1 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
REVIU ALOKASI
ALOKASI YANG BERLEBIH
2 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK (522111)
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI
Belanja Barang 522111 Belanja Langganan Daya Listrik
1) Efisiensi biaya input (melaksanakan kegiatan dengan biaya terendah)
2) Kebutuhan standar normal :
Standar IKE Normal x Tarif Tenaga Listrik x luas gedung
3) Pengukuran potensi penghematan dilakukan dengan membandingkan alokasi anggaran langganan daya listrik pada Satker (pagu 522111) dengan standar normal kebutuhan listrik.
Tata cara perhitungan:
1. Menghitung luas gedung kantor (tidak termasuk luas halaman/taman).
2. Menentukan jenis kantor (kantor umum/biasa) atau kantor khusus.
3. Kebutuhan standar normal akan terukur secara otomatis di sistem.
4. Perhitungan potensi penghematan berupa gap (pagu-kebutuhan standar) akan terukur secara otomatis di sistem.
Masukkan 523 dalam kolom search, dan tampak
pemeliharaan gedung
1) Luas adalah (340 + 1074) 2) Luas Halaman tidak di
hitung
3) Luas Rumah Dinas tidak dihitung
Masukkan 522 dalam kolom search, dan tampak belanja
langganan listrik
Klik kotak biru dan isi luas dan pilih jenis kantor. Aplikasi akan menghitung
3 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Latar Belakang
Besarnya belanja energi yang ditanggung baik oleh pemerintah, swasta/industri, dan rumah tangga serta adanya keinginan untuk berpartisipasi dalam pelestarian alam mendorong Pemerintah untuk menggalakkan program-program penghematan energi. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air menginstruksikan agar seluruh pimpinan melakukan langkah- langkah dan inovasi penghematan listrik dan air. Target penghematan energi yang dibuat pemerintah antara lain;
1) Penghematan listrik sebesar 20%
2) Penghematan BBM bersubsidi 10%
3) Penghematan air 10%
Kementerian Keuangan sebagai anggota Tim Nasional Penghematan Energi dan Air tentunya turut berpartisipasi dalam menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan. Salah satunya adalah melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang terkait. Sebagai Bendahara Umum Negara, Kementerian Keuangan mendorong penghematan belanja listrik pada alokasi belanja listrik Satuan Kerja, dengan memberikan rambu-rambu batasan (standar) penggunaan listrik yang efisien.
Penghematan listrik utamanya ditujukan pada alat penerangan dan pendingin ruangan; peralatan kantor, perlengkapan, dan peralatan; dan pada kegiatan atau aktifitas.
C. Standar Penggunaan Energi Listrik
Beberapa standar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Perkantoran dapat digunakan dalam pengukuran kebutuhan listrik kantor pemerintah. Di lingkup negara ASEAN, standar batas tertinggi penggunaan listrik adalah 240 kWh/m2/tahun.
Sumber IKE
(kWh/m2/tahun) Tahun Pengeluaran Standar
ASEAN-USAID 240 1987
ESDM & JICA Electric Power Development Co.,LTD 198,2 2008 Berdasar GBCI
(Konsul Bangunan Hijau Indonesia)
250 2010
Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 38 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung Hijau
210-285 2012
Sumber: panduan penghematan energi di gedung pemerintah (ESDM, Pemda Makassar, USAID)
Sementara itu, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2012 bahwa dalam rangka program penghematan energi listrik perlu didorong pemakaian tenaga listrik secara efisien dan rasional tanpa mengurangi keselamatan, kenyamanan dan produktivitas.
Kriteria Penggunaan Energi di Gedung Perkantoran yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2012 berdasar Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m2/bulan) untuk gedung perkantoran ber-AC adalah sebagai berikut:
Gedung Perkantoran ber AC
Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m2/Bulan) Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m2/Tahun)
Sangat Efisien Lebih 8,5 Lebih 102
Efisien 8,5 sampai dengan lebih kecil dari 14 102 sampai dengan lebih kecil dari 168 Cukup Efisien 14 sampai dengan lebih kecil dari 18,5 168 sampai dengan lebih kecil dari 222
Boros Lebih besar sama dengan 18,5 Lebih besar sama dengan 222
4 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang dilakukan, sistem tata udara (AC) menyedot energi listrik terbesar, diikuti dengan penerangan. Pada sebuah gedung di Jakarta, puncak pemakaian listrik terjadi pada pukul 13.00-14.00 dengan proporsi sistem tata udara AC (63,5%), penerangan (20,2%), peralatan (13,9%) dan lift (2,3%).
Beberapa hal dapat dilakukan untuk mendorong penghematan. Untuk sistem tata udara, perlu adanyha disiplin dalam mematikan AC pada saat ruangan tidak dipakai dan mengeset suhu ruang kerja pada kisaran 24˚ s.d 27˚ Celcius. Untuk tata cahaya, lampu agar diganti dengan lampu hemat energi dan mendorong penggunaan cahaya alami. Sementara untuk perlatan kantor, agar dimatikan bila tidak digunakan, terutama setelah jam kerja dan pada akhir pekan. Optimalisasi penggunaan lift perlu didorong, sehingga untuk satu/dua lantai dapat menggunakan tangga sekaligus berolahraga.
Target penghematan tenaga listrik ditujukan pada bangunan gedung negara dan bangunan gedung BUMN, BUMD, BHMN, Rumah Tinggal Pejabat serta penerangan jalan umum, lampu hias, dan papan reklame. Sementara itu, untuk kebutuhan listrik yang di biayai dari kantor pemerintah, luas lantai bangunan gedung perkantoran yang dibiayai adalah luas yang digunakan untuk aktivitas kerja, tidak termasuk aula, lorong, area parkir, halaman, dan rumah dinas.
