• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Style pada Pasangan Commuter Marriage di Kelurahan "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Style pada Pasangan Commuter Marriage di Kelurahan "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

viii Abstrak

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Style

pada Pasangan Commuter Marriage di Kelurahan “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan data survey terhadap 32 pasangan (64

orang) Commuter Marriage di Kelurahan “X” Bandung.

Alat ukur yang digunakan diadaptasi dan dimodifikasi dari kuisioner RSQ (Relationship Scale Questionnaire) yang terdiri dari 30 item dengan skala rating. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 19, diperoleh 16 item yang diterima dengan validitas item berkisar antara 0.109 – 0.69 dengan reliabilitas 0.47.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 54,7% (35 orang) memiliki adult attachment style secure, 26,6% (17 orang) memiliki adult attachment style preoccupied, 17,2% (11 orang) memiliki adult attachment style dismissing, dan 1,6% (1 orang) memiliki adult attachment style fearful. Selain itu terdapat 7 kombinasi adult attachment style yang muncul dari pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung ini.

Disarankan bagi penelitian selanjutnya memperkaya data agar meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung dan pada

pengurus Kelurahan “X” Bandung untuk secara berkala mengadakan acara

kebersamaan yang melibatkan pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung

Kata Kunci : Studi Deskriptif, Adult Attachment Style, Pasangan Commuter

(2)

ix

Abstract

This research is about A Descriptive About the Adult Attachment Style to a Commuter Marriage Couples in Kelurahan “X” Bandung. This research is using a survey technic towards 32 couples (64 peoples) Commuter Marriage in

Kelurahan “X” Bandung.

The measurement tools that have been used was adapted and modified from questionnaire RSQ (Relationship Scale Questionnaire) which consists of 30 items with rating scale. Based on validity and reliability test using SPSS 19, 16 items are found valid with validity score of 0.109 to 0.69 with reliability score 0.47

Based on the results, it can concluded that 54,7% (35 peoples) had an adult attachment style secure, 26,6% (17 peoples) had an adult attachment style preoccupied, 17,2% (11 peoples) had an adult attachment style dismissing, and 1,6% (1 people) had an adult attachment style fearful. Moreover, there are 7 combinations adult attachment style that emerged from commuter marriage couples in Kelurahan “X” Bandung.

Suggested for further research to enrich the data in order to research more about the factors that affect adult attachment style to commuter marriage couples in Kelurahan “X” Bandung and to Kelurahan “X” Bandung officer for to regularly hold events about togetherness involving commuter marriage couples at

Kelurahan “X” Bandung.

Keywords : A Descriptive, Adult Attachment Style, Commuter Marriage Couples

(3)

x

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………...ii

Lembar Pernyatan Publikasi Laporan Penelitian………iii

Lermbar Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian……….iv

Kata Pengantar………...v

Abstrak………..viii

Abstract…...ix

Daftar Isi……...x

Daftar Tabel……...xiv

Daftar Bagan……...xv

Daftar Lampiran………xvi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Identifikasi Masalah………..…7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian………..7

1.3.2 Tujuan Penelitian……...………....8

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis………..8

(4)

xi

1. 5. Kerangka Pemikiran………9

1.6 Asumsi Penelitian……….23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Attachment 2.1.1 Definisi Attachment………………....24

2.1.2 The Working Model of Attachment………...25

2.1.2.1 Dimensi Model of Self……….………27

2.1.2.2 Dimensi Model of Others……...………27

2.2 Adult Attachment Style 2.2.1 Definisi Adult Attachment Style……….………...28

2.2.2 Empat Adult Attachment Style dari Bartholomew……….…29

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adult Attachment Style.33 2.3 Pernikahan 2.3.1 Definisi Pernikahan………...34

2.3.2 Commuter Marriage………..35

2.3.3 Jenis Commuter Marriage……….36

2.3.4 Faktor-Faktor Terjadinya Commuter Marriage………37

2.4 Masa Dewasa 2.4.1 Masa Dewasa Awal………...…40

2.4.1.1 Perkembangan Psikososial……….41

2.4.1.2 Tugas-Tugas Perkembangan………..42

(5)

xii

2.4.1.3.1 Persahabatan………...43

2.4.1.3.2 Cinta………44

2.4.1.3.3 Seskualitas………..44

2.4.2 Masa Dewasa Madya………...…45

2.4.2.1 Perkembangan Psikososial……….45

2.4.2.2 Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Madya..…..46

2.4.2.3 Ciri Khas Perkembangan Dewasa Madya…….…47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………..………48

3.2 Bagan Prosedur Penelitian………..48

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian………49

3.3.2 Definisi Konseptual………..49

3.3.3 Definisi Operasional……….49

3.4 Alat Ukur 3.4.1 Alat Ukur RSQ (Relationship Sqale Questionnaire)………50

3.4.2 Kisi-Kisi Alat Ukur………...51

3.4.3 Prosedur Pengisian Item………...52

3.4.4 Cara Penilaian Alat Ukur………..…………...52

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang……….53

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.5.1 Validitas……….………...….54

(6)

xiii

3.5 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel………..57

3.5.1 Populasi Sasaran………...57

3.5.2 Karakteristik Sampel……….57

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel……….57

3.6 Teknik Analisis Data………...……….57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian………...59

4.1.1 Berdasarkan Usia………..59

4.1.2 Berdasarkan Usia Pernikahan………..60

4.1.3 Berdasarkan Lamanya Menjalani Commuter Marriage…………..61

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Adult Attachment Style pada Subyek Penelitian……….62

4.2.2 Gambaran Kombinasi Adult Attachment Style pada Subyek Penelitian………..63

4.3 Pembahasan………..64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………..73

5.2 Saran………74

5.2.1 Saran Teoretis………70

5.2.2 Saran Praktis………..75

DAFTAR PUSTAKA………76

DAFTAR RUJUKAN………77

(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Empat Kategori Adult Attachment Style Kim Bartholomew….32

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur……….………...51

Tabel 3.2 Bobot Item Alat Ukur RSQ………………….52

Tabel 3.3 Penilaian Faktor Attachment dengan Orangtua..………...54

Tabel 3.4 Penilaian Faktor Penghayatan dengan Pasangan………...54

Tabel 3.5 Kriteria Validitas………...55

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas………...56

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas………..56

Tabel 4.1 Gambaran Suami Berdasarkan Usia………..59

Tabel 4.2 Gambaran Istri Berdasarkan Usia………..59

Tabel 4.3 Berdasarkan Usia Pernikahan………60

Tabel 4.4 Berdasarkan Lamanya Menjalani Commuter Marriage………61

Tabel 4.5 Gambaran Adult Attachment Style Subyek Penelitian………..62

(8)

xv

DAFTAR BAGAN

(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner RSQ dan Data Penunjang Lampiran 1

Kisi-Kisi Alat Ukur RSQ Lampiran 2

Validitas Alat Ukur RSQ Lampiran 3

Reliabilitas Alat Ukur RSQ Lampiran 4

Gambaran Identitas Subyek Lampiran 5

Tabel Kuesioner RSQ (Suami) Lampiran 6

Tabel Kuesioner RSQ (Istri) Lampiran 7

Tabel Hasil Penelitian Lampiran 8

Tabel Data Penunjang (Suami) Lampiran 9

Tabel Data Penunjang (Istri) Lampiran 10

Tabel Hasil Data Penunjang (Suami) Lampiran 11

Tabel Hasil Data Penunjang (Istri) Lampiran 12

Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang Lampiran 13

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 tahun 1974, pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga berdasarkan ke-Tuhanan yang Maha Esa. Dalam pernikahan, individu akan membentuk sebuah keluarga baru. Terdapat peran dan status sosial baru sebagai suami atau istri di dalam keluarga yang baru terbentuk.

Umumnya, pasangan suami dan istri tinggal dalam satu rumah bersama dengan anak-anak mereka. Ketika berkeluarga, peran antara suami dan istri sebagai mitra sangat penting misalnya dalam pembagian tugas dalam keluarga. Berdasarkan pembagian tugas, biasanya istri bertugas sebagai pengatur rumah tangga dan suami sering memberikan kontribusi dalam membantu istri untuk mengatur rumah tangga. Ketika suami bertugas sebagai pencari nafkah utama keluarga, tugas sebagai istri berkontribusi secara rutin melalui penyiapan tas kerja, pakaian kerja, dan perlengkapan pekerjaan lain yang diperlukan suami.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha sama-sama mempunyai kesempatan untuk bekerja. Tuntutan pekerjaan yang berada di luar kota membuat pasangan suami dan istri tidak dapat tinggal bersama, karena salah satu pasangannya bekerja di luar kota atau untuk mempertahankan pekerjaan masing-masing di kota yang berbeda. Pasangan suami istri yang dalam kurun waktu tertentu tinggal terpisah dapat disebut sebagai pasangan commuter marriage (www.psychologymania.com).

Commuter marriage adalah kesepakatan yang dilakukan dengan sukarela oleh

pasangan suami istri yang berada pada dua lokasi geografis yang berbeda dengan pekerjaan masing-masing dan dipisahkan setidaknya tiga malam dalam satu minggu selama sedikitnya tiga bulan (Gerstel & Gross, 1982). Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya commuter marriage yaitu meningkatnya jumlah tenaga kerja wanita, meningkatnya jumlah pasangan yang sama-sama bekerja, meningkatnya jumlah wanita yang mencari karir dengan training khusus. Selain itu faktor penyebab terbentuknya commuter marriage adalah karir dan pekerjaan, tuntutan ekonomi dan pola hidup, dan penolakan hidup bersama yaitu istri menolak untuk pindah mengikuti suami dengan berbagai alasan (Dewi, 2013).

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha dan kebiasaan dalam memutuskan keputusan secara sepihak sudah menjadi hal yang membosankan.

Keterpisahan jarak yang dialami membuat pasangan commuter marriage merasakan kesepian, tidak dapat mencurahkan isi hati, tidak dapat bermesraan, rindu untuk melakukan kegiatan bersama, dan kurangnya frekuensi untuk melakukan hubungan seksual. Kurangnya kehadiran pasangan dan terhambatnya kontak nonverbal juga dapat memengaruhi keintiman pasangan. Keintiman yang dirasakan oleh wanita memerlukan adanya rasa saling berbagi perasaan dan kepercayaan, sedangkan pria cenderung mengekspresikan keintiman melalui hubungan seksual, pemberian bantuan praktis, pendampingan, dan aktivitas yang dilakukan bersama. Apabila pasangan suami istri tersebut telah mempunyai anak, istri membantu anak-anaknya dalam hal akademik, harus menyelesaikan masalah sendiri tanpa adanya bantuan dari suami selain itu anak dapat kehilangan figur ayah dan istri akan sangat berat memerankan figur ayah dan ibu secara bersamaan (Ekasari, 2007).

Dalam menjalani kehidupan commuter marriage tentunya dapat dirasakan manfaat oleh pasangan commuter marriage seperti halnya meningkatnya keterampilan komunikasi, karena keterpisahan jarak para pasangan berkomunikasi dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi yang ada. Pada umumnya, pasangan commuter marriage dengan alasan efisiensi dan efektivitas berkomunikasi dengan

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha menjalankan hobi atau melakukan kegiatan apa pun tanpa komentar atau pengaruh dari pasangan. Karena memiliki waktu banyak untuk dirinya sendiri, dapat meningkatnya otonomi diri. Dengan keterpisahan ini pun, pasangan commuter marriage akan lebih dapat berkonsentrasi dan fokus dalam pekerjaannya (Dewi,

2013).

Di dalam pernikahan, pasangan commuter marriage membutuhkan attachment dengan pasangannya. Attachment adalah sebuah sistem yang telah dibawa sejak lahir di otak yang berevolusi dengan cara-cara yang memengaruhi dan mengorganisasikan proses-proses motivasional, emosional, dan memori dalam hubungannya dengan figur pengasuh yang signifikan (Bowlby, 1969). Keterpisahan jarak dan jarangnya bertemu secara bertatap muka, pasangan commuter marriage diharapkan memahami dan berhubungan dengan pasangannya dalam konteks intimate relationship.

Tuntutan pekerjaan dan tugas perkembangan, membuat para pasangan memilih untuk menjalani commuter marriage. Salah satunya adalah Kelurahan “X” Bandung yang jumlah pasangan commuter marriage semakin meningkat

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha .Adult intimate relationship seringkali didasari oleh emotional responsiveness yaitu kebutuhan (need) akan kedekatan, dukungan dan rasa aman terpenuhi atau tidak terpenuhi. Menurut Bartholomew (1991), adult attachment merupakan kecenderungan manusia yang berupaya menciptakan ikatan afeksi yang kuat dengan figur tertentu Bartholomew (1991) mengungkapkan bagaimana seseorang memahami dan berhubungan dengan orang lain di dalam konteks intimate relationship adalah adult attachment style. Adult attachment style terdiri dari dua

dimensi di dalam diri individu yang dapat memengaruhi attachment pada masa dewasa dalam berelasi dengan pasangannya yaitu model of self dan model of other yang masing-masing dapat bisa menjadi positif atau negatif. Adult attachment style terdiri dari empat tipe yaitu secure (S), preoccupied (P), fearful (F), dan

dismissing (D).

Tipe pertama dalam adult attachment style adalah Secure yaitu individu merasa layak untuk dicintai dalam diri dan memiliki harapan bahwa pasangannya secara umum menerima dan responsif terhadapnya. Tipe yang kedua adalah Preoccupied yaitu individu memiliki rasa kepercayaan diri yang kurang dan

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Peneliti melakukan wawancara kepada 10 pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung. 50% dari 10 pasangan merasa bahwa sudah mengerti dengan kondisi yang dijalaninya sekarang dan keadaan pasangannya yang lebih memilih karir. Ketika mereka merasa membutuhkan pasangannya dan pada kenyataannya sibuk dengan pekerjaannya, mereka akan mengerti dan lebih memilih menyibukkan diri dengan pekerjaannya masing-masing. Ketika memiliki waktu luang, mereka akan menelepon pasangannya untuk menceritakan masalah yang dihadapi dan merasa bahwa pasangannya mau mendengarkan masalahnya dan membantu disaat mereka membutuhkan bantuan. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung pun percaya pada pasanganya dan tidak mudah cemburu dengan teman lawan jenis dari pasangannya. Mereka merasa bahwa sudah memiliki komitmen dan saling percaya satu sama lain. Meskipun mengalami keterpisahan jarak dan jarang bertemu, mereka merasa pasangannya selalu ada saat dibutuhkan. Mereka akan meluangkan waktu untuk berdua ketika mereka bertemu dengan pasangannya.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Keterpisahan secara fisik, membuat 20% dari 10 pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung lebih memendam perasaannya karena tidak terbiasa untuk mengekspresikannya dan takut apabila pasangannya tidak mau menerimanya. Ketika mereka mengalami masalah pun, mereka memendam dan tidak menceritakan masalah yang dialami. Masalah anak-anak pun, mereka tanggung sendiri karena takut mengganggu pasangannya. Ketika pasangannya memiliki teman lawan jenis pun, mereka akan waspada dan curiga pada gerak-gerik pasangannya dan sering menanyakan kabar pasangannya.

Berdasarkan pemaparan fenomena diatas, peneliti ingin melihat gambaran mengenai adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin mengetahui gambaran adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X”

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung melalui empat tipe adult attachment style yaitu secure (S), preoccupied (P), fearful (F), dan dismissing (D).

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Menambah pemahaman bagi kajian psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan psikologi sosial mengenai gambaran adult attachment style pada pasangan commuter marriage.

2. Dijadikan sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian adult attachment style secara lebih mendalam.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung mengenai adult attachment style dalam membangun hubungan yang berkualitas dan mendalam melalui seminar-seminar mengenai pernikahan.

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.5Kerangka Pemikiran

Seseorang dikatakan dewasa apabila mereka telah memilih karir, telah menikah atau membentuk sebuah keluarga (Papalia, 2009). Menikah merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu. Individu menikah karena butuh dekat dengan orang yang menurutnya spesial, karena cinta, kebutuhan seksual, dan mendapat pengakuan sebagai orang dewasa dan mempertahankan keturunan. Individu membangun hubungan romantis yang signifikan dan membentuk sebuah keluarga. Di dalam membangun sebuah keluarga tersebut, suami dan istri merupakan mitra yang sangat penting dalam menjalani tugas-tugas dalam berkeluarga, dan pada umumnya pasangan suami istri tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya. Semakin berkembangnya dunia pekerjaan, membuat suami dan istri sama-sama memiliki kesempatan untuk bekerja. Karena sama-sama bekerja, hal ini dapat menyebabkan suami dan istri tidak dapat tinggal dalam satu atap karena salah satu pasangan bekerja di luar kota atau untuk mempertahankan pekerjaannya di kota yang berbeda. Pasangan yang tinggal terpisah dapat disebut pasangan commuter marriage.

Commuter marriage adalah keadaan perkawinan yang dibentuk secara

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha dikarenakan keamanan di mana lokasi dipandang tidak seaman kota asal, dan yang terakhir adalah penyesuaian.

Keterpisahan secara fisik ini para pasangan commuter marriage harus memahami dan berhubungan dengan pasangannya dalam konteks intimate relationship. Unsur penting dari keintiman adalah pengungkapan diri yaitu

membuka informasi penting tentang diri sendiri kepada pasangan. Keintiman dapat tercipta melalui sikap saling terbuka, responsif terhadap kebutuhan pasangan serta adanya rasa menerima dan hormat secara timbal balik (dalam Papalia, 2009). Hubungan yang intim menuntut keterampilan seperti kepekaan, empati, dan kemampuan mengomunikasikan emosi, menyelesaikan konflik, mempertahankan komitmen. Intimate relationship ditandai dengan adanya attachment style sejak masa bayi dan attachment style pada masa dewasa awal,

sebagai dasar dari relasi romantis yang dijalani oleh pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung.

Attachment adalah sebuah sistem yang telah dibawa sejak lahir di otak yang

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha attachment pada individu. The working model of attachment secara umum,

pasangan commuter marriage akan membentuk representasi internal dari figur attachment yaitu pasangannya dan dirinya sendiri sebagai hasil dari pengalaman

mereka dalam berinteraksi. Bentuk ini didasari pada pengalaman keseharian anak dengan kedua orang tuanya. Pengalaman yang dialami indvidu ketika berinteraksi dengan figur attachment akan membentuk belief dan harapan terhadap dirinya, orang lain, dan hubungan yang terjadi sebagai suatu kesatuan fungsi dalam kognitif individu yang menuntun individu secara tidak sadar ketika berperilaku (Bowlby, 1988).

The working model bekerja sebagai sistem motivasional yang memunculkan

perilaku attachment ketika pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung menjalin relasi dengan pasangannya secara hangat dan akrab. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung dapat merasa layak dicintai dan mendapatkan perhatian dari pasangannya jika mereka memiliki belief dan ekspektasi yang positif terhadap diri sendiri maupun pada pasangannya. Namun, mereka juga dapat merasa kurang layak dicintai dan mendapatkan perhatian dari pasangannya jika memiliki belief dan ekspektasi yang negatif. Proses tersebut kemudian menjadi kebutuhan dalam diri mereka untuk dipenuhi oleh pasangan maupun dirinya sendiri.

Berdasarkan dari teori Bowlby, Bartholomew memandang attachment pada adult attachment style dalam hubungannya bagaimana individu memahami dan

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha dengan dua dimensi dari working model yaitu model of self dan model of other. Model of self berhubungan bagaimana para pasangan commuter marriage di

Kelurahan “X” Bandung menilai dirinya dalam konteks berhubungan pasangannya, sedangkan model of other berhubungan dengan bagaimana mereka menilai pasangannya merespon untuk mendukung dan melindungi dirinya saat dibutuhkan.

Dimensi model of self dan model of other dapat dilihat dalam derajat positif maupun negatif. Kombinasi dari kedua working model tersebut muncul empat adult attachment style yaitu secure, preoccupation, dismissing, dan fearful

(Bartholomew & Shaver, 1998).

Tipe pertama adult attachment style adalah Secure (S). Pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki tipe ini memiliki model of self yang positif terlihat dengan penghargaan yang baik terhadap dirinya

sendiri, kepercayaan diri yang baik dan mampu untuk menerima kondisi diri apa adanya. Hal ini menyebabkan mereka merasa nyaman terhadap dirinya sendiri ketika berelasi. Model of other yang positif pada pasangan commuter marriage Kelurahan “X” Bandung dapat terlihat dengan adanya mempunyai harapan yang positif terhadap pasangan sehingga mereka merasa nyaman intimacy dengan pasangan, merasa layak dirinya dicintai, menerima dan responsif terhadap dirinya.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan diri yang kurang dan memiliki model of other yang positif yang mendorong pasangan commuter marriage di Kelurahan

“X” Bandung untuk mendapatkan penerimaan diri dari pasangannya. Model of other yang positif pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung dapat terlihat dengan ketidaknyamanan dan waspada terhadap ancaman, selalu menuntut, mudah cemburu pada pasangan, merasa gelisah ketika harus berpisah dengan pasangan. Sehingga mereka memiliki pandangan bahwa pasangannya tidak ingin berkomitmen terhadap hubungan jangka panjang.

Tipe adult attachment yang ketiga adalah fearful (F). Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki tipe ini, memiliki model of self yang negatif hal ini terlihat dari mereka merasa dirinya tidak layak untuk

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Tipe adult attachment yang terakhir adalah Dismissing (D). Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki tipe ini, memiliki model of self yang positif hal ini terlihat dari mereka merasa dirinya layak dicintai

oleh pasangannya, memiliki rasa percaya diri yang baik, menerima kondisi diri apa adanya. Hal ini menyebabkan pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung merasa nyaman tanpa relasi yang intim dengan pasangan. Mereka memiliki model of other yang negatif. Model of other yang negatif pada pasangan commuter marriage di Bandung dapat terlihat dari mereka takut akan penolakan

dan perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginnanya dari pasangan. Sehingga mereka merasa self-sufficient dan menolak untuk bergantung pada pasangannya.

Adult attachment style dipengaruhi oleh dua hal yang pertama adalah

pengalaman attachment pada masa anak-anak dan remaja dengan figur orang tua dari pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung. Pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung dengan tipe secure memiliki pengalaman secure dengan orang tua. Pengalaman secure ini membuat diri pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung cenderung positif dan merasa dirinya layak untuk dicintai, merasa diri berharga, dan pasangan dipandang sebagai seseorang yang mengerti mereka.

Pada pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung dengan tipe preoccupied memiliki pengalaman insecure dengan orang tua. Mereka

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha dengan pasangan, mereka lebih memandang positif. Menganggap bahwa pasangannya bersedia untuk membantu, mengerti dan mencintai dirinya.

Pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung dengan tipe fearful juga memiliki pengalaman insecure dengan orang tuanya. Mereka memandang bahwa dirinya tidak layak untuk dicintai dan didukung oleh pasangannya. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung pun menghayati bahwa pasangannya adalah orang yang kurang mengerti dan kurang mencintai dirinya.

Pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung dengan tipe dismissing memiliki pengalaman secure dengan orang tuanya. Menganggap

bahwa orang lain sebagai yang dapat mendukung dirinya, mereka layak untuk dicintai namun dalam berelasi dengan pasangan, mereka memiliki penghayatan negatif pada pasangannya. Merasa bahwa pasangannya kurang mengerti dan kurang bersedia membantu dirinya.

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Pada pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung yang memiliki tipe preoccupied akan menghayati relasinya dengan pasangan cenderung negatif. Mereka dalam berelasi dengan pasangannya akan memperlihatkan ketidaknyamanan dalam berelasi, sering merasa cemas dan gelisah sehingga mereka mengganggap kurang puas terhadap hubungannya.

Pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung yang memiliki tipe fearful akan menghayati relasinya dengan pasangan secara negatif. Pasangan pada

tipe ini merasa tidak nyaman apabila berdekatan dengan pasangan, sulit untuk memercayai pasangnnya, sulit untuk bergantung dengan pasangan, mereka enggan dan sulit untuk menceritakan masalah pribadi dan memiliki relasi yang tidak sehat dengan pasangannya.

Pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung dengan tipe terakhir yaitu dismissing akan menghayati relasinya dengan pasangan cenderung negatif. Pasangan pada tipe ini dalam berelasi dengan pasangan akan merasa nyaman apabila tidak berdekatan dengan pasangannya. Mereka akan bersikap tidak acuh dan lebih memilih tidak bergantung pada pasangannya.

Terdapat beberapa variasi dari adult attachment style yang dimiliki oleh pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung, maka akan terbentuk sepuluh kombinasi dari setiap adult attachment style, yaitu secure-secure, preoccupied-preoccupied, fearful-fearful, dismissing-dismissing,

secure-preoccupied/preoccupied-secure, secure-fearful/fearful-secure,

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha preoccupied-dismissing/dismissing-preoccupied,

dismissing-fearful/fearful-dismissing.

Kombinasi yang pertama ada secure-secure. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki kombinasi ini, relasi dengan pasangannya

akan cenderung bertahan dua kali lipat lebih lama dibandingkan adult attachment style lainnya. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung, baik istri

maupun suami memiliki dimensi model of self yang positif dan model of other yang positif pula. Keduanya akan merasa nyaman satu sama lain, memiliki kepercayaan pada pasangannya, dan menilai positif pada pasangannya ketika mengalami keterpisahan.

Kombinasi yang kedua adalah preoccupied-preoccupied. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki kombinasi ini memiliki

model of self yang negatif dan model of other yang positif. Dalam berpisah, baik

suami maupun istri akan saling bergantung pada pasangannya, mudah gelisah dalam berelasi dan memiliki rasa kecemburuan pada pasangan, dengan kata lain mereka memperlihatkan perilaku yang manja dan posesif.

Kombinasi yang ketiga adalah fearful-fearful. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki kombinasi ini memiliki model of self

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha Relasi romantis pada tipe ini memiliki relasi yang negatif dibandingkan dengan relasi dengan tipe lainnya.

Kombinasi yang keempat adalah dismissing-dimissing. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki kombinasi ini memiliki model of self yang positif dan model of other yang negatif. Mereka yang memiliki

kombinasi ini baik suami maupun istri merasa dirinya layak dicintai namun menilai pasangannya tidak mencintainya. Ketika mengalami keterpisahan mereka akan lebih mandiri, bersikap tidak acuh atau tidak peduli dengan pasangan, memiliki rasa yang tidak nyaman apabila berintimasi dengan pasangan, dan memilih untuk tidak bergantung dengan pasangannya karena menilai negatif pada pasangannya.

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha Kombinasi yang keenam adalah secure-fearful/fearful-secure. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki kombinasi ini baik

suami maupun istri memiliki dimensi model of self dan model of other yang saling bertolak belakang. Suami atau pun istri yang memiliki tipe fearful memiliki dimensi model of self yang negatif dan model of other yang negatif pula akan merasa takut dan khawatir pasangannya akan menolak dan tidak menghargainya, sedangkan pasangannya baik suami maupun istri yang memiliki tipe secure yang memiliki dimensi model of self yang positif dan model of other yang positif juga akan memberikan kenyamanan, menghargai pasangannya, dan memberikan perlindungan pada pasangannya.

Kombinasi yang ketujuh adalah secure-dismissing/dismissing-secure. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Kota Bandung yang memiliki tipe secure memiliki dimensi model of self dan model of other yang positif akan memperlihatkan mereka akan nyaman dalam berintimasi, memberikan penerimaan, penghargaan, kenyamanan pada pasangannya, dan mereka akan merasa nyaman apabila bergantung pada pasangannya. Sementara itu baik suami atau pun istri yang memiliki tipe dismissing memiliki dimensi model of self yang positif dan model of other yang negatif menolak untuk bergantung pada pasangannya dan lebih mandiri, selain itu juga mereka tidak nyaman apabila harus berintimasi dengan pasangan dan membuat mereka menarik diri pada pasangannya.

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha preoccupied memiliki dimensi model of self yang negatif dan model of other yang

positif, mereka berusaha menjalin relasi yang intim, bergantung dengan pasangan, dan berusaha mendapatkan penerimaan dari pasangannya. Sementara itu pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki tipe fearful akan

merasa tidak nyaman apabila memiliki relasi yang intim, dan cenderung menghindari pasangannya karena merasa takut akan disakiti oleh pasangan.

Kombinasi yang ke-9 adalah preoccupied-dismissing/dismissing-preoccupied. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung yang memiliki tipe preoccupied akan berusaha mendapatkan penerimaan dari pasangannya, berusaha

menjalin relasi yang intim dan bergantung dengan pasangan karena memiliki dimensi model of self yang negatif dan model of other yang positif. Sementara itu, pasangannya baik suami atau pun istri yang memiliki tipe dismissing akan menarik diri, tidak nyaman apabila harus bergantung dengan pasangan karena adanya penilaian yang negatif ke pasangannya, dan tidak nyaman apabila memiliki relasi yang intim dengan pasangan yang dikarenakan memiliki dimensi model of self yang positif dan model of other yang negatif.

(30)

21

Universitas Kristen Maranatha mereka pun akan menghindari pasangannya dan berusaha menghindari relasi yang intim karena adanya rasa takut akan penolakan dan disakiti oleh pasangannya. Relasi keduanya akan sama-sama menghindar dan saling tidak peduli pada pasangannya masing-masing.

(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Pasangan commuter

marriage di Kelurahan ‘X” Bandung

Faktor yang mempengaruhi adult attachment style :

1. Pengalaman attachment pada masa

anak-anak dan remaja dengan figur orang tua.

2. Penghayatan relasi dengan

pasangan

Adult attachment style

Dimensi the working model :

Model of self Model of other

Dismissing (D) Fearful (F) Preoccupied (P) Secure (S)

Kombinasi Adult Attachment Style:

1. Secure-Secure 3. Fearful-fearful 5. Secure-Preoccupied 7. Secure-Dismissing 9. Preoccupied-Dismissing

(32)

23

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi Penelitian

1. Adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung didapatkan dari penilaian positif dan negatif dari model of self dan model of other. 2. Kombinasi dari model of self dan model of other pada pasangan commuter marriage di

Kelurahan ‘X” Bandung akan memunculkan empat tipe adult attachment yaitu secure (S), preoccupied (P), fearful (F), dan dismissing (D).

3. Faktor yang memengaruhi adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan ‘X” Bandung adalah pengalaman attachment pada masa anak-anak dan remaja dengan figur orang tua dan Penghayatan relasi dengan pasangan.

4. Terdapat 10 kombinasi Adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung adalah secure-secure, preoccupied- preoccupied,

dismissing-dismissing, fearful-fearful, secure–preoccupied, secure-fearful, secure-dismissing,

(33)

73

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan simpulan dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, beserta saran yang sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Kota Bandung maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Kota Bandung memiliki adult attachment style yang bervariasi. Sebanyak 54,7% (35 orang) memiliki adult

attachment style secure, 26,6% (17 orang) memiliki adult attachment style

preoccupied, 17,2% (11 orang) memiliki adult attachment style dismissing, dan

1,6% (1 orang) memiliki adult attachment style fearful.

2. Berdasarkan hasil penerlitian dari 32 pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Kota Bandung, terdapat tujuh kombinasi adult attachment style,

yaitu 34,4% (11 pasangan) memiliki kombinasi secure-secure, 12,5% (4 pasangan) preoccupied-preoccupied, 6,3% (2 pasangan) dismissing-dismissing, 21,9% (7 pasangan) secure-preoccupied atau preoccupied-secure, 15,7% (5 pasangan) secure-dismissing atau dismissing-secure, 6,2% (2 pasangan) preoccupied-dismissing atau dismissing-preoccupied, dan 3,1% (1 pasangan)

(34)

74

Universitas Kristen Maranatha 3. Pengalaman attachment yang secure dengan orangtua ketika masa anak-anak dan remaja, memberi penghayatan yang positif dengan pasangannya ketika menjalani relasi romantis pada setiap pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Kota Bandung.

4. Adult attachment style pada pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Kota Bandung juga dipengaruhi oleh usia responden.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Disarankan untuk peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, disarankan memperkaya data seperti data penunjang dan data demografi agar meneliti lebih dalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi adult attachment style pada pasangan commuter marriage.

2. Alat ukur yang digunakan sebaiknya menggunakan kata yang konkrit sehingga tidak memunculkan persepsi yang berbeda dari setiap responden 3. Untuk penelitian selanjutnya yang ingin menggunakan alat ukur RSQ,

sebaiknya dilakukan uji reliabilitas untuk setiap tipe adult attachment yaitu secure, preoccupied, fearful, dan dismissing.

(35)

75

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis

1. Pada pengurus Kelurahan “X” Bandung untuk secara berkala mengadakan acara kebersama yang melibatkan pasangan commuter marriage di Kelurahan “X” Bandung seperti :

a) Bersifat kerohanian, misalnya dengan mengundang pemuka agama. b) Bersifat sosial, misalnya mengadakan bazaar, mengadakan

lomba-lomba, dan olahraga bersama.

(36)

76

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bartholomew, K. 1991. A Test of Four Category Model of Attachment on Young Adults, Journal of Personality and Social Psychology Vol. 61. The American Psychological Association.

________. 1998. Methods of Assessing Adult Attachment : Do They Converge?, dalam Simpson, J.A. dan Rholes, W.S. Attachment Theory and Close Relationships. New York : Guildford Press.

Bowlby, J. 1969. Attachment and Loss Vol.1 : Attachment. New York : Basic Books Inc.

______. 1988. A Secure Base. New York : Basic Books Inc.

Dewi, Nina Kurnia. 2013. Commuter Marriage Ketika Berjauhan Menjadi Sebuah Keputusan. Bogor : IPB Press.

Feist, Jess & Feist, Gergory J. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika

Friendenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn & Bacon.

Hazan, Cindy & Shaver, Phillip R. 1987. Romantic Love Conceptualized as an Attachment Proccess. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 52. American Psychological Association.

Hurlock, Elizabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Mikulincer, Mario & Shaver, Phillip R. 2007. Attachment in Adulthood : Structure, Dynamics, and Change. New York : The Guilford Press.

Nazir, Muhammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos., & Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development, 10th ed, Buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.

(37)

77

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Debora, Amelia. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Style Pada Pasangan Mahasiswa yang Sedang Berpacaran di Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Jenis-Jenis Commuter Marriage. (Online).

(http://www.psychologymania.com/2013/01/jenis-jenis-commuter-marriage.html, diakses pada tanggal 16 Maret 2014).

Pertumbuhan Pembangunan Rumah Bandung Timur (Online). (http://www.jurnalbandung.com, diakses pada tanggal 21 Mei 2015)

Sadrina, Marjani. 2013. Hubungan Adult Attachment Style dengan Conflict Relation Style Pada Pasangan Commuter Marriage di Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Suka Duka Pasangan Jalani Hubungan Jarak Jauh Setelah Menikah. (Online). (http://wolipop.detik.com/read/2014/06/27/063408/2620793/852/2/suka-duka-pasangan-jalani-hubungan-jarak-jauh-setelah-menikah, diakses pada tanggal 7 September 2014).

Referensi

Dokumen terkait

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan sebuah fasilitas olahraga yang berupa Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di kawasan sport center Kabupaten Merangin dengan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan..

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap

Mengetahui dan menganalisis kesenjangan antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen dengan spesifikasi kualitas jasa yang telah ditetapkan oleh bengkel service mobil

 menjelaskan berbagai makna symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi di lingkungan sekitar....  membuat tulisan tentang perasaannya

[r]

Serta dari banyaknya fasilitas yang ada pada salah satu software komputer yaitu aplikasi eclipse, maka penulis ingin menggunakan aplikasi tersebut untuk membuat Aplikasi Informasi