• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PE N U T U P A. Simpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PE N U T U P A. Simpulan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

238 BAB V PE N U T U P

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan berikut ini:

1. Kebijakan pembangunan sarana air bersih menunjukkan dengan jelas hasil yang ingin dicapai dalam istilah yang terukur, yaitu dalam waktu 3 bulan pipa air sepanjang 20 km sudah terpasang dan disambung dengan selang sampai ke rumah tangga sasaran. Organisasi yang dibentuk dapat melaksanakan tugasnya dan menyusun pertanggungjawaban penggunaan keuangan. Namun kebutuhan organisasi untuk pemanfaatan hasilnya tidak diantisipasi, sehingga ketika muncul permasalahan tidak dapat diatasi dengan segera

2. Program CSR tidak hanya berupaya menyasar pada aspek lingkungan, ekonomi dan sosial yang berkesinambungan, melainkan juga berusaha melakukan monitoring dan evaluasi program agar tepat sasaran. Jadi dari tahap evaluasi ini akan nampak kekurangan yang harus diperbaiki, sehingga suatu program dapat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

Ide pembangunan muncul dari tokoh setempat, yakni Lurah Cisarua yang memegang wasiat dari orang tuanya, kemudian diwujudkan, dan akhirnya berhasil. Sosialisasi dilakukan lewat ketua RT untuk mempermudah koordinasi. Pelibatan masyarakat sejak awal pembangunan di Desa Cisarua-Malasari memunculkan sense of belonging dan upaya menghindari konflik. Sedang pembangunan pembangunan sarana air bersih di Bantar Karet menggunakan tenaga tukang profesional.

3. Program CSR PT Antam bisa berjalan karena peran dari 3 stakeholders: pemerintah, perusahaan dan warga masyarakat. Dengan melihat bahwa peran perusahaan, CSR dilakukan sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) (Wibisono, 2007). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya. CSR diimplementasikan bukan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Peran masyarakat dalam program CSR termasuk dalam kategori partisipasi sosial, sebagai keterlibatan beneficiary dalam proyek pembangunan (Basuki, 2007).

(2)

239

Partisipasi dalam pelaksanaan sangat nampak di Desa Cisarua dan Malasari yang tidak menggunakan tukang bayaran.

Dinamika stakeholder dapat dipahami melalui dualitas agen dan struktur (Giddens, 2010) dengan berangkat dari kerangka analisis tiga gugus prinsip struktural sebagai praktek sosial. Gugus yang dimaksud adalah gugus signifikasi, gugus dominasi dan gugus legitimasi. Kemampuan stakeholder dalam berinteraksi melalui praktik sosial sangat ditentukan oleh kesadaran praktis dan modalitas yang dimiliki. Dimensi internal berupa kesadaran praktis (practical consciousness) menunjuk pada kepentingan dan tujuan yang mengarahkan tindakan masing-masing stakeholder. Kesadaran praktis masyarakat berupa keinginan untuk mendapatkan informal licence (ijin informal) penambangan, pada perusahaan berupa image (citra) sebagai perusahaan yang legitimate dan bertanggung jawab, dan pada pemerintah untuk mendapatkan incentive (insentif ). Ketiga kesadaran praktis dapat disebut dengan 3 I, yakni informal licence, image, dan incentive. Dualitas struktur terletak pada titik temu kesadaran praktis yang dapat disebut dengan meeting point of practical consciousness, yang ikut menentukan dalam implementasi program CSR berkelanjutan. Namun perlu digarisbawahi bahwa ruang (space) dan waktu (time) merupakan unsur konstitutif gejala sosial. Norma-norma yang mendasari tingkah laku stakeholder dalam praktik sehari-hari hanya akan berlaku di komunitas itu. Konteks ruang dapat dilihat dalam praktik sosial di Kecamatan Nanggung yang menjadi lokasi penambangan PT Antam UBPE Pongkor. Praktik sosial semacam ini belum tentu terjadi di lokasi pertambangan di wilayah lainnya. Konteks waktu mulai nampak sejak terjadi pergeseran okupasi dari pertanian ke pertambangan, sampai akhir tahun 2015 di mana pemerintah pusat melarang praktik gurandil.

4. Pengelolaan yang kurang optimal tidak akan dapat memberikan manfaat dalam jangka waktu yang panjang. Untuk mempertahankan dan melanjutkan program setelah masa pendanaan ini berakhir, maka diperlukan sustainability program (AIDA, 2001). Sustainability berarti membutuhkan pelayanan yang tetap berlangsung dengan sumber daya yang dimiliki. Dengan begitu, sustainability bukanlah memulai keberlanjutan baru dengan pendanaan baru. Sustainability bukan hanya tentang dana, tetapi berkaitan dengan pembangunan hubungan yang terus menerus, penentuan manfaat yang tepat, diversifikasi sumber daya dan fleksibilitas.

(3)

240

Sustainability program merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan sebagai perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri. Manusia merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Manusia berada pada posisi sentral sehingga pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya tidak boleh mengabaikan dimensi manusianya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan pendekatan pembangunan yang menitikberatkan pada segi manusia.

Keberhasilan penerapan sustainability program memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Pembangunan dan pengelolaan sarana air bersih di Kecamatan Nanggung ini merupakan strategi pengendalian pencemaran dan penanggulangan bencana lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan. Strategi diarahkan melalui pembentukan kelembagaan, baik di tingkat pusat, daerah maupun di tingkat kawasan. Kelembagaan ini tidak hanya meliputi masalah struktur organisasi yang khusus, tetapi juga meliputi penyediaan fasilitas kerja yang khusus, sumber daya manusia yang profesional, dan pembiayaan yang memadai.

Penelitian ini menawarkan rumusan model pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sarana air bersih melalui program CSR oleh PT Aneka Tambang di masa depan. Model yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah model dinamik, yang melukiskan sistem yang secara tetap dan terus menerus berubah. Model yang ditawarkan mengacu pada sustainability program (AIDA, 2001), dengan memasukkan variabel yang muncul dalam wawancara mendalam dan FGD. Input dalam model dinamik yang diusulkan untuk pengelolaan sarana air bersih terdiri dari implementasi kebijakan dan dinamika stakeholder. Proses meliputi pengembangan kelembagaan, pengembangan kapasitas, dan pengembangan sumber pembiayaan. Output berupa better institution, environment, and living. Outcome berupa peningkatan kesehatan, pendapatan dan kesejahteraan.

(4)

241

B.IMPLIKASI

Dari beberapa simpulan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan implikasi teoritis dan implikasi praktis berikut ini:

1. Implikasi Teoritis

Agar perusahaan berkelanjutan, maka perlu menerapkan konsep Elkington (1997) tentang triple bottom line, yaitu hubungan antara people, planet dan profit, melalui CSR. Namun program kegiatan CSR perlu memperhatikan dinamika stakeholder, yang dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat, perusahaan dan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, dinamika stakeholkder dipahami dengan teori strukturasi (Giddens, 2010).

Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai kritik terhadap konsep gugus legitimasi (Giddens, 2010) menyangkut skemata peraturan normatif yang terungkap dalam tata hukum. Pada praktik di lokasi penelitian, justru peraturan normatif sengaja dilanggar atas kesepakatan stakeholder. Ketiga stakeholder menciptakan meeting point of practical consciousness yang menguntungkan semua pihak. Pada masyarakat berupa keinginan untuk mendapatkan informal licence (ijin informal) penambangan, pada perusahaan berupa image (citra) sebagai perusahaan yang legitimate dan bertanggung jawab, dan pada pemerintah untuk mendapatkan incentive (insentif ). Ketiga kesadaran praktis dapat disebut dengan 3 I, yakni informal licence, image, dan incentive. Praktik yang ditemukan di lokasi penelitian ini dapat dikategorikan sebagai bentuk gratifikasi.

2. Implikasi Metodologis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kelemahan penelitian ini karena peneliti tidak melihat secara langsung kegiatan pembangunan sarana air bersih. Peneliti mengkonstruksi data melalui wawancara mendalam dan FGD dengan informan yang terlibat atau mengetahui program pembangunan sarana air bersih di lokasi penelitian. Namun pengelolaan air bersih dapat dilihat secara langsung melalui observasi, yang diperdalam dengan wawancara dan FGD.

3. Implikasi Praktis

PT Antam memang dibangun untuk menambang, bukan untuk melakukan kegiatan sosial. Namun oleh masyarakat kegiatan PT Antam dianggap berdampak

(5)

242

pada berkurangnya ketersediaan air bersih. Oleh karena itu sudah seyogyanya jika PT Antam ikut bertanggung jawab. Ada dua hal yang dapat dikemukakan, yaitu: a. Dalam melaksanakan program CSR, perlu dipilih kegiatan yang paling

bermanfaat bagi masyarakat. Jenis kegiatan bisa dipilih dari yang paling dekat dengan aktivitas perusahaan. Dalam kasus di Kecamatan Nanggung yang menerima dampak dari aktivitas penambangan, pembangunan sarana air bersih sangat tepat. Namun, tidak adanya monitoring dan evaluasi selama pembangunan dan pendampingan dalam pengelolaan, mengakibatkan pemanfaatannya kurang maksimal. Jika PT Antam tidak melakukan pemberdayaan dan mengalokasikan dana untuk pendamping, maka hasil yang diinginkan tidak akan maksimal. Melihat bahwa PT Antam mampu mengupah tenaga keamanan, tentu alokasi dana untuk pendamping tidak memberatkan. b. Keberadaan gurandil tidak lepas dari hadirnya PT Antam. Oleh karena itu PT

Antam perlu ikut menyosialisasikan bahwa cara penambangan dan penggolahan emas tradisional yang selama ini mereka lakukan akan berdampak panjang pada masa depan.

C. SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan saran bagi masyarakat penerima manfaat, perusahaan dan peneliti lain, sebagai berikut:

1. Untuk Masyarakat

Pergeseran okupasi dari pertanian ke pertambangan telah membawa perubahan ekonomi masyarakat di Kecamatan Nanggung. Namun menurut perkiraan PT Antam, sumber daya emas akan habis tahun 2019. Agar masyarakat dapat mempertahankan kesejahteraannya, maka harus mempersiapkan diri dengan kembali menggeluti pertanian atau bidang lain yang memungkinkan. PT Antam telah mempersiapkan beberapa lokasi yang potensial untuk pengembangan pariwisata. Namun begitu masyarakat tidak perlu menunggu, mengingat ketika sumber daya emas sudah habis, mungkin PT Antam tidak akan memprioritaskan kegiatan CSR dilakukan di wilayah itu lagi.

2. Untuk Perusahaan

Walaupun telah mendapatkan CSR Award, perusahaan perlu terlibat secara aktif dalam memilih kegiatan, merancang, melaksanakan dan melakukan evaluasi program sesuai kebutuhan masyarakat. Perusahaan perlu melakukan

(6)

243

pendampingan sampai masyarakat mandiri dalam pengelolaan sarana yang dibangun sehingga dapat berfungsi maksimal. Sehingga CSR Award tidak sekedar image saja, namun betul-betul mampu memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan.

3. Untuk Pemerintah

Aparat pemerintah perlu melakukan penegakan hukum, bukan justru mengharapkan insentif dan ikut serta dalam kegiatan yang merusak lingkungan. Pemerintah juga perlu melakukan pendampingan masyarakat untuk memastikan tercapainya sustainability program. Selanjutnya untuk menghadapi habisnya sumber daya emas, pemerintah juga perlu menyiapkan masyarakat dalam mengembangkan lokasi pariwisata yang potensial untuk mengganti pekerjaan di bidang pertambangan emas.

4. Untuk Peneliti Lain

Peneliti lain yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian dengan topik kajian yang sama, dapat melakukan uji coba model yang telah disusun. Dari uji coba tersebut dapat dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan model.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua aspek diukur kemudian dilakukan penghitungan skor pada keseluruhan aspek dan didapatkan skor sebesar 4.34 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dimensi

Sesuai dengan Pasal 1 butir (h) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis kebijakan penanaman modal di Kabupaten Batang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal di

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “bakat

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Setelah modul 6 selesai disampaikan, peserta diberikan waktu istirahat lalu dilanjutkan dengan modul 7 mengenai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dalam Situasi

Ini adalah ketergantungan fungsional yang penuh pada setiap kunci relasi dan tidak terdapat dependensi antar atribut utama, karena hanya terdapat satu atribut

Akan tetapi mengingat perkembangan kebutuhan komoditas tertentu seperti zirkon dan pasir besi yang terkandung juga sebagai mineral/ bahan ikutan pada cebakan emas aluvial,