• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gunung Sibayak Sebagai Objek Wisata Minat Khusus Di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gunung Sibayak Sebagai Objek Wisata Minat Khusus Di Kabupaten Karo"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Nur Cahaya. 2003. Thesis “ Strategi Pengembangan Agrowisata Sebagai

Pariwisata Alternatif di Desa Barus Jahe Kabupaten Karo Sumatera Utara”.

Denpasar

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Soekadji, RG. 1997. Anatomi Pariwisat. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suwantoro, Gamal. 2001. Dasar – dasar Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta.

Yoeti, Oka. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa Offsett.

(2)

BAB III

WISATA MINAT KHUSUS DAN AKTIVITASNYA 3.1 Wisata Minat Khusus ( Alternatif )

Pariwisata minat khusus adalah suatu kegiatan pariwisata yang berbentuk

alternatif ( pilihan lain ) dari pariwisata konvensional dan lebih condong ke arah

konservasi alam, dan edukasi budaya. Pariwisata alternatif juga merupakan respon

atas kepedulian masyarakat akan keseimbangan lingkungan, budaya, sumber daya

alam, serta minat masyarakat untuk melakukan kegiatan di alam terbuka. Dalam

pariwisata ini, wisatawan secara fisik mengeluarkan dan menguras tenaga dan ada

unsur tantangan yang harus dilakukan. Kadang-kadang ada kalanya bahaya yang

harus dihadapi. Bentuk adventuring tourism ini, antara lain safari di daerah terpencil,

hiking, pendakian gunung, rafting di sungai, penelusuran gua ( caving ). Berburu dan

memancing di laut juga dapat dikategorikan sebagai bentuk pariwisata minat khusus

dan pariwisata petualangan.

Wisata minat khusus dan wisata petualangan tidak memerlukan fasilitas yang

mahal dan pengembangan infrastruktur dalam skala besar. Oleh banyak penulis,

wisata minat khusus diberikan banyak istilah seperti perjalanan aktif dan memberi

pengalaman baru, perjalanan kepedalaman untuk bertemu masyarakat terasing atau

wisata sosial, wisata pendidikan, berwisata yang berbasis alam atau wisata yang

bertujuan untuk pelestarian lingkungan.

Pariwisata secara umum dapat diandaikan sebagai dua kotak besar. Kotak

besar pertama yaitu pariwisata mass yang selama ini kita kenal, lihat dan

berkembang. Wisatawan didatangkan sebanyak-banyaknya ke suatu daerah. Semua

sumber daya alam dan budaya dikomersialisasikan besar-besaran tanpa

memperhatikan kelestariannya lingkungan sekitar. Nilai edukasi tidak diperhatikan

baik bagi wisatawan sebagai tamu ( guest ) maupun penyedia sebagai tuan rumah

(host). Pariwisata masal ini kemudian terbukti membawa banyak dampak negatif

dibandingkan dampak positifnya baik bagi masyarakat lokal, kelestarian alam dan

(3)

masuknya unsur budaya serapan dari budaya barat yang tidak cocok dengan budaya

timur dan lupa akan budaya sendiri akibat banyaknya pendidikan yang bertaraf

internasional/ berwasawasan luar sedangkan pendidikan untuk budaya sendiri

sangatlah minim. Warisan budaya kita saat ini sudah berada di posisi sangat

berbahaya, dan semua ini bukan semata-mata di karenakan pesatnya perkembangan

industri pariwisata di Indonesia, melainkan disebabkan oleh faktor urbanisasi

besar-besaran, dan masuknya teknologi yang berada di luar kontrol kita serta pasar bebas

yang akan dimulai.

Kotak besar kedua yang beberapa tahun terakhir ini baru berkembang cukup

pesat adalah pariwisata alternatif (minat khusus). Berkembangnya pariwisata

alternatif ini merupakan reaksi dari munculnya dampak negatif pariwisata masal.

Sehingga keberadaan pariwisata alternatif ini cenderung lebih memberikan dampak

positif bagi masyarakat lokal baik dari segi budaya, ekonomi dan edukasi, hingga

meminimalisir dampak negatif perkembangan pariwisata. Selain itu pariwisata

alternatif juga memberikan nilai edukasi bagi wisatawan yang datang ke suatu

destinasi wisata. Dari hasil studi yang berkembang menunjukkan bahwa pariwisata

harus memiliki konsep berkelanjutan. Maksudnya pariwisata tidak hanya berhenti

pada satu titik, tapi terus menerus berputar, meregenerasikan dirinya, dan semakin

berkembang lebih baik. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang

mementingkan kepentingan generasi saat ini tanpa melupakan kepentingan generasi

masa depan. Maksudnya generasi masa kini dan generasi mada depan kebutuhannya

harus sama-sama terpenuhi. Kondisi alam harus sama-sama lestari, eksistensi budaya

lokal harus sama lestari, serta edukasi bagi masyarakat lokal dalam interaksinya

dengan tamu juga harus sama pentingnya untuk dilestarikan ( Hadinoto : 1996 ).

Pariwisata berkelanjutan melibatkan masyarakat sebagai salah satu pelaku

utamanya dan mengutamakan kelestarian sumber daya. Hal ini kemudian dikenal

dengan konsep sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan) yang menekankan

kualitas, berkelanjutan, serta keseimbangan. Payung besar pariwisata berkelanjutan

(4)

kemudian terwujud dalam beberapa konsep. Konsep pengembangan pariwisata

alternatif dalam wujud ekowisata (ecotourism) yang menitikberatkan pada kelestarian

ekosistem dan berbasis masyarakat lokal sebagai pelaku utama, dimana kegiatan

pariwisatanya merupakan kegiatan yang bertanggung jawab (responsible tourism

Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk kegiatan kepariwisataan yang

tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologis dan menghindari dampak negatif

dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang

tidak terlalu cepat pembangunannya ( Travis : 1985 : 23 ).

).

Merujuk dari pengertian menurut ahli tersebut di atas, maka pariwisata

alternatif bisa disebut juga sebagai pariwisata yang muncul guna meminimalisir

dampak negatif dari perkembangan pariwisata masal yang terjadi hingga saat ini.

Dampak negatif dari pariwisata masal atau pariwisata berskala besar adalah ancaman

terhadap kelestarian budaya dimana budaya lebih dikomersialisasikan dibandingkan

dijaga keaslian dan kelestariannya. Selain itu pariwisata alternatif adalah kegiatan

kepariwisataan yang memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai suatu

pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan

yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana segala aktivitasnya turut melibatkan

masyarakat ( Saglio : 1979 dan Gonsalves: 1984).

Jadi, bisa disimpulkan pembangunan pariwisata yang baik dan mendukung

kelestarian sumber daya baik alam, budaya dan manusia adalah pariwisata alternatif

(minat khusus). Menurut Suwantoro ( 2001 : 75 ) istilah pariwisata alternatif atau

Alternative tourism mempunyai dua (2) pengertian, yaitu :

Sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang timbul sebagai reaksi terhadap

dampak-dampak negatif dari pengembangan dan perkembangan pariwisata

konvensional. Sebagai bentuk kepariwisataan yang berbeda ( yang merupakan

alternatif ) dari pariwisata konvensional untuk menunjang kelestarian alam

(5)

Berbagai nama dari pariwisata alternatif seperti ecotourism, responsible

tourism, special interest tourism, agro tourism, dan lain sebagainya muncul

dikerenakan dampak negatif dari pariwisata konvensional dan pariwisata jenis ini

merupakan pariwisata yang sangat menekankan pentingnya akan keseimbangan

sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan, budaya, serta kesejahteraan

masyarakat sekitar.

3.1.1 Aktivitas Yang Terkandung Dalam Wisata Minat Khusus

Pariwisata minat khusus merupakan suatu kegiatan pariwisata yang beralih

dari pariwisata konvensional ke pariwisata yang peduli atau lebih mengutamakan

menjaga kelestarian lingkungan, budaya serta pertumbuhan ekonomi pada masyarakat

sekitar. Berbagai aktivitas wisata minat khusus berbuah hasil dan di terima oleh

seluruh dari kalangan masyarakat, baik wisatawan/ pengunjung maupun tuan rumah (

masyarakat setempat ). Adapun aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas sebagai penghasil devisa terbesar bagi suatu negara dan khususnya suatu daerah objek wisata.

- Penghasil devisa negara

Pemerintah Republik Indonesia di dalam pembangunan jangka panjang tahap

II ( 1995-2030 ) bermaksud untuk membangun usaha kepariwisataan di

seluruh wilayah Indonesia dengan usaha kepariwisataan tidak hanya

menghasilkan devisa yang besar tanpa menyebabkan kerusakan pada alam

dan budaya masyarakat, serta memberi kesempatan kerja dalam jumlah besar

bagi tenaga kerja yang baru menyelesaikan studinya dan mendapat latihan

yang relatif sama dengan pendidikannya. Cara demikian akan membuat

pengelola maupun masyarakat lebih sadar akan kepariwisataan yang

berpotensi di daerah mereka. Dan kelestarian baik budaya dan alam sekitar

akan lebih mudah terjaga dan dikondusifkan. Ada beberapa cara untuk

(6)

Perpanjangan lama tinggal wisatawan ( long of stay ) Menambah peluang berbelanja wisatawan.

• Membuat kesan baik yang membekas akan membuat wisatawan berkunjung ulang ke objek wisata tersebut.

Perbesaran jumlah wisatawan dengan :

• Promosi / pemasaran objek wisata.

• Penjemputan wisatawan di setiap pasar wisatawan : • Pesawat besar.

Penerbangan non-stop .

• Pelayanan standar mutu dunia.

Usaha tersebut di atas dapat dicapai dengan :

• Penyempurnaan daerah tujuan wisata, seperti :

- Tour- tour disusun dengan baik

- Cukup tour dan alternatif.

- Peningkatan, mutu fisik / mutu pelayanan.

• Banyak variasi cendramata dan atraksi sesuai selera wisatawan

(consumer-oriented)

• Identifikasi dan pengembangan atraksi pariwisata yang baru (Hadioto : 1996 : 8).

b. Aktivitas sebagai penikmat budaya, alam asli serta pelaku pelestarian alam bagi suatu objek wisata ( penyesuai lingkungan).

- Penyesuai keseimbangan lingkungan dan budaya

Lingkungan dan budaya suatu destinasi adalah merupakan suatu faktor

penggerak wisatawan dari satu tempat ke tempat lain, kecuali wisatawan

(7)

alam dan budaya misalnya, bisnis, agama, dan keperluan sosial lainnya.

Dalam aktivitas wisata alternatif sebagai penyeimbang lingkungan dan

budaya sekitar adalah hal yang utama harus di perhatikan baik dari segi

keasrian, serta kelestarian. Karena faktor lingkungan dan budaya adalah suatu

daya tarik wisatawan, mobilitas wisatawan serta motivasi yang membuat

wisatawan datang berkunjung. Alasan mengapa faktor kelestarian lingkungan

dan budaya yang menjadi hal utama, perlu kita merujuk kembali pada salah

satu isi dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) 1993 yang sangat

menekankan pelestarian lingkungan dan budaya yaitu : “ Mengamanatkan

peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan, memperluas dan

memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong pembangunan

daerah, melestarikan keindahan alam,budaya

c. Aktivitas sebagai penunjang kelestarian lingkungan.

dan menjalin kerjasama antar

bangsa”.

- Menunjang Kelestarian Lingkungan

Jenis pariwisata minat khusus ( alternatif ) yang merupakan alternatif dari

pariwisata konvensional timbul dikarenakan :

• Adanya suatu asumsi bahwa pariwisata memerlukan lingkungan yang baik.

• Kesadaran bahwa pariwisata dapat digunakan sebagai instrumen untuk menunjang upaya pelestarian lingkungan.

Sementara itu banyak pakar yang menyadari bahwa pariwisata

membutuhkan lingkungan yang baik, meskipun demikian juga dapat

menimbulkan berbagai dampaknegatif terhadap lingkungan seperti

pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, dan kerusakan ekositem

dalam segala bentuk manifestasinya. Berbagai dampak negatif pariwisata

(8)

semata-mata dengan pendekatan ekonomi dimna pariwisata dipersepsikan sebagai

instrumen untuk meningkatkan pendapatan terutama pada bidang swasta dan

pemerintah. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan adanya

pembangunan besar-besaran nantinya dan hal itulah lambat laun yang akan

merusak sumber daya alam itu sendiri.

Pola perkembangan seperti itu telah berlangsung lama dan melekat pada

hampir semua upaya pengembangan pariwisata, termasuk alternaif pariwisata.

Untuk menghindari berbagai kekeliruan tersebut, maka pakar-pakar pariwisata

melakukan peninjauan ulang yang sedikit berbeda dari yang sudah ada.

Peninjauan itu ada 3 point yaitu ;

a. Perubahan persepsi tentang pariwisata

Pariwisata harus dipersepsikan sebagaiw alat untuk meningkatkan :

• Kualitas hubungan antar manusia. • Kualitas hidup penduduk setempat. • Kualitas lingkungan hidup.

b. Kriteria-kriteria pengembangan pariwisata

• Pengambilan keputusan dalam pengembangan pariwisata dimana pun itu, harus adanya persetujuan dari masyarakat

sekitar dan disetujui oleh mereka.

• Hasil keuntungan dari pariwisata haruslah kembali kepada masyarakat sekitarnya.

• Pariwisata haruslah berdasarkan suara lingkungan dan prinsip-prinsip keekologian, peka terhadap kebudayaan lokal, serta

(9)

• Pengembangan pariwisata perlu dijadikan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan (Suwantoro : 2001 :

79 ).

d. Sebagai Aktivitas Pariwisata Yang Berbasis Kerakyatan

Aktivitas pariwisata yang berbasis kerakyatan merupakan suatu aktivitas

pariwisata yang bercirikan penekanan ekonomi rakyat atau pemberdayaan

masyarakat. Dengan memungkinkan untuk berkembangnya kegiatan pengusahaan

pariwisata alam yang memberikan peluang kerja dan dampak positif bagi masyarakat

sekitarnya. Dengan terbukanya berbagai kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar,

dengan itu akan timbul interaksi yang positif antara masyarakat, pengelola usaha

wisata, serta sumber daya dan selanjutnya akan ada rasa ikut memiliki yang pada

akhirnya perasaan itu terwujud dala bentuk partisipasi langsung ataupun tidak

langsung dalam kegiatan pariwisata.

Pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan memiliki ciri –ciri

sebagai berikut :

• Berskala kecil, jenis pariwisata yang dikembangkan dengan konsep ini pada dasarnya bersahabat dengan lingkungan, tidak menimbulkan banyak dampak

negatif, serta lebih mudah di organisir.

• Lebih berpeluang untuk di kembangkan dan diterima oleh masyarakat lokal. • Lebih memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik

pada proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun penerimaan

manfaat dan keuntungan.

• Selain menekankan partisipasi masyarakat, pembanguna berwawasan kerakyatan juga sangat mementingkan keberlanjutan kultural ( cultural

sustainability ), dan secara keseluruhan berupaya untuk membangkitkan rasa

hormat dan penghargaan wisatawan terhadap kebudayaan lokal (Nasikun :

(10)

BAB IV

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI

OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO 4.1 Gambaran Pariwisata Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan

97°55’ - 98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut

dan hampir 91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut.

Kabupaten Karo berbatasan dengan daerah-daerah lainnya sebagai berikut :

• Sebelah utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. • Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi.

• Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun.

• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan langkat.

Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk

dengan berbagai keindahan alamnya. Khas akan daerah ini adalah udara bersih dan

dingin yang merupakan salah satu destinasi wisata yang paling sering dikunjungi

oleh warga kota Medan yang mendominasi alasan sebagai pelepas penat di akhir

pekan. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan daerah lainnya di

Sumatera Utara adalah :

• Posisi kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

• Jarak dari Ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas cukup baik. • Memiliki sarana akomodasi yang cukup memadai.

(11)

Selain ke 4 (empat) hal diatas, Kabupaten Karo juga memiliki banyak obyek dan

daya tarik wisata, misalnya :

• Panorama / Keindahan Alam • Danau.

• Gunung Berapi. • Air Panas Alam. • Atraksi Budaya. • Peninggalan Sejarah. • Agro Wisata

Minat Khusus ( Lintas Alam, Mountenering, Gantole dll).

Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama dalam melakukan perjalanan

wisata, maka pemerintah Kabupaten Karo menyediakan sarana, prasarana dan

fasilitas penunjang kepariwisataan yang memadai dengan maksud memperpanjang

masa tinggal (long of stay) wisatawan ditempat wisata. Dalam hal ini fasilitas

penunjang dimaksud sebagai daya tarik bagi wisatawan agar betah tinggal di daerah

objek wisata. Berikut penulis uraikan table sarana, prasarana dan fasilitas penunjang

yang tersedia di Kabupaten Karo.

Table Sarana, Prasarana dan Fasilitas Penunjang Keperiwisataan di Kabupaten Karo

No Jenis sarana/ fasilitas Jumlah Keterangan

1. Hotel berbintang 10 buah Beroperasi dengan baik

2. Hotel Melati 44 buah Beroperasi dengan baik

3. Telekomunikasi 10 buah Beroperasi cukup baik

4. Money changer 5 buah Beroperasi dengan baik

5. Bank 6 buah Beroperasi dengan baik

(12)

7. Biro perjalanan wisata 5 buah Beroperasi dengan baik

8. Rumah sakit umum 6 buah Beroperasi dengan baik

9. Pos keamanan 9 buah Beroperasi dengan baik

10. Jalan raya - Baik

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

Fasilitas penunjang kepariwisataan dalam table di atas sudah memenuhi serta

mencukupi kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo. Aksesibilitas

suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat mempengaruhi mutu dari

obyek wisata tersebut.Pada umumnmya aksesibilitas menuju obyek wisata Kabupaten

Karo sudah baik dan telah dapat dilalui oleh kenderaan roda empat dan bus besar.

4.2 Perkembangan Objek Wisata Gunung Sibayak

Kabupaten Karo yang terletak pada jajaran pegunungan bukit barisan yang

secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan 97°55’ -

98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut dan hampir

91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut. Terdapat gunung

dengan ketinggian 2.094 m dari permukaan laut. Gunung yang keadaan puncaknya

yang sudah porak poranda karena letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari dua tempat

yaitu: dari desa Raja Berneh (Semangat Gunung) dan dari kota Brastagi. Gunung

Sibayak ini merupakan gunung api yang masih aktif, dan mempunyai kawah yang

cukup landai untuk dituruni dan tampak tidak terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu

dekat. Gunung ini tidak begitu sulit untuk didaki bahkan oleh seorang pemula

sekalipun. Gunung ini selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki lokal di malam

minggu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam 02.00 dini hari untuk

mendapatkan pemandangan matahari terbit dipuncak gunung ini.

Untuk mencapai gunung ini kita bisa mendaki dari tiga tempat yaitu dari :

(13)

Dari desa Raja Berneh ( Semangat Gungung ) ini adalah salah satu jalur

alternatif selain dari jalur pariwisata berastagi menuju gunung Sibayak. Jarak

tempuh 2 Kilometer, kira- kira 1-2 jam dari desa Semangat Gunung menuju

gunung Sibayak dengan prasarana yang kurang memadai.

b. Doulu Kilometer 54

Jalur alternatif ini sangat sering digunakan wisatawan lokal, Pencinta Alam

dan wisatawan manca negara. Selain melewati hutan raya Sibayak, juga

mempunyai sisi petualangan melewati jalur ini. Jarak tempuh 6 Kilometer

kira-kira 4-6 jam menuju puncak Sibayak.

c. Kota Brastagi / jalur pariwisata.

Jalur ini merupakan satu-satunya jalur yang beraspal sampai “perut” sibayak,

dengan kondisi sekarang yang sudah tidak layak dilalui lagi akibat longsor

tahun 2010 yang lalu dan kurangnya perhatian pemerintah setempat.

Ketiga - tiganya bisa dicapai dengan angkutan dari kota Medan. Dalam

Pendakian ke gunung Sibayak kita akan melewati hutan belantara tropis dan tebing

yang penuh tantangan serta puncak gunung terdapat hamparan dataran tempat

berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan

magma dan pemandangan yang indah dan menawan.

4.3 Potensi Wisata Gunung Sibayak Sebagai Wisata Minat Khusus 4.3.1 Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama yang

memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Sumatera

Utara. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat di manfaatkan secara optimal

karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya.

Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki

era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala

(14)

sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam

menunjang pembangunan Daerah. Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang

dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus

ditangani oleh tenaga profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional

diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang

mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat

membangun sektor kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan

yang telah ditetapkan, serta mengadopsi prinsip-prinsip “ Good Governance” dalam

melaksanakan pelayanan masyarakat.

Kabupaten Karo sangat banyak menyimpan pariwisata minat khusus, akan

tetapi belum sepenuhnya di publikasikan juga belum sepenuhnya di kembangkan

oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Berikut ini pariwisata minat khusus yang

belum terkelola dengan baik, yaitu :

a. Agro wisata meliputi :

• Produksi jeruk, nenas, dan buah-buahan lainnya. • Produksi sayur-sayuran kol, wortel dan sebagainya • Produksi tembakau lokal berastagi.

b. Ekowisata

• Taman wisata alam sibolangit • Taman hutan raya

c. Trekking

• Gunung Sinabung • Gunung Sibayak • Gunung Sibuatan • Air terjun Sipiso-piso

(15)

d. Olahraga ekstrim

Rock climbing ( Panjat tebing )

• Paralayang

Caving ( Susur Gua ) dan lain- lain.

e. Wisata religi

• Taman wisata Lumbini ( Agama Buddha )

Secara umum pariwisata minat khusus / alternatif di Kabupaten Karo bisa

dikatakan sangat komplit baik dari segi wisata olahraga ekstrim, wisata pertanian,

wisata berbasis lingkungan dan budaya, wisata religi, dan wisata petualangan

sangatlah mendukung di daerah ini. Sayangnya sedikit perhatian dari masyarakat

dan pemerintah setempat akan pentingnya pariwisata dalam mengembangkan suatu

daerah. Akan lebih baik lagi apabila seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan

memberikan perhatian terhadap suatu objek wisata yang sangat- sangat berpotensi.

Seperti halnya dalam konsep pariwisata alternatif yang harus saling mengisi, saling

menguntungkan ( simbiosis ) dan saling menjaga.

4.3.2 Tujuan Pengembangan Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo

Secara umum tujuan pengembangan wisata minat khusus di Kabupaten Karo

adalah memperkenalkan wisata minat khusus, bagaimana aktivitasnya, dan

memperkenalkan potensi wisata yang ada di dalamnya. Sedangkan secara khusus,

tujuan pengembangan wisata minat khusus di Kabupaten Karo adalah :

• Wisata minat khusus dapat dinikmati setiap orang yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat.

• Memperkenalkan kepada masyarakat tentang pentingnya dan fungsi wisata minat khusus di Kabupaten Karo ( Gunung Sibayak ).

(16)

• Agar masyarakat dapat lebih menghargai akan alam, budaya / adat istiadat, dan sumber daya lainnya.

• Memperjelas keadaan serta kondisi pariwisata khususnya pariwisata minat khusus di Kabupaten Karo.

• Mengembangkan pariwisata yang tidak monoton serta mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis lingkungan dan budaya. • Agar terjaganya kelestarian lingkungan objek wisata sekitar dan tidak

menimbulkan dampak pariwisata konvensional lagi.

4.3.3 Pengembangan Wisata Minat Khusus di Gunung Sibayak Sebagai Wisata yang Sangat Berpotensi di Kabupaten Karo

Pengembangan wisata minat khusus merupakan suatu konsep terbaru

pariwisata saat ini, yang merupakan salah satu cara pilihan dalam pengembangan

kepariwisataan di Kabupaen Karo yang selama ini lebih condong kepada pariwisata

konvensional. Adapun konsep-konsep yang diberikan wisata minat khusus ini

merupakan konsep pariwisata yang berbasis ke ekowisataan, pembangunan yang

berkelanjutan, pembangunan yang berbasis kerakyatan, dan kelestarian lingkungan

juga budaya masyarakat setempat. Konsep pariwisata minat khusus ini sangat akrab

dengan masyarakat sehingga pengembangan konsep pariwisata ini sangat cepat dan

sangat di terima oleh semua kalangan masyarakat. Dan hal itu disebabkan oleh

pariwisata sendiri ( konvensional) yang masih terbilang kurang ramahnya terhadap

nilai- nilai edukasi yang diharapkan dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Pengembangan suatu objek wisata meliputi sebagian besar dari sumber daya

fisik atau komponen produk wisata. Kebijaksanaan harga, objek wisata saingan,

aspek finansial, merupakan motivasi serta penentu kelayakan perkembangan objek

wisata. Dan tidak boleh dilupakan bahwa aspek lingkungan, budaya dan sosial,

memiliki dimensi penting dalam pengembangan suatu objek wisata. Pesat dan

besarnya pengembangan suatu kepariwisataan, tidaklah lepas dari dampak

(17)

sadar akan banjirnya wisatawan suatu objek wisata nantinya dan akan berdampak

buruk bagi objek wisata yang monoton akibat kehilangan daya tarik atraksinya. Dan

apabila menuruti permintaan wisatawan, akan merusak lingkungan serta

kepentingan sosial lainnya.

Dalam memenuhi kepuasan dan kebutuhan wisatawan, diharapkan agar

wisatawan dan pengelola kepariwisataan tidaklah merusak Kepentingan sosial dan

ekonomi penduduk daerah wisata serta lingkungan dan terutama sumber daya alam

yang merupakan atraksi dasar dari pariwisata ( Hadinoto : 1996 : 29 ).

Berikut adalah uraian tentang pengembangan suatu objek wisata yang selama

ini kita kenal ( Hadinoto : 1996 ) :

a. Ditemukannya kawasan baru yang berpotensi.

b. Beberapa pengunjung datang.

c. Masyarakat lokal membuat . • Warung –warung • Perkemahan • Home stay

• Serta promosi kawasan baru tersebut. d. Naiknya arus kunjungan wisatawan.

e. Investor / businessman masuk.

f. Pengusaha- pengusaha lokal tersingkir.

g. Kawasan semakin dikenal, dan terjadi pariwisata masal.

h. Daya tarik hilang karena terlalu padat dan monoton.

i. Kawasan baru tersebut rusak.

j. Pengunjung mulai berkurang.

k. Penurunan arus wisatawan.

l. Destinasi ditinggalkan

(18)

Begitulah gambaran pengembangan wisata di Kabupaten Karo selama ini

yang kita kenal dan biarkan terus berkembang dengan mengkomersialkan segala

sumber daya tanpa memperhatikan kebutuhan sumber daya tersebut. Dan

pengembangan objek wisata saat ini sangat jauh berbeda daripada pengembangan

objek wisata sebelumnya. Dalam konsep pariwisata alternatif ( minat khusus )

Wisatawan mencari sesuatu yang lain dan berbeda serta sangat menjunjung

kesadaran lingkungan yang sangat tinggi ( Hadinoto : 1996 : 49 ).

Suatu objek wisata dapat menimbulkan kerusakan apabila keputusan

pengembangan pariwisata tidak dengan masyarakat, hati nurani, dan hanya atas dasar

keinginan untuk membesarkan ekonomi daerah. Dan perlu diingat dan diketahui

bahwa wisatawan berasal dari penduduk yang padat, sesak akan polusi, dan yang

ingin mereka cari adalah keheningan, udara bersih dan sejuk serta nyaman dan aman

untuk di singgahi serta mempunyai edukasi yang tinggi untuk diaplikasikan nanti di

lingkungan sekitarnya. Wisatawan tidak ingin berkunjung ke tempat yang kotor,

kumuh, penuh polusi, dan berkawasan padat.

Bila hal diatas dikaitkan dengan potensi wisata minat khusus di gunung

Sibayak, maka pemerintah seharusnya sadar akan keberadaan potensi wisata yang di

miliki oleh gunung Sibayak yang sangat berpengaruh terhadap reputasi nama

Kabupaten Karo di mata Sumatera Utara khususnya karena nama Sibayak merupakan

jargon utama untuk wilayah Kabupaten Karo. Petensi gunung Sibayak sebagai objek

wisata minat khusus sangat besar potensi yang terkandung di dalamnya Misalnya,

rock climbing (panjat tebing alam), hot spring (pemandian air panas),sunset (matahari

terbenam) campsite (kemah) dan masih banyak lagi wisata-wisata minat khusus

lainnya. Dari sekian potensi wisata minat khusus yang ada di gunung Sibayak, jika

diberdayakan semaksimal mungkin akan lebih terawat juga terjaga keaslian

sumberdayanya. Apabila suatu objek wisata dikelola oleh orang-orang yang hanya

mencari keuntungan semata, lambat laun potensi itu akan habis dikomersialkan

(19)

Kebanyakan objek wisata minat khusus digunung Sibayak dikelola oleh

masyarakat yang berada di ranah tinggalnya sehingga, pengelolaan objek wisata yang

dimaksudkan tidak tercapai dan bahkan melenceng dari konsep – konsep pariwisata

yang ada. Misalnya jalur menuju puncak gunung Sibayak, pemerintah hanya

menyediakan jalan setapak beserta stringline menuju puncak gunung Sibayak.

Dengan otomatis pengunjung berduyun- duyun mengunjungi objek tersebut dengan

melalui jalur yang disediakan oleh pemerintah yang tadinya dimaksudkan

mempermudah aksesibilitas wisatawan menuju tempat wisata padahal, metode

tersebut sangat-sangat bertolak belakang dengan konsep yang ada bahkan merugikan

lingkungan juga masyarakat itu sendiri nantinya. Jika pamecahan masalah tidak dicari

sesegera mungkin, lambat laun hutan tropis Sibayak akan habis akibat banyaknya

pengunjung yang berdatangan yang membutuhkan kebutuhan pangan dan papan

wisatawan seperti, kayu sebagai tempat tinggal sementara di alam (bivack), kayu

untuk memasak dan membuat perapian dimalam hari, kayu sebagi alat bantu

mendaki.

Kerusakan tidak sampai disitu saja, akan tetapi banyaknya sampah yang

bertaburan sisa dapur wisatawan akan menambah dan mempercepat kerusakan habitat

yang ada didalamnya. Masalah kecil seperti ini apabila tidak ditanggulangi dengan

baik akan menjadi masalah besar untuk pengembangan wisata minat khusus nantinya

dan mungkin akan menular dan membudaya bagi masyarakat yang berkunjung

maupun pengelola objek wisata. Ada baiknya pemerintah memberikan solusi yang

dapat diterima wisatawan dengan membatasi pengunjung yang tidak bertanggung

jawab atas perilaku merusak lingkungan dan memberikan pelatihan- pelatihan

pengembangan objek wisata bagi pengelola serta peninjauan yang rutin terhadap

lingkungan objek wisata, masyarakat dan pengelola. Dengan seperti itu, lingkungan

dan objek wisata yang dimaksud dalam Garis Besar Haluan Negara 1993 yang

memeratakan kesempatan kerja dan usaha, serta pembangunan daerah dan pelestarian

(20)

4.3.4 Kendala- kendala

Dalam pengembangan pariwisata alternatif tentunya mempunyai berbagai

kendala serta dampak- dampak yang diakibatkan oleh pariwisata itu sendiri. Dampak

tersebut meliputi dampak fisik dan dampak manusia. Dampak fisik seperti kerusakan

pada lingkungan sekitar, kepadatan objek wisata, pencemaran udara ( polusi ), dan

masalah lalu lintas yang akan semakin padat dan macat. Sedangkan dari segi dampak

manusia, wisatawan kurang peduli akan lingkungan objek wisata, kurangnya

kesadaran akan keuntungan adanya pariwisata di tempat tersebut, hilangnya identitas

lokal masyarakat, kurangnya pendidikan pada petugas wisata baik dalam segi

keterampilan maupun pengembangan objek wisata, terjadinya perpecahan masyarakat

sekitar ( konflik lahan ), kurangnya informasi tentang objek wisata dan musiman

panjang serta lama tinggal wisatawan yang sebentar.

4.3.5 Upaya Penanggulangan

Adapun upaya menanggulangi kendala-kendala yang di hadapi, yaitu :

a. Pembenahan/ pembinaan masyarakat akan pariwisata.

Dalam menanggulangi kendala- kendala di atas, rasanya sangat perlu

pembinaan, pendidikan kepada masyarakat dan wisatawan akan pariwisata

dan pengembangannya karena dasar pengembangannya ada dan

tergantung pada masyarakat dan pemerintah setempat.

b. Penerbitan informasi yang detail dan mengajak.

Kurangnya informasi tentang pariwisata alternatif yang detail dan

mengajak wisatawan yang berkunjung ke objek wisata menjaga dan

melestarikan menjadikan wisatawan lebih condong kepada penikmat saja

(21)

c. Pembenahan sarana dan prasarana kepariwisataan.

Sarana dan prasarana pariwisata merupakan titik pengembangan suatu

objek wisata yang berkembang. Karena hidup dan kehidupannya

tergantung pada wisatawan yang datang berkunjung ke objek tersebut dan

suatu objek wisata berkembang dilihat dari segi jumlah pengunjung dan

sarana prasarananya.

d. Kerja sama ketiga elemen pariwisata.

Untuk menanggulangi kendala- kendala yang terjadi di atas ada baiknya

merealisasikan kerja sama ketiga elemen pariwisata yakni, masyarakat,

pengelola, dan sumber daya agar terciptanya pariwisata yang berbasis

lingkungan serta bermasyarakat. Dengan terciptanya kerja sama ketiga

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dengan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, diharapkan hubungan di

antara ketiga elemen pariwisata yaitu masyarakat sekitar, wisatawan, dan sumberdaya

dapat berjalan secara seimbang dan harmonis serta terjaga kualitasnya. Dari hasil

pembahasan dari tiap bab, maka penulis menarik kesimpulan :

• Objek wisata di daerah Kabupaten Karo merupakan daerah kedua di Sumatera Utara yang sering dikunjungi oleh wisatawan setelah Danau Toba. Gunung

Sibayak termasuk salah satunya dalam wisata minat khusus yang sering

dikunjungi wisatawan.

• Kabupaten Karo mempunyai potensi wisata yang cukup komplit, namun masih banyak objek wisata yang belum sepenuhnya diberdayakan dan

dipasarkan / promosikan pemerintah dan masyarakat setempat, karena

kurangnya dana dan kurangnya sumber daya manusia yang profesional dalam

bidang pariwisata.

• Daerah tujuan wisata di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo masih banyak mempunyai kelemahan dalam hal menarik arus kunjungan wisatawan

ke Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo akibat daripada kekurangan-

kekurangan dari segi sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung

kepariwisataan yang kurang memadai.

• Dampak negatif kepariwisataan harus diupayakan agar tidak merusak kehidupan sosial dan budaya masyarakat lokal.

• Pariwisata Kabupaten Karo sangat sangat berpotensi dalam hal kualitas dan kuantitasnya, hanya saja masyarakat yang kurang mengetahui serta

(23)

5.2 Saran

• Pengembangan dan pembinaan pariwisata alternatif perlu adanya pembinaan terhadap generasi muda dan masyarakat sekitar akan

pentingnya sadar wisata dan potensi wisata.

• Pengambilan keputusan dalam pengembangan pariwisata dimana pun itu, harus adanya persetujuan dari masyarakat sekitar dan disetujui

oleh mereka dengan maksud agar terciptanya hubungan saling bahu

membahu antara pemerintah dan masyarakat.

• Dalam penyajian objek wisata perlu dibuat adanya penganekaragaman objek wisata, agar wiatawan tidak menikmati objek serta atraksi wisata

yang monoton.

• Dilokasi objek wisata hendaknya dibuat badan yang seara jelas dan bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan objek wisata tersebut

agar wisatawan merasa nyaman.

• Melalui pengembangan pariwisata alternatif, diharapkan masyarakat setempat dapat lebih berperanserta didalamnya agar kelestarian

lingkungan terjaga kelestariannya, dampak yang ditimbulkan tidak

sama lagi dengan pariwisata sebelumnya (pariwisata konvensional) di

Kabupaten Karo.

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ) menjelaskan pengertian

pariwisata sebagai berikut :

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Undang- Undang tahun 1990, tentang kepariwisataan menyebutkan defenisi

dari wisata, wisatawan, kepariwisataan, dan pariwisata sebagai berikut :

a. Wisata adalah: kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut

yang di lakukan secara suka rela bersifat sementara untuk memilih

objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah : orang yang melakukan kegiatan wisata yang

tujuannya bukan untuk menetap dan untuk tidak mencari nafkah di

tempat yang dikunjungi.

c. Pariwisata adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengelola objek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

berhubungan dengan penyelenggara pariwisata.

d. Kepariwisataan adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggara pariwisata, yang artinya semua kegiatan dan urusan yang

ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan,

pengawasan pariwisata baik yang di lakukan pemerintah, pihak swasta,

maupun masyarakat.

e. Objek dan Daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi

(25)

• Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna seperti pemandangan alam, panorama indah

hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta

binatang-binatang langka.

• Karya buatan manusia yang berwujud dalam beberapa bentuk, berupa museum, peninggalan purba kala,peninggalan sejarah,

seni budaya, wisata pertanian (agro), wisata air (tirta) wisata

petualangan (minat khusus), taman rekreasi dan tempat hiburan. • Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung,

goa, sungai air deras, tempat ibadah, perbelanjaan, dan lain-lain.

Selain batasan tersebut diatas, banyak defenisi lain yang dikemukakan oleh

ahli pariwisata antara lain adalah ( Kodhyat : 1983 : 4 ) menjelaskan bahwa

“Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat

sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam

dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.

Sedangkan menurut pendapat Spillane ( 1982 : 20 ), “ pariwisata adalah

kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari

kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau

istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain”.

Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ),

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

ciri-ciri pengertian pariwisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik,

(26)

dan paling khasnya selalu dikaitkan dengan pertamasyaan, rekreasi dan tidak mencari

nafkah di tempat yang dikunjungi.

2.2 Industri dan Produk Wisata 2.2.1 Industri Pariwisata

Bila kita mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan adalah suatu

bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap

dengan mempergunakan mesin. Demikianlah gambaran industri pada umumnya,

tetapi tidak demikian dengan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah kumpulan

dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang

dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel

pada umumnya. ( Yoeti, 1996 : 172 ). Sedangkan menurut Parmadji ( dalam Yoeti

1996 : 153 ), “Industri Pariwisata adalah rangkuman daripada berbagai macam

bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa /

pelayanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun secara tidak

langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya”.

Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah dikeluarkan instruksi

Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II pasal 3 disebutkan usaha-usaha

pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri

pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta

kesejahteraan masyarakat dan negara. Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas

bila kita mempelajari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang

diharapkan wisatawan dimana ia sedang dalam perjalanan atau perlawatannya.

2.2.2 Produk Pariwisata

Produk Pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa

lainnya memiliki ciri-ciri berbeda, tidak hanya barang melainkan fasilitas- fasilitas

(27)

mengadakan perjalanan. Untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata

tersebut, ada beberapa pendapat ahli yang akan menjadi acuan.

Menurut Burkat dan Medlik, produk pariwisata dapat merupakan suatu

susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata,

transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata

dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada

konsumen (wisatawan/tourist).

Sedangkan Medlik dan Middleton menyatakan bahwa, produk pariwisata

terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama

lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan

tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya.

Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

3(tiga) unsur yang membentuk suatu Produk Pariwisata, yaitu :

• Daya Tarik dari Destinasi • Fasilitas dari Destinasi • Kemudahan dari Destinasi

Ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap suatu

destinasi, baik atau buruk. Berikut terdapat 6 (enam) unsur produk pariwisata yang

membentuk suatu paket pariwisata terpadu yang diuraikan berdasarkan kebutuhan

wisatawan, antara lain:

• Objek dan Daya Tarik Wisata. • Jasa Travel Agent & Tour Operator. • Jasa Perusahaan Angkutan.

• Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan. • Jasa Souvenir (Cinderamata).

• Jasa Perusahaan Pendukung.

Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan

(28)

• Produk pariwisata tidak dapat dipindahkan.

• Produk pariwisata tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan.

• Produk pariwisata tidak dapat ditimbun atau disimpan.

• Produk pariwisata sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis. • Produk pariwisata tidak dapat dicoba atau dicicipi.

• Produk pariwisata sangat tergantung pada faktor manusia.

• Produk pariwisata memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi.

• Produk pariwisata tidak memiliki standar atau ukuran yang objektif dalam menilai tingkat mutu produk.

serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam

maupun setelah pembudidayaanya ( Suwantoro 1997 : 6 ).

2.2.3 Pengertian Wisata Alam

Pariwisata jenis ini sangat banyak menarik wisatawan dari kalangan yang

relatif muda karena selain menguras tenaga yang banyak, untuk menikmati wisata ini

juga dibutuhkan adrenalin yang tinggi. Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata

yang memanfaatkan sumber daya alam yang memiliki daya tarik bagi wisatawan serta

ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah

pembudidayaanya ( Suwantoro : 1997 : 6 ).

Alam yang menawarkan sejuta keindahannya dapat dimanfaatkan untuk

berbagai macam kegiatan wisata, hanya saja sebagai orang yang menjalankan

kegiatan wisata ada baiknya memikirkan segala dampak buruk yang terjadi karena

eksploitasi alam yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata. Untuk itu perlu adanya

pelestarian terhadap alam untuk menjaga kelestarian alam, dan juga dapat

mengurangi dampak buruk yang terjadi karena ulah manusia terhadap alam. Jenis

wisata ini banyak menarik kaum remaja pada umumnya yang memerlukan keuletan

dan sikap pantang menyerah. Wisata alam mengandung banyak resiko, karena itu

(29)

diabaikan karena dapat menyebabkan kecelakaan. Keindahan alam Indonesia dengan

berbagai flora dan faunanya merupakan salah satu daya tarik utama kepariwisataan

alamnya.

2.3 Uraian Teoritis Tentang Objek dan Atraksi Pariwisata

Menurut Yoeti ( 1996 : 172 ) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pariwisata menjelaskan bahwa obyek wisata adalah obyek yang tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain obyek tersebut diadakan tanpa bantuan orang lain. Dan yang dikatakan atraksi merupakan sinonim dari pengertian entertainment, yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang lain.

Menurut Marioti dalam Yoe ti ( 1996 : 174 ) ada 3 hal yang menjadi daya tarik

suatu daerah. Ketiga hal tersebut adalah :

Namun pada dasarnya obyek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu.

Hasil ciptaan manusia (man made supply), yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan, kesenian dan keagamaan.

Benda- benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural

amenities), yang termasuk dalam kelompok ini adalah : iklim, flora dan

fauna, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar dan lain-lain.

Tata cara hidup masyarakat (the way of life), misalnya : Kerja Tahun / pagelaran acara gendang Karo (Guro-guro), pembakaran mayat di Bali

(Ngaben), dan upacara Sekaten di Yogyakarta.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek dan atraksi

(30)

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan

dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sasaran wisata.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang

Kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata yaitu :

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

berwujud keadaan alam, flora dan fauna.

Objek dan daya tarik wisata ciptaan tuhan ini merupakan suatu

kawasan yang berisi flora dan fauna yang dikuasai dan dikelola untuk

dijadikan suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan wisata. Objek

dan daya tarik wisata ini dapat dibedakan atas 3 kelompok, yaitu : • Objek wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan,dan

peternakan.

• Objek wisata laut, pantai, gunung, dan sebagainya. • Objek wisata lembah, gua, gunung, dan sebagainya.

Adapun unsur yang membentuk daya tarik sumber daya alam dan

sebagai objek wisata adalah keindahan, keunikan dan kelangkaan,

banyaknya sumber daya alam yang menonjol yang memiliki ciri-ciri

potensi untuk daya tarik pengunjung, keutuhan sumber daya alam

kebersihan udara lingkungan.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman

rekreasi dan tempat hiburan.

Objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia

dapat berupa peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni

(31)

tempat hiburan. Jenis-jenis dan daya tarik wisata yang berupa hasil

karya manusia dengan budayanya adalah sebagai berikut :

• Peninggalan sejarah purbakala.

• Aneka ragam budaya seperti : adat istiadat, budaya keagamaan, perkawinan, pemakaman, dan lain-lain.

• Hasil kerajinan tangan dan karya arsitektur.

2.4 Motivasi Perjalanan Wisata

Motivasi adalah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan

atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, sedangkan

Perjalanan wisata dilakukan oleh wisatawan dan di pengaruhi oleh motivasi, profil

wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata. Beberapa bentuk

motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata adalah sebagai berikut

(Yoeti, 1996 : 82 ) :

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-puast wiasatawan.

b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin ditempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya ditepi pantai, pegunugan,pusat-pusat peristrihatan, obyek-obyek wisata, serta wisat alam lainya.

(32)

d. Pariwisata untuk urusan dagang (Busines Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan untuk kegiatan atau urusan-urusan bisnis atau dagang semata, dan berkaitan dengan urusan-urusan bisnis lainnya.

e. Pariwisata untuk urusan konferensi (Comvention Turism). Jenis pariwisata mencakup kegiatan konferensi pertemuan baik nasional atau Internasional. f. Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism). Jenis pariwisata olah raga ini

dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu:

Big sport event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olimpiade Games,kejuaraan ski dunia atau turnamen olah raga lainnya yang banyak

menarik penonton.

Sportying tourism of the practioners, yaitu peristiwa bagi mereka yang

ingin berlatih dan mempraktikan sendiri olah raga tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Seperti pendaki gunung, naik kuda dan olah raga pariwisata lainnya.

2.5 Sarana Dan Prasarana Pariwisata 2.5.1 Sarana Pariwisata

Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan

kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya

sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana

kepariwisataan ini harus tetap di jaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan

a. Sarana pokok kepariwisataan

pengunjung. Ada 3 jenis sarana yang menjadi dasar dalam pariwisata :

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya

tergantung pada kedatangan orang yang melakukan kunjungan dan perjalanan

wisata yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

(33)

• Restoran, bar, rumah makan dll.

• Objek dan atraksi wisata ( Yoeti, 1996 :193 ).

b. Sarana Pelengkap kepariwisataan

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas-

fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedmikian rupa sehingga berfungsi

untuk dapat memperpanjang masa tinggal wisatawan di tempat atau di daerah yang

di kunjunginya , yang termasuk dalam sarana pelengkap adalah sarana olahraga yaitu,

lapangan golf, lapangan tenis, kolam renang, daerah perburuan, permainan bilyard,

jackpot dan lain-lain.

c. Sarana penunjang

Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas- fasilitas yang di perlukan

wisatawan , khususnya wisata bisnis yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana

pokok tetapi juga membuat para wisatawan lebih betah tinggal di daerah yang di

kunjungi tersebut, (Yoeti 1996 : 203) yang termasuk dalam kelompok ini :

Nigth club.

Casino.

Steambath.

• Olahraga ketangkasan.

2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana Pariwisata di Berastagi Baik prasarana maupun sarana

kepariwisataan sesungguhnya merupakan Tourist Supply yang perlu dipersiapkan

atau di sediakan bilamana akan mengembangkan suatu industri pariwisata karena

dalam kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari

sektor perekonomian juga dengan prasarana, semua fasilitas yang memungkinkan

(34)

memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah untuk

melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan

sebagaimana mestinya. (Yoeti, 1996 : 193).

Yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah :

a. Prasarana umum, yaitu

Prasarana yang menyangkut kebutuhan bagi perekonomian, dan yang

termasuk dalam prasarana umum adalah : • System penyediaan air bersih. • Pembangkit tenaga listrik.

• Jaringan jalan raya dan jembatan. • Airport, seaport, terminal dan stasiun.

• Telekomunikasi.

• Alat angkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat banyak, yaitu

Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak, dan yang termasuk

dalam hal ini adalah : • Rumah sakit, apotik. • Bank.

• Pompa bensin. • Kantor polisi.

Prasarana – prasarana di atas diperuntukkan bagi umum dan secara tak

langsung juga mendukung dunia pariwisata di suatu daerah, karena keberadaannya

dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang tak terduga selama kegiatan wisata

berlangsung. Tanpa adanya prasarana tersebut, sukarlah sarana-sarana kepariwisataan

untuk dapat memenuhi fungsinya dan memberikan pelayanan bagi wisatawan.

(35)

dan juga pihak swasta. Prasarana – prasarana tersebut sangat membantu pariwisata

yang ada di daerah Berastagi.

2.6 Pengembangan Objek dan Atraksi Wisata

Objek wisata merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengembangan

suatu daerah, karena tujuan merupakan tujuan wisatawan untuk berkunjung ke suatu

daerah. Oleh sebab itu, pengembangan perlu di kelola sebaik-baiknya. Pengelolaan

itu tidak saja semata-mata untuk mengelola objek dan daya tarik wisata itu sendiri,

namun juga perlu usaha-usaha untuk membangun dan mengembangkan serta

mengelola sarana dan prasarana yang mendukung objek dan atraksi wisata. Seorang

wisatawan tidak akan dapat menikmati objek dan atraksi wisata apabila untuk

mencapai objek itu sendiri sangat sulit dan memakan biaya yang sangat besar.

Pengembangan objek wisata adalah suatu usaha untuk dapat meningkatkan

pendapatan ekonomi nasional di bidang pariwisata sebagai suatu industri penghasil

devisa (Yoeti :1985: 64).

Perlu kita sadari bahwa ada berbagai alasan utama orang untuk melakukan

suatu kegiatan wisata antara lain , alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama,

kebudayaan, hobi, olahraga, konverensi, semiar dan lain-lain. Dan pada umumnya

mereka sangat mengharapkan kenyamanan, serta keindahan dan kebersihan pada

objek yang mereka tuju. Maka untuk itu perlu usaha pengembangan dan pembinaan

terhadap objek-objek dan daya tarik wisata tersebut ( Yoeti, 1985 :5 ) .

a.

Ada beberapa unsur-unsur yang sangat kuat untuk pengembangan suatu

daerah tujuan wisata, antara lain :

b.

Harus mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan

objek wisata di tempat lain.

Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang

(36)

c.

d.

Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai

ciri-ciri khas tersendiri.

Dan menurut UU No. 9/1990 yang merupakan prinsip dasar dalam usaha

pengembangan objek dan atraksi wisata antara lain :

Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari

subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

a. Mampu mendorong peningkatan dan perkembangan kehidupan ekonomi

sosial budaya dalam masyarakat.

b. Memperhatikan nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan nilai-nilai

yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

c. Memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.

d. Memperhatikan kelestarian usaha pariwisata itu sendiri.

Untuk mengelola, mengembangkan suatu objek dan daya tarik wisata

tersebut bukanlah hal yang mudah. Karena melibatkan berbagai potensi yaitu potensi

sumber daya alam, potensi flora dan fauna, dan potensi sumber daya manusia. Hal ini

merupakan tugas masyarakat Indonesia baik dari pemerintah, dunia usaha, juga

masyarakat sekitar harus saling mendukung serta memperhatikan potensi sumber

daya alam yang dimiliki menjadi tidak rusak dan dapat di gunakan dalam jangka

waktu yang lama. Hal yang terpenting agar usaha pengelolaan dan pengembangan

objek dan atraksi wisata tersebut dapat memberikan suatu hal yang menarik dan

memotivasi wisatawan untuk berkunjung adalah terpenuhinya tiga syarat utama yang

harus ada di objek wisata tersebut yaitu :

a. Something to do / sesuatu untuk di lakukan . Artinya di tempat tersebut selain

banyak yang dapat di lihat dan di saksikan, harus pula di sediakan fasilitas

rekreasi dan hiburan yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di

tempat itu.

b. Something to see / sesuatu untuk di lihat. Artinya di tempat tersebut harus

(37)

oleh daerah lain , daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus yang

tersendiri. Disamping itu harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat di

jadikan sebagai entertainments bila orang datang kesana.

c. Somethig to buy / sesuatu untuk di beli. Artinya di tempat tersebut selain

banyak di lihat dan di lakukan di daerah objek wisata tersebut, harus pula di

sediakan fasilitas penjualan souvenir untuk buah tangan dari tempat

kunjungan tersebut ke pengunjung, agar nantinya bisa teringat dan kembali

lagi mengunjungi objek tersebut

Selain dari ketiga hal di atas, dukungan masyarakat adalah yang utama dalam

pengembangan objek dan atraksi wisata, baik dukungan dalam bentuk moril maupun

materil. Agar terciptanya tujuan dari kegiatan pariwisata seperti dalam GBHN 1993 :

“ Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan,

memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong

pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan menjalin kerjasama

antar bangsa”.

(38)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terbentang di antara samudera Hindia dan

lautan Pasifik, merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau besar dan pulau

kecil yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara, namun tetap dalam satu kesatuan

(Bhinneka Tunggal Ika) serta memiliki keanekaragaman suku, budaya, dan objek

serta daya tarik wisata yang layak untuk dilestarikan dan dijual . Potensi ini berupa

keindahan alam, keanekaragaman budaya, flora dan fauna, kuliner, bahkan

peninggalan sejarah purba kala dan lain-lain. Daya tarik Indonesia, sebagai tujuan

wisata mancanegara perlu di tingkatkan melalui upaya promosi yang terencana,

dalam arti penyajian objek-objek wisata perlu dibuat penganekaragaman agar

wisatawan tidak hanya menikmati objek-objek wisata yang monoton, tetapi juga

kepariwisataan yang sesuai dengan sifat pariwisata yang fleksibel (berubah-ubah).

Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan sementara yang dilakukan di

luar daerah domisili untuk tujuan berlibur dan bersenang-senang. Aktivitas wisata

biasanya dilakukan ke daerah-daerah objek wisata yang menawarkan atraksi wisata

yang mampu memberi kepuasan bagi wisatawan dan memberikan kesan setelah

mangunjunginnya. Sebagai suatu aktivitas, kegiatan pariwisata sudah seharusnya

selain memberikan kepuasan bagi pelaku wisata juga diharapkan mampu memberikan

kontribusi positif terhadap lingkungan dan budaya serta kesejahteraan masyarakat

agar terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan yang sesuai dengan tujuan yang

tercantum dalam GBHN 1993 : “ Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan

sebagai sektor andalan, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan

berusaha, mendorong pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan

(39)

Dewasa ini minat wisatawan terhadap aktivitas wisata mulai didominasi

dengan aktivitas mengunjungi daerah objek wisata yang menawarkan atraksi wisata

alam dan budaya, seperti menikmati pemandangan alam dan ekosistem yang ada di

dalamnya serta menikmati keunikan atraksi dari budaya setempat, namun belakangan

ini muncul fenomena baru dalam dunia pariwisata yakni tentang cara seseorang

menikmati wisata yang ditandai dengan munculnya kegiatan – kegiatan wisata

alternatif dan juga objek wisata yang mendukung kegiatan – kegiatan wisata alternatif

tersebut contohnya seperti kegiatan ekowisata yang pada dasarnya berhubungan

dengan pelestarian alam, dimana objek wisata berhubungan dengan ekowisata

memiliki tujuan utama untuk konservasi alam, apalagi belakangan ini sedang

digalakkan program go green yang bertujuan untuk pelestarian alam dan mengurangi

dampak buruk global warming. Kegiatan wisata fenomenal lainnya yang belakangan

ini mulai berkembang pesat adalah wisata outbound, dimana pada awal dibentuknya

kegiatan outbound tujuannya bukan untuk wisata, melainkan bertujuan untuk

pembentukan karakter melalui games outbound. Akan tetapi seiring berjalannya

waktu permainan outbound telah masuk dalam kategori kegiatan wisata yang

menarik minat para wisatawan, tak hanya itu sekarang telah banyak objek wisata

yang khusus menawarkan kegiatan wisata outbound. Fenomena – fenomena yang

muncul dalam dunia pariwisata telah mengubah pandangan orang bahwasannya

kegiatan wisata tidak harus melakukan perjalanan ke objek – objek wisata akan tetapi

ada cara lain yang bersifat alternatif untuk mencapai tujuan utama seseorang

melakukan kegiatan wisata yaitu untuk bersenang – senang.

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di

Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata

lainnya di Indonesia. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat dimanfaatkan

secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan

pengembangannya. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam

memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo

(40)

sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam

menunjang pembangunan Daerah.

Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai

produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga

profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional diartikan sebagai

tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang mampu membawa dan

menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat membangun sektor

kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan yang telah ditetapkan,

serta mengadopsi prinsip-prinsip Good Governance dalam melaksanakan pelayanan

masyarakat.

Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan

97°55’ - 98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut

dan hampir 91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut.

Kabupaten Karo berbatasan dengan daerah-daerah lainnya sebagai berikut : • Sebelah utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Langkat

• Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi • Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun

• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan langkat

Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan

berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo

dibandingkan daerah lainnya di Sumatera Utara adalah :

• Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

• Jarak dari Ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik. • Memiliki sarana akomodasi yang cukup memadai.

(41)

Beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dapat dijumpai di Kabupaten

Karo adalah:

• Panorama / Keindahan Alam (Panorama Doulu, Sipiso-piso, dll)

• Danau (Danau Toba dan Lau Kawar) Gunung Berapi (Sibayak dan Sinabung) • Air Panas Alam (Semangat Gunung, Debuk-debuk)

• Atraksi Budaya (Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren)

• Peninggalan Sejarah ( Puntungan Meriam Putri Hijau –Sukanalu, Museum) • Minat Khusus ( Mountenering, Gantole,trekking, dll).

Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam melakukan perjalanan

wisata, maka di Kabupaten Karo telah tersedia sarana dan prasarana penunjang

kepariwisataan yaitu:

• Hotel Berbintang 10 buah • Hotel Melati 44 buah

• Telekomunikasi (wartel) 10 buah

• Tempat penukaran mata uang asing 5 buah • Bank 6 buah

• Kantor pos 2 buah

• Biro Perjalan Wisata 5 buah • Rumah Sakit Umum 6 buah.

Aksesibilitas suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat

mempengaruhi mutu dari obyek wisata tersebut. Pada umumnmya aksesibilitas

menuju obyek wisata Kabupaten Karo sudah baik dan telah dapat dilalui oleh

kenderaan roda empat dan bus besar. Khusus untuk Obyek Wisata Gunung Sibayak

telah tersedia jalan aspal yang dapat dilalui kenderaan roda empat sampai ke Batu

Kapur dan dari tempat ini hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki

(42)

Kabupaten Karo yang merupakan daerah pegunungan Bukit Barisan yang

sangat mendukung kegiatan wisata minat khusus seperti trekking, salah satu gunung

yang menjadi tujuan wisatawan melakukan kegiatan trekking adalah gunung Sibayak

yang merupakan gunung berapi aktif. Gunung Sibayak yang terletak di dataran tinggi

Karo, dengan ketinggian 2.094 m di atas permukaan laut. Gunung asam yang keadaan

puncaknya sudah porak poranda karena letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari tiga

tempat yaitu dari desa Raja Berneh (Semangat Gunung), dari kota Brastagi, dan jalur

hutan doulu kilometer 54. Gunung Sibayak ini merupakan gunung api yang masih

aktif, dan mempunyai kawah yang cukup landai untuk dituruni dan tampak tidak

terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu dekat. Gunung ini tidak begitu sulit untuk

didaki bahkan bagi seorang pemula sekalipun. Gunung ini selalu ramai dikunjungi

oleh para pendaki lokal di hari Sabtu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam

13.00 untuk mendapatkan pemandangan matahari terbenam dipuncak gunung ini.

Dari puncak gunung ini kita bisa menyaksikan pemandangan kota Medan di

kejauhan. Berikut adalah informasi data kunjungan wisatawan 5 tahun terakhir di

Gunung Sibayak Kabupaten Karo.

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN 5 TAHUN TERAKHIR DI GUNUNG

SIBAYAK KAB. KARO

• Tahun 2008

No Bulan Anak –anak Dewasa

1 Januari 1010 6732

2 Februari 1266 7596

3 Maret 1516 9094

4 April 1515 9085

5 Mei 1317 7899

6 Juni 1515 9093

Gambar

Table Sarana, Prasarana dan Fasilitas Penunjang Keperiwisataan

Referensi

Dokumen terkait

Bagi yang berkeberatan atas pemenang pelelangan sebagaimana di atas, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis ditujukan kepada panitia dalam

e-commerce merupakan kegiatan umum yang diaplikasikan oleh user dan pada umumnya orang berfikir bahwa e-commerce adalah on-line shopping yaitu berbelanja dan membeli suatu barang

[r]

Bagi pengguna internet terutama yang masih duduk dibangku sekolah, tata surya merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang mereka pelajari disekolah. Hal itu mendorong

[r]

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Tata

Jika k=n maka berapa kali kata IF-PTIIKUB di cetak dilayar monitor.. Jika k=n maka berapa kali kata IF-PTIIKUB di cetak

[r]