D. Standar Penggunaan Energi Listrik Kantor Pemerintah
Berdasar perhitungan (sample) yang dibuat dalam pengukuran listrik, secara umum tingkat rata-rata penggunaan listrik di kantor pemerintah adalah sekitar 84 kWh/m2/tahun. Nilai itu mendekati penggunaan listrik rata-rata 12 jam (per hari), 22 hari kerja (per bulan), dan 12 bulan (per tahun).
Mengingat hasil rata-rata yang didapatkan pada penggunaan listrik kantor pemerintah, maka pemakaian operasional 12 jam dijadikan standar normal kebutuhan kantor. Standar tersebut dijadikan standar untuk target penghematan listrik kantor-kantor lain pada seluruh kantor pemerintah dengan klasifikasi umum/biasa.
12 jam x 22 hari kerja x 12 bulan 24 jam x 365 hari
Rasio Penggunaan Listrik 1 Tahun = = 0,361
Standar IKE Normal Kantor = 240 x 0,361 = 86,79 kWhkWh/m2/tahun
5 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Beberapa kantor memerlukan standarisasi berbeda dan kebutuhan listrik akan dihitung dengan standar khusus secara terpisah, antara lain;
(1) Sekolah
(2) Lembaga Pemasyarakatan (3) Balai Pemasyarakatan (4) Kantor Pelayanan 24 jam
(5) Kantor dengan beban listrik berbeda (Pusat Data Center)
Untuk kantor-kantor tersebut akan digunakan standar IKE penggunaan listrik yang khusus.
E. Komponen Perhitungan
Kebutuhan Listrik Normal Kantor = [IKE standar x rasio penggunaan listrik) x TTL x Luas gedung ] Potensi Penghematan = [Pagu – Standar Kebutuhan Listrik ]
IKE standar = Standar Intensitas Konsumsi Energi untuk bangunan yang dikeluarkan oleh hasil survei ASEAN-USAID sebesar 240 KWh/m2/thn)
Rasio Penggunaan Listrik Dalam 1 Tahun
= Rasio Penggunaan listrik yang normal untuk sebuah kantor, yaitu 12 jam kerja operasional
TTL = a) Tarif Tenaga Listrik merupakan besaran tarif berlangganan listrik yang dikeluarkan oleh PLN. Pemilihan golongan dan tarif
disesuaikan dengan batas daya yang digunakan oleh satker.
b) Untuk standarisasi digunakan Tarif Non Subsidi (Non adjustment) tertinggi Rp 1.467,- per kWh.
c) Tarif tmt 01 Juli 2017 dan tidak berubah sd 2018 (turun dari periode sebelumnya Rp 1.472,- pada 01 Des 2016) (penyesuaian tarif bulan Desember 2016). (Rp/KWh)
Luas Gedung = Luas gedung (dapat diperoleh dari rincian alokasi pemeliharaan gedung dan bangunan 523111 pada RKA-KL Satker).
[Jam listrik 1 hari x Jml hari kerja 1 bulan x Jml bulan 1 tahun]
(Jml jam dalam 1 hari x Jml hari dalam 1 tahun)
6 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n F. Contoh (Gambaran Pengukuran Secara Manual)
Perhitungan efisiensi biaya listrik pada DIPA Satker Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri TA 2016.
Jenis-jenis data yang digunakan diantaranya:
• Luas gedung dan bangunan = 12.672 m2 (diperoleh dari rincian alokasi pemeliharaan gedung dan bangunan pada RKA K/L).
• Pagu langganan daya listrik = Rp1.680.000.000,00 /thn (diperoleh dari alokasi belanja langganan daya dan jasa listrik (522111) pada RKA K/L).
Ilustrasi perhitungan efisiensi biaya listrik pada Satker Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri TA 2016 adalah sebagai berikut:
Efisiensi = Rp 1.680.000.000 - (IKE standar x rasio penggunaan listrik x Rp1.467/KWh x 12.672 m2)
• IKE standar = 240 KWh/m2/thn
• Rasio penggunaan = = 0,36
listrik dalam 1 thn
Efisiensi = Rp 1.680.000.000 - (240 x 0,36 x Rp1.467 x 12.672 )
= Rp 1.680.000.000,00 – Rp 1.606.160.794 = Rp 73.839.206
Keterangan : Terjadi inefisiensi sebesar Rp 73.839.206 12 jam x 22 hari kerja x 12 bulan
24 jam x 365 hari
7 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA (521219)
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Belanja Barang 521219 Belanja Barang
Non Operasional Lainnya 1. Fokus pada alokasi berupa output
cadangan.
2. Relevansi kegiatan (kegiatan yang tidak terkait dengan tusi)
1. Output cadangan merupakan inefisiensi kecuali utk output yang belum mendapat pesetujuan DPR
2. Cek apakah Alokasi 521219 digunakan untuk hal-hal yang memang diperlukan atau merupakan alokasi yang tidak jelas peruntukannya. Alokasi yang tidak jelas merupakan inefisiensi.
3. Cek apakah kegiatan sesuai dengan tugas fungsinya, misalnya Setjen menyalurkan belanja bansos.
Masukkan kode 521219 dalam kolom search, dan alokasi belanja barang non opersional lainnya akan muncul . Cek Apakah Alokasi untuk hal tidak jelas.
8 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Latar Belakang
Sesuai ketentuan, alokasi Belanja Barang Non Operasional Lainnya Akun 521219 biasanya digunakan terutama untuk keperluan;
1) Digunakan untuk pengeluaran yang tidak bisa ditampung di akun 521211, 521212, 521213, 521214;
2) Digunakan untuk suatu kegiatan yang bukan operasional satuan kerja, insidental, dan jika memang tidak ada akun Perjadin (dalam hal ini bisa uang saku, bantuan transpor dalam kota dalam rangka kegiatan non operasional satker);
3) Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat digunakan untuk biaya-biaya Crash Program. Crash program yang dimaksud dalam penjelasan akun 521219 adalah program pendidikan yang dilaksanakan secara intensif dalam jangka waktu yang lebih pendek daripada periode normal pendidikan, biasanya dilaksanakan karena kebutuhan yang mendesak (KEP 187/PB/2017).
Namun pada kenyataannya, akun ini sering digunakan sebagai keranjang sampah atau menjadi tempat untuk alokasi belanja-belanja yang tidak jelas/tidak direncanakan. Beberapa Satker menempatkan alokasinya di akun ini dengan tujuan bila sewaktu-waktu ada kegiatan yang tidak ada dalam perencanaan, atau ditengah periode mencari sebuah kegiatan yang dapat dilakukan. Hal ini tentunya menunjukkan kurang baiknya perencanaan yang eharusnya memang diarahkan pada prinsip “money follow program” yaitu alokasi mengikuti kebutuhan. Disamping itu, hal ini mendorong Satker untuk mengadakan kegiatan yang tidak begitu diperlukan, buktinya hal tersebut tidak mereka rencanakan/pikirkan sebelumnya.
Untuk itu perlu dilakukan review pada belanja Belanja Barang Non Operasional Lainnya (Akun 521219) untuk menemukan alokasi-alokasi yang tidak jelas peruntukannya. Harapannya, alokasi ini dapat diberikan untuk membiayai hal lain yang lebih produktif/berdaya guna.
C. Potensi Penghematan Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Berikut disajikan beberapa contoh alokasi Belanja Barang Non Operasional Lainnya yang tidak jelas peruntukannya. Contoh-contoh berikut dapat dijadikan referensi kata kunci saat melakukan reviu alokasi.
(1) Unallocated
Sebagaimana terlihat, bahwa beberapa Satker menyediakan alokasi yang tidak direncanakan untuk suatu kegiatan dan hanya menuliskan kata
“Unallocated” di RKA-K/L nya tanpa rencana apapun.
9 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n (2) Cadangan
(3) Penghematan/Efisiensi
(4) Belanja Yang Kurang Perlu
(5) Belanja Lain Yang Kurang Perlu
Beberapa hal lain yang dapat dipandang tidak perlu dan dikurangkan dari alokasi 521219, seperti;
a) Belanja yang tidak jelas kegiatannya, contoh: Penggerakan oleh Petugas KUA.
b) Belanja yang berlebih/boros, contoh: Ucapan Ibadah Puasa ke 10 Media Massa (1 cukup).
c) Belanja yang memang belum dianggarkan, contoh: Cadangan Tukin d) Pembelian buku agenda/buku/kalender dalam jumlah banyak e) Lainnya
Sebagaimana terlihat, bahwa beberapa Satker menyediakan alokasi yang tidak direncanakan untuk suatu kegiatan dan hanya menuliskan kata
“Cadangan” di RKA-K/L nya tanpa rencana apapun.
Sebagaimana terlihat, bahwa beberapa Satker menyediakan alokasi sebagai tempat cadangan bila sewaktu-waktu membutuhkan
penghematan/ efisiensi. Dalam RKA-KL tertulis kata “penghematan” atau “efisiensi”.
Terkadang, alokasi 521219 juga digunakan untuk hal hal yang kurang begitu signifikan, seperti pencetakan buku. Buku atau peraturan seharusnya bisa disiapkan soft copy nya di web atau medsos sehingga dapat di-download.
10 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
BELANJA HONOR OUTPUT KEGIATAN (521213)
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Belanja Barang 521213 Belanja Honor Output Kegiatan
1. Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan diberikan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, dengan ketentuan;
a) Mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur;
b) Bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan Eselon I/ Kementerian Negara/Lembaga/Instansi Pemerintah lainnya;
c) Bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;
d) Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada pejabat negara/pegawai Aparatur Sipil Negara di samping tugas pokoknya sehari-hari;
e) Dilakukan secara selektif, efektif, dan efisien.
2. Relevansi pemberian honor dengan kegiatan, seperti:
a) Besaran Honor Sesuai dengan Standar Biaya.
b) Satuan pemberian
Kewajaran lama (periode) pemberian honorarium.
Contoh; Seharusnya untuk kegiatan sosialisasi/
seminar/ rakor/ diseminasi/ fgd/ kegiatan sejenis menggunakan satuan OK.
c) Pemecahan kegiatan
Dalam satu output terdapat beberapa komponen/subkomponen, yang di dalamnya masing-masing terdapat honorarium.
3. Kewajaran jumlah orang dengan kegiatan (misal rasio jumlah panitia dengan peserta 10% sesuai standar biaya).
1. Cek apakah alokasi honor tersebut terdapat pada kegiatan yang merupakan tupoksi. Jika honor tersebut terdapat pada kegiatan tupoksi maka merupakan inefisiensi.
2. Cek apakah alokasi honor tersebut memang diperlukan untuk pencapaian output kegiatan. Misalnya penyusunan laporan tidak perlu diberikan honor sehingga alokasi honor tersebut merupakan inefisiensi.
3. Untuk honor panitia jumlah panitia maksimal 10% dari jumlah peserta sehingga jika jumlah panitia melebihi maka kelebihan alokasi tersebut merupakan inefisiensi
4. Cek honor pejabat eselon sesuai dengan levelnya, terkait dengan pembatasan (maksimal 2 untuk eselon I dan II, maksimal 3 untuk eselon III dst, jika
memungkinkan).
