4. RANCANGAN,PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.1. Rancangan 4.1.1. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam pembuatan makalah ini diambil dari pengamatan dilapangan yaitu pada mesin R1 baru, pengamatan dilakukan mulai tanggal 13 April 2004 sampai dengan 28 Mei 2004. Untuk pengambilan data ini, mengambil data produksi mesin serta parameter welding yang diterapkan sesuai dengan jangka waktu pengamatan. Selain diambil dari pengamatan, data juga diambil dari hasil wawancara dengan pembimbing lapangan maupun juga dengan operator mesin produksi pipa.
4.1.2. Langkah Kegiatan
Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan data di lapangan.
Dalam langkah pengambilan data, pencatatan data-data yang perlu diambil seperti diameter serta tebal pipa yang diproduksi, jenis bahan baku yang dipakai, waktu dan Welding time pada saat sambungan strip masuk ke Welding, panjang strip yang digunakan, nomor seri strip, lebar actual dari strip, panjang pipa yang diproduksi, Speed yang dihasilkan, parameter- parameter Welding yang digunakan serta keterangan atas masalah yang terjadi pada saat pengerjaan strip tersebut. Pengambilan data ini dilakukan untuk setiap strip, dan pengambilannya dilakukan pada shift pertama mulai pukul 08.00 sampai dengan 16.00, dan pengambilan disesuaikan dengan keadaan kerja mesin R1 baru.
2. Mengelompokkan data produksi sesuai dengan tipe dan jenisnya.
Setelah memperoleh data-data, maka data-data tersebut harus dikelompokkan berdasarkan diameter serta ketebalan pipa yang sama. Hal ini ditujukan untuk memudahkan pada pengolahan data yang harus dilakukan.
3. Pengolahan data untuk menentukan target Speed.
Pada perhitungan OEE (Overall Equipment Effectiveness) diperlukan data untuk target Speed yang dihasilkan oleh mesin R1 baru, dimana data ini tidak didapatkan dari pengumpulan data yang telah dilakukan. Cara menentukannya adalah dengan mencari rata-rata dari Speed hasil perhitungan teori dengan Speed hasil rata-rata Speed actual yang didapatkan pada saat pengamatan dilakukan. Penentuan Speed dapat dilakukan dengan cara tersebut dengan catatan bahwa efisiensi energi dari target Speed yang ditentukan masih sesuai oleh pihak bagian Produksi dan bila kurang sesuai harus melakukan pengamatan ulang di lapangan.
4. Perhitungan OEE (Overall Equipment Effectiveness).
Untuk pengolahan data OEE, maka perlu dihitung persentase dari Speed actual dengan target Speed yang ada, Welding time dengan jam kerja serta persentase produk baik dengan produk keseluruhan yang dihasilkan untuk tiap-tiap strip. Dari hasil persentase tiap faktor tersebut maka dicari nilai OEE yang maksimum dan ditentukan sebagai keadaan kinerja mesin yang paling optimum.
5. Menentukan standar parameter yang baru berdasar OEE yang didapat.
Nilai OEE yang maksimum dari tiap jenis diameter serta tebal pipa yang diproduksi, akan menjadi penentuan dari standar parameter yang diambil untuk diameter serta tebal pipa tersebut. Parameter Welding yang digunakan untuk mengerjakan strip dengan nilai OEE yang maksimum itulah yang akan ditetapkan sebagai standar parameter yang baru.
6. Pembuatan Diagram Pareto.
Dengan adanya data keterangan mengenai masalah yang terjadi saat pengerjaan strip, maka dibuat Diagram Pareto untuk mengetahui masalah apa yang secara riil terjadi di lantai produksi. Setelah pembuatan Diagram Pareto tersebut maka dipilih tiga masalah yang paling sering terjadi pada kinerja mesin R1 baru selama pengamatan berlangsung. Dari ketiga masalah tersebut, harus diketahui penyebab-penyebabnya sebagai masukan untuk langkah perbaikan selanjutnya.
7. Pemberian kesimpulan dan saran.
Sebagai langkah terakhir dari kegiatan magang TA ini maka diberikan kesimpulan beserta saran yang sekiranya dapat membantu pihak perusahaan dalam memperbaiki lagi kinerjanya sehingga standar parameter yang ada pada mesin dapat terus dikembangkan.
