• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 setiap manusia harus dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia sejak ia dilahirkan memiliki kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun. Masalah hak asasi manusia belakangan ini menjadi sesuatu yang hangat dibicarakan. Hal ini berkaitan dengan semakin menguatnya tuntutan perlindungan hak-hak asasi dari warga masyarakat yang menyangkut berbagai kepentingan mereka. Sebagai seorang yang sedang menjalani pidana, bukan berarti narapidana kehilangan semua hak-haknya sebagai manusia atau bahkan tidak mempunyai hak apapun.

Jaminan kesehatan merupakan hak setiap orang termasuk bagi pelanggaran hukum. Ada 2 (dua) paham mengenai Hak Asasi Manusia termasuk HAM kesehatan. Pertama Paham Universal, yakni : Setiap orang tanpa terkecuali berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Kedua Paham Partikularistik yakni : setiap orang berhak mendapatkan jaminan kesehatan tetapi ada

"pembatasan" terhadap individu yang bersangkutan. Artinya pemenuhan atau jaminan hak kesehatan bagi individu harus disesuaikan dengan hokum (Martani SR, 2005) . Pemenuhan hak kesehatan harus sejalan dengan melanggar atau

(2)

tidaknya individu. Dalam arti kata, pemenuhan hak pelayanan kesehatan bagi tersangka dan terdakwa, berbeda dengan individu yang tidak melanggar hukum.

Pembedaan itu terkait dengan pidana hilang kemerdekaan yang harus ditanggung oleh terpidana yang menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan.

Pemenuhan hak pelayanan kesehatan harus disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang terkait yaitu Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan dan Peraturan Pelaksanaannya. Dalam hal narapidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaannya di Lembaga Pemasyarakatan (Lembaga Pemasyarakatan) maka pemenuhan hak pelayanan kesehatan harus memenuhi PROTAP (Prosedur Tetap) yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan, yakni dirawat di Poliklinik Lembaga Pemasyarakatan atau dapat dirawat di Rumah Sakit Umum dengan pengawalan dari petugas.

Badan layanan kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan yang setara dengan PPK I (Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat I) yaitu balai pengobatan.

Balai pengobatan yang ada di dalamnya harus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Salah satu wujud peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan dalam pemberian pelayanannya kepada narapidana yaitu harus mencatat semua hasil pemeriksaan kesehatan narapidana. Hal ini dilakukan untuk mendokumentasikan riwayat penyakit narapidana serta menunjang tertib administrasi dan pemenuhan kebutuhan informasi kesehatan narapidana. Sarana pendukung yang dibutuhkan adalah rekam medis. Kegunaan dari rekam medis dalam pelayanan kesehatan sangat luas. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 tahun

(3)

2008 tentang Rekam Medis pada pasal 7 yang menyatakan “Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis”, serta pada pasal 15 yang menyatakan

“Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana pelayanan kesehatan”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib membentuk unit kerja rekam medis dalam upaya menunjang kompleksnya penyelenggaraan rekam medis.

Menurut Hatta (2008) kegunaan rekam medis dapat dilihat dalam 2 kelompok besar. Pertama, yang paling berhubungan langsung dengan pelayanan pasien (primer). Kedua, yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan langsung secara spesifik (sekunder). Tujuan primer rekam medis terbagi dalam lima kepentingan yaitu untuk:

1. Pasien

Rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya.

2. Pelayanan pasien

Rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan

(4)

demikian rekaman itu membantu peengambila keputusan tentang terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien.

3. Manajemen pelayanan

Rekam kesehatan yang lengkap memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.

4. Menunjang pelayanan

Rekam kesehatan yang rinci akan mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada organisasi pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan yang terjadi dan mengomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.

5. Pembiayaan

Rekam kesehatan yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien.

Tujuan sekunder rekam kesehatan ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan kebijakan (Hatta, 2008).

