• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI (Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI (Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020) SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI

(Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020)

2021 SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh :

Priskila Caroline Indarto NIM : 151114072

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI

(Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh :

Priskila Caroline Indarto NIM : 151114072

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

SKRIPSI

ii

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI

(Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020)

Oleh:

Priskila Caroline Indarto Nim: 151114072

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(4)

SKRIPSI

iii

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI

(Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020)

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Priskila Caroline Indarto

151114072

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 10 Maret 2021

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Yogyakarta, 10 Maret 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Ketua : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi

Sekretaris : Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd

Anggota 1 : Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd

Anggota 2 : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi

(5)

HALAMAN MOTTO

iv

“Karena masa depanmu sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23:18)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

v

Aku persembahkan karyaku untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengiringi setiap proses kehidupan yang saya jalani

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Maret 2021 Peneliti

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS \Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma: Nama : Priskila Caroline Indarto Nomor Mahasiswa 151114072

Demi pengembagan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI

(Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran2019/2020)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 10 Maret 2021 Yang menyatakan,

(9)

viii

ABSTRAK

KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI

(Studi Deskriptif pada Siswa Siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran2019/2020)

Priskila Caroline Indarto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2021

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020 dan (2) mengetahui item-item instrumen kematangan emosi yang capaian skornya teridentifikasi rendah sebagai bahan usulan program pendampingan.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket Kematangan Emosi yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas kuesioner diukur menggunakan Alpha Cronbach dan menunjukkan hasil perhitungan 0,961 yang termasuk dalam kategori sanggat tinggi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 42 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020 memiliki tingkat kematangan emosi sebagai berikut: 21 siswa (50%) memiliki kematangan emosi sangat tinggi, 19 siswa (45,2%) berada pada kategorisasi tinggi, 1 siswa (2,3%) berada pada kategorisasi rendah dan 1 siswa (2,3) berada pada kategorisasi sangat rendah. Hasil analisis item menunjukkan 6 item memiliki skor sedang, berdasarkan item-item yang skornya paling rendah dari capaian skor sedang diusulkan topik-topik bimbingan untuk meningkatkan kematangan emosi siswa, yaitu (1) Aku dan perasaanku 2) Bahagiaku Semangatku.

(10)

ix

ABSTRACT

THE EMOTIONAL MATURITY OF CLASS XI STUDENTS (A Descriptive Study on Class XI Students of SMA Pangudi Luhur Sedayu

Academic Year 2019/2020)

Priskila Caroline Indarto Sanata Dharma University

2021

The study was aimed to: (1) describe the level of emotional maturity of the class XI students of PangudiLuhurSedayu High School in the 2019/2020 academic year and (2) determine the emotional maturity instrument items usedthathad low score asthe proposal for the mentoring program.

This research is a descriptive quantitative research. The research instrument used in this study was the Emotional Maturity Questionnaire prepared by the researcher. The questionnaire reliability coefficient was measured using Cronbach's Alpha and showed the calculation result of 0.961 which was in the very high category. The research subjects were class XI students of SMA PangudiLuhurSedayu in the academic year 2019/2020, totaling 42 students.

The results of this study showed that class XI students of SMA PangudiLuhurSedayu in the academic year 2019/2020 have the following emotional maturity levels: 21 students (50%) had very high emotional maturity, 19 students (45.2%) had high emotional maturity, 1 student (2,3%) had low emotional maturityand 1 student (2,3%) had very low emotional maturity. The results of the item analysis showed that 6 items had moderate scores, and based on the items that had lowest scores within those 6 items, the proposed guidance topics to increase the emotional maturity of students were namely (1) Me and my feelings 2) Happy My Spirit.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, semangat, serta penyertaan yag luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, dan lancar. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa ada bantuan, dampingan dan dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu, dengan tulus hati penulis menyampaiakan banyak terima kasih khususnya kepada :

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr.Yohanes Heri Widodo M.Psi. selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas M.Pd. dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga dan dengan penuh kesabaran membimbing, mengarahkan,dan mendampingi peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Program studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing penulis selama studi.

5. Kedua Orang tua, Bapak Wahyu Agung Indarto dan Ibu Ermas Rawati Sitorus atas doa,kasih sayang, dukungan dan kepercayaan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Adikku Solideo Noel Indarto yang selalu mendukung dan memotivasi dalam menempuh studi dan penulisan skripsi.

7. Robertus Adrian Wijaya yang selalu menemani, memberi saran, bantuan, dukungan serta motivasi dan semangat dalam menempuh studi dan penulisan skripsi

8. teman-teman angkatan 2015 yang selalu memberikan dukungan dan menjadi penyemangat dalam menempuh studi dan penulisan skripsi.

9. Mas Moko, yang selalu ramah dan sabar memberikan pelayanan administrasi di Sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling. 10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan, dukungan dan semangat sehingga tugas akhir ini selesai dengan lancar.

Peneliti menyadari bahwa penelitian dan skripsi ini masih banyak kekurangan, mohon sudi mengkoreksi.Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Manfaat Penelitian ... 6 G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Kematangan Emosi ... 8

1. Pengertian Kematangan Emosi ... 8

2. Bentuk-Bentuk Emosi ... 10

3. Ciri-ciri Kematangan Emosi ... 11

4. Faktor-faktor Kematangan Emosi ... 16

5. Aspek-aspek Kematangan Emosi ... 17

(13)

xi

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Ciri-ciri Remaja ... 20

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 22

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi Remaja ... 25

C. Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial... 27

2. Ragam-ragam Bimbingan dan Konseling ... 28

3. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

4. Kerangka Berfikir... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33

1. Teknik Pengumpulan Data ... 33

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

F. Pengujian Instrumen Penelitan ... 36

1. Validitas ... 36

2. Reliabilitas ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46 B. Pembahasan ... 52 BAB V PENUTUP ... 57 A. Kesimpulan ... 57 B. Keterbatasan Penelitian ... 58 C. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ... 62

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Norma Skoring Inventori Kematangan Emosi ... 35 Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Skala Kematangan

Emosi ... 38 Tabel 3.3 Kriteria Guilford ... 40 Tabel 3.4 Norma Kategorisasi Kematangan Emosi ... 42 Tabel 3.5 Norma Kategorisasi Data Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020 ... 44 Tabel 3.6 Norma Kategorisasi Skor Item Kematangan Emosi Siswa kelas XI

SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020 ... 45 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kematangan Emosi Siswa Kelas XI SMA

Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020. ... 46 Tabel 4.2 Distribusi Perolehan Skor Item Kematangan Emosi Siswa Kelas IX

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020 ... 49 Tabel 4.3 Item-Item KematanganEmosi ... 51 Tabel 4.4 Usulan Topik-Topik Bimbingan ... 56

(15)

DAFTAR GAMBAR

xiii

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 31 Gambar 4.1 Kategorisasi Kematangan Emosi Siswa Kelas XI

Tahun Ajaran 2019/2020 ... 47 Gambar 4.2 Distribusi Perolehan Skor Item Kematangan Emosi Siswa Kelas IX

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

Lampiran 1 : Angket Kematangan Emosi Siswa Kelas XI SMA Pangudi

Luhur Sedau Tahun Ajaran 2019/2020 ...63

Lampiran 2 : Tabulasi Data ... 68

Lampiran 3 : Validitas Hasil Instrumen ... 73

(17)

BAB I

1

PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan identifikasi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam fase perkembangan, termasuk pada masa remaja individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik , maka akan tercapai kepuasan dan kebahagiaan yang akan menentukan keberhasilan untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya, dan sebaliknya jika pada masa remaja individu tidak bisa memenuhi tugas perkembangan dengan baik maka akan timbul konflik- konflik yang akan menghambat tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.

Masa remaja juga disebut sebagai masa yang penuh dengan konflik, karena pada masa ini remaja mengalami beberapa perubahan dalam dirinya seperti perubahan pola prilaku dan perubahan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial. Perubahan yang dialami oleh para remaja dapat menimbulkan masalah karena hal ini merupakan keadaan yang kurang menyenangkan bagi remaja,.Permasalahan tersebut menuntut

(18)

2

suatu penyelesaian agar tidak menjadi beban yang dapat menganggu perkembangan selanjutnya (Hurlock, 2004).

Remaja pada umumnya cenderung memiliki emosi yang meledak- ledak dan terkadang sulit untuk mengendalikan emosinya. Sebagai seorang remaja yang sedang menjalani proses perkembangan remaja seharusnya mampu memilih mana yang baik bagi dirinya dan mana yang tidak baik bagi dirinya. Emosi bukanlah hal yang mudah dipahami mengingat masa remaja adalah masa peralihan.

Emosi dapat diekspresikan dengan tersenyum,tertawa dan menangis. Emosi negatif dapat timbul dalam diri remaja dikarenakan pngaruh dari kurang tidur, rasa lapar, jadwal kegiatan yang padat, kurangnya rasa dihargai, dan adanya rasa diabaikan oleh teman sebaya, dan banyak hal lain yang dapat mempengaruhi kurang matangnya emosi remaja. Masih banyak remaja yang belum memahami emosinya dengan baik, sehingga banyak remaja yang terjerumus kedalam hal yang tidak baik seperti kurang mampunya menghargai orang lain, mementingkan diri sendiri, hanya memikirkan pendapatnya sendiri tanpa mau mendengarkan pendapat orang lain, mudah tersingung, mudah terpancing emosinya, dan lin sebagainya.

Emosi yang dialami oleh seorang remaja merupakan reaksinya terhadap seseorang atau situasi yang tidak diinginkan maupun diinginkan, dan berpuncak terhadap masalah yang dihadapi. Pada masa remaja keadaan emosinya masih belum matang sehingga apabila berhadapan pada

(19)

suatu masalah, remaja akan bertindak sesuai dengan pikiran mereka sendri. Kurang mampunya remaja dalam mengelola emosi dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah karena orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya dan kurang bijak dalam mengambil keputusan untuk anaknya. Belum matangnya emosi remaja membuat remaja melakukan hal-hal negatif, rendahnya kematangan emosiremaja akan menimbulkan masalah jika tidak segera diatasi.

Kematangan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam menanggapi emosi secara matang dan mampu mengontrol serta mengendalikan emosinya sehingga menujukkan suatu kesiapan dalam bertidak. Remaja perlu belajar mengenai kematangan emosi sehingga remaja mampu mengontrol emosi yang mereka rasakan dan dapat mengekspresikan dengan tepat. Remaja yang matang emosinya akan menilai sesuatu secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, saat mengalami emosi mereka mengekspresikannya dengan menunggu saat yang tepat terlebih dahulu untuk dapat mengungkapkan emosi mereka.

Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan ketika mendapatkan tugas kuliah, saya melakukan wawancara kepada beberapa siswa yang berada di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Saya mendapatkan data bahwa terdapat beberapa siswa yang memiliki kematangan emsi yang rendah, data yang saya dapatkan adalah, terdapat siswa yang mudah sekali

(20)

4

tersingung ketika ditanya oleh temannya mengenai barang yang dipinjam, terdapat anak yang melampiaskan kemarahannya dengan membolos jam pelajaran, terdapat anak yang saling menyindir temannya di sosial media, dan terdapat anak yang tetap dituduh mencuri meskipun telah dibuktikan bahwa dia tidak mencuri. Sesuai dengan pengamatan yang peneliti lakukan ketika mengerjakan tugas kuliah, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Namun sebelum peneliti melakukan penelitian peneliti juga melakukan wawancara kepada guru bk apakah siswa di SMA Pangudi Luhur Sedayu memiliki kematangan emosi yang tinggi ataupun sebaliknya, dan data yang peneliti dapatkan adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu memiliki kematangan emosi yang rendah. Peneliti melakukan penelitian karena peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kematangan emosi siswa sebelum dilakukan penelitian dan setelah dilakukan peneitian.

B. Identifikasi Masalah

1. Ada indikasi bahwa masih banyak siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu yang masih kurang matang emosinya

2. Ada indikasi bahwa siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu kurang mampu mengelola emosinya dengan baik.

