BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang
Industri baja di Indonesia semakin berkembang cepat. Kebutuhan akan baja untuk industri di sektor otomotif, perkapalan, maupun perkeretaapian semakin meningkat.
Baja merupakan komponen utama yang digunakan dalam industri-industri tersebut, selain itu juga digunakan untuk pembangunan infrastruktur secara luas. Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan bahwa kebutuhan crude steel (baja kasar) nasional pada tahun 2017 mencapai 14 juta ton, namun industri baja dalam negeri baru mampu memproduksi delapan juta ton. Industri baja disebut sebagai mother of industry karena menjadi induk atau tulang punggung bagi kegiatan sektor lainnya, maka dari itu harus senantiasa dikembangkan agar meningkatkan kapasitas produksi industri baja nasional (Kementrian Perindustrian, 2017).
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dari kegiatan produksi baja dalam sebuah perusahaan adalah pengendalian persediaan. Total investasi dalam manajemen persediaan sangat besar sehingga diperlukan kontrol terkait bahan baku, work in process, maupun produk jadi untuk meningkatkan kapasitas produksi (Axsater, 2015). Menurut Toomey (2000), tujuan utama dalam manajemen persediaan adalah meminimalkan investasi persediaan namun tetap dapat memenuhi permintaan fungsional.
PT. Z merupakan perusahaan yang fokus pada industri baja di Indonesia.
Perusahaan ini merupakan pabrik baja terpadu serta memiliki unit-unit yang saling mendukung satu sama lain, salah satunya adalah pabrik baja lembaran dingin.
Bahan baku pada pabrik ini berupa coil baja yang kemudian akan diolah hingga menjadi barang jadi, yakni pelat baja dan coil baja dengan tingkat ketebalan rendah.
Pabrik baja lembaran dingin ini memiliki 11 buah mesin mill yang digunakan untuk
proses produksinya.
Gambar I.1 Sistem Kerja Mesin CTCM
Gambar I.1 merupakan sistem kerja salah satu mesin yakni Continuous Tandem Cold Mill (CTCM) yang dapat dikatakan sebagai jantung dari pabrik baja lembaran dingin. Mesin ini berguna untuk mereduksi ketebalan baja sehingga perannya sangat vital dalam pabrik ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan maintenance secara rutin untuk membuat mesin-mesin terjaga pada keadaan yang ideal. Salah satu aspek dalam kelancaran maintenance mesin adalah ketersediaannya suku cadang mesin dalam jumlah tertentu agar dapat menyeimbangkan dengan permintaan suku cadang yang dibutuhkan (Budiningsih
& Jauhari, 2017).
Gambar I.2 Permintaan Berbagai Jenis Suku Cadang
Pada Gambar I.2 menunjukkan berbagai jenis suku cadang yang diminta untuk memperbaiki mesin yang mengalami kerusakan. Berdasarkan data permintaan tahun 2017, terdapat sebuah permintaan yang tidak dapat terpenuhi sehingga
0 3 6 9
Side pipe Switch Pinch
Unit Fullfilled Demand
menyebabkan pemesanan ulang atau backorder. Kekurangan yang terjadi adalah pada part pinch dimana part ini merupakan salah satu dari jenis suku cadang relining roll. Walaupun jumlah permintaan sedikit, namun apabila tidak terpenuhi tentunya akan tetap menjadi sebuah kerugian bagi perusahaan. Fungsi dari suku cadang relining roll ini adalah untuk mereduksi ketebalan baja serta dapat berfungsi sebagai penggerak dalam proses uncoiler maupun proses recoiler. Suku cadang relining roll yang terdapat pada pabrik baja lembaran dingin berjumlah 28 SKU.
Terdapat beberapa roll yang hanya khusus digunakan untuk satu mesin saja serta terdapat pula roll yang dapat digunakan untuk lebih dari satu mesin.
Untuk menghindari kerugian produksi akibat kekurangan atau kelebihan suku cadang, maka jumlah persediaannya perlu dikelola dengan baik. Berikut merupakan data permintaan dengan data stok persediaan suku cadang relining roll periode Januari-Desember 2017.
Gambar I.3 Perbandingan Permintaan dan Stok Relining Roll
Berdasarkan Gambar I.3 diketahui bahwa persediaan suku cadang relining roll jauh melebihi permintaan yang terjadi. Rata-rata tingkat persediaan lebih banyak 49,23% dibandingkan jumlah permintaan yang terjadi pada bulan Januari- Desember 2017. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa persediaan suku cadang relining roll mengalami overstock. Berikut merupakan tingkat persediaan beberapa SKU dengan batas maksimum yang ditetapkan oleh perusahaan.
0 50 100 150 200 250
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des
unit
Stock Demand
Gambar I.4 Perbandingan Stok dengan Batas Maksimum Setiap SKU Berdasarkan Gambar I.4 maka sebagian besar jumlah persediaan untuk beberapa jenis SKU melewati batas maksimum yang diterapkan perusahaan. Namun, terdapat beberapa jenis SKU yang memiliki jumlah persediaan di bawah garis batasnya bahkan terdapat juga beberapa SKU yang mengalami stockout. Untuk lebih memastikan kembali bahwa memang benar terjadi permasalahan persediaan, berikut merupakan persentase keseluruhan SKU yang memiliki kategori stockout, normal dan overstock.
Gambar I.5 Kategori Persediaan Keseluruhan SKU
Separato r
Wringer
(S) Table Support Wringer B. Up
Burr Masher
Lower Stripper
Snubber 2
Stock 438 157 62 214 423 37 73 6
Demand 291 101 36 190 311 15 33 10
Limit 349 121 43 228 373 18 40 12
0 100 200 300 400 500
unit
68%
18%
14%
Overstock Normal Stockout
Gambar I.5 memperlihatkan bahwa sebagian besar SKU mengalami overstock yakni sebesar 68% sedangkan 14% mengalami stockout. Jumlah SKU overstock lebih sering terjadi dibandingkan SKU dengan kategori yang lainnya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan permasalahan terbesar persediaan suku cadang relining roll yang terjadi pada Gudang PT. Z mengalami overstock disamping itu terdapat juga permasalahan stockout. Berikut merupakan total biaya simpan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelola persediaannya.
Gambar I.6 Perbandingan Biaya Simpan Terhadap Total Biaya Persediaan Berdasarkan Gambar I.6, menunjukkan bahwa 80,75% dari total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada Januari-Desember 2017 merupakan komponen biaya simpan. Hal ini disebabkan karena menumpuknya persediaan atau overstock pada gudang PT. Z. Apabila jumlah persediaan suku cadang relining roll dikelola dengan baik, maka total biaya simpan dapat ditekan dan kemudian dana tersebut dapat dialokasikan untuk kepentingan yang lain sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Untuk itu, agar permintaan konsumen dapat terpenuhi dengan biaya persediaan yang optimal, maka dilakukan penelitian mengenai kebijakan persediaan suku cadang relining roll dengan memastikan bahwa selalu ada persediaan yang mencukupi di gudang dengan jumlah yang tepat dan di saat yang tepat.
Biaya Simpan 80,75%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Total Biaya Persediaan