DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Nur Cahaya. 2003. Thesis “ Strategi Pengembangan Agrowisata Sebagai
Pariwisata Alternatif di Desa Barus Jahe Kabupaten Karo Sumatera Utara”.
Denpasar
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Soekadji, RG. 1997. Anatomi Pariwisat. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suwantoro, Gamal. 2001. Dasar – dasar Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta.
Yoeti, Oka. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa Offsett.
BAB III
WISATA MINAT KHUSUS DAN AKTIVITASNYA 3.1 Wisata Minat Khusus ( Alternatif )
Pariwisata minat khusus adalah suatu kegiatan pariwisata yang berbentuk
alternatif ( pilihan lain ) dari pariwisata konvensional dan lebih condong ke arah
konservasi alam, dan edukasi budaya. Pariwisata alternatif juga merupakan respon
atas kepedulian masyarakat akan keseimbangan lingkungan, budaya, sumber daya
alam, serta minat masyarakat untuk melakukan kegiatan di alam terbuka. Dalam
pariwisata ini, wisatawan secara fisik mengeluarkan dan menguras tenaga dan ada
unsur tantangan yang harus dilakukan. Kadang-kadang ada kalanya bahaya yang
harus dihadapi. Bentuk adventuring tourism ini, antara lain safari di daerah terpencil,
hiking, pendakian gunung, rafting di sungai, penelusuran gua ( caving ). Berburu dan
memancing di laut juga dapat dikategorikan sebagai bentuk pariwisata minat khusus
dan pariwisata petualangan.
Wisata minat khusus dan wisata petualangan tidak memerlukan fasilitas yang
mahal dan pengembangan infrastruktur dalam skala besar. Oleh banyak penulis,
wisata minat khusus diberikan banyak istilah seperti perjalanan aktif dan memberi
pengalaman baru, perjalanan kepedalaman untuk bertemu masyarakat terasing atau
wisata sosial, wisata pendidikan, berwisata yang berbasis alam atau wisata yang
bertujuan untuk pelestarian lingkungan.
Pariwisata secara umum dapat diandaikan sebagai dua kotak besar. Kotak
besar pertama yaitu pariwisata mass yang selama ini kita kenal, lihat dan
berkembang. Wisatawan didatangkan sebanyak-banyaknya ke suatu daerah. Semua
sumber daya alam dan budaya dikomersialisasikan besar-besaran tanpa
memperhatikan kelestariannya lingkungan sekitar. Nilai edukasi tidak diperhatikan
baik bagi wisatawan sebagai tamu ( guest ) maupun penyedia sebagai tuan rumah
(host). Pariwisata masal ini kemudian terbukti membawa banyak dampak negatif
dibandingkan dampak positifnya baik bagi masyarakat lokal, kelestarian alam dan
masuknya unsur budaya serapan dari budaya barat yang tidak cocok dengan budaya
timur dan lupa akan budaya sendiri akibat banyaknya pendidikan yang bertaraf
internasional/ berwasawasan luar sedangkan pendidikan untuk budaya sendiri
sangatlah minim. Warisan budaya kita saat ini sudah berada di posisi sangat
berbahaya, dan semua ini bukan semata-mata di karenakan pesatnya perkembangan
industri pariwisata di Indonesia, melainkan disebabkan oleh faktor urbanisasi
besar-besaran, dan masuknya teknologi yang berada di luar kontrol kita serta pasar bebas
yang akan dimulai.
Kotak besar kedua yang beberapa tahun terakhir ini baru berkembang cukup
pesat adalah pariwisata alternatif (minat khusus). Berkembangnya pariwisata
alternatif ini merupakan reaksi dari munculnya dampak negatif pariwisata masal.
Sehingga keberadaan pariwisata alternatif ini cenderung lebih memberikan dampak
positif bagi masyarakat lokal baik dari segi budaya, ekonomi dan edukasi, hingga
meminimalisir dampak negatif perkembangan pariwisata. Selain itu pariwisata
alternatif juga memberikan nilai edukasi bagi wisatawan yang datang ke suatu
destinasi wisata. Dari hasil studi yang berkembang menunjukkan bahwa pariwisata
harus memiliki konsep berkelanjutan. Maksudnya pariwisata tidak hanya berhenti
pada satu titik, tapi terus menerus berputar, meregenerasikan dirinya, dan semakin
berkembang lebih baik. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang
mementingkan kepentingan generasi saat ini tanpa melupakan kepentingan generasi
masa depan. Maksudnya generasi masa kini dan generasi mada depan kebutuhannya
harus sama-sama terpenuhi. Kondisi alam harus sama-sama lestari, eksistensi budaya
lokal harus sama lestari, serta edukasi bagi masyarakat lokal dalam interaksinya
dengan tamu juga harus sama pentingnya untuk dilestarikan ( Hadinoto : 1996 ).
Pariwisata berkelanjutan melibatkan masyarakat sebagai salah satu pelaku
utamanya dan mengutamakan kelestarian sumber daya. Hal ini kemudian dikenal
dengan konsep sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan) yang menekankan
kualitas, berkelanjutan, serta keseimbangan. Payung besar pariwisata berkelanjutan
kemudian terwujud dalam beberapa konsep. Konsep pengembangan pariwisata
alternatif dalam wujud ekowisata (ecotourism) yang menitikberatkan pada kelestarian
ekosistem dan berbasis masyarakat lokal sebagai pelaku utama, dimana kegiatan
pariwisatanya merupakan kegiatan yang bertanggung jawab (responsible tourism
Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk kegiatan kepariwisataan yang
tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologis dan menghindari dampak negatif
dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang
tidak terlalu cepat pembangunannya ( Travis : 1985 : 23 ).
).
Merujuk dari pengertian menurut ahli tersebut di atas, maka pariwisata
alternatif bisa disebut juga sebagai pariwisata yang muncul guna meminimalisir
dampak negatif dari perkembangan pariwisata masal yang terjadi hingga saat ini.
Dampak negatif dari pariwisata masal atau pariwisata berskala besar adalah ancaman
terhadap kelestarian budaya dimana budaya lebih dikomersialisasikan dibandingkan
dijaga keaslian dan kelestariannya. Selain itu pariwisata alternatif adalah kegiatan
kepariwisataan yang memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai suatu
pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan
yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana segala aktivitasnya turut melibatkan
masyarakat ( Saglio : 1979 dan Gonsalves: 1984).
Jadi, bisa disimpulkan pembangunan pariwisata yang baik dan mendukung
kelestarian sumber daya baik alam, budaya dan manusia adalah pariwisata alternatif
(minat khusus). Menurut Suwantoro ( 2001 : 75 ) istilah pariwisata alternatif atau
Alternative tourism mempunyai dua (2) pengertian, yaitu :
Sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang timbul sebagai reaksi terhadap
dampak-dampak negatif dari pengembangan dan perkembangan pariwisata
konvensional. Sebagai bentuk kepariwisataan yang berbeda ( yang merupakan
alternatif ) dari pariwisata konvensional untuk menunjang kelestarian alam
Berbagai nama dari pariwisata alternatif seperti ecotourism, responsible
tourism, special interest tourism, agro tourism, dan lain sebagainya muncul
dikerenakan dampak negatif dari pariwisata konvensional dan pariwisata jenis ini
merupakan pariwisata yang sangat menekankan pentingnya akan keseimbangan
sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan, budaya, serta kesejahteraan
masyarakat sekitar.
3.1.1 Aktivitas Yang Terkandung Dalam Wisata Minat Khusus
Pariwisata minat khusus merupakan suatu kegiatan pariwisata yang beralih
dari pariwisata konvensional ke pariwisata yang peduli atau lebih mengutamakan
menjaga kelestarian lingkungan, budaya serta pertumbuhan ekonomi pada masyarakat
sekitar. Berbagai aktivitas wisata minat khusus berbuah hasil dan di terima oleh
seluruh dari kalangan masyarakat, baik wisatawan/ pengunjung maupun tuan rumah (
masyarakat setempat ). Adapun aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas sebagai penghasil devisa terbesar bagi suatu negara dan khususnya suatu daerah objek wisata.
- Penghasil devisa negara
Pemerintah Republik Indonesia di dalam pembangunan jangka panjang tahap
II ( 1995-2030 ) bermaksud untuk membangun usaha kepariwisataan di
seluruh wilayah Indonesia dengan usaha kepariwisataan tidak hanya
menghasilkan devisa yang besar tanpa menyebabkan kerusakan pada alam
dan budaya masyarakat, serta memberi kesempatan kerja dalam jumlah besar
bagi tenaga kerja yang baru menyelesaikan studinya dan mendapat latihan
yang relatif sama dengan pendidikannya. Cara demikian akan membuat
pengelola maupun masyarakat lebih sadar akan kepariwisataan yang
berpotensi di daerah mereka. Dan kelestarian baik budaya dan alam sekitar
akan lebih mudah terjaga dan dikondusifkan. Ada beberapa cara untuk
• Perpanjangan lama tinggal wisatawan ( long of stay ) • Menambah peluang berbelanja wisatawan.
• Membuat kesan baik yang membekas akan membuat wisatawan berkunjung ulang ke objek wisata tersebut.
• Perbesaran jumlah wisatawan dengan :
• Promosi / pemasaran objek wisata.
• Penjemputan wisatawan di setiap pasar wisatawan : • Pesawat besar.
• Penerbangan non-stop .
• Pelayanan standar mutu dunia.
Usaha tersebut di atas dapat dicapai dengan :
• Penyempurnaan daerah tujuan wisata, seperti :
- Tour- tour disusun dengan baik
- Cukup tour dan alternatif.
- Peningkatan, mutu fisik / mutu pelayanan.
• Banyak variasi cendramata dan atraksi sesuai selera wisatawan
(consumer-oriented)
• Identifikasi dan pengembangan atraksi pariwisata yang baru (Hadioto : 1996 : 8).
b. Aktivitas sebagai penikmat budaya, alam asli serta pelaku pelestarian alam bagi suatu objek wisata ( penyesuai lingkungan).
- Penyesuai keseimbangan lingkungan dan budaya
Lingkungan dan budaya suatu destinasi adalah merupakan suatu faktor
penggerak wisatawan dari satu tempat ke tempat lain, kecuali wisatawan
alam dan budaya misalnya, bisnis, agama, dan keperluan sosial lainnya.
Dalam aktivitas wisata alternatif sebagai penyeimbang lingkungan dan
budaya sekitar adalah hal yang utama harus di perhatikan baik dari segi
keasrian, serta kelestarian. Karena faktor lingkungan dan budaya adalah suatu
daya tarik wisatawan, mobilitas wisatawan serta motivasi yang membuat
wisatawan datang berkunjung. Alasan mengapa faktor kelestarian lingkungan
dan budaya yang menjadi hal utama, perlu kita merujuk kembali pada salah
satu isi dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) 1993 yang sangat
menekankan pelestarian lingkungan dan budaya yaitu : “ Mengamanatkan
peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan, memperluas dan
memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong pembangunan
daerah, melestarikan keindahan alam,budaya
c. Aktivitas sebagai penunjang kelestarian lingkungan.
dan menjalin kerjasama antar
bangsa”.
- Menunjang Kelestarian Lingkungan
Jenis pariwisata minat khusus ( alternatif ) yang merupakan alternatif dari
pariwisata konvensional timbul dikarenakan :
• Adanya suatu asumsi bahwa pariwisata memerlukan lingkungan yang baik.
• Kesadaran bahwa pariwisata dapat digunakan sebagai instrumen untuk menunjang upaya pelestarian lingkungan.
Sementara itu banyak pakar yang menyadari bahwa pariwisata
membutuhkan lingkungan yang baik, meskipun demikian juga dapat
menimbulkan berbagai dampaknegatif terhadap lingkungan seperti
pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, dan kerusakan ekositem
dalam segala bentuk manifestasinya. Berbagai dampak negatif pariwisata
semata-mata dengan pendekatan ekonomi dimna pariwisata dipersepsikan sebagai
instrumen untuk meningkatkan pendapatan terutama pada bidang swasta dan
pemerintah. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan adanya
pembangunan besar-besaran nantinya dan hal itulah lambat laun yang akan
merusak sumber daya alam itu sendiri.
Pola perkembangan seperti itu telah berlangsung lama dan melekat pada
hampir semua upaya pengembangan pariwisata, termasuk alternaif pariwisata.
Untuk menghindari berbagai kekeliruan tersebut, maka pakar-pakar pariwisata
melakukan peninjauan ulang yang sedikit berbeda dari yang sudah ada.
Peninjauan itu ada 3 point yaitu ;
a. Perubahan persepsi tentang pariwisata
Pariwisata harus dipersepsikan sebagaiw alat untuk meningkatkan :
• Kualitas hubungan antar manusia. • Kualitas hidup penduduk setempat. • Kualitas lingkungan hidup.
b. Kriteria-kriteria pengembangan pariwisata
• Pengambilan keputusan dalam pengembangan pariwisata dimana pun itu, harus adanya persetujuan dari masyarakat
sekitar dan disetujui oleh mereka.
• Hasil keuntungan dari pariwisata haruslah kembali kepada masyarakat sekitarnya.
• Pariwisata haruslah berdasarkan suara lingkungan dan prinsip-prinsip keekologian, peka terhadap kebudayaan lokal, serta
• Pengembangan pariwisata perlu dijadikan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan (Suwantoro : 2001 :
79 ).
d. Sebagai Aktivitas Pariwisata Yang Berbasis Kerakyatan
Aktivitas pariwisata yang berbasis kerakyatan merupakan suatu aktivitas
pariwisata yang bercirikan penekanan ekonomi rakyat atau pemberdayaan
masyarakat. Dengan memungkinkan untuk berkembangnya kegiatan pengusahaan
pariwisata alam yang memberikan peluang kerja dan dampak positif bagi masyarakat
sekitarnya. Dengan terbukanya berbagai kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar,
dengan itu akan timbul interaksi yang positif antara masyarakat, pengelola usaha
wisata, serta sumber daya dan selanjutnya akan ada rasa ikut memiliki yang pada
akhirnya perasaan itu terwujud dala bentuk partisipasi langsung ataupun tidak
langsung dalam kegiatan pariwisata.
Pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan memiliki ciri –ciri
sebagai berikut :
• Berskala kecil, jenis pariwisata yang dikembangkan dengan konsep ini pada dasarnya bersahabat dengan lingkungan, tidak menimbulkan banyak dampak
negatif, serta lebih mudah di organisir.
• Lebih berpeluang untuk di kembangkan dan diterima oleh masyarakat lokal. • Lebih memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik
pada proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun penerimaan
manfaat dan keuntungan.
• Selain menekankan partisipasi masyarakat, pembanguna berwawasan kerakyatan juga sangat mementingkan keberlanjutan kultural ( cultural
sustainability ), dan secara keseluruhan berupaya untuk membangkitkan rasa
hormat dan penghargaan wisatawan terhadap kebudayaan lokal (Nasikun :
BAB IV
GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI
OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO 4.1 Gambaran Pariwisata Kabupaten Karo
Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit
Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan
97°55’ - 98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut
dan hampir 91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut.
Kabupaten Karo berbatasan dengan daerah-daerah lainnya sebagai berikut :
• Sebelah utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. • Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi.
• Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun.
• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan langkat.
Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk
dengan berbagai keindahan alamnya. Khas akan daerah ini adalah udara bersih dan
dingin yang merupakan salah satu destinasi wisata yang paling sering dikunjungi
oleh warga kota Medan yang mendominasi alasan sebagai pelepas penat di akhir
pekan. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan daerah lainnya di
Sumatera Utara adalah :
• Posisi kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.
• Jarak dari Ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas cukup baik. • Memiliki sarana akomodasi yang cukup memadai.
Selain ke 4 (empat) hal diatas, Kabupaten Karo juga memiliki banyak obyek dan
daya tarik wisata, misalnya :
• Panorama / Keindahan Alam • Danau.
• Gunung Berapi. • Air Panas Alam. • Atraksi Budaya. • Peninggalan Sejarah. • Agro Wisata
• Minat Khusus ( Lintas Alam, Mountenering, Gantole dll).
Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama dalam melakukan perjalanan
wisata, maka pemerintah Kabupaten Karo menyediakan sarana, prasarana dan
fasilitas penunjang kepariwisataan yang memadai dengan maksud memperpanjang
masa tinggal (long of stay) wisatawan ditempat wisata. Dalam hal ini fasilitas
penunjang dimaksud sebagai daya tarik bagi wisatawan agar betah tinggal di daerah
objek wisata. Berikut penulis uraikan table sarana, prasarana dan fasilitas penunjang
yang tersedia di Kabupaten Karo.
Table Sarana, Prasarana dan Fasilitas Penunjang Keperiwisataan di Kabupaten Karo
No Jenis sarana/ fasilitas Jumlah Keterangan
1. Hotel berbintang 10 buah Beroperasi dengan baik
2. Hotel Melati 44 buah Beroperasi dengan baik
3. Telekomunikasi 10 buah Beroperasi cukup baik
4. Money changer 5 buah Beroperasi dengan baik
5. Bank 6 buah Beroperasi dengan baik
7. Biro perjalanan wisata 5 buah Beroperasi dengan baik
8. Rumah sakit umum 6 buah Beroperasi dengan baik
9. Pos keamanan 9 buah Beroperasi dengan baik
10. Jalan raya - Baik
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.
Fasilitas penunjang kepariwisataan dalam table di atas sudah memenuhi serta
mencukupi kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo. Aksesibilitas
suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat mempengaruhi mutu dari
obyek wisata tersebut.Pada umumnmya aksesibilitas menuju obyek wisata Kabupaten
Karo sudah baik dan telah dapat dilalui oleh kenderaan roda empat dan bus besar.
4.2 Perkembangan Objek Wisata Gunung Sibayak
Kabupaten Karo yang terletak pada jajaran pegunungan bukit barisan yang
secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan 97°55’ -
98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut dan hampir
91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut. Terdapat gunung
dengan ketinggian 2.094 m dari permukaan laut. Gunung yang keadaan puncaknya
yang sudah porak poranda karena letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari dua tempat
yaitu: dari desa Raja Berneh (Semangat Gunung) dan dari kota Brastagi. Gunung
Sibayak ini merupakan gunung api yang masih aktif, dan mempunyai kawah yang
cukup landai untuk dituruni dan tampak tidak terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu
dekat. Gunung ini tidak begitu sulit untuk didaki bahkan oleh seorang pemula
sekalipun. Gunung ini selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki lokal di malam
minggu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam 02.00 dini hari untuk
mendapatkan pemandangan matahari terbit dipuncak gunung ini.
Untuk mencapai gunung ini kita bisa mendaki dari tiga tempat yaitu dari :
Dari desa Raja Berneh ( Semangat Gungung ) ini adalah salah satu jalur
alternatif selain dari jalur pariwisata berastagi menuju gunung Sibayak. Jarak
tempuh 2 Kilometer, kira- kira 1-2 jam dari desa Semangat Gunung menuju
gunung Sibayak dengan prasarana yang kurang memadai.
b. Doulu Kilometer 54
Jalur alternatif ini sangat sering digunakan wisatawan lokal, Pencinta Alam
dan wisatawan manca negara. Selain melewati hutan raya Sibayak, juga
mempunyai sisi petualangan melewati jalur ini. Jarak tempuh 6 Kilometer
kira-kira 4-6 jam menuju puncak Sibayak.
c. Kota Brastagi / jalur pariwisata.
Jalur ini merupakan satu-satunya jalur yang beraspal sampai “perut” sibayak,
dengan kondisi sekarang yang sudah tidak layak dilalui lagi akibat longsor
tahun 2010 yang lalu dan kurangnya perhatian pemerintah setempat.
Ketiga - tiganya bisa dicapai dengan angkutan dari kota Medan. Dalam
Pendakian ke gunung Sibayak kita akan melewati hutan belantara tropis dan tebing
yang penuh tantangan serta puncak gunung terdapat hamparan dataran tempat
berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan
magma dan pemandangan yang indah dan menawan.
4.3 Potensi Wisata Gunung Sibayak Sebagai Wisata Minat Khusus 4.3.1 Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama yang
memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Sumatera
Utara. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat di manfaatkan secara optimal
karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya.
Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki
era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala
sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam
menunjang pembangunan Daerah. Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang
dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus
ditangani oleh tenaga profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional
diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang
mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat
membangun sektor kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan
yang telah ditetapkan, serta mengadopsi prinsip-prinsip “ Good Governance” dalam
melaksanakan pelayanan masyarakat.
Kabupaten Karo sangat banyak menyimpan pariwisata minat khusus, akan
tetapi belum sepenuhnya di publikasikan juga belum sepenuhnya di kembangkan
oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Berikut ini pariwisata minat khusus yang
belum terkelola dengan baik, yaitu :
a. Agro wisata meliputi :
• Produksi jeruk, nenas, dan buah-buahan lainnya. • Produksi sayur-sayuran kol, wortel dan sebagainya • Produksi tembakau lokal berastagi.
b. Ekowisata
• Taman wisata alam sibolangit • Taman hutan raya
c. Trekking
• Gunung Sinabung • Gunung Sibayak • Gunung Sibuatan • Air terjun Sipiso-piso
d. Olahraga ekstrim
• Rock climbing ( Panjat tebing )
• Paralayang
• Caving ( Susur Gua ) dan lain- lain.
e. Wisata religi
• Taman wisata Lumbini ( Agama Buddha )
Secara umum pariwisata minat khusus / alternatif di Kabupaten Karo bisa
dikatakan sangat komplit baik dari segi wisata olahraga ekstrim, wisata pertanian,
wisata berbasis lingkungan dan budaya, wisata religi, dan wisata petualangan
sangatlah mendukung di daerah ini. Sayangnya sedikit perhatian dari masyarakat
dan pemerintah setempat akan pentingnya pariwisata dalam mengembangkan suatu
daerah. Akan lebih baik lagi apabila seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan
memberikan perhatian terhadap suatu objek wisata yang sangat- sangat berpotensi.
Seperti halnya dalam konsep pariwisata alternatif yang harus saling mengisi, saling
menguntungkan ( simbiosis ) dan saling menjaga.
4.3.2 Tujuan Pengembangan Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo
Secara umum tujuan pengembangan wisata minat khusus di Kabupaten Karo
adalah memperkenalkan wisata minat khusus, bagaimana aktivitasnya, dan
memperkenalkan potensi wisata yang ada di dalamnya. Sedangkan secara khusus,
tujuan pengembangan wisata minat khusus di Kabupaten Karo adalah :
• Wisata minat khusus dapat dinikmati setiap orang yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat.
• Memperkenalkan kepada masyarakat tentang pentingnya dan fungsi wisata minat khusus di Kabupaten Karo ( Gunung Sibayak ).
• Agar masyarakat dapat lebih menghargai akan alam, budaya / adat istiadat, dan sumber daya lainnya.
• Memperjelas keadaan serta kondisi pariwisata khususnya pariwisata minat khusus di Kabupaten Karo.
• Mengembangkan pariwisata yang tidak monoton serta mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis lingkungan dan budaya. • Agar terjaganya kelestarian lingkungan objek wisata sekitar dan tidak
menimbulkan dampak pariwisata konvensional lagi.
4.3.3 Pengembangan Wisata Minat Khusus di Gunung Sibayak Sebagai Wisata yang Sangat Berpotensi di Kabupaten Karo
Pengembangan wisata minat khusus merupakan suatu konsep terbaru
pariwisata saat ini, yang merupakan salah satu cara pilihan dalam pengembangan
kepariwisataan di Kabupaen Karo yang selama ini lebih condong kepada pariwisata
konvensional. Adapun konsep-konsep yang diberikan wisata minat khusus ini
merupakan konsep pariwisata yang berbasis ke ekowisataan, pembangunan yang
berkelanjutan, pembangunan yang berbasis kerakyatan, dan kelestarian lingkungan
juga budaya masyarakat setempat. Konsep pariwisata minat khusus ini sangat akrab
dengan masyarakat sehingga pengembangan konsep pariwisata ini sangat cepat dan
sangat di terima oleh semua kalangan masyarakat. Dan hal itu disebabkan oleh
pariwisata sendiri ( konvensional) yang masih terbilang kurang ramahnya terhadap
nilai- nilai edukasi yang diharapkan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Pengembangan suatu objek wisata meliputi sebagian besar dari sumber daya
fisik atau komponen produk wisata. Kebijaksanaan harga, objek wisata saingan,
aspek finansial, merupakan motivasi serta penentu kelayakan perkembangan objek
wisata. Dan tidak boleh dilupakan bahwa aspek lingkungan, budaya dan sosial,
memiliki dimensi penting dalam pengembangan suatu objek wisata. Pesat dan
besarnya pengembangan suatu kepariwisataan, tidaklah lepas dari dampak
sadar akan banjirnya wisatawan suatu objek wisata nantinya dan akan berdampak
buruk bagi objek wisata yang monoton akibat kehilangan daya tarik atraksinya. Dan
apabila menuruti permintaan wisatawan, akan merusak lingkungan serta
kepentingan sosial lainnya.
Dalam memenuhi kepuasan dan kebutuhan wisatawan, diharapkan agar
wisatawan dan pengelola kepariwisataan tidaklah merusak Kepentingan sosial dan
ekonomi penduduk daerah wisata serta lingkungan dan terutama sumber daya alam
yang merupakan atraksi dasar dari pariwisata ( Hadinoto : 1996 : 29 ).
Berikut adalah uraian tentang pengembangan suatu objek wisata yang selama
ini kita kenal ( Hadinoto : 1996 ) :
a. Ditemukannya kawasan baru yang berpotensi.
b. Beberapa pengunjung datang.
c. Masyarakat lokal membuat . • Warung –warung • Perkemahan • Home stay
• Serta promosi kawasan baru tersebut. d. Naiknya arus kunjungan wisatawan.
e. Investor / businessman masuk.
f. Pengusaha- pengusaha lokal tersingkir.
g. Kawasan semakin dikenal, dan terjadi pariwisata masal.
h. Daya tarik hilang karena terlalu padat dan monoton.
i. Kawasan baru tersebut rusak.
j. Pengunjung mulai berkurang.
k. Penurunan arus wisatawan.
l. Destinasi ditinggalkan
Begitulah gambaran pengembangan wisata di Kabupaten Karo selama ini
yang kita kenal dan biarkan terus berkembang dengan mengkomersialkan segala
sumber daya tanpa memperhatikan kebutuhan sumber daya tersebut. Dan
pengembangan objek wisata saat ini sangat jauh berbeda daripada pengembangan
objek wisata sebelumnya. Dalam konsep pariwisata alternatif ( minat khusus )
Wisatawan mencari sesuatu yang lain dan berbeda serta sangat menjunjung
kesadaran lingkungan yang sangat tinggi ( Hadinoto : 1996 : 49 ).
Suatu objek wisata dapat menimbulkan kerusakan apabila keputusan
pengembangan pariwisata tidak dengan masyarakat, hati nurani, dan hanya atas dasar
keinginan untuk membesarkan ekonomi daerah. Dan perlu diingat dan diketahui
bahwa wisatawan berasal dari penduduk yang padat, sesak akan polusi, dan yang
ingin mereka cari adalah keheningan, udara bersih dan sejuk serta nyaman dan aman
untuk di singgahi serta mempunyai edukasi yang tinggi untuk diaplikasikan nanti di
lingkungan sekitarnya. Wisatawan tidak ingin berkunjung ke tempat yang kotor,
kumuh, penuh polusi, dan berkawasan padat.
Bila hal diatas dikaitkan dengan potensi wisata minat khusus di gunung
Sibayak, maka pemerintah seharusnya sadar akan keberadaan potensi wisata yang di
miliki oleh gunung Sibayak yang sangat berpengaruh terhadap reputasi nama
Kabupaten Karo di mata Sumatera Utara khususnya karena nama Sibayak merupakan
jargon utama untuk wilayah Kabupaten Karo. Petensi gunung Sibayak sebagai objek
wisata minat khusus sangat besar potensi yang terkandung di dalamnya Misalnya,
rock climbing (panjat tebing alam), hot spring (pemandian air panas),sunset (matahari
terbenam) campsite (kemah) dan masih banyak lagi wisata-wisata minat khusus
lainnya. Dari sekian potensi wisata minat khusus yang ada di gunung Sibayak, jika
diberdayakan semaksimal mungkin akan lebih terawat juga terjaga keaslian
sumberdayanya. Apabila suatu objek wisata dikelola oleh orang-orang yang hanya
mencari keuntungan semata, lambat laun potensi itu akan habis dikomersialkan
Kebanyakan objek wisata minat khusus digunung Sibayak dikelola oleh
masyarakat yang berada di ranah tinggalnya sehingga, pengelolaan objek wisata yang
dimaksudkan tidak tercapai dan bahkan melenceng dari konsep – konsep pariwisata
yang ada. Misalnya jalur menuju puncak gunung Sibayak, pemerintah hanya
menyediakan jalan setapak beserta stringline menuju puncak gunung Sibayak.
Dengan otomatis pengunjung berduyun- duyun mengunjungi objek tersebut dengan
melalui jalur yang disediakan oleh pemerintah yang tadinya dimaksudkan
mempermudah aksesibilitas wisatawan menuju tempat wisata padahal, metode
tersebut sangat-sangat bertolak belakang dengan konsep yang ada bahkan merugikan
lingkungan juga masyarakat itu sendiri nantinya. Jika pamecahan masalah tidak dicari
sesegera mungkin, lambat laun hutan tropis Sibayak akan habis akibat banyaknya
pengunjung yang berdatangan yang membutuhkan kebutuhan pangan dan papan
wisatawan seperti, kayu sebagai tempat tinggal sementara di alam (bivack), kayu
untuk memasak dan membuat perapian dimalam hari, kayu sebagi alat bantu
mendaki.
Kerusakan tidak sampai disitu saja, akan tetapi banyaknya sampah yang
bertaburan sisa dapur wisatawan akan menambah dan mempercepat kerusakan habitat
yang ada didalamnya. Masalah kecil seperti ini apabila tidak ditanggulangi dengan
baik akan menjadi masalah besar untuk pengembangan wisata minat khusus nantinya
dan mungkin akan menular dan membudaya bagi masyarakat yang berkunjung
maupun pengelola objek wisata. Ada baiknya pemerintah memberikan solusi yang
dapat diterima wisatawan dengan membatasi pengunjung yang tidak bertanggung
jawab atas perilaku merusak lingkungan dan memberikan pelatihan- pelatihan
pengembangan objek wisata bagi pengelola serta peninjauan yang rutin terhadap
lingkungan objek wisata, masyarakat dan pengelola. Dengan seperti itu, lingkungan
dan objek wisata yang dimaksud dalam Garis Besar Haluan Negara 1993 yang
memeratakan kesempatan kerja dan usaha, serta pembangunan daerah dan pelestarian
4.3.4 Kendala- kendala
Dalam pengembangan pariwisata alternatif tentunya mempunyai berbagai
kendala serta dampak- dampak yang diakibatkan oleh pariwisata itu sendiri. Dampak
tersebut meliputi dampak fisik dan dampak manusia. Dampak fisik seperti kerusakan
pada lingkungan sekitar, kepadatan objek wisata, pencemaran udara ( polusi ), dan
masalah lalu lintas yang akan semakin padat dan macat. Sedangkan dari segi dampak
manusia, wisatawan kurang peduli akan lingkungan objek wisata, kurangnya
kesadaran akan keuntungan adanya pariwisata di tempat tersebut, hilangnya identitas
lokal masyarakat, kurangnya pendidikan pada petugas wisata baik dalam segi
keterampilan maupun pengembangan objek wisata, terjadinya perpecahan masyarakat
sekitar ( konflik lahan ), kurangnya informasi tentang objek wisata dan musiman
panjang serta lama tinggal wisatawan yang sebentar.
4.3.5 Upaya Penanggulangan
Adapun upaya menanggulangi kendala-kendala yang di hadapi, yaitu :
a. Pembenahan/ pembinaan masyarakat akan pariwisata.
Dalam menanggulangi kendala- kendala di atas, rasanya sangat perlu
pembinaan, pendidikan kepada masyarakat dan wisatawan akan pariwisata
dan pengembangannya karena dasar pengembangannya ada dan
tergantung pada masyarakat dan pemerintah setempat.
b. Penerbitan informasi yang detail dan mengajak.
Kurangnya informasi tentang pariwisata alternatif yang detail dan
mengajak wisatawan yang berkunjung ke objek wisata menjaga dan
melestarikan menjadikan wisatawan lebih condong kepada penikmat saja
c. Pembenahan sarana dan prasarana kepariwisataan.
Sarana dan prasarana pariwisata merupakan titik pengembangan suatu
objek wisata yang berkembang. Karena hidup dan kehidupannya
tergantung pada wisatawan yang datang berkunjung ke objek tersebut dan
suatu objek wisata berkembang dilihat dari segi jumlah pengunjung dan
sarana prasarananya.
d. Kerja sama ketiga elemen pariwisata.
Untuk menanggulangi kendala- kendala yang terjadi di atas ada baiknya
merealisasikan kerja sama ketiga elemen pariwisata yakni, masyarakat,
pengelola, dan sumber daya agar terciptanya pariwisata yang berbasis
lingkungan serta bermasyarakat. Dengan terciptanya kerja sama ketiga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dengan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, diharapkan hubungan di
antara ketiga elemen pariwisata yaitu masyarakat sekitar, wisatawan, dan sumberdaya
dapat berjalan secara seimbang dan harmonis serta terjaga kualitasnya. Dari hasil
pembahasan dari tiap bab, maka penulis menarik kesimpulan :
• Objek wisata di daerah Kabupaten Karo merupakan daerah kedua di Sumatera Utara yang sering dikunjungi oleh wisatawan setelah Danau Toba. Gunung
Sibayak termasuk salah satunya dalam wisata minat khusus yang sering
dikunjungi wisatawan.
• Kabupaten Karo mempunyai potensi wisata yang cukup komplit, namun masih banyak objek wisata yang belum sepenuhnya diberdayakan dan
dipasarkan / promosikan pemerintah dan masyarakat setempat, karena
kurangnya dana dan kurangnya sumber daya manusia yang profesional dalam
bidang pariwisata.
• Daerah tujuan wisata di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo masih banyak mempunyai kelemahan dalam hal menarik arus kunjungan wisatawan
ke Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo akibat daripada kekurangan-
kekurangan dari segi sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung
kepariwisataan yang kurang memadai.
• Dampak negatif kepariwisataan harus diupayakan agar tidak merusak kehidupan sosial dan budaya masyarakat lokal.
• Pariwisata Kabupaten Karo sangat sangat berpotensi dalam hal kualitas dan kuantitasnya, hanya saja masyarakat yang kurang mengetahui serta
5.2 Saran
• Pengembangan dan pembinaan pariwisata alternatif perlu adanya pembinaan terhadap generasi muda dan masyarakat sekitar akan
pentingnya sadar wisata dan potensi wisata.
• Pengambilan keputusan dalam pengembangan pariwisata dimana pun itu, harus adanya persetujuan dari masyarakat sekitar dan disetujui
oleh mereka dengan maksud agar terciptanya hubungan saling bahu
membahu antara pemerintah dan masyarakat.
• Dalam penyajian objek wisata perlu dibuat adanya penganekaragaman objek wisata, agar wiatawan tidak menikmati objek serta atraksi wisata
yang monoton.
• Dilokasi objek wisata hendaknya dibuat badan yang seara jelas dan bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan objek wisata tersebut
agar wisatawan merasa nyaman.
• Melalui pengembangan pariwisata alternatif, diharapkan masyarakat setempat dapat lebih berperanserta didalamnya agar kelestarian
lingkungan terjaga kelestariannya, dampak yang ditimbulkan tidak
sama lagi dengan pariwisata sebelumnya (pariwisata konvensional) di
Kabupaten Karo.
BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan
Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ) menjelaskan pengertian
pariwisata sebagai berikut :
“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.
Undang- Undang tahun 1990, tentang kepariwisataan menyebutkan defenisi
dari wisata, wisatawan, kepariwisataan, dan pariwisata sebagai berikut :
a. Wisata adalah: kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut
yang di lakukan secara suka rela bersifat sementara untuk memilih
objek dan daya tarik wisata.
b. Wisatawan adalah : orang yang melakukan kegiatan wisata yang
tujuannya bukan untuk menetap dan untuk tidak mencari nafkah di
tempat yang dikunjungi.
c. Pariwisata adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengelola objek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
berhubungan dengan penyelenggara pariwisata.
d. Kepariwisataan adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggara pariwisata, yang artinya semua kegiatan dan urusan yang
ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan,
pengawasan pariwisata baik yang di lakukan pemerintah, pihak swasta,
maupun masyarakat.
e. Objek dan Daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
• Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna seperti pemandangan alam, panorama indah
hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta
binatang-binatang langka.
• Karya buatan manusia yang berwujud dalam beberapa bentuk, berupa museum, peninggalan purba kala,peninggalan sejarah,
seni budaya, wisata pertanian (agro), wisata air (tirta) wisata
petualangan (minat khusus), taman rekreasi dan tempat hiburan. • Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung,
goa, sungai air deras, tempat ibadah, perbelanjaan, dan lain-lain.
Selain batasan tersebut diatas, banyak defenisi lain yang dikemukakan oleh
ahli pariwisata antara lain adalah ( Kodhyat : 1983 : 4 ) menjelaskan bahwa
“Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.
Sedangkan menurut pendapat Spillane ( 1982 : 20 ), “ pariwisata adalah
kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari
kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau
istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain”.
Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ),
“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
ciri-ciri pengertian pariwisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik,
dan paling khasnya selalu dikaitkan dengan pertamasyaan, rekreasi dan tidak mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi.
2.2 Industri dan Produk Wisata 2.2.1 Industri Pariwisata
Bila kita mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan adalah suatu
bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap
dengan mempergunakan mesin. Demikianlah gambaran industri pada umumnya,
tetapi tidak demikian dengan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah kumpulan
dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang
dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel
pada umumnya. ( Yoeti, 1996 : 172 ). Sedangkan menurut Parmadji ( dalam Yoeti
1996 : 153 ), “Industri Pariwisata adalah rangkuman daripada berbagai macam
bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa /
pelayanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun secara tidak
langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya”.
Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah dikeluarkan instruksi
Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II pasal 3 disebutkan usaha-usaha
pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri
pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta
kesejahteraan masyarakat dan negara. Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas
bila kita mempelajari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang
diharapkan wisatawan dimana ia sedang dalam perjalanan atau perlawatannya.
2.2.2 Produk Pariwisata
Produk Pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa
lainnya memiliki ciri-ciri berbeda, tidak hanya barang melainkan fasilitas- fasilitas
mengadakan perjalanan. Untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata
tersebut, ada beberapa pendapat ahli yang akan menjadi acuan.
Menurut Burkat dan Medlik, produk pariwisata dapat merupakan suatu
susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata,
transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata
dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada
konsumen (wisatawan/tourist).
Sedangkan Medlik dan Middleton menyatakan bahwa, produk pariwisata
terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama
lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan
tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya.
Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
3(tiga) unsur yang membentuk suatu Produk Pariwisata, yaitu :
• Daya Tarik dari Destinasi • Fasilitas dari Destinasi • Kemudahan dari Destinasi
Ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap suatu
destinasi, baik atau buruk. Berikut terdapat 6 (enam) unsur produk pariwisata yang
membentuk suatu paket pariwisata terpadu yang diuraikan berdasarkan kebutuhan
wisatawan, antara lain:
• Objek dan Daya Tarik Wisata. • Jasa Travel Agent & Tour Operator. • Jasa Perusahaan Angkutan.
• Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan. • Jasa Souvenir (Cinderamata).
• Jasa Perusahaan Pendukung.
Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan
• Produk pariwisata tidak dapat dipindahkan.
• Produk pariwisata tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan.
• Produk pariwisata tidak dapat ditimbun atau disimpan.
• Produk pariwisata sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis. • Produk pariwisata tidak dapat dicoba atau dicicipi.
• Produk pariwisata sangat tergantung pada faktor manusia.
• Produk pariwisata memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi.
• Produk pariwisata tidak memiliki standar atau ukuran yang objektif dalam menilai tingkat mutu produk.
serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam
maupun setelah pembudidayaanya ( Suwantoro 1997 : 6 ).
2.2.3 Pengertian Wisata Alam
Pariwisata jenis ini sangat banyak menarik wisatawan dari kalangan yang
relatif muda karena selain menguras tenaga yang banyak, untuk menikmati wisata ini
juga dibutuhkan adrenalin yang tinggi. Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata
yang memanfaatkan sumber daya alam yang memiliki daya tarik bagi wisatawan serta
ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah
pembudidayaanya ( Suwantoro : 1997 : 6 ).
Alam yang menawarkan sejuta keindahannya dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam kegiatan wisata, hanya saja sebagai orang yang menjalankan
kegiatan wisata ada baiknya memikirkan segala dampak buruk yang terjadi karena
eksploitasi alam yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata. Untuk itu perlu adanya
pelestarian terhadap alam untuk menjaga kelestarian alam, dan juga dapat
mengurangi dampak buruk yang terjadi karena ulah manusia terhadap alam. Jenis
wisata ini banyak menarik kaum remaja pada umumnya yang memerlukan keuletan
dan sikap pantang menyerah. Wisata alam mengandung banyak resiko, karena itu
diabaikan karena dapat menyebabkan kecelakaan. Keindahan alam Indonesia dengan
berbagai flora dan faunanya merupakan salah satu daya tarik utama kepariwisataan
alamnya.
2.3 Uraian Teoritis Tentang Objek dan Atraksi Pariwisata
Menurut Yoeti ( 1996 : 172 ) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pariwisata menjelaskan bahwa obyek wisata adalah obyek yang tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain obyek tersebut diadakan tanpa bantuan orang lain. Dan yang dikatakan atraksi merupakan sinonim dari pengertian entertainment, yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang lain.
Menurut Marioti dalam Yoe ti ( 1996 : 174 ) ada 3 hal yang menjadi daya tarik
suatu daerah. Ketiga hal tersebut adalah :
Namun pada dasarnya obyek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu.
• Hasil ciptaan manusia (man made supply), yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan, kesenian dan keagamaan.
• Benda- benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural
amenities), yang termasuk dalam kelompok ini adalah : iklim, flora dan
fauna, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar dan lain-lain.
• Tata cara hidup masyarakat (the way of life), misalnya : Kerja Tahun / pagelaran acara gendang Karo (Guro-guro), pembakaran mayat di Bali
(Ngaben), dan upacara Sekaten di Yogyakarta.
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek dan atraksi
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sasaran wisata.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
Kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata yaitu :
a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berwujud keadaan alam, flora dan fauna.
Objek dan daya tarik wisata ciptaan tuhan ini merupakan suatu
kawasan yang berisi flora dan fauna yang dikuasai dan dikelola untuk
dijadikan suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan wisata. Objek
dan daya tarik wisata ini dapat dibedakan atas 3 kelompok, yaitu : • Objek wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan,dan
peternakan.
• Objek wisata laut, pantai, gunung, dan sebagainya. • Objek wisata lembah, gua, gunung, dan sebagainya.
Adapun unsur yang membentuk daya tarik sumber daya alam dan
sebagai objek wisata adalah keindahan, keunikan dan kelangkaan,
banyaknya sumber daya alam yang menonjol yang memiliki ciri-ciri
potensi untuk daya tarik pengunjung, keutuhan sumber daya alam
kebersihan udara lingkungan.
b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman
rekreasi dan tempat hiburan.
Objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia
dapat berupa peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni
tempat hiburan. Jenis-jenis dan daya tarik wisata yang berupa hasil
karya manusia dengan budayanya adalah sebagai berikut :
• Peninggalan sejarah purbakala.
• Aneka ragam budaya seperti : adat istiadat, budaya keagamaan, perkawinan, pemakaman, dan lain-lain.
• Hasil kerajinan tangan dan karya arsitektur.
2.4 Motivasi Perjalanan Wisata
Motivasi adalah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan
atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, sedangkan
Perjalanan wisata dilakukan oleh wisatawan dan di pengaruhi oleh motivasi, profil
wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata. Beberapa bentuk
motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata adalah sebagai berikut
(Yoeti, 1996 : 82 ) :
a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-puast wiasatawan.
b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin ditempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya ditepi pantai, pegunugan,pusat-pusat peristrihatan, obyek-obyek wisata, serta wisat alam lainya.
d. Pariwisata untuk urusan dagang (Busines Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan untuk kegiatan atau urusan-urusan bisnis atau dagang semata, dan berkaitan dengan urusan-urusan bisnis lainnya.
e. Pariwisata untuk urusan konferensi (Comvention Turism). Jenis pariwisata mencakup kegiatan konferensi pertemuan baik nasional atau Internasional. f. Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism). Jenis pariwisata olah raga ini
dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu:
• Big sport event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olimpiade Games,kejuaraan ski dunia atau turnamen olah raga lainnya yang banyak
menarik penonton.
• Sportying tourism of the practioners, yaitu peristiwa bagi mereka yang
ingin berlatih dan mempraktikan sendiri olah raga tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Seperti pendaki gunung, naik kuda dan olah raga pariwisata lainnya.
2.5 Sarana Dan Prasarana Pariwisata 2.5.1 Sarana Pariwisata
Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya
sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana
kepariwisataan ini harus tetap di jaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan
a. Sarana pokok kepariwisataan
pengunjung. Ada 3 jenis sarana yang menjadi dasar dalam pariwisata :
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya
tergantung pada kedatangan orang yang melakukan kunjungan dan perjalanan
wisata yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
• Restoran, bar, rumah makan dll.
• Objek dan atraksi wisata ( Yoeti, 1996 :193 ).
b. Sarana Pelengkap kepariwisataan
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas-
fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedmikian rupa sehingga berfungsi
untuk dapat memperpanjang masa tinggal wisatawan di tempat atau di daerah yang
di kunjunginya , yang termasuk dalam sarana pelengkap adalah sarana olahraga yaitu,
lapangan golf, lapangan tenis, kolam renang, daerah perburuan, permainan bilyard,
jackpot dan lain-lain.
c. Sarana penunjang
Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas- fasilitas yang di perlukan
wisatawan , khususnya wisata bisnis yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana
pokok tetapi juga membuat para wisatawan lebih betah tinggal di daerah yang di
kunjungi tersebut, (Yoeti 1996 : 203) yang termasuk dalam kelompok ini :
• Nigth club.
• Casino.
• Steambath.
• Olahraga ketangkasan.
2.5.2 Prasarana Pariwisata
Prasarana Pariwisata di Berastagi Baik prasarana maupun sarana
kepariwisataan sesungguhnya merupakan Tourist Supply yang perlu dipersiapkan
atau di sediakan bilamana akan mengembangkan suatu industri pariwisata karena
dalam kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari
sektor perekonomian juga dengan prasarana, semua fasilitas yang memungkinkan
memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah untuk
melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan
sebagaimana mestinya. (Yoeti, 1996 : 193).
Yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah :
a. Prasarana umum, yaitu
Prasarana yang menyangkut kebutuhan bagi perekonomian, dan yang
termasuk dalam prasarana umum adalah : • System penyediaan air bersih. • Pembangkit tenaga listrik.
• Jaringan jalan raya dan jembatan. • Airport, seaport, terminal dan stasiun.
• Telekomunikasi.
• Alat angkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain.
b. Kebutuhan masyarakat banyak, yaitu
Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak, dan yang termasuk
dalam hal ini adalah : • Rumah sakit, apotik. • Bank.
• Pompa bensin. • Kantor polisi.
Prasarana – prasarana di atas diperuntukkan bagi umum dan secara tak
langsung juga mendukung dunia pariwisata di suatu daerah, karena keberadaannya
dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang tak terduga selama kegiatan wisata
berlangsung. Tanpa adanya prasarana tersebut, sukarlah sarana-sarana kepariwisataan
untuk dapat memenuhi fungsinya dan memberikan pelayanan bagi wisatawan.
dan juga pihak swasta. Prasarana – prasarana tersebut sangat membantu pariwisata
yang ada di daerah Berastagi.
2.6 Pengembangan Objek dan Atraksi Wisata
Objek wisata merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengembangan
suatu daerah, karena tujuan merupakan tujuan wisatawan untuk berkunjung ke suatu
daerah. Oleh sebab itu, pengembangan perlu di kelola sebaik-baiknya. Pengelolaan
itu tidak saja semata-mata untuk mengelola objek dan daya tarik wisata itu sendiri,
namun juga perlu usaha-usaha untuk membangun dan mengembangkan serta
mengelola sarana dan prasarana yang mendukung objek dan atraksi wisata. Seorang
wisatawan tidak akan dapat menikmati objek dan atraksi wisata apabila untuk
mencapai objek itu sendiri sangat sulit dan memakan biaya yang sangat besar.
Pengembangan objek wisata adalah suatu usaha untuk dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi nasional di bidang pariwisata sebagai suatu industri penghasil
devisa (Yoeti :1985: 64).
Perlu kita sadari bahwa ada berbagai alasan utama orang untuk melakukan
suatu kegiatan wisata antara lain , alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama,
kebudayaan, hobi, olahraga, konverensi, semiar dan lain-lain. Dan pada umumnya
mereka sangat mengharapkan kenyamanan, serta keindahan dan kebersihan pada
objek yang mereka tuju. Maka untuk itu perlu usaha pengembangan dan pembinaan
terhadap objek-objek dan daya tarik wisata tersebut ( Yoeti, 1985 :5 ) .
a.
Ada beberapa unsur-unsur yang sangat kuat untuk pengembangan suatu
daerah tujuan wisata, antara lain :
b.
Harus mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan
objek wisata di tempat lain.
Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang
c.
d.
Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai
ciri-ciri khas tersendiri.
Dan menurut UU No. 9/1990 yang merupakan prinsip dasar dalam usaha
pengembangan objek dan atraksi wisata antara lain :
Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari
subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.
a. Mampu mendorong peningkatan dan perkembangan kehidupan ekonomi
sosial budaya dalam masyarakat.
b. Memperhatikan nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan nilai-nilai
yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
c. Memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.
d. Memperhatikan kelestarian usaha pariwisata itu sendiri.
Untuk mengelola, mengembangkan suatu objek dan daya tarik wisata
tersebut bukanlah hal yang mudah. Karena melibatkan berbagai potensi yaitu potensi
sumber daya alam, potensi flora dan fauna, dan potensi sumber daya manusia. Hal ini
merupakan tugas masyarakat Indonesia baik dari pemerintah, dunia usaha, juga
masyarakat sekitar harus saling mendukung serta memperhatikan potensi sumber
daya alam yang dimiliki menjadi tidak rusak dan dapat di gunakan dalam jangka
waktu yang lama. Hal yang terpenting agar usaha pengelolaan dan pengembangan
objek dan atraksi wisata tersebut dapat memberikan suatu hal yang menarik dan
memotivasi wisatawan untuk berkunjung adalah terpenuhinya tiga syarat utama yang
harus ada di objek wisata tersebut yaitu :
a. Something to do / sesuatu untuk di lakukan . Artinya di tempat tersebut selain
banyak yang dapat di lihat dan di saksikan, harus pula di sediakan fasilitas
rekreasi dan hiburan yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di
tempat itu.
b. Something to see / sesuatu untuk di lihat. Artinya di tempat tersebut harus
oleh daerah lain , daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus yang
tersendiri. Disamping itu harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat di
jadikan sebagai entertainments bila orang datang kesana.
c. Somethig to buy / sesuatu untuk di beli. Artinya di tempat tersebut selain
banyak di lihat dan di lakukan di daerah objek wisata tersebut, harus pula di
sediakan fasilitas penjualan souvenir untuk buah tangan dari tempat
kunjungan tersebut ke pengunjung, agar nantinya bisa teringat dan kembali
lagi mengunjungi objek tersebut
Selain dari ketiga hal di atas, dukungan masyarakat adalah yang utama dalam
pengembangan objek dan atraksi wisata, baik dukungan dalam bentuk moril maupun
materil. Agar terciptanya tujuan dari kegiatan pariwisata seperti dalam GBHN 1993 :
“ Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan,
memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong
pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan menjalin kerjasama
antar bangsa”.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terbentang di antara samudera Hindia dan
lautan Pasifik, merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau besar dan pulau
kecil yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara, namun tetap dalam satu kesatuan
(Bhinneka Tunggal Ika) serta memiliki keanekaragaman suku, budaya, dan objek
serta daya tarik wisata yang layak untuk dilestarikan dan dijual . Potensi ini berupa
keindahan alam, keanekaragaman budaya, flora dan fauna, kuliner, bahkan
peninggalan sejarah purba kala dan lain-lain. Daya tarik Indonesia, sebagai tujuan
wisata mancanegara perlu di tingkatkan melalui upaya promosi yang terencana,
dalam arti penyajian objek-objek wisata perlu dibuat penganekaragaman agar
wisatawan tidak hanya menikmati objek-objek wisata yang monoton, tetapi juga
kepariwisataan yang sesuai dengan sifat pariwisata yang fleksibel (berubah-ubah).
Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan sementara yang dilakukan di
luar daerah domisili untuk tujuan berlibur dan bersenang-senang. Aktivitas wisata
biasanya dilakukan ke daerah-daerah objek wisata yang menawarkan atraksi wisata
yang mampu memberi kepuasan bagi wisatawan dan memberikan kesan setelah
mangunjunginnya. Sebagai suatu aktivitas, kegiatan pariwisata sudah seharusnya
selain memberikan kepuasan bagi pelaku wisata juga diharapkan mampu memberikan
kontribusi positif terhadap lingkungan dan budaya serta kesejahteraan masyarakat
agar terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan yang sesuai dengan tujuan yang
tercantum dalam GBHN 1993 : “ Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan
sebagai sektor andalan, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan
berusaha, mendorong pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan
Dewasa ini minat wisatawan terhadap aktivitas wisata mulai didominasi
dengan aktivitas mengunjungi daerah objek wisata yang menawarkan atraksi wisata
alam dan budaya, seperti menikmati pemandangan alam dan ekosistem yang ada di
dalamnya serta menikmati keunikan atraksi dari budaya setempat, namun belakangan
ini muncul fenomena baru dalam dunia pariwisata yakni tentang cara seseorang
menikmati wisata yang ditandai dengan munculnya kegiatan – kegiatan wisata
alternatif dan juga objek wisata yang mendukung kegiatan – kegiatan wisata alternatif
tersebut contohnya seperti kegiatan ekowisata yang pada dasarnya berhubungan
dengan pelestarian alam, dimana objek wisata berhubungan dengan ekowisata
memiliki tujuan utama untuk konservasi alam, apalagi belakangan ini sedang
digalakkan program go green yang bertujuan untuk pelestarian alam dan mengurangi
dampak buruk global warming. Kegiatan wisata fenomenal lainnya yang belakangan
ini mulai berkembang pesat adalah wisata outbound, dimana pada awal dibentuknya
kegiatan outbound tujuannya bukan untuk wisata, melainkan bertujuan untuk
pembentukan karakter melalui games outbound. Akan tetapi seiring berjalannya
waktu permainan outbound telah masuk dalam kategori kegiatan wisata yang
menarik minat para wisatawan, tak hanya itu sekarang telah banyak objek wisata
yang khusus menawarkan kegiatan wisata outbound. Fenomena – fenomena yang
muncul dalam dunia pariwisata telah mengubah pandangan orang bahwasannya
kegiatan wisata tidak harus melakukan perjalanan ke objek – objek wisata akan tetapi
ada cara lain yang bersifat alternatif untuk mencapai tujuan utama seseorang
melakukan kegiatan wisata yaitu untuk bersenang – senang.
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di
Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata
lainnya di Indonesia. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat dimanfaatkan
secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan
pengembangannya. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam
memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo
sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam
menunjang pembangunan Daerah.
Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai
produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga
profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional diartikan sebagai
tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang mampu membawa dan
menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat membangun sektor
kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan yang telah ditetapkan,
serta mengadopsi prinsip-prinsip Good Governance dalam melaksanakan pelayanan
masyarakat.
Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit
Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan
97°55’ - 98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut
dan hampir 91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut.
Kabupaten Karo berbatasan dengan daerah-daerah lainnya sebagai berikut : • Sebelah utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Langkat
• Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi • Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun
• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan langkat
Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan
berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo
dibandingkan daerah lainnya di Sumatera Utara adalah :
• Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.
• Jarak dari Ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik. • Memiliki sarana akomodasi yang cukup memadai.
Beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dapat dijumpai di Kabupaten
Karo adalah:
• Panorama / Keindahan Alam (Panorama Doulu, Sipiso-piso, dll)
• Danau (Danau Toba dan Lau Kawar) Gunung Berapi (Sibayak dan Sinabung) • Air Panas Alam (Semangat Gunung, Debuk-debuk)
• Atraksi Budaya (Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren)
• Peninggalan Sejarah ( Puntungan Meriam Putri Hijau –Sukanalu, Museum) • Minat Khusus ( Mountenering, Gantole,trekking, dll).
Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam melakukan perjalanan
wisata, maka di Kabupaten Karo telah tersedia sarana dan prasarana penunjang
kepariwisataan yaitu:
• Hotel Berbintang 10 buah • Hotel Melati 44 buah
• Telekomunikasi (wartel) 10 buah
• Tempat penukaran mata uang asing 5 buah • Bank 6 buah
• Kantor pos 2 buah
• Biro Perjalan Wisata 5 buah • Rumah Sakit Umum 6 buah.
Aksesibilitas suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat
mempengaruhi mutu dari obyek wisata tersebut. Pada umumnmya aksesibilitas
menuju obyek wisata Kabupaten Karo sudah baik dan telah dapat dilalui oleh
kenderaan roda empat dan bus besar. Khusus untuk Obyek Wisata Gunung Sibayak
telah tersedia jalan aspal yang dapat dilalui kenderaan roda empat sampai ke Batu
Kapur dan dari tempat ini hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki
Kabupaten Karo yang merupakan daerah pegunungan Bukit Barisan yang
sangat mendukung kegiatan wisata minat khusus seperti trekking, salah satu gunung
yang menjadi tujuan wisatawan melakukan kegiatan trekking adalah gunung Sibayak
yang merupakan gunung berapi aktif. Gunung Sibayak yang terletak di dataran tinggi
Karo, dengan ketinggian 2.094 m di atas permukaan laut. Gunung asam yang keadaan
puncaknya sudah porak poranda karena letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari tiga
tempat yaitu dari desa Raja Berneh (Semangat Gunung), dari kota Brastagi, dan jalur
hutan doulu kilometer 54. Gunung Sibayak ini merupakan gunung api yang masih
aktif, dan mempunyai kawah yang cukup landai untuk dituruni dan tampak tidak
terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu dekat. Gunung ini tidak begitu sulit untuk
didaki bahkan bagi seorang pemula sekalipun. Gunung ini selalu ramai dikunjungi
oleh para pendaki lokal di hari Sabtu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam
13.00 untuk mendapatkan pemandangan matahari terbenam dipuncak gunung ini.
Dari puncak gunung ini kita bisa menyaksikan pemandangan kota Medan di
kejauhan. Berikut adalah informasi data kunjungan wisatawan 5 tahun terakhir di
Gunung Sibayak Kabupaten Karo.
DATA KUNJUNGAN WISATAWAN 5 TAHUN TERAKHIR DI GUNUNG
SIBAYAK KAB. KARO
• Tahun 2008
No Bulan Anak –anak Dewasa
1 Januari 1010 6732
2 Februari 1266 7596
3 Maret 1516 9094
4 April 1515 9085
5 Mei 1317 7899
6 Juni 1515 9093