3. Ada indikasi bahwa beberapa siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu belum menyadari pentingnya kematangan emosi.

(21)

4. Ada indikasi bahwa beberapa siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu kurang mampu mengetahui cara mengungkapkan emosi dengan baik.

C. Batasan Masalah

Fokus dari penelitian ini adalah tingkat kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa tinggi tingkat kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi

Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020?

2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020.

2. Untuk mengetahui topik-topik bimbingan yang relevan untuk meningkatkan kematangan emosimsiswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020.

(22)

6

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Peelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi mengenai kematangan emosi bagi dunia pendidikan khususnya bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai kematangan emosi dan menambah pengalaman dalam melakukan penelitian. b. Manfaat bagi guru BK

Data yang disajikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menghadapi permasalahan mengenai kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020 penelitian ini juga mampu untuk membantu guru bk dalam menyusun topik-topik bimbingan yang dapat membantu meningkatkan kematangan emosi siswa.

c. Manfaat bagi peserta didik

Diharapkan siswa mampu termotivasi agar mampu berkembang lebih optimal dan menjadi pribadi yang lebih baik, agar siswa mampu mengontrol emosinya dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang positif.

(23)

G. Batasan Istilah

1. Kematangan Emosi

Kematangan emosi adalah keadaan dimana seorang individu mencapai tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosionalnya sehingga individu mampu mengontrol emosi dan mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat.

2. Topik-Topik Bimbingan

Topik-topik bimbingan adalah topik layanan yang diharapkan diberikan guru bk untuk meningkatkan kematangan emosi siswa.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Kematangan Emosi 1. Pengertian Kematangan Emosi

Ada banyak emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Sebutan yang diberikan kepada perasaan tertentu, mempenaruhi bagaimana individ bertindak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku manusia. Emosi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena emosi memiliki pengaruh terhadap perubahan mimik wajah dan fisik yang dapat menggambarkan emosi yang sedang dialami oleh manusia. Seseorang dapat mengungkapkan perasaan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenankan karena emosi biasa muncul dalam luapan perasaan manusia.

Kematangan emosi dapat diartikan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadpa suatu objek permasalahan sehingga dalam mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku disadari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari dalam suatu suasana hati ke dalam suasana hati lainnya (kholida,2007).

(25)

Goleman (1995) mengatakan bahwa kemtangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola emosi, kemampuan untuk memotivasidiri sendiri, kemampuan untuk berempati, kemampuan untuk mendiri. Kematangan emosi merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri, kemampuan untuk menerima diri sendiri dan orang lain, mampu untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan dengan wajar, kemampuan untuk bertangungjawab terhadap keputusan yang diambil.

Menurut Bimo Walgito (2004) kematangan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menyikapi tanggapan-tanggapan emosi secara matang dan mampu mengontrol serta mengendalikan emosinnya sehingga menunjukkan suatu kesiapan dalam bertindak. Seseorang dapat dikatakan matang emosinya apabila mampu mengendalikan emosi yang di milikinnya, seseorang yang mampu mengendalikan emosinya dapat berfikir secara matang dan objektif. Remaja yang emosinya matang memiliki emosi yang stabil, tidak mudah marah, tersinggung dan emosi yang dimilikinya tidak mudah berubah dan suasana hatinya stabil.

Menurut Murray (1992) individu yang memiliki banyak pengalaman atau usia dewasa belum tentu memiliki kematangan emosi. Emosi yang matang dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih kuat ketika dia mau mengenal dan merasakan emosi yang dimilikinya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

(26)

10

kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk dapat berfikir secara realistis, objektif dan dapat mengendalikan emosi yang dimilikinya, sehingga tidak menampilkan emosi yang meledak-ledak seperti anak-anak.

2. Bentuk-Bentuk Emosi

Meskipun emosi itu sedemikian kompleksnya, namun Goleman (Ali, M & Asrori, M. 2004: 63) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut :

1. Amarah

Di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian psikologis.

2. Kesedihan

Di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.

3. Rasa takut

Di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.

4. Kenikmatan

Di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.

(27)

5. Cinta

Di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang. 6. Terkejut

Di dalamnya meliputi takjub dan terpana. 7. Jengkel

Di dalamnya meliputi hina, jijik, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.

8. Malu

Di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

3. Ciri-Ciri Kematangan Emosi

Menurut Hurlock (1990:213) remaja yang matang emosinya memiliki karakteristik seperti berikut:

a. Adanya kontrol emosi dan terarah

Remaja yang mampu mengontrol emosinya tanpa meledakkan emosinya begitu saja, remaja yang mampu mengontrol emosinya dan memberikan ekspresi emosi yang dapat diterima oleh orang lain. b. Bersikap kritis terhadap situasi yang ada

Remaja yang matang emosinya akan mempertimbangkan terlebih dahulu tindakan yang akan ia lakukan.

(28)

12

c. Stabilitas emosi

Remaja yang matang emosinya akan menunjukkan reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah.

d. Kemamuan penggunaan karakteristik mental

Remaja yang matang emosinya mampu menyalurkan emosi yang dirasakannnya kepada hal-hal yang positif.

Asih & Gusti Y (2010) kriteria kematangan emosi adalah: a. Kemampuanuntuk beradaptasi dengan realitas

Kemampuan yang berorientasi pada diri individu tanpa membentuk mekanisme pertahanan diri ketika konflik-konflik yang muncul mulai dirasakan menganggu perilakunya. Orang yang matang emosinya akan melihat akar dari permasalahan berdasarkan fakta dan kenyataan dilapangan sebagai sesuatu yang menghambat. Dapat selalu berfikir positif dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

b. Dapat mengontrol gejala emosi yang megarah pada munculnya kecemasan.

Munculnya kecemasan berawal dari terkumpulnya sintom- sintom yang memberikan radar akan adanya bahaya dari luar. Penumpukkan kadar rasa cemas yang berlebihan dapat memunculkan kepanikan yang luar biasa. Orang yang memiliki

(29)

kematangan emosi dapat mengontrol gejala-gejala tersebut sebelum munculnya kecemasan dalam dirinya.

c. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan

Perubahan mendadak kadang dapat membuat seseorang menjadi tertutup, menjaga jarak, atau menghindar dari hal-hal yang ada dilingkungan barunya. kematangan emosi menandakan seseorang dapat dengan cepat beradaptasi dengan hal-hal baru tanpa menjadikannya sebagai sebuah tekanan.

d. Dapat meredam insting negatif menjadi energi kreatif dan konstruktif

Kematangan emosi yang dimiliki oleh individu akan dapat mengontrol perilaku-perilaku implusive yang dapat merusak energi yang dimiliki oleh tubuh. Setiap individu dapat melakukan hal-hal yang bersifat positif dari pada sekedar memenuhi nafsu yang dapat merusak diri. Memiliki waktu yang lebih berguna untuk dirinya dan orang lain.

e. Konsisten terhadap prinsip dan keinginan untuk menolong orang lain

(30)

14

Cinta merupakan energi seseorang untuk bertahan dan menjadikan lebih bergairah dalam menjalani hidup. Tidak hanya cinta antar sesama manusia, pengalaman spiritual mencintai Tuhan juga merupakan keindahan bagi mereka yang merasakan kedekatan dengan ilahi.

Menurut goleman (1995) karakteristik kematangan emosi adalah: e. Mengelola Emosi

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri. Orang- orang yang gagal dalam mengelola emosi akan terus menerus bergantung melawan perasaan murung. Sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jumlah lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam hidup.

f. Motivasi diri

Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk tetap bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

(31)

g. Empati

Merasakan yang dirasakan oleh orang lain mampu memahami persprektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

h. Mandiri

Chaplin (2006) mandiri adalah suatu kondisi dimana individu tidak bergantung kepada orang lain dalam mengambil keputusan. Kemandirian adalah kemampuan untuk mengelola semua yang dimiliki, tahu bagaimana mengelola waktu, dan berfikir secara mandri, dan mampu menyelesaikan sebuah masalah.

Menurut Killander (Lukluk & Bandiyah. 2011:58) remaja yang matang emosinya memiliki prilaku dan pemikiran seperti yang berikut ini:

a. Memiliki disiplin diri

Remaja yang memiliki disiplin diri mampu unuk mengatur dirinya sendiri, hidup mentaati hukum dan peraturan yang ada. b. Kemandirian

Remaja yang mandiri tidak akan mudah terpengaruh oleh rangsangan stimulus yang berasal dari dalam maupun luar diri. Remaja yang matang emosinya akan selalu belajar menerima kritik, dan menyalurkan emosinya kepada hal-hal yang tidak

(32)

16

merugikannya misalkan melakukan hobi yang disenanginya, bermain dan lain sebagainya.

c. Memiliki determinasi diri

Remaja yang memiliki determinasi diri akan megambil keputusan dan memecahkan masalah secara bijak.

4. Faktor-Faktor Kematangan Emosi

Menurut Hurlock (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi adalah :

a. Usia

Semakin tua usia yang dimiliki oleh seseorang akan membuatnya semakin mampu dalam mengendalikan emosi yang dimilikinya. Seseorang akan lebih baik dalam menghadapi masalahnya dan mengontrol emosinyasecara lebih stabil dan matang secara emosi. b. Perubahan Fisik dan Kelenjar

Perubahan fisik dan kelenjar yang dialami oleh seseorang akan menyebabkan terjadinnya perubahan pada kematangan emosinya. Emosi remaja akan meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar c. Jenis Kelamin

Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, lelaki memiliki pendapat mengenai kemaskulinan yang dimilikinnya sehingga membuatnya cenderung kurang mampu dalam mengekspresikan emosinnya. Tidak seperti perempuan yang lebih mudah dalam mengekspresikan emosi yang dimilikinya.

(33)

Beberapa fator yang mempengaruhi kematangan emosi yaitu: a. Keluarga

Pengalaman dengan Keluarga mempengaruhi perkembangan emosi seseorang dan menumbuhkan perasaan kesepian, ketakutan dan kecemasan akan perpisahan.

b. Jenis Kelamin

Perempuan lebih matang emosinya ketimbang laki-laki. Penelitian Barkeley menunjukkan bahwa prilaku perempuan terganggu pada masa remaja awal. Perempuan lebih mampu mengekspresikan emosinya dibandingkan dengan laki-laki.

c. Televisi

Televisi memberikan gambaran yang nyata dan tidak nyata yang membingungkan. Film-film yang ada di televisi sangat memiliki efek yang besar terhadap seseorang.

5. Aspek-aspek kematangan Emosi

Hurlock (2004) mengemukakan bahwa ada tiga aspek dari kematangan emosi yang dapat dikembangkan menjadi indikator tertentu. Tiga aspek kematangan emosi yang dimaksud yaitu :

i. Kontrol Emosi

Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu menunggu saat yang tepat untuk megungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang

(34)

18

emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.

j. Pemahaman diri

Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi individu tersebut.

k. Menilai situasi secara kritis sebelum bereaksi secara emosional Individu mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu

sebelum bereaksi secara emosional, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak- anak atau individu yang tidak matang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah mencapai kematangan emosi adalah siswa yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri dengan cara yang dapat diterima. Siswa dapat memahami apa yang sedang dihadapi dan siswa mampu mempertimbangkan pendapat orang lain dan dampaknya sebelum mengambil keputusan.

(35)

6. Dampak Kematangan Emosi

Menurut hurlock (1997) seseorang yang memiliki kematangan emosi akan mengalami :

a. Penerimaan Secara Sosial

Seseorang yang matang secara emosi akan diterima oleh masyarakat karena individu mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

b. Mempunyai pikiran yang rasional

Individu yang memiliki kematangan emosi tidak akan berfikir mengikuti emosinya saja melainkan berfikir secara rasional dan mengambil keputusan secara tidak terburu-buru.

B. Hakekat Remaja 1. Pengertian Remaja

Menurut mappiare (Ali, M & Asrori, M, 2004: 9) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia masa remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 /13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah masa remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah masa remaja akhir.

Berbeda dengan WHO, WHO mengatakan bahwa batasan usia remaja yaitu pada usia 10-20 tahun. WHO membagi dalam

(36)

20

dua bagian yaitu remaja awal pada usia 10-14 tahun sedangkan remaja akhir pada usia 15-20 tahun (sarwono,2007).

masa remaja juga dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” ,yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meskipun sering kali emosi remaja tampak kuat dan tak terkendali namu terjadi perbaikan prilaku emosional dari tahun ke tahun.

Perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja membuat remaja mengalami goncangan baik secara psikologis maupun secara sosial. Menurut paparan dari beberapa ahli terkait definisi remaja, peneliti menyimpulkan bahwa remaja merupakan masa dimana terjadi peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa.

2. Ciri-Ciri Remaja

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri. Ini terjadi karena masa remaja adalah masa peralihan antara kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut :

a. Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Namun remaja belum memiliki banyak kemampuan yang

(37)

memadahi untuk mewujudkannya. Namun disatu pihak mereka ingin mendapatkan pengalaman yang banyak untuk menambah pengetahuannya, tetapi disisilain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga mereka belum berani mengambil tindakan dalam mencari pengalaman dan hal inilah yang membuat mereka diliputi oleh perasan gelisah.

b. Pertentangan

Remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.

c. Menghayal

Keinginan remaja dalam menjelajah dan berpetualang tidak semuannya tersalurkan, akibatnya mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. d. Aktivitas Berkelompok

Beberapa macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya larangan dari orang

(38)

22

tua sering kali mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari permasalahannya dengan cara melakukan kegiatan dengan teman-temannya. Mereka melakukan kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai masalah dapat diatasi bersama-sama.

e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Karena didorong oleh rasa ingin tau yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Oleh karena itu, yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Garrison (Mappiare, 1982) tugas-tugas perkembangan remaja secara umum adalah sebagai berikut :

a. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua maupun orang dewasa lainnya.

Tugas perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak- kanak mereka. Pada masa kanak-kanak anak-anak sangat kesulitan jika bekerja sendiri tanpa didampingi oleh orang tua mereka karena merasa tidak aman. Pada masa remaja seseorang dituntut untuk

(39)

tidak lagi mengalami perasaan bergantung. Kebebasan emosi bagi remaja sangatlah penting karena remaja yang memiliki ketergantungan secara emosional akan menemui berbagai kesulitan dalam masa dewasa. Remaja menjadi tidak mampu mengambil keputusannya sediri, tidak mampu menentukan rencanannya sendiri, tidak bertangungjawab terhadap apa yang dipilihnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi remaja dalam masa dewasanya nanti.

b. Menerima peras sosial sesuai jenis kelamin pria/wanita.

Perbedaan secara psikis antara pria dan wania nampak jelas sejak masa pubertas dan perkembangan ini telah matang sejak masa dewasa. Remaja sering menyesali dirinya sebagai pria atau wanita karena bentuk tubuh yang kurang memuaskan dan keadaan yang tidak sesuai harapan. Masa remaja yang demikian diharapkan membuat seorang remaja mampu menerima keadaan dirinya sebagai pria atau wanita. Tangungjawab sebagaimana perannya haruslah dimiliki, misalnya adalah sebuah kewajaran jika remaja pria lebih banyak memikirkan soal pekerjaan dibandingkan wanita.

c. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

Penerimaan dari teman sebaya sangatlah peting bagi remaja oleh karena itu seorang remaja haruslah medapat penerimaan dari

(40)

24

kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesama jenis agar ia memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga.

d. Menginginkan dan mencapai prilaku yang bertangungjawab secara rasional.

Remaja diharapkan dapat mengontrol diri sendiri (self control) atas perbuatan-perbuatannya. Tugas perkembangan yang pertama ini timbul karena remaja telah melakukan banyak kegiatan yang dapat dilakukan seperti orang dewasa. Tetpi dari kegiatan yang dilakukan tersebut ada yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Oleh sebab itu perlu adanya kontrol agar dirinya dapat berprilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.

e. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku.

Remaja diharapkan memiliki standar-standar pikir,sikap,perasaan,dan perilaku yang dapat menentukan dan mewarnai berbagai aspek kehidupan dalam masa dewasa dan masa selanjutnya. Remaja memerlukan aturan dalam hidup. Remaja yang tidak memiliki aturan hidup maka mereka tidak memiliki kendali dalam hidupnya. Yang dapat membuatnya tidak memiliki kepastian diri dan mudah terombang-ambing oleh situasi hidup yang cepat berubah.

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1991) tugas perkembangan remaja adalah:

(41)

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mempersiapkan karier ekonomi

f. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi Remaja

Perkembangan emosi remaja pada umumnya terlihat dari perubahan tingkah lakunya. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi emosi remaja asalah sebagai berikut:

a. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukka dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.

(42)

26

Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang terduga pada perkembangan emosi remaja.

b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.

c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok gen biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.

d. Perubahan pandangan luar

Faktor penting yang dapat memengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan di luar dirinya. Ada sejumlah

perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik- konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

(43)

1). Sikap dunia terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang- kadang remaja dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.

2). Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebanggaan.

C. Bimbingan Pribadi Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel & Sri hastuti (2006:27) istilah bimbingan sebagai mana digunakan dalam literatur profesional di Indonesia, merupakan terjemahan dari kata Guidance dalam bahasa inggris. Dalam kamus besar bahasa inggris Guidance diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (Showing the Way), memimpin (leading), menuntun (conducting), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan nasihat (giving advice). Arti bimbingan dalam bahasa indonesia diberi arti selaras dengan arti-arti yang disebut di atas, akan muncul dua pengertian yang mendasar, yaitu:

a. Memberikan informasi yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.

(44)

28

b. Mengarahkan yaitu menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan, atau mungkin perlu diketahui kedua belah pihak.

Tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya sesama manusia mengantar kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggungjawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri. Menggunakan kebebasan sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan. Dapat diartikan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah agar semua orang yang dilayani mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar mendengar pendapat orang lain, berani mengambil sikap atas dirinya, dan berani bertangungjawab terhadap konsekuensi dari tindakan-tindakan yang diambilnya.

2. Ragam-ragam Bimbingan dan Konseling

Winkel & Srihastuti (2006:114) menyebutkan ada tiga ragam bimbingan yaitu:

a. Bimbingan karier

Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mngekspresikan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan

(45)

pekerjaan atau profesi tertentu serta mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Memilih lapangan pekerjaan serta mempersiapkan diri untuk memangku jabatan yang dipilih, menghadapkan manusia pada tantangan yang berat, karena banyak hal yang harus ditinjau dan harus diperitugkan sekaligus. Misalnya niali-nilai kehidupan, cita-cita masa depan, minat, kemampuan otak, bakat khusus, sifat-sifat kepribadian, harapan keluarga, prospek masa depan pekerjaan yang sedang ditinjau, pasaran kerja dan program studi akademik.

b. Bimbingan akademik

Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menentukan cara belajar yang tepat, dala memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntuan-tuntutan belajar disuatu institusi pendidikan. Sebagian waktu dan perhatian manusia tercurahkan pada kepentingan belajar disekolah. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar akademik memiliki arti yang besar untuk remaja. Kekeliruan dalam mengambil program pendidikan dalam studi di tingkat pendidikan lanjutan atau pendidikan tinggi dapat membawa akibat fatal bagi kehiduoan seseorang prosedur belajar yang salah mengakibatkan

(46)

30

materi program studi terpilih tidak dikuasai dengan baik sehingga akan menimbulkan kesulitan masa belajar.

c. Bimbingan pribadi-sosial

Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dlam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam mengatur diri sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri dalam bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Eka Prasetya dengan judul “Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Pengungkapan Diri Pada Pengurus Osis SMKN 1 Sapuaran” menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat emosi terhadap tingkat penguasaan diri. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kematangan emosi maka semakin tinggi juga tingkat pengungkapan diri pada individu.atau sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan emosi maka semakin rendah juga tingkat pengungkapan dirinya. Perbedaan penelitian Rizki dengan penelitian ini terdapat pada variable peneitian, jimlah subyek penelitian dan lain-lain

(47)

E. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Usulan Topik-Topik Bimbingan untuk Meningkatkan kematangan emosi siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tingkat Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi

Luhur Sedayu rendah

Topik-Topik Bimbingan Belajar yang diberikan BK

di Sekolah

Aspek Kematangan Emosi menurut Hurlock (2004)

1. Kontrol Emosi 2. Pemahaman Diri 3. Menilai sesuatu secara

kritis

Tingkat Kematangan Emosi Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu

(48)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sempel penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan dan penelitian, validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data penelitian.

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang peneliti angkat, peneliti ingin meneliti kematangan emosi siswa, secara khusus SMA Pangudi Luhur Sedayu. Maka peneliti menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif memecahkan masalah berdasarkan cara menggambarkan obyek penelitian pada masa sekarang berdasarkan pada fakta-fakta sebagaimana adanya. Fakta-fakta tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk survei dan studi perkembangan.Metode penelitian survei tepat digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data di tempat tertentu yang alamiah.

Jenis penelitian ini menurut jenis datanya adalah jenis penelitian kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang sering digunakan dalam sebuah penelitian sugiyono (2015) mengatakan bahwa:

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.Metode kuantitatif sebagai metode positivism. Metode kuantitatif

(49)

sebagai metode ilmiah/scientific karena karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur,rasional dan sistematis.

Metode kuantitatif menganalisis data menggunakan statistik karena data dalam penelitian merupakan angka-angka.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara online menggunakan google form dikarenakan pandemi yang sedang terjadi. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan September 2020 sampai dengan bulan desember 2020. Pengambilan data dimulai pada hari

.

C. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa dan siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020. Jumlah siswa dan siswi yang akan pemeiti teliti berjumlah 43 orang. D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah kematangan emosi siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2015) mengatakan bahwa metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan

(50)

34

data,misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,wawancara, terstruktur, dan lain sebagainya

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner tentang kematangan emosi. Menurut Sugiyono (2015) pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik angket. Angket merupakan salah satu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertuis kepada responden. Angket yang dibuat harus berlandaskan pada factor dalam prinsip penulisan angket. Prinsip penulisan angket dalam buku sugiyono (2015) mengatakan bahwa:

Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, Bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka positif negatif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket tentang kematangan emosi siswa di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup karena pilihan aternatif jawaban untuk setiap item sudah disediakan, sehingga responden hanya perlu memilih salah satu dari keempat alternatf jawaban.

(51)

Kuesioner ini disusun dalam skala bertingkat menurut slkala Linkert.Skala Linkert adalah jenis skala yang digunakan untuk mengukur variable penelitian.

Variable yang disusun dalam skala Likert ini dijadikan menjadi indicator variable yang kemudian dijabarkan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrument. Skala Likert dimodifikasi dengan meniadakan jawaban yang di tengah berdasarkan alasan yang dikemukakan oleh hadi (1991), yaitu (1) bisa siartikan ganda, belum bisa memutuskan netral, atau bahkan ragu-ragu, (2) bisa menimbulkan kecenderungan untuk memilih jawaban tengah (central tendency effect), (3) tidak dapat melihat kecenderungan jawaban responden, kea rah sesuai atau tidak sesuai. Pernyataan dalam kuesioner dibagi atas dua bagian, yaitu favorable dan unfavorable.Kuesioner dalam penelitian ini berfokus pada kematangan emosi siswa kelas XI.Alat penelitian ini tidak diuji coba.Penelitian ini hanya menggunakan uji coba terpakai. Kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Norma Skoring Inventori Kematangan Emosi

Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

(52)

36

kuesioner berbentuk googleform yang diberikan kepada responden untuk menghasilkan data yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kematanagn emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu.

F. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Validitas

Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu alat sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya (supratiknya, 2014). Validitas memberikan gambaran mengenai seberapa jauh alat dapat memberikan pengukuran yang teliti, dapat memajukan dengan sebenarnya status atau kejadian gejala atau bagian yang diukur (hadi, 2015). Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi.Validitas isi adalah kesesuaian antara isi tes dengan konstruk yang diukurnya.Peneliti melakukan penilaian pakar atau ahli dengan meminta pendapat kepada dosen pembimbing.Validitas isi diupayakan dengan membuat masing-masing item kuesionernya benar-benar merupakan penjabaran dari definisi operasional kematangan emosi; isi masing-masing item adalah mengenai kematangan emosi.

Penghitungan uji validasi dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment dengan menggunakan program IBM SPSS statistic 20. Rumus korelasi person product moment adalah sebagai berikut:

(53)

nΣ XY – (ΣX)(ΣY) � =

√{nΣ(X)2 – (ΣX)2}{nΣ(Y)2 – (Y)2}

Keterangan rumus:

r = Korelasi produk momen X = Nilai setiap butir instrumen Y = Nilai dari jumlah butir instrumen N = Jumlah subyek penelitian

XY = Hasil perkalian antara skor X dan Y

Uji validitas yang digunakan peneliti harus melewati proses dengan menggunakan standar koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 2009). Artinya bahwa apabila r hitung ≥ 0,30 maka dinyatakan item tersebut valid, namun jika r hitungnya ≤ 0,30 maka dinyatakan bahwa item tersebut tidak valid atau memiliki nilai yang lemah. Pada tanggal 12 November peneliti melakukan uji terpakai instrumen. Peneliti memilih siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu yang berjumlah 42 siswa sebagai subjek uji terpakai. Setelah siswa-siswi mengerjakan instrument lalu data diolah dan hasil yang didapat menyatakan terdapat 14 item pernyataan yang tidak valid dari total 70 item pernyataan. Dengan demikian item pernyataan yangvalidberjumlah 56 itempernyataan. Berikut rekapitulasihasiluji validitas skala Kematangan Emosi dalamtabel.

(54)

38

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Skala Kematangan Emosi

No. Aspek Indikator Valid Tidak

valid

1. 1. Kontrol Emosi Mampu mengendalikan diri saat 1,2,3,5,7

4,6,10 merasa marah,sedih,bahagia, takut. ,8,9

Mengekspresikan emosi yang 11,12,13

15,18 dirasakan diwaktu yang tepat. ,14,16,1

7, Mengekspresikan emosi dengan cara 19,20,22

21,23 yang dapat diterima oleh lingkungan ,24,25,2

sekitar 6

Mengenal setiap emosi yang 27,28,29

30,33

dirasakan. ,31,32,3

4 2. Pemahaman Memperlihatkankepekaan terhadap 35,36,37

Emosi emosi yang dirasakan. ,38,39,4

0,41,42 Mengetahui cara yang tepat untuk 43,44,46

45 mengatasi emosi yang dialami. ,47,48,4

9,50 3. Menilai situasi Tenang dalam mengambil keputusan 51,52,54

53,59 secara kritis sebelum bereaksi ,55,56,5 7,58,60, secara emosional 61

Membuat keputusan dengan melihat 63,64,64

62.66

konsekuensinya ,67,68,6

9,70

(55)

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya disebut sebagai reliabel (Azwar, 2009). Menurut Azwar (2009) pengukuran yang menggunakan instrumen pendidikan dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Uji reliabilitas dilakukan dengan pendekatan koefisien Alpha

Cronbach menggunakan Program IBM SPSS Statistic version 22.

Menurut Azwar (2012: 68), rumus dari Alpha Cronbach adalah sebagai berikut: α = 2 [1 – (��12 + ��22) ∕ ��2] Keterangan rumus: α : Reliabilitas Skala ��12 : Varians belahan 1 ��22 :Varians belahan 2 ��2 : Varian skor tes

Indeks reliabilitas dikonsultasikan menggunakan kriteria Guilford seperti pada tabel 3.3 Berikut:

(56)

40

Tabel 3.3 Kriteria Guilford

No. Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 100 Sangat Tinggi

2 0,71 - 0.90 Tinggi

3 0,41 - 0,70 Cukup

4 0,21 - 0,40 Rendah

5 < 0,20 Sangat Rendah

Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai 1,00. Besar koefisien dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikansi 1% dan 5

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 42 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 42 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in The procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(57)

Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS

(Statistic Programme for Social Science) versi 20, diperoleh perhitungan

reliabilitas seluruh item instrumen menggunakan rumus koefisien alpha (α) yaitu 0,961. Apabila hasil uji reliabilitas instrumen tersebut dianalisis dengan mengacu pada kriteria Guilford, maka dapat diketahui bahwa kuesioner termasuk kategori sanggat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018: 199) analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah; mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasrkan variabel dari seluruhresponden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik dengan Program IBM

SPSS Statistic version 25. Berikut dijelaskan langkah- langkah yang telah

dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini.

1. Skoring

Setelah pengambilan data, peneliti melakukan skoring pada setiap item Skala Kematangan Emosi dengan memberi tanda bernilai 1-4

(58)

42

berdasarkan norma skoring yang berlaku. Proses ini dilakukan dengan melihat pernyataan favorable dan unfavorable.

2. Tabulasi Data

Hasil yang telah diskoring, dibuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing menggunakan program Microsoft Excell 2010. 3. Menghitung Uji Koefisien Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Peneliti dalam menghitung uji validitas menggunakan program IBM

SPSS Statistics version 22 dengan rumus Pearson Product Moment.

Sedangkan untuk menghitung uji reliabilitas, peneliti menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach melalui program IBM SPSS

Statistics version 25.

4. Kategorisasi

Peneliti mengkategorisasikan skala Kematangan Emosi berdasrkan model distribusi normal. Berikut model tabel kategorisasi sesuai norma, yaitu:

Tabel 3.4

Norma Kategorisasi Kematangan Emosi

Skor Kategorisasi μ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi μ + 0,5 σ < X ≤ μ + 1,5 σ Tinggi μ - 0,5 σ < X ≤ μ + 0,5 σ Sedang μ - 1,5 σ < X ≤ μ - 0,5 σ Rendah X ≤ μ - 1,5 σ Sangat Rendah

(59)

Keterangan:

X maksimum : Nilai tertinggi X minimum : Nilai terendah

Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dibagi 6 satuan deviasi sebaran

Mean (μ) :Rata-rata dari skor maksimum dan minimum

Peneliti menerapkan kategorisasi diatas sebagai patokan dalam pengelompokkan tingkat Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020. Pegelompokkan skor item berdasrkan jumlah item yang valid sebanyak 56 item. Berikut perhitungan skala Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020:

Skor maksimum teoretik : 56× 4 = 224 Skor minimum teoretik : 56× 1 = 56 Luas jarak : 224− 56 = 168 Standar deviasi (σ) : 168÷ 6 = 28

(60)

44

Tabel 3.5

Norma Kategorisasi Data Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020

Norma Skor Rentang Skor Kategorisasi μ + 1,5 σ < X 178-224 Sangat Tinggi μ + 0,5 σ < X ≤ μ + 1,5 σ 150-177 Tinggi

μ - 0,5 σ < X ≤ μ + 0,5 σ 122-149 Sedang μ - 1,5 σ < X ≤ μ - 0,5 σ 94-121 Rendah

X ≤ μ - 1,5 σ 56-93 Sangat Rendah

Sementara itu kategori data untuk item kematangan emosi yang dihitung adalah sebagai berikut:

Skor maksimum teoretik : 42× 4 = 168 Skor minimum teoretik : 42× 1 = 42 Luas jarak : 168– 42 = 126 Standar deviasi (σ) : 126÷ 6 = 21

Mean teoretik (μ) : (168+ 42) ÷ 2 = 105

Hasil perhitungan analisis data skor item berdasarkan Skala Kematangan Emosi ditampilkan sesuai dengan norma kategorisasi

(61)

item Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020 sebagai berikut.

Tabel 3.6

Norma Kategorisasi Skor Item Kematangan Emosi Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu 2019/2020

Norma Skor Rentang Skor Kategorisasi μ + 1,5 σ < X 137-168 Sangat Tinggi μ + 0,5 σ < X ≤ μ + 1,5 σ 116-136 Tinggi μ - 0,5 σ < X ≤ μ + 0,5 σ 95-115 Sedang μ - 1,5 σ < X ≤ μ - 0,5 σ 74-94 Rendah X ≤ μ - 1,5 σ 42-73 Sangat Rendah

(62)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dalam bab ini akan menjawab rumusan masalah dalam Bab I mengenai Tingkat Kematangan Emosi Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu.

1. Tingkat Kematangan Emosi Siswa Kelas IX SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020.

Penelitian yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui seberapa baik tingkat kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui penyebaran angket Skala Kematangan Emosi Siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Kategorisasi Tingkat Kematangan Emosi Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020

Rentang Skor Frekuensi Presentase Kategorisasi

178-224 21 50% Sangat Tinggi

150-177 19 45,2% Tinggi

122-149 0 0% Sedang

94-121 1 2,3% Rendah

(63)

Kategorisasi kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020 apabila digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada grafik berikut ini

Grafik 4.1

Kategorisasi Kematangan Emosi Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2019/2020

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa:

a. Terdapat 50 % atau 21 siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2109/2020 yang menunjukkan kematangan emosi berada pada kategori sangat tinggi.

b. Terdapat 45,2% atau 19 siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2109/2020 yang menunjukkan kematangan emosi berada pada kategori tinggi. 25 50 45,2 20 15 10 2,3 2,3

Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat

(64)

48

c. Tidak ada atau 0% siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2109/2020 yang menunjukkan kematangan emosi berada pada kategori sedang.

d. Terdapat 2,3% atau 1 siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2109/2020 yang menunjukkan kematangan emosi berada pada kategori sedang.

e. Terdapat 2,3% atau 1 siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2109/2020 yang menunjukkan kematangan emosi berada pada kategori sangat rendah rendah.

2. Capaian Skor Butir-Butir Pengukuran Kematangan Emosi yang Teridentifikasi Rendah Sebagai Dasar Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh oleh peneliti melalui penyebaran Skala Minat Belajar pada subjek penelitian, maka dapat dilihat perhitungan skor item-item dikategorikan sesuai kategorisasi adalah sebagai berikut:

(65)

Tabel 4.2

Distribusi Perolehan Skor Item Kematangan Emosi Siswa Kelas IX SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2019/2020

Kategori Interval Frekuensi Presentase Nomor Item Sangat Tinggi 137-168 25 44,6% 3,5,8,11,12,13,14,16,19, 20,24 25,26,31,32,37,40,42,43 ,44,50, 58,61,67,70 Tinggi 116-136 25 44,6% 1,2,9,17,22,27,28,34,35, 36,38,39,41,46,47,49,51 , 52,54,56,60,64,65,68,69 Sedang 95-115 6 10,7% 7,29,48,55,57,63 Rendah 74-94 0 0% - Sangat Rendah 42-73 0 0% -

Kategorisasi skor item kematangan emosi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2019/2020 apabila digambar dalam bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut ini :

Gambar

Tabel 3.1 Norma Skoring Inventori Kematangan Emosi .....................................
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.3  Kriteria Guilford

Referensi

Dokumen terkait

1) Pendapatan dari usaha sarana papan diakui apabila ada perjanjian jual beli bangunan siap huni atau kavling siap bangun, dengan catatan bangunan siap huni telah selesai 100%

Sejalan dengan pembahasan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian serupa dengan Ahmad dan Fatima (2008) yaitu melakukan pengujian terhadap hubungan langsung

Berdasarkan perhitungan skor servqual, diperoleh skor tertinggi pada dimensi tangibles adalah kerapihan dan kebersihan penampilan Teller, pada dimensi responsiveness, atribut

Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan

Pemberian vitamin A, B 12 , C dan kombinasi ketiganya melalui drinking water menunjukkan hasil berbeda tidak nyata antara kontrol dan perlakuan pada tulang

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan lamanya hemodialisis, baik penilaian status gizinya dengan Skinfold maupun LILA

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid hasil isolasi pada konsentrasi 0,6% dan 0,8% memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan

Berdasarkan pada evaluasi capaian kinerja pembangunan Kabupaten Blitar tahun lalu beserta proyeksi pencapaian kinerja tahun 2015, rancangan program indikatif di tahun 2016