• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN

PELAJARAN 2015/2016

ARTIKEL ILMIAH

Oleh

AHMAD YUSUF NIM 4111099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2016

(2)

PENGARUH PENDEKATAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN

PELAJARAN 2015/2016 Oleh

Ahmad Yusuf

1

Tri Ariani, M.Pd.Si.

2

Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd,Si.

3

Email : ucufumartinaismail@gmail.com

ABSTRACT

The title of this research “The Probing Prompting Approach to Learning Outcomes of Physics for student in class X Senior High School 2 Lubuklinggau on Period 2015/2016”.

The research aim to know the significant impact probing prompting approach to learning outcomes of physics for student in class X Senior High School 2 Lubuklinggau on Period 2015/2016. The kind of this research was quantitative and method which was used experimental group pre-test post-test design. Population were all of the student class X Senior High School 2 Lubuklinggau on Period 2015/2016 which has 392 of ten classes.

Sampel was taken by randomly. X.7 was an experimen class and X.8 was a control class .The data were collected through test. Based on the result of the research and analysis of the data, the average score by analysis of post-test for experiment class was 81,56 and control class 74,74. From this result of t-test was found = 4,23 dan = 1,67 (significant level

= 5%). It can show > . So this research can be conclused that there is a significant impact of probing prompting approach to learning outcomes of physics for student in class X Senior High School 2 Lubuklinggau on Period 2015/2016.

Key words : Probing-Prompting, Learning Outcomes, Learning Activity.

(3)

PENDAHULUAN

Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di antaranya yaitu pendekatan dalam pembelajaran, media pembelajaran, guru dan siswa itu sendiri. Apabila pendekatan yang digunakan pembelajaran tepat, maka hasil belajar yang diraih siswa akan bagus. Begitupun jika metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran menyenangkan dan dapat menarik minat siswa untuk belajar lebih giat, maka hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan maksimal. Selain itu, pengaruh guru dan siswa juga sangat besar terhadap hasil belajar siswa.

Siswa juga merupakan salah satu faktor yang paling utama dalam mempengaruhi hasil belajar, apabila minat siswa saat mengikuti pelajaran atau minat siswa dalam belajar besar, maka hasil belajar yang diraih siswa akan baik. Sehingga dalam hal ini, guru juga sangat berperan penting terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa.

Sebagian besar sekolah yang ada tidak mendukung berkembangnya potensi-potensi yang dimiliki siswa, sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa cenderung tidak muncul dan kurang dikembangkan. Begitu pun dalam proses pembelajaran di kelas, sebagian besar guru-guru yang mengajar di sekolah masih menganut sistem teacher centered, dimana siswa hanya menerima materi-materi yang diberikan oleh guru tanpa adanya partisipasi dan interaksi langsung yang dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat berpikir secara mandiri dan kurang dapat mengembangkan dan menunjukakn potensi yang dimiliki dan tidak mengemukakan pemikiran atau pendapat- pendapat yang dimiliki. Sehingga, hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan.

Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan peran guru sangatlah

penting. Guru mempunyai tanggung jawab atas terselengaranya proses belajar mengajar dan

menciptakan suasana belajar yang nyaman dan baik. Guru dan siswa saling berinteraksi

dengan baik demi tercapainya proses pembelajaran yang akan dicapai.

(4)

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sementara itu, yang menjadi masalah adalah bagaimana proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sehingga memudahkan siswa untuk menangkap pesan yang disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat menimbulkan kegiatan belajar yang efektif dan adanya komponen guru yang saling mendukung untuk mencapai tingkat pencapaian siswa

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Mei 2015 dengan salah satu guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, beliau mengungkapkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika siswa kurang optimal dan belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terlihat dari data hasil ulangan harian siswa yakni dari 110 orang hanya 48 (43,63%) siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal kompetensi dasar (KKM KD) dan 62(56,36%) siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal kompetensi dasar (KKM KD) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yakni 72 dengan rata-rata ulangan harian sebesar 66 sehingga membuat sebagian besar siswa harus mengikuti program remedial untuk memperbaiki nilai. Sejalan dengan hal tersebut Susilo (2008:160) mengatakan bahwa siswa dapat melanjutkan KBM berikutnya secara klasikal jika dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 75%.

Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa dikarenakan keterampilan berpikir siswa

yang kurang dilatih. Oleh karena itu, kualitas pelaksanaan pembelajaran perlu ditingkatkan

dalam rangka menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan pemahaman konsep siswa

(5)

salah satu cara untuk menumbuhkembangkan kemampuan siswa dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan probing prompting.

Pendekatan probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajian serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru Suherman dalam (Setiadi, 2013: 25). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Eka (2013: 3) menjelaskan bahwa pendekatan probing prompting lebih berpengaruh baik terhadap hasil belajar dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas, agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka guru perlu mempertimbangkan pendekatan belajar mengajar yang tepat. Hal inilah yang kemudian memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Probing Prompting terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Postest Control Group Design. Menurut Sumiati dan Asra. 2009:185) desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design Group Pretest Variabel Terikat Postest

(R) Eksperimen Y

1

X Y

2

(R) Kontrol Y

1

- Y

2

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:61).

(6)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau tahun 2015/2016

Populasi penelitian

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 X.1 18 21 39

2 X.2 19 20 39

3 X.3 21 19 40

4 X.4 20 20 40

5 X.5 19 20 39

6 X.6 19 20 39

7 X.7 20 19 39

8 X.8 19 20 39

9 X.9 19 20 39

10 X.10 19 20 39

Jumlah 194 200 392

Sumber : Tata usaha (TU) SMA Negeri 2 Lubuklinggau tahun 2015/2016

Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak dengan teknik Simple random sampling, dengan sistem pengambilan sampel seperti ini, seluruh kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel pada penelitian ini.

Cara pengambilan sampel yaitu dilakukan dengan cara undian. Peneliti membuat sepuluh gulungan kertas yang berisi seluruh kelas dengan tulisan X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X- 6, X-7, X.8, X.9 dan X-10

.

Setelah itu peneliti mengambil dua gulungan kertas sebagai sampel penelitian disaksikan oleh guru mata pelajaran. Setelah dilakukan pengundian dengan cara tersebut diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas X.7 dan X.8 yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian menggunakan pendekatan probing prompting.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Sugiyono (2006:77) tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 6 soal berbentuk essay.

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau dengan bahasan

pokok yaitu besaran fisika. Kemudian pada kelas X dilakukan pengundian untuk mengambil

(7)

dua kelas yang dijadikan sampel yaitu kelas eksperiman dan kelas kontrol. Sampel penelitian yang didapatkan setelah diundi yaitu X.7 dan X.8 SMA Negeri 2 Lubuklinggau pada tahun pelajaran 2015/2016. Kelas eksperimen, yaitu kelas kelas X.7. Proses pembelajarannya menerapkan model pembelajaran Probing Prompting. Pada kelas kontrol, yaitu kelas X.8.

Proses pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab. Pada pelaksanaan ini peneliti bertindak sebagai pengajar.

Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015 berdasarkan persetujuan dari guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Pada penelitian ini jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah sebanyak empat kali pertemuan, satu kali pre-test, dua kali proses pembelajaran, dan satu kali post-test yang dilaksanakan pada tanggal 16 September s.d. 16 Oktober 2015. Pelaksanaan pre-test dilakukan pada tanggal 22 September 2015 yang diikuti 39 siswa.

Setelah diadakan pre-test, kemudian siswa akan diberikan treatment dengan menggunakan model pembelajaran probing prompting pada tanggal 29 September s.d 6 Okrober 2015. Selanjutnya dilakukan post-test pada tanggal 13 Oktober 2015 yang diikuti 39 siswa yang bertujuan untuk mengetahui kamampuan akhir siswa. Data hasil post-test diperoleh setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi Pengukuran. Data tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan hasil belajar antara kedua kelas. Sebelum dilaksanakan perlakuan dan post-test terlebih dahulu dilakukan pre-test untuk mengetahui apakah kedua kelas normal, homogen, dan nilai rata-rata keduanya sama atau tidak.

Tabel 4.1.

Rekapitulasi hasil Pre-Test

No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 Rentang nilai 30 30

2 Nilai rata-rata 42,64 42,76

3 Simpangan baku 7,36 7,21

4 Nilai terkecil 30 30

5 Nilai terbesar 59 59

(8)

1. Test Awal Siswa (pre-test)

Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi Pengukuran merupakan data penelitian yang diperoleh dari hasil pre-test atau soal yang diberikan sebelum siswa mendapat pembelajaran dari guru dengan menggunakan pendekatan Probing Prompting. Kemampuan ini diukur dengan memberikan pre-test (tes awal) tentang penguasaan materi pengukuran yang berjumlah 6 butir soal berbentuk essay kepada seluruh sampel baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data masing-masing kelompok. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang uji normalitas data dengan tingkat kepercayaan = 0,05, jika

hitung

<

tabel

maka data berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas data tes awal untuk kelas eksperimen dan kelas control.

Hasil Uji Normalitas Hasil Pre-Test

Kelas

hitung

Dk

tabel

Kesimpulan

Eksperimen 4,42 5 11,1 Normal

Kontrol 4,03 5 11,1 Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil penghitungan statistik tentang uji homogenitas, jika F

hitung

< F

tabel

, maka varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Uji homogenitas varians tes akhir pada taraf kepercayaan α = 0,05

Hasil Uji Homogenitas Skor Pre-Test

F

hitung

Dk F

tabel

Kesimpulan

Tes Akhir 1,04 38:38 1,85 Homogen

(9)

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria pengujian adalah H

0

di terima jika t

hitung

< t

tabel

dan H

a

ditolak jika t

hitung

≥ t

tabel

pada rataf kepercayaan α = 0,05 dan dk = (n

2

+ n

1

- 2 ) Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua kelompok data pre-test adalah normal dan homogen. Dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal menggunakan rumus uji-t.

Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk pre-test adalah :

H

0

= Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata nilai kelas kontrol (μ

1

=

2

).

H

a

= Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata kelas kontrol

1

2

).

Uji Hipotesis nilai Pre-test

t

hitung

t

tabel

Kesimpulan

Tes Awal -0,075 2,00 H

o

diterima

Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diteliti dalam keadaan awal sama. Karena kedua kelas sama-sama belum melakukan pembelajaran, sehingga pada tahap selanjutnya dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan probing prompting dan kelas kontrol konvensional berupa metode ceramah dan tanya jawab.

2. Test Akhir Siswa (post-test)

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi Pengukuran dengan menggunakan pendekatan Probing Prompting. Pelaksanaan post-test bertujuan untuk mengetahui

kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran setelah diberikan

pendekatan probing prompting.

(10)

a. Uji Normalitas

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang uji normalitas data dengan tingkat kepercayaan = 0,05, jika < maka data berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas data tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil Uji Normalitas Nilai Post-Test

Kelas dk Kesimpulan

Eksperimen 1,98 5 11,1 Normal

Kontrol 9,53 5 11,1 Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil penghitungan statistik tentang uji homogenitas, jika F

hitung

< F

tabel

, maka varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Uji homogenitas varians tes akhir pada taraf kepercayaan α = 0,05 dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Hasil Uji Homogenitas Skor Post-Test

F

hitung

Dk F

tabel

Kesimpulan

Tes Akhir 1,09 38:38 1,85 Homogen

Berdasarkan di atas dapat dilihat bahwa varians kedua kelompok data (kelompok ekseprimen dan kelompok kontrol) pre-test adalah homogen, karena F

hitung

< F

tabel

.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

pada kemampuan akhir siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria

pengujian adalah H

0

di terima jika t

hitung

> t

tabel

dan H

a

ditolak jika t

hitung

≤ t

tabel

pada rataf

kepercayaan α = 0,05 dan dk = (n

2

+ n

1

- 2 ) Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji

homogenitas, maka kedua kelompok data post-test adalah normal dan homogen.

(11)

Dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes akhir menggunakan rumus uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk post-test adalah :

H

0

= Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata nilai kelas kontrol (μ

1

2

).

H

a

= Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata kelas kontrol

1

>

2

).

Uji Hipotesis nilai Post-test

t

hitung

t

tabel

Kesimpulan

Tes Awal 1,75 1,67 H

o

diterima

Dari analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diteliti dalam keadaan awal sama. Karena kedua kelas sama-sama belum melakukan pembelajaran, sehingga pada tahap selanjutnya dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan probing prompting dan kelas kontrol konvensional berupa metode ceramah dan tanya jawab.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t tentang kemampuan akhir menunjukkan bahwa t

hitung

> t

tabel

yaitu 1,75 > 1,67 yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari niai rata-rata kelas kontrol, sehingga hipotesis H

o

ditolak dan Ha diterima.

Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan pendekatan probing prompting meningkat lebih besar daripada hasil belajar siswa yang menerapkan

pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Dengan kata lain, ada pengaruh yang signifikan pendekatan probing prompting terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun pelajaran 2015/2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuui Apakah ada pengaruh yang

signifikan pendekatan probing prompting terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA

(12)

Negeri 2 Lubuklinggau Tahun pelajaran 2015/2016? Penelitian ini dilakukan pada dua kelas sebagai sampel yaitu kelas X.7 (eksperimen) dan X.8 (kontrol). Peneliti juga menggunakan kelas XI.2, untuk pengujian instrumen tes pada tanggal 9 September 2015. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan probing prompting. Dimana pendekatan probing prompting adalah pendekatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa kepemahaman dan pendalaman konsep. Pada awalnya diajukan beberapa pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep yang dimaksud, bila dirasa sudah paham pertanyaan yang diberikan lebih menekankan pada penyelidikan, mendalami konsep yang dipahami (Mamo dan Idris, 2008: 147). Sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab.

Pada kelas eksperimen, proses belajar berlangsung menyenangkan dan semangat.

Siswa terlihat lebih aktif dan eksistensi karena pada pemebelajaran ini peneliti menyampaikan materi dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari sehingga dengan mudah siswa dapat menyerap pelajaran yang telah disampaikan.

Pada kegiatan awal pembelajaran peneliti memberikan motivasi dan menumbuhkan minat siswa dengan cara bercerita kemudian mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan mental siswa sebelum memasuki materi.

Selanjutnya dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjukkan siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Pada saat ini kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut peneliti merangkai pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut, canda, senyum dan tertawa.

Sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Hal ini dilakukan untuk

menumbuhkan semangat belajar siswa.

(13)

Pada pendekatan Probing Prompting, peneliti tidak hanya menyajikan materi dan memberi tugas tetapi juga memberikan stimulus untuk menggali potensi dan minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika. Hal ini dapat dilihat dalam setiap pertemuan keaktifan siswa pun makin meningkat.

Sangat berbeda dengan kelas kontrol, dimana proses pembelajaran lebih banyak dilakukan oleh peneliti. Siswa hanya duduk memperhatikan peneliti menjelaskan materi. Hal semacam ini justru mengakibatkan peneliti tidak mengerti pemahaman siswa, karena siswa yang sudah atau belum mengerti hanya diam saja. Siswa yang belum mengertipun tidak berani untuk bertanya kepada peneliti. Ketika diminta untuk mengerjakan soal, siswa cenderung malas dan lebih suka mengobrol dengan teman sebangkunya atau hanya diam saja.

Pada pertemuan kedua dan ketiga pelaksanaan pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan kondisi pada pertemuan pertama pada kelas eksperimen tetap menggunakan Pendekatan Probing Prompting dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab, disini mereka pun sudah lebih memahami proses pelaksanaan pembelajaran tersebut, sehingga peneliti menjadi lebih mudah untuk mengarahkannya.

Dari hasil analisa data pre-test (tes awal) skor rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang jauh. Hal ini berarti kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan memberikan perlakuan yang berbeda. Selanjutnya, dilanjutkan dengan menerapkan pendekatan Probing Prompting pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol, kemudian diberikan post-test (tes akhir) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kedua kelas tersebut.

Berdasarkan hasil analisa data post-test (tes akhir) yang telah diberikan kepada siswa

kelas ekperimen dan kelas kontrol terlihat bahwa kelas eksperimen yang diberikan

(14)

pembelajaran fisika dengan menggunakan Pendekatan Probing Prompting lebih baik daripada hasil belajar siswa kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab. Hal ini terlihat dari rata-rata post-test (tes akhir) hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar 76,56 dan simpangan baku 7,17. Sementara kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab diperoleh skor rata-rata post-test (tes akhir) sebesar 73,74 dan simpangan baku 7,51.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau, hasil belajar menggunakan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab lebih kecil dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan pendekatan Probing Prompting. Pembelajaran ceramah ternyata memiliki kelemahan dimana kegiatan belajar lebih berpusat pada guru, siswa hanya menerima apa yang guru jelaskan. Saat diberi kesempatan mereka malas bertanya karena mereka terbiasa hanya menerima materi yang dijelaskan guru, walaupun mereka belum mengerti. Hal ini disebabkan mereka sama sekali tidak termotivasi dan tidak tertantang untuk belajar, sehingga tidak tertarik dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Keadaan demikian membuat situasi belajar menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif.

Berdasarkan uraian tersebut, dimana model pendekatan Probing Prompting dapat meningkatkan hasil belajar, maka model pemebelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar disuatu sekolah. Proses belajar yang terjadi tidak hanya berasal dari satu arah saja, peran guru sebagai fasilitator dan motivatorpun akan meningkat.

Kegiatan belajar akan menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu penggunaan

pembelajaran Probing Prompting dapat meningatkan keterampilan siswa, tidak hanya

kognitif saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan afektif dan psikomotorik seperti yang

diterapkan.

(15)

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun pelajaran 2015/2016 dengan rata-rata nilai post-test kelas eksperimen sebesar 76,56 dan kelas kontrol sebesar 73,74. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pendekatan Probing Prompting terhadap hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pendekatan probing prompting perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena melalui penelitian ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran hendaknya menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif serta mengupayakan kelengkapan sarana dan prasarana sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik.

3. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaan yang lebih bervariasi sehingga siswa dapat termotivasi dan proses pembelajaran jadi lebih aktif.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik). Bandung:

Rineka Cipta.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model PembelajaSran dalam Kurikulum 2013.

Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Giancoli. 2001. FISIKA. Jakarta: Erlangga

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

(16)

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2002. Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritis. Bandung: NUANSA.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berfikir.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mamo dan Idris. 2008. Pendekatan Probing Prompting. Bandung: Rineka Cipta.

Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Nasution, Dkk. 2007. Evaluasi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Purwoko. 2004. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Yogyakarta: Yudhistira.

Putra, Nusa. 2011. Research & Development. Jakarta: Rajawali Pers.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta:

DIVA Press (Anggota IKAPI).

Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiadi. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika . Yogyakarta: Universitas Sanata Darma Setyosari, Punaji. 2010, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2006 . Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. 2008. Petunjuk Praktis: Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika.

Bandung: Wijayakusumah.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

“ Menimbang, bahwa menurut Majelis nama pada suatu akun twitter bisa saja dibuat oleh orang lain dengan membuat nama orang tertentu maka dalam hal ini Majelis sependapat dengan

Jadi pada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban awal Fi, yang bekerja pada sambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat beban maksimum, Pmax, maka beban

REF{CANA UMUI1I PENGADAAN BARANG DAN JASA KPU KABUPATEN TANAH LAUT. TAHEIN AFTGGAEAF{

Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah metode Prototype dengan menerapkan aplikasi open source berbasis Web JIBAS (Jaringan Informasi Bersama

(Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di Kelas VIII-C SMP Negeri 7 Ciamis pada tanggal 12 Nopember 2016).. Keadaan seperti di atas jika

Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini seperti hasil penelitian oleh Daniel J.Sumbayak,dkk, Universitas Indonesia,

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya tahapan evaluasi administrasi sampai kualifikasi yang dilakukan oleh Pokja Konstruksi II ULP Kab. Pokja Konstruksi II

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.