5. Keterangan untuk pemecahan kegiatan perlu didetilkan.
Masukkan kode 521213 dalam kolom search, dan alokasi belanja honor kegiatan akan muncul. Cek relevansi pemberian honor.
11 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Latar Belakang
Pengaturan terkait Honor Output Kegiatan (521213) terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan TA 2018. Salah satu yang menjadi fokus kita dalam review terkait dengan Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dan Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan.
Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan
Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan diberikan kepada seseorang yang berdasarkan Surat Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat Menteri/Pejabat Eselon I/KPA diangkat dalam suatu tim pelaksana kegiatan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, dengan ketentuan;
1) Mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur;
2) Bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan Eselon I/Kementerian Negara/Lembaga/Instansi Pemerintah lainnya;
3) Bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;
4) Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada pejabat negara/pegawai Aparatur Sipil Negara di samping tugas pokoknya sehari-hari;
5) Dilakukan secara selektif, efektif, dan efisien.
Honorarium Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan
Honorarium Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan diberikan kepada seseorang yang diberi tugas melaksanakan kegiatan administratif untuk menunjang kegiatan tim pelaksana kegiatan. Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan merupakan bagian tidak terpisahkan dari tim pelaksana kegiatan. Sekretariat tim pelaksana kegiatan hanya dapat dibentuk untuk menunjang tim pelaksana kegiatan yang clitetapkan oleh Presiden/Menteri.
Jumlah sekretariat tim pelaksana kegiatan dliatur sebagai berikut:
1) Paling banyak 10 (sepuluh) orang untuk tim pelaksana kegiatan yang ditetapkan oleh Presiden;
2) Paling banyak 7 (tujuh) orang untuk tim pelaksana kegiatan yang clitetapkan oleh Menteri/Pejabat Setingkat Menteri.
Beberapa catatan yang perlu diingat terkait Tim Pelaksana Kegiatan ini adalag dalam hal tim pelaksana kegiatan telah terbentuk selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, K/L melakukan evaluasi terhadap urgensi dan efektifitas keberadaan tim dimaksud untuk dipertimbangkan menjadi tugas dan fungsi suatu unit organisasi.
Kementerian Negara/Lembaga telah didorong untuk melakukan langkah-langkah efisiensi anggaran dengan melakukan pembatasan dan pengendalian pemberian honorarium tim pelaksana kegiatan baik untuk tim yang keanggotaannya berasal dari lintas Eselon I dalam 1 K/L maupun untuk tim yang keanggotannya berasal dari lintas K/L.
Batasan Keanggotaan Tim Dengan Keanggotaan Antar Eselon I Dalam 1 K/L
No Jabatan Klasifikasi
I II III
1 Pejabat Negara, Eselon I, dan Eselon II 2 3 4
2 Pejabat Eselon III 3 4 5
3 Pejabat Eselon IV, Pelaksana, dan Pejabat Fungsional 5 6 7
12 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Tim Kegiatan seyogyanya adalah sebuah tim yang insidental (kebutuhan singkat) dan mendesak, bukan pekerjaan rutin/sesuai tugas fungsi, dan memerlukan koordinasi dengan tempat lain. Masing- masing K/L perlu memberikan batasan jelas atas apa yang dapat digolongkan dalam penyusunan Tim Pelaksana Kegiatan yang dapat di bayarkan honornya.
Untuk Kementerian Keuangan sebagai contoh, melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 141/KMK.01/2017 hal Mekanisme Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Di Lingkungan Kementerian Keuangan TA 2017. Di dalamnya diatur bahwa pembentukan tim pelaksana kegiatan yang keanggotaannya lintas Es I ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan kriteria;
1) Diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan
2) Melaksanakan arahan, kebijakan/direktif dari Menteri Keuangan
Meskipun telah diatur, alokasi Honor Output Kegiatan (521213) masih menyisakan adanya potensi inefisiensi dan double bayar untuk pekerjaan yang seharusnya memang merupakan tugas fungsi sebuah unit dan tidak memerlukan adanya tim. Untuk unit yang memang mempunyai tugas fungsi tertentu, maka selayaknya seluruh pekerjaan yang dilakukan terkait tusi tidak di bayarkan honor.
Sebagai contoh;
1) Unit Pengawas Internal yang bertugas mengawasi unit lain di lingkup kerjanya, maka tidak selayaknya mendapatkan honor tim kegiatan pengawasan.
2) BPK yang memang kegiatan utamanya melakukan audit, maka selayaknya seluruh pekerjaan yang terkait dengan audit dilakukan sebagai business as usual, tidak memerlukan sebuah tim khusus untuk audit dan tindak lanjut audit.
3) Sebuah Dinas yang pekerjaannya memang di bidang perdagangan dan monitoring harga komoditas, maka kegiatan pengumpulan data komoditas memang merupakan tugas fungsi utamanya, sehingga tidak memerlukan pembentukan tim khusus untuk pelaksanaan tugas tersebut.
4) Dalam sebuah kantor, terdapat seksi/divisi yang tugasnya melaksanakan manajemen dan pengelolaan data. Tugas tersebut melekat pada unit yang bersangkutan dan menjadi tugas harian sehingga tidak diperlukan honor kegiatan secara terpisah (khusus).
13 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n C. Beberapa Contoh Potensi Penghematan
1) Relevansi Kebutuhan Honor Tim
2) Relevansi Tugas Fungsi Unit
▪ Penyusunan LKPP dilakukan setiap tahun. Sesuai Pengaturan SBM perlu adanya evaluasi atas tim yang dibentuk untuk 3 tahun berturut-turut.
▪ Secara tugas-fungsi, unit ybs mempunyai tugas fungsi utama menyusun LKPP (menyatu dengan Organisasi dan Tata Kerja.
▪ Koordinasi lintas unit diperlukan, namun masih dalam kerangka unit-unit dengan tugas penyusunan LKPP.
▪ Secara tugas fungsi, BPK melaksanakan audit (dari awal sampai dengan akhir) sehingga tidak memerlukan
pembentukan tim khusus untuk melaksanakan reviu atas hasil pemeriksaan
▪ Secara tugas fungsi, Dinas tersebut melaksanakan pengumpulan data harga komoditas sehingga tidak memerlukan pembuatan tim khusus.
14 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n 3) Bagian Tugas Teknis
4) Alokasi Untuk Cadangan (Tim Yang Belum Jelas Pekerjaannya)
5) Hal lain yang berpotensi menghemat Honor Output Kegiatan (521213)
Secara tugas fungsi, Biro Perencanaan bertugas mengurusi perencanaan anggaran unit nya termasuk reviu RKAKL sehingga Honor Output Kegiatan tersebut apakah digunakan untuk pelaksanaan reviu RKA-KL yang memang merupakan bagian tugas Biro
Perencanaan
Alokasi 521213 dengan keterangan
“Penghematan Honor Output Kegiatan”
yang sebenarnya merupakan alokasi cadangan atau belum jelas
peruntukannya
15 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
BELANJA LAIN YANG KURANG PERLU
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
4. Belanja yang dapat dihemat dengan bantuan teknologi dan mekanisme modern.
Cth:
✓ Biaya cetak peraturan (PMK/UU) yang seharusnya dapat di upload di web dan didownload yang membutuhkan.
✓ Biaya iklan atau ucapan selamat yang dapat dikurangi (tidak ke banyak media massa, salah satu saja) dan diucapkan di web resmi disamping penggunaan media sosial.
5. Belanja yang tidak begitu diperlukan Cth:
✓ Pembelian langganan koran/surat kabar mengingat saat ini mayoritas pembaca beralih ke media massa online.
Untuk kantor layanan yang biasanya melengkapi surat kabar di ruang tunggu dapat diganti dengan buku terkait tugas fungsinya sehingga dapat memberikan informasi tambahan atau penggunaan televisi.
6. Belanja sesuai kepantasan Cth:
✓ Di beberapa kantor telah mulai melaksanakan efisiensi biaya rapat dengan tidak menyiapkan makanan secara khusus, dan menggunakan sistem self service dengan penyajian snack kecil dan minuman di pojok ruangan untuk yang membutuhkan. Hal ini perlu dicontoh. Dalam hal ini kami memberikan opsi yang lebih konservatif, yaitu untuk rapat tetap disajikan snack (sebesar SBM) namun tanpa penyajian makan (mengingat seluruh pns juga telah diberikan uang makan).
Penggunaan tagging kata-kata kunci di bagian search.
Sebagai contoh:
6. Koran 7. Surat Kabar 8. Majalah
9. Cetak Peraturan 10. Rapat
Masukkan kata kunci Pencetakan Peraturan.
Seharusnya tidak perlu dicetak dan tinggal diupload di website.
16 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, Pemerintah perlu merubah mindset pelaksanaan tugasnya, terutama dengan optimalisasi teknologi dan media. Dua tujuan dapat sekaligus tercapa, pertama adalah kemudahan dalam pelaksanaan tugas dan kedua adalah pengurangan biaya yang dibutuhkan.
Tentunya, optimalisasi teknologi dan media perlu makin didorong dalam pelaksanaan tugas.
Pemerintah selalu dituding sebagai pihak yang selalu tertinggal dalam hal teknologi dan transformasi mengikuti perkembangan dibandingkan sektor lain. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan review belanja sehingga diharapkan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN) dapat berkontribusi secara aktif.
C. Contoh-contoh
Masukkan kata kunci Pencetakan Peraturan. Seharusnya tidak perlu dicetak dan tinggal diupload di website.
Ucapan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, Hari Raya Aidil Fitri, dan Natal &
Tahun Baru di Media Elektronik (dengan 40x frekuensi rata-rata 7 pemasangan per ucapan). Dapat dikurangi menjadi 1 atau 2 media per ucapan dan didorong menggunakan media sosialnya dan website nya
17 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Rapat dapat disediakan makanan snacknya dan tidak perlu dengan makan siang
18 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
REVIU STANDAR BIAYA MASUKAN
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Belanja Barang 521115 Belanja Honor
Operasional Satuan Kerja
1. Honorarium pengelola keuangan sesuai dengan standar biaya.
2. KPA yang merangkap sebagai PPK, jumlah staf pengelola keuangan paling banyak 6 (enam) orang, termasuk PPABP.
3. KPA yang dibantu oleh salah satu atau beberapa PPK, jumlah staf pengelola keuangan paling banyak 3 (tiga) orang termasuk PPABP.
Jumlah staf pengelola keuangan untuk setiap PPK paling banyak 2 (dua) orang.
1. Cek apakah honorarium pengelola keuangan sesuai dengan standar biaya.
2. Cek apakah untuk KPA yang merangkap sebagai PPK, jumlah staf pengelola keuangan paling banyak 6 orang, termasuk PPABP.
3. Cek apakah KPA yang dibantu oleh salah satu atau beberapa PPK, jumlah staf KPA paling banyak 3 orang termasuk PPABP. Jumlah staf PPK paling banyak 2 orang.
Belanja Barang 523111 Belanja Biaya Pemeliharaan
Gedung dan Bangunan
1. Alokasi tidak melebihi indeks Dasar pertimbangan :
Pengalokasian dana Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan didasarkan pada perhitungan :
Luas Gedung x Indeks SBU Belanja Pemeliharaan Halaman
1. Jumlah alokasi dana melebihi indeks dikalikan volumenya maka kelebihan alokasi merupakan inefisiensi.
2. Apabila terdapat satuan yang tidak sesuai dengan standar biaya (misal berupa paket atau tahun) agar dibuat catatan tersendiri di luar dari inifisiensi
Belanja Barang 523121 Belanja Biaya
Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
1. Alokasi tidak melebihi indeks Dasar pertimbangan :
Pengalokasian dana Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan didasarkan pada perhitungan :
Jumlah Peralatan/Mesin x Indeks SBU
1. Jumlah alokasi dana melebihi indeks dikalikan volumenya maka kelebihan alokasi merupakan inefisiensi
Secara tugas fungsi, Biro Perencanaan bertugas mengurusi perencanaan anggaran unit nya termasuk reviu RKAKL sehingga Honor Output Kegiatan tersebut apakah digunakan untuk pelaksanaan reviu RKA-KL yang memang merupakan bagian tugas Biro
Perencanaan
19 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2017 telah diatur satuan biaya berupa harga satuan, tarif, dan indeks yang ditetapkan untuk menghasilkan biaya komponen keluaran dalaril penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga Tahun Anggaran 2018.
Dalam penyusunan alokasi, seharusnya tidak melebihi standar yang telah ditetapkan. Namun dlam implementasinya, masih ditemui adanya pengalokasian dengan satuan biaya yang melebihi standar yang telah diatur. Review atas standar biaya diperlukan untuk memastikan tidak adanya kelebihan pembayaran.
Mengingat banyaknya satuan standar yang ada, tentunya sulit untuk mereview seluruh standar yang ada. Oleh karena itu, reviu dilakukan untuk beberapa standar yang penting dan dapat dilanjutkan untuk standar pada akun belanja lain bila waktu memungkinkan. Beberapa satuan biaya yang kami sarankan untuk dijadikan obyek utama review antara lain;
1) Belanja Honor Operasional Satuan Kerja (521115);
2) Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan (523111);
3) Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin (523121);
4) Belanja Lainnya (bila waktu memungkinkan).
C. Beberapa Contoh Potensi Penghematan
Biaya Pemeliharaan Gedung melebihi SBU
20 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Biaya Honor BMN melebihi SBU
Biaya Pemeliharaan Kendaraan melebihi SBU
21 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
BELANJA PERJALANAN DINAS
(524111; 524112; 524113; 524114; 524119; 524211;524219)
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Belanja Barang 524111 Belanja Perjadin Dalam Negeri Biasa
Fokus pada alokasi untuk Perjadin:
1. Relevansi;
2. Jumlah orang;
(1 dan 2 perhatikan PMK dan Perdirjen Perjalanan Dinas)
3. Lama perjalanan dinas.
Relevansi:
1. Perlu tidaknya perjalanan dinas untuk kegiatan.
2. Perbandingan alokasi dana perjalanan dinas pada kegiatan yang sejenis antar satker/K/L yang sejenis (misalnya Itjen A dengan Itjen B) Jumlah orang yang melakukan perjadin:
Maksimal 3 orang untuk Monev
3. Dari uraian kegiatan, dilihat kewajaran jumlah orang, lokasi dan lama perjalanan dinas Belanja Barang 524112 Belanja Perjadin Dalam Negeri Tetap
Fokus pada alokasi untuk Perjadin:
1. Relevansi Perjadin;
2. Lamanya Perjadin;
3. Jumlah orang.
Relevansi:
Perlu tidaknya perjalanan dinas untuk kegiatan.
(pelaksana perjadin tetap adalah pegawai fungsional yang perginya sendiri contoh: penyuluh pertanian, penyuluh agama)
Dari uraian kegiatan, dilihat kewajaran jumlah orang, lokasi dan lama perjalanan dinas
Belanja Barang 524113 Belanja Perjadin Dalam Kota
Fokus pada alokasi untuk Perjadin : 1. Relevansi ;
2. Jumlah orang.
1 dan 2 perhatikan PMK dan Perdirjen Perjalanan Dinas
Relevansi:
Perlu tidaknya perjalanan dinas untuk kegiatan.
Perbandingan alokasi dana perjalanan dinas pada kegiatan yang sejenis antar satker/K/L yang sejenis (misalnya Itjen A dengan Itjen B).
Jumlah orang yang melakukan perjadin
22 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Belanja Barang 524114 Belanja Perjadin
Paket Meeting Dalam Kota
Fokus pada alokasi untuk konsinyering:
1. Relevansi konsinyering;
2. Lamanya konsinyering;
3. Jumlah orang;
4. Pemecahan kegiatan.
Relevansi:
Perlu tidaknya kegiatan konsinyering, tingkat urgensi (detil)
Contoh :
Kegiatan penyusunan laporan rutin dilaksanakan di hotel;
Lamanya konsinyering maksimum 3 hari;
Melihat jumlah peserta, misalnya jumlah peserta dibawah 10 orang tidak perlu kegiatan konsinyering.
Belanja Barang 524119 Belanja Perjadin
Paket Meeting Luar Kota
Fokus pada alokasi untuk konsinyering:
1. Relevansi konsinyering;
2. Lamanya konsinyering;
3. Jumlah orang;
4. Pemecahan kegiatan;
5. Lokasi.
Relevansi:
1. Perlu tidaknya kegiatan konsinyering, tingkat urgensi (detil).
Misalnya :
- Kegiatan penyusunan laporan rutin dilaksanakan di hotel;
- Lamanya konsinyering maksimum 3 hari;
- Rapat dalam kantor dengan melihat jumlah peserta, misalnya jumlah peserta dibawah 10 orang tidak perlu kegiatan konsinyering.
2. Jumlah orang.
3. Pemecahan kegiatan sebagai contoh persiapan konsinyering untuk persiapan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
4. Tidak boleh di luar kota untuk kegiatan yang tidak berskala nasional atau regional.
5. Pelaksanaan konsinyering di kota terdekat dengan wilayah penyelenggara.
23 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Belanja Barang 524211 Belanja Perjadin Luar Negeri Biasa
Fokus pada alokasi untuk Perjadin:
1. Relevansi Perjadin;
2. Jumlah orang.
Relevansi:
1. Perlu tidaknya perjalanan dinas untuk kegiatan;
2. Keterkaitan dengan tugas dan fungsi satker.
3. Jumlah orang yang melakukan perjadin:
- Maksimal 10 orang untuk pemeriksaan;
- Maksimal 5 orang untuk pembinaan;
- Maksimal ... x untuk kegiatan yang sama (monev 2x setahun).
Belanja Barang 524219 Belanja Perjadin
Luar Negeri Lainnya Fokus pada alokasi untuk Perjadin:
1. Relevansi Perjadin;
2. Lamanya Perjadin;
3. Jumlah orang;
4. Keberadaan fasilitas ruang meeting yang memadai.
Relevansi:
Perlu tidaknya perjalanan dinas untuk kegiatan.
Contoh:
Pengambilan/ pengumpulan data tidak perlu dilakukan perjalanan dinas ke luar negeri.
- Lamanya Perjalanan dinas - Jumlah orang maksimal 3
24 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Latar Belakang
Belanja Perjalanan Dinas menjadi salah satu belanja yang mendapat banyak sorotan dan dianggap sebagai penyumbang inefisiensi terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Sejalan dengan instruksi Presiden terkait peningkatan efektifitas dan efisiensi belanja dan kebijakan penghematan belanja yang ditujukan pada Kementerian Negara/Lembaga, pengurangan alokasi belanja perjalanan dinas menjadi salah satu pilihan utama yang dilakukan K/L dalam self blocking-nya.
Untuk TA 2017, Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2017. Dalam Instruksinya, Presiden memerintahkan kepada Menteri dan Kepala Lembaga untuk melakukan langkah-langkah efisiensi belanja barang terutama pada belanja barang perjalanan dinas dan paket meeting, honorarium tim/kegiatan, belanja operasional perkantoran, belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja barang operasional dan non operasional lainnya.
Untuk TA 2016, Pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan APBN-P TA 2016. Dalam instruksinya, Presiden memerintahkan kepada Menteri/Kepala Lembaga untuk mengambil langkah-langkah dalam rangka penghematan belanja. Penghematan dilakukan utamanya terhadap belanja honorarium, perjalanan dinas, paket meeting, langganan daya dan jasa, honorarium tim/kegiatan, biaya rapat, iklan, operasional perkantoran lainnya, pemeliharaan gedung, peralatan kantor serta pembangunan gedung kantor, pengadaan kendaraan, sisa dana lelang dan/atau swakelola, anggaran dari kegiatan yang belum dikontrakkan atau yang tidak akan dilaksanakan hingga akhir tahun, serta kegiatan yang tidak mendesak atau dapat dilanjutkan (carry over) ke tahun anggaran berikutnya.
Pengurangan Alokasi Belanja Perjalanan Dinas
Berdasar implementasi kebijakan pemotongan belanja yang diatur dalam Inpres Nomor 8 Tahun 2016 dan Inpres Nomor 4 Tahun 2017 yang dilakukan dengan mekanisme self blocking oleh masing-masing K/L, terlihat bahwa penghematan melalui penghematan belanja Perjalanan Dinas memang dapat dilakukan. Tentunya tanpa mengurangi/mengganggu pelaksanaan tugas masing-masing K/L.
Berkaca dari hal tersebut, tentunya optimalisasi perjalanan dinas perlu ditingkatkan lebih lanjut.
Pertanyaan mengenai sejauh mana kebutuhan K/L dalam melakukan perjalanan dinas perlu tetap didorong. Untuk unit kerja yang secara karakteristik pekerjaannya membutuhkan mobilitas tinggi, maka perjalanan memang dibutuhkan dan harus dipenuhi. Namun untuk unit-unit dengan pekerjaan utama di tempat, dan tidak begitu membutuhkan mobilitas yang tinggi, maka belanja perjalanan dinas perlu di optimalkan. Penggunaan teknologi yang dapat dioptimalkan untuk pertukaran (pengiriman) data, komunikasi jarak jauh, dan lainnya dapat menekan biaya. Perlu adanya pembatasan/pengurangan perjalanan dinas yang bersifat simbolis dan seremonial.
25 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n C. Beberapa Contoh Potensi Penghematan
26 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
27 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
PENGECEKAN EARLY WARNING (DARI HASIL EINMALIG TA 2017)
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
1. Hasil Einmalig yang telah ditemukan pada Spending Review Tahun 2017 di cek kembali pada RKA- KLBelanja yang dapat dihemat dengan bantuan teknologi dan mekanisme modern.
1. Ambil Hasil Einmalig Tahun 2017 2. Cek di RKA-KL 2018 apakah masih
ada
3. Bila ditemukan belanja /pembelian barang yang sama, menjadi potensi penghematan (inefisiensi)
Ambil Data Einmalig Tahun 2017, cek ke RKA- K/L 2018.
28 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
REVIU ALOKASI
DUPLIKASI
29 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
PENGECEKAN DUPLIKASI
A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
Duplikasi adalah adanya adanya alokasi anggaran untuk dua hal yang sama karena adanya perangkapan/perulangan kegiatan atau komponen kegiatan, yaitu;
1) Perangkapan/perulangan kegiatan (lebih dari satu kegiatan) dengan output yang sama dalam satu program.
2) Perangkapan/perulangan (lebih dari satu) komponen kegiatan yang sama dalam sebuah kegiatan.
Contoh duplikasi: kegiatan penyusunan Rencana Kerja Direktorat yang dialokasikan pada Output A, namun pada Output B juga terdapat kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Direktorat
1. Skimming secara cepat alokasi pada RKA-K/L (kegiatan) 2. Cek apabila terdapat kemiripan
kegiatan (dengan tagging kata kunci di bagian search)
Secara sekilas tampak terdapat kesamaan terkait juklak/juknis. Cek kedalamnya
30 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Contoh Duplikasi
31 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
REVIU ALOKASI
EINMALIG
32 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
EINMALIG
EINMALIG
Einmalig adalah program/kegiatan yang berdasarkan sifat/tujuannya hanya perlu dilaksanakan satu kali (non-recurrent spending) dan tidak perlu untuk diulang/dilanjutkan pada TA berikutnya.
a. Tujuan
Identifikasi einmalig dilakukan sebagai early warning agar program/kegiatan yang hanya perlu dilaksanakan sekali tidak berulang kembali di tahun-tahun selanjutnya.
b. Tindak Lanjut
Hasil identifikasi einmalig pada Tahun Anggaran berjalan disimpan dan dijadikan sebagai catatan early warning. Hasil tersebut menjadi catatan yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan reviu alokasi pada Tahun Anggaran berikutnya. Apabila terdapat kegiatan/program yang telah diidentifikasi sebagai Einmalig tetapi pada TA berikutnya dialokasikan kembali untuk kegiatan/program yang sama, maka alokasi tersebut menjadi inefisiensi belanja pemerintah.
c. Contoh Einmalig
Terdapat beberapa contoh adanya einmalig, yaitu;
1) Penyusunan Masterplan
Dalam pembangunan multiyears sebuah gedung, dibuat masterplan pembangunan di tahap awal yang akan di pakai untuk tahapan selanjutnya. Hanya di butuhkan satu kali penyusunan masterplan sehingga merupakan belanja yang bersifat einmalig dan tidak boleh berulang pada tahun selanjutnya. Yang dimungkinkan adalah revisi masterplan apabila terjadi perubahan, tetapi bukan penyusunan.
2) Penyusunan Renstra
Dalam penyusunan Rencana Strategis Jangka Menengah (lima tahun), penyusunan Renstra dilakukan sekali dan digunakan untuk lima tahun. Apabila di tahun kedua dialokasikan kembali untuk penyusunan renstra maka hal tersebut menjadi inefisiensi belanja.
3) Pembuatan sistem aplikasi
Sebuah aplikasi dibangun dan dalam perkembangannya akan mengalami beberapa penyesuaian/update dan pemeliharaan. Berdasar hal tersebut, pengalokasian belanja untuk pembuatan sistem aplikasi hanya dapat dilakukan sekali dan tidak boleh berulang, sedangkan untuk penyesuaian (update) atau pemeliharaan dapat dialokasikan berulang sesuai kebutuhan.
4) Contoh-contoh lain einmalig;
✓ Pembangunan gedung kantor yang bukan multiyears
✓ Penyusunan Detail Enginering Design
✓ Penyusunan Masterplan, Renstra
✓ Pembelian/pemasangan AC
✓ Pembelian Komputer, Sistem Aplikasi, Software
✓ Pemasangan AC central
✓ Contoh lainnya
33 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n A. Norma Reviu
ALAT UKUR/NORMA EFISIENSI KETERANGAN
1. Fokus pada kegiatan yang hanya perlu dilakukan sekali dan tidak berulang di TA berikutnya.
2. Einmalig terjadi pada alokasi output layanan overhead (951) pada kategori output operasional.
3. Einmalig dapat juga terjadi pada output lain pada kategori output pelayanan/tugas fungsi.
Catatan:
Einmalig tidak dilakukan pada kategori output Infrastruktur. Sebagai contoh pembangunan sebuah jalan/jembatan yang dilakukan oleh Unit di bawah Kementerian PU. Alokasi tersebut disesuaikan dengan peta RPJMN dan alokasi per tahunnya telah ditentukan sehingga dikeluarkan.
1. Cek Alokasi pada output 951 (layanan Internal Overhead) dan beberapa output lain di output teknis/layanan.
2. Cek Alokasi menggunakan kata-kata penting untuk tagging di kolom search.
Sebagai contoh:
a. Pembangunan Kantor b. Gedung
c. Pembelian Mobil d. Kendaraan e. Anti virus f. Software g. AC h. Aplikasi i. Kata lainnya
Hal ini juga dilakukan mengingat masih adanya penggunaan kode output yang salah dalam RKA-K/L maka dapat
Masukkan kode 951 dan/ kata kunci di bagian search. Masukkan alokasi yang butuh sekali dilakukan sebagai einmalig.
34 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n B. Contoh Einmalig
Pembangunan dan renovasi Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Peralatan dan Mesin:
AC Split
Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan
35 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Aplikasi Penunjang Kinerja Pengadaan Software Anti Virus
Aplikasi Pemeriksaan
Perangkat Infrastruktur (Pada Setjen) Service Desk
Laptop (Cek Apakah Penggantian) PC (Cek Apakah Penggantian TV LED
Lemari Besi Rak Besi Printer Filling Cabinet
Pembangunan Gedung Kantor
Biaya Konsultyan Perencanaan Gedung Kursi Ruang Tunggu Sidang
CCTV Scanner UPS
Finger Print Genset
36 | D i r e k t o r a t P e l a k s a n a a n A n g g a r a n
Mac Wireless Mebelair AC Split UPS
Penambahan Daya Listrik Brankas
AC Standing Genset