• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gunung Sibayak Sebagai Objek Wisata Minat Khusus Di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gunung Sibayak Sebagai Objek Wisata Minat Khusus Di Kabupaten Karo"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI

OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO

KERTAS KARYA

Oleh :

BUNYANUL MARSUS SIR

092204007

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT

KHUSUS DI KABUPATEN KARO

OLEH

BUNYANUL MARSUS SIREGAR

092204007

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya :GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBJEK

WISATA MINAT KHUSUS DI

KABUPATEN KARO

Oleh

: BUNYANUL MARSUS SIREGAR

NIM

: 092204007

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA

NIP.19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

(4)

ABSTRAK

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT KHUSUS

DI KABUPATEN KARO

Oleh

BUNYANUL MARSUS SIREGAR

Kertas karya yang berjudul “ Gunung Sibayak Sebagai Objek Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo “ memaparkan tentang keberadaan perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Karo, khususnya pariwisata minat khusus di Gunung Sibayak. Masalah yang diuraikan dalam kertas karya ini adalah bagaimana perkembangan objek wisata minat khusus Gunung Sibayak dan bagaimana potensi wisata yang ada di gunung Sibayak sebagai wisata minat khusus di Kabupaten Karo. Melalui kertas karya ini penulis berharap, agar pemerintah mampu mengelola wisata minat khusus yang ada di Kabupaten Karo dengan sistem bekerja sama dengan masyarakat tanpa mengenyampingkan kelestarian alam dan budaya sekitar juga sumberdaya lainnya misalnya pengelolaan objek wisata yang berada di lokasi masyarakat. Seharusnya pengelolaan tersebut dikelola oleh pemerintah setempat dan bekerja sama dengan masyarakat agar pengelolaan tersebut maksimal dan sesuai dengan pariwisata harapan kita kedepannya karena jika hal demikian terus berlanjut, akan timbul dampak- dampak yang merusak pariwisata itu sendiri akibat kurangnya keterampilan pengelola objek itu sendiri. Teori yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah teori pariwisata alternatif secara khusus dan teori- teori pariwisata lainnya secara umum. Hasil yang diperoleh dalam penulisan kertas karya ini adalah pengelolaan suatu objek wisata yang maksimal diserahkan kepada pemerintah setempat dan dikelola bersama masyarakat dengan sistem pembangunan yang berkelanjutan tanpa mengnyampingkan kelestarian lingkungan dan budaya masyarakat sekitar.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah laa

ilaaha iyyahu yang memberikan anugerahnya serta memberikan kekuatan bagi

penulis sejak memulai sampai menyelesaikan penulisan Kertas Karya ini. Sholawat

serta salam penulis curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW laa nabiya

ba’dahu.

Penulisan kertas karya ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa

program studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara,Medan dalam mengakhiri masa studi. Kertas karya disusun dengan judul : “

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO”

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak mendapat kesulitan yang

disebabkan keterbatasan waktu, literature, serta kekurangmampuan penulis sendiri dalam menulis dan menganalisa secara ilmiah. Untuk itu penulis dengan kerendahan

hati menerima kritik serta saran yang membangun penulis demi kesempurnaan kertas

karya ini.

Selama dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima dorongan

serta bimbingan baik moral maupun materil. Untuk itu pula penulis pada kesempatan

ini menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibunda Arwina Sufika, S.E. M.Si, selaku ketua Program Studi D III Pariwisata

FIB USU dan sekaligus Pengajar ku semasa kuliah.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun M,.Si selaku Dosen Pembimbing dan telah

(6)

4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, MSP. selaku dosen pembaca.

5. Mamakku tercinta Murniati Siregar dan Ayahku tercinta Kadiruddin Siregar yang

telah berperan sebagai donatur utama, dan pen-support terkuat selama pengerjaan kertas karya ini.

6. Kakak ku tersayang Mustika Arianti Min Ilmi Siregar dan Elida Suryani Siregar,

selaku contoh dalam kesabaranku mengerjakan kertas karya ini.

7. Ayah angkat Herianto Sihotang. S.Sos, Murtopo MT Siregar, SS, kak timeh, kak

letop, dan Kawan-kawan Sedarah UNGU-Ku.

8. Sobat seperjuangan Siburung Putih, beda pemikiran satu tujuan,

PENTARHINOS Teguh Ade Kaisa (Ronggur) Leony Denisa (Donkey) Ria Ema

Sita (Gebuk) Tri Utari Ismayuni (Mabol ).

9. Sobat-sobit seperjuangan IMAPA, Normen, lae Lehet, Ayep, Olive, Fitri bule,

Lila, dan semua kawan-kawan 2009 UW-HOTEL, Adek-adekku tersayang

2010-2011-2012 UW-HOTEL dan kawan-kawan se-FIB USU

10.Abang dan pareban, tulang, dan bere ku Rahmad, Soripada, Kari, Wira tupama, Tigor Pandapotan, Nanda Jauhari, Alinip,Thondie Sir, Jitra Sir, Dabid Sir, Tiad

Sir,Farid Sir, Taufiq Sir, Saadilla Sir, Munawir Sir, Oloan S Sir, Pandapotan Sir,

Gian Sir, selaku sahabat bersama pencari inspirasi.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan bantuan yang penulis terima

dari semua pihak dengan pahala berlipat ganda dan semoga kertas karya ini member

manfaat bagi kita semua dan juga bagi penulis sendiri. Amiin Yaa Robbal Aalamiin.

Medan April 2013

Penulis

Bunyanul Marsus Sir

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR TABEL ……… 5

DAFTAR ISI ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Rumusan Masalah ……….. 10

1.3Tujuan Penelitian ………... 10

1.4Manfaat Penelitian ……… 10

1.5Sistematika Penulisan ………... 11

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN………. 12

2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan ... 12

2.2 Industri dan Produk Pariwisata …….…....……… 14

2.2.1 Industri Pariwisata ……… 14

2.2.2 Produk Pariwisata ………... 15

2.2.3 Pengertian Wisata Alam ……… 16

2.3 Uraian Teoritis Tentang Objek dan Atraksi Pariwisata ….. 17

2.4 Motivasi Perjalanan Wisata ……… 19

2.5 Sarana dan Prasarana ………... 21

2.5.1 Sarana Pariwisata ………... 21

2.5.2 Prasarana Pariwisata ……….. 22

(8)

BAB III WISATA MINAT KHUSUS DAN AKTIVITASNYA ……….. 27

3.1 Wisata Minat Khusus (Alternatif) 3.1.1 Aktivitas yang Terkandung Dalam Wisata Minat Khusus … 30 BAB IV GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO ……….………… 36

4.1 Gambaran Pariwisata Kabupaten Karo ………...………. 36

4.2 Perkembangan Objek Wisata Gunung Sibayak ………. 38

4.3 Potensi Wisata Gunung Sibayak Sebagai Wisata Minat Khusus 39 4.3.1 Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo ……….. 39

4.3.2 Tujuan Pengembangan Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo………. 41

4.3.3 Pengembangan Wisata Minat Khusus di Gunung Sibayak Sebagai Wisata yang Sangat Berpotensi di Kabupaten Karo ……….. 42

4.3.4 Kendala – Kendala ………... 46

4.3.5 Upaya Penanggulangan ….………...… 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 47

5.1 Kesimpulan ……….. 47

5.2 Saran ……… 48

(9)

ABSTRAK

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT KHUSUS

DI KABUPATEN KARO

Oleh

BUNYANUL MARSUS SIREGAR

Kertas karya yang berjudul “ Gunung Sibayak Sebagai Objek Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo “ memaparkan tentang keberadaan perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Karo, khususnya pariwisata minat khusus di Gunung Sibayak. Masalah yang diuraikan dalam kertas karya ini adalah bagaimana perkembangan objek wisata minat khusus Gunung Sibayak dan bagaimana potensi wisata yang ada di gunung Sibayak sebagai wisata minat khusus di Kabupaten Karo. Melalui kertas karya ini penulis berharap, agar pemerintah mampu mengelola wisata minat khusus yang ada di Kabupaten Karo dengan sistem bekerja sama dengan masyarakat tanpa mengenyampingkan kelestarian alam dan budaya sekitar juga sumberdaya lainnya misalnya pengelolaan objek wisata yang berada di lokasi masyarakat. Seharusnya pengelolaan tersebut dikelola oleh pemerintah setempat dan bekerja sama dengan masyarakat agar pengelolaan tersebut maksimal dan sesuai dengan pariwisata harapan kita kedepannya karena jika hal demikian terus berlanjut, akan timbul dampak- dampak yang merusak pariwisata itu sendiri akibat kurangnya keterampilan pengelola objek itu sendiri. Teori yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah teori pariwisata alternatif secara khusus dan teori- teori pariwisata lainnya secara umum. Hasil yang diperoleh dalam penulisan kertas karya ini adalah pengelolaan suatu objek wisata yang maksimal diserahkan kepada pemerintah setempat dan dikelola bersama masyarakat dengan sistem pembangunan yang berkelanjutan tanpa mengnyampingkan kelestarian lingkungan dan budaya masyarakat sekitar.

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terbentang di antara samudera Hindia dan

lautan Pasifik, merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau besar dan pulau

kecil yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara, namun tetap dalam satu kesatuan

(Bhinneka Tunggal Ika) serta memiliki keanekaragaman suku, budaya, dan objek

serta daya tarik wisata yang layak untuk dilestarikan dan dijual . Potensi ini berupa

keindahan alam, keanekaragaman budaya, flora dan fauna, kuliner, bahkan

peninggalan sejarah purba kala dan lain-lain. Daya tarik Indonesia, sebagai tujuan

wisata mancanegara perlu di tingkatkan melalui upaya promosi yang terencana,

dalam arti penyajian objek-objek wisata perlu dibuat penganekaragaman agar

wisatawan tidak hanya menikmati objek-objek wisata yang monoton, tetapi juga

kepariwisataan yang sesuai dengan sifat pariwisata yang fleksibel (berubah-ubah).

Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan sementara yang dilakukan di

luar daerah domisili untuk tujuan berlibur dan bersenang-senang. Aktivitas wisata

biasanya dilakukan ke daerah-daerah objek wisata yang menawarkan atraksi wisata

yang mampu memberi kepuasan bagi wisatawan dan memberikan kesan setelah

mangunjunginnya. Sebagai suatu aktivitas, kegiatan pariwisata sudah seharusnya

selain memberikan kepuasan bagi pelaku wisata juga diharapkan mampu memberikan

kontribusi positif terhadap lingkungan dan budaya serta kesejahteraan masyarakat

agar terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan yang sesuai dengan tujuan yang

tercantum dalam GBHN 1993 : “ Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan

sebagai sektor andalan, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan

berusaha, mendorong pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan

(11)

Dewasa ini minat wisatawan terhadap aktivitas wisata mulai didominasi

dengan aktivitas mengunjungi daerah objek wisata yang menawarkan atraksi wisata

alam dan budaya, seperti menikmati pemandangan alam dan ekosistem yang ada di

dalamnya serta menikmati keunikan atraksi dari budaya setempat, namun belakangan

ini muncul fenomena baru dalam dunia pariwisata yakni tentang cara seseorang

menikmati wisata yang ditandai dengan munculnya kegiatan – kegiatan wisata

alternatif dan juga objek wisata yang mendukung kegiatan – kegiatan wisata alternatif

tersebut contohnya seperti kegiatan ekowisata yang pada dasarnya berhubungan

dengan pelestarian alam, dimana objek wisata berhubungan dengan ekowisata

memiliki tujuan utama untuk konservasi alam, apalagi belakangan ini sedang

digalakkan program go green yang bertujuan untuk pelestarian alam dan mengurangi

dampak buruk global warming. Kegiatan wisata fenomenal lainnya yang belakangan

ini mulai berkembang pesat adalah wisata outbound, dimana pada awal dibentuknya

kegiatan outbound tujuannya bukan untuk wisata, melainkan bertujuan untuk

pembentukan karakter melalui games outbound. Akan tetapi seiring berjalannya

waktu permainan outbound telah masuk dalam kategori kegiatan wisata yang

menarik minat para wisatawan, tak hanya itu sekarang telah banyak objek wisata

yang khusus menawarkan kegiatan wisata outbound. Fenomena – fenomena yang

muncul dalam dunia pariwisata telah mengubah pandangan orang bahwasannya

kegiatan wisata tidak harus melakukan perjalanan ke objek – objek wisata akan tetapi

ada cara lain yang bersifat alternatif untuk mencapai tujuan utama seseorang

melakukan kegiatan wisata yaitu untuk bersenang – senang.

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di

Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata

lainnya di Indonesia. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat dimanfaatkan

secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan

pengembangannya. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam

memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo

(12)

sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam

menunjang pembangunan Daerah.

Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai

produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga

profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional diartikan sebagai

tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang mampu membawa dan

menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat membangun sektor

kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan yang telah ditetapkan,

serta mengadopsi prinsip-prinsip Good Governance dalam melaksanakan pelayanan masyarakat.

Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan

97°55’ - 98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut

dan hampir 91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut.

Kabupaten Karo berbatasan dengan daerah-daerah lainnya sebagai berikut :

• Sebelah utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Langkat

• Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi

• Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun

• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan langkat

Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan

berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo

dibandingkan daerah lainnya di Sumatera Utara adalah :

• Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

• Jarak dari Ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik.

• Memiliki sarana akomodasi yang cukup memadai.

(13)

Beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dapat dijumpai di Kabupaten

Karo adalah:

• Panorama / Keindahan Alam (Panorama Doulu, Sipiso-piso, dll)

• Danau (Danau Toba dan Lau Kawar) Gunung Berapi (Sibayak dan Sinabung)

• Air Panas Alam (Semangat Gunung, Debuk-debuk)

• Atraksi Budaya (Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren)

• Peninggalan Sejarah ( Puntungan Meriam Putri Hijau –Sukanalu, Museum)

• Minat Khusus ( Mountenering, Gantole,trekking, dll).

Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam melakukan perjalanan

wisata, maka di Kabupaten Karo telah tersedia sarana dan prasarana penunjang

kepariwisataan yaitu:

• Hotel Berbintang 10 buah

• Hotel Melati 44 buah

• Telekomunikasi (wartel) 10 buah

• Tempat penukaran mata uang asing 5 buah

• Bank 6 buah

• Kantor pos 2 buah

• Biro Perjalan Wisata 5 buah

• Rumah Sakit Umum 6 buah.

Aksesibilitas suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat

mempengaruhi mutu dari obyek wisata tersebut. Pada umumnmya aksesibilitas

menuju obyek wisata Kabupaten Karo sudah baik dan telah dapat dilalui oleh

kenderaan roda empat dan bus besar. Khusus untuk Obyek Wisata Gunung Sibayak

telah tersedia jalan aspal yang dapat dilalui kenderaan roda empat sampai ke Batu

Kapur dan dari tempat ini hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki

(14)

Kabupaten Karo yang merupakan daerah pegunungan Bukit Barisan yang

sangat mendukung kegiatan wisata minat khusus seperti trekking, salah satu gunung yang menjadi tujuan wisatawan melakukan kegiatan trekking adalah gunung Sibayak yang merupakan gunung berapi aktif. Gunung Sibayak yang terletak di dataran tinggi

Karo, dengan ketinggian 2.094 m di atas permukaan laut. Gunung asam yang keadaan

puncaknya sudah porak poranda karena letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari tiga

tempat yaitu dari desa Raja Berneh (Semangat Gunung), dari kota Brastagi, dan jalur

hutan doulu kilometer 54. Gunung Sibayak ini merupakan gunung api yang masih

aktif, dan mempunyai kawah yang cukup landai untuk dituruni dan tampak tidak

terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu dekat. Gunung ini tidak begitu sulit untuk

didaki bahkan bagi seorang pemula sekalipun. Gunung ini selalu ramai dikunjungi

oleh para pendaki lokal di hari Sabtu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam

13.00 untuk mendapatkan pemandangan matahari terbenam dipuncak gunung ini.

Dari puncak gunung ini kita bisa menyaksikan pemandangan kota Medan di

kejauhan. Berikut adalah informasi data kunjungan wisatawan 5 tahun terakhir di

Gunung Sibayak Kabupaten Karo.

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN 5 TAHUN TERAKHIR DI GUNUNG

(15)

8 Agustus 1515 9092

9 September 1415 8490

10 Oktober 1517 9103

11 November 1220 7317

12 Desember 1516 9095

Sumber : DISBUDPAR KAB. KARO

Catatan : Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki objek wisata

melalui tiket / karcis yang terjual. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke objek

wisata sekitar 30 % dari data yang ada.

• Tahun 2009

Catatan : Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki objek wisata

melalui tiket / karcis yang terjual. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke objek

(16)

• Tahun 2010

11 November 1800 7000

12 Desember 2075 8120

Sumber : DISBUDPAR KAB. KARO

Catatan : Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki objek wisata

melalui tiket / karcis yang terjual. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke objek

wisata sekitar 30 % dari data yang ada.

(17)

7 Juli 2100 12863

8 Agustus 350 3400

9 September 2100 13273

10 Oktober 990 7540

11 November 2400 3943

12 Desember 1500 4710

Sumber : DISBUDPAR KAB. KARO

Catatan : Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki objek wisata

melalui tiket / karcis yang terjual. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke objek

wisata sekitar 30 % dari data yang ada.

• Tahun 2012

12 Desember 1275 6150

Sumber : DISBUDPAR KAB. KARO

(18)

melalui tiket / karcis yang terjual. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke objek

wisata sekitar 30 % dari data yang ada.

Dari data kunjungan tersebut, terlihat jelas minat wisata para wisatawan

sangatlah tinggi terhadap objek wisata di Kabupaten Karo, oleh karena itu, perlu

adanya penyelenggaraan pembenahan, pengembangan serta promosi pembinaan sadar

wisata dan pelestarian terlebih-lebih dalam pelestarian Gunung Sibayak yang

merupakan salah satu jargon Kabupaten Karo serta objek wisata yang sering di

kunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Pada umumnya

sebagian wisatawan lebih menyenangi kegiatan yang berbau tantangan/ petualangan,

seperti mendaki gunung, berkemah, panjat tebing, arung jeram, dan lain-lain.Trekking (petualangan) di saat ini merupakan salah satu wisata yang semakin diminati oleh

wisatawan khususnya wisatawan lokal. Melalui kegiatan wisata minat khusus, banyak

manfaat atau bisa dikatakan wisata yang multifungsi bagi peminatnya, selain untuk

rekreasi, dan menenangkan fikiran, olah kebugaran badan juga sangat mendukung di

wisata ini. Penulis berharap, dengan potensi wisata minat khusus yang dimiliki oleh

Kabupaten Karo, baik pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya

untuk tidak jenuh-jenuh senantiasa berupaya memperbaiki serta meningkatkan

potensi yang ada, baik potensi wisata maupun potensi-potensi lainnya demi

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Karo dan masyarakat

Sumatera Utara umumnya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam kesempatan ini penulis memilih judul

“Gunung Sibayak Sebagai Obyek Wisata Minat Khusus Di Tanah Karo” dengan

pertimbangan sebagai berikut :

1. Wisata minat khusus perlu di kembangkan dan dibina untuk memupuk

sekaligus menyadarkan rasa cinta tanah air pada masyarakat.

2. Gunung Sibayak sebagai wisata minat khusus yang populer dan sangat

berpotensial, yang mana sekarang ini banyak di minati wisatawan lokal

(19)

3. Wisata Minat Khusus (Petualangan) sering kali bertentangan dengan salah

satu poin GBHN 1993 tentang pelestarian alam, maka perlu pembinaan

untuk pelestarian alam.

4. Wisata minat khusus di Sibayak sangat berpengaruh terhadap ekonomi

masyarakat sekitar, baik usaha maupun kesempatan kerja untuk

masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka rumusan

masalah yang akan di teliti dalam kertas karya ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan objek wisata Gunung Sibayak?

2. Bagaimana potensi wisata yang ada pada objek wisata di Gunung Sibayak

sebagai wisata minat khusus?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak di capai dalam penulisan kertas karya

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendiskripsikan perkembangan objek wisata Gunung Sibayak.

2. Untuk menjelaskan serta mendeskripsikan potensi wisata yang ada pada

objek wisata di Gunung Sibayak sebagai wisata minat khusus.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini penulis membagi menjadi dua manfaat yaitu :

1. Manfaat Teoritis, secara teoritis manfaat penelitian ini adalah menambah

wawasan dan pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa

bidang pariwisata khususnya, kertas karya ini diharapkan dapat menjadi

acuan wisata minat khusus nantinya.

2. Manfaat Praktis, secara praktis manfaat penelitian ini adalah sebagai

panduan untuk melakukan kegiatan wisata minat khusus di Gunung

(20)

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah kegiatan penulisan kertas karya ini, maka penulis

membuat sistematika penulisan dengan pembagian-pembagian bab dan sub-bab nya

masing-masing sistematikanya sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang judul, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

Pada bab ini menguraikan tentang pengertian pariwisata, wisatawan

dan kepariwisataan, industri dan produk wisata, objek dan atraksi

pariwisata, motivasi perjalanan wisata, sarana dan prasarana

pariwisata, pengembangan objek dan atraksi wisata.

BAB III :WISATA MINAT KHUSUS DAN AKTIVITASNYA

Dalam bab ini akan di uraikan mengenai penjelasan wisata minat

khusus beserta teori-teori dan aktivitas yang terkandung di dalamnya.

BAB IV :GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI OBYEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO

Dalam bab ini akan di uraikan tentang Gunung Sibayak sebagai

objek wisata minat khusus di Kabupaten Karo, kendala yang

dihadapi serta upaya penanggulangannya.

(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ) menjelaskan pengertian

pariwisata sebagai berikut :

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Undang- Undang tahun 1990, tentang kepariwisataan menyebutkan defenisi

dari wisata, wisatawan, kepariwisataan, dan pariwisata sebagai berikut :

a. Wisata adalah: kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut

yang di lakukan secara suka rela bersifat sementara untuk memilih

objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah : orang yang melakukan kegiatan wisata yang

tujuannya bukan untuk menetap dan untuk tidak mencari nafkah di

tempat yang dikunjungi.

c. Pariwisata adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengelola objek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

berhubungan dengan penyelenggara pariwisata.

d. Kepariwisataan adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggara pariwisata, yang artinya semua kegiatan dan urusan yang

ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan,

pengawasan pariwisata baik yang di lakukan pemerintah, pihak swasta,

maupun masyarakat.

e. Objek dan Daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi

(22)

• Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna seperti pemandangan alam, panorama indah

hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta

binatang-binatang langka.

• Karya buatan manusia yang berwujud dalam beberapa bentuk,

berupa museum, peninggalan purba kala,peninggalan sejarah,

seni budaya, wisata pertanian (agro), wisata air (tirta) wisata petualangan (minat khusus), taman rekreasi dan tempat hiburan.

• Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, goa, sungai air deras, tempat ibadah, perbelanjaan, dan lain-lain.

Selain batasan tersebut diatas, banyak defenisi lain yang dikemukakan oleh

ahli pariwisata antara lain adalah ( Kodhyat : 1983 : 4 ) menjelaskan bahwa

“Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat

sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam

dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.

Sedangkan menurut pendapat Spillane ( 1982 : 20 ), “ pariwisata adalah

kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari

kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau

istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain”.

Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ),

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

ciri-ciri pengertian pariwisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik,

(23)

dan paling khasnya selalu dikaitkan dengan pertamasyaan, rekreasi dan tidak mencari

nafkah di tempat yang dikunjungi.

2.2 Industri dan Produk Wisata 2.2.1 Industri Pariwisata

Bila kita mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan adalah suatu

bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap

dengan mempergunakan mesin. Demikianlah gambaran industri pada umumnya,

tetapi tidak demikian dengan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah kumpulan

dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang

dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya. ( Yoeti, 1996 : 172 ). Sedangkan menurut Parmadji ( dalam Yoeti

1996 : 153 ), “Industri Pariwisata adalah rangkuman daripada berbagai macam

bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa /

pelayanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun secara tidak

langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya”.

Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah dikeluarkan instruksi

Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II pasal 3 disebutkan usaha-usaha

pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri

pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta

kesejahteraan masyarakat dan negara. Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas

bila kita mempelajari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang

diharapkan wisatawan dimana ia sedang dalam perjalanan atau perlawatannya.

2.2.2 Produk Pariwisata

Produk Pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa

lainnya memiliki ciri-ciri berbeda, tidak hanya barang melainkan fasilitas- fasilitas

(24)

mengadakan perjalanan. Untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata

tersebut, ada beberapa pendapat ahli yang akan menjadi acuan.

Menurut Burkat dan Medlik, produk pariwisata dapat merupakan suatu

susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata,

transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata

dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada

konsumen (wisatawan/tourist).

Sedangkan Medlik dan Middleton menyatakan bahwa, produk pariwisata

terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama

lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan

tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya.

Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

3(tiga) unsur yang membentuk suatu Produk Pariwisata, yaitu :

• Daya Tarik dari Destinasi

• Fasilitas dari Destinasi

• Kemudahan dari Destinasi

Ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap suatu

destinasi, baik atau buruk. Berikut terdapat 6 (enam) unsur produk pariwisata yang

membentuk suatu paket pariwisata terpadu yang diuraikan berdasarkan kebutuhan

wisatawan, antara lain:

• Objek dan Daya Tarik Wisata.

• Jasa Travel Agent & Tour Operator.

• Jasa Perusahaan Angkutan.

• Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan.

• Jasa Souvenir (Cinderamata).

• Jasa Perusahaan Pendukung.

Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan

(25)

• Produk pariwisata tidak dapat dipindahkan.

• Produk pariwisata tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk

mencapai kepuasan.

• Produk pariwisata tidak dapat ditimbun atau disimpan.

• Produk pariwisata sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis.

• Produk pariwisata tidak dapat dicoba atau dicicipi.

• Produk pariwisata sangat tergantung pada faktor manusia.

• Produk pariwisata memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal

investasi.

• Produk pariwisata tidak memiliki standar atau ukuran yang objektif

dalam menilai tingkat mutu produk.

serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam

maupun setelah pembudidayaanya ( Suwantoro 1997 : 6 ).

2.2.3 Pengertian Wisata Alam

Pariwisata jenis ini sangat banyak menarik wisatawan dari kalangan yang

relatif muda karena selain menguras tenaga yang banyak, untuk menikmati wisata ini

juga dibutuhkan adrenalin yang tinggi. Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata

yang memanfaatkan sumber daya alam yang memiliki daya tarik bagi wisatawan serta

ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah

pembudidayaanya ( Suwantoro : 1997 : 6 ).

Alam yang menawarkan sejuta keindahannya dapat dimanfaatkan untuk

berbagai macam kegiatan wisata, hanya saja sebagai orang yang menjalankan

kegiatan wisata ada baiknya memikirkan segala dampak buruk yang terjadi karena

eksploitasi alam yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata. Untuk itu perlu adanya

pelestarian terhadap alam untuk menjaga kelestarian alam, dan juga dapat

mengurangi dampak buruk yang terjadi karena ulah manusia terhadap alam. Jenis

wisata ini banyak menarik kaum remaja pada umumnya yang memerlukan keuletan

dan sikap pantang menyerah. Wisata alam mengandung banyak resiko, karena itu

(26)

diabaikan karena dapat menyebabkan kecelakaan. Keindahan alam Indonesia dengan

berbagai flora dan faunanya merupakan salah satu daya tarik utama kepariwisataan

alamnya.

2.3 Uraian Teoritis Tentang Objek dan Atraksi Pariwisata

Menurut Yoeti ( 1996 : 172 ) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pariwisata menjelaskan bahwa obyek wisata adalah obyek yang tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain obyek tersebut diadakan tanpa bantuan orang lain. Dan yang dikatakan atraksi merupakan sinonim dari pengertian entertainment, yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang lain. Namun pada dasarnya obyek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu.

Menurut Marioti dalam Yoeti ( 1996 : 174 ) ada 3 hal yang menjadi daya tarik

suatu daerah. Ketiga hal tersebut adalah :

• Hasil ciptaan manusia (man made supply), yang berupa benda-benda

sejarah, kebudayaan, kesenian dan keagamaan.

• Benda- benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural

amenities), yang termasuk dalam kelompok ini adalah : iklim, flora dan

fauna, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar dan lain-lain.

• Tata cara hidup masyarakat (the way of life), misalnya : Kerja Tahun /

pagelaran acara gendang Karo (Guro-guro), pembakaran mayat di Bali

(Ngaben), dan upacara Sekaten di Yogyakarta.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek dan atraksi

(27)

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan

dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sasaran wisata.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang

Kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata yaitu :

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

berwujud keadaan alam, flora dan fauna.

Objek dan daya tarik wisata ciptaan tuhan ini merupakan suatu

kawasan yang berisi flora dan fauna yang dikuasai dan dikelola untuk

dijadikan suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan wisata. Objek

dan daya tarik wisata ini dapat dibedakan atas 3 kelompok, yaitu :

• Objek wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan,dan

peternakan.

• Objek wisata laut, pantai, gunung, dan sebagainya.

• Objek wisata lembah, gua, gunung, dan sebagainya.

Adapun unsur yang membentuk daya tarik sumber daya alam dan

sebagai objek wisata adalah keindahan, keunikan dan kelangkaan,

banyaknya sumber daya alam yang menonjol yang memiliki ciri-ciri

potensi untuk daya tarik pengunjung, keutuhan sumber daya alam

kebersihan udara lingkungan.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman

rekreasi dan tempat hiburan.

Objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia

dapat berupa peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni

(28)

tempat hiburan. Jenis-jenis dan daya tarik wisata yang berupa hasil

karya manusia dengan budayanya adalah sebagai berikut :

• Peninggalan sejarah purbakala.

• Aneka ragam budaya seperti : adat istiadat, budaya keagamaan,

perkawinan, pemakaman, dan lain-lain.

• Hasil kerajinan tangan dan karya arsitektur.

2.4 Motivasi Perjalanan Wisata

Motivasi adalah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan

atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, sedangkan

Perjalanan wisata dilakukan oleh wisatawan dan di pengaruhi oleh motivasi, profil

wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata. Beberapa bentuk

motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata adalah sebagai berikut

(Yoeti, 1996 : 82 ) :

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-puast wiasatawan.

b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin ditempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya ditepi pantai, pegunugan,pusat-pusat peristrihatan, obyek-obyek wisata, serta wisat alam lainya.

c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis pariwisata ini

(29)

d. Pariwisata untuk urusan dagang (Busines Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan untuk kegiatan atau urusan-urusan bisnis atau dagang semata, dan berkaitan dengan urusan-urusan bisnis lainnya.

e. Pariwisata untuk urusan konferensi (Comvention Turism). Jenis pariwisata mencakup kegiatan konferensi pertemuan baik nasional atau Internasional. f. Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism). Jenis pariwisata olah raga ini

dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu:

Big sport event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olimpiade

Games,kejuaraan ski dunia atau turnamen olah raga lainnya yang banyak

menarik penonton.

Sportying tourism of the practioners, yaitu peristiwa bagi mereka yang

ingin berlatih dan mempraktikan sendiri olah raga tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Seperti pendaki gunung, naik kuda dan olah raga pariwisata lainnya.

2.5 Sarana Dan Prasarana Pariwisata 2.5.1 Sarana Pariwisata

Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan

kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya

sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana

kepariwisataan ini harus tetap di jaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan pengunjung. Ada 3 jenis sarana yang menjadi dasar dalam pariwisata :

a. Sarana pokok kepariwisataan

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya

tergantung pada kedatangan orang yang melakukan kunjungan dan perjalanan

wisata yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

• Biro perjalanan umum.

• Perusahaan angkutan umum.

(30)

• Restoran, bar, rumah makan dll.

• Objek dan atraksi wisata ( Yoeti, 1996 :193 ).

b. Sarana Pelengkap kepariwisataan

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas-

fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedmikian rupa sehingga berfungsi

untuk dapat memperpanjang masa tinggal wisatawan di tempat atau di daerah yang

di kunjunginya , yang termasuk dalam sarana pelengkap adalah sarana olahraga yaitu,

lapangan golf, lapangan tenis, kolam renang, daerah perburuan, permainan bilyard,

jackpot dan lain-lain.

c. Sarana penunjang

Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas- fasilitas yang di perlukan

wisatawan , khususnya wisata bisnis yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana

pokok tetapi juga membuat para wisatawan lebih betah tinggal di daerah yang di

kunjungi tersebut, (Yoeti 1996 : 203) yang termasuk dalam kelompok ini :

Nigth club.

Casino.

Steambath.

• Olahraga ketangkasan.

2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana Pariwisata di Berastagi Baik prasarana maupun sarana

kepariwisataan sesungguhnya merupakan Tourist Supply yang perlu dipersiapkan atau di sediakan bilamana akan mengembangkan suatu industri pariwisata karena

dalam kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari

sektor perekonomian juga dengan prasarana, semua fasilitas yang memungkinkan

(31)

memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah untuk

melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan

sebagaimana mestinya. (Yoeti, 1996 : 193).

Yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah :

a. Prasarana umum, yaitu

Prasarana yang menyangkut kebutuhan bagi perekonomian, dan yang

termasuk dalam prasarana umum adalah :

• System penyediaan air bersih.

• Pembangkit tenaga listrik.

• Jaringan jalan raya dan jembatan.

Airport, seaport, terminal dan stasiun.

• Telekomunikasi.

• Alat angkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat banyak, yaitu

Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak, dan yang termasuk

dalam hal ini adalah :

• Rumah sakit, apotik.

• Bank.

• Pompa bensin.

• Kantor polisi.

Prasarana – prasarana di atas diperuntukkan bagi umum dan secara tak

langsung juga mendukung dunia pariwisata di suatu daerah, karena keberadaannya

dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang tak terduga selama kegiatan wisata

berlangsung. Tanpa adanya prasarana tersebut, sukarlah sarana-sarana kepariwisataan

untuk dapat memenuhi fungsinya dan memberikan pelayanan bagi wisatawan.

(32)

dan juga pihak swasta. Prasarana – prasarana tersebut sangat membantu pariwisata

yang ada di daerah Berastagi.

2.6 Pengembangan Objek dan Atraksi Wisata

Objek wisata merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengembangan

suatu daerah, karena tujuan merupakan tujuan wisatawan untuk berkunjung ke suatu

daerah. Oleh sebab itu, pengembangan perlu di kelola sebaik-baiknya. Pengelolaan

itu tidak saja semata-mata untuk mengelola objek dan daya tarik wisata itu sendiri,

namun juga perlu usaha-usaha untuk membangun dan mengembangkan serta

mengelola sarana dan prasarana yang mendukung objek dan atraksi wisata. Seorang

wisatawan tidak akan dapat menikmati objek dan atraksi wisata apabila untuk

mencapai objek itu sendiri sangat sulit dan memakan biaya yang sangat besar.

Pengembangan objek wisata adalah suatu usaha untuk dapat meningkatkan

pendapatan ekonomi nasional di bidang pariwisata sebagai suatu industri penghasil

devisa (Yoeti :1985: 64).

Perlu kita sadari bahwa ada berbagai alasan utama orang untuk melakukan

suatu kegiatan wisata antara lain , alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama,

kebudayaan, hobi, olahraga, konverensi, semiar dan lain-lain. Dan pada umumnya

mereka sangat mengharapkan kenyamanan, serta keindahan dan kebersihan pada

objek yang mereka tuju. Maka untuk itu perlu usaha pengembangan dan pembinaan

terhadap objek-objek dan daya tarik wisata tersebut ( Yoeti, 1985 :5 ) .

Ada beberapa unsur-unsur yang sangat kuat untuk pengembangan suatu

daerah tujuan wisata, antara lain :

a. Harus mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan

objek wisata di tempat lain.

b. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang

(33)

c. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai

ciri-ciri khas tersendiri.

d. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari

subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

Dan menurut UU No. 9/1990 yang merupakan prinsip dasar dalam usaha

pengembangan objek dan atraksi wisata antara lain :

a. Mampu mendorong peningkatan dan perkembangan kehidupan ekonomi

sosial budaya dalam masyarakat.

b. Memperhatikan nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan nilai-nilai

yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

c. Memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.

d. Memperhatikan kelestarian usaha pariwisata itu sendiri.

Untuk mengelola, mengembangkan suatu objek dan daya tarik wisata

tersebut bukanlah hal yang mudah. Karena melibatkan berbagai potensi yaitu potensi

sumber daya alam, potensi flora dan fauna, dan potensi sumber daya manusia. Hal ini

merupakan tugas masyarakat Indonesia baik dari pemerintah, dunia usaha, juga

masyarakat sekitar harus saling mendukung serta memperhatikan potensi sumber

daya alam yang dimiliki menjadi tidak rusak dan dapat di gunakan dalam jangka

waktu yang lama. Hal yang terpenting agar usaha pengelolaan dan pengembangan

objek dan atraksi wisata tersebut dapat memberikan suatu hal yang menarik dan

memotivasi wisatawan untuk berkunjung adalah terpenuhinya tiga syarat utama yang

harus ada di objek wisata tersebut yaitu :

a. Something to do / sesuatu untuk di lakukan . Artinya di tempat tersebut selain

banyak yang dapat di lihat dan di saksikan, harus pula di sediakan fasilitas

rekreasi dan hiburan yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di

tempat itu.

b. Something to see / sesuatu untuk di lihat. Artinya di tempat tersebut harus

(34)

oleh daerah lain , daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus yang

tersendiri. Disamping itu harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat di

jadikan sebagai entertainments bila orang datang kesana.

c. Somethig to buy / sesuatu untuk di beli. Artinya di tempat tersebut selain

banyak di lihat dan di lakukan di daerah objek wisata tersebut, harus pula di

sediakan fasilitas penjualan souvenir untuk buah tangan dari tempat

kunjungan tersebut ke pengunjung, agar nantinya bisa teringat dan kembali

lagi mengunjungi objek tersebut ( Yoeti : 1996 : 178 ).

Selain dari ketiga hal di atas, dukungan masyarakat adalah yang utama dalam

pengembangan objek dan atraksi wisata, baik dukungan dalam bentuk moril maupun

materil. Agar terciptanya tujuan dari kegiatan pariwisata seperti dalam GBHN 1993 :

“ Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan,

memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong

pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan menjalin kerjasama

(35)

BAB III

WISATA MINAT KHUSUS DAN AKTIVITASNYA 3.1 Wisata Minat Khusus ( Alternatif )

Pariwisata minat khusus adalah suatu kegiatan pariwisata yang berbentuk

alternatif ( pilihan lain ) dari pariwisata konvensional dan lebih condong ke arah

konservasi alam, dan edukasi budaya. Pariwisata alternatif juga merupakan respon

atas kepedulian masyarakat akan keseimbangan lingkungan, budaya, sumber daya

alam, serta minat masyarakat untuk melakukan kegiatan di alam terbuka. Dalam

pariwisata ini, wisatawan secara fisik mengeluarkan dan menguras tenaga dan ada

unsur tantangan yang harus dilakukan. Kadang-kadang ada kalanya bahaya yang

harus dihadapi. Bentuk adventuring tourism ini, antara lain safari di daerah terpencil,

hiking, pendakian gunung, rafting di sungai, penelusuran gua ( caving ). Berburu dan

memancing di laut juga dapat dikategorikan sebagai bentuk pariwisata minat khusus

dan pariwisata petualangan.

Wisata minat khusus dan wisata petualangan tidak memerlukan fasilitas yang

mahal dan pengembangan infrastruktur dalam skala besar. Oleh banyak penulis,

wisata minat khusus diberikan banyak istilah seperti perjalanan aktif dan memberi

pengalaman baru, perjalanan kepedalaman untuk bertemu masyarakat terasing atau

wisata sosial, wisata pendidikan, berwisata yang berbasis alam atau wisata yang

bertujuan untuk pelestarian lingkungan.

Pariwisata secara umum dapat diandaikan sebagai dua kotak besar. Kotak

besar pertama yaitu pariwisata mass yang selama ini kita kenal, lihat dan

berkembang. Wisatawan didatangkan sebanyak-banyaknya ke suatu daerah. Semua

sumber daya alam dan budaya dikomersialisasikan besar-besaran tanpa

memperhatikan kelestariannya lingkungan sekitar. Nilai edukasi tidak diperhatikan

baik bagi wisatawan sebagai tamu ( guest ) maupun penyedia sebagai tuan rumah

(host). Pariwisata masal ini kemudian terbukti membawa banyak dampak negatif

dibandingkan dampak positifnya baik bagi masyarakat lokal, kelestarian alam dan

(36)

masuknya unsur budaya serapan dari budaya barat yang tidak cocok dengan budaya

timur dan lupa akan budaya sendiri akibat banyaknya pendidikan yang bertaraf

internasional/ berwasawasan luar sedangkan pendidikan untuk budaya sendiri

sangatlah minim. Warisan budaya kita saat ini sudah berada di posisi sangat

berbahaya, dan semua ini bukan semata-mata di karenakan pesatnya perkembangan

industri pariwisata di Indonesia, melainkan disebabkan oleh faktor urbanisasi

besar-besaran, dan masuknya teknologi yang berada di luar kontrol kita serta pasar bebas

yang akan dimulai.

Kotak besar kedua yang beberapa tahun terakhir ini baru berkembang cukup

pesat adalah pariwisata alternatif (minat khusus). Berkembangnya pariwisata

alternatif ini merupakan reaksi dari munculnya dampak negatif pariwisata masal.

Sehingga keberadaan pariwisata alternatif ini cenderung lebih memberikan dampak

positif bagi masyarakat lokal baik dari segi budaya, ekonomi dan edukasi, hingga

meminimalisir dampak negatif perkembangan pariwisata. Selain itu pariwisata

alternatif juga memberikan nilai edukasi bagi wisatawan yang datang ke suatu

destinasi wisata. Dari hasil studi yang berkembang menunjukkan bahwa pariwisata

harus memiliki konsep berkelanjutan. Maksudnya pariwisata tidak hanya berhenti

pada satu titik, tapi terus menerus berputar, meregenerasikan dirinya, dan semakin

berkembang lebih baik. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang

mementingkan kepentingan generasi saat ini tanpa melupakan kepentingan generasi

masa depan. Maksudnya generasi masa kini dan generasi mada depan kebutuhannya

harus sama-sama terpenuhi. Kondisi alam harus sama-sama lestari, eksistensi budaya

lokal harus sama lestari, serta edukasi bagi masyarakat lokal dalam interaksinya

dengan tamu juga harus sama pentingnya untuk dilestarikan ( Hadinoto : 1996 ).

Pariwisata berkelanjutan melibatkan masyarakat sebagai salah satu pelaku

utamanya dan mengutamakan kelestarian sumber daya. Hal ini kemudian dikenal

dengan konsep sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan) yang menekankan

kualitas, berkelanjutan, serta keseimbangan. Payung besar pariwisata berkelanjutan

(37)

kemudian terwujud dalam beberapa konsep. Konsep pengembangan pariwisata

alternatif dalam wujud ekowisata (ecotourism) yang menitikberatkan pada kelestarian ekosistem dan berbasis masyarakat lokal sebagai pelaku utama, dimana kegiatan

pariwisatanya merupakan kegiatan yang bertanggung jawab (responsible tourism).

Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk kegiatan kepariwisataan yang

tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologis dan menghindari dampak negatif

dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang

tidak terlalu cepat pembangunannya ( Travis : 1985 : 23 ).

Merujuk dari pengertian menurut ahli tersebut di atas, maka pariwisata

alternatif bisa disebut juga sebagai pariwisata yang muncul guna meminimalisir

dampak negatif dari perkembangan pariwisata masal yang terjadi hingga saat ini.

Dampak negatif dari pariwisata masal atau pariwisata berskala besar adalah ancaman

terhadap kelestarian budaya dimana budaya lebih dikomersialisasikan dibandingkan

dijaga keaslian dan kelestariannya. Selain itu pariwisata alternatif adalah kegiatan

kepariwisataan yang memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai suatu

pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan

yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana segala aktivitasnya turut melibatkan

masyarakat ( Saglio : 1979 dan Gonsalves: 1984).

Jadi, bisa disimpulkan pembangunan pariwisata yang baik dan mendukung

kelestarian sumber daya baik alam, budaya dan manusia adalah pariwisata alternatif

(minat khusus). Menurut Suwantoro ( 2001 : 75 ) istilah pariwisata alternatif atau

Alternative tourism mempunyai dua (2) pengertian, yaitu :

Sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang timbul sebagai reaksi terhadap

dampak-dampak negatif dari pengembangan dan perkembangan pariwisata

konvensional. Sebagai bentuk kepariwisataan yang berbeda ( yang merupakan

alternatif ) dari pariwisata konvensional untuk menunjang kelestarian alam

(38)

Berbagai nama dari pariwisata alternatif seperti ecotourism, responsible

tourism, special interest tourism, agro tourism, dan lain sebagainya muncul

dikerenakan dampak negatif dari pariwisata konvensional dan pariwisata jenis ini

merupakan pariwisata yang sangat menekankan pentingnya akan keseimbangan

sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan, budaya, serta kesejahteraan

masyarakat sekitar.

3.1.1 Aktivitas Yang Terkandung Dalam Wisata Minat Khusus

Pariwisata minat khusus merupakan suatu kegiatan pariwisata yang beralih

dari pariwisata konvensional ke pariwisata yang peduli atau lebih mengutamakan

menjaga kelestarian lingkungan, budaya serta pertumbuhan ekonomi pada masyarakat

sekitar. Berbagai aktivitas wisata minat khusus berbuah hasil dan di terima oleh

seluruh dari kalangan masyarakat, baik wisatawan/ pengunjung maupun tuan rumah (

masyarakat setempat ). Adapun aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas sebagai penghasil devisa terbesar bagi suatu negara dan khususnya suatu daerah objek wisata.

- Penghasil devisa negara

Pemerintah Republik Indonesia di dalam pembangunan jangka panjang tahap

II ( 1995-2030 ) bermaksud untuk membangun usaha kepariwisataan di

seluruh wilayah Indonesia dengan usaha kepariwisataan tidak hanya

menghasilkan devisa yang besar tanpa menyebabkan kerusakan pada alam

dan budaya masyarakat, serta memberi kesempatan kerja dalam jumlah besar

bagi tenaga kerja yang baru menyelesaikan studinya dan mendapat latihan

yang relatif sama dengan pendidikannya. Cara demikian akan membuat

pengelola maupun masyarakat lebih sadar akan kepariwisataan yang

berpotensi di daerah mereka. Dan kelestarian baik budaya dan alam sekitar

akan lebih mudah terjaga dan dikondusifkan. Ada beberapa cara untuk

(39)

• Perpanjangan lama tinggal wisatawan ( long of stay )

• Menambah peluang berbelanja wisatawan.

• Membuat kesan baik yang membekas akan membuat wisatawan berkunjung

ulang ke objek wisata tersebut.

• Perbesaran jumlah wisatawan dengan :

• Promosi / pemasaran objek wisata.

• Penjemputan wisatawan di setiap pasar wisatawan :

• Pesawat besar.

• Penerbangan non-stop .

• Pelayanan standar mutu dunia.

Usaha tersebut di atas dapat dicapai dengan :

• Penyempurnaan daerah tujuan wisata, seperti :

- Tour- tour disusun dengan baik

- Cukup tour dan alternatif.

- Peningkatan, mutu fisik / mutu pelayanan.

• Banyak variasi cendramata dan atraksi sesuai selera wisatawan

(consumer-oriented)

• Identifikasi dan pengembangan atraksi pariwisata yang baru

(Hadioto : 1996 : 8).

b. Aktivitas sebagai penikmat budaya, alam asli serta pelaku pelestarian alam bagi suatu objek wisata ( penyesuai lingkungan).

- Penyesuai keseimbangan lingkungan dan budaya

Lingkungan dan budaya suatu destinasi adalah merupakan suatu faktor

penggerak wisatawan dari satu tempat ke tempat lain, kecuali wisatawan

(40)

alam dan budaya misalnya, bisnis, agama, dan keperluan sosial lainnya.

Dalam aktivitas wisata alternatif sebagai penyeimbang lingkungan dan

budaya sekitar adalah hal yang utama harus di perhatikan baik dari segi

keasrian, serta kelestarian. Karena faktor lingkungan dan budaya adalah suatu

daya tarik wisatawan, mobilitas wisatawan serta motivasi yang membuat

wisatawan datang berkunjung. Alasan mengapa faktor kelestarian lingkungan

dan budaya yang menjadi hal utama, perlu kita merujuk kembali pada salah

satu isi dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) 1993 yang sangat

menekankan pelestarian lingkungan dan budaya yaitu : “ Mengamanatkan

peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan, memperluas dan

memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong pembangunan

daerah, melestarikan keindahan alam,budaya dan menjalin kerjasama antar

bangsa”.

c. Aktivitas sebagai penunjang kelestarian lingkungan. - Menunjang Kelestarian Lingkungan

Jenis pariwisata minat khusus ( alternatif ) yang merupakan alternatif dari

pariwisata konvensional timbul dikarenakan :

• Adanya suatu asumsi bahwa pariwisata memerlukan lingkungan yang

baik.

• Kesadaran bahwa pariwisata dapat digunakan sebagai instrumen

untuk menunjang upaya pelestarian lingkungan.

Sementara itu banyak pakar yang menyadari bahwa pariwisata

membutuhkan lingkungan yang baik, meskipun demikian juga dapat

menimbulkan berbagai dampaknegatif terhadap lingkungan seperti

pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, dan kerusakan ekositem

dalam segala bentuk manifestasinya. Berbagai dampak negatif pariwisata

(41)

semata-mata dengan pendekatan ekonomi dimna pariwisata dipersepsikan sebagai

instrumen untuk meningkatkan pendapatan terutama pada bidang swasta dan

pemerintah. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan adanya

pembangunan besar-besaran nantinya dan hal itulah lambat laun yang akan

merusak sumber daya alam itu sendiri.

Pola perkembangan seperti itu telah berlangsung lama dan melekat pada

hampir semua upaya pengembangan pariwisata, termasuk alternaif pariwisata.

Untuk menghindari berbagai kekeliruan tersebut, maka pakar-pakar pariwisata

melakukan peninjauan ulang yang sedikit berbeda dari yang sudah ada.

Peninjauan itu ada 3 point yaitu ;

a. Perubahan persepsi tentang pariwisata

Pariwisata harus dipersepsikan sebagaiw alat untuk meningkatkan :

• Kualitas hubungan antar manusia.

• Kualitas hidup penduduk setempat.

• Kualitas lingkungan hidup.

b. Kriteria-kriteria pengembangan pariwisata

• Pengambilan keputusan dalam pengembangan pariwisata

dimana pun itu, harus adanya persetujuan dari masyarakat

sekitar dan disetujui oleh mereka.

• Hasil keuntungan dari pariwisata haruslah kembali kepada

masyarakat sekitarnya.

• Pariwisata haruslah berdasarkan suara lingkungan dan

prinsip-prinsip keekologian, peka terhadap kebudayaan lokal, serta

(42)

• Pengembangan pariwisata perlu dijadikan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan (Suwantoro : 2001 :

79 ).

d. Sebagai Aktivitas Pariwisata Yang Berbasis Kerakyatan

Aktivitas pariwisata yang berbasis kerakyatan merupakan suatu aktivitas

pariwisata yang bercirikan penekanan ekonomi rakyat atau pemberdayaan

masyarakat. Dengan memungkinkan untuk berkembangnya kegiatan pengusahaan

pariwisata alam yang memberikan peluang kerja dan dampak positif bagi masyarakat

sekitarnya. Dengan terbukanya berbagai kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar,

dengan itu akan timbul interaksi yang positif antara masyarakat, pengelola usaha

wisata, serta sumber daya dan selanjutnya akan ada rasa ikut memiliki yang pada

akhirnya perasaan itu terwujud dala bentuk partisipasi langsung ataupun tidak

langsung dalam kegiatan pariwisata.

Pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan memiliki ciri –ciri

sebagai berikut :

• Berskala kecil, jenis pariwisata yang dikembangkan dengan konsep ini pada

dasarnya bersahabat dengan lingkungan, tidak menimbulkan banyak dampak

negatif, serta lebih mudah di organisir.

• Lebih berpeluang untuk di kembangkan dan diterima oleh masyarakat lokal.

• Lebih memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik

pada proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun penerimaan

manfaat dan keuntungan.

• Selain menekankan partisipasi masyarakat, pembanguna berwawasan

kerakyatan juga sangat mementingkan keberlanjutan kultural ( cultural

sustainability ), dan secara keseluruhan berupaya untuk membangkitkan rasa

hormat dan penghargaan wisatawan terhadap kebudayaan lokal (Nasikun :

(43)

BAB IV

GUNUNG SIBAYAK SEBAGAI

OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN KARO 4.1 Gambaran Pariwisata Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan

97°55’ - 98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut

dan hampir 91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut.

Kabupaten Karo berbatasan dengan daerah-daerah lainnya sebagai berikut :

• Sebelah utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Langkat.

• Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi.

• Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun.

• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan langkat.

Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk

dengan berbagai keindahan alamnya. Khas akan daerah ini adalah udara bersih dan

dingin yang merupakan salah satu destinasi wisata yang paling sering dikunjungi

oleh warga kota Medan yang mendominasi alasan sebagai pelepas penat di akhir

pekan. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan daerah lainnya di

Sumatera Utara adalah :

• Posisi kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

• Jarak dari Ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas cukup baik.

• Memiliki sarana akomodasi yang cukup memadai.

(44)

Selain ke 4 (empat) hal diatas, Kabupaten Karo juga memiliki banyak obyek dan

daya tarik wisata, misalnya :

• Panorama / Keindahan Alam

• Danau.

• Minat Khusus ( Lintas Alam, Mountenering, Gantole dll).

Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama dalam melakukan perjalanan

wisata, maka pemerintah Kabupaten Karo menyediakan sarana, prasarana dan

fasilitas penunjang kepariwisataan yang memadai dengan maksud memperpanjang

masa tinggal (long of stay) wisatawan ditempat wisata. Dalam hal ini fasilitas

penunjang dimaksud sebagai daya tarik bagi wisatawan agar betah tinggal di daerah

objek wisata. Berikut penulis uraikan table sarana, prasarana dan fasilitas penunjang yang tersedia di Kabupaten Karo.

Table Sarana, Prasarana dan Fasilitas Penunjang Keperiwisataan di Kabupaten Karo

No Jenis sarana/ fasilitas Jumlah Keterangan

1. Hotel berbintang 10 buah Beroperasi dengan baik

2. Hotel Melati 44 buah Beroperasi dengan baik

3. Telekomunikasi 10 buah Beroperasi cukup baik

4. Money changer 5 buah Beroperasi dengan baik

5. Bank 6 buah Beroperasi dengan baik

(45)

7. Biro perjalanan wisata 5 buah Beroperasi dengan baik

8. Rumah sakit umum 6 buah Beroperasi dengan baik

9. Pos keamanan 9 buah Beroperasi dengan baik

10. Jalan raya - Baik

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

Fasilitas penunjang kepariwisataan dalam table di atas sudah memenuhi serta

mencukupi kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo. Aksesibilitas

suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat mempengaruhi mutu dari

obyek wisata tersebut.Pada umumnmya aksesibilitas menuju obyek wisata Kabupaten

Karo sudah baik dan telah dapat dilalui oleh kenderaan roda empat dan bus besar.

4.2 Perkembangan Objek Wisata Gunung Sibayak

Kabupaten Karo yang terletak pada jajaran pegunungan bukit barisan yang

secara geografis terletak pada posisi 02°50’ - 03°19’ Lintang Utara dan 97°55’ -

98°38’ Bujur Timur pada ketinggian 140–1400 M diatas permukaan laut dan hampir

91 % berada pada ketinggian 500 – 1400 M diatas permukaan laut. Terdapat gunung

dengan ketinggian 2.094 m dari permukaan laut. Gunung yang keadaan puncaknya

yang sudah porak poranda karena letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari dua tempat

yaitu: dari desa Raja Berneh (Semangat Gunung) dan dari kota Brastagi. Gunung

Sibayak ini merupakan gunung api yang masih aktif, dan mempunyai kawah yang

cukup landai untuk dituruni dan tampak tidak terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu

dekat. Gunung ini tidak begitu sulit untuk didaki bahkan oleh seorang pemula

sekalipun. Gunung ini selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki lokal di malam

minggu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam 02.00 dini hari untuk

mendapatkan pemandangan matahari terbit dipuncak gunung ini.

Untuk mencapai gunung ini kita bisa mendaki dari tiga tempat yaitu dari :

(46)

Dari desa Raja Berneh ( Semangat Gungung ) ini adalah salah satu jalur

alternatif selain dari jalur pariwisata berastagi menuju gunung Sibayak. Jarak

tempuh 2 Kilometer, kira- kira 1-2 jam dari desa Semangat Gunung menuju

gunung Sibayak dengan prasarana yang kurang memadai.

b. Doulu Kilometer 54

Jalur alternatif ini sangat sering digunakan wisatawan lokal, Pencinta Alam

dan wisatawan manca negara. Selain melewati hutan raya Sibayak, juga

mempunyai sisi petualangan melewati jalur ini. Jarak tempuh 6 Kilometer

kira-kira 4-6 jam menuju puncak Sibayak.

c. Kota Brastagi / jalur pariwisata.

Jalur ini merupakan satu-satunya jalur yang beraspal sampai “perut” sibayak,

dengan kondisi sekarang yang sudah tidak layak dilalui lagi akibat longsor

tahun 2010 yang lalu dan kurangnya perhatian pemerintah setempat.

Ketiga - tiganya bisa dicapai dengan angkutan dari kota Medan. Dalam

Pendakian ke gunung Sibayak kita akan melewati hutan belantara tropis dan tebing

yang penuh tantangan serta puncak gunung terdapat hamparan dataran tempat

berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan

magma dan pemandangan yang indah dan menawan.

4.3 Potensi Wisata Gunung Sibayak Sebagai Wisata Minat Khusus 4.3.1 Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama yang

memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Sumatera

Utara. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat di manfaatkan secara optimal

karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya.

Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki

era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala

Gambar

Table Sarana, Prasarana dan Fasilitas Penunjang Keperiwisataan

Referensi

Dokumen terkait

pada Kawasan Pantai Widuri mampu menjadi atraksi wisata yang mempunyai. daya tarik tersendiri, baik untuk wisatwan yang sedang berkunjung

potensi obyek dan atraksi wisata untuk dikembangkan pada suatu kawasan agar. dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan

Thesis “ Strategi Pengembangan Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif di Desa Barus Jahe Kabupaten Karo Sumatera

Objek wisata dan atraksi wisata atau “tourism resources” adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung

Suatu daerah wisata sangat dikenal dengan daya tarik dan atraksi wisata, di mana dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan

Atribut-atribut yang perlu diperbaiki dalam hal meningkatkan daya tarik obyek wisata untuk mempengaruhi wisatawan agar bersedia berkunjung kembali adalah tiga atribut yang

Obyek Wisata Simpang Lima Gumul : Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa responden yang berkunjung ke tempat wisata tersebut sanagt berimbang, dari dalam maupun

Hasil tersebut bernilai positif signifikan, yang artinya semakin baik atraksi wisata yang ada di daya tarik wisata, maka semakin meningkatkan pula minat