4.1.3. Flowchart
Berikut merupakan struktur dari langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk magang TA ini.
Mengambil data di lapangan
Mengelompokkan data sesuai tipe
dan jenisnya
Mengolah data untuk menentukan
target Speed
Sesuai dengan yang diinginkan ?
Melakukan perhitungan OEE
Menentukan standar parameter
dari hasil OEE
Mengambil kesimpulan dan
Saran
Membuat Diagram Pareto Yes
No Melakukan pengamatan
ulang untuk data yang tidak sesuai Start
End
Gambar 4.1. Flowchart Langkah Kegiatan
4.2. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data ini akan digunakan untuk menentukan standar parameter Welding yang baru pada mesin R1 baru. Sebagai keterangan yang akan digunakan untuk seluruh pengolahan data yang ada bahwa satuan dari :
• Ukuran pipa adalah inch (untuk pipa bulat, diberi tanda “) dan milimeter (untuk pipa kotak, dengan ciri-ciri panjang x lebar). Sedangkan lebar strip yang dipakai ditulis didalam tanda kurung () dengan satuan milimeter.
• Tebal pipa yang diproduksi adalah milimeter (mm).
• Speed adalah dalam meter/menit (m/mnt).
• Ip adalah ampere (A), dan Ep adalah volt (V).
• Power Welding adalah kiloWatt (kW).
Satuan-satuan yang telah ditetapkan diatas akan digunakan sepanjang pengolahan data ini dilakukan. Pertama-tama dalam tahap pengolahan data ini yang harus dilakukan adalah menentukan target Speed, karena selama ini pihak perusahaan belum mempunyai target Speed untuk mesin R1 baru. Penentuan target Speed, mula-mula akan diawali dengan menghitung rata-rata dari Speed yang didapat pada saat pengamatan untuk setiap strip pada diameter serta tebal pipa yang berbeda-beda. Perhitungan average Speed actual dapat dilakukan seperti contoh : untuk diameter ½” dengan tebal pipa 2,15 mempunyai data Speed sebanyak 39 data dengan average Speed sebesar 34,98 m/mnt. Perhitungan average dari data Speed dilakukan dengan menggunakan bantuan software Minitab 13.
Descriptive Statistics: Spd 1/2"; tbl 2.15
Variable N Mean Median TrMean StDev SE Mean Spd 1/2" 39 34.979 32.700 34.540 4.088 0.655 Variable Minimum Maximum Q1 Q3
Spd 1/2" 31.300 47.200 32.200 37.700
Sedangkan plot datanya akan ditampilkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.2. Plot Data Dia. ½”; tebal 2,15mm
Dari hasil plot data pada Gambar 4.2 dapat terlihat terdapat pencilan data, oleh karena itu pencilan data harus dibuang yaitu data dengan Speed diatas 36 m/mnt yaitu sebanyak 11 data. Sehingga akhirnya average Speed actual untuk diameter pipa ½” dengan tebal 2,15 menggunakan data sebanyak 28 data dengan average Speed sebesar 32,71 m/mnt. Berikut merupakan hasil pengolahan Minitab 13 dan juga bentuk plot datanya setelah data pencilan dibuang :
Descriptive Statistics: Spd 1/2"; tbl 2.15_1
Variable N Mean Median TrMean StDev SE Mean Spd 1/2" 28 32.711 32.300 32.662 0.986 0.186 Variable Minimum Maximum Q1 Q3
Spd 1/2" 31.300 35.400 32.200 32.800
30 20
10 48
46 44 42 40 38 36 34 32 30 Index
Spd 1/2"; tbl 2.15
Plot data dia. 1/2"; tbl 2,15
Gambar 4.3. Plot Data Dia. ½”; tebal 2,15_1 mm
Pengolahan data untuk memperoleh average Speed actual semacam ini dilakukan untuk seluruh data ukuran pipa dan tebal yang berbeda-beda. Sehingga apabila terdapat data pencilan pada pengumpulan datanya, maka data pencilan tersebut akan dibuang. Pembuangan data pencilan tersebut tidak hanya untuk data Speed saja, tetapi juga untuk data Ip dan Ep yang termasuk dalam data pencilan tersebut. Power Welding Actual merupakan hasil perhitungan dari Ip dan Ep, yang menggunakan rumus (sesuai dengan landasan teori yang ada):
Power Welding =
1000 ) ( )
(A xEp V Ip
Sedangkan rumus perhitungan efisiensi energi : Efisiensi energi =
) / ( )
(
) ( ) (
mnt m Speed x mm tebal
A Ip x V
Ep
Berikut merupakan data average Speed actual beserta dengan Ip, Ep, power Welding actual serta efisiensi energi actual-nya :
20 10
35.5 35.0 34.5 34.0 33.5 33.0 32.5 32.0 31.5 31.0 Index
Spd 1/2"; tbl 2.15_1
Plot data dia. 1/2"; tbl 2,15_1
Tabel 4.1. Data Speed Actual Beserta Efisiensinya Avg.
Speed Avg Ip
Act Avg Ep
Act Pwr
Welding Eff.
Energi Ukuran pipa Tebal
Actual A V Actual Pwr Welding
Avg Actual Avg
Eff.
Act.
2.15 32.71 577.86 206.52 119.34 1.70 2.2 33.65 555.00 205.00 113.78 1.54 1/2" (21,1)
2.5 29.13 583.33 205.83 120.07 117.73
1.65
1.63
0.9 99.89 510.59 193.68 98.89 1.10 1.1 61.08 505.00 172.92 87.32 1.30 1.5 82.1 571.33 186.67 106.65 0.87 3/4" (24,2)
1.7 52.9 656.67 226.67 148.84 110.43
1.66 1.75 66.1 588.10 206.86 121.65 1.05 3/4" (26,4)
2.2 49.01 653.00 216.25 141.21 1.31 3/4" (26,6) 2.5 53.67 656.67 226.67 148.84
137.24
1.11
1.20
38 x 12,5 ( 98 ) 1.2 45.57 479.14 148.83 71.31 71.31 1.30 1.30 50 x 12,5 ( 122 ) 1.2 45.63 474.64 181.31 86.06 86.06 1.57 1.57
Pihak perusahaan menginginkan efisiensi energi sebesar 1,2 dan menggunakan power welding sebesar 166,25 kW, dimana semakin kecil efisiensi energi akan dinilai semakin baik begitu juga dengan power welding yang digunakan. Semakin kecil power welding yang digunakan dapat diartikan bahwa pemakaian energinya tidaklah boros. Nilai dari power welding sebesar 166,25 kW didapat dari kombinasi nilai Ip (700 A) dan Ep (237,5 V). Nilai Ip tersebut didapat dari 87,5% Ip maksimum spesifikasi mesin yaitu Ip maksimumnya sebesar 800 A.
Sedangkan nilai Ep yang diinginkan adalah sebesar 95% dari nilai Ep maksimum spesifikasi mesin yaitu sebesar 250 V. Hal ini dapat diartikan bahwa power welding sebesar 166,25 kW adalah sebesar 83,13% dari power welding maksimum (200 kW).
Sedangkan pada Tabel 4.1 diatas dapat terlihat bahwa masih terdapat ukuran dan tebal pipa yang efisiensi energinya lebih besar daripada 1,2. Oleh karena itu perlu dicari Speed dengan efisiensi energi sebesar 1,2 dengan menggunakan power welding average yang didapat dari rata-rata power welding untuk tiap ukuran pipa. Power welding untuk ukuran pipa ¾”, terbagi menjadi dua bagian dengan mempertimbangkan range ketebalan yang ada pada ukuran pipa tersebut. Berikut merupakan data target Speed untuk data dengan nilai efisiensi diatas 1,2 :
Tabel 4.2. Data Target Speed dengan Efisiensi 1,2 Eff.
Energi Avg. Speed Ukuran pipa Tebal
Actual
Pwr Welding
Avg Actual
Speed; Eff 1,2
2.15 1.70 32.71 45.63
2.2 1.54 33.65 44.59
1/2" (21,1)
2.5 1.65
117.73
29.13 39.24
0.9
1.1 1.30 61.08 83.66
1.5
3/4" (24,2)
1.7 1.66
110.43
52.9 54.13
1.75
3/4" (26,4)
2.2 1.31 49.01 51.98
3/4" (26,6) 2.5
137.24
38 x 12,5 ( 98 ) 1.2 1.30 71.31 45.57 49.52 50 x 12,5 ( 122 ) 1.2 1.57 86.06 45.63 59.76
Pada Tabel 4.2 diatas telah didapatkan nilai target Speed yang efisiensinya 1,2 yaitu pada kolom Speed; Eff 1,2. Dan dibawah ini merupakan data target Speed secara keseluruhan :
Tabel 4.3. Data Target Speed Akhir Ukuran pipa Tebal Target
Speed
Pwr Welding
Avg
Efisiensi Energi
2.15 45.63 1.20
2.2 44.59 1.20
1/2" (21,1)
2.5 39.24
117.73
1.20
0.9 99.89 1.23
1.1 83.66 1.20
1.5 82.10 0.90
3/4" (24,2)
1.7 54.13
110.43
1.20
1.75 66.1 1.19
3/4" (26,4)
2.2 51.98 1.20
3/4" (26,6) 2.5 53.67
137.24
1.02 38 x 12,5 ( 98 ) 1.2 49.52 71.31 1.20 50 x 12,5 ( 122 ) 1.2 59.76 86.06 1.20
Setelah memperoleh target Speed untuk seluruh ukuran dan tebal pipa, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai OEE untuk setiap strip yang didapat pada saat pengamatan. Untuk perhitungan OEE (disesuaikan dengan keadaan perusahaan) dapat menggunakan rumus :
OEE = Efetifitas Welding Time % x Efektifitas Speed% x Efektifitas Produk%
OEE = %
% Pr
% arg
Baku Bahan
Baik x oduk
Speed et T
Actual Speed
Kerja x Jam
Time Welding
4.3. Analisa Data
Setelah target Speed ditentukan maka dapat dilakukan perhitungan OEE dengan mempertimbangkan tiga faktor yaitu faktor Speed, Welding Time dan produk yang dihasilkan. Pengolahan data untuk welding time, data diambil dari pengamatan atas jam mesin (terdapat counter jam mesin) dengan menghitung selisih antara welding time saat sambungan strip masuk ke bagian welding sampai welding time saat sambungan strip berikutnya. Begitu juga halnya dengan jam kerja dimana dihitung selisih jam kerja riil saat sambungan strip masuk sampai ke sambungan strip berikutnya.
Sedangkan untuk efektifitas produk, didapat dari perbandingan antara produk baik dengan bahan baku yang digunakan. Perhitungan bahan baku didapat dari jumlah produk baik, produk down grade (hijau dan kuning) serta produk reject (merah) dalam satuan meter. Dimana untuk perhitungannya, produk baik dan down grade harus terlebih dahulu dikonversikan dari satuan batang menjadi satuan meter dengan cara dikalikan dengan panjang produksi pipa (meter).
Perhitungan ini juga berlaku untuk setiap strip yang didapat pada saat dilakukannya pengamatan.
Karena pada pengamatan yang pertama-tama (data untuk diameter pipa
½”) tidak dilakukan pengambilan data Welding time, maka untuk perhitungan OEE Welding time dari data pipa ukuran ½”, efektifitas antara Welding time dan jam kerja yang digunakan adalah dengan menggunakan rata-rata dari seluruh nilai efisiensi antara Welding time dan jam kerja pada setiap strip data pengamatan yang dilakukan (selain data pipa diameter ½”). Oleh karena itu efisiensi Welding time dan jam kerja untuk diameter pipa ½” diasumsikan menggunakan hasil perhitungan rata-rata dari seluruh efisiensi Welding time dan jam kerja yang ada, yaitu sebesar 78 % (0,78).
Setiap strip yang ada akan dilakukan perhitungan OEE dan dari perhitungan tersebut akan dipilih satu nilai OEE yang paling besar (maksimum), sebagai data strip dengan ukuran dan tebal pipa tertentu yang paling optimum diantara ukuran dan tebal pipa tersebut.
Dari konversi-konversi tersebut dan memasukkan data sesuai dengan rumus perhitungan OEE maka didapat data OEE :
Tabel 4.4. Data OEE Tiap Ukuran Efektifitas
Ukuran pipa (lebar
strip) Tebal
(mm) Produk WT Speed
OEE
Maks Jumlah data 2.15 0.928 0.78 1.000 0.7237 39
2.2 0.978 0.78 0.754 0.5751 2 1/2" (21,1)
2.5 0.988 0.78 0.749 0.5775 6 0.9 0.979 1.00 0.986 0.9654 17 1.1 0.993 1.00 0.730 0.7253 6 1.5 0.991 1.00 1.000 0.9912 22 3/4" (24,2)
1.7 0.988 1.00 0.983 0.9708 6 1.75 0.979 1.00 1.000 0.9787 32 3/4" (26,4)
2.2 0.987 1.00 0.947 0.9342 12 3/4" (26,6) 2.5 0.973 0.38 1.000 0.3714 3 38 x 12,5 ( 98 ) 1.2 0.993 1.00 0.929 0.9226 41 50 x 12,5 ( 122 ) 1.2 0.992 1.00 0.793 0.7865 30
Data diatas merupakan data hasil perhitungan OEE maksimum untuk data tiap jenis diameter dan tebal pipa yang didapat pada saat pengamatan.
Dari hasil data OEE maksimum, perlu diketahui parameter welding yang dipakai saat itu beserta efisiensinya. Berikut ini merupakan data standar parameter yang baru dengan nilai OEE yang maksimum dan menimbang nilai efisiensi energi yang paling baik.
Tabel 4.5. Data Standar Parameter Parameter
Forming Sizing Ukuran
pipa (lebar
strip)
Tebal
(mm) Asal Speed (
m/mnt) Ip (A) Ep
(V) Rpm A Rpm A Efisie
nsi Ener gi
Avera ge Efisien
si Energi 2.15 COM/
RUSIA 47.2 630 207.5 675 40 700 20 1.29 2.2 T1/KS 33.6 560 205 480 26 500 26 1.55 1/2"
(21,1)
2.5 COM/
RUSIA 29.4 590 205 420 42.5 440 32.5 1.65
1.496
0.9 HC/JP 101 510 190 1460 10 1510 52.5 1.07 1.1 HC/JP 61.1 500 170 860 15 890 20 1.26 1.5 T1/AF
RIKA 82.3 520 190 1225 40 1225 20 0.80 3/4"
(24,2)
1.7
HC/T
WN 53.2 670 230 750 7.5 775 37.5 1.70 1.75 T1/AF
RIKA 67.2 600 205 990 15 1025 32.5 1.05 3/4"
(26,4)
2.2 T2/KS 49.2 640 220 700 50 700 37.5 1.30 3/4"
(26,6) 2.5 T1/KS 53.7 660 227.5 760 32.5 790 50 1.12
1.186
38 x 12,5 ( 98 ) 1.2
SS400
/JP 46 500 150 660 2.5 660 64 1.36 1.36 50 x 12,5
( 122 ) 1.2 SS400
/JP 47.4 480 180 700 36 700 27.5 1.52 1.52
Pada Tabel 4.5 diatas, untuk kolom efisiensi energi, nilainya merupakan suatu pembulatan dari angka pengolahan data yang dilakukan sampai dua angka dibelakang koma. Pada pengolahan efisiensi energi, terdapat dua jenis (diameter dan tebal sama) pipa yang mempunyai nilai OEE yang sama, maka untuk penetapan standar parameternya dipilih dengan nilai efisiensi yang paling kecil.
Data yang mempunyai nilai OEE sama adalah pipa dengan ukuran :
• ¾” (26,4); tebal 1,75 mm dengan nilai OEE yang sama (0,9054); dengan nilai efisiensi sebesar 1,045918 (dibulatkan menjadi 1,05) dan 1,058673 (dibulatkan menjadi 1,06); dan dipilih nilai efisiensi yang lebih kecil.
• 50 x 12 1/2 (122); tebal 1,2 mm dengan nilai OEE yang sama (0,5366); akan tetapi nilai efisiensinya sama maka dapat dipilih salah satu.
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa masih terdapat ukuran dan tebal pipa yang nilai efisiensinya lebih besar daripada 1,2. Oleh karena itu data harus dianalisa lebih lanjut dengan menghitung power welding yang dihasilkan dari standar parameter yang nilai efisiensinya lebih besar dari 1,2.
Tabel 4.6. Data Power Welding Ukuran pipa (lebar
strip) Tebal
(mm) Ip (A) Ep (V) Power Welding
Power Welding
Avg.
2.15 630 207.5 130.73 2.2 560 205 114.80 1/2" (21,1)
2.5 590 205 120.95 122.16
1.1 500 170 85.00 85.00
3/4" (24,2)
1.7 670 230 154.10 154.10
3/4" (26,4)
2.2 640 220 140.80 140.80 3/4" (26,6) 2.5 660 227.5 150.15 150.15 38 x 12,5 ( 98 ) 1.2 500 150 75.00 75.00 50 x 12,5 ( 122 ) 1.2 480 180 86.40 86.40
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, dapat diketahui data power welding untuk jenis ukuran dan tebal pipa yang nilai efisiensinya lebih dari 1,2; ternyata power weldingnya masih dibawah power welding yang telah ditetapkan yaitu sebesar 166,25 kW. Dengan demikian maka dengan power welding yang tertera pada Tabel 4.6, berarti Speed yang dihasilkan dari data-data tersebut seharusnya lebih tinggi sehingga nilai efisiensi energinya dapat lebih baik.
Selain penetapan standar parameter ini, dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dapat dibuat suatu Diagram Pareto untuk masalah-masalah yang timbul pada saat pengamatan berlangsung.
Berikut merupakan Diagram Pareto untuk semua jenis masalah yang terjadi.
Gambar 4.4. Diagram Pareto untuk Semua Ukuran
Dari Gambar 4.4, diambil tiga masalah terbesar yaitu ganti impeder, las mati dan pipa impeder tertarik, harus diketahui penyebab-penyebab dari terjadinya masalah-masalah tersebut. Oleh sebab itu untuk langkah selanjutnya adalah pembuatan Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) atau juga biasa disebut fishbone diagram, dimana data untuk pembuatan Diagram Sebab Akibat ini didapat dari hasil wawancara dengan pembimbing lapangan dan juga dari hasil pengamatan yang dilakukan saat magang TA ini.
Gnt imp Las mati
Pipa imp tertarik Tng samb Tng meja penampung
Gnt pahat Setel pipa selip
Samb putus Strip pinggiran
Gnt rol(cacat) Pelempar rsk
Setel pahat(kasar) Setel pita selip
Cutting rewel Gnt gergaji
Las (pecah) Listrik diesel mati
Looping selip persiapan ganti tebal
Pita putus Setel pipa baret
Others
14 10 9 8 7 5 4 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4
17 12 11 10 8 6 5 4 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5
17 29 40 49 58 64 69 72 76 78 81 83 86 87 88 89 90 92 93 94 95 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80
0 20 40 60 80 100
Defect
Count Percent Cum %
Percent
Count
Pareto Chart untuk semua ukuran
Manusia ( Man )
Operator Tdk disiplin dlm setting
Kurang ahli Metode ( Method )
Weld.
setting Over power/
heating Cara
pemasanga n
Miring
Penyambunga n strip Samb. krg.
halus
Pendinginan Flow rate
kurang
Material
Impeder case Krg bagus Impeder
Strip Terlalu
keras
Ukuran tdk cocok Bahan krg
bagus
Ulir bengkok
Mesin ( Machine ) Lingkungan ( Environment ) Forming
section
Banyak dirt ( kotor )
Ganti Impeder
Gambar 4.5. Diagram Sebab Akibat (Ganti Impeder)
Manusia ( Man )
Operator Kurang ahli Metode ( Method )
Material Mesin ( Machine ) Lingkungan ( Environment ) Welding
section
Terkena cipratan air
Las mati
Pendingina n Over heating Pemasangan
Induction coil Kurang center
Strip
Terdapat burry
Induction coil
Isolator bocor
Kurang bersih
Gambar 4.6. Diagram Sebab Akibat (Las Mati)
Material Mesin ( Machine ) Lingkungan ( Environment ) Manusia ( Man )
Operator penyambunga
n Kurang ahli Metode ( Method )
Pipa imp.
tertarik
Penyambungan strip
Kurang disiplin Sambungan
krg halus
Strip
Putus
Gambar 4.7. Diagram Sebab Akibat (Pipa Impeder Tertarik)
Pada Tabel 4.5, Tabel 4.6, Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa faktor penyebab masalah yang dominan dari masalah-masalah yang terjadi pada mesin R1 baru adalah dari faktor Metode dan Material. Tetapi hal ini tidaklah secara langsung mengartikan bahwa faktor tersebut merupakan faktor utama dari terjadinya masalah yang ada. Hal ini hanya mengartikan dari faktor-faktor itu mempunyai lebih banyak penyebab terjadinya masalah yang terjadi.