• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ongaeshi dalam Valentine Day dan White Day di Jepang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ongaeshi dalam Valentine Day dan White Day di Jepang."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

xiii

数 恩返え い い い ホワ 為 チョコレ

キャン プレゼン 販売い 店 多い 何人 女性い

友達 チョコレ 恩返え 忘わ ふ 理由う い

本論 ほ

13人 未婚 日本人

男性い 12人 未婚 日本人

女性い 記入う

ンケ 結果 基 い バレンタ ン 時

女性い 男性い チョコレ キャン 若 ほ プレゼン 挙あ

バレンタ ン・ いわう 未婚 日本人ほ 女性い

バレンタ ン 好 男性い 為 チョコレ

作 挙あ 互い 嬉う いわ 楽 あ 上うえ

女性い あ 人 感謝 形 チョコレ ほ プレゼンぷ

挙あ バレンタ ン 日本ほ 歴史 習 慣う

いわ

わ い バレンタ ン いわう

(3)

xiv

ホワ 男性い バレンタ ン ベン

恩返え 日 あ 男性い チョコレ プレゼン 恩返え

日本人ほ 男性い あ い 返え

恩返え いう日本人ほ 精い あ あ 恩返え

日本人ほ 男性い 女性い 感謝 気持 伝え

バレンタ ン 女性い チョコレ プレゼン

あ 時 女性い 恩 あ 役目 男性い 恩 う役目

恩 いう あ 人 付 心理的

社会的い 借 金 あ 後 ホワ 男性い

恩 払う 恩返え 言いう 女性い 優

う為 男性い ホワ 言いわ い

男性い 恩返え い 断わ 場合あ い 恩知 いう

義務 感謝 気持 知 い人間 思わ う いう悪わ い

影 響 えい う

(4)

xv 結論:

未婚 日本人ほ 女性い バレンタ ン 女性い

人 優 対い 感謝 気持 チョコレ

プレゼン 挙あ 日 あ バレンタ ン 恋人い 感謝

為 家族 親友う 会社い 同 僚う う 上司う 感謝 為 あ

未婚 日本人ほ 男性い バレンタ ン 女性い

事前 チョコレ プレゼン 恩返え 日 あ

ホワ 男性い チョコレ プレゼン 女性い

人々 感謝 気持 伝え 日 あ 日本ほ 恩返え

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ORISINALITAS ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Organisasi Penelitian ... 7

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL ... 9

2.1 Teori Tindakan Sosial ... 9

2.2 On dan Kaeshi (恩, 返 ) ... 17

2.3 Sejarah Valentine di Dunia ... 21

2.4 Sejarah Valentine Day dan White Day di Jepang ... 24

BAB III ANALISIS VALENTINE DAY DAN WHITE DAY DI JEPANG ... 28

3.1 Pria Jepang Mengetahui dan Merayakan Valentine Day ... 29

3.2 Bagi Pria Valentine Day Wajib untuk dirayakan ... 34

3.3 Balas budi (ongaeshi) pada Valentine Day Menurut Pria Jepang ... 39

3.4 Menurut Pria Jepang White Day Wajib untuk dirayakan ... 52

(6)

vi

3.6 Pandangan Wanita Jepang Terhadap White Day ... 67

3.7 Balas budi (ongaeshi) pada White Day Menurut Wanita Jepang ... 74

BAB IV KESIMPULAN ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... vii

SINOPSIS ... xii

(7)

xvi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

NAMA : Vinna Chandra

JENIS KELAMIN : Perempuan

TEMPAT/TGL. LAHIR : Bandung, 15 Januari 1990

ALAMAT : Jl. Terusan Cibaduyut no. 36, Bandung

NAMA AYAH : Hery Janto Tjandra

NAMA IBU : Evie Maria Tasrif

AGAMA : Protestan

EMAIL : chandravinna@gmail.com

PENDIDIKAN :

2005 – 2008 SMA Advent Naripan

2002 – 2005 SMP Advent Naripan

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanggal 14 Februari merupakan hari yang membawa kebahagiaan bagi

banyak orang di dunia dan hampir semua negara merayakan hari yang dinamakan

Valentine Day. Valentine Day adalah hari kasih sayang dimana kebanyakan orang

menyatakan kasih dan cintanya kepada orang yang dikasihinya. Dan setiap negara

memiliki caranya masing-masing, termasuk di negara Jepang.

Jepang sama dengan negara lain merayakan Valentine 1 kali dalam

setahun pada tanggal 14 Februari. Hanya ada perbedaan negara Jepang dengan

negara lain dimana di Jepang bukan hanya merayakan Valentine Day saja, tetapi

ada juga kebiasaan merayakan „White day‟ (ホワイ ー) pada tanggal 14

Maret yang erat hubungannya dengan Valentine Day. Sejarah Valentine day di

Jepang awal mulanya berasal dari toko kue yang bernama Morosov di Kobe, yang

mengiklankan produksi cokelatnya yang bertemakan „Cokelat Valentine‟ di

sebuah majalah di Jepang pada tanggal 12 Februari 1936. Kemudian di bulan

Februari tahun 1958, Merry Chocolate Company mengadakan „Valentine Sale‟ di

sebuah toko yang bernama Isetan yang berkantor pusat di Shinjuku. Tetapi pada

saat itu hanya terjual tiga lempeng cokelat termasuk kartu pos sehargan 170 yen.

Pada tahun 1968, seorang produser Sony bernama Teruo Morita mencoba

(9)

2

toko kelontongan khusus barang inpor dan membuat slogan „日本 バレンタイ

ン ー 家が作った‟ (Valentine Day di Jepang yang kami buat). Dari kerja

keras tersebut, masyarakat mulai mengenal Valentine Day dan hingga kini

Valentine Day sudah menjadi tradisi didalam kehidupan masyarakat Jepang.

(http://www.goikuzo.com/?p=1169)

Jika pada saat Valentine Day di negara-negara lain pria yang memberikan

bingkisan kepada wanita, Valentine Day (14 Februari) di Jepang justru

berkebalikan, wanita yang memberikan bingkisan kepada pria yang mereka

kagumi dan sukai. Wanita Jepang cenderung memiliki kebiasaan memberikan

bingkisan cokelat kepada orang yang disukai. Cokelat tidak hanya diberikan

kepada pria yang disukai, tetapi kepada orang tua, teman dekat, sahabat, kakak,

adik, dan teman sekerja termasuk atasan dalam perusahaan untuk mempererat

hubungan antar rekan kerja/bisnis. Jenis-jenis cokelat pun bervariasi. Ada Giri

Choco (義理チョコ), yaitu cokelat wajib yang diberikan untuk rekan kerja,

atasan dalam perusahaan, sahabat, dan keluarga. Jibun Choco (自分チョコ), yaitu

cokelat yang dibuat sendiri karena harganya jauh lebih murah dibandingkan

membeli di pasaran. Tomo Choco (友チョコ), yaitu jenis cokelat yang mulai

berkembang belakangan ini dan cokelat ini diberikan kepada sahabat karib. Hon

Mei Choco (本 命 チ ョ コ), yaitu cokelat yang ditujukan untuk pria idaman.

Cokelat ini terbilang istimewa dan harganya relatif mahal. Cokelat ini biasanya

diberikan bersama hadiah lain, seperti dasi, arak Jepang, atau wine.

(10)

3

Sebulan setelah perayaan Valentine, kini giliran pria yang wajib membalas

pemberian cokelat yang mereka terima dari wanita-wanita di Valentine Day. Hari

untuk membalas permberian cokelat dari para wanita tersebut disebut White Day

(ホワイ ー). Asal mulanya White Day dirayakan pada tahun 1978. Ini

dimulai oleh industri permen di Jepang sebagai jawaban hari (hadiah balasan)

untuk Valentine Day dengan alasan bahwa para pria harus membayar kembali

cokelat yang telah diberikan oleh para wanita sebelumnya. Industri permen ini

melakukan strategi untuk meningkatkan penjualan jumlah permen. Mereka

membuat permen dengan bahan baku gula yang berwarna putih, sehingga instilah

White Day (hari putih) ini muncul. Ide tersebut diambil dari Hari Marsmallow,

yaitu acara promosi marsmallow merk Tsuru no Ko pada tahun 1977 oleh toko

kue Ishimuramanseido di kota Fukuoka.

Pria yang mendapat cokelat, wajib membalas dengan jumlah dari

banyaknya cokelat yang ia dapatkan. Pria dapat membalas dengan marshmallow,

cokelat, permen, kue kering, atau hadiah-hadiah yang lain, seperti boneka,

maupun perhiasan. Banyak toko-toko yang menjual cokelat, marsmallow, permen

dan hadiah-hadiah lainnya untuk White Day, sehingga tidak ada alasan bagi pria

untuk berpura-pura lupa membalas cokelat dari beberapa teman wanitanya.

(http://www.goikuzo.com/?p=1169)

Masyarakat Jepang memiliki prinsip balas budi yaitu Ongaeshi (恩返し)

atau dikenal juga sebagai on (). Ongaeshi adalah salah satu filosofi kehidupan

di Jepang yang banyak dianut oleh masyarakatnya. Ketika mereka mendapatkan

(11)

4

memiliki rasa hutang budi atau kewajiban yang harus dibayar kepada yang

memberikan sesuatu kepada mereka.

Pengertian on dalam Kodansha Encyclopedia (1983:105) bahwa on

merujuk pada hutang sosial dan psikologis seseorang yang timbul pada

saat menerima kemurahan hati. On merupakan bagian yang terpenting diantara

nilai-nilai yang mempertahankan tatanan sosial Jepang. Dimana hubungan

manusia terikat dalam hubungan kewajiban timbal balik. Selanjutnya kata

ongaeshi sendiri berasal dari kata kaeshi (membayar kembali atau

pengembalian). Pengertian kaeshi dalam Kodansha Encyclopedia adalah

pengembalian atau memberikan kembali kebaikan hati yang telah diterima

dengan imbalan yang serupa.

(http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc)

Hubungan Valentine Day dan White Day ini berkaitan dengan prinsip

balas budi (Ongaeshi). Di Valentine Day, para wanita Jepang bertindak sebagai

On (), yaitu sebagai pemberi barang atau jasa. Kemudian pada bulan berikutnya

tepatnya tanggal 14 Maret, para pria yang mendapat barang atau jasa bertindak

sebagai Kaeshi (返 し), yaitu sebagai penerima yang wajib mengembalikan

kembali kebaikan hati para wanita yang bertindak sebagai On ( 恩) dan

(12)

5 1.2 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, masalah dibatasi bagaimana prinsip balas budi

digambarkan dalam kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang dan

hubungannya dengan prinsip Ongaeshi (balas budi). Penelitian dilakukan melalui

survei terhadap pria Jepang yang belum menikah dan wanita Jepang yang belum

menikah.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang dengan prinsip

Ongaeshi (balas budi).

1.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survei. Metode survei

adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang

ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial,

ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei

membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan

pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.

Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan

terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani solusi atau

masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan

(13)

6

yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau

dengan menggunakan sampel. (Moch, Nazir 1999;65)

Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan fenomenologi. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, yakni

phainomenon (phainomai) dan logos. Phainomenon (phainomai) berarti

menampakkan diri dan logos berarti akal budi. Ilmu tentang penampakan berarti

ilmu tentang apa yang menampakan diri ke pengalaman subjek. Dari pengertian

tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang

membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang

menampakkan diri.

Dalam Shidiqi (2012), suatu fenomena bukanlah suatu yang statis, arti

suatu fenomena tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi

adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala

realitas itu sendiri.”

Menurut Smith, fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk

memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama.

Secara literal fenomenologi adalah studi tentang fenomena, atau tentang segala

sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subjektif, atau tentang

bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita.

Fenomenologi Husserl adalah ilmu tentang esensi dari kesadaran.

Berdasarkan penelitian Smith, fenomenologi Husserl dibangun di atas setidaknya

dua asumsi. Pertama, bahwa setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah suatu

(14)

7

pengalamannya sendiri yang bersifat subjektif. Kedua, bahwa setiap bentuk

kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Fenomenologi menganalisis

struktur dari persepsi, imajinasi, penilaian, emosi, evaluasi, dan pengalaman orang

lain yang terarah pada sesuatu objek di luar. Fenomenologi Husserl menganalisis

dunia kehidupan manusia sebagaimana ia mengalaminya secara subjektif maupun

intersubjektif dengan manusia lainnya. Sebenarnya ia membedakan antara apa

yang subjektif, intersubjektif, dan yang objektif. Yang subjektif adalah

pengalaman pribadi kita sebagai manusia yang menjalani kehidupan. Objektif

adalah dunia di sekitar kita yang sifatnya permanen di dalam ruang dan waktu.

Dan intersubjektitas adalah pandangan dunia semua orang yang terlibat di dalam

aktivitas sosial di dalam dunia kehidupan. Interaksi antara dunia subjektif, dunia

objektif, dan dunia intersubjektif inilah yang menjadi kajian fenomenologi.

1.5 Organisasi Penulisan

Organisasi penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab yang dapat

diuraikan sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dari

masalah yang akan dibahas. Kemudian pembatasan masalah yang berisi untuk apa

penelitian dilakukan, tujuan penelitian, metode dan pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini, serta organisasi penulisan.

Bab II merupakan pendeskripsian dari teori, prinsip Ongaeshi (恩返し),

Valentine day dan White Day di dunia dan Valentine day dan White Day di

(15)

8

Bab III merupakan pembahasan objek penelitian, yaitu berisi analisis yang

bersumber dari angket tentang hubungan Ongaeshi (恩返し) didalam kebiasaan

Valentine day dan White Day di kalangan pria Jepang yang belum menikah dan

wanita Jepang yang belum menikah.

Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Selain itu penulis juga menyertakan daftar isi, kata pengantar, lampiran,

sinopsis, daftar pustaka dan data pribadi penulis. Hal ini disertakan untuk

melengkapi hal-hal yang perlu ada didalam penulisan karya tulis ilmiah.

Demikianlah organisasi penulisan ini dibuat agar sistematis dan untuk

memberikan gambaran menyeluruh mengenai langkah-langkah penelitian,

sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan demikian

(16)

77 BAB IV

KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan penyebaran angket kepada pria dan wanita

yang belum menikah yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang, maka penulis mendapatkan

tindakan balas budi (ogaeshi) dalam tindakan Valentine Day dan White Day di

masyarakat Jepang khususnya pria dan wanita Jepang yang belum menikah.

Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah

mengetahui Valentine Day, tetapi hanya beberapa pria dan wanita Jepang saja

yang mengetahui asal mula adanya Valentine Day di Jepang. Valentine Day ada di

Jepang karena adanya proses akulturasi sehingga lahir budaya baru yaitu White

Day dan ini berkaitan juga dengan prinsip balas budi di Jepang.

Kebanyakan pria dan wanita Jepang biasanya merayakan Valentine Day

bersama pasangan, sisanya bersama keluarga, teman-teman terdekat dan rekan

kerja. Pria Jepang yang belum menikah lebih banyak menjawab tidak merayakan

Valentine Day karena tidak memiliki kekasih dan pada saat Valentine Day

wanitalah yang seharusnya merayakan Valentine Day dengan cara memberi

cokelat, permen atau hadiah lainnya kepada pria. Namun bagi wanita Jepang yang

belum menikah, merayakan Valentine Day karena pada tersebut wanita membuat

cokelat dan memberikannya kepada pria yang disukai dan ini adalah hal yang

menyenangkan untuk dirayakan dan dinikmati oleh satu dengan yang lainnya.

(17)

78

terima kasih kepada seseorang. Menurut pria Valentine Day wajib dirayakan

karena sudah menjadi sejarah dan sudah menjadi kebiasaan di Jepang. Dengan

merayakan Valentine Day orang Jepang dapat mengucapkan rasa terima kasih (

謝 る). Menurut Max Weber tindakan tersebut adalah tindakan tradisional.

Valentine Day di Jepang berorientasi kepada tradisi masa lampau, yaitu cara

bertindak manusia yang telah lazim dilakukan. Menurut wanita Jepang yang

belum menikah Valentine Day wajib untuk dirayakan, karena menjadi kesempatan

yang baik bagi wanita untuk menyatakan perasaannya kepada pria. Selain itu,

Valentine Day wajib dirayakan karena sebagai wujud terima kasih kepada

pasangan, teman, keluarga maupun atasan didalam perusahaan.

Ketika Valentine Day, pria paling banyak mendapatkan cokelat, baik

cokelat yang dibuat sendiri maupun yang tersedia ditoko. Kemudian pada

Valentine Day, wanita Jepang sebagian besar memberikan cokelat (baik buatan

sendiri atau yang dibeli dari toko). Tradisi memberikan cokelat telah ada sejak

akhir tahun 1950-an hingga saat ini. Hubungan tersebut menurut Max Weber

adalah tindakan tradisional. Wanita Jepang didorong dan berorientasi kepada

tradisi masa lampau sejak akhir tahun 1950-an dan hal memberikan cokelat telah

lazim dilakukan didalam masyarakat Jepang. Sadar atau tidak sadar, semua yang

dilakukan wanita Jepang untuk memberikan cokelat saat Valentine Day sudah

menjadi kebiasaan turun temurun.

Biasanya pria Jepang merayakan Valentine Day dengan bertukar kado,

mengadakan pesta bersama keluarga, bertukar kado dengan keluarga,

(18)

79

wanita dan melakukan sesuatu seperti kencan, pergi makan atau ke suatu tempat.

Sedangkan wanita Jepang merayakan Valentine Day dengan cara memberi cokelat,

kue, hadiah dan permen kepada pasangan dan bertukar cokelat dan permen

dengan teman.

Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah

mengetahui White Day, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui asal mula

adanya White Day di Jepang. Budaya White Day lahir di Jepang karena proses

akulturasi. Awalnya Valentine Day masuk ke Jepang, tetapi karena Valentine Day

melebur bersama dengan budaya Jepang, maka melahirkan White Day yang

berhubungan dengan prinsip balas budi di Jepang.

Bagi Wanita Jepang yang tidak merayakan White Day, berpikir bahwa

White Day tidak wajib dirayakan karena White Day adalah hari bagi pria untuk

membalas budi dari peristiwa Valentine Day. Wanita beranggapan bahwa

seharusnya yang wajib untuk merayakan White Day adalah para pria. Bagi pria

Jepang, White Day adalah wajib untuk dirayakan. Hal ini berhubungan daengan

rasionalitas yang berorientasi nilai (Wert rationalitat). Tindakan ini

menyandarkan diri kepada suatu nilai-nilai absolut tertentu atau tindakan yang

ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku yang etis yaitu

prinsip balas budi (ongaeshi). Artinya ketika wanita yang memberikan cokelat

atau hadiah lainnya pada saat Valentine Day, wanita bertindak sebagai pemberi on

(恩) dan pria bertindak sebagai penerima on (). On (恩) adalah hutang

psikologis maupun sosial yang dikenakan kepada seseorang atas pemberian yang

(19)

80

disebut ongaeshi (恩返し). Seperti disebutkan sebelumnya, pria wajib merayakan

White Day karena untuk membayar kembali kebaikan yang telah diterima dari

wanita. Jika pria menolak atau tidak membalas kebaikan tersebut, maka akan

mendapatkan efek yang buruk yang disebut on shirazu (恩 知 ら ) yaitu di

anggap sebagai orang yang tidak mengetahui kewajiban dan di anggap sebagai

orang yang tidak tahu terima kasih.

Bagi pria Jepang yang belum menikah pria Jepang wajib membalas budi

pada White Day dengan memberikan bingkisan karena bagi pria Jepang, mendapat

sesuatu dan mengembalikan kembali adalah jiwa Jepang yang merupakan balas

budi (ongaeshi). Dengan membalas budi tersebut, pria Jepang dapat

mengungkapkan rasa terima kasih (kansyasuru) kepada wanita. Menurut Max

Weber, hal ini termasuk ke dalam unsur normatif yaitu unsur-unsur yang

berhubungan dengan apa yang seharusnya (precriptive elemens), seperti

bagaimana orang harus berperilaku.

Ketika White Day, pria Jepang yang belum menikah lebih banyak

memberikan cokelat. Sedangkan ketika White Day, wanita Jepang yang belum

menikah kebanyakan mendapatkan cokelat, permen, dan kue. Hal tersebut

menurut Max Weber adalah tindakan tradisional karena sejak adanya Valentine

Day dan White Day di Jepang, memberi dan menerima barang berupa cokelat.

Pada White Day, pria Jepang merayakan dengan cara memberikan (membalas)

hadiah kepada orang yang memberi hadiah di Valentine Day, kencan dan makan

(20)

81

mendapatkan balasan dari pria berupa cokelat, permen, dan hadiah lainnya dan

juga makan malam dan kencan.

Bagi wanita Jepang yang belum menikah, Valentine Day adalah hari

dimana wanita memberikan cokelat dan hadiah lain sebagai wujud terima kasih

(kansyasuru) atas kebaikan yang mereka terima dari orang lain. Valentine Day

tidak hanya untuk berterima kasih kepada pasangan saja, tetapi kepada keluarga,

teman-teman terdekat maupun rekan kerja dan atasan dalam perusahaan. Bagi pria

Jepang yang belum menikah, White Day adalah hari dimana pria membalas

cokelat dan hadiah yang telah diberikan wanita sebelumnya pada Valentine Day.

White Day juga adalah hari dimana pria mengucapkan rasa terimakasih kepada

wanita atau orang-orang telah memberikan mereka cokelat dan hadiah dengan

(21)

82

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

K. Bertens, (1981). Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia.

Narwoko, dkk. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Nazir, Moch. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Veeger, K.J. (1985). Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia.

Situs :

Ahira, Anne. (n. d.). Sejarah Valentine – Kisah Cinta di balut Dogma. 14 Februari 2014. http://www.anneahira.com/sejarah-valentine.htm

Bias. (14 Februari 2012). 1 September 2013. http://www.goikuzo.com/?p=1169

Hari Valentine Dalam Tinjauan Sejarah. (n. d. ) 14 Februari 2014.

Nurdiati, Nurdiati and Unsriana, Linda (2012). Kearifan Lokal yang Terdapat

(22)

83

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc.

Nurpadilah. (2013). Tindakan Sosial Dalam Memakai Jilbab dikalangan

Mahasiswa. 10 Februari 2014. http://jurnal.umrah.ac.id/wp- content/uploads/2013/08/JURNAL-Nurpadillah-080569201003-sosiologi-2013.pdf

Shidiqi, M Fajar. (7 Juni 2012). 5 Oktober 2013. http://m-f-s-

fpsi08.web.unair.ac.id/artikel_detail-47851-PSIKOLOGI-PENDEKATAN%20FENOMENOLOGI.html

Sobarudin, Arif . (25 Mei 2012). 10 Februari 2014. (http://www.bisosial.com/2012/05/sumbangan-pemikiran-sosiologi-dari-max.html)

Trendtalking (n.d.) 1 September 2013. http://trendtalking.com/2013/03/15/did-you-know-about-white-day/

Valentine’s Day vs White Day.(n. d. ) 15 Februari 2014. http://www.diffen.com/difference/Valentine%27s_Day_vs_White_Day

Wattimena, Reza A.A. (9 Agustus 2009). 5 Oktober 2013. http://rumahfilsafat.com/2009/08/19/fenomenologi-edmund-husserl/

Weber dalam Dunia Sosiologi. (n. d. ) 10 Februari 2014. ( http://eko.dosen.isi-ska.ac.id/files/2010/04/Pandangan-Weber-dalam-Dunia-Sosiologi.pdf)

Referensi

Dokumen terkait

KHDY\ YLHZHUV SHFDQGX EHUDW WHOHYLVL GDQ OLJKW YLHZHUV DWDX YLHZHUV SHQRQWRQ ELDVD 3DUD SHFDQGX EHUDW WHOHYLVL DNDQ PHQJDQJJDS EDKZD DSD \DQJ WHUMDGL GL WHOHYLVL LWXODK GXQLD

Polisi Istimewa Surabaya, dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan perbandingan evaluasi kinerja simpang bersinyal sebelum dan sesudah pemasangan alat ATCS.. Dari analisa

Berdasarkan hasil analisis binary logistic dengan pendekatan uji Chi Square dapat dinyatakan secara simultan pendidikan, pengetahuan, persepsi, motivasi, dan sikap

[r]

pencatatan, pengikhtisaran, sampai pelaporan posisi dan operasi keuangan pada menteri keuangan selaku bendahara umum Negara(BUN). SiAP memproses data transaksi KUN dan

Persatuan Guru Republik Indonesia atau disingkat PGRI merupakan wadah organisasi yang menampung semua guru di Indonesia. PGRI memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan,

Beberapa jenis bahan cetak yang biasa dipakai di bidang kedokteran gigi dapat dipakai tergantung pada jenis model yang akan dihasilkan.. Bahan cetak alginat

ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. c) Kebutuhan kekuatan ( Need for Power ), merupakan kebutuhan untuk menguasai dan