• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KOTA BEKASI TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KOTA BEKASI TAHUN 2017"

Copied!
284
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN KOTA BEKASI TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN KOTA BEKASI

Jln. Jend. Sudirman No. 3

Kel. Kranji, Kec. Bekasi Barat

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa dengan rahmat dan ridho-Nya telah tersusun Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017. Profil Kesehatan Kota Bekasi merupakan salah satu sarana untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan, serta sebagai dasar dalam membuat perencanaan di bidang kesehatan pada tahun yang akan datang.

Data dan informasi yang terdapat di dalam profil kesehatan ini merupakan data dan informasi tahun 2017 yang bersumber dari pencatatan dan pelaporan, serta informasi dari pelaksanaan kegiatan program, baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota maupun sumber data lain dari lintas sektor terkait.

Diharapkan Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan program kesehatan dan menjadi salah satu sumber informasi perkembangan pembangunan kesehatan Kota Bekasi tahun 2017.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam penyusunan buku Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017. Semoga di tahun yang akan datang kita dapat menyajikan data profil kesehatan dengan lebih lengkap dan semoga kerja sama yang telah diberi dalam proses penyusunan profil kesehatan ini, untuk tahun yang akan datang dapat ditingkatkan lebih baik lagi.

Bekasi, Oktober 2018 Plt. Kepala Dinas Kesehatan

Kota Bekasi Sekretaris

Tanti Rohilawati, SKM, M.Kes

NIP. 19641028 198803 2 006

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Grafik ... v

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM ... 4

2.1 Gambaran Umum Wilayah ... 4

2.2 Kependudukan ... 7

2.2.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ... 7

2.2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk ... 12

2.2.3 Penduduk Kelompok Rentan ... 13

2.3 Pendidikan ... 14

2.4 Lingkungan Fisik ... 17

2.4.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 17

2.4.2 Air Minum ... 18

2.4.3 Sanitasi Layak ... 19

2.4.4 Penyehatan Pemukiman dan Tempat Tempat Umum ... 21

a. Rumah Sehat ... 21

b. Tempat Tempat Umum ... 26

2.4.5 Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan ... 27

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 30

3.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 30

3.2 Angka Harapan Hidup ... 32

3.3 Kelahiran ... 33

3.4 Kematian ... 34

3.4.1 Kematian Bayi ... 34

3.4.2 Kematian Balita ... 37

3.4.3 Kematian Ibu ... 38

3.4.4 Kematian Kasar ... 40

3.5 Kesakitan ... 42

3.5.1 Gambaran Umum Masalah Kesehatan ... 42

3.5.2 Gambaran Penyakit Menular Langsung ... 44

a. Tuberkulosa (TB Paru) ... 44

b. Kusta ... 50

c. Diare ... 54

d. Pneumonia ... 55

e. HIV-AIDS ... 56

(4)

3.5.3 Gambaran Penyakit Tular Vektor dan Binatang Pembawa

Penyakit ... 62

a. Demam Berdarah Dengue ... 62

b. Malaria ... 67

c. Filariasis ... 68

3.5.4 Gambaran Penyakit Tidak Menular ... 70

a. Penyakit Hipertensi ... 71

b. Penyakit Kanker Serviks dan Kanker Payudara ... 73

c. Penyakit Jiwa ... 74

d. Penyakit Gigi dan Mulut ... 77

3.5.5 Gambaran Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ... 83

a. Difteri ... 83

b. Campak ... 85

c. Polio dan Acute Flaccid Paralysis (AFP) ... 87

3.6 Promosi Kesehatan ... 89

3.6.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 89

3.6.2 Kelurahan Siaga Aktif ... 91

3.7 Status Gizi ... 92

3.7.1 Status Gizi Balita ... 93

3.7.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat ke Posyandu (D/S) ... 97

3.7.3 ASI Eksklusif ... 98

3.7.4 Anemia Gizi... 100

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 103

4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ... 103

4.1.1 Kesehatan Ibu dan Anak ... 103

a. Pelayanan Antenatal (K1-K4) ... 103

b. Pertolongan Persalinan ... 106

c. Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus ... 107

d. Kunjungan Ibu Nifas ... 109

e. Kunjungan Neonatus ... 110

f. Kunjungan Bayi ... 112

g. Pelayanan Kesehatan Anak Balita ... 113

4.1.2 Keluarga Berencana ... 114

4.1.3 Imunisasi ... 117

a. Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) ... 117

b. Imunisasi Polio 4 ... 119

c. Imunisasi BCG ... 120

d. Imunisasi DPTHBHib 3 ... 121

e. Imunisasi Campak ... 122

f. Imunisasi TT pada Ibu Hamil ... 123

g. UCI Kelurahan ... 124

4.1.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ... 125

4.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan ... 127

(5)

BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN ... 131

5.1 Sarana Kesehatan... 131

5.1.1 Sarana Kesehatan Dasar ... 131

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 131

b. Puskesmas Pembantu (Pustu) ... 135

5.1.2 Sarana Kesehatan Rujukan ... 136

5.1.3 Sarana Kesehatan Lainnya ... 140

5.2 Tenaga Kesehatan ... 142

5.2.1 Tenaga Kesehatan di Lingkungan Dinas Kesehatan ... 143

5.2.2 Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit ... 148

5.3 Pembiayaan Kesehatan ... 150

(6)

DAFTAR GRAFIK

No. Grafik Nama Grafik Hal

1. 2.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 9 2. 2.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan

di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 10 3. 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Bekasi Tahun 2011 s.d

2017 ... 11 4. 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota

Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 11 5. 2.5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan

di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 12 6. 2.6 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bekasi

Tahun 2017 ... 13 7. 2.7 Trend Harapan Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Barat

dan Kota Bekasi Tahun 2011 s.d 2017 ... 15 8. 2.8 Trend Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Barat

dan Kota Bekasi Tahun 2011 s.d 2017 ... 16 9. 2.9 Trend Rumah Sehat di Kota Bekasi Tahun 2014 s.d 2017 ... 25 10. 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat dan

Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017 ... 30 11. 3.2 Indeks Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017 ... 31 12. 3.3 Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi

Tahun 2010 s.d 2017 ... 32 13. 3.4 Jumlah Kelahiran Bayi dan Crude Birth Rate di Kota Bekasi

Tahun 2010 s.d 2017 ... 33 14. 3.5 Proporsi Jumlah Bayi Lahir Hidup Menurut Jenis Kelamin di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 34 15. 3.6 Distribusi Kematian Bayi (dilaporkan) Menurut Kecamatan

di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 35 16. 3.7 Distribusi Kematian Bayi (dilaporkan) Menurut Jenis Kelamin

di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 36

(7)

17. 3.8 Distribusi Kematian Balita (dilaporkan) Menurut Kecamatan di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 37 18. 3.9 Jumlah Kematian Ibu (dilaporkan) di Kota Bekasi Tahun 2012

s.d 2017 ... 38 19. 3.10 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur di Kota Bekasi

Tahun 2015 s.d 2017 ... 39 20. 3.11 Distribusi Penyakit Penyebab Kematian di Rumah Sakit di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 40 21. 3.12 Proporsi Kematian di Rumah Sakit Menurut Kelompok Umur

di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 41 22. 3.13 Distribusi 20 Besar Penyakit Berbasis Puskesmas di Kota Bekasi

Tahun 2017 ... 42 23. 3.14 Trend Angka Absolut Penemuan Suspek TB dan BTA (+) di Kota

Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 47 24. 3.15 Trend Penemuan BTA (+), BTA (-), dan Kambuh Kasus TB di

Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 48 25. 3.16 Trend CNR (per 100.000 Penduduk) dan CDR Kasus TB di Kota

Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 49 26. 3.17 Trend Angka Kesembuhan/ Cure Rate dan Angka Keberhasilan/

Success Rate Kasus TB di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017.. 50 27. 3.18 Trend NCDR dan Jumlah Absolut Kasus Kusta Baru Menurut Tipe

Kusta di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017... 51 28. 3.19 Prevalensi dan Proporsi Cacat Tingkat II Kasus Kusta Baru

di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017... 52 29. 3.20 Distribusi Release From Treatment (RFT) Rate Pasien Penyakit

Kusta Tipe PB dan MB di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 .... 53 30. 3.21 Trens Penyakit Diare dan Persentase Penderita yang Ditangani

di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 54 31. 3.22 Trend Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota

Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 56 32. 3.23 Trend Kasus HIV - AIDS di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d

2017 ... 58 33. 3.24 Distribusi Jumlah Populasi Berisiko yang Melakukan Tes HIV

KTS Menurut Bulan di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 58

(8)

34. 3.25 Proporsi Penemuan Kasus HIV (+) Baru dari Hasil Tes HIV

KTS di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 59 35. 3.26 Distribusi Jumlah Pasien yang Melakukan Tes HIV TPIK

Menurut Bulan di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 59 36. 3.27 Proporsi Penemuan Kasus HIV (+) Baru dari Hasil Tes HIV

KTS di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 60 37. 3.28 Analisis Kaskade Penyakit IMS di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 61 38. 3.29 Trend Penyakit DBD Menurut Jenis Kelamin di Kota Bekasi

Tahun 2015 s.d 2017 ... 62 39. 3.30 Trend IR dan CFR Penyakit DBD di Kota Bekasi Tahun 2009

s.d 2017 ... 64 40. 3.31 Distribusi Kasus DBD Menurut Bulan di Kota Bekasi Tahun

2015 s.d 2017 ... 65 41. 3.32 Distribusi Kasus DBD Menurut Kecamatan di Kota Bekasi

Tahun 2015 s.d 2017 ... 66 42. 3.33 Distribusi Kasus Malaria Menurut Kecamatan di Kota Bekasi

Tahun 2015 s.d 2017 ... 68 43. 3.34 Distribusi Kasus Baru Filariasis Menurut Kecamatan di Kota

Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 69 44. 3.35 Distribusi Penderita Hipertensi di Puskesmas Menurut Jenis

Kelamin di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 72 45. 3.36 Trend Jumlah Penderita Gangguan Jiwa di Puskesmas di Kota

Bekasi Tahun 2009 s.d 2017 ... 75 46. 3.37 Disribusi Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Menurut Jenis

Kelamin di Puskesmas Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 76 47. 3.38 Proporsi Jenis Penyakit Gigi dan Mulut di Kota Bekasi Tahun

2017 ... 78 48. 3.39 Nilai Komponen D, M, dan F ndeks DMF-T Nasional Tahun

2013 ... 79 49. 3.40 Rasio Penambalan Gigi Tetap dan Pencabutan Gigi Tetap di

di Puskesmas se-Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 79 50. 3.41 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Menurut

Puskesmas di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 80 51. 3.42 Jumlah SD/MI, Jumlah SD/MI yang Mendapat Pelayanan Gigi

dan yang Melaksanakan Sikat Gigi Masal di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 82 52. 3.43 Distribusi Kasus Difteri Menurut Jenis Kelamin di Kota Bekasi

di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 84

(9)

53. 3.44 Proporsi Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 85 54. 3.45 Distribusi Kasus Campak Klinis Menurut Puskesmas di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 86 55. 3.46 Proporsi Kasus Campak Klinis Menurut Jenis Kelamin di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 87 56. 3.47 Distribusi Kasus AFP dan AFP Rate di Kota Bekasi Tahun

2009 s.d 2017 ... 88 57. 3.48 Prevalensi Pendek, Kurus, Sangat Kurus, Gizi Buruk, dan

Gemuk Pada Balita di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 94 58. 3.49 Distribusi Kasus Gizi Buruk pada Balita Menurut Puskesmas

Di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 96 59. 3.50 Distribusi Cakupan D/S pada Balita Menurut Puskesmas

Di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 97 60. 3.51 Persentase Cakupan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif di Kota

Bekasi Tahun 2012 s.d 2017 ... 99 61. 3.52 Persentase Cakupan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut

Puskesmas di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 100 62. 3.53 Persentase Cakupan Pemberian Fe I dan Fe III di Kota Bekasi

Tahun 2008 s.d 2017 ... 101 63. 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) di Kota Bekasi

Tahun 2009 s.d 2017 ... 105 64. 4.2 Cakupan Pelayanan K4 dan Kematian Ibu di Kota Bekasi

Tahun 2009 s.d 2017 ... 105 65. 4.3 Jumlah Ibu Bersalin dan Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan

Di Kota Bekasi Tahun 2009 s.d 2017 ... 106 66. 4.4 Cakupan Komplikasi Obstetri dan Neonatal yang Ditangani di

Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017 ... 108 67. 4.5 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Lengkap (KF 3) di Kota Bekasi

Tahun 2010 s.d 2017 ... 110 68. 4.6 Cakupan Kunjungan Neonatus Pertama dan Kunjungan

Neonatus Lengkap di Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017 ... 111 69. 4.7 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Bekasi Tahun 2010 s.d

2017 ... 112 70. 4.8 Cakupan Kunjungan Balita di Kota Bekasi Tahun 2013 s.d

2017 ... 113 71. 4.9 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 115 72. 4.10 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kota

Tahun 2017 ... 116

(10)

73. 4.11 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas di

Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 118 74. 4.12 Proporsi Cakupan Imunisasi Polio 4 Menurut Jenis Kelamin

di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 120 75. 4.13 Proporsi Cakupan Imunisasi BCG Menurut Jenis Kelamin di

Kota Bekasi Tahun 2017 ... 121 76. 4.14 Proporsi Cakupan Imunisasi DPTHBHib 3 Menurut Jenis

Kelamin di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 122 77. 4.15 Proporsi Cakupan Imunisasi Campak Menurut Jenis Kelamin

di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 122 78. 4.16 Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil di Kota Bekasi Tahun 2011

s.d 2017 ... 123 79. 4.17 Cakupan UCI Kelurahan di Kota Bekasi Tahun 2009 s.d

2017 ... 124 80. 4.18 Proporsi Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia Menurut Jenis

Kelamin di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 126 81. 4.19 BOR, LOS, TOI Rumah Sakit di Kota Bekasi Tahun 2007 s.d

2017 ... 128 82. 4.20 NDR dan GDR Rumah Sakit di Kota Bekasi Tahun 2007 s.d

2017 ... 129 83. 5.1 Jumlah Puskesmas di Kota Bekasi Tahun 2012 s.d

2017 ... 132 84. 5.2 Rasio Puskesmas per 30.000 Penduduk di Kota Bekasi Tahun

2017 ... 133 85. 5.3 Trend Jumlah Pustu di Kota Bekasi Tahun 2011 s.d 2017 ... 136 86. 5.4 Trend Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Kota Bekasi

Tahun 2012 s.d 2017 ... 137 87. 5.5 Proporsi Rumah Sakit Menurut Tipe Kelas di Kota Bekasi

Tahun 2017 ... 138 88. 5.6 Trend Posbindu di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... 142 89. 5.7 Proporsi Tenaga Dokter Spesialis Menurut Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 144 90. 5.8 Proporsi Tenaga Dokter Umum Menurut Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 145 91. 5.9 Proporsi Tenaga Dokter Gigi Menurut Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 145 92. 5.10 Proporsi Tenaga Perawat Menurut Jenis Kelamin di Lingkungan

Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 146 93. 5.11 Proporsi Tenaga Kefarmasian Menurut Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 146

(11)

94. 5.12 Proporsi Tenaga Nutrisionis Menurut Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 147 95. 5.13 Proporsi Tenaga Kesehatan Lingkungan Menurut Jenis Kelamin

di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 147 96. 5.14 Proporsi Tenaga Analis Kesehatan Menurut Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ... 148 97. 5.15 Trend Proporsi Anggaran APBD Kesehatan di Kota Bekasi

Tahun 2011 s.d 2017 ... 152 98. 5.16 Trend Anggaran Kesehatan Per Kapita di Kota Bekasi Tahun

2010 s.d 2017 ... 153

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Hal

1. 2.1 Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bekasi Tahun 2017 ... 5 2. 2.2 Jumlah Penduduk Kelompok Rentan Masalah Kesehatan di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 14 3. 3.1 Pengelompokan Penyakit Menular ... ... 43 4. 3.2 Data PHBS di Kota Bekasi Tahun 2017 ... ... 90 5. 5.1 Distribusi Puskesmas Pembantu Menurut Kecamatan di Kota

Bekasi Tahun 2017 ... 135 6. 5.2 Daftar Rumah Sakit dan Tipe Kelasnya di Kota Bekasi Tahun

2017... 139 7. 5.3 Indikator-Indikator Posyandu Aktif ... ... 140 8. 5.4 Tenaga Kesehatan di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi

Tahun 2017 ... 144 9. 5.5 Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Kota Bekasi Tahun 2017

... ... 150 10. 5.6 Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Anggaran

di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017 ... ... 151

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Nama Gambar Hal

1. 2.1 Peta Wilayah Kota Bekasi ... 4

2. 2.2 Piramida Penduduk Kota Bekasi Tahun 2017 ... 7

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Dukungan data dan informasi yang valid, konsisten, dan dapat dipercaya, merupakan salah satu hal yang penting dalam perencanaan pembangunan, sekaligus juga dapat digunakan untuk pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Bekasi. Sistem Informasi Kesehatan di Kota Bekasi, merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan dukungan data dan informasi tersebut. Salah satu bentuk sistem informasi kesehatan yang dihasilkan adalah profil kesehatan.

Profil Kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan masyarakat yang komprehensif. Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 merupakan media untuk penyajian data hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat Kota Bekasi pada tahun 2017. Sumber data Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ini berasal dari lingkungan Dinas Kesehatan sendiri maupun melalui kerja sama lintas sektor yang serasi, harmonis, efektif, dan efisien.

Mekanisme pengumpulan data dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Bekasi melibatkan UPTD Puskesmas se-Kota Bekasi, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi, Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi, Palang Merah Indonesia Cabang Kota Bekasi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bekasi.

Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ini menyajikan informasi tentang

pencapaian indikator Kota Bekasi, standar pelayanan minimal, derajat kesehatan

masyarakat, keadaan lingkungan, perilaku masyarakat, mutu pelayanan

kesehatan, gizi masyarakat, instrumen yang digunakan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Barat, yaitu Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota Tahun 2015 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(15)

Sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 9 Tahun 2000 yang mengamanatkan kepada seluruh menteri, kepala lembaga, gubernur, dan walikota untuk mengintegrasikan pengarusutamaan gender pada setiap tahapan proses pembangunan pada semua bidang pembangunan, maka penyajian data dalam Buku Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2017 ini hampir seluruh data dan informasi sudah menggunakan data yang terpilah/ responsif gender.

Hanya ada beberapa data yang masih belum terpilah karena pencatatan dan pelaporan dari pelaksanaan kegiatan program baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan instansi sumber data pendukung lain dari lingkungan Pemerintah Kota Bekasi belum semuanya menyediakan data dimaksud.

Adapun sistematika penyajian profil kesehatan Kota Bekasi tahun 2017 sebagai berikut.

BAB I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang serta tujuan diperlukannya Profil Kesehatan serta sistematika penyajiannya.

BAB II - Gambaran Umum. Bab ini berisi tentang gambaran umum Kota Bekasi yang terdiri dari peta wilayah, wilayah administrasi, kondisi daerah, serta faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor lainnya seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan.

BAB III – Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang indikator mengenai mortalitas (umur harapan hidup, kematian ibu, kematian bayi dan balita), dan morbiditas (gambaran umum masalah kesehatan, gambaran penyakit menular, penyakit tidak menular), dan status gizi.

BAB IV – Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi tentang uraian pelayanan kesehatan dasar berupa kesehatan ibu anak, keluarga berencana, imunisasi, pelayanan kesehatan usia lanjut; pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, pelayanan kesehatan khusus dan promosi kesehatan.

BAB V – Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang tenaga

kesehatan, sarana pelayanan kesehatan dasar, sarana pelayanan kesehatan

rujukan, dan pembiayaan kesehatan.

(16)

Lampiran

Pada lampiran berisi tabel resume profil kesehatan yang berisi angka

pencapaian pembangunan kesehatan Kota Bekasi menurut Puskesmas dan

Kecamatan di Kota Bekasi Tahun 2017.

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Wilayah

Gambar 2.1

Peta Wilayah Kota Bekasi

Kota Bekasi merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Barat yang

terletak di ujung sebelah barat laut Provinsi Jawa Barat. Secara geografis

Kota Bekasi berada pada posisi 106º48’28” - 107º27’29” Bujur Timur serta

(18)

6°10’6” - 6°30’6” Lintang Selatan. Wilayah Kota Bekasi berada pada ketinggian antara 11 m - 81 m di atas permukaan laut.

Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km 2 , dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah terluas (24,73 km 2 ) dan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah tersempit (13,49 km 2 ). Batas-batas wilayah Kota Bekasi adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi - Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok - Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta.

Letak Kota Bekasi yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta (sebagai ibukota Negara Republik Indonesia), menjadikan Kota Bekasi tumbuh menjadi kota metropolitan dengan segala kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi yang memberikan akses seluas-luasnya menuju ibukota. Dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat kemudahan akses masuk dan keluar Kota Bekasi, sehingga perlu adanya penanganan bersama (wilayah-wilayah yang berbatasan) untuk mencegah meluasnya penularan penyakit.

Tabel 2.1

Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bekasi Tahun 2017

No. Kecamatan Luas

Kelurahan

Km 2 %

1. Pondok Gede 16,29 7,74

1. Jati Waringin 2. Jati Cempaka 3. Jati Bening 4. Jati Bening Baru 5. Jati Makmur 2. Pondok Melati 18,57 8,82

1. Jati Rahayu 2. Jati Warna 3. Jati Melati 4. Jati Murni 3. Jati Sampurna 14,49 6,88

1. Jati Karya

2. Jati Raden

3. Jati Rangga

4. Jati Ranggon

5. Jati Sampurna

(19)

No. Kecamatan Luas

Kelurahan

Km 2 %

4. Jati Asih 22,00 10,45

1. Jati Asih 2. Jati Luhur 3. Jati Kramat 4. Jati Mekar 5. Jati Rasa 6. Jati Sari

5. Bantar Gebang 17,04 8,10 1. Bantar Gebang 2. Cikiwul

3. Ciketing Udik 4. Sumur Batu 6. Mustika Jaya 24,73 11,75 1. Mustika Jaya

2. Padurenan 3. Cimuning 4. Mustika Sari

7. Rawa Lumbu 15,67 7,44

1. Bojong Menteng 2. Bojong Rawalumbu 3. Pengasinan

4. Sepanjang Jaya 8. Bekasi Timur 13,49 6,41

1. Aren Jaya 2. Bekasi Jaya 3. Duren Jaya 4. Margahayu 9. Bekasi Selatan 14,96 7,11

1. Jaka Mulya 2. Jaka Setia 3. Kayuringin Jaya 4. Marga Jaya 5. Pekayon Jaya 10. Bekasi Utara 19,65 9,34

1. Harapan Baru 2. Harapan Jaya 3. Kaliabang Tengah 4. Marga Mulya 5. Perwira 6. Teluk Pucung 11. Bekasi Barat 18,89 8,97

1. BIntara 2. Bintara Jaya 3. Jaka Sampurna 4. Kranji

5. Kota Baru 12. Medan Satria 14,71 6,99

1. Harapan Mulya 2. Kali Baru 3. Medan Satria 4. Pejuang

Jml 12 210,49 100 56

(20)

Wilayah administrasi Kota Bekasi sejak tahun 2001 sampai tahun 2004 terbagi menjadi 10 Kecamatan yang terdiri dari 52 Kelurahan. Tetapi mulai tahun 2005 sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan dan belum ada perubahan sampai dengan tahun 2017 seperti terlihat pada tabel 2.1 di atas.

2.2 Kependudukan

2.2.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Letak Kota Bekasi yang bersebelahan dengan ibukota Negara menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu kota metropolitan. Seiring peningkatan infrastruktur di Kota Bekasi, terjadi juga peningkatan jumlah penduduk di Kota Bekasi setiap tahunnya.

Gambar 2.2

Piramida Penduduk Kota Bekasi Tahun 2017

Sumber Data: BPS Kota Bekasi (200.000) (100.000) -

PEREMPUAN

- 100.000 200.000 0 - 4

5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+

LAKI-LAKI

(21)

Selama 20 tahun sejak dibentuk sebagai Kota Bekasi pada tanggal 10 Maret 1997 hingga tahun 2017, telah terjadi peningkatan jumlah penduduk dua kali lipat. Jumlah penduduk tahun 1997 sebanyak 1.471.477 jiwa dan tahun 2017 diperkirakan jumlah penduduk Kota Bekasi sebanyak 2.873.484 jiwa (Sumber: BPS Kota Bekasi). Namun berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi, jumlah penduduk Kota Bekasi yang tercatat ada sebanyak 2.415.087 jiwa.

Komposisi penduduk berdasarkan struktur umur, penduduk Kota Bekasi termasuk dalam kategori penduduk menengah, karena median umurnya berada pada kelompok umur 25-29 tahun. Hampir tiga perempat penduduk Kota Bekasi adalah usia produktif (15 sampai 64 tahun), yaitu sebesar 70,85 persen. Hal ini menguntungkan Kota Bekasi karena sebagian besar penduduknya pada usia kerja.

Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin penduduk Kota Bekasi cenderung berimbang, laki-laki sebanyak 1.447.872 (50,39 persen) dan perempuan sebanyak 1.425.612 (49,61 persen). Dengan demikian diketahui rasio jenis kelamin (sex ratio) Kota Bekasi sebesar 101,56 yang artinya dari setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 102 penduduk laki-laki

Gambar 2.2 di atas menunjukkan piramida penduduk Kota Bekasi berbentuk kendi. Bentuk ini terjadi karena adanya penurunan tingkat kelahiran dan kematian bayi. Bentuk piramida ini menunjukkan penduduk Kota Bekasi menuju penduduk tua, sehingga perlu persiapan sejak dini untuk menghadapi jumlah lansia yang besar di tahun-tahun mendatang.

Hampir sama dengan model piramida penduduk berdasarkan data BPS, model piramida penduduk berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi juga berbentuk kendi.

Jadi meskipun data penduduk proyeksi dari BPS dan data hasil

pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

berbeda jumlahnya, namun menunjukkan pola yang sama.

(22)

Grafik 2.1

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Bekasi Tahun 2017

Grafik 2.1 menunjukkan bahwa komposisi penduduk dengan jumlah terbanyak yaitu pada kelompok umur 25-29 tahun sebanyak 309.767 jiwa, tempat kedua yaitu pada kelompok umur 30-34 tahun (283.723 jiwa), dan tempat ketiga pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 279.539 jiwa.

Proporsi balita (0-4 tahun) sebesar 9,3 persen. Dan penduduk usia muda (0-14 tahun) mencapai 26,78 persen. Sedangkan penduduk usia tua (>65 tahun) sebesar 2,37 persen. Keadaan ini berimplikasi pada beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.

Rasio ketergantungan penduduk berarti jumlah orang yang secara ekonomi tidak aktif per seratus penduduk yang aktif secara ekonomi.

Rasio ketergantungan Kota Bekasi sebesar 41,15 persen artinya setiap seratus orang penduduk produktif (usia 15-64 tahun) menanggung 41- 42 orang penduduk usia tidak produktif.

- 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

0 - 4 5 - 9 10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

65 - 69

70 - 74

75+

Laki-Laki Perempuan

(23)

Youth Dependency Ratio (YDR) di Kota Bekasi tahun 2017 sebesar 37,79 persen artinya bahwa setiap seratus orang penduduk produktif menanggung 38 orang penduduk usia tidak produktif muda (<15 tahun). Sedangkan Aged Dependency Ratio (ADR) Kota Bekasi tahun 2017 sebesar 3,35 persen artinya bahwa setiap seratus orang penduduk produktif menanggung 3 orang penduduk usia tidak produktif tua (65 tahun ke atas).

Grafik 2.2

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kota Bekasi Tahun 2017

Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya tidak diiringi peningkatan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kota Bekasi. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2017, LPP di Kota Bekasi sebesar 2,504 persen menurun terus dari 2,56 persen pada tahun 2016, dan 2,64 persen di tahun 2015, dan tahun 2014 sebesar 2,71 persen. Seperti terlihat pada grafik 2.3 berikut.

- 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 200.000

Laki-laki Perempuan

(24)

Grafik 2.3

Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Bekasi Tahun 2011 s.d 2017

Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh migrasi penduduk yang tinggi karena Kota Bekasi sebagai kota metropolitan penyangga ibukota Negara, dengan meningkatnya perumahan- perumahan baru di wilayah Kota Bekasi dan perkembangan industri di daerah atau sekitar daerah tersebut.

Grafik 2.4

Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Bekasi Tahun 2015 s.d 2017

2,91 2,84 2,77 2,71 2,64 2,56 2,50

- 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

6,6

4,6

2,9 2,9 2,9

2,6 2,5 2,5 2,4 1,6

1,1 0,9 0,1 -

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

(25)

Dilihat menurut kecamatan, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) tahun 2017 tertinggi masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu di Kecamatan Mustika Jaya sebesar 6,62 persen.

Dan kecamatan dengan LPP terendah adalah Kecamatan Bekasi Timur sebesar 0,14 persen.

2.2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Banyaknya penduduk yang tinggal terkonsentrasi di wilayah pusat kota menyebabkan persebaran penduduk di Kota Bekasi tidak merata. Hal ini dapat mengakibatkan daya dukung lingkungan di wilayah tersebut menjadi rendah akibat kepadatan yang tinggi. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bekasi Utara, dan penduduk dengan jumlah paling sedikit terdapat di Kecamatan Bantargebang, seprti terlihat pada grafik 2.5 berikut.

Grafik 2.5

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Di Kota Bekasi Tahun 2017

- 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 200.000

Pd G e d e Pd M e lati Jt S am p u rn a Jt A si h R w Lu m b u B ks Ti m u r B ks Se latan B ks Utar a B ks B ar at M d S atr ia B tgeb an g M u sti ka Jy

L P

(26)

Namun jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, Kecamatan Bekasi Timur masih merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 19.483 jiwa/km 2 karena di wilayah ini banyak perumahan penduduk. Dan Kecamatan Bantargebang adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah dengan tingkat kepadatan 7.201 jiwa/km 2 . Dan kepadatan rata-rata penduduk Kota Bekasi yaitu 13.651 jiwa/km 2 . Seperti terlihat pada grafik 2.6 berikut.

Grafik 2.6

Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Bekasi Tahun 2017

2.2.3 Penduduk Kelompok Rentan

Ada beberapa kelompok di dalam masyarakat yang merupakan kelompok penduduk yang rentan terhadap masalah- masalah kesehatan. Kelompok rentan tersebut antara lain: ibu hamil dan ibu bersalin, neonatal, bayi, balita, dan lansia.

19.483 18.759

17.292 16.850 15.978 15.362

12.779 11.423

10.516 10.208 8.572

7.201 13.651

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

(27)

Ibu hamil dan ibu bersalin merupakan kelompok yang rentan terhadap kematian ibu karena kehamilan dan persalinan, sehingga penanganannya lebih ditekankan pada ante natal care dan post natal care.

Kelompok neonatal, bayi, dan balita yang rentan terhadap masalah kesehatan karena sistem antibodinya yang masih rendah.

Selain itu, usia golden age ini sangat rentan terhadap hal-hal yang berpengaruh pada perkembangan otak dan pertumbuhan fisiknya.

Oleh karenanya perkembangan balita ini terus dipantau melalui Posyandu setiap bulannya.

Dan kelompok lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit-penyakit degeneratif. Kelompok lansia ini dipantau setiap bulannya melalui Posbindu lansia maupun Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM).

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kelompok Rentan Masalah Kesehatan Di Kota Bekasi Tahun 2017

Kelompok

Rentan Laki-laki Perempuan Jumlah

Ibu Hamil 56.143 56.143

Ibu Bersalin 53.591 53.591

Neonatal 22.939 24.126 47.065

Bayi 26.295 25.996 52.291

Balita 128.474 123.421 251.895

Lansia 66.144 67.438 133.582

2.3 Pendidikan

Keberhasilan Pembangunan di suatu wilayah sangat ditentukan oleh

kualitas sumber daya manusianya. Dan pendidikan adalah salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanya salah

satu dimensi pendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah dari

dimensi pengetahuan.

(28)

Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator antara lain: Harapan Lama Sekolah/ Expected Years of Schooling (EYS) dan Rata- rata Lama Sekolah / Mean Years of Schooling (MYS). Dua Indikator pada dimensi pengetahuan ini baik di Provinsi Jawa Barat maupun di Kota Bekasi dari tahun ke tahun terus meningkat.

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang dan dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. HLS di Kota Bekasi yaitu sebesar 13,47 artinya bahwa lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur 7 tahun ke atas di masa mendatang adalah selama 13,47 tahun atau setara dengan mengenyam pendidikan sampai dengan lulus SLTA atau DII (tepatnya kuliah semester III). HLS Kota Bekasi ini lebih tinggi dari HLS Provinsi Jawa Barat, seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 2.7

Trend Harapan Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi Tahun 2011 s.d 2017

10,91 11,24 11,81 12,08 12,15 12,30 12,42

12,36 12,43 13,02 13,28 13,36 13,47 13,51

- 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jawa Barat Kota Bekasi

(29)

Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 harapan lama sekolah di Kota Bekasi telah meningkat sebesar 1,15 tahun. Meningkatnya HLS menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk Kota Bekasi yang akan meningkat jenjang pendidikannya.

Sama halnya dengan harapan lama sekolah, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kota Bekasi juga meningkat setiap tahunnya. Terjadi peningkatan RLS di Kota Bekasi sebesar 0,5 persen sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2017, seperti terlihat pada grafik 2.8 berikut.

Grafik 2.8

Trend Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi Tahun 2011 s.d 2017

RLS didefinisikan rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Pada tahun 2017 RLS di Kota Bekasi sebesar 10,93 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk usia sekolah (7 tahun atau lebih) di Kota Bekasi yang berusia 25 tahun ke atas telah memperoleh pendidikan sampai kelas SMA kelas II atau lebih. Sehingga telah mencapai target wajib belajar 9 tahun namun masih membutuhkan upaya lebih kerja keras lagi untuk mencapai pendidikan hingga lulus SMA.

7,46 7,52 7,58 7,71 7,86 7,95 8,14

10,43 10,46 10,49 10,55 10,71 10,78 10,93

- 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jawa Barat Kota Bekasi

(30)

2.4 Lingkungan Fisik

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan, antara lain mengatur tentang tanggung jawab dan wewenang pemerintah, standar baku mutu kesehatan lingkungan, persyaratan kesehatan, penyelenggaraan kesehatan lingkungan, proses pengolahan limbah, pengawasan limbah, juga pengendalian dan penyelenggara kesehatan lingkungan.

Pengertian kesehatan lingkungan dalam PP tersebut merupakan upaya pencegahan penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan pengaturan kesehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.4.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah salah satu

strategi pemerintah untuk mempercepat peningkatan akses sanitasi

di suatu wilayah. Sanitasi total dengan 5 (lima) pilar sudah dikaji oleh

badan kesehatan dunia dapat menurunkan hingga 94 persen

kejadian penyakit diare dengan kegiatan yang dilakukan antara lain

dengan pemicuan atau kegiatan pendekatan kepada masyarakat

akan pentingnya memiliki, menggunakan dan memelihara sarana

sanitasi. Kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas sampai tahun

2016 baru 33 kelurahan yang melaksanakan STBM, sedangkan

kelurahan yang stop buang air besar sembarangan dan kelurahan

yang melaksanakan STBM dengan 5 pilar sampai saat ini belum ada

atau nol (0 persen).

(31)

Dinas Kesehatan terus berupaya untuk mendorong kelurahan- kelurahan agar melaksanakan deklarasi ODF (Open Defecation Free) dengan menggandeng dunia usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dituangkan dalam penandatanganan komitmen bersama. Melalui upaya tersebut ditargetkan pada tahun 2018 minimal lima (5) kelurahan bisa deklarasi ODF secara total. Sampai dengan awal tahun 2017 sudah ada dua (2) kelurahan yang melaksanakan deklarasi ODF yaitu Kelurahan Jati Bening dan Pejuang, namun belum mencakup semua RW. Untuk RW yang belum deklarasi ODF di dua kelurahan tersebut diharapkan ada peran serta perusahaan-perusahaan di wilayah setempat agar bisa deklarasi ODF secara total.

Di Kota Bekasi pelaksanaan STBM mencapai dua pilar yakni ditambah pilar kedua yakni cuci tangan pakai sabun yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah di wilayah Kota Bekasi.

2.4.2 Air Minum

Dalam rangka mengantisipasi penurunan kualitas air tanah, Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya meningkatkan infrastruktur air bersih di kawasan perumahan dan pemukiman melalui penambahan sambungan rumah tangga. Pada tahun 2016 telah dilaksanakan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jati Sari dan SPAM Jati Luhur dan tahun 2017 ditargetkan pengembangan SPAM Jatiasih dan SPAM Regional. Sedangkan untuk tahun 2018 direncanakan pengembangan SPAM Mustika Jaya dan SPAM Teluk Buyung.

Untuk pengawasan kualitas air PDAM telah dilakukan kerja

sama antara Dinas Kesehatan dengan dua PDAM di Kota Bekasi

(Tirta Patriot dan Tirta Bagasasi) dalam lima tahun terakhir dengan

hasil uji kualitas masih fluktuatif kisaran 80-90 persen sampel yang

memenuhi persyaratan.

(32)

Sementara itu untuk mendapatkan kebutuhan akan air minum, masyarakat Kota Bekasi memiliki akses dari beberapa sumber yakni sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air dan perpipaan. Akses air minum berkualitas yang paling banyak digunakan yaitu sumur bor dengan pompa sebayak 2,05 juta orang dan disusul akses perpipaan sebayak 375 ribu orang. Secara keseluruhan masyarakat Kota Bekasi yang dapat mengakses air minum layak adalah 2,44 juta orang atau 87,22 persen.

Selain menggunakan air yang bersumber dari sarana PDAM, masyarakat Kota Bekasi juga banyak mengkonsumsi air yang berasal dari Depot Air Minum yang jumlahnya ada 723 depot. Untuk meningkatkan kualitas air depot yang dilakukan oleh Puskesmas adalah pengawasan, pembinaan dan uji kualitas. Dari tabel tersebut terlihat ada 259 sampel air depot yang diuji kualitasnya dengan hasil memenuhi syarat sebesar 75,5 persen.

2.4.3 Sanitasi Layak

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.

Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan.

Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian

penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah.

(33)

Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis ‘latrine’ dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah atau SPAL.

Salah satu kegiatan yang dilakukan pemerintah Kota Bekasi bagi akses sanitasi layak di masyarakat adalah Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang merupakan agenda tahunan membina 100 KK binaan secara bergantian di satu kelurahan. Kegiatan utama dari Dinas Kesehatan melalui Puskesmas adalah pemberdayaan agar masyarakat ikut berperan dalam memiliki rumah sehat secara mandiri dengan memfokuskan pada kepemilikan jamban dan septic tank.

Kegiatan tersebut di atas mempengaruhi persentase kepemilikan sanitasi layak (jamban sehat), terdapat 97 sarana jamban komunal dengan jumlah sarana sehat sebanyak 89 buah dengan pengguna 2.546 orang, jumlah sarana leher angsa yang memenuhi syarat sebanyak 592.283 sarana dengan pengguna 2.420.531 orang, sarana plengsengan dan cemplung juga masih ada yang menggunakan. Secara keseluruhan masyarakat Kota Bekasi yang mengakses fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) sebanyak 2.475.718 orang atau mencapai 88,3 persen.

Selain itu pemerintah Kota Bekasi melalui Disperkimtan terus berupaya membuat IPAL komunal dalam rangka mengurangi pencemaran limbah domestik. Pada tahun 2016 ada 14 titik yang dibangun dan akan terus ditambah di tahun-tahun mendatang.

Adanya kegiatan tersebut sejalan dengan kegiatan yang dilakukan

Dinas Kesehatan dalam rangka membebaskan kelurahan-kelurahan

dari buang air besar sembarangan (Stop BABs) atau Open

Defecation Free (ODF) yang merupakan pilar pertama Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM).

(34)

2.4.4 Penyehatan Pemukiman dan Tempat-Tempat Umum a. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih, jarak dari tempat pembuangan sampah lebih dari 100 meter, dekat dengan sarana pembersihan, berada di tempat dimana air hujan dan air kotor tidak tergenang. Persyaratan yang harus dipenuhi menurut WHO dan American Public Health Association (APHA) antara lain sebagai berikut.

1) Syarat Fisiologis

Perumahan harus memenuhi persyaratan fisiologis agar kebutuhan faal tubuh terpenuhi melalui fasilitas yang tersedia.

Yang termasuk di dalam kebutuhan fisiologis untuk perumahan adalah:

a. Pencahayaan

Pencahayaan yang diperlukan untuk suatu ruangan di dalam rumah dapat berbentuk cahaya alami yaitu sinar matahari dan juga cahaya buatan yaitu sinar lampu. Cahaya yang diperlukan per orang yang tinggal di dalamnya.

b. Penghawaan

Penghawaan untuk suatu ruangan di dalam rumah harus diperhitungkan yaitu aliran udara yang masuk ke dalam ruangan serta jumlah udara yang diperlukan per orang yang tinggal di dalamnya.

c. Kebisingan

Tidak terdapat gangguan ketenangan akibat adanya kebisingan baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam rumah.

d. Ruangan (Space)

Tersedia ruang yang cukup untuk kegiatan bermain bagi

anak-anak, dan untuk belajar, selain itu harus tersedia

ruangan utama yaitu: ruang tamu, ruang tidur, ruang makan

dan sebagainya.

(35)

2) Syarat Psikologis a. Menjamin privacy

Setiap anggota keluarga harus terjamin ketenangan dan kebebasan dalam hunian, sehingga tidak terganggu baik oleh keluarga yang lain, tetangga maupun orang yang kebetulan lewat di luar.

b. Tersedianya ruang keluarga

Ruang keluarga sangat penting untuk saling melepaskan kerinