No.Daftar FPIPS : 1772/UN.40.2.5.1/PL/2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI
PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
PANTEN KABUPATEN MAJALENGKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Non-Pendidikan
Program Studi Manajemen Resort and Leisure
Oleh : Rian Heryana
0900985
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI
LEMBAR HAK CIPTA
ANALASIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG PANTEN
KABUPATEN MAJALENGKA
Oleh Rian Heryana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Rian Heryana
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN Rian Heryana
0901101
ANALASIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG PANTEN
KABUPATEN MAJALENGKA
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Darsiharjo, MS. NIP.19620921.198603.1.005
Pembimbing II
Iwan Setiawan, S. Pd. M. Si NIP.19710604.199903.1.002
Mengetahui
Ketua Program StudiManajemen Resort & Leisure
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI
SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA
Hari, Tanggal : Senin, 26 Agustus 2013 Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : Gedung FPIPS lantai 2
Panitia Ujian Sidang terdiri dari :
Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi., M.Si. NIP. 19700814 1994021 001 Sekertaris : Fitri Rahmafitria., SP., M.Si. NIP. 19741018 200812 2 001
Anggota : Dr. Elly Maliha., M.Si. Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. Suharto, S.Pd., M.A.P.
Ahmad Hidayat
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul
“ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI
PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS di KABUPATEN
MAJALENGKA” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ilmiah saya ini.
Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan ini,
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI
PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG PANTEN KABUPATEN MAJALENGKA
Oleh: Rian Heryana 0900985
ABSTRAK
Pada tahun 2011, Gunung Panten dikembangkan untuk area olahraga paralayang. Hasil dari pengembangan area paralayang mulai terlihat ketika Gunung Panten menjadi tuan rumah kejuaraan nasional paralayang pada tahun 2012 lalu. Namun wisatawan yang berkunjung belum bisa bermain paralayang di Gunung Panten karena belum tersedianya fasilitas penyewaan, yang menjadi perhatian adalah apakah Gunung Panten cocok untuk dijadikan wisata paralayang berdasarkan potensi fisik yang dimilikinya dan potensi wisata apa saja yang terdapat di Gunung Panten. Untuk itu diperlukan adanya suatu analisis terhadap potensi yang dimiliki oleh Gunung Panten.
Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan hambatan apa saja yang terdapat di Gunung Panten apabila dijadikan sebagai kawasan wisata minat khusus paralayang. Selanjutnya untuk pengembangannya akan menggunakan konsep zonasi dengan membagi Gunung Panten menjadi tiga kawasan yaitu zona inti, zona penyangga, dan zona pelayanan. Sehingga menghasilkan suatu konsep yang dapat mendukung pengembangan wisata minat khusus di Gunung Panten.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Gunung Panten cocok untuk dijadikan wisata paralayang karena berdasarkan potensi fisik yaitu ketinggian, tempat landing, kecepatan angin, cuaca. Namun, Pada tempat take off belum memenuhi kriteria ideal, untuk itu perlu dilakukannya perbaikan agar bisa digunakan untuk kegiatan wisata. Selain itu, terdapat potensi dari sumber daya alam dan dari masyarakat sekitar Gunung Panten.
Rian Heryana, 2013
ANALYSIS POTENTIAL PARAGLIDING AS SPECIAL INTEREST TOURISM DEVELOPMENT MOUNT PANTEN IN
MAJALENGKA DISTRICT
By: Rian Heryana 0900985
ABSTRACT
In 2011, Mount Panten was developed for paragliding sport area. The outcome of the development begin to appear when Mount Panten hosted the national paragliding championship in 2012. But, the facilities of paragliding cannot serve for tourists as tourist attraction. Because, there is no paragliding rent facilities. The main focus, is mount Panten Suits and compatible to developed as Paragliding attraction depend on its physic potential and tourism potential is there anything mount Mount Panten. That is why, the research is needed.
In this research, the approach used method is to use qualitative methods. This research try to analysis potentials and barriers of the development as areas of special interest tourism paragliding. Next, for paragliding tourism development, Mount Panten will devided into 3 zones : Main Zone, Buffer zone and services zone. That could be a good concept for the development mount Panten as Special Tourism Paragliding.
From research result and outcome. Mount Panten has suitable place and criteria to be a Paragliding tourism in Majalengka Districts. From altitude, view, wind acceleration, and physic criteria. But take off place not quite suite. For that’s on, the repair is needed. Other than that, contained the potential from natural resources and from society around the Mountain Panten
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Operasional ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 8
A. Kebijakan Pengembangan Pariwisata ... 8
B. Pengertian Pariwisata, Wisata dan Wisatawan ... 10
1. Pariwisata ... 10
2. Wisata ... 11
3. Wisatawan ... 12
C. Pengertian Potensi wisata... 13
D. Pengertian Atraksi Wisata ... 15
E. Sarana dan Prasarana Daerah Wisata ... 17
F. Pengertian dan Jenis-Jenis Wisata Minat Khusus ... 19
Rian Heryana, 2013
H. Pengertian Pengembangan Pariwisata ... 24
I. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata ... 27
J. Konsep Pengembangan Pariwisata ... 30
K. Kerangka Pemikiran ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Lokasi Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ... 36
D. Alat Pengumpul Data ... 38
E. Populasi dan Sampel ... 38
F. Teknik Pengambilan Sampel ... 39
G. Variabel Penelitian ... 41
H. Tehnik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Gambaran Umum Kabupaten Majalengka ... 45
1. Keadaan Geografis ... 45
2. Sejarah Singkat ... 45
3. Morfologi dan Ketinggian ... 47
4. Hidrologi ... 48
5. Pariwisata di Kabupaten Majalengka ... 48
6. Kondisi Daerah Penelitian ... 50
a. Gambaran Umum Gunung Panten ... 50
b. Gambaran Umum Desa Sidamukti ... 51
c. Status Kepemilikan Lahan dan Pengelola ... 52
d. Kondisi Geomorfologi ... 53
e. Pengunaan Lahan ... 55
f. Iklim ... 56
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
h. Kondisi Demografi ... 57
B. Hasil Penelitian ... 58
1. Analisis Potensi Wisata Paralayang di Gunung Panten ... 58
a. Potensi Fisik ... 58
b. Sumber Daya Alam Pendukung Pariwisata ... 66
c. Partisipasi Masyarakat ... 68
2. Hambatan-hambatan yang Terdapat di Gunung Panten Apabila Dikembangkan Menjadi Wisata Paralayang ... 72
a. Adanya Turbulensi di Tempat Take Off ... 73
b. Adanya Pohon Tinggi di tempat Take Off ... 75
c. Tingkat Pendidikan Warga Desa Sidamukti Yang Kurang Menunjang Kegiatan Wisata ... 75
d. Belum tersedianya Prasarana yang Mendukung Kegiatan Wisata... 77
3. Konsep Pengembangan Area Paralayang Gunung Panten Sebagai Wisata Minat Khusus Paralayang ... 79
a. Rencana pengembangan Gunung Panten Sebagai Kawasan Wisata Minat Khusus Paralayang di Kabupaten Majalengka ... 82
BAB V KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Rekomendasi ... 90
Rian Heryana, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Jumlah Penduduk Desa Sidamukti ... 40
3.2 Variabel Penelitian ... 41
3.3 Kategori Persentase ... 44
4.1 Daftar DTW di Kabupaten Majalengka ... 49
4.2 Klasifikasi Kemiringan Lereng ... 55
4.3 Penggunaan Lahan Desa Sidamukti Tahun 2012 ... 55
4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur ... 58
4.5 Data Angin Kecamatan Majalengka Tahun 2012 ... 61
4.6 Skala Beaufort ... 63
4.7 Data Curah Hujan Bulanan Kec. Majalengka Tahun 2012 ... 64
4.8 Jenis Flora di Gunung Panten ... 67
4.9 Jenis Fauna di Gunung Panten ... 68
4.10 Lama Tinggal Penduduk Desa Sidamukti ... 69
4.11 Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidamukti ... 69
4.12 Penghasilan Penduduk Desa Sidamukti ... 70
4.13 Sikap Masyarakat Terhadap Pengembangan Wisata Paralayang ... 71
4.14 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sidamukti ... 76
4.15 Matrik Potensi dan Hambatan yang Terdapat di Gunung Panten ... 81
4.16 Prasarana Dasar di Gunung Panten ... 85
4.17 Fasilitas dan Pelayanan pengunjung di Gunung Panten ... 85
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Tripartite Concept ... 31
3.1 Peta Administratif Desa Sidamukti ... 34
3.2 Situasi Sosial ... 39
4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sidamukti ... 53
4.2 Peta Kemiringan Lereng Desa Sidamukti ... 54
4.3 Chart Penggunaan Lahan ... 56
4.4 Chart Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
4.5 Ketinggian Dari Atas Gunung Panten ... 59
4.6 Kemiringan Lereng Tempat Take Off ... 60
4.7 Menunjukan Angin Berhembus ... 62
4.8 Lokasi Pendaratan Paralayang ... 66
4.9 Salah satu Flora di Gunung Panten ... 67
4.10 Proses Terjadinya Turbulensi... 74
4.11 Tempat Take Off yang Seharusnya ... 74
4.12 Kondisi Pepohonan di Sekitar Tempat Take Off ... 75
4.13 Jalan Menuju Desa Sidamukti ... 78
4.14 Jalan Menuju Gunung Panten ... 78
Rian Heryana, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN ... 95
1. Surat Izin Penelitian ... 96
2. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 98
3. Buku Bimbingan ... 101
4. Angket Penelitian ... 102
5. Pedoman Wawancara ... 105
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak di bidang jasa yang sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di dunia, khususnya di Negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para pelaku pariwisata baik domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi Negara Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang menyimpan banyak potensi wisata, baik itu wisata alam, maupun wisata minat khusus. Potensi sumber daya alam dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai pelestarian alam dan sekaligus sebagai wisata alam dan wisata minat khusus, misalnya gunung, laut, sungai, pantai, flora termasuk hutan, fauna, air terjun, danau dan pemandangan alam.
Dengan adanya perkembangan dalam dunia pariwisata, belakangan ini wisata minat khusus mulai digemari oleh wisatawan. Wisata minat khusus adalah jenis pariwisata aktif yang pada umumnya melibatkan wisatawan sebagai pelaku, bukan sebagai penonton. Sifatnya yang menantang dan tak jarang memiliki resiko yang tinggi menyebabkan wisatawan yang ingin menikmati wisata jenis ini dituntut memiliki stamina fisik yang prima, serta persiapan yang cermat sebelum melakukannya, tak jarang pula harus diawali dengan latihan cukup berat dan pengadaan peralatan yang tidak murah. Oleh Karena itu, jenis pariwisata ini didominasi oleh kelompok usia tertentu. Berpedoman pada apa yang di cari wisatawan, maka keutuhan lingkungan alam menjadi syarat yang perlu di jaga dan di lestarikan. Hutan belukar, tebing, bukit, gelombang laut, jeram dan riam, lembah ngarai adalah beberapa objek alam yang mampu menarik kunjungan wisatawan minat khusus.
2
udara (aerosport) dan darat seperti mendaki gunung, berburu, menembak, memancing, perlombaan perahu layar, paralayang, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009, Bab I Pasal 1 Butir 10 dijelaskan bahwa :
Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pangembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Kabupaten Majalengka merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang sedang mengembangkan wisata minat khusus yaitu area paralayang. Dalam sektor pariwisata, Kabupaten Majalengka mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat karena ada rencana dibangunnya bandara bertaraf internasional di Kecamatan Kertajati dan jalan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang melewati wilayah Majalengka (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2010).
Kabupaten Majalengka yang dikenal dengan sebutan kota angin dan secara geografis, topografi Kabupaten Majalengka terdiri atas daerah perbukitan berada di kawasan selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan, Ciamis, dan Sumedang. Hal ini sangat memungkinkan bagi Kabupaten Majalengka untuk mengembangkan wisata paralayang.
3
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
Pengembangan area paralayang di Majalengka di mulai pada tahun 2011 oleh Bapak H. Rieswan Graha yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Majalengka, bertempat di Gunung Panten, Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Gunung Panten memiliki ketinggian 390 meter di atas permukaan laut. Gunung Panten memiliki panorama alam yang menarik dan di sana terdapat perkebunan buah mangga khas Majalengka yaitu mangga gedong gincu dan dari atas Gunung Panten kita dapat menikmati indahnya pemandangan Kota Majalengka dari atas. Hasil dari pengembangan area paralayang sudah mulai terlihat ketika di Gunung Panten menyelenggarakan event olahraga paralayang nasional pada bulan November tahun 2012 lalu. Namun untuk saat ini bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Panten tidak bisa menikmati terbang layang di atas angin karena belum tersedianya fasilitas penyewaan paralayang. Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini hanya bisa sebatas berjalan-jalan sambil menikmati keindahan alam sekitar, hal ini jelas tidak menguntungkan.
Harus menjadi perhatian, apakah area paralayang di Gunung Panten ini cocok untuk dijadikan kawasan wisata paralayang berdasarkan potensi fisik yang dimilikinya? Dan potensi apa saja yang terdapat di Gunung Panten yang dapat dijadikan sebagai kawasan wisata. Untuk itu, diperlukan penelitian yang mendalam untuk mendapatkan suatu konsep pengembangan wisata minat khusus paralayang di Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam
penelitian ini dengan judul “ Analisis Potensi Wisata Paralayang Sebagai Pengembangan Wisata Minat Khusus Di Gunung Panten Kabupaten
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka hal yang paling mendasar dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Potensi apa saja yang dimiliki oleh Gunung Panten sebagai wisata paralayang?
2. Apakah terdapat hambatan dalam pengembangan Gunung Panten sebagai wisata paralayang?
3. Bagaimana konsep pengembangan wisata paralayang di Gunung Panten?
C. Tujuan penelitian
Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis potensi-potensi wisata paralayang yang terdapat di Gunung Panten.
2. Menganalisis hambatan-hambatan yang terdapat di Gunung Panten apabila dikembangkan menjadi wisata paralayang.
3. Membuat konsep pengembangan wisata paralayang di Gunung Panten.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berguna bagi semua pihak, baik secara teoritis maupun praktis:
1. Manfaat akademis
5
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat memjadikan bahan masukan atau evaluasi bagi para akademisi yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pengembangan suatu objek wisata.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi sebagai masukan kepada pemerintah Daerah dan pihak pengelola sebagai bahan kajian dalam upaya mengoptimalkan pengembangan wisata paralayang di Gunung Panten Kabupaten Majalengka.
b. Untuk memberikan informasi dan masukan tentang kepariwisataan yang ada di gunung panten terutama yang berhubungan dengan potensi pariwisatanya.
c. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan kepada masyarakat Kabupaten Majalengka untuk lebih sadar akan pariwisata.
d. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperdalam dan memperkaya keilmuan pengetahuan tentang pemahaman konsep pengembangan wisata paralayang.
e. Sebagai syarat menempuh program sarjana S-1 Manajement resort & Leisure, Upi Bandung.
E. Definisi Operasional
1. Potensi Wisata
6
pendukung pariwisata dan daya dukung masyarkat terhadap pengembangan wisata paralayang di Gunung Panten.
2. Pengembangan
Pengembangan adalah memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada. (Sugiono, 2004:27). Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan tekhnologi baru (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002). Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menganalisis potensi wisata paralayang di Gunung Panten dan menganalisis konsep pengembangan seperti apa yang cocok digunakan di Gunung panten untuk dijadikan sebagai wisata minat khusus paralayang.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mengetahui isi dari penelitian ini, penyusun mencoba untuk memberikan penguraian masalah secara sistematis dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, tujuan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Berisikan konsep-konsep yang berhubungan dengan topik penelitian, dan pola pikir dari penyusun terhadap penelitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN
7
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan tentang hasil dan analisis dari data yang telah dikumpulkan serta pembahasannya.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertempat di Gunung Panten yang berada di Desa Sidamukti. Gunung Panten berada pada ketinggian 390 meter dpl (di atas permukaan laut) dengan suhu wilayah berada pada kisaran 22o - 28o C. Curah hujan yang turun dalam setiap tahun di Gunung Panten ini berkisar 2000-3000 mm. Kondisi topografi wilayah ini terdiri atas daratan dan perbukitan atau pegunungan. Secara geografis Kawasan ini berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu :
Bagian Utara : Kelurahan Munjul (Kecamatan Majalengka) Bagian Selatan : Desa Kadu (Kecamatan Sumedang)
Bagian Timur : Kelurahan Babakan Jawa (Kecamatan Majalengka) Bagian Barat : Desa Lebaksiuh (Kecamatan Sumedang)
Menurut administrasi pembangunan, Desa Sidamukti termasuk ke dalam Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Jarak tempuh ke ibukota kecamatan sekitar 7,5 Km dan jarak ke ibukota kabupaten sekitar 7 Km. Jumlah penduduk di Desa Sidamukti ini berjumlah 3458 jiwa yang terbagi menjadi 1329 KK (kepala keluarga). Jumlah penduduk yang berkelamin pria berjumlah 1733 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 1725 jiwa. Jumlah RT/RW di Desa Sidamukti sebanyak 15 RW dan 32 RT.
34
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
35
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif lebih menekankan pada suatu studi untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul saat penelitian berlangsung. Metode deskriftif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:54).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi motivasi, tindakan, dll,. Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan berbagai metode ilmiah (lexy J. Moleong, 2006:6).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data yang dikumpulkan dari lapangan dan data sekunder yang terkait serta mendukung dengan kajian ini. Identifikasi potensi dilakukan berdasarkan survey lapangan.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2012:13) adalah seperti berikut:
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada hasil.
36
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Upaya pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diantaranya seperti:
1. Observasi
Menurut Tika (2005:44), observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Observasi dapat dibagi menjadi dua yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi langsung. Menurut Tika (2005:44), observasi langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis akan mencari data tentang kondisi dan lingkungan, dan potensi-potensi apa saja yang dapat dikembangkan di Gunung Panten sebagai wisata paralayang. Dengan observasi lapangan peneliti secara langsung akan mendapat data primer.
Untuk mencari data demografi peneliti akan mengunjungi Badan Pusat Statistik Kabupatan Majalengka dan Kecamatan Majalengka. Data yang akan dicari oleh peneliti adalah data kondisi geografis Desa Sidamukti, jumlah penduduk Desa Sidamukti, luas wilayah Desa Sidamukti dan jumlah KK (kepala keluarga) Desa Sidamukti.
Untuk mencari data terkait cuaca dan kecepatan angin peneliti akan mengunjungi BMKG Kabupaten Majalengka. Data yang akan dicari adalah kondisi cuaca Kabupaten Majalengka dalam satu tahun dan kondisi kecepatan angin di Kabupaten Majalengka dalam satu tahun.
Hal-hal yang akan diobservasi diantaranya:
a. Mencari fasilitas apa saja yang terdapat di Gunung Panten.
37
c. Mencari informasi tentang aksesibilitas dan transportasi.
d. Mencari kerajinan tangan dan cinderamata khas Desa Sidamukti. e. Mencari sumber air bersih, vegetasi, dan fauna yang terdapat di
Gunung Panten.
f. Mencari informasi rumah aparat desa atau orang yang berpengaruh di Desa Sidamukti untuk keperluan pengisian angket.
2. Wawancara
Yaitu cara pengumpulan data melalui proses tanya jawab dengan menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang secara langsung berhubungan dengan objek yang di teliti dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam oleh alat perekam. Dalam penelitian kali ini yang menjadi narasumber adalah para ahli di bidang olahraga paralayang dan Disporabudpar Kabupaten Majalengka agar mendapatkan data yang valid dan faktual.
3. Studi dokumentasi
Dilakukan untuk melengkapi data dalam menganalisis sebuah masalah yang sedang diteliti dengan jalan mencari informasi dari dokumen yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini baik dari instansi pemerintah Maupun swasta.
4. Study Literatur
38
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
D. Alat Pengumpul Data
Instrument penelitian adalah perlengkapan dan media yang akan digunakan selama penelitian. Dalam penelitian kali ini bahan dan alat yang diperlukan, antara lain:
1. Kamera digital : digunakan untuk mengumpulkan gambar-gambar.
2. Pedoman wawancara : pedoman pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak-pihak yang dapat dipercaya memberikan informasi terkait dengan penelitian.
3. Alat tulis : digunakan untuk mencatat hal-hal penting terkait dengan penelitian
4. Angket : pedoman pertanyaan yang akan diajukan kepada masyarakat disekitar Gunung Panten.
5. Busur derajat dan bandul : untuk mengukur kemiringan lereng.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
39
Place/tempat
Actor/orang Activity/aktivitas
Gambar 3.2situasi sosial (social situation)
Dalam penelitian ini populasi penelitian yang diambil yaitu Expert (ahli olahraga paralayang), dan masyarakat. Sampel adalah sebagian dari populasi itu. Sampel dalam penelitian ini yaitu expert (ahli olahraga paralayang), diantaranya: Sugeng Priyadi (Ketua Korcab Paralayang Provinsi Jawa Barat), Karwan (Humas Korcab Paralayang Kabupaten Majalengka), Aries Pribaya (Instruktur paralayang di Kampung Toga dan anggota Persatuan Layang Gantung Indonesia), Bapak Aceng (Kasi Pariwisata) dan masyarakat sekitar lokasi paralayang Gunung Panten.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini berdasarkan pada kebutuhan peneliti akan sumber data, yang ditunjukan kepada orang atau lembaga yang dianggap paling tahu (Sugiyono, 2012:217). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu purposive sampling untuk expert paralayang dan rumus slovin untuk masyarakat. Berdasarkan data jumlah penduduk yang didapat dari profil Desa Sidamukti tahun 2012, jumlah penduduk yang berada di Desa Sidamukti dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:
40
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Desa Sidamukti
Melalui jumlah penduduk tersebut maka dapat ditentukan jumlah narasumber yang diambil sebagai wakil peneliti menggunakan pedoman:
Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2007:65), sebagai berikut:
Ukuran Sample
N = Ukuran Populasi
= Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
Nilai kritis e atau batas ketelitian yang biasa dipergunakan dalam perhitungan adalah 0,1 (10%) untuk populasi besar dan batas ketelitian 0,2 (20%) untuk populasi kecil.
Berdasarkan perhitungan sampel dibawah ini didapat hasil perhitungan yaitu dari ukuran sampel yakni diambil jumlah kepala keluarga pada tahun 2012 sebanyak 1329 jiwa dan batas ketelitian yang digunakan yaitu 0,15 (15%) karena jumlah populasi yang digunakan besar.
No Desa
Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga
2012 2012
41
kepala keluarga
Berdasarkan perhitungan sampel diatas, maka dihasilkan jumlah narasumber yang digunakan dalam penelitian yaitu 45 kepala keluarga masyarakat sekitar area paralayang Gunung Panten.
G. Variabel Penelitian
Kabupaten Majalengka memiliki beragam tempat wisata yang menarik. Dalam penelitian ini penulis bermaksud menjadikan potensi wisata paralayang sebagai parameternya. Variabel penelitian dapat dilihat Pada Tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator
Kriteria Lokasi Paralayang
(Inskeep,1991:375) Daya Dukung Masyarakat
42
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
H. Tekhnik Analisis Data
Analisis data secara kualitatif dilakukan saat pengumpulan data berlangsung dan setelah setelah data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis dirasa kurang lengkap, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang kredibel.
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam buku Sugiyono (2012:246) bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus- menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis tersebut antara lain :
a. Data Reduction
Data yang diperoleh cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti di lapangan maka jumlah data pun akan makin banyak, komplek, dan rumit, untuk itu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.
b. Data Display
43
c. Conclusion Drowning
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif Menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
1. Analisis kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Tujuan dilakukan angket atau kuesioner adalah :
a) Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian b) Memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak
Yang menjadi responden dalam kuesioner ini adalah masyarakat sekitar area paralayang yang berjumlah 45 responden mengacu kepada sampel dengan menggunakan rumus slovin sebagai perhitungannya.
Setelah form kuesioner telah tersebar, terkumpul, dan terisi selanjutnya dianalisis dengan menyajikan data dalam bentuk tabel (tabulasi data). Dalam mengolah data kuesioner ini melalui tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut :
44
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
2. Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing jawaban dalam kuesioner.
3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase. dengan menggunakan rumus :
Keterangan : P = Presentase F = Frekuensi N = jumlah Sampel 100% = Konstanta
Setelah dilakukan perhitungan-perhitungan, maka menurut Santoso (2001:57) hasil persentase tersebut ditafsirkan dengan kategori sebagai berikut:
Table 3.3 Kategori Persentase Persentase Kategori
0 % Tidak seorangpun
1 % - 24 % Sebagian kecil
25 % - 49 % Hampir setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 74 % Sebagian besar
75 % - 99 % Hampir seluruhnya
100 % Seluruhnya
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis potensi wisata paralayang sebagai pengembangan wisata minat khusus di Gunung Panten Kabupaten Majalengka, dapat disimpulkan bahwa di Gunung Panten cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata minat khusus paralayang dilihat dari:
1. Ketinggian Gunung Panten yang memenuhi kriteria kawasan wisata paralayang. Gunung Panten sendiri memiliki ketinggian 390 meter diatas permukaan laut dan dari tempat take-off ke tempat landing memiliki ketinggian 230 meter diatas permukaan laut dan berdasarkan wawancara dengan ahli dalam bidang paralayang dapat diketahui bahwa ketinggian dari tempat take off- ke tempat landing yang ideal untuk kegiatan wisata paralayang adalah 200-300 meter diatas permukaan laut.
2. Dari kecepatan angin, berdasarkan wawancara dengan ahli dalam bidang paralayang dapat diketahui bahwa kecepatan angin yang ideal untuk kegiatan wisata paralayang adalah 1-20 km/jam dan arah angin harus sesuai dengan yaitu angin yang menabrak lereng. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menganalisis data angin di Kecamatan Majalengka dan posisi area paralayang di Gunung Panten yang menghadap ke arah timur sehingga membutuhkan sumber angin dari arah timur sebagai daya angkat, dapat diketahui untuk kegiatan wisata paralayang yang cocok di Gunung Panten adalah pada bulan April, Mei, Juni, Oktober, Nopember, dan Desember.
90
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI GUNUNG
Desember. Namun pada bulan November dan Desember para penerbang harus berhati-hati karena intensitas hujan pada bulan ini masih cukup tinggi.
4. Memiliki tempat landing yang luas 100x65 meter memenuhi kriteria minimal tempat landing berdasarkan wawancara dengan ahli dalam bidang paralayang yaitu 30x50 meter.
5. Kemiringan lereng, untuk kemiringan lereng tempat take off di Gunung menambah daya tarik di Gunung Panten.
7. Memiliki partisipasi masyarakat yang cukup baik hanya saja tingkat pendidikan yang rendah membuat mereka kurang memahami pariwisata secara baik untuk itu perlu adanya sosialisasi dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan tentang pariwisata.
B. Rekomendasi
91
2. Dibentuknya pengelola dari unsur masyarakat, perangkat pemerintahan, dan ahli dalam bidang paralayang agar terbentuknya pengelola kawasan wisata minat khusus paralayang di Gunung Panten yang berkompetensi dan professional.
3. Bagi masyarakat, partisipasi aktif sangatlah dibutuhkan untuk menjadikan kawasan wisata minat khusus paralayang di Gunung Panten menjadi kawasan wisata unggulan di kabupaten Majalengka.
4. Bagi stakeholder, pengembangan kawasan wisata paralayang di Gunung panten sangatlah berpotensi mendatangkan wisatawan. Maka, secara ekonomi akan menguntungkan.
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Riduwan. (2007). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Budisetyorini, Beta. (2003). Perencanan Pengembangan ODTW. Makalah Diklat Perencanaan Pariwisata, 29 September 2003 di Bandung.
Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. (2006). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi offset.
Damayanti, D. Ariny. (2012). Analisis Karakteristik Wisatawan dan Persepsi Mengenai Fasilitas Wisata di Kampung Batu Malakasari Kab. Bandung.
Skripsi sarjana pada program Manajemen Resort and Leisure UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Fandelli, Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam, Yogyakarta :Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Inskeep,1991, Tourism Planning. International Thomson Publishing Berksihre House, 168-173, High Holborn, London WC1V 7AA, England.
Islamy. M Irfan. (1988). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina Aksara.
Karim, Kamarlis. (1985). Dasar-Dasar Klimatologi. Banda Aceh: UNSYIAH. Kusnandar, L. Oktoberi. (2013). Analisis Daya Dukung Pariwisata Sebagai
Dasar Pengelolaan Pengunjung di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya.
Skripsi sarjana pada program Manajemen Resort and Leisure UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Lexy J. Moleong. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moh.Pabundu Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nazir. Moh. PH. D. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Parikesit, Danang dan Hernowo.1997. “Prospek Dan Strategi Pengembangan
Wisata Minat Khusus Di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Gegama, 8
93
Rian Heryana, 2013
Pemerintah Majalengka. (2010). Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Arsip Pemerintah.
Pemerintah Majalengka. (2012). Majalengka Bangkit. Bandung: Kakita Mandiri Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
Pradnya Paramitha.
Pitana, I Gde, dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Pitana, I Gde, dan Gayatri, Putu G. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata . Yogyakarta: Andi Offset.
Prayogi, Putu Agus. (2011). “Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran”. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata. 1, (1), 64-79.
Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Santoso, Singgih. (2001). Mengolah data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Alek Media Komputindo.
Sari, N. Kurnia. (2012). Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Kawasan Wisata Heritage di Kota Bandung. Skripsi sarjana pada program Manajemen
Resort and Leisure UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Soekadijo, R.G. (2000). Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai System Lingkage. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Subandono, Gendon. (2007). Tingkatan Lokasi Paralayang. Online. Tersedia di: http://gendonsubandono.blogspot.com/. Diakses pada tangga 5 Mei 2013 Sugiyono.(2004), Metode penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Nyoman. (1998). Pengantar Pariwisata. STP Nusa Dua Bali.
Sutamanggala, Dudi. (2010). Strategi Pengembangan Desa Wanayasa Sebagai Desa wisata di Kabupaten Purwakarta. Skripsi sarjana pada program
Manajemen Resort and Leisure UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
94
Rian Heryana, 2013
ANALISIS POTENSI WISATA PARALAYANG SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI
Swarbrooke, John. (2002). The Development and Management of Visitor Attractions. Oxford: Butterworth Heinemann.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.
Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem. Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Waluya, Bagja. (2012). Segmentasi Wisatawan. Hand Out Perkuliahan : Tidak
Diterbitkan.
Warpani, Suwardjoko P. (2007). Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB
Weiler, Berty dan Colin. (1992). Spesial Interest Tourism. London : Bellhaven Press.
Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Sumber Online:
http://infomajalengka.wordpress.com/2013/04/14/sejarah-kabupaten-majalengka. Diakses oleh Rian Heryana pada tanggal 18 Juli 2013
http://www.paragliding.web.id/paralayang.php Diakses oleh Rian Heryana pada tanggal 20 Juni 2013
http://maestroyer.blogspot.com /2011/12/ klimatologi angin-dan-jenis-jenis-angin.html
Diakses oleh Rian Heryana pada tanggal 29 Juli 2013