Guna pemanfaatan berkas rekam medis dalam era teknologi informasi dan sebagai pemenuhan kebutuhan informasi kesehatan narapidana tentunya sistem informasi kesehatan menempati posisi yang cukup penting karena berfungsi untuk mengumpulkan, mengirimkan, mengolah, menganalisis dan

(5)

mempublikasikan informasi sekaligus memberikan umpan balik kepada stakeholder di semua tingkatan. Ketersediaan data dan informasi yang akurat,

terjangkau dan tepat waktu merupakan syarat mutlak pengambilan keputusan.

Sistem informasi didefinisikan sebagai sistem yang menyediakan informasi yang spesifik untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Sehingga, tujuan akhir sistem informasi kesehatan bukannlah untuk mengumpulkan data dan informasi melainkan memperbaiki tindakan (Hatta, 2008).

Sistem informasi kesehatan yang digunakan di rumah sakit dikenal dengan nama SIMRS, SIRS dan sebagainya. Jika di puskesmas dikenal dengan nama SIMPUS, SISFOMAS, IHIS dan lain sebagainya. Selain di rumah sakit dan puskesmas, sistem informasi kesehatan juga terdapat di balai pengobatan lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan.

Sistem informasi kesehatan yang digunakan di balai pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta bernama Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Sistem Database Pemasyarakatan bertujuan untuk membangun database napi/tahanan, menyediakan informasi yang berkualitas untuk menunjang pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan.

Sistem database pemasyarakatan di balai pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta berbasis komputerisasi sehingga dalam pelaksanaannya petugas pelaksana harus menginputkan informasi yang didapat dari pelayanan atau rekam medis ke dalam sistem tersebut. Sistem tersebut dilaksanakan oleh petugas pelaksana yang juga sebagai pemberi pelayanan kesehatan terhadap narapidana. Proses penginputan dilakukan setiap hari

(6)

setelah pelayanan terhadap pasien narapidana. Informasi yang diinput ke dalam sistem tersebut didapat dari buku register kunjungan poliklinik dan berkas rekam medis pasien setelah mendapat pelayanan kesehatan.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan observasi pelaksanaan sistem database pemasyarakatan dan wawancara terhadap salah satu petugas pelaksana yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan November - Desember 2014, dalam pengimplementasian sistem database pemasyarakatan di balai pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta masih belum optimal. Belum optimalnya pengimplementasian sistem database pemasyarakatan tersebut karena proses penginputan informasi kesehatan pasien ke sistem tersebut tidak dilakukan.

Dengan uraian latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian terhadap sistem informasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul

”Evaluasi Sistem Database Pemasyarakatan Di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta Menggunakan HOT-Fit Model”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui pelaksanaan sistem database pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta menggunakan HOT-Fit Model.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(7)

Mengetahui pelaksanaan sistem database pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui aspek manusia (human) sistem database pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.

b. Mengetahui aspek organisasi (organization) sistem database pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.

c. Mengetahui aspek teknologi (technology) sistem database pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Balai Pengobatan

Diharapkan tugas akhir ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatkan penggunaan sistem database pemasyarakatan.

b. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan sehingga dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam bidang sistem informasi rekam medis.

(8)

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembanding maupun pengembangan wacana serta bahan diskusi dalam proses pembelajaran maupun penelitian di bidang sistem informasi rekam medis.

b. Bagi Peneliti Lain

Sebagai acuan ataupun referensi untuk materi penelitian.

E. Ruang Lingkup Penulisan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Batasan waktu adalah antara tanggal 30 Januari 2015 - 28 Maret 2015.

2. Batasan tempat adalah Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.

3. Materi penulisan penelitian ini adalah Evaluasi Sistem Database Pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta Menggunakan HOT-Fit Model.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berjudul “ Evaluasi Sistem Database Pemasyarakatan di Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta Menggunakan HOT-Fit Model”, belum pernah dilakukan oleh orang lain namun penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian ini yang lainnya adalah sebagai berikut :

(9)

1. Sembiring (2010), dengan judul penelitian ” Tinjauan Kemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Pada Bagian Pelaporan Di RSUD Panembahan Senopati Bantul ”

Penelitian tersebut meneliti mengenai sejauh mana kemanfaatan sistem informasi manajemen suatu rumah sakit dan meneliti pengetahuan dan keterampilan petugas pelaporan. Sedangkan penelitian ini mengenai evaluasi sistem informasi dengan mengerucut pada aspek manusia, organisasi dan teknologi sistem informasi.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terdapat pada metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan cross sectional serta teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara dan pengamatan (observasi).

2. Prasetya (2011), dengan judul “Faktor Penyebab Ketidaklancaran Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Danurejan II”. Perbedaan penelitian Prasetya dengan penelitian pada tugas akhir ini adalah:

a. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Danurejan II dan mengetahui faktor penyebab ketidaklancaraan pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Danurejan II, sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah mengevaluasi sistem informasi dengan mengukur elemen-elemen sistem kerja suatu sistem

(10)

informasi diantaranya elemen teknologi, informasi dan partisipasi manusia.

b. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional.

Persamaan penelitian Prasetya dengan penelitian pada tugas akhir ini yaitu pada teknik pengumpulan data yaitu dengan pengamatan (observasi) dan wawancara. Persamaan lainnya yaitu sama-sama meneliti tentang sistem informasi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian Prasetya yaitu pelaksanaan SIMPUS yang telah dilakukan di Puskesmas Danurejan II adalah di bagian pendaftaran/ register. Adapun pelaksanaan SIMPUS yang terlaksana yaitu:

Entry data sosial dan entry data medis. Faktor penyebab ketidaklancaran

pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Danurejan II terdiri dari enam faktor yaitu: Sumber Daya Alam, Prosedur, Infrastruktur Fisik, Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software) dan Jaringan. Sedangkan untuk perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini mengevaluasi sistem informasi ditinjau dari aspek manusia, organisasi dan teknologi.

3. Istiqlal (2013), dengan judul penelitian ” Hambatan Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit Terkait Statistik Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul “

(11)

Penelitian tersebut ingin mengetahui penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit terkait statistik dan mengetahui faktor positif dan negatif yang mempengaruhi Sistem Informasi Rumah Sakit terkait statistik berdasar SDM, perangkat keras (Hardware), perangkat lunak (Software) dan Jaringan LAN sedangkan penelitian ini mengevaluasi sistem informasi dengan mengukur aspek-aspek suatu sistem informasi diantaranya aspek manusia, organisasi dan teknologi.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terdapat pada metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan cross sectional serta teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara dan pengamatan (observasi).

G. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta 1. Sejarah singkat

Berdasarkan profil Selayang Pandang Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta (2015) terletak di Jl. Taman siswa No.6 Yogyakarta 55111 (Telepon : (0274) 376126 & 37582, Faks : (0274) 375802), menempati areal seluas kurang lebih 3,8 ha. Merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda dengan nama awal Gevangelis En Huis Van Bewaring. Dengan bentuk bangunan yang khas, tembok tebal dengan kusen pintu dan jendela yang besar dan tinggi, bangunan Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta ini dibangun antara tahun 1910 sampai tahun 1915.

(12)

Gambar 1. Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta

Hingga sekarang Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta telah mengalami enam kali perubahan nama, yaitu sebagai berikut :

1) Gevangelis En Huis Van Bewaring. (Jaman Belanda) 2) Pendjara Djogjakarta

3) Kependjaraan Daerah Istimewa Djogjakarta 4) Kantor Direktorat Bina Tuna Warga

5) Lembaga Pemasyarakata Klas I Yogyakarta 6) Lembaga Pemasyarakata Klas II Yogyakarta 2. Visi Dan Misi

a. Visi

(13)

Mengedepankan Lembaga Pemasyarakatan yang bersih, kondusif, tertib dan transparan dengan dukungan petugas yang berintegritas dan berkompeten dalam pembinaan WBP.

b. Misi

1) Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok organisasi Pemasyarakatan secara konsisten dengan mengedepankan penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia serta transparansi publik.

2) Membangun kerja sama dengan mengoptimalkan keterlibatan stake holder dan masyarakat dalam upaya pembinaan warga

binaan pemasyarakatan.

3) Mendayagunakan potensi sumber daya manusia petugas dengan kemampuan penguasaan tugas yang tinggi dan inovatif serta berakhlak mulia.

3. Beberapa Seksi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta a. Seksi Pembinaan Narapidana

Tugas Seksi Binapi adalah melakukan bimbingan kemasyarakatan kepada warga binaan pemasyarakatan. Dalam kegiatannya, Seksi Binapi dibantu oleh Sub Seksi Registrasi dan Sub Seksi Bimbingan Pemasyarakatan dan Perawatan (Bimaswat), Pembinaan Agama, Pembinaan Kesenian.

(14)

b. Seksi Kegiatan Kerja

Tugas Seksi Kegiatan Kerja adalah melaksanakan bimbingan dan pelatihan kerja kepada WBP. Dalam kegiatannya, Seksi Giatja dibantu oleh Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja serta Sub Sarana Kerja.

Macam-macam bentuk bimbingan dan latihan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta ialah :

1. Persepatuan 2. Pertukangan kayu 3. Las

4. Konblok dan Batako 5. Handycraft

6. Otomotif 7. Sablonase

8. Penjahitan dan Laundry 9. Salon Kecantikan 10. Perkebunan

c. Seksi Adminsitrasi Keamanan dan Ketertiban

Tugas Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib adalah mengatur jadwal tugas pengamanan, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan berkala dibidang keamanan dan tata tertib. Seksi Minkamtib dibantu oleh Sub Seksi Keamanan dan Sub Seksi Administrasi Pelaporan.

(15)

4. Jumlah Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan

Tabel 1. Jumlah tahanan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta

Pria 11 Wanita 28 Jumlah 39 Sumber : Profil Selayang Pandang Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

Yogyakarta Februari 2015

Tabel 2. Jumlah Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta

Pria 228

Wanita 58

Jumlah 286

Sumber : Profil Selayang Pandang Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta Februari 2015

Tabel 3. Jumlah Kunjungan Rata-Rata Per Hari Balai Pengobatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta

Kunjungan Bulan Januari 2015 23 orang Kunjungan Bulan Februari 2015 21 orang Kunjungan Bulan Maret 2015 22 Orang Kunjungan Rata-rata Per Hari 22 Orang

Sumber : Buku Register Kunjungan Pasien Bulan Januari-Maret 2015

Gambar

Gambar 1. Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta
Tabel 1. Jumlah tahanan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A  Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

sistem interaksi yang direpresentasikan dalam model kognitif dan terdiri dari model hirarki yang merepresentasikan tugas user dan struktur goal/tujuan, model linguistik

Seminar Nasional Lahan Basah 2016 ini merupakan wadah temu ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarat (LPPM) Universitas Lambung

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman konsep ikatan kimia dan hasil belajar kimia siswa pada

Penelitian ini meneliti apakah tingkat kesehatan bank yang dinilai melalui aspek pemodalan yang diwakili oleh CAR ( Capital Adequacy Ratio ), aspek kualitas aktiva produktif

Auditor dengan tipe ini tidak akan terpengaruh meskipun ia mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat judgment yang

Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004) tentang pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan pada auditor internal

Hal yang sama terjadi pada wartawan dalam mempersepsi perusahaan melalui aktivitas media relations, pertama – tama stimuli atau sensasi datang melalui siaran pers

Diberikannya kebebasan oleh Spanyol kepada Rusia untuk turut serta mengembangkan sektor wisatanya yang dirancang dalam kerengka kerja strategic partnership tersebut juga merupakan