• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumat, 15 Januari 2010 Wisata Gua Minat Khusus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. oleh : Fitri Handayani, Syafitri Hidayati, Asri Joni, Iman, Nina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jumat, 15 Januari 2010 Wisata Gua Minat Khusus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. oleh : Fitri Handayani, Syafitri Hidayati, Asri Joni, Iman, Nina"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jumat, 15 Januari 2010

Wisata Gua Minat Khusus di Hutan Pendidikan Gunung Walat

oleh :

Fitri Handayani, Syafitri Hidayati, Asri Joni, Iman, Nina Kelompok Pemerhati Goa-HIMAKOVA

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memegang peranan penting baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial, sehingga kelestarian kawasan HPGW telah berperan sebagai penyangga kepentingan kehidupan masyarakat sekitar. HPGW selain dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pelatihan,dan penelitian juga berpotensi untuk kawasan wisata minat khusus. Wisata minat khusus yang dapat dikembangkan adalah wisata Gua Putih. Tujuan penelitian ini adalah melakukan inventarisasi potensi daya tarik Gua Putih berupa ornamen dan fauna gua, pemetaan gua dan merumuskan program-program wisata minat khusus dalam Gua Putih. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2007. Inventarisasi fauna gua dan pemetaan gua dilakukan dari pagi hingga siang hari. Dalam inventarisasai fauna gua dilakukan dengan penelusuran gua. Metode yang di gunakan dalam pemetaan gua adalah Metode Forward (Forward Method). Berdasarkan data inventarisasi potensi daya tarik Gua Putih berupa ornamen dan fauna gua, jenis fauna yang ditemukan cukup beragam, seperti kelelawar, lipan, kodok, ikan, dan sebagainya. Ornamen-ornamen yang terdapat dalam gua masih belum mengalami kerusakan yang berarti. Gua Putih ini cocok dijadikan sebagai objek wisata minat khusus karena medan untuk pencapaiannya terbilang cukup sulit dilalui. Dengan dijadikannya Gua Putih sebagai objek wisata minat khusus, penduduk sekitar gua diharapkan mampu berpatisipasi dalam pengelolaan Gua Putih ini, sehingga perekonomian masyarakat sekitar dapat lebih meningkat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kawasan hutan tanaman yang dikelola sebagai hutan pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi mahasiswa IPB, khususnya mahasiswa Fakultas Kehutanan serta instansi lain yang terkait baik dari dalam negeri maupun luar negeri. HPGW mempunyai potensi yang cukup baik bila dilihat dari segi keanekaragaman hayati yang didukung oleh beberapa tipe vegetasi, yaitu tegakan pinus, agathis, puspa (Schima wallichii), dan campuran. Kawasan HPGW memegang peranan penting baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial, sehingga kelestarian kawasan HPGW telah berperan sebagai penyangga kepentingan kehidupan masyarakat sekitar. Fungsi hidrologi juga berjalan baik yang terbukti dengan rendahnya perbedaan debit air pada saat musim kemarau dan musim hujan. Hingga saat ini HPGW hanya dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pelatihan, dan penelitian padahal selain aspek tersebut masih banyak aspek atau potensi lain yang dimiliki oleh HPGW yang belum termanfaatkan.

(2)

HPGW memiliki bentang alam atau lanskap yang indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Hal ini terlihat dengan banyaknya pengunjung yang memasuki kawasan HPGW untuk menikmati keindahan alam, sehingga seharusnya dapat menjadi sumber pendapatan bagi HPGW. Selain itu, di HPGW juga terdapat gua alam yang oleh peduduk sekitar dinamakan Gua Putih. Sebelum berganti nama menjadi Gua Putih, dahulu gua tersebut bernama Gua Cipereuh.

Gua adalah suatu lorong bentukan alamiah dibawah tanah yang biasa dilalui oleh manusia yang terbuat dari gamping atau batuan vulkanik serta memiliki daya tarik tersendiri karena memberikan unsur petualangan. Gua Putih yang terdapat di HPGW dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih dan sumber pengairan lahan pertanian masyarakat di sekitar kawasan. Selain itu, Gua Putih memiliki potensi untuk dijadikan sebagai objek wisata minat khusus, mengingat medan yang harus ditempuh menuju ke lokasi gua serta kondisi dalam gua yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.Wisata minat khusus menurut Ko (2000) merupakan wisata yang hanya diminati oleh segmen pasar terbatas dan kegiatan wisata yang mengandung resiko bahkan bahaya. Wisata minat khusus Gua Putih sangat menarik sekali jika dikembangkan dan dikelola dengan memperhatikan kelestariannya.

Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk :

1. Melakukan inventarisasi potensi daya tarik Gua Putih berupa ornamen dan fauna gua 2. Melakukan pemetaan gua

3. Merumuskan program-program wisata minat khusus dalam Gua Putih

METODE PENGAMATAN Inventarisasi Fauna Gua Waktu dan Tempat

Inventarisasi fauna gua dilakukan di Gua Putih, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dilaksanakan pada hari Jumat dan Minggu, 1 dan 3 Februari 2007 pada pukul 08.00-12.00 WIB.

Alat dan Bahan 1. Tabung spesimen 2. Pinset

3. Alkohol 96% 4. Aquades

5. Kantong Plastik dan kantong kelelawar 6. Kuas berbagai ukuran

7. Misnet Cara Kerja

a. Penelusuran dilakukan oleh 10 orang dengan 5 orang selaku tim surveyor dan 5 orang pembantu. b. Pencarian dan pengambilan spesies dilakukan di sepanjang lorong gua serta tempat-tempat di dalam gua seperti lantai gua, dinding gua, langit-langit gua dan juga di ceruk.

c. Spesies yang berukuran besar diambil dengan cara manual (tangan) ataupun dengan pinset sedangkan spesies yang berukuran kecil diambil dengan menggunakan kuas, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik.

d. Untuk spesies yang sulit ditangkap surveyor hanya dapat mengabadikan dengan foto.

e. Setelah inventarisasi selesai dilakukan, spesies dikeluarkan dari dalam kantong plastik, dibersihkan dengan aquades, kemudian dimasukkan ke dalam tabung spesimen yang telah berisikan alkohol 70%.

(3)

Pemetaan Gua Waktu dan Tempat

Pemetaan Gua dilakukan di Gua Putih, Desa Cipereuh, Hutan Pendidikan Gunung Walat, pada hari Minggu, 3 Februari 2007 pada pukul 08.00-12.00 WIB.

Alat dan Bahan 1. Kompas bruntun 2. Klinometer 3. Meteran 4. Tali rafia 5. Tally sheet 6. Papan jalan 7. Millimeter block 8. Kalkulator 9. Alat-alat tulis Cara Kerja

Pelaksanaan Pemetaan Gua dengan Metode Forward (Forward Method) a) Penentuan stasiun oleh seorang leader

b) Pembaca alat berada pada stasiun yang ditentukan oleh leader dan target berada pada stasiun berikutnya

c) Pembidikan dilakukan oleh pembaca alat terhadap target sekaligus pengukuran jarak dan pembacaan alat

d) Mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan gua oleh seorang deskriptor. Kondisi yang dicatat antara lain mulut gua, penampang lintang gua, ornamen gua, dan sketsa lorong secara plan section dan extended section.

e) Mencatat data-data hasil pembacaan alat dan pengukuran oleh seorang pencatat.

f) Demikian seterusnya sampai stasiun terakhir sesuai dengan metode yang digunakan (Forward Method).

Pembuatan Peta

a) Pengolahan data hasil pembacaan dan pengukuran menggunakan cara polar yaitu data-data hasil pengolahan yang hanya menggunakan data jarak datar dipetakan langsung ke dalam bidang datar (l) = cos θ x jarak miring.

b) Penggambaran peta dengan menggunakan metode plan section.

Plan section adalah gambar peta gua tampak atas. Pada plan section, koordinat letak stasiun ditentukan dari perhitungan, yang ditampilkan adalah bentuk lorong jika dilihat dari atas, sudut belokan, letak ornamen, jenisnya, dan situasi lorong gua.

Plotting koordinat dan center line. Metode penggambaran dan penentuan letak titik (koordinat) dan elevasi tiap stasiun dapat menggunakan diagram cartesius. Plontting stasiun dan elevasinya menggunakan metode ini lebih cepat dan sederhana. Peralatan yang dibutuhkan untuk plotting ialah penggaris dan busur derajat atau protector. Tetapi kesalahan metode ini adalah kesalahan akumulasi. Kesalahan yang terjadi akan semakin besar dengan bertambahnya jumlah stasiun yang diplotkan. Metode ini menggunakan perhitungan kompas dan derajat. Tentukan dahulu orientasi peta (arah utara), buat garis. Setiap penentuan stasiun terhadap stasiun berikutnya posisinya ditentukan mengunakan sudut kompas dengan besar sudut dari utara (0°) yang harus selalu sejajar dengan garis orientasi yang dengan arah kompas. Penggunaan millimeter block sangat membantu dan mengurangi kesalahan yang dapat timbul.

(4)

Penetuan jarak dinding kiri dan kanan tiap stasiun dan setiap perubahan besar lorong. Jarak dari center line dan setiap stasiun ke dinding kiri-kanan lorong disesuaikan dengan skala yang sudah ditentukan sebelumnya.

Menghubungkan titik dinding kiri-kanan antar stasiun satu dengan yang berikutnya diusahakan tidak dalam bentuk lorong yang kaku. Estetika manusia disini terlibat, tetapi yang terpenting tidak boleh meninggalkan keakuratan dan aturan.

Memasukan simbol-simbol kondisi gua. Simbol-simbol yang dimaksud adalah situasi, detail, dan ornamen gua.

Menggambarkan cross section. Cross section (penampang melitang) lorong digambarkan sesuai dengan skala. Detail bentukan diusahakan dapat terwakili gambar sesuai dengan ukuran sebenarnya. Arah pandangan mata terhadap penampang lorong juga harus disesuaikan, jangan sampai terjadi croos section yang digambar, yang arahnya terbalik.

c) Tingkat ketelitian yang digunakan yaitu grade III

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Inventarisasi Fauna Gua

Ditemukan sebanyak 20 spesies fauna gua baik secara langsung maupun tidak langsung. Diantaranya adalah kelelawar, jangkrik, kodok, lipan, kaki seribu dan jenis satwa aquatik. Ada beberapa spesies yang sampai saat ini belum teridentifikasi atau tidak ditemukannya fieldguide serta literatur.

Pemetaan Gua

Dari pemetaan gua, diperoleh data mengenai lorong sepanjang 105,9 m dengan jumlah stasiun 23 buah. Dalam kegiatan ini, tidak seluruhnya lorong dalam gua dapat terpetakan mengingat lorong dalam gua ini yang panjang dan keterbatasan waktu yang ada.

Pembahasan Inventarisasi Fauna Gua Fauna Gua

Fauna gua merupakan binatang yang hidup dan mencari makan di dalam gua, namun ada pula binatang yang mencari makan di luar gua misalnya kelelawar dan walet. Biota karst ini memiliki keunikan dan tingkat endemisme yang tinggi dengan kelembaban dan suhu konstan sepanjang masa menyebabkan biotanya memiliki karakter khas. Pigmen kulitnya mereduksi sehingga kulitnya transparan dan matanya mengecil bahkan buta serta organ sensoriknya berkembang menjadi lebih panjang.

Ornamen Gua Putih

Ciri yang paling umum dari suatu gua karst adalah adanya stalakmit dan stalaktit. Air yang melewati celah dan lapisan batu gamping melarutkan yang terdiri dari senyawa penyusun utama batu gamping, yaitu kalsium karbonat (CaCO3) sehingga air mengandung kalsium karbonat. Air celah ini kemudian muncul menetes dari atap-atap gua dan meninggalkan partikel kalsium karbonat tersebut di atap, proses ini berlangsung terus menerus dan tumbuh menjadi stalaktit. Karena perbedaan kadar kalsium karbonat dan bentuk rekahan antara satu tempat dengan tempat yang lain menyebabkan stalaktit

(5)

berbeda-beda bentuk. Peranan dinding dan langit-langit gua sebagai penyekat menjadi penyangga variasi suhu dan kelembaban di luar gua sehingga kondisi dalam gua relatif stabil terutama bagian gua yang terdalam. Di bagian gua yang lebih dalam konsentrasi CO2 meningkat jika tidak ada udara yang mengalir ke dalam kecuali dari mulut gua (Howard dalam Whitten, 1999)

Pemetaan Gua

Pemetaan gua merupakan gambaran perspektif gua yang diproyeksikan kedalam bidang datar dan dapat dipertanggungjawabkan secara matematis dan visual dengan skala tertentu. Peta gua merupakan bukti otentik bagi penelusur gua yang telah melakukan penelusuran. Peta ini juga bermanfaat untuk keperluan penelitian, pendataan kawasan, kegiatan wisata gua baik minat umum maupun minat khusus dan lain sebagainya.

Dari pemetaan gua, diperoleh data mengenai lorong sepanjang 105,9 m dengan jumlah stasiun 23 buah. Dalam kegiatan ini, tidak seluruhnya lorong dalam gua dapat terpetakan mengingat lorong dalam gua ini yang panjang dan keterbatasan waktu yang ada.

Kondisi lorong yang terdapat dalam Gua Putih pada umumnya sempit dan sulit dilalui serta panjang, hingga sampai saat ini panjang lorong seluruhnya masih belum diketahui namun menurut pengakuan penduduk setempat gua tersebut dapat tembus di daerah pantai Pangandaran Sukabumi. Walaupun hampir seluruh lorongnya sempit, tetapi ada di beberapa tempat terdapat ruangan berupa kubah dan ruangan yang berbentuk sumur bertingkat tujuh. Untuk masuk kedalam Gua Putih dapat dengan dua jalan, yaitu melalui mulut gua horizontal yang sengaja dibuat oleh pengurus gua tersebut dan melalui mulut gua yang merupakan sebuah lubang pada atap gua (mulut gua vertikal). Hal yang menarik dari Gua Putih untuk dijadikan wisata minat khusus adalah kondisi dalam gua yang sangat ekstrim bagi pemula serta ornamen gua yang masih alami.

Wisata minat khusus Gua Putih di Hutan Pendidikan Gunung Walat ini sangat bagus sekali jika di kembangkan dengan baik dan memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi. Wisata yang di tawarkan disini adalah wisata petualangan (adventure), selain kegiatan penelusuran wisata lain yang ditawarkan adalah wisata pendidikan berupa pengenalan ornamen dan fauna gua. Kegiatan ini diharapkan agar masyarakat tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam yang ada.

Wisata petualangan yang ditawarkan disini memiliki konsep yaitu tidak merusak keindahan alam yang terdapat didalamnya. Jumlah pengunjung yang akan melakukan kegiatan penelusuran akan dibatasi, hal ini dilakukan agar kondisi fisik gua tetap alami serta menghindari kekurangan oksigen ketika melakukan penelusuran. Pada saat kegiatan penelusuran, pengunjung juga dapat menikmati keindahan ornamen Gua Putih. Semakin dalam lorong yang dilewati maka akan semakin terasa tantangan yang diberikan oleh Gua Putih. Berdasarkan keterangan dari pak Habib, sekitar satu kilometer dari mulut gua horizontal terdapat ruangan besar yang dapat dimasuki hingga sekitar 200 orang lebih. Hal menarik dari ruangan tersebut yaitu terdapat sebuah batu yang memiliki bentuk menyerupai kepala gajah sehingga ruangan itu diberi nama ruang Gajah.

Untuk Menuju lokasi Gua Putih kita harus berjalan sekitar 5 km dari Jalan raya Sukabumi dengan jalan aspal hotmik yang baik dan separuhnya lagi jalan tanah yang agak licin dan terkadang kita harus melewati pematang penduduk atau persawahan. Aksessibilitas menuju Gua Putih tidak terlalu sulit, karena untuk menuju kelokasi pengunjung dapat menggunakan kendaraan bermotor dan kondisi jalan masih bagus. Selain jalan yang bagus, didaerah sekitar gua juga terdapat rumah petugas HPGW yang dapat dijadikan tempat menginap jika penelusuran dilakukan sampai malam hari serta terdapat ruangan tempat ibadah dan kamar mandi yang banyak dan bersih.

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh, Gua Putih yang terdapat di Hutan Pendidikan Gunung Walat masih terjaga kealamiannya meski pada dinding di dekat mulut gua terdapat beberapa coretan (vandalisme). Keanekaragaman jenis fauna yang terdapat di dalam gua cukup beragam, seperti kelelawar, lipan, kodok, katak, ikan, dan sebagainya. Ornamen-ornamen yang terdapat dalam gua masih belum mengalami kerusakan yang berarti.

Gua Putih ini cocok dijadikan sebagai objek wisata minat khusus karena medan untuk pencapaiannya terbilang cukup sulit dilalui. Dengan dijadikannya Gua Putih sebagai objek wisata minat khusus, penduduk sekitar gua diharapkan mampu berpatisipasi dalam pengelolaan Gua Putih ini, sehingga perekonomian masyarakat sekitar dapat lebih meningkat.

Saran

Untuk dijadikan sebagai objek ekowisata, yaitu wisata minat khusus maka perlu dilakukannya tindakan sebagai berikut :

1. Perencanaan yang matang mengenai kerja sama antara pengelola, masyarakat dan stakeholder lainnya sebagai upaya tercapainya tujuan yang ingin dilaksanakan.

2. Publikasi yang luas mencakup peta lokasi dan papan interpretasi.

3. Penataan kawasan sekitar gua seperti penataan tempat sekitar pintu masuk gua dan penanaman serta menjaga kelestarian vegetasi-vegetasi di atas gua.

4. Penegasan peraturan khusus tentang etika masuk gua sehingga segala kealamian ornament-ornamen dan kondisi dalam gua tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

GEMA. 2004. Sejarah Penelusuran Gua.Pencinta Alam Universitas Katolik St. Thomas, Sumatera Utara. http://www.highcamp.web.id/file/rtikelanda/ file02.htm

HIKESPI. 1991. Laporan Lokakarya Standarisasi Pendataan Gua Secara Nasional. Tidak Dipublikasikan. HIKESPI. 2002. Kumpulan Makalah Pengarahan Caving Bagi Calon Penelusur Gua. Tidak Dipublikasikan. Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang – LIPI : Bogor

Ko. R.K.T. 2003. Keanekaragaman Hayati Kawasan Karst. Tidak Dipublikasikan

KPG-HIMAKOVA. 2004. Inventarisasi Fauna dan Pemetaan Gua di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tidak Dipublikasikan.

Maryanto, Ibnu.dkk. 2006. Manajemen Bioregional : Karst, Masalah dan Pemecahannya. Puslit Biologi – LIPI : Bogor.

Mistar. 2003. Panduan Lapang Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. Gibbon Foundation : Jakarta.

Samodra, H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Kars di Indonesia: Pengelolaan dan Perlindungannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang akan diambil agar terstrukturnya penelitian ini yaitu dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial siswa.Data tersebut dapat

Pada saat di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya mengamati ada beberapa hal yang penulis perhatikan dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru PPDB yaitu calon peserta yang melakukan

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh kesabaran telah.. memberikan ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi penulis serta

Pada hari ini, Senin tanggal Dua Puluh Delapan, bulan Maret tahun Dua Ribu Enam Belas, dimulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB, melalui aplikasi SPSE Badan

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan memahami dinamika bermain komputer pada anak usia 4-5 tahun, sehingga dapat mengetahui dan memahami proses

Program/ Kegiatan Sasaran Indikator Kinerja Target Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Meningkatnya

Tentu saja untuk mendapatkan keuntungan dari investasi Anda, Anda harus membeli barang saat harga lagi diskon lalu menjualnya disaat harga barang tersebut sedang berada

Total pengguna internet yang tinggi menjadi sebuah peluang bagi usaha komersial berbasis internet (e-commerce), namun banyak hal yang menghambat kepuasan pelanggan