindakan ini
menyandarkan diri kepada suatu nilai-nilai absolut tertentu atau tindakan yang
ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku yang etis yaitu
prinsip balas budi (ongaeshi). Artinya ketika wanita yang memberikan cokelat
atau hadiah lainnya pada saat Valentine Day, wanita bertindak sebagai pemberi on
(恩) dan pria bertindak sebagai penerima on (恩). On (恩) adalah hutang
psikologis maupun sosial yang dikenakan kepada seseorang atas pemberian yang
80
disebut ongaeshi (恩返し). Seperti disebutkan sebelumnya, pria wajib merayakan
White Day karena untuk membayar kembali kebaikan yang telah diterima dari
wanita. Jika pria menolak atau tidak membalas kebaikan tersebut, maka akan
mendapatkan efek yang buruk yang disebut on shirazu (恩 知 ら ) yaitu di
anggap sebagai orang yang tidak mengetahui kewajiban dan di anggap sebagai
orang yang tidak tahu terima kasih.
Bagi pria Jepang yang belum menikah pria Jepang wajib membalas budi
pada White Day dengan memberikan bingkisan karena bagi pria Jepang, mendapat
sesuatu dan mengembalikan kembali adalah jiwa Jepang yang merupakan balas
budi (ongaeshi). Dengan membalas budi tersebut, pria Jepang dapat
mengungkapkan rasa terima kasih (kansyasuru) kepada wanita. Menurut Max
Weber, hal ini termasuk ke dalam unsur normatif yaitu unsur-unsur yang
berhubungan dengan apa yang seharusnya (precriptive elemens), seperti
bagaimana orang harus berperilaku.
Ketika White Day, pria Jepang yang belum menikah lebih banyak
memberikan cokelat. Sedangkan ketika White Day, wanita Jepang yang belum
menikah kebanyakan mendapatkan cokelat, permen, dan kue. Hal tersebut
menurut Max Weber adalah tindakan tradisional karena sejak adanya Valentine
Day dan White Day di Jepang, memberi dan menerima barang berupa cokelat.
Pada White Day, pria Jepang merayakan dengan cara memberikan (membalas)
hadiah kepada orang yang memberi hadiah di Valentine Day, kencan dan makan
81
mendapatkan balasan dari pria berupa cokelat, permen, dan hadiah lainnya dan
juga makan malam dan kencan.
Bagi wanita Jepang yang belum menikah, Valentine Day adalah hari
dimana wanita memberikan cokelat dan hadiah lain sebagai wujud terima kasih
(kansyasuru) atas kebaikan yang mereka terima dari orang lain. Valentine Day
tidak hanya untuk berterima kasih kepada pasangan saja, tetapi kepada keluarga,
teman-teman terdekat maupun rekan kerja dan atasan dalam perusahaan. Bagi pria
Jepang yang belum menikah, White Day adalah hari dimana pria membalas
cokelat dan hadiah yang telah diberikan wanita sebelumnya pada Valentine Day.
White Day juga adalah hari dimana pria mengucapkan rasa terimakasih kepada
wanita atau orang-orang telah memberikan mereka cokelat dan hadiah dengan
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
K. Bertens, (1981). Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia.
Narwoko, dkk. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Nazir, Moch. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Veeger, K.J. (1985). Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia.
Situs :
Ahira, Anne. (n. d.). Sejarah Valentine – Kisah Cinta di balut Dogma. 14 Februari 2014. http://www.anneahira.com/sejarah-valentine.htm
Bias. (14 Februari 2012). 1 September 2013. http://www.goikuzo.com/?p=1169
Hari Valentine Dalam Tinjauan Sejarah. (n. d. ) 14 Februari 2014.
Nurdiati, Nurdiati and Unsriana, Linda (2012). Kearifan Lokal yang Terdapat
83
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc.
Nurpadilah. (2013). Tindakan Sosial Dalam Memakai Jilbab dikalangan
Mahasiswa. 10 Februari 2014. http://jurnal.umrah.ac.id/wp- content/uploads/2013/08/JURNAL-Nurpadillah-080569201003-sosiologi-2013.pdf
Shidiqi, M Fajar. (7 Juni 2012). 5 Oktober 2013. http://m-f-s-
fpsi08.web.unair.ac.id/artikel_detail-47851-PSIKOLOGI-PENDEKATAN%20FENOMENOLOGI.html
Sobarudin, Arif . (25 Mei 2012). 10 Februari 2014. (http://www.bisosial.com/2012/05/sumbangan-pemikiran-sosiologi-dari-max.html)
Trendtalking (n.d.) 1 September 2013. http://trendtalking.com/2013/03/15/did-you-know-about-white-day/
Valentine’s Day vs White Day.(n. d. ) 15 Februari 2014. http://www.diffen.com/difference/Valentine%27s_Day_vs_White_Day
Wattimena, Reza A.A. (9 Agustus 2009). 5 Oktober 2013. http://rumahfilsafat.com/2009/08/19/fenomenologi-edmund-husserl/
Weber dalam Dunia Sosiologi. (n. d. ) 10 Februari 2014. ( http://eko.dosen.isi-ska.ac.id/files/2010/04/Pandangan-Weber-dalam-Dunia-Sosiologi.pdf)