1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan konsumen akan suatu produk saat ini semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan terhadap produk juga meningkat. Selain itu, meningkatnya kesejahterahan penduduk juga memberikan kontribusi penting dalam peningkatan permintaan konsumen. Pasalnya, ketika seorang konsumen sudah merasa dirinya mampu membeli suatu produk, maka mereka loyal mengeluarkan uangnya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Permintaan yang meningkat berdampak terhadap pengambilan keputusan perusahaan dalam menentukan jumlah yang diproduksi. Bagaimanapun juga konsumen sebagai raja harus selalu terpenuhi kebutuhannya. Kebutuhannya pun bermacam-macam yaitu ada yang berbentuk produk jadi dan ada yang masih berbentuk produk setengah jadi. Untuk produk jadi biasanya permintaan berasal dari konsumen tingkat akhir, sedangkan untuk produk setengah jadi biasanya permintaan berasal dari perusahaan atau produsen pembuatan produk jadi.
Di dalam dunia usaha terdapat dua jenis bisnis yaitu B2B atau Business to Business dan B2C atau Business to Consumer. B2B yaitu dimana suatu perusahaan menjual produk atau jasa kepada perusahaan lain sedangkan B2C yaitu dimana perusahaan menjual barang atau jasa pada konsumen langsung. B2B biasanya cukup rumit dikarenakan persaingan harga sangat rentan terjadi akibat dari rendahnya profit margin dari para pengusaha.
Salah satu industri yang mungkin jarang didengar oleh masyarakat adalah industri kelapa sawit. Hal ini dikarenakan perusahaan yang bermain di dalam industri ini tidak secara langsung bersentuhan dengan konsumen melainkan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang pengelolaan kelapa sawit menjadi produk sehari-hari. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), prospek dari industri ini secara nasional cukup menjanjikan. Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan produk turunannya diperkirakan akan mencapai 1,100 dollar AS per ton. Hal ini membuat ekspor CPO mencapai pada level 24,2 milliar dollar AS (Yahoo, 2014).
Kelapa sawit memiliki posisi penting bagi Indonesia. Selama 20 tahun terakhir kelapa sawit sudah menjadi suatu komoditas andalan untuk ekspor dan diharapkan dapat meningkatkan jumlah pendapatan petani dan transmigran di Indonesia. Luas tanah untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2002 luasnya 4.116.646 Ha, lalu menjadi 5.239.171 Ha pada tahun selanjutnya (mengalami pertumbuhan 27,26%). Tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 6,99% yaitu menjadi 5.601.770 Ha dan sampai bulan Oktober 2007 luas dari lahan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 6,3 juta Ha.
Kelapa sawit saat ini adalah salah satu dari komoditas perkebunan yang mempunyai nilai tinggi dan termasuk padat karya. Jika suatu negara dapat mengolah kelapa sawit dengan baik maka hasilnya dapat sangat menguntungkan. Indonesia memiliki tanah yang subur sangat berpotensi besar dalam industri kelapa sawit. Pada tahun 2007, Indonesia tercatat sebagai penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Sampai tahun 2010, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,8 juta hektar. Jika dibandingkan dengan tahun 1968, maka perkelapasawitan di Indonesia sangat berkembang menjadi 117 kali (Okezone, 2014).
Menurut Syukur (1984), tanaman kelapa sawit adalah bahan tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbesar dibanding tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kedelai, kelapa dan bunga matahari. Kelapa sawit menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/Ha sedangkan tanaman lainnya hanya menghasilkan sebanyak 4-4,5 ton/Ha (Sunarko, 2007).
Pengelolaan operasional dalam menciptakan produk yang akan dijual merupakan aspek penting di dalam perusahaan. Tidak ada perusahaan yang bertahan di dalam sebuah industri jika pengelolaan bagian operasionalnya bermasalah. Hal ini dikarenakan, bagian operasional akan berkaitan secara langsung pada proses produksi. Jika koordinasi pada sistem operasional terganggu maka proses produksi juga ikut terganggu yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan itu sendiri.
Permintaan yang tidak menentu pastinya memaksa suatu perusahaan untuk dapat memperkirakan jumlah permintaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan mendapat gambaran seberapa banyak jumlah produk yang dihasilkan agar dapat
memenuhi permintaan konsumen di masa depan. Permintaan konsumen harus terpenuhi agar kedua belah pihak antara konsumen dan perusahaan tidak ada yang dirugikan. Perusahaan haruslah memiliki persediaan bahan baku yang optimal agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen tetapi tidak merugi dikarenakan menyimpan produk terlalu banyak dan lama. Bahan baku yang berlebih disebabkan jumlah yang dipesan lebih besar daripada jumlah yang digunakan. Jika terjadi seperti itu, perusahaan harus menanggung seluruh biaya yang diakibatkan jumlah persediaan yang berlebihan seperti biaya penyimpanan dan biaya lain lain.
Salah satu perusahaan yang bergerak di dalam industri kelapa sawit adalah PT Indonusa Agromulia. Perusahaan ini memulai usaha sejak tahun 2008 dengan diawali pendirian kebun di Geragai, Jambi, bernama PT Indonusa Agromulia. Dalam operasionalnya, PT Indonusa Agromulia pasti membutuhkan sebuah perencanaan inventory yang optimal agar dapat memaksimalkan proses produksi kelapa sawit. Selanjutnya, perusahaan ini harus melakukan peramalan (forecasting) permintaan dan memonitor persediaan bahan baku agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan jumlah produksi akibat kurangnya perhitungan pada jumlah dan persediaan bahan baku produksi.
Dalam proses penanaman kelapa sawit, yang paling dibutuhkan adalah bibit kelapa sawit dan pupuk untuk menyuburkan tanamannya tersebut. Jumlah bibit dan pupuk yang diperlukan tergantung dari berapa jumlah kelapa sawit yang ingin diproduksi. Pastinya, perusahaan ingin agar bibit dan pupuk tersedia tidak kekurangan ataupun kelebihan karena akan membuat pendapatan perusahaan mengalami penurunan serta menimbulkan biaya tambahan.
Untuk bibit kelapa sawit yang berlebih dapat diatasi oleh perusahaan dengan menjual kembali bibit tersebut. Tetapi yang menjadi permasalahan yaitu pada pupuk yang berlebih. Pupuk yang berlebih ini tidak dapat dijual kembali karena latar belakang PT. Indonusa Agromulia yang adalah perusahaan yang bergerak di dalam industri kelapa sawit. Selain itu, PT. Indonusa Agromulia bukan merupakan perusahaan yang khusus menjual pupuk sehingga pihak luar tidak tertarik membeli pupuk di perusahaan ini. Pada akhirnya, pupuk yang berlebih ini akan menimbulkan masalah baru untuk pihak perusahaan karena pupuk tersebut hanya disimpan dan menumpuk di gudang.
PT Indonusa Agromulia membeli pupuk dari berbagai jenis pupuk. Hal inilah yang menyebabkan pupuk yang dibeli oleh perusahaan sering mengalami kelebihan persediaan. Persediaan yang berlebih ini akan menambah biaya kembali untuk penyimpanan pupuk yang tidak digunakan. Berikut data pemesanan dan penggunaan pupuk yang dilakukan oleh PT Indonusa Agromulia selama 5 tahun terakhir:
Tabel 1.1 Data Pemesanan dan Penggunaan Pupuk Semester / tahun Jumlah Pemesanan Pupuk (Kg) Jumlah Penggunaan Pupuk (Kg) Sisa (Kg) 1 / 2010 300.000 262.664 37.336 2 / 2010 300.000 264.671 35.329 1 / 2011 300.000 265.206 34.794 2 / 2011 300.000 264.524 35.476 1 / 2012 300.000 263.684 36.316 2 / 2012 300.000 265.721 34.279 1 / 2013 300.000 266.246 33.754 2 / 2013 300.000 263.412 36.588 1 / 2014 300.000 262.759 37.241 2 / 2014 300.000 263.076 36.924
Sumber: Data PT. Indonusa Agromulia
Dari data yang didapatkan dari pihak perusahaan, terlihat bahwa jumlah pemesanan pupuk lebih besar dibandingkan jumlah penggunaan pupuk yang digunakan selama 5 tahun terakhir sehingga menyebabkan terjadinya sisa persediaan pupuk. Sisa persediaan pupuk ini yang menjadi beban tambahan perusahaan karena harus menyimpan kembali pupuk tersebut. Hal ini sering terjadi setiap kali perusahaan melakukan pemesanan pupuk kepada pemasok.
Dari permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan, maka diperlukan penelitian dengan menggunakan metode Forecasting, EOQ (Economic Order Quantity) dan simulasi Monte Carlo untuk mensimulasikan permintaan agar dapat memaksimalkan fungsi persediaan dan mengefisiensikan biaya serta memaksimalkan profit perusahaan.
Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang perkiraan jumlah penjualan di masa depan dan bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku agar lebih optimal pada PT Indonusa Agromulia. Penulis mengangkat penelitian di atas dengan judul “Analisis Peramalan Permintaan dan Perencanaan Pemesanan Pupuk serta Penerapan Simulasi Monte Carlo pada PT. Indonusa Agromulia”
1.2 Identifikasi Masalah
Permintaan konsumen pasti akan berdampak juga pada proses produksi yang dilakukan perusahaan. Diawali dari penentuan jumlah bahan baku yang dibutuhkan agar tidak berlebih atau kekurangan dan menjadi beban tambahan perusahaan. Maka, perusahaan harus melakukan perkiraan jumlah permintaan pupuk di masa depan yang optimal sehingga meminimalkan biaya produksi.
Adapun beberapa permasalahan yang akan diteliti penulis:
1. Bagaimanakah tingkat peramalan permintaan pupuk di periode mendatang menggunakan metode forecasting dan manakah yang paling akurat?
2. Berapakah jumlah pemesanan pupuk yang optimal agar dapat meminimalkan biaya inventory?
3. Bagaimanakah hasil simulasi dari permintaan pupuk selama 5 tahun mendatang melalui penerapan Simulasi Monte Carlo?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui tingkat permintaan pupuk di periode mendatang menggunakan metode forecasting.
2. Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimal agar dapat meminimalkan biaya inventory.
3. Untuk mengetahui hasil simulasi dari permintaan pupuk yang tidak pasti melalui penerapan Simulasi Monte Carlo.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi perusahaan
• Memberi perkiraan permintaan pupuk di periode mendatang dengan menggunakan metode penelitian bisnis.
• Memberi masukan jumlah pemesanan yang optimal agar dapat meminimalkan biaya.
• Memberi penjelasan tentang simulasi permintaan pupuk agar perusahaan memiliki gambaran bagaimana permintaan pupuk di periode mendatang. 2. Manfaat bagi penulis
Dari hasil penelitian ini, penulis mendapat pengetahuan tambahan karena dapat meneliti dan mengimplementasikan secara langsung materi yang di dapat di universitas ke dalam dunia nyata.
3. Manfaat bagi pembaca
Sebagai dasar pembanding atau referensi kepada pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Analisa permasalahan hanya difokuskan pada bahan baku untuk penanaman kelapa sawit. Pemesanan bahan baku yang optimal menjadi fokus penting dalam penelitian ini untuk meminimalkan biaya persediaan bahan baku berlebih pada perusahaan PT. Indonusa Agromulia.
Agar hasil dari penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan maka akan ada beberapa batasan yang jelas dari proses penelitian yaitu
1. Penelitian hanya dilakukan pada PT. Indonusa Agromulia.
2. Penelitian hanya menggunakan data pembelian 5 tahun terakhir (2010-2014). 3. Penelitian hanya dilakukan pada data bahan baku yaitu pupuk.
4.
1.6 State of the Art
Tabel 1.2 State of the Art
Metode Judul Jurnal Nama Pengarang Hasil
Forecasting International Journal of Inventive Engineering and Science (IJIES) Volume-1, Issue-9, August 2013, ISSN: 2319-9598, “Demand Forecasting For Sales of Milk Product (Paneer) In Chhattisgarh” tahun 2013 Pradeep Kumar Sahu; Rajesh Kumar
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode peramalan yang paling akurat adalah metode eksponential tunggal dengan alpha adalah 0,3 untuk peramalan penjualan produk susu di Chhattisgarh, India
Inventory Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Volume 1 No. 1(2012), “Implementasi Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada Sediaan Knop Jendela UD. IN JA, SAMARINDA” tahun 2012 Adi Setiawan Gozali Pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ dapat mengurangi biaya sebesar 6,3% yaitu dari Rp 1.241.549.731 menjadi Rp 1.162.578.296. EOQ membuat perusahaan tahu berapa jumlah pemesanan yang optimal sehingga persediaan gudang Sumber: Jurnal Penelitian
Tabel 1.3 State of the Art (lanjutan)
Metode Judul Jurnal Nama Pengarang Hasil dapat memenuhi permintaan konsumen. Adanya safety stock mengantisipasi pembelian tiba-tiba atau berbagai gangguan yang membuat lead time menjadi lama. ROP membantu
menentukan kapan waktu terbaik
melakukan pemesanan ulang
Inventory Journal of Social
Sciences 23 (2) : 135-142, “Inventory Management: A Tool of Optimizing Resources in a Manufacturing Industry, A Case Study of Coca Cola Bottling Company Ilorin Plant” tahun 2010 S.L. Adeyemi; A.O. Salami Nigeria Bottling company menggunakan EOQ model dimana dapa mengendalikan persediaan tanpa menghasilkan biaya lain. EOQ dapat mengoptimalkan level dari bahan baku dan meminimalkan biaya inventory
Tabel 1.4 State of the Art (lanjutan)
Metode Judul Jurnal Nama Pengarang Hasil Inventory dan forecasting IOSR Journal of Mathematics (IOSR-JM), Volume 6, Issue 1 (Mar. – Apr. 2013), PP 24-30, ISSN: 2278-5728, “Inventory Management System and Performance of Food and Beverages Companies in Nigeria” tahun 2013 Lawrence Imeokparia Manajemen persediaan dapat ditingkatkan. Syaratnya adalah kepuasan pelanggan yang mana pelanggan mau pengiriman tepat waktu. Untuk itu perusahaan harus memiliki peramalan yang akurat yang akan membantu untuk menyediakan persediaan yang optimal agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen
Simulasi Monte Carlo
The Asian Journal of Technology Management Volume 3 No. 1 (2010): 31-43, “Improving Inventory Management and Supply Chain of Diesel Fuel in Pertamina 5 Main Depots” tahun 2010 Togar M. Simatupang; Hendra W. Pardhana
Simulasi Monte Carlo dengan angka acak terbukti tidak
menghasilkan apapun sementara penggunaan simulasi kebijakan saat itu menghasilkan dua depot kritis. Dengan Simulasi Monte Carlo, titik dimana mungkin terjadi depot kritis dapat ditanggulangi