• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH SPIRITUAL MARKETING PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN MAKANAN OLEH-OLEH KHAS MEDAN PADA PRODUK NAPOLEON OLEH MIA ATIKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH SPIRITUAL MARKETING PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN MAKANAN OLEH-OLEH KHAS MEDAN PADA PRODUK NAPOLEON OLEH MIA ATIKAH"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)SKRIPSI PENGARUH SPIRITUAL MARKETING PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN MAKANAN OLEH-OLEH KHAS MEDAN PADA PRODUK NAPOLEON. OLEH MIA ATIKAH 160521080. PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) ABSTRAK SPIRITUAL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN MAKANAN OLEH-OLEH KHAS MEDAN PADA PRODUK NAPOLEON Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 1) Spiritual Product terhadap keputusan pembelian konsumen produk Napoleon. 2) Spiritual Price terhadap keputusan pembelian konsumen produk Napoleon. 3) Spiritual Promotion terhadap keputusan pembelian konsumen produk Napoleon. 4) Spiritual Place terhadap keputusan pembelian konsumen produk Napoleon. Penelitian ini merupakan penelitian yang menjadikan kuesioner sebagai instrumentnya. Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah yang pernah mengkonsumsi dan membeli Produk Napoleon. Kemudian dari populasi tersebut diambil sebanyak 130 sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling dimana pengambilan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utaman ya dalam penarikan jumlah ukuran sampel. Uji validitas instrument pada penelitian ini menggunakan corrected item-total correlation. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dalam penelitian ini enggunakan SPSS, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Spiritual product berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai thitung 2,051 dengan nilai signifikansi 0,042 < 0,05 ini artinya jika variabel spritual product ditingkatkan sebesar satu satuan maka variabel keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,132. Variabel Spiritual Price berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai thitung 3,874 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Ini artinya jika variabel harga ditingkatkan sebesar satu satuan maka variabel kepuasan konsumen akan meningkat sebesar 0,261. Variabel Spiritual Promotion berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai thitung 2,175 dengan nilai signifikan 0,031 < 0,05. Ini artinya jika variabel harga ditingkatkan sebesar satu satuan maka variabel kepuasan konsumen akan meningkat sebesar 0,180. Variabel Spiritual Place berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai thitung 2,459 dengan nilai signifikan 0,015 < 0,05. Ini artinya jika variabel harga ditingkatkan sebesar satu satuan maka variabel keputusan konsumen akan meningkat sebesar 0,145. Kata Kunci:. Spiritual Product, Spiritual Price, Spiritual Promotion, Spiritual Place, Keputusan Pembelian Konsumen.. i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) ABSTRACT SPIRITUAL MARKETING ON CUSTOMER BUYING DECISION CASE NAPOLEON FROM MEDAN The purpose of this study is to determine the effect of 1) Spiritual Product on buying decision Napoleon product. 2) Spiritual Price on buying decision of Napoleon product. 3) Spiritual Promotion to buying decision Napoleon product. 4) Spiritual Place on buying decision Napoleon product. This research is a research that make the questionnaire as an instrument. Population used in this research is who ever consume and buy Napoleon Product. Then from the population were taken as many as 130 samples of respondents in this study. The sampling technique used is the Accidental Sampling technique in which the respondent picks as a sample by chance, ie anyone who by chance meets with the researcher can be used as a sample if the person who happens to be met is suitable as a source of data with the main criterion in drawing the number of sample size. The instrument validity test used corrected item-total correlation. While the reliability test uses cronbach alpha. The analysis technique used is multiple linear regression. In this study using SPSS, the results of this study indicate that the variable Spiritual Product has a positive and significant effect on buying decision with a value of 2,051 with a significance value of 0.042 <0.05. amounting to 0.132. Spiritual Price variable has a positive and significant effect on buying decision with a value of tcount 3,874 with a significant value of 0.000 <0.05. This means that if the price variable is increased by one unit, the variable buying decision will increase by 0.261. Spiritual Promotion variable has a positive and significant effect on buying decision with a tcount of 2,175 with a significant value of 0.031 <0.05. This means that if the price variable is increased by one unit, the variable buying decision will increase by 0.180. Spiritual Place variables have a positive and significant effect on buying decision with a tcount of 2,459 with a significant value of 0.015 <0.05. This means that if the price variable is increased by one unit, the variable buying decision will increase by 0.145. Keywords:. Spiritual Product, Spiritual Price, Spiritual Promotion, Spiritual Place, Buying Decision.. ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdullilah puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Spiritual Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Oleh-oleh Khas Medan Napoleon”. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yakni, Ayahanda Ir. H. Muhammad Riduan dan Ibunda dr. Hj. Mardiyah Hayati yang telah membesarkan peneliti dengan segala kekuatan luar biasa yang tidak dapat terbalas, peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada kedua orang tua peneliti. Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.. 2.. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.. 3.. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi ini.. iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) 4.. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi ini.. 5.. Bapak Liasta Ginting, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji, II yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi ini.. 6.. Kakak peneliti Rika Primanda dan abang peneliti Muhammad Fadli Miraza yang selaku memberikan do‟a, dukungan baik secara moral maupun material yang selama ini diberikan kepada peneliti dan memberikan motivasi peneliti untuk menjadi lebih baik lagi. Terimakasih untuk segala perjuangan dan pengorbanan yang tidak ternilai.. 7.. Untuk teman-teman peneliti Ajeng Wulandari, Nurul Amalia, Bebby Levita, Eka Farrah, Putri Yaumil Arifah yang telah memberikan dorongan dan bantuan moril kepada peneliti, terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan dalam suka maupun duka selama ini. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala membalas kebaikan dan ketulusan. semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karuniannya. Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak. Medan, Peneliti,. Oktober 2018. Mia Atikah 160521080. iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACT ............................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ i ii iii v viii ix x. BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................. 1.2 Perumusan Masalah ...................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 1.4 Manfaat penelitian ........................................................ 1 1 5 6 7. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1 Marketing ...................................................................... 2.1.1 Pengertian Marketing ........................................ 2.1.2 Tujuan Marketing.............................................. 2.2 Spritual .......................................................................... 2.3 Spritual Marketing ........................................................ 2.3.1 Pengertian Spritual Marketing .......................... 2.3.2 Spiritual Marketing as The Soul of Business .... 2.3.3 Spiritual Marketing dalam Perspektif Islam ..... 2.3.4 4P, Spiritual Marketing, Perspektif Islam ......... 2.4 Perilaku Konsumen ....................................................... 2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen ......................... 2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ......................................................... 2.5 Keputusan pembelian atau Keputusan Pembelian ........ 2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................... 2.7 Kerangka Konseptual.................................................... 2.8 Hipotesis ........................................................................ 8 8 8 10 12 14 14 18 27 32 41 41 42 50 57 58 60. METODE PENELITIAN .................................................... 3.1 Jenis Penelitian ............................................................. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 3.3 Batasan Operasional ..................................................... 3.4 Operasionalisasi Variabel ............................................. 3.5 Skala Pengukuran Variabel ........................................... 3.6 Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 3.6.1 Populasi ............................................................. 3.6.2 Sampel Penelitian.............................................. 3.7 Jenis dan Sumber Data.................................................. 3.8 Metode Pengumpulan Data............................................ 62 62 62 62 63 64 64 64 65 65 66. BAB III. v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) 3.8.1 Kuesioner .......................................................... 3.8.2 Wawancara ........................................................ 3.8.3 Studi Dokumentasi ............................................ 3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 3.9.1 Uji Validitas ...................................................... 3.9.2 Uji Reliabilitas .................................................. 3.10 Teknik Analisis Data .................................................... 3.10.1 Analisis Deskriptif ............................................ 3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda .................... 3.11 Uji Asumsi Klasik......................................................... 3.12 Uji Hipotesis .................................................................. 66 66 66 66 66 67 68 68 68 69 70. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................... 4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................. 4.2.1 Uji Validitas ...................................................... 4.2.2 Uji Reliabilitas .................................................. 4.3 Teknik Analisis Data .................................................... 4.3.1 Analisis Deskriptif ............................................ 4.3.2 Deskripsi Jenis Kelamin Responden ............. 4.3.3 Deskripsi Usia Responden ............................... 4.3.4 Deskripsi Sudah Berapa Kali Membeli Produk Napoleon ........................................................... 4.4 Analisis Deskriptif Jawaban Responden ...................... 4.4.1 Spritual Product ................................................ 4.4.2 Spritual Price .................................................... 4.4.3 Spritual Promotion............................................ 4.4.4 Spritual Place.................................................... 4.4.5 Keputusan Pembelian........................................ 4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 4.6 Uji Asumsi Klasik......................................................... 4.7 Pengujian Hipotesis ...................................................... 4.8 Pembahasan .................................................................. 4.8.1 Pengaruh Spritual Product Terhadap Keputusan Pembelian........................................ 4.8.2 Pengaruh Spritual Price Terhadap Keputusan Pembelian .......................................................... 4.8.3 Pengaruh Spritual Promotion Terhadap Keputusan Pembelian........................................ 4.8.4 Pengaruh Spritual Place Terhadap Keputusan Pembelian ........................................................... 73 73 73 73 76 77 77 77 78. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 5.1 Kesimpulan ................................................................... 5.2 Saran .............................................................................. 102 102 102. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 104. BAB IV. BAB V. 78 79 79 81 83 85 87 89 90 93 96 96 97 98 99. vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ 106. vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) DAFTAR TABEL No. Tabel 1.1 2.6 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15. Judul. Halaman. Hasil Kuesioner Pra-survey keputusan pembelian Produk Napoleon ....................................................................................... Penelitian Terdahulu ..................................................................... Operasionalisasi Variabel .............................................................. Instrumen Skala Likert .................................................................. Hasil Uji Validitas ......................................................................... Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... Jenis Kelamin Responden ............................................................. Usia Responden ............................................................................. Sudah Berapa Kali Membeli Produk Napoleon ............................ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Product ............ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Price ................ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Promotion ........ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Place ................ Pendapat Responden terhadap Variabel Keputusan Pembelian .... Analisis Model Regresi Linear Berganda ..................................... Uji Multikolinieritas Hipotesis ...................................................... Uji Signifikan Serempak (Uji-F) ................................................... Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ......................................................... Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 5 57 63 64 75 76 77 78 79 79 81 83 85 87 89 93 93 94 95. viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) DAFTAR GAMBAR No. Gambar 2.1 2.2 4.1 4.2 4.3. Judul. Halaman. Fakor–faktor yang Mempengaruhi Konsumen.............................. Kerangka Konseptual .................................................................... Pengujian Normalitas Histogram Hipotesis .................................. Pengujian Normalitas P-P Plot Hipotesis ...................................... Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot Hipotesis...................... 43 60 91 91 92. ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.. Judul. Halaman. Kuesioner Penelitian ..................................................................... Distribusi Jawaban Responden...................................................... Deskriptif Jawaban Responden ..................................................... Hasil Uji Validitas ......................................................................... Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... Jenis Kelamin Responden ............................................................. Usia Responden ............................................................................. Sudah Berapa Kali Membeli Produk Napoleon ............................ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Product ............ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Price ................ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Promotion ........ Pendapat Responden terhadap Variabel Spritual Place ................ Pendapat Responden terhadap Variabel Keputusan Pembelian .... Analisis Model Regresi Linear Berganda ..................................... Pengujian Normalitas Histogram Hipotesis .................................. Pengujian Normalitas P-P Plot Hipotesis ...................................... Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot Hipotesis..................... Uji Multikolinieritas Hipotesis ...................................................... Uji Signifikan Serempak (Uji-F) ................................................... Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ......................................................... Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 106 109 118 123 123 123 124 124 124 124 125 125 125 126 126 126 127 127 127 128 128. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inovasi merupakan suatu proses pembaharuan dari berbagai sumber daya,. sehingga sumber daya tersebut bisa memiliki manfaat yang lebih bagi manusia. Saat ini inovasi dipengaruhi oleh penggunaan teknologi, karena dengan menggunakan teknologi dapat mempermudah melakukan produksi berbagai produk yang baru. Inovasi sangat berkaitan dengan pembaharuan kebudayaan khususnya pada bidang penggunaan teknologi dan pada perekonomian. Manusia adalah makhluk yang akan selalu melakukan Inovasi sesuai dengan perkembangan jaman pada segala bidang, baik itu dalam membuat dan memperbaiki berbagai hal sehingga dapat diperbarui lagi dan lagi. Yang dimaksud Inovasi adalah pembaharuan dari suatu sumber daya yang telah ada sebelumnya. Atau inovasi yaitu suatu pembaharuan dari sumber daya yang sudah ada sebelumnya, sumber daya tersebut bisa mengenai alam, energi, ekonomi, tenaga kerja, penggunaan teknologi dan lain-lain. Proses inovasi juga berkaitan erat dengan penemuan-penemuan baru baik itu dalam teknologi yang berupa discovery dan juga invention. Discovery dapat diartikan sebagai penemuan unsur yang baru, misalnya berupa alat-alat maupun ide yang ditemukan oleh individu atau oleh suatu kelompok. Sedangkan invention dapat diartikan sebagai discovery yang telah diakui oleh masyarakat, lalu diterapkannya penemuan tersebut. Di era sekarang munculnya inovasi baru dalam perkembangan kuliner berupa hal oleh-oleh yang dilakukan oleh beberapa artis Ibu Kota.. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) 2. Keaneragaman budaya dan karakteristik masyarakatnya yang terbuka menjadikan Medan memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan Kota lainnya. Contohnya adalah dialek dan bahasa, kuliner serta kebiasaan masyarakatnya. Dari beberapa pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa Medan adalah Kota metropolitan yang memiliki peranan penting dalam kemajuan ekonomi dan pariwisata nasional dan juga pasar potensial dalam hal pariwisata dan kuliner. Dan dalam setiap pembelian oleh-oleh khas kota Medan, keputusan pembelian oleh konsumen sangatlah penting untuk membuktikan bahwa produk tersebut benar-benar di inginkan oleh konsumen sebagai buah tangan oleh para wisatawan yang berkunjung. Keputusan membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Keputusan pembelian merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek. tertentu (Setiadi, 2010). Oleh karena itu untuk menarik konsumen. melakukan pembelian maka perusahaan harus dapat menerapkan suatu strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi pasar yang dihadapi. Dalam mengambil keputusan, banyak konsumen lebih memandang terhadap nilai-nilai keagamaan yang dianutnya. Untuk menghadapi masalah pemasaran yang timbul pada masa sekarang, pemasaran yang cocok untuk memasarkan nilai perusahaan yang mulia ini adalah pemasaran spritual (Spritual Marketing). Pemasaran spiritual merupakan strategi pemasaran yang dirancang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) 3. berdasarkan etika dan kejujuran (Mussry, et al., 2007). Bisnis berlandaskan syariah sangat mengedepankan sikap dan perilaku yang simpatik, selalu bersikap bersahabat dengan orang lain, dan orang lain pun dengan mudah bersahabat dan bermitra dengannya. Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada semua pihak, berarti belum melaksanakan Spritual Marketing. Sebaliknya jika dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan, sesungguhnya kita telah menjalankan Spritual Marketing, apapun bidang yang kita geluti (Kartajaya & Sula, 2006). Spiritual Marketing berusaha untuk. membantu perusahaan. yang. mempunyai spirit yang baik untuk mendapatkan keunggulan bersaing. Pada era dimana etika bisnis menjadi kurang diperhatikan dan kejujuran menjadi resources yang langka maka spritualitas berbisnis akan menjadi sumber daya saing berikutnya (Rini & Absah, 2015). Konsep Marketing dengan pendekatan spritual mempunyai makna yang berkaitan dengan religius, dan disertai dengan nilai-nilai spritual seperti keterbukaan, kejujuran, rendah. hati bisa dipercaya dan dibangun dengan. tindakan-tindakan yang mulia. Terbuka, mengandung makna, perusahaan tidak menyembunyikan hal-hal yang seharusnya memang harus diketahui oleh konsumen. Hal ini akan bisa meningkatkan keputusan pembelian pada suatu produk untuk membeli produk tersebut. Sebuah pendekatan baru bagaimana pemasar melakukan strategi pemasar dengan menggunakan unsur-unsur Spiritual Marketing yang ada dalam masyarakat yaitu dengan spiritual. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) 4. product, spiritual place, spiritual price, dan spiritual promotion. Dimana pada spiritual marketing ini, salah satunya mengajarkan bahwa dimana dalam berbisnis kita tidak boleh mengambil keuntungan atau laba terlalu tinggi, sedangkan beberapa perusahaan atau bisnis sekarang ada yang menghiraukan hal tersebut dalam bisnisnya. Begitu juga halnya yang dilakukan oleh salah satu perusahaan kuliner yang di kota Medan yaitu Napoleon. Napoleon merupakan nama sebuah toko kue yang sedang hits di kota Medan akhir-akhir ini. Medan Napoleon berada di Jalan Wahid Hasyim no. 35/46 Medan. Toko ini menjual oleh-oleh khas Medan berupa kue dengan karakteristik unik sesuai dengan ciri masyarakat Medan. Kue dengan lapisan puff pastry ditengahnya dibalut dengan softcake lembut. Dengan berbagai varian rasa, seperti durian, keju, greentea, pisang dan karamel. Bahan-bahan baku medan Napoleon banyak menggunakan bahan lokal terutama durian yang menjadi andalan Medan Napoleon serta varian favorit masyarakat Medan. Medan Napoleon adalah salah satu merek atau brand kuliner terbaru di Kota Medan yang mengkhususkan diri di bidang oleh-oleh. Karena Medan adalah salah satu destinasi wisata favorit, juga memiliki perputaran ekonomi yang cukup baik, maka Medan Napoleon hadir sebagai salah satu pilihan baru kuliner Medan di bidang oleh-oleh. Tetapi menurut sebagian masyarakat, harga yang diberikan oleh perusahaan Napoleon ini cukup tinggi, dimana perusahaan tersebut memberikan harga Rp 60.000,- sampai dengan Rp 85.000,-. Dimana harga tersebut kurang sesuai dengan produk yang ditawarkan. Produk Napoleon juga diperjualbelikan oleh beberapa calo dengan harga yang lebih tinggi lagi.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) 5. Untuk melihat keputusan pembelian produk Napoleon dilakukan prasurvey dengan menyebarkan kuesioner, yang terdiri dari indikator mengenai keputusan pembelian kepada 30 orang. Berdasarkan penyebaran kuesioner tersebut diperoleh data pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Hasil Kuesioner Pra-survey keputusan pembelian Produk Napoleon No. Pertanyaan. Jawaban % Ya. Tidak. Jumlah Konsumen. Target dalam %. 1.. Saya lebih memilih Napoleon daripada pesaing lainnya. 40%. 60%. 30. 100. 2.. Saya yakin membeli produk Napoleon. 35%. 65%. 30. 100. 3.. Harga sesuai dengan kualitas konsumen produk Napoleon. 23%. 77%. 30. 100. 4.. Kesesuaian harga dengan manfaat yang diberikan oleh produk Napoleon. 47%. 53%. 30. 100. 5.. Saya membeli produk Napoleon berdasarkan evaluasi. 70%. 30%. 30. 100. 6.. Saya mulai mencari informasi sebelum membeli produk Napoleon. 78%. 22%. 30. 100. Hasil pra-survey pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa konsumen lebih banyak menjawab tidak, ini berarti bahwa konsumen tidak puas terhadap harga yang diberikan oleh Napoleon. Berdasarkan latar belakang tersebut, timbul keinginan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Spiritual Marketing pada Pembelian Makanan Oleh-oleh Khas Medan pada Produk Napoleon”.. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka. perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.. Apakah ada pengaruh faktor spiritual product, spiritual price, spiritual promotion dan spiritual place secara bersama-sama terhadap keputusan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) 6. pembelian pada produk Napoleon? 2.. Apakah ada pengaruh faktor Spiritual product terhadap keputusan pembelian pada produk Napoleon?. 3.. Apakah ada pengaruh faktor Spiritual place terhdap keputusan pembelian pada produk Napoleon?. 4.. Apakah ada pengaruh faktor Spiritual promotion terhadap keputusan pembelian pada produk Napoleon?. 5.. Apakah ada pengaruh faktor Spiritual price terhadap keputusan pembelian pada produk Napoleon?. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :. 1.. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor spiritual product, spiritual price, spiritual promotion dan spiritual place secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian.. 2.. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor spiritual product dalam keputusan pembelian produk Napoleon.. 3.. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor spiritual place dalam keputusan pembelian produk Napoleon.. 4.. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor spiritual promotion dalam keputusan pembelian produk Napoleon.. 5.. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor spiritual price dalam keputusan pembelian produk Napoleon.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 7. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat di dalam penelitian ini adalah: 1.. Bagi Perusahaan Agar perusahaan mengetahui kelemahan dan kelebihan produknya dan memberikan masukan untuk produknya, khususnya mengenai pemasaran spiritual terhadap keputusan pembelian.. 2.. Bagi Peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang manajemen khususnya di bidang pemasaran mengenai spiritual marketing dan keputusan pembelian.. 3.. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai spiritual marketing dan keputusan pembelian.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Marketing. 2.1.1 Pengertian Marketing Pemasaran. merupakan. penghubung. antara. organisasi. dengan. konsumennya. Peran penghubung ini akan berhasil bila semua upaya pemasaran diorientasikan kepada konsumen. Keterlibatan semua pihak dari manajemen puncak hingga karyawan non manajerial dalam merumuskan maupun mendukung pelaksanaan pemasaran dalam melakukan aspek. Pemasaran yang diartikan kebanyakan orang mengatakan bahwa pemasaran berarti; menjual atau memasang iklan. Dan bahkan ada pula yang mengatakan bahwa pemasaran sama halnya dengan melakukan kegiatan distribusi, promosi dan sebagainya, tetapi semua hal-hal diatas pada dasarnya belum mendekati sebagaimana yang diinginkan. Namun, adalah sangat penting untuk di ketahui, bahwa menjual, memasang iklan dan melakukan kegiatan distribusi hanya merupakan sebagian dari kegiatan pemasaran, karena kegiatan pemasaran meliputi kegiatan yang lebih dari hanya sekedar menjual dan memasang iklan. Pemasaran menurut Kotler & Keller, (2015) adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran menurut Sunarto (2006) adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai.. 8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) 9. Menarik untuk diamati, semua definisi di atas tidaklah bertentangan satu sama lain. Justru setiap rumusan tersebut saling melengkapi. Keanekaragaman defenisi merefleksikan kompleksitas fenomena pemasaran, di mana perspektif berbeda cenderung menekankan aspek yang berbeda pula. Kendati demikian, pada prinsipnya, melalui proses interaksi dan pertukaran nilai muncul begitu banyak produk (baik berupa barang, jasa, gagasan, tempat, orang/pribadi, maupun organisasi) sebagaimana yang kita jumpai sehari-hari. Pada dasarnya pemasaran suatu barang mencakup perpindahan atau aliran dari dua hal, yaitu aliran fisik barang itu sendiri dan aliran kegiatan transaksi untuk barang tersebut. Aliran kegiatan transaksi merupakan rangkaian kegiatan transaksi mulai dari penjualan produsen sampai kepada pembeli konsumen akhir. Rangkuti (2009) berpendapat bahwa pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran dan bukan merupakan cara yang sederhana yang hanya sekedar untuk menghasilkan penjualan. Secara lebih formal, pemasaran (Marketing) adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial (Rini & Absah, 2017). Machfoedz dalam Kristiana (2016) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses yang diterapkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menyediakan produk (barang dan jasa). Konsumen tertentu yang merupakan sasaran upaya pemasaran disebut pasar sasaran.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) 10. Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial ekonomi yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa secara ekonomis dari produsen ke konsumen, sehingga secara efektif dapat memenuhi permintaan yang heterogen dengan kemampuan penawaran atau suplai yang heterogen dan dapat memenuhi tujuan-tujuan masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang. 2.1.2. Tujuan Marketing Sebagaimana telah diketahui pada umumnya perusahaan bertujuan untuk. memaksimalkan laba dari hasil penjualan. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari suatu perusahaan maka terlebih dahulu diketahui bagaimana menyalurkan barang dengan tepat untuk mencapai laba maksimal. Suatu perusahaan yang menginginkan laba yang maksimal, maka biasanya perusahaan menggunakan dua cara, yaitu : 1.. Penjualan yang dilakukan secara langsung kepada konsumen. 2.. Penjualan yang dilakukan dengan menggunakan perantara Yang pertama, setiap perusahaan yang memproduksi barang ataupun jasa,. maka perusahaan secara langsung mengadakan penjualan produknya pada pasar atau konsumen tanpa melalui perantara. sedangkan yang kedua, pengusaha di dalam mengadakan penjualan produknya kepada konsumen menggunakan perantara. Jadi dengan demikian penjualan dilakukan tidak secara langsung. Dari pihak perantara di sini mempunyai peranan penting, karena perantaralah yang mengedarkan dan memperkenalkan produk perusahaan kepada konsumen. Sebuah perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama, yaitu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) 11. mencapai tingkat keuntungan tertentu, pertumbuhan perusahaan atau peningkatan share pasar. Di dalam pandangan konsep pemasaran, tujuan perusahaan ini dicapai melalui keputusan pembelian. Keputusan pembelian diperoleh setelah kebutuhan dan keinginan konsumen dipenuhi melalui kegiatan pemasaran yang terpadu. Tujuan pemasaran adalah mengubah orientasi falsafah manajemen pemasaran lain yang ternyata telah terbukti tidak berhasil mengatasi berbagai persoalan, karena adanya perubahan dalam ciri-ciri pasar dewasa ini yang cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi antara lain karena pertambahan jumlah penduduk, pertambahan daya beli, selera konsumen, peningkatan dan meluasnya hubungan atau komunikasi, perkembangan teknologi, dan perubahan faktor lingkungan pasar lainnya. Buchari (2004) mengemukakan bahwa tujuan pemasaran adalah mengadakan keseimbangan antar negara/daerah saling mengisi mengadakan perdagangan antara daerah surplus dengan negara/daerah minus. Di negara berkembang, jasa yang ditawarkan ke pasar saling bersaingan. Di negara tersebut kita jumpai situasi Buyer’s Market, dimana para pembeli berkuasa, yang dapat memilih barang sesuai kemauannya, menghadapi para penjual yang satu sama lain bersaingan. Para penjual ini berusaha merebut hati konsumen dengan berbagai cara seperti meningkatkan service, memberi hadiah, korting, harga obral, iklan, papan reklame, dan sebagainya. Sebaliknya di negara belum maju (under developed) produksi masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan masyarakatnya. Di negara ini kita jumpai situasi Seller’s Market, dimana para penjual yang berkuasa, dan bisa. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) 12. mempermainkan harga. Para produsen di negara developed menghadapi Buyer’s Market, pasaran dalam negeri sudah sempit buat mereka. Oleh sebab itu mereka berusaha mencari pasaran di luar negerinya. Penjualan barang ke pasaran seperti ini (import/export) membutuhkan organisasi dan aturan-aturan tertentu.. Inilah tujuan pemasaran, yaitu mengadakan keseimbangan antar. negara/daerah saling mengisi mengadakan perdagangan antara daerah surplus dengan negara/daerah minus. 2.2. Spritual Menurut kamus besar bahasa Indonesia spiritual adalah berhubungan. dengan atau bersifat kejiwaan (rohani). Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek : 1.. Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,. 2.. Menemukan arti dan tujuan hidup,. 3.. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,. 4.. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi. Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau. mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) 13. atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), harapan merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan, dan perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai suatu prestasi dan berorientasi kedepan. Agama adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahirlah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang terorganisir atau teratur. Definisi. spiritual. setiap. individu. dipengaruhi. oleh. budaya,. perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual. Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) 14. memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembanga pemikiran dan perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubngan dengan organisasi keagamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang. 2.3. Spritual Marketing. 2.3.1 Pengertian Spiritual Marketing Pada era sekarang, pemasaran tidak hanya diterjemahkan dalam pengertian positioning, diferensiasi dan merek yang dibungkus dalam identitas merek, integritas merek, dan menghasilkan citra merek. Dunia pemasaran perlu menunjukkan nilai-nilai spiritual dalam pemasaran. Pemasaran spiritual adalah pemasaran yang beretika dan jujur yang memaksimalkan pencapaian kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder) secara seimbang. Nilai-nilai yang ditebarkan itu diyakini tidak hanya mendongkrak profit tetapi juga menjamin kelanggenan dan penguatan karakter brand, sekaligus membentuk diferensiasi yang tidak tertandingi (Rini & Absah, 2005). Spiritual Marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak sematamata menghitung lagi untung atau rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang mendorongnya karena didalamnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) 15. terdapat nilai-nilai spiritual. Dalam. bahasa. syariah,. Spiritual. Marketing. adalah. tingkatan. “pemasaran langit”, yang karena didalam keseluruhan prosesnya tidak ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah (bisnis syariah). Ia mengandung nilai-nilai ibadah, yang menjadikannya berada pada puncak tertinggi dalam pemasaran atau mualamalah. Pemasaran dengan benang spiritual memandang transaksi pemasaran sebagai sarana untuk membangun kejujuran, menghargai sesama, meningkatkan kesejahteraan serta menebar rasa keadilan dan kemashlahatan. Banyak perusahaan telah melakukan hal tersebut. Laba dan kemajuan bisnis adalah akibat dari itu semua, bukan tujuan akhir (Alifahmi, 2008). Spiritual Marketing bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi semua pihak yang terlibat. Didalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat didalamnya merasa dirugikan. Tidak akan ada pula pihak yang berburuk sangka. Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis juga akan mampu memperbaiki inner-side kita. Sebaliknya, semakin spiritual seseorang, ia pun akan lebih mampu menjalankan bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai semua pihak. Spiritual Marketing adalah puncak dari Marketing itu sendiri. Spiritual Marketing as the soul of business akan menjadi jiwa bagi suatu bisnis. Ia bagai pelita yang menerangi lingkungannya, memancarkan cahaya, kebenaraan, ditengah-tengah kegelapan. Meluruskan praktik-praktik pemasaran yang menyimpang seperti kecurangan, kebohongan, propaganda, iklan palsu, penipuan, kezaliman, dan sebagainya. Karena itu nilai-nilai kebenaran yang dianut. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) 16. seseorang akan selalu terpancar dalam praktik Spiritual Marketing nya sehari-hari. Pemasaran spiritual merupakan strategi pemasaran yang dirancang berdasarkan etika dan kejujuran (Mussry, et al., 2007). Prinsip-prinsip Spiritual Marketing yakni: 1.. Pelanggan harus dicintai perusahaan karena hanya dengan mencintai pelanggan sebuah perusahaan akan bertahan hidup. Sedangkan pesaing harus dipandang sebagai mitra untuk berkembang sehingga hrus dapat dihormati.. 2.. Tingkat persaingan yang semakin ketat, globalisasi dan perkembangan teknologi, marketer harus semakin sensitif dalam melihat perubahan dan siap sedia selalu apabila sewaktu-waktu keadaan memaksanya untuk berubah.. 3.. Prinsip yang menekankan perusahaan tidak perlu berambisi memenuhi kebutuhan dan keinginan semua orang tapi harus dapat melayani segmen pasar yang benar membutuhkannya. Perkembangan pemasaran spiritual sendiri mampu mengembalikan nilai-. nilai agama di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat kita. Dalam berbisnis telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran, dan prinsipprinsip agama lainnya. Perusahaan-perusahaan yang telah menjalankan bisnis dengan menerapkan pemasaran spiritual telah memberikan contoh kepada kita, tentang cara-cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, sikap amanah, serta tetap memperoleh keuntungan. Nilai-nilai inilah yang menjadi landasan atau hukum dalam melakukan suatu bisnis. Oleh karenanya, kita bisa mencontoh perusahaan-perusahaan seperti itu dengan mengutamakan nilai-nilai spiritual. Dalam melakukan pemasaran dan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) 17. bisnis dipenuhi. oleh nilai-nilai ibadah. Dan menjadikan Allah sebagai. persinggahan terakhir dari spirit aktifitas ekonomi yang kita lakukan. Kita bekerja dan. berbisnis. hanyalah. untuk. Allah,. maka. segala. sesuatunya. kita. pertanggungjawabkan kepada-Nya. Istilah Spriritual Marketing memang kerap kali kita dengar dalam kegiatan pemasaran yang biasa diusung oleh lembaga keuangan syariah. Di samping istilah spritual Marketing, beberapa pihak sering juga menggunakan istilah syariah Marketing. Arti dari keduanya hampir mempunyai kesamaan, yaitu satu model kegiatan pemasaran yang dilandasi oleh nilai-nilai spiritual atau nilai syariah. Dari sini, dapat difahami, nilai- nilai spiritual yang ada dalam sebuah ajaran agama, dapat dijadikan pedoman bagi pengikutnya dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Pada prinsipnya, spriritual marketing merupakan bagian dari etika Marketing yang dapat memberikan panduan bagi marketer dalam menjalankan kegiatan pemasarannya sehingga sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh perusahaan. Tujuan dari kegiatan pemasaran diharapkan mengarah pada pemerolehan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, secara internal, perusahaan sudah mempunyai rambu- rambu tersendiri dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Pendekatan spiritual dalam membangun brand, misalnya, diyakini tidak hanya sanggup mendongkrak profit, lebih dari itu mampu menebarkan value yang menjamin kelanggengan merek. Bahkan sanggup membentuk diferensiasi yang tak tertandingi. Lalu dimana sesungguhnya efek luar biasanya? bahwa pemasaran. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) 18. tidak hanya dalam pengertian The Meaning of Marketing, melainkan juga dalam pengertian Marketing of The Meaning. Yang berarti adanya tuntutan agar dunia pemasaran menunjukkan nilainya. Bahwasanya pemasaran tidak hanya produk dengan manfaat fungsional ataupun manfaat emosional, melainkan mesti pula menonjolkan manfaat spiritual. 2.3.2 Spiritual Marketing as The Soul of Business Kartajaya (1996) menjelaskan bahwa spiritual marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai oleh nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga ia sampai pada suatu tingkatan ketika semua stakeholder utama dalam bisnis (pelanggan, karywan, dan pemegang saham), pemasok, distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh kebahagiaan. Spiritual Marketing merupakan tingkatan tertinggi dalam konsep pemasaran konvensional. Dalam perspektif spiritual marketing, manusia tidak semata-mata mengejar keuntungan secara materi dari kegiatan bisnisnya, bahkan dalam tingkat lebih lanjut, manusia tidak lagi terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwa merupakan faktor terpenting dalam setiap aspek kegiatan pemasaran dalam konteks spiritual marketing. Spiritual Marketing bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi semua pihak yang terlibat. Di dalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat di dalamnya merasa dirugikan. Tidak akan ada pula pihak yang berburuk sangka. Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis juga akan mampu memperbaiki inner-side kita. Semakin tinggi nilai spiritual seseorang maka ia akan lebih mampu menjalankan bisnisnya dengan lebih tenang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) 19. dan dicintai oleh semua pihak (Kartajaya, 1996). Spiritual marketing is the soul of business, merupakan bisnis yang berlandaskan. kepada. nilai-nilai. spiritual. yang. akan. dapat. menerangi. lingkungannya, memberikan pencerahan kepada konsumen dan masyarakat, memancarkan cahaya kebenaran, di tengah-tengah ketidaktransparanan dan manipulasi bisnis. Pada kenyataannya, spiritual marketing dapat meluruskan praktek-praktek pemasaran yang menyimpang, seperti kecurangan, kebohongan, propaganda, iklan palsu, penipuan, kezaliman, dan sebagainya. Sehingga, nilainilai kebenaran yang dianut seseorang akan terpancar dalam kegiatan marketing nya sehari-hari. Dimensi dalam spiritual marketing antara lain, Teistis, Etis, Realistis, dan Humanistis. Teistis, adalah ciri khas yang tidak dimiliki oleh pemasaran konvensional. Sifat dari Teistis adalah religius. Kondisi ini tercipta atas dasar kesadaran terhadap nilai-nilai religius, yang dipandang peting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Sehingga seorang spiritual marketer, ketika ia harus menyusun strategi pemasarannya, senantiasa akan berlandaskan dan dijiwai oleh nilai-nilai religius tersebut. Etis, merupakan sifat turunan dari Teistis yang mengedepankan akhlak dan moral. Kegiatan bisnis yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya merupakan perilaku bisnis yang tidak lagi menjadikan akhlak dan moral sebagai landasan dan pedoman utama dalam kegiatan bisnis. Kasus mark up bus way Trans Jakarta, skandal ban bekas Lion Air, merupakan contoh kasus. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 20. yang tidak berlandaskan etika dan moral bisnis tersebut. Realistis, adalah dimensi berikutnya dalam spiritual marketing. Spiritual Marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel. Fleksibilitas tersebut diterjemahkan dalam bentuk profesionalitas kerja dan profesi. Kata kuncinya adalah istiqomah dan tegar dalam menghadapi godaan bisnis. Dalam konteks pemasaran, tidak jarang perusahan terjebak dalam keinginan memperbesar market share dengan melakukan transaksi-transaksi bisnis yang berlandaskan kebohongan, kemunafikan, kecurangan dan penipuan. Dalam pemahaman tentang realistis tersebut adalah perusahaan dituntut untuk selalu bersikap profesional, istiqomah dan tegar dalam menghadapi gelombang persaingan dan dinamika bisnis. Humanistis, dalam konteks spiritual marketing, segala aspek kegiatan pemasaran hendaknya harus berlandaskan kepada upaya untuk memuliakan manusia, bukan merendahkan harkat dan derajad manusia. Konsep ini mengajarkan bahwa perusahaan dalam upa yanya meraih keuntungan tidak selayaknya berdiri di atas penderitaan orang lain. Kartajaya (1996) memberikan 10 konsep yang harus diterapkan oleh perusahaan dalam spiritual marketing, antara lain: Pertama, love your customer; respect your competitor. Perusahaan tidak hanya wajib mencintai pelanggan dengan memberikan produk dan servis yang baik, namun juga di sisi lain harus menghormati pesaing sebagai pihak yang juga punya andil terhadap pelanggan Anda. Perusahaan tidak akan dikatakan menang jika tanpa pesaing. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) 21 dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Senada dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala tersebut, Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam pun menegaskan, “Allah tidak akan berbelas kasih kepada seseorang jika ia tidak mengasihi sesamanya” (HR. Bukhari dan Muslim). Kedua, be sensitive to change and be ready to transform. Perusahaan yang tidak peka terhadap perubahan dan tidak segera melakukan penyesuaian dan perubahan terhadap dinamika bisnis pada akhirnya akan ditinggalkan dan tenggelam dalam arus gelombang globalisasi. Untuk itu, setiap perusahaan harus memiliki kepekaan dan kesiapan tinggi untuk menghadapi setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi baik internal maupun eksternal. Dalam Al Quran, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala pun menjelaskan dalam surat Ar Ra‟d: 11, “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ketiga, guard your name, and be clear who you are. Konsep pemasaran, brand name is everything. Sehingga nama baik bagi perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Tidak ada gunanya bagi perusahaan yang memperoleh profit tinggi namun dengan cara-cara yang menjatuhkan citra perusahaan itu sendiri. Sehingga sangat penting bagi perusahaan dalam memperoleh profit melakukan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) 22. dengan cara-cara yang baik (halalan thoyyiban). Nama baik berkaitan erat dengan kepercayaan pelanggan dan pihak lain kepada perusahaan tersebut. Dan kepercayaan tersebut akan terlihat dari wujud upaya perusahaan yang selalu berusaha secara konsisten menjaga kredibilitasnya dengan baik. Keempat, customer are differs, go first to whom really need you. Perusahaan harus benar-benar mengetahui kesanggupan dirinya untuk masuk dan melayani secara utuh segmen yang akan dimasukinya. Hal ini penting karena perusahaan pada dasarnya memiliki banyak keterbatasan, sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk cerdas dalam memilah dan memilih segmen yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut. Dalam konteks tersebut, Al Quran menjelaskan dalam surat Al Hujuraat: 13, “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Konsep saling mengenal (ta‟aruf) inilah yang kemudian diterjemahkan dalam ajaran pemasaran sebagai segmentasi pasar, perilaku konsumen. Di mana perusahaan dituntut untuk memahami dan mengenali setiap profil dari pasar dan konsumen yang berbeda dalam rangka untuk memberikan pelayanan dan produk yang prima pada segmennya. Kelima, always offer good package at a fair price. Good and credible marketing yang baik adalah marketing yang mampu memasarkan produk yang berkualitas dengan harga yang sesuai. Sehingga transparansi (fairness) produk dan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 23. harga merupakan kunci dari perusahaan dalam menciptakan kredibilitas yang baik dan disukai oleh customer-nya. Dalam hal tersebut, Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam telah menjelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hanbal, “tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual barang yang cacat kecuali ia memberitahukannya.” Keenam, always make yourself available, and spread the good news. Marketing is a good news maksudnya adalah dalam proses kegiatan pemasaran, perusahaan harus menghindari upaya-upaya promosi dan pemasaran dengan cara mengancam,. memanipulasi,. membohongi. konsumen,. mengatasnamakan. kekuasaan tertentu, dan sejenisnya. Karena hal tersbut tidak akan bertahan lama, karena pada dasarnya perusahaan yang melakukan hal tersebut tidak memiliki kompetensi dan kredibilitas di mata stakeholder-nya. Dalam konteks tersebut, Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam bersabda, “Ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam mengutus sahabatnya untuk menyelesaikan suatu urusan, maka Rasulullah bersabda, sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah, jangan mempersulit.” (HR. Abu Musa r.a). Ketujuh, get your customer, keep and grow them. Menciptakan keputusan pembelian pelanggan dalam jangka panjang, perusahaan perlu untuk menjaga pelanggan sebaik mungkin dengan produk dan pelayanan yang paripurna. Namun hal itu belum cukup jika perusahaan tidak memberikan addedvalue (grow the customer) kepada pelanggan. Apabila jika kedua hal tersebut dilakukan oleh perusahaan maka pelanggan pun akan berkembang sesuai dengan upaya perusahaan tersebut. what ever your business, it is a service business.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 24. Kedelapan, apa pun jenis bisnis yang sedang dilakukan perusahaan harus memiliki jiwa melayani terhadap customer dan konsumen. Bisnis yang dijalankan atas dasar jiwa yang selalu memberikan pelayanan baik kepada pelanggan pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada pelanggan (customer satisfaction). Dalam konteks tersebut Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam bersabda, “tangan yang di atas (memberi) lebih utama daripada tangan yang di bawah (menerima). Dan mulailah dengan orang yang kau tanggung.” (HR. Abu Hurairah r.a). Kesembilan, always refine your business process in term of quality, cost and delivery. Tugas dari marketer adalah harus selalu memperbaiki produknya dari sisi quality, cost, dan delivery. Karena pelanggan akan kecewa terhadap produk yang telah using namun masih dijual dengan kemasan dan kesan yang baru. Hal tersebut merupakan penipuan terhadap pelanggan. Dalam konteks tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman, “…dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Israa: 34) Kesepuluh, gather relevant information, but use wisdom in final decision. Dalam dinamika dunia bisnis dan globalisasi saat ini, perusahaan dituntut untuk menjadi perusahaan pembelajar. Bagi perusahaan yang tidak mau mengembangkan kompetensi dan kapabilitasnya, akan ditinggalkan oleh konsumennya sendiri dan gagal dalam bisnisnya. Untuk itu, perusahaan harus selalu memiliki data dan informasi terbaru (up date information) untuk selalu dapat menyesuaikan perkembangan bisnis setiap waktu. Dalam konteks tersebut Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) 25 mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Mujaadalah: 11). Menurut Vitale dalam Umam (2015), menjelaskan beberapa aspek spiritual marketing dalam perspektif berbeda. Kita harus mengetahui keluhankeluhan kita (knowing what you don’t want). Knowing what you don‟t want is the springboard to your miracles. It is simply current reality and current reality is can change. Kebanyakan orang seringkali mengungkapkan keluhan-keluhan yang mereka alami ke berbagai media, namun jarang di antara kita yang benar-benar fokus pada solusi apa yang harus dilakukan terhadap keluhan tersebut. Dengan kata lain, sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui terlebih dahulu keluhan apa yang muncul dari konsumen, tidak hanya. melihat dari sisi. kebutuhan konsumen saja. Hal inilah yang sebenarnya dapat memberikan kekuatan bagi perusahan. Mengetahui dengan baik tidak. hanya memahami. keluhan pelanggan dan. kebutuhan konsumen, menunjukkan. bahwa. perusahaan memiliki kepedulian tinggi terhadap konsumen dan pelanggan secara utuh. Berikutnya, Vitale dalam Umam (2015) mengatakan bahwa persepsi dan fokus merupakan dua unsur penting yang saling terkait dalam spiritual marketing. “The tricks is in turning every one of your complaints around to something you do want. Start focusing on where you want to go, not on where you were or where you are.” Lebih lanjut, “if we focus on lack, we get more lack. If we focus on riches, we get more riches. Our perception becomes a magnet that pulls us in the direction of where we want to go.” Berdasarkan hal tersebut, apa yang kita fikirkan maka akan menjadi kenyataan. Untuk itu, jika perusahaan ingin. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) 26. mewujudkan mimpinya, maka perusahaan harus fokus kepada pencapaian target dan tujuannya dengan baik. Maka dapat ditafsirkan bahwa kebanyakan perusahaan seringkali berusaha menghindari masalah ketimbang menghadapi dan mencari solusi dari masalah tersebut. Sehingga perusahaan harus menghadapi masalah dan tantangannya. Beliefs, merupakan aspek selanjutnya yang harus kita miliki untuk dapat menciptakan realitas, di tengah-tengah kondisi masyarakat yang hidup dalam kebingungan dan penuh krisis kepercayaan. Kebanyakan orang saat ini, menurutnya, hidup dalam kondisi minimnya kesadaran, minimnya pengakuan terhadap sesuatu. Sehingga hal tersebut memunculkan kondisi yang tidak pasti. Kondisi ketidakpastian inilah yang pada akhirnya membuat manusia menjadi serakah (greedy). Manusia merasa bahwa apa yang telah diperolehnya tidak boleh dimiliki oleh orang lain, inilah yang dikatakannya sebagai greedy. Berdasarkan hal tersebut, maka beliefs sangat penting dalam bisnis perusahaan yang lebih lanjut dapat diterjemahkan sebagai iman. Karena menurutnya, if you change the beliefs, you change the situation. Dengan kata lain, kondisi yang penuh ketidakpastian saat ini merupakan akibat dari manusia yang tidak memiliki beliefs (iman). Sehingga pada akhirnya munculah sifat serakah dan eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia lain. Sehingga dari hal tersebut, beliefs adalah hal yang dapat menciptakan kepastian kondisi itu sendiri. Gratitude (berterima kasih) merupakan salah satu aspek lain terpenting spiritual marketing. One of the most powerful energies you can ever experience is gratitude. Feel gratefulness for anything and you shift the way you feel. feel thank. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) 27 full for your life, your home…once you feel grateful, you are in the energy that can create miracles. Salah satu aspek terpenting dari spiritual marketing adalah bersyukur kepada apa pun yang telah diberikan tuhan kepada kita. Dengan bersyukur, maka kita akan memiliki kekuatan besar untuk menciptakan hal-hal yang menakjubkan. Sebuah keajaiban yang belum pernah dimiliki oleh perusahaan lain, yaitu bersyukur. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azabKu sangat pedih". (QS. Ibrahim:7). Dalam surat dan ayat lainnya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari- Ku.” (QS. Al Baqarah: 152). Hal ini juga ditegaskan pula oleh sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam, “Bersyukur atas nikmat Allah akan melestarikan nikmat tersebut.” (HR. Ad Dailami). 2.3.3 Spiritual Marketing dalam Perspektif Islam Menurut Umam (2015), bagi kaum Muslim, spiritual marketing sangat kental dengan nilai-nilai syariah dan dalam implementasinya selalu dijiwai oleh nilai-nilai kebenaran yang terpancar dari Al Quran dan Sunnah Nabi. Islam memandang bahwa setiap kegiatan bisnis harus berlandaskan nilai-nilai Ilahiah (Ketuhanan). Abdullah Gymnastiar (AA Gym) mengatakan bahwa sebagai seorang Muslim, setidaknya harus memahami tujuan dari melakukan kegiatan bisnis itu sendiri.Pertama, manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadikan segala aktifitasnya sebagai ibadah. Artinya kegiatan bisnis dalam Islam adalah ibadah,. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 28. bukan semata-mata mencari uang. Kedua, tugas hidup manusia adalah menjadi khalifah (QS. Al Baqarah: 30), yaitu sebagai seorang manager, bukan penguasa (qonqueror). Manusia diberi kesempatan hidup di dunia satu kali sehingga manusia harus berkarya seoptimal mungkin, yang mana hasil karyanya tersebut dapat bermanfaat bagi peradaban manusia, menyejahterakan diri dan orang lain, walaupun ia sudah tiada. Ketiga, manusia memiliki tugas dalam berdakwah. Artinya apapun aktifitas yang manusia lakukan harus menjadi pencerminan pribadi-pribadi yang menjadi teladan dalam kebenaran. Islam memandang bahwa kegiatan bisnis bukanlah semata-mata untuk mencari uang, namun untuk menjemput rezeki. Karena menurut Islam, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah menetapkan rezeki setiap makhluk di bumi ini pada ketentuannya masing-masing (QS. Al Qamar: 49). Tujuan akhir dan utama dalam kegiatan bisnis adalah memperoleh keuntungan. Namun menurut Aa Gym, dalam Islam keuntungan dilihat dari perspektif yang berbeda. Pertama, untung (profit) harus merupakan hasil dari kegiatan bisnis yang berlandaskan nilai-nilai ibadah. Sehingga menurut Aa Gym, Islam memandang bahwa profit secara materil tidak akan ada artinya selain dari apa yang kita peroleh tersebut, jika tidak disertai dengan nilai tambah (value added), yaitu kegiatan dan perilaku yang bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Sehingga Aa Gym menekankan bahwa untuk menciptakan keuntungan yang bernilai ibadah, niat beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala merupakan kunci utama dalam setiap memulai kegiatan bisnis. Tujuannya adalah supaya kita memperoleh keuntungan tidak hanya di dunia (materil) tapi juga di akhirat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 29 (pahala). Hal ini telah dijelaskan dalam Al Quran surat Ash Shaf ayat 10-13, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” Kedua, menurut Islam, profit merupakan keberhasilan dalam bisnis yang kita peroleh jika dapat membawa juga nama baik kita. Artinya, seringkali perusahaan melakukan segala cara untuk memperoleh profit yang maksimal sehingga pada akhirnya menciptakan citra buruk terhadap perusahaan itu sendiri dan seluruh produknya. Sehingga, dalam dunia bisnis, good will merupakan asset terpenting untuk dapat menciptakan kredibilitas perusahaan. Ketiga, dalam Islam, profit yang diperoleh harus menjadikan diri kita memperoleh keberkahan dan pengetahuan tentang makna dari perolehan profit tersebut. Dengan kata lain, Islam ingin mengajarkan umatnya bahwa keuntungan (rezeki) yang diperoleh saat ini bukanlah semata-mata hasil usaha kita sendiri. Namun ada dukungan (doa, usaha) pihak lain yang membuat kita berhasil memperoleh profit. Dari sini, Islam mengajarkan sebuah hakikat bahwa rezeki yang kita peroleh saat ini sebenarnya terkandung sebagian hak orang lain yang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 30. harus kita keluarkan kepada yang berhak. Keempat, Islam mengajarkan bahwa keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan bisnis, haruslah menambah silaturahmi (linkage), menambah saudara (network), karena persaudaraan itu mahal. Dengan kata lain, Islam ingin mengajarkan kepada kita bahwa sifat tamak dan serakah (greedy), tidaklah mencerminkan keuntungan yang sesungguhnya, walaupun secara materi jumlahnya cukup besar. Karena pada hakikatnya, Islam selalu mengajarkan kepada umatnya bahwa apapun yang kita lakukan harus dapat menciptakan nilai tambah dalam segala aspek kehidupan kita. Inilah konsep dari rahmatan lil „aalamiin. Dalam bisnis, sharing profit (berbagi rezeki), merupakan konsep baru dalam dunia pemasaran untuk memperluas jaringan dan market share. Konsep pemasaran. konvensional. yang. mengajarkan. bahwa. perusahaan. harus. memenangkan battle of market competition menjadi tidak relevan saat ini ketika semua perusahaan kemudian merasa bahwa persaingan hanya menciptakan suasana saling menjatuhkan dan pada akhirnya akan membatasi dirinya sendiri dari tuntutan perkembangan. Ketakutan internal perusahaan terhadap kehilangan pangsa pasar, profit, jaringan (network) dari pihak lain, menyebabkan perusahaan cenderung tertutup dan sengaja menutupi hal-hal tertentu yang justru tanpa sadar menjadikan perusahaan membatasi dirinya untuk berkembang. Pesaing, yang dalam ajaran pemasaran konvensional dijadikan sebagai pihak yang tersalahkan, harus dimusnahkan, kini dijadikan sebagai rekanan dan salah satu pusat inspirasi bisnis. Kreatifitas dan inovasi tidak bisa datang hanya dari internal perusahaan, namun semua itu harus diperoleh dari eksternal.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 31. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi perusahaan terhadap pesaing selain menjadikan mereka sebagai rekan, bukan lawan. Sahabat, bukan penjahat, sebagai pihak yang memberikan inspirasi dna bukan pihak yang harus dieliminasi. Inilah hakikat dari silaturahmi dalam Islam. Kartajaya (1996) menambahkan, bahwa pesaing dalam dunia pemasaran sebenarnya membawa beberapa manfaat, antara lain adalah: pesaing dapat memperbesar pasar, sebab tanpa competitor maka pasar tidak akan berkembang. Competitor sebagai benchmark bagi bisnis kita. Dalam pemasaran, kreatifitas dan inovasi produk dan strategi merupakan tuntutan mutlak dalam menyesuaikan dinamika bisnis. Sehingga pesaing merupakan pihak yang bisa dijadikan contoh bahkan teladan dari sisi yang menguntungkan perusahaan itu sendiri. Satu lagi, Kartajaya menekankan bahwa diferensiasi bukanlah merupakan konsep tanpa persaingan. Justru perusahaan inspirasi diferensiasi muncul dari konsep-konsep produk yang dimunculkan oleh pesaing itu sendiri. Kelima, Islam mengajarkan bahwa keuntungan dalam bisnis harus bernuansa religi dan memberikan manfaat dan keuntungan yang sama kepada orang lain. Dalam Islam, inilah yang dinamakan rezeki yang berkah. Islam memandang bahwa rezeki yang kita nikmati sendiri sesungguhnya adalah rezeki yang tidak bermanfaat sama sekali, bahkan terhadap diri sendiri. Logikanya adalah, secara hakikat manusia tidak bisa hidup sendiri, sehingga berbagi (sharing) adalah kata kunci untuk dapat menikmati kebahagiaan bersama. Dalam dunia bisnis modern, corporate social responsibility merupakan salah satu wujud penerapan ajaran tersebut. Kaitannya dengan pemasaran spiritual. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) 32. (spiritual marketing) adalah, setiap strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan haruslah memberikan manfaat bagi semua orang dan menjadikannya sebagai inspirasi. 2.3.4 4P Spiritual Marketing, Perspektif Islam Menurut Umam (2015), sebagaimana yang telah diuraikan dalam bagian sebelumnya, bahwa marketing mix (product, price, promotion dan place) merupakan pilar utama dari konsep pemasaran. Dalam perspektif Islam dengan menggunakan pendekatan konsep spiritual marketing, maka keempat komponen bauran pemasaran tersebut dapat ditelaah sebagai berikut: 1.. Product Dalam uraian sebelumnya, produk merupakan solusi atas suatu kebutuhan. Sehingga diharapkan produk harus memiliki kinerja prima dalam memenuhi kebutuhan pengguna (user). Kekecewaan yang sering terjadi atas penggunaan suatu produk tertentu menyebabkan konsumen tidak percaya kepada produk bersangkutan dan pada akhirnya konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Sikap rigid konsumen ini disebabkan oleh janji atas solusi kebutuhan yang disampaikan oleh produsen sebelumnya melalui produknya kepada konsumen. Seringkali produk dimanipulasi dan dikemas sedemikian rupa, dan di sisi lain produk tersebut justru tidak mencerminkan kualitas yang sebenarnya. Hal inilah yang kemudian disebutkan sebagai produk yang tidak berkualitas. Dalam dimensi spiritual marketing, realistis artinya adalah perusahaan dituntut untuk memproduksi secara profesional, tidak tergoda kepada. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) 33. pencapaian keuntungan sesaat dengan melupakan hakikat bisnis jangka panjangnya. Humanistis, dalam kaitannya dengan produk, maka perusahaan seringkali mengabaikan hal penting bahwa pada dasarnya perusahaan harus memuliakan konsumennya. Produk yang tidak berkualitas dengan melakukan pembohongan kepada konsumen pada hakikatnya telah merendahkan derajad dan martabat konsumen dikarenakan konsumen telah memperoleh perlakukan yang tidak adil dari produsen baik langsung maupun tidak langsung. Di sisi lain, hal tersebut tentunya menjatuhkan posisi tawar perusahaan di mata konsumen. Dalam perspektif Islam, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman dalam Al Quran surat Al Muddatstsir (38), “..tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” Dan terkait dengan hal tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun berfirman di dalam AL Quran surat Al Maidah ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 2.. Price Price sangat berperan penting terhadap positioning product. Price juga erat kaitannya dengan faktor pembiayaan dan kualitas suatu produk. Demikian juga tentang beberapa tujuan dan alasan perusahaan dalam menetapkan strategi harganya, antara lain adalah untuk keberlangsungan hidup. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 34. perusahaan, memaksimalkan laba jangka pendek (short-term profit), memaksimalkan pertumbuhan penjualan, memaksimalkan skimming price, dan menjadi market leader dari sisi kualitas. Dalam realitasnya, seringkali dijumpai perusahaan salah kaprah dalam menafsirkan fungsi dan peran price dalam menentukan strategi pemasarannya. Kebanyakan perusahaan tidak transparan terhadap harga pokok penjualan produknya kepada konsumen. Di sisi lain, perusahaan kerap kali menerapkan diskriminasi harga pada produk tertentu secara kontekstual namun secara konten tidak berbeda. Sehingga konsumen seringkali bertanya apakah harga dari suatu produk tersebut pantas atau tidak dengan kualitas dan fungsinya. Untuk produk-produk dengan kualitas premier, produsen seringkali menjual dengan harga tinggi di awal demi meraup keuntungan jangka pendek pada saat produk diluncurkan perdana. Dengan alasan limited edition, perusahaan berusaha mem-push pasar secara psikologis untuk segera membeli produk tersebut dengan harga yang sudah ditetapkan. Namun begitu tiba masa waktu tertentu, produk kembali pada harga yang normal. Di sisi lain, beberapa perusahaan sengaja menjual produknya dengan harga murah namun tidak disertai pelayanan yang prima. Atau terkesan murah, namun ternyata harga per unit jauh lebih mahal. Demi meningkatkan turn over produk yang tinggi, perusahaan seringkali menerapkan potongan harga (discount) cukup besar terhadap produk yang sebenarnya sudah tidak layak jual atau tidak layak guna. Sangat disayangkan bahwa produsen sering menyembunyikan kualitas produk sebenarnya dalam. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 35. kemasan harga yang murah. Sebagian besar produsen tidak transparan terhadap kinerja produk yang ditawarkan kepada konsumen, namun di sisi lain produsen berusaha menarik minat konsumen dengan strategi penawaran harga produk yang rendah. Sisi emosional, gaya hidup, welfare, wealth dan health, fear, pride, membuat perusahaan dapat mengeksploitasi harga produk sedemikian rupa sehingga membuat konsumen yakin terhadap produk tersebut, meskipun jika ditelaah secara fungsional memiliki kinerja yang tidak berbeda. Price kemudian menjadi tidak rasional ketika menyentuh sisi-sisi kemanusiaan tersebut. Dengan alasan nilai tambah (value added) dan eksklusifitas produk, perusahaan sengaja melambungkan price begitu tinggi dan meraup profit besar dalam waktu singkat. Dan uniknya, produk tersebut terjual dan dianggap sesuatu yang wajar, diakui oleh konsumen dan diterima sebagai sesuatu yang layak. Perusahaan service provider telekomunikasi paket internet merupakan salah satu contoh yang kerap kali memanfaatkan hal tersebut. Dalam konteks harga (price), Kartajaya (1996) berpendapat bahwa saat ini harga ditentukan oleh nilai yang dipersepsi atau pun dipunyai masingmasing pembeli. Seorang pembeli yang telah memiliki hubungan jangka panjang dan telah memberikan omset di masa lalu, bisa jadi harus lebih dihargai dibandingkan dengan pelanggan lain. Tidak heran jika saat ini banyak perusahaan yang merancang program atau strategi harga dengan tujuan untuk menghargai hubungan yang sudah ada bagi pelanggan setia. Dengan program semacam ini, kedua belah pihak, baik service provider. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) 36. maupun customer, merasa memperoleh nilai tinggi dari hubungan yang mereka pelihara selama ini. Saat bisnis sudah bergeser dari mass-marketing, yang menggunakan harga sama. untuk. semua. orang,. menuju. individualized-marketing,. yang. menggunakan harga berbeda untuk semua orang. Setiap konsumen saat ini ingin dihargai sendiri- sendiri. Setiap orang memiliki persepsi sendiri terhadap produk yang dibelinya. Setiap orang memiliki formula sendiri sebelum memberikan penilaian pada sebuah produk. Sehingga semua orang tidak mau diperlakukan sama rata. Di sisi lain, perusahaan juga tidak perlu memperlakukan mereka sama rata. Ada situasi yang secara kontekstual harus memperhatikan banyak dimensi sebelum nilai seorang pelanggan bisa ditentukan. Dalam konteks tersebut itulah yang dimaksudkan dengan greedy. Sifat individualized constumer dari manusia menyebabkan orang lain tidak boleh memiliki kesempatan yang sama dengannya. Bagi perusahaan yang menerapkan konsep strategi harga seperti itu seringkali mengeksploitasi sisi ego konsumen yang dikemas dalam konteks prestisius. Padahal, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah menegaskan dalam Al Quran surat Al A‟raf ayat 31, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Betapa tidak, jika menelaah apa yang disampaikan oleh Kartajaya (1996) tersebut, bahwa secara content product tidak ada perbedaannya, namun secara context product membuat harga menjadi tidak rasional. Hal inilah yang diharamkan oleh. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Gambar

Tabel 4.1  Hasil Uji Validitas
Tabel 4.2  Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 4.4  Usia Responden
Tabel  4.6  berikut  menunjukkan  pendapat  responden  terhadap  variabel  Spiritual Product

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh lama Fermentasi dengan Lentinus edodes terhadap kandungan bahan kering, protein kasar, dan retensi nitrogen dari bungkil inti sawit.. Fakultas Peternakan

Dimana sinetron ini memberi informasi cara bersikap dan lain sebagainya yang mudah untuk di imitasi oleh siswa sekolah, menyatakan ragu- ragu 17% dikarenakan pada masa

Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem syaraf pusat tanpa menekan kesadaran, sedangkan antipiretik merupakan

Dari hasil uji coba didapatkan bahwa Algoritma genetika telah berhasil diterapkan pada Data Mining untuk pencarian pola implikasi dalam suatu Basis

Visualisasi pada desain pembelajaran distribusi statistika telah dibuat menggunakan empat fungsi utama yaitu: (i) rbinom dan dbinom untuk memanggil data bangkitan

Kata kunci: kompetensi kepribadian dan perilaku ihsan. Latar belakang penelitian berdasarkan fenomena bahwa kepribadian guru berhubungan dalam membentuk perilaku ihsan,

Yang akan saya teliti adalah pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja anggota pada Detasemen C Satuan III Pelopor (Den C Sat III Por) yang

Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi sebagai referensial, ada juga yang menyebutnya kognitif. Maksudnya bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk