• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI POLITIK PEMBANGUNAN PEMERINTAH LABUHAN BATU DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN BILA HILIR KABUPATEN LABUHANBATU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI POLITIK PEMBANGUNAN PEMERINTAH LABUHAN BATU DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN BILA HILIR KABUPATEN LABUHANBATU."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

“POLITIK PEMBANGUNAN PEMERINTAH LABUHAN BATU DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN BILA HILIR

KABUPATEN LABUHANBATU”

Raan Harry Pasi 130906032

Dosen Pembimbing : Dra.T. Irmayani,M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya:

1. Karya ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan judul “politik pembangunan pemerintah labuhanbatu dalam pemberdayaan masyarakat nelayan bilah hilir kabupaten labuhanbatu” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di Perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji.

3. Di dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannnya pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku

Medan, November 2017 Yang menyatakan

Raan Harry Pasi 130906032

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RAAN HARRY PASI (130906032)

“POLITIK PEMBANGUNAN PEMERINTAH LABUHAN BATU DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN BILA HILIR KABUPATEN LABUHANBATU”

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan bagaimana politik pembangunan pemerintah labuhanbatu dalam pemberdayaan masyarakat nelayan bilah hilir kabupaten labuhanbatu. Dengan melihat kondisi nelayan yang dibawah garis kesejahteraan/kemiskinan, maka saya akan mendeskripsikan strategi pemberdayaan masyarakat nelayan bilah hilir kabupaten labuhanbatu, ada 3 strategi yang dilakukan pemerintah Labuhan Batu dalam memberdayaan nelayan yaitu, mengalihan nelayan tangkap menjadi nelayan tambak, bantuan alat tangkap yang dibayar dengan cara kredit dan pelepasan ikan sekaligus mengajarkan penangkapan ramah lingkungan. Untuk membahas permasalahan ini saya menggunakan politik pembangunan, konsep kesejahteraan, konsep kemiskinan, konsep pemberdayaan masyarakat.

Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini dengan wawancara sebagai teknik utama pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevasinya dengan konsep yang digunakan. pembangunan politik digunakan untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa dalam mendapatkan suatu kesejahteraan. Sehingga pembangunan poltik menajdi suatu konsep dalam proses kesejahteraan.

Kata Kunci: Politik Pembangunan, Nelayan, Pemberdayaan Masyarakat.

(4)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

RAAN HARRY PASI (130906032)

"POLITICS DEVELOPMENT OF GOVERNMENT OF STONE IN STATE OF SERVICE OF FISHERMAN PEOPLE WHILE THE LOOSE OF REGENCY OF LABUHANBATU"

Abstract

This research tries to describe how politics of government development of labuhanbatu in empowering fisherman community of downstream lumbar district of labuhanbatu. By looking at the condition of fishermen under the welfare / poverty line, then I will describe the strategy of empowering fishermen community downstream lumbar district of labuhanbatu, there are 3 strategies undertaken by the government of Labuhan Batu in empowering fisherman that is, the transfer of fishermen catch fish ponds, how to credit and release fish while teaching environmentally friendly fishing. To discuss this issue I use development politics, welfare concepts, poverty concepts, community empowerment concepts.

The method I used in this study with interviews as the main technique of data collection, this research relies on the results of the analysis of interview data obtained and its relevance to the concept used. political development is used to realize the ideals of a nation in getting a welfare. So that the polytic development menajdi a concept in the welfare process.

Keywords: Development Politics, Fishermen, Community Empowerment.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Abstrak ... iii

Abstrack ... IV Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar... viii

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Batasan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Kerangka Konsep ... 13

a. Konsep Politik Pembangunan ... 13

b. Konsep Kesejahteraan ... 14

c. Konsep Kemiskinan ... 22

d. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 36

G. Metodologi Penelitian ... 40

a. Metode Penelitian ... 40

b. Jenis Penelitian ... 41

c. Lokasi Penelitian ... 41

d. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

e. Teknik Analisis Data ... 43

H. Sistematika Penulisan ... 44

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Demografi Labuhanbatu ... 46

B. Demografi Kelurahan Negeri Lama ... 46

C. Sejarah Kelurahan Negeri lama ... 47

D. Data Monografi Kelurahan Negeri Lama ... 51

a. Penggunaan Tanah ... 51

(6)

b. Jumlah Penduduk ... 52

c. Prasarana Penduduk ... 58

d. Sarana Angkutan/Trasportasi ... 59

e. Sarana Bangunan Fisik ... 60

f. Sarana Olahraga ... 62

g. Sarana Perekonomian ... 63

h. Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan ... 63

BAB III POLITIK PEMBANGUNAN PEMERINT AH LABUHAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN BILAH HILIR KELURAHAN NEGERI LAMA A. Pemberdayaan Nelayan ... 65

a. Pengembangan ... 66

b. Memperkuat Potensi Atau Daya ... 76

c. Teciptanya Kemandirian ... 79

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran... 81

Daftar Pustaka ... 83

Daftar Lampiran ... 87

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Nelayan Sumatera Utara Menurut Kategori-

(Orang) 2003-2014 ...7

Tabel 2. Jumlah Nelayan di Sumatera Utara ...8

Tabel 3. Penggunaan Tanah ...51

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...53

Tabel 5. Penduduk Berdasarkan Agama ...54

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharia...55

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...57

Tabel 8. Kondisi Rumah Penduduk ...58

Tabel 9. Prasarana Perhubungan ...59

Tabel 10. Sarana Angkutan/Transportasi ...59

Tabel 11. Sarana Peribadahan ...60

Tabel 12. Sarana Kesehatan ...61

Tabel 13. Pendidikan Umum ( negeri) ...61

Tabel 14. Pendidikan Umum (Suwasta)...62

Tabel 15. Sarana Olah Raga ...62

Tabel 16. Sarana perekonomian ...63

Tabel 17. Organisasi Sosial Dan Kemasyarakatan ...64

Tabel 18. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ...64

Tabel 19. Tabel Pemberdayaan ...69

(8)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh suri tauladan bagi penulis khususnya dan bagi umat islam yang taat kepadanya hingga akhir hayat. Mudah mudahan kita mendapat syafaat nya di yaumil akhir nantinya amin.

Atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Politik Pembangunan Pemerintah Labuhanbatu Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Bilah Hilir”. Adapun penulisan Skripsi ini adalah untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Pada Program Studi Ilmu Politik Konsentrasi Politik Lokal.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dengan adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Muryanto Amin,S.sos, M.Si.

3. Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik Bapak Warjio, MA, Ph.D.

4. Seketaris Jurusan Departemen Ilmu Politik Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si

5. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan, berdiskusi, dan memberikan semua masukan dan nasehat Ibu Drs. T.

Irmayani M.Si.

6. Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terkhusus karyawan Departemen Ilmu Politik.

(9)

7. Narasumber yang telah memberikan kesempatan waktu dan informasi dalam interview untuk penyelesaian Skripsi saya antara lain: Bapak Syahril, Muhammad Syahbana, Hermis Rambe, Anton Sofian, Sulaiman dan para nelayan lainnya.

8. Dosen-dosen Departemen Ilmu Politik yang telah mengajar dan memberikan ilmu dari semester satu sampai sekarang.

Medan, Desember 2017

(Raan Harry Pasi)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau (besar dan kecil), terletak di tengah garis khatulistiwa yang memanjang dari Sabang yang terletak paling ujung Barat, sampai Jayapura yang terletak paling ujung Timur, sepanjang 5.000 kilometer. Dan melintas dari Pulau Miangas dan Pulau Marore yang terletak paling ujung Utara, sampai Pulau Rote dan Pulau Timor yang terletak paling ujung Selatan sepanjang sekitar 2.000 kilimeter. Luas wilayah Nusantara Indonesia mencapai 8 juta kilometer persegi, dan wilayah perairan/lautan adalah 2/3 dari total wilayah Indonesia sisanya atau sepertiganya merupakan wilayah daratan. 1

Diantara beberapa pulau di Indonesia terdapat 5 pulau-pulau besar yaitu pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan pulau Papua.

Pulau-pulau kecil banyak yang belum berpenghuni dan masih banyak yang belum memiliki nama. Indonesia memiliki letak geografis yang menjembatani benua Asia dan benua Australia, serta mengantarai antara samudra Pasifik dan samudra Hindia, selain itu pula indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu Australia, Vilipina, India, Malasya, Papua Nugini, Singapura, Thailan, Timor Leste dan Vietnam, semua itu menjadikan Indonesia sangat memiliki daerah yang strategis.

Dari aspek kependudukan, penduduk indonesia terkosentrasi di pulau Jawa, penduduk di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, masing-masing sekitar 40-45 ribu jiwa, ditambah penduduk kota jakarta 10 ribu jiwa, jadi secara

1 Raharjo Adisasmita. 2013. Pembangunan Ekonomi Maritim. Yokyakarta: Graha Ilmu. Hal. 25

(11)

keseluruhan mencapai jumlah 140-150 juta jiwa, atau sekitar 65 persen dari total jumlah penduduk indonesia (230 juta jiwa). 2

Badan Informasi Geospasial (BIG), panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 kilometer, dari panjamg garis pantai tersebut maka masyarakat indonesia ada yang bertempat tinggal di pesisir dan pinggiran pantai yang mana mayoritas masyarakat pesisir atau pinggiran pantai bekerja sebagai nelayan, mereka memilih bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan mungkin juga di karenakan susahnya lowongan pekerja dan kurangnya tingkat pendidikan para nelayan.

Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada level paling bawah, baik tertinggal secara ekonomi, sosial, maupun budaya. Karena penghasilan mereka masih tergantung pada kondisi alam, maka sulit bagi mereka untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Sebagai nelayan tradisional bukan saja berhadapan dengan ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim paceklik ikan yang panjang, tetapi mereka juga dihadapkan manajemen pengelolaan keuangan dan pemasaran hasil produksinya.

Jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan sebanyak 2,17 juta (hanya 0,87 persen dari jumlah tenaga kerja Indonesia). Diantaranya ada sekitar 700.000 lebih nelayan yang berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga. Sebagian besar nelayan tinggal tersebar di 3.216 desa yang terkategori sebagai desa nelayan (yaitu area yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan). Provinsi dengan jumlah nelayan paling banyak di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur (mencapai lebih dari 334.000 nelayan), diikuti Jawa Tengah (lebih dari 203.000 nelayan) dan Jawa Barat (sekitar 183.000 nelayan). Sulawesi Selatan, Sumatera

2 Ibid. Hal. 25

(12)

Utara, dan Aceh berturut-turut menjadi provinsi dengan jumlah nelayan terbanyak ke-4, ke-5, dan ke-6 di Indonesia.3

Apabil berbicara tentang nelayan pasti berkaitan dengan kemiskinan, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.4

Secara universal kemiskinan di Indonesia bisa diidentifikasi menjadi dua kategori: kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kedua jenis kemiskinan ini sangat berkaitan. kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang sifatnya teologis, lebih bertumpu pada mental dan spiritual. Artinya kemiskinan kultural ini tidak disebabkan oleh kurangnya materi atau kekayaan, tetapi lebih disebabkan oleh krisis mental dan rapuhnya teologi seseorang. Secara materi penderita kemiskinan kultural ini sebenarnya sudah tidak menjadi masalah.

Tetapi meskipun hidupnya sudah bergelimang harta, mental dan jiwanya selalu merasa kurang (miskin). Kerakusan dan nafsu tak kenal puas menguasai hidupnya.

Sementara jenis kemiskina kedua adalah kemiskinan struktural.

Kemiskinan struktural ini lebih bersifat sosialis, yang ditandai dengan kurangnya materi dan lemahnya ekonomi. Orang yang menderita kemiskinan struktural ini adalah masyarakat bawah yang sekarang tidak kuat makan, tidak punya usaha dan tidak kuat sekolah. Mereka benar-benar miskin harta dan kekayaan sehingga harus antri BLT dan berdesak-desakan berebut zakat sebesar 30.000 meskipun taruhannya adalah nyawa. Jenis kemiskian yang banyak menimpa wong cilik

3 Agus Puji Prasetyono. 2016. “Ikan Melimpah di Laut : Kemana Nelayan Kita?”. Indonesia, di akses tgl 10, Juli, 2016. http://www.dikti.go.id/ikan-melimpah-di-laut-kemana-nelayan-kita/. Di akses tgl 10 Jul 2016.

4 Wekipedia. 2017. “Kemiskinan”, Indonesia, 11, Mei, 2017. Pukul 15.37.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan.

(13)

ini, dalam konteks Indonesia sekarang, lebih disebabkan oleh banyaknya para elit politik dan ekonomi yang miskin mental-spiritual sehingga berjiwa korup, suka menumpuk-numpuk harta, mudah menerabas apa saja dan menghalalkan segala secara.5

Dalam menentukan rumah tangga miskin, BPS (Badan Pusat Setatistika) menggunakan 14 variabel untuk menentukan apakah suatu rumah tangga layak dikategorikan miskin. Keempat belas variabel tersebut adalah:

1. luas bangunan; luas lantai bangunan tempat tinggalnya kurang dari 8 m persegi per keluarga

2. jenis lantai; lantai bangunan tempat tinggalnya terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

3. jenis dinding; dinding bangunan tempat tinggalnya terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester

4. fasilitas buang air besar; tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama rumah tangga lain menggunakan satu jamban

5. sumber air minum; sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6. sumber penerangan; air minum berasal dari sumur/mata air yang tidak terlindung/sungai/air hujan

7. jenis bahan bakar untuk memasak; bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah

8. frekuensi membeli daging, ayam, dan susu dalam seminggu; hanya mengonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu

9. frekuensi makan dalam sehari; hanya mampu makan satu/dua kali dalam sehari

10. jumlah stel pakaian baru yang dibeli dalam setahun; hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

5 Ahmad Yunan. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Rumah Aanggamiskin di Kota Makasar”. skripsi. 2013. Hal. 10-11.

(14)

11. akses ke puskesmas/poliklinik; tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik

12. akses ke lapangan pekerjaan; sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp600.000 per bulan

13. pendidikan terakhir kepala rumah tangga; pendidikan terakhir kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat sekolah dasar (SD)/hanya SD dan

14. kepemilikan beberapa aset; tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp500.000 seperti sepeda motor (kredit/nonkredit), emas, hewan ternak, kapal motor ataupun barang modal lainnya.6

Apabila minimal 9 dari pariabel di atas terpenuhi maka rumah tangga di katakan miskin. karena kemiskinan inilah maka pemerintah membuat kebijakan pemberdayaaan masyarakat ataupun lebih tepatnya bantuan pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Sering kita dengar bahwasannya pemerintah sudah berusaha keras dalam mengatasi kemiskinan baik kemiskinan di kota ataupun di pedesaan, dengan bantuan-bantuan yang di jalankan pemerintah untuk masyarakat miskin, adapun program presiden republik indonesia untuk menekan angka kemiskinan di indonesia adalah program bidik misi, Kartu Indonesia Pintar/ KIP, dan Kartu Keluarga Sejahtera/KKS), program selanjutnya seperti, perluasan cakupan

6 Gunardi Handoko. 2016. “Penetapan Kriteria dan Variabel Pendataan Penduduk Miskin yang Komprehensif dalam Rangka Perlindungan Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota”. Jurnal ilmu kesejahteraan.

28 September 2016, Hal. 7-8.

(15)

kepesertaan jaminan sosial, serta integrasi data kependudukan dan kepesertaan jaminan sosial.

Dan ada juga program BLT/Bantuan Langsung Tunai yang mana akan di perluas cakupannya, Program-program lainnya yang akan dilanjutkan seperti, transformasi beras untuk keluarga sejahtera (Rastra) menjadi bantuan pangan, serta keberlanjutan subsidi energi dan pupuk, bantuan iuran jaminan kesehatan/KIS, bantuan pendidikan melalui KIP, bantuan sosial di luar sistem keluarga, dan jaminan sosial yang lain diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan.7

Dari program-program di atas adalah program pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dengan cara membantu agar memudahkan kehidupan masyarakat miskin yang tujuannya mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, hingga saat ini masyarakat miskin belum sepenuhnya tuntas melainkan masih ada masyarakat yang dibawah garis kemiskinan walaupun sumber alam atau kekayaan alam di Indonesia melimpah.

Contohnya saja Sumatera, Sumatera adalah pulau no 6 terbesar di dunia, dengan luas 473.481 km². Penduduk pulau ini sekitar 52.210.926 (sensus 2010).

Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas").8 Terdapat 10 provinsi di pulau sumatera yaitu;

1. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, ibukotanya Banda Aceh.

2. Provinsi Sumatera Utara, ibukotanya Medan.

3. Provinsi Sumatera Barat, ibukotanya Padang.

7 Fakhri Rezy. 2017. “Program-Program Jokowi untuk Tekan Angka Kemiskinan di 2017”. Indonesia. Di akses, 16, Agustus, 2016 , pukul, 16:0 8 wib.

http://economy.okezone.com/read/2016/08/16/20/1465268/program-program-jokowi-untuk-tekan-angka- kemiskinan-di-2017.

8 Wikipedia. 2017. “Sumatera”. 27, januari, 2017, pukul, 19.34 wib.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera.

(16)

4. Provinsi Riau, ibukotanya Pekanbaru.

5. Provinsi Kepulauan Riau, ibukotanya Tanjung Pinang.

6. Provinsi Jambi, ibukotanya Jambi.

7. Provinsi Bengkulu, ibukotanya Bengkulu.

8. Provinsi Sumatera Selatan, ibukotanya Palembang.

9. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ibukotanya Pangkal Pinang.

10. Provinsi Lampung, ibukotanya Bandar Lampung.

Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, Indonesia dan beribukota di Medan. Provinsi Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 1.300 Km. Panjang Garis Pantai Timur 545 Km, Panjang Garis Pantai Barat 375 Km dan Panjang Garis Pantai Pulau Nias 380 Km. Terdapat 419 pulau, dengan 237 pulau yang telah memiliki nama, dengan 6 pulau di wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan selat Malaka dan sisanya 182 pulau di wilayah Pantai Barat dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau terluar di wilayah Pantai Barat. Dari panjang garis pantai tersebut sudah pasti banyak masyarakat yang bertempat tinggal di pesisir yang bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jumlah Nelayan Sumatera Utara Menurut Kategori (orang) 2003-2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Jumlah Nelayan Sumatera Utara Menurut Kategori

Tahun

Kategori Penuh Sambilan

Utama

Sambilan

Tambahan Jumlah

2003 80.895 34.647 5.177 120.719

2004 86.614 33.179 5.139 123.932

2005 91.179 35.336 5.473 131.988

2006 95.738 37.103 6.847 139.688

2007 90.864 35.371 5.495 131.730

2008 92.320 39.195 6.539 138.054

2009 90.864 35.371 5.495 131.730

2010 90.305 48.166 10.101 148.572

(17)

2011 107.491 51.030 10.521 169.042

2012/2013 - - - -

2014 202.014 55.374 5.207 262.695

(Sumber: BPS: 2015)

Dari data di atas dapat dilihat setiap tahunnya angka nelayan selalu meningkat pesat. Hal inilah yang menyebabkan menumpuknya nelayan dan angka kemiskinan di Sumatera Utara. Padahal Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang kaya dengan hasil bumi dan lautnya.

Medan adalah ibukota Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar di pulau Sumatera dan merupakan kota perniagaan utama di pulau ini. Banyak perusahaan-perusahaan besar nasional yang berkantor pusat di sini.9 Apabila di liat dari perusahaaan dan usaha-usaha yang ada di Sumatera Utara, bisa dikatakan Sumatera Utara adalah provinsi yang sangat kaya, akan tetapi mengapa di Sumatera Utara yang memiliki kekayaan alam yang besar ini banyak masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan, contohnya saja nelayan yang ada di Sumatera Utara, banyak yang mengalami kesulitan (miskin) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) jumlah nelayan di Sumatera Utara adalah 262.695 jiwa dan angka kemiskinan di sumatera utara yaitu pada tebel berikut ini:

Tabel 2

Jumlah nelayan di Sumatera Utara dalam angka kemiskinan Kabupaten

Kota

Garis Kemiskinan

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumatera

Utara 230.624 263.209 271.738 311.063 318.398 347.9 53 (Sumber: BPS:2015)

9BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara. 2003. “Geografi”. Letak geografi sumut. 14, Augustus, 2012, 09:01wib. http://bappeda.sumutprov.go.id/index.php/potensi-daerah/141-aspek-geografi-dan-demografi.

(18)

Dari tabel di atas angka kemiskinan di Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat, Kemiskinan yang terjadi di mayarakat biasa maupun di kalangan nelayan apakah dikarenakan letak mereka yang dipesisir pantai sehingga kurang terpantaunya untuk masyarakat nelayan atau di karenakan persoalan lain.

Mungkin, apabila pemerintah meniru program yang di jalankan di negara maju sehingga masyarakat nelayan dinegara maju hidup makmur dan berkecukupan, bisa saja nelayan di Sumatera Utara seperti para nelayan di negara maju, apabila nelayan di Sumatera Utara berkembang dan maju, pastinya nelayan di Labuhanbatu juga akan maju dan berkembang, karena Labuhan batu adalah salah satu daerah yang berada di Sumatera yang terletak di Sumatera Utara, Labuhanbatu adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Rantau Prapat.

Kabupaten Labuhanbatu terkenal dengan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Provinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.10

Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9.223,18 km² atau setara dengan 12,87% dari luas Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sebagai Kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Tapanuli Selatan, sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2017. Kabupaten Labuhanbatu terletak pada koordinat 10.260 – 20.110 Lintang Utara dan 910.010 – 950.530 Bujur timur.

Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan

10 Wikipedia. 2012, “Labuhanbatu”. Labuhan batu adalah. 13, Juli, 2017, pukul 17.11 wib.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Labuhanbatu.

(19)

penduduknya sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008. Pada tahun 2003 Kabupaten ini menjadi salah satu daerah kabupaten/kota dengan ekonomi terbaik se-indonesia.

Wilayah kabupaten Labuhanbatu dilalui tiga sungai besar, yaitu Sungai Bilah, Sungai Kualuh, dan Sungai Barumun merupakan daerah yang subur. Hal ini dapat dilihat dari 58 persen wilayahnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, di mana di dalamnya didominasi subsektor perkebunan walaupun ada sebagian masyarakatnya yang bekerja sebagai nelayan tradisional.

Setelah pemekaran pada tahun 2008 Labuhanbatu cukup maju pesat dengan penghasilan kelapa sawit dan karetnya, Meskipun terlihat menurun jumlah produksinya dari sebelum tahun 2008 dikarenakan adanya pemekaran wilayah Kabupaten Labuhanbatu menjadi 3 bagian yakni, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Tapi pada tahun 2008 sampai 2010 terjadi peningkatan jumlah produksi hasil perkebunan kelapa sawit dan karet. Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai perkembangan yang cukup pesat di bidang perekonomian.

Dari kata “perkembangan yang cukup pesat dibidang ekonomi” maka timbul pertanyaan, mengapa di daerah labuhan batu khususnya di Kecamatan Bila Hilir Kelurahan Negeri Lama banyak masyarakat nelayan dibawah garis kemiskinan, apakah tidak di pantaunya para masyarakat nelayan atau di karenakan pemerintah daerah hanya berfokuskan di bidang perkebunan saja sehingga masyarakat nelayan terpinggirkan.

Pada mulanya jumlah kecamatan di kabupaten ini adalah 22 kecamatan.

Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka jumlah kecamatan di kabupaten ini menjadi 9 kecamatan. Berikut

(20)

nama-nama kecamatan tersebut: Bilah Barat, Bilah Hilir, Bilah Hulu, Panai Hilir, Panai Hulu, Panai Tengah, Pangkatan, Rantau Selatan, Rantau Utara

Dari 9 kecamatan tersebut, saya mengambil pemberdayaan nelayan di daerah kecamatan Bilah Hilir Kelurahan Negeri Lama karena di daerah yang kaya dan perekonomian yang baik masih ada masyarakat yang dibawah garis kemiskinan yang mana daerah ini terletak di pinggiran sungai yang mengarah ke muara laut yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi hidup sehari-hari, dengan penghasilan yang paspasan nelayan menggantungkan hidupnya dari hasil tangkap melaut.

Pemerintah Labuhanbatu sudah mencoba program-program untuk memberdayakan masyarakat nelayan di kelurahan Negri Lama yang mana bantuan pangan, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan jaminan lainnya yang sudah diusahakan pemerintah Labuhanbatu, akan tetapi setiap tahunnya angka kemiskinan di kelurahan Negeri Lama tetap begitu-begitu saja setiap tahunnya bahkan naik.

Angka kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu masih cukup besar yang mencapai 38.100 jiwa, angka kemiskinan pada awal kepemimpinan Bupati Labuhanbatu, dr Tigor Panusunan Siregar SpPD pada tahun 2010 sebesar 44.300 jiwa. Setiap tahuannya meningkat, padahal labuhan batu merupakan daerah kaya yang memiliki hasil alam dan laut yang melimpah akan tetapi mengapa demikian angka kemiskinan sangat besar.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk berusaha meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, baik melalui pemberian bantuan peralatan tangkap, kemudahan akses permodalan, maupun melalui program pemberdayaan masyarakat pesisir. Dimana semua program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejehteraan masyarakat pesisir, termasuk

(21)

nelayan. Akan tetapi tidak semua program tersebut tepat sasaran dan hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan permasalah diatas, yang menarik untuk dikaji mengenai

“Politik Pembangunan Pemerintah Labuhanbatu Dalam Pemberdayaan Mayarakat Nelayan Bila Hilir Labuhanbatu Kecamatan Negeri Lama Bagian Kampung Nelayan.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok uraian di atas terdapat permasalahan yang akan di jadikan suatu kajian penelitian yaitu “Strategi Apa Yang Dilakukan Pemerintah Labuhanbatu Untuk Memberdayakan masyarakat nelayan di Kelurahan Negeri Lama”.

C. Batasan Masakah

Adapun batasan masalah berfungsi untuk membatasi penelitian ini agar tidak melebar dan tetap fokus pada permasalahan yang akan diteliti, adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Politik Pembangunan Pemerintah Labuhanbatu Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Bilah Hilir Kelurahan Negeri Lama Bagia Kampung Nelayan (2015-2020).

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Strategi Apa Yang Dilakukan Pemerintah Labuhanbatu Untuk Memberdayakan masyarakat nelayan di Kelurahan Negeri Lama.

2. Terlaksana atau tidak strategi pemberdayaan masyarakat nelayan tersebut.

(22)

E. Manfaat Penelitian

1. Mamfaat akademis

Mamfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian di bidang pemberdayaan atau kesejahteraan dan pembangunan politik.

2. Mamfaat praktis

Mamfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi masukan yang berguna bagi pemerintah Labuhanbatu pada khususnya Kelurahan Negerilama Kecamatan Bila Hilir dan masyarakat pada umumnya.

3. Mamfaat bagi penulis

Mamfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk melihat bagaimana sebenarnya program-program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan khususnya masyarakat nelayan di Kelurahan Negeri Lama. Penelitian ini juga bermamfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang studi pemberdayaan masyarakat nelayan dan sebagai tugas ahir untuk mendapatkan gelar sarjana.

F. Kerangka Konsep

a) Konsep Politik Pembangunan

Politik pembangunan umumnya akan terkait dengan grand desain atau grand strategi sebuah bangsa dalam mewujudkan visi, misi, dan program-program pembangunan yang akan ditempuhnya. Dinegara kita sendiri, politik pembangunan yang harus diwujudkan, tentu tidak boleh terlepas kaitannya dengan tujuan negara sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk membuat pembangunan/pemberdayaan tentu membutuhkan upaya untuk melakukan “pensiasatan” terhadap terbentuknya suatu kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat agar senafas dengan cita-cita bangsa dan tujuan

(23)

negara itu sendiri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “politik pembangunan” adalah sebuah upaya, langkah atau strategi yang dilaksanakan oleh suatu bangsa guna mewujudkan cita-cita yang ingin diraihnya, sesuai dengan nilai-nilai idealisme, nasionalisme dan patriotisme yang dikandungnya.

Politik pembangunan sebagai konsep diperlukan untuk menjelaskan bagai mana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/organisasi ataupun partai politik, sesungguhnya pembangunan pada kebijakan adalah hasil dari proses politik baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan perangkat-perangkat lain seperti lembaga, partai politik atau bahkan kelompok masyarakat. Menurut Moeljarto politik pembangunan dapat diartikan sebagai cara, arah, untuk mencapai tujua (kebijakan) pembangunan. Pandangan lain mengenai politik pembangunan dijelasakan oleh Zulfi Syaril Kotomenurutnya politik pembangunan merupakan suatu cara atau strategi atau kebijakan dan model yang dipilih pemerintah dalam melakukan perubahan sosial kearah yang lebih baik berasaskan nilai-nilai yang dianut suatu negara tertentu dan pada waktu tertentu.

Dengan demikian menurut penulis (Warjio Ph.D) dapatlah disimpulkan bahwa politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu. Politik pembangunan dapat didesain atau dibuat oleh negara tujuannya adalah untuk mewujudkan citra yang lebih baik.11

b) Konsep Kesejahteraan

Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah kesejahteraan. Baik yang tinggal di kota maupun yang di desa, semua mendambakan kehidupan yang sejahtera. Baik itu sejahtera lahir dan bathin.

11Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS. Medan: Perdana Publishing. Hal. 12-15

(24)

Namun, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai ratusan juta gajinya dilakoni oleh manusia.

Secara umum, istilah kesejahteran sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap aktifitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups). Penyelenggaraan berbagai skema perlindungan sosial (social protection) baik yang bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial (Suharto, 2009).

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, taraf hidup yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual. Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai kondisi sejahtera dari suatu masyarakat, kesejahteraan sosial pada umumnya meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Di Indonesia kesejahteraan sosial dijamin oleh UUD 1945 pasal 33 dan pasal 34. Dalam UUD 1945 jelas disebutkan bahwa kemakmuran rakyat yang lebih diutamakan dari pada kemakmuran perseorangan, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun pada kenyataannya hingga saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan dan terlantar tidak mendapatkan perhatian.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan

(25)

kehidupan yang lebih baik. Pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari aspek pertumbuhan saja. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata adalah munculnya kesenjangan antara kaya miskin, serta pengangguran yang merajalela. Pertumbuhan selalu dikaitkan dengan peningkatan pendapatan nasioanal

Menurut Jayadinata (1999), bahwasanya pembangunan meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan, antara lain:

1. Menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat;

2. Memilih tujuan yang sesuai untuk mencapai tujuan itu;

3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat.

Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 1997). Lebih lanjut Suharto (2009), menyatakan bahwasanya tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:

1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial;

2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan system dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan;

(26)

3. Penyempurnaan kebebesan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihan- pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan.

Apabila fungsi pembangunan nasional disederhanakan, maka ia dapat dirumuskan dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah Negara-bangsa (nation-state), yakni pertumbuhan ekonomi (economic growth), perawatan masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human development).

Fungsi pertumbuhan ekonomi mengacu pada bagaimana melakukan “wirausaha”

(misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak) guna memperoleh pendapatan financial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pembangunan.

Fungsi perawatan masyarakat menunjuk pada bagaimana merawat dan melindungi warga Negara dari berbagai macam risiko yang mengancam kehidupannya (misalnya menderita sakit, terjerembab kemiskinan atau tertimpa bencana alam dan sosial). Sedangkan fungsi pengembangan manusia mengarah pada peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia yang menjamin tersedianya angkatan kerja yang berkualitas yang mendukung mesin pembangunan. Agar pembangunan nasioanal berjalan optimal dan mampu bersaing di pasar global, ketiga aspek tersebut harus dicakup secara seimbang.

Berdasarkan Indonesian Human Devalopment Report 2004 bahwasanya Kesejahteraan masyarakat pada dasarnya adalah buah dari pelayanan publik yang dilakukan pemerintah. Dengan pelayanan publik yang baik maka kesejahteraan masyarakat juga berpeluang besar untuk membaik. Kesejahteraan masyarakat Pertumbuhan Ekonomi(Keuangan, Industri)Perawatan Masyarakat(Kesehatan, Kesejahteraan Sosial)Pengembangan Manusia(Pendidikan) sendiri dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah satu indikator yang dapat dipakai adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur capaian umum suatu daerah dalam tiga dimensi utama pembangunan manusia, yaitu panjangnya usia (diukur dengan

(27)

angka harapan hidup), pengetahuan (diukurdengan capaian pendidikan), dan kelayakan hidup (diukur dengan pendapatan yang telah disesuaikan).

 Indikator Kesejahteraan

Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak indikator keberhasilan yang dapat diukur. Dalam hal ini Thomas dkk. (2005:15) menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat di representasikan dari tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas masyarakat. Kesemuanya itu merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan menengah kebawah.

Pendapatan perkapita sering kali digunakan pula sebagai indikator pembangunan selain untuk membedakan pendapatan antara negara-negara maju dan negara sedang berkembang (NSB) atau negara dunia ketiga. Pendapatan per kapita memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat diberbagai negara dan menggambarkan pula corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi di antara berbagai negara.

Namun, kita harus hati-hati dalam menggunakan pendapatan per kapita sebagai suatu indikator pembangunan. Sebab ada pendapat yang mengatakan pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja, tetapi kenaikan tersebut harus berkesinambungan dan mantap serta harus disertai pula dengan perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang sebelumnya menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi.12

Walaupun demikian, pendapatan per kapita sebagai indikator pembangunan, masih sangat cocok untuk digunakan serta mudah untuk dipahami,

12 Bob Goudzwaaed. 1998. Dibalik Kemiskinan dan Kemakmuran. Yogya Karta: Kanisius. Hal. 63

(28)

dan mungkin pendapatan per kapita merupakan satu-satunya indikator pembangunan terbaik yang ada saat ini. Kelebihan indikator ini adalah memfokuskan pada raisond'etre dari pembangunan, yaitu untuk kenaikan tingkat hidup dan menghilangkan kemiskinan. Dengan kata lain, pendapatan per kapita bukanlah suatu proxy yang buruk dari struktur sosial dan ekonomi masyarakat.

Ada beberapa faktor lain yang sering kali merupakan faktor yang cukup penting juga dalam menentukan tingkat kesejahteraan mereka, seperti faktor- faktor non-ekonomi yaitu: adat-istiadat, keadaan iklim dan alam sekitar, serta ada/tidaknya kebebasan mengeluarkan pendapat dan bertindak. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kesejahteraan masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat subjektif. Artinya, tiap orang mempunyai pandangan hidup, tujuan hidup, dan cara-cara hidup yang berbeda. Oleh karena itu, kita harus memberikan nilai- nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Seperti ada sekelompok orang yang menekankan kepada penumpukan kekayaan dan memperoleh pendapatan yang tinggi sebagai unsur penting untuk mencapai kepuasan hidup yang lebih tinggi. Ada pula sekelompok orang yang lebih suka untuk memperoleh waktu senggang (leissure time) yang lebih banyak dan enggan bekerja lebih keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Distribusi pendapatan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan kesejahteraan masyarakat. Faktor ini sering tidak diperhatikan dalam membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari waktu ke waktu jika indeks yang digunakan adalah tingkat pendapatan per kapita.

Berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara maju, pada tingkat awal pembangunan ekonomi distribusi pendapatan ini akan buruk, tetapi pada akhirnya distribusi pendapatan itu menjadi semakin baik. Namun, pengalaman sejarah negara-negara maju tersebut tidaklah dialami oleh NSB. Perkembangan di banyak NSB menunjukkan bahwa dalam proses pembangunan tersebut justru distribusi

(29)

pendapatannya menjadi lebih tidak merata. Keadaan ini menimbulkan ketidakpuasan terhadap usaha-usaha pembangunan di beberapa NSB, karena usaha-usaha pembangunan tersebut dianggap hanya menguntungkan sebagian kecil anggota masyarakat.

 Kawasan Industri

Menurut National Industrial Zoning Committee’s (USA) 1967 , yang dimaksud dengan kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut dengan Industrial Park adalah suatu kawasan industri diatas tanah yang cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, kesediaansemua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi.

Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI ( The Urban Land Institute), Washington DC (1975), kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang biasanya didominasi oleh aktifitas industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri atas peralatan- peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta prasarana lainnya seperti fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang terbuka dan lainnya. Istilah kawasan industri di Indonesia masih relatifbaru. Istilah tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan kelompok perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri. Kawasan industri dimaksudkan sebagai padanan atas industrial estate.

Sebelumnya, pengelompokan industri demikian disebut “ lingkungan industri”.

Beberapa peraturan perundangan yang ada belum menggunaan istilah kawasan industri, seperti: Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960, belum mengenal istilah istilah semacam Lingkungan, zona atau kawasan

(30)

industri. Pasal 14 UUPA baru mengamanatkan pemerintah untuk menyusun rencana umum persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah dan baru menyebut sasaran peruntukan tanah yaitu untuk keperluan pengembangan industri, transmigrasi dan pertambangan ayat (1) huruf (e) Pasal 14 UUPA.

Undang-undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, juga belum mengenal istilah “kawasan Industri”. Istilah yang digunakan UU No.5/1984 dalam pengaturan untuk suatu pusat pertumbuhan industri adalah Wilayah Industri. Di Indonesia pengertian kawasan industri mengacu kepada keputusan Presiden (Keppres) Nomor 41 Tahun 1996 . Menurut Keppres tersebut, yang dimaksud dengan kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin Usaha Kawasan Industri. Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang kawasan industri tersebut, dapat disimpulkan, bahwa suatu kawasan disebut sebagai kawasan industri apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya areal/bentangan lahan yang cukup luas dan telah dimatangkan.

2. Dilengkapi dengan sarana dan prasarana.

3. Ada suatu badan (manajemen) pengelol.

4. Memiliki izin usaha kawasan industri.

5. Biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis).

 Dampak Kawasan Industri

Analisa dampak sosial adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sebagai akibat dari pelaksanaan suatu kegiatan pembangunan di suatu wilayah atau area. Kajian dilakukan untuk menelaah dan menganalisa berbagai dampak yang terjadi baik positif maupun negatif dari setiap tahapan kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi, sampai tahap operasi. Berdirinya kawasan industri di suatu daerah dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dalam hal ini industrilisasii

(31)

sebaiknya memperhatikan kesejahteraan sosial yang menjadi masalah dan mendapatkan perhatian utama dan menjadi tanggung jawab bersama.

Kaitannya teori kesejahteraan di atas dengan pemberdayaan nelayan adalah dimana yang di bahas kesejahteraan juga berkaitan dengan buruh dan nelayan adalah buruh yang mana nelayan atau buruh harus di sejahterakan seperti halnya yang di kemukakan pada UUD 1945 pasal 33 dan pasal 34 dan UUD 1945 yang mana kepentingan bersama lebih penting di bandingkan kepentingan perorangan. Dan yang di tuntut disini adalah kesejahteraan untuk rakyat kecil baik itu buruh, nelayan dan lain-lain.

c) Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat disuatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.

Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.

Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004).

(32)

Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan adalah kemiskinan yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan negara-negara dunia ketiga. Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya sekedar bentuk ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas pada bentuk ketidakberdayaan secara sosial maupun politik (Suryawati, 2004).

Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006). Studi pembangunan saat ini tidak hanya memfokuskan kajiannya pada faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi juga mulai mengindintifikasikan segala aspek yang dapat menjadikan miskin.13

Definisi Kemiskinan Secara Umum

Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan identifikasi dan pengukuran terhadap sekelompok masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut miskin (Nugroho, 1995). Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin.

Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial.

Setiap definisi ditentukan menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan kondisi kesehatan.

Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidak mampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk

13Prijono Tjiptoherijanto. 2002. Kemiskinan dan Ketidak Merataan Di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hal. 27-28

(33)

menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004: 122). Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya. Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.

Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.

Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali dan diperluas berdasarkan permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor yang selanjutnya menyebabkan menjadi miskin.

Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap program pengentasan kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

(34)

1) Kemiskinan (Proper)

Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang telah memiliki pendapatan.

2) Ketidak berdayaan (Powerless)

Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)

Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini.

4) Ketergantungan (dependency)

Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber pendapatan.

(35)

5) Keterasingan (Isolation)

Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya kemiskinan.

 Skema Terbentuknya Perangkap Kemiskinan

Skema terbentuknya kemiskinan yang didasarkan pada konsep yang dikemukakan oleh Chambers menerangkan bagaimana kondisi yang disebut miskin disebagian besar negara-negara berkembang dan dunia ketiga adalah kondisi yang disebut memiskinkan. Kondisi yang sebagian besar ditemukan bahwa kemiskinan selalu diukur/diketahui berdasarkan rendahnya kemampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok berupa pangan, kesehatan, perumahan atau pemukiman, dan pendidikan. Rendahnya kemampuan pendapatan diartikan pula sebagai rendahnya daya beli atau kemampuan untuk mengkonsumsi.

Kemampuan pendapatan yang relatif terbatas atau rendah menyebabkan daya beli seseorang atau sekelompok orang terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok menjadi rendah (Nugroho, 1995: 17). Konsumsi ini terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi dan kesehatan standar. Akibatnya, kemampuan untuk mencapai standar kesejahteraan menjadi rendah seperti:

(36)

1. Ketersediaan pangan tidak sesuai atau tidak mencukupi standar gizi yang disyaratkan sehingga beresiko mengalami mal gizi atau kondisi gizi rendah yang selanjutnya sangat rentan terhadap resiko penyaki menular.

2. Kesehatan relatif kurang terjamin sehingga rentan terhadap serangan penyakit dan kemampuan untuk menutupi penyakit juga relatif terbatas sehingga sangat rentan terhadap resiko kematian

3. Perumahan atau pemukiman yang kurang/tidak layak huni sebagai akibat keterbatasan pendapatan untuk memiliki/mendapatkan lahan untuk tempat tinggal atau mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kondisi ini akan berdampak mengganggu kesehatan.

4. Taraf pendidikan yang rendah. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan pendapatan untuk mendapatkan pendidikan yang diinginkan atau sesuai dengan standar pendidikan.

Kondisi-kondisi akibat keterbatasan atau rendahnya pendapatan di atas menyebabkan terbentuknya status kesehatan masyarakat yang dikatakan rendah (morbiditas) atau berada dalam kondisi gizi rendah. Kondisi seperti ini sangat rentan terhadap serangan penyakit dan kekurangan gizi yang selanjutnya disertai tingginya tingkat kematian (mortalitas).

Angka mortalitas yang tinggi dan keadaan kesehatan masyarakat yang rendah akan berdampak pada partisipasi sosial yang rendah, ketidakhadiran yang semakin tinggi, kecerdasan yang rendah, dan ketrampilan yang relatif rendah.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing keadaan yang disebabkan oleh adanya mortalitas maupun morbiditas yang tinggi.

A. Tingkat Partisipasi Sosial Yang Rendah

Kondisi kesehatan maupun gizi yang rendah menyebabkan ketahanan fisik atau modal fisik yang diperlukan untuk partisipasi sosial menjadi rendah. Hal ini dikarenakan kesehatan yang terganggu tidak dapat menunjang partisipasi secara penuh baik di lingkungan kemasyarakatan maupun di lingkungan kerja. Sebagian

(37)

besar golongan masyarakat miskin relatif jarang terlibat secara aktif dalam aktivitas sosial.

B. Absensi Meningkat

Faktor kualitas kesehatan yang rendah tidak mendukung adanya aspek kehadiran dalam aktivitas kemasyarakatan baik di lingkungan sosial, pendidikan, maupun pekerjaan. Akibatnya, ketidakhadiran atau absensi dalam segala aktivitas menjadi semakin meningkat sehingga tidak memiliki kesempatan untuk berperan secara aktif dalam lingkungan sosial tersebut.

C. Tingkat Kecerdasan Yang Rendah

Faktor gizi buruk ataupun kualitas kesehatan yang rendah akan berdampak pada menurunnya kualitas intelektual. Seperti diketahui bahwa kinerja otak manusia yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah memerlukan gizi yang memadai atau ideal. Kekurangan gizi termasuk faktor yang paling utama terhadap adanya penurunan kualitas intelektual.

D. Ketrampilan Yang Rendah

Pada prinsipnya, ketrampilan merupakan salah satu bentuk dari adanya kreativitas. Aktivitas ini harus ditunjang dengan kondisi kesehatan yang mencukupi dan tentunya adalah kualitas intelektual yang memadai. Masyarakat yang mengalami kekurangan gizi ataupun rentan terhadap gangguan kesehatan relatif sulit untuk mengembangkan ketrampilannya. Hal ini dikarenakan dukungan kesehatan untuk menjunjang pengembangan kreativitas kerja relatif rendah sehingga tidak memiliki banyak kesempatan untuk meningkatkan kualitas ketrampilannya.

 Bentuk dan Jenis Kemiskinan

Dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers memberikan penjelasan mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan dan faktor-faktor yang

(38)

menyebabkan terjadinya kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep kemiskinan tersebut memperluas pandangan ilmu sosial terhadap kemiskinan yang tidak hanya sekedar kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhankebutuhan pokok, akan tetapi juga kondisi ketidakberdayaan sebagai akibat rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan, rendahnya perlakuan hukum, kerentanan terhadap tindak kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan perlakuan negatif secara politik, dan terutama ketidakberdayaan dalam meningkatkan kualitas kesejahteraannya sendiri.

Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004):

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerahdaerah yang belum

(39)

terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.

3. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.

4. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.

Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negaranegara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya (Jarnasy, 2004: 8-9). Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:

a. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana

(40)

umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur.

Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal.

b. Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara- negara sedang berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.

Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang berkembang pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8). Persoalan kemiskinan dan pembahasan mengenai penyebab kemiskinan hingga saat ini masih menjadi perdebatan baik di lingkungan akademik maupun pada tingkat penyusun kebijakan pembangunan (Suryawati, 2004: 123).

Salah satu perdebatan tersebut adalah menetapkan definisi terhadap seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin. Pada umumnya, identifikasi kemiskinan hanya dilakukan pada indikator-indikator yang relatif terukur seperti pendapatan per kapita dan pengeluaran/konsumsi rata-rata. Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih dipakai untuk menentukan kondisi miskin adalah:

(41)

1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan ketrampilan yang memadai.

2. Tingkat pendidikan yang relatif rendah

3. Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di lingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga setengah menganggur

4. Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan (slum area)

5. Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan kebutuhan pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan pada umumnya.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ciri-ciri kemiskinan di atas tidak memiliki sifat mutlak (absolut) untuk dijadikan kebenaran universal terutama dalam menerangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan ataupun terbentuknya kemiskinan. Sifat-sifat kemiskinan di atas hanya merupakan temuan lapangan yang paling banyak diidentifikasikan atau diukur.

 Indikator-Indikator Mengenai Kemiskinan

Pengukuran mengenai kemiskinan yang selama ini banyak dipergunakan didasarkan pada ukuran atas rata-rata pendapatan dan rata-rata pengeluaran masyarakat dalam suatu daerah. Perluasan pengukuran dengan menyertakan pandangan mengenai dimensi permasalahan dalam kemiskinan mengukur banyaknya individu dalam sekelompok masyarakat yang mendapatkan pelayanan atau fasilitas untuk kesehatan dan pendidikan.

Gambar

Tabel 3  Penggunaan Tanah
Tabel  di  atas  adalah  jumlah  keselurahan  penduduk  di  Kelurahan  Negeri  Lama,  yang  laki-laki  berjumlah  3.340  jiwa  dan  wanita  3.226  jiwa
Tabel  di  atas  adalah  tabel  keseluruhan  yang  mana  seluruh  kelurahan  Negeri lama memiliki bermacam-macam pekerjaan, berikut ini adalah pembagian  pekerjaan berdasarjan bagian/kampung masing-masing
Tabel 11  Sarana Peribadahan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Apakah menurut Anda tampilan situs LSM-LPAB yang berisi informasi mengenai “Penanganan dan Penyuluhan Pencegahan Banjir” tersebut menarik.. Menurut saya

Berdasarkan hasil uji f diperoleh f hitung >f tabel ,yakni 5,405>3,200sehingga hipotesis yang diajukan bahwa struktur modal dan profitabilitas secara simultan

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat

Jika pencarian tidak berhasil menemukan data yang dicari, maka perlu menambahkan data tersebut ke dalam berkas yang sudah ada, dikenal dengan algoritma pencarian dan penyisipan

Sesuai dengan judul dalam Tugas Akhir ini membahas tentang analisis postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) yang termasuk

dengan tipe tumor yang lain seperti timoma tipe A, tumor solid fibrosa, dan sarkoma sinovial. Oleh karena itu, pemeriksaan IHK memegang peranan kunci dalam hal

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT.

Menurutnya, ada tiga asumsi dasar yang melandasi bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan (1) bahwa makhluk pertama yang diciptakan Tuhan adalah laki-laki, bukan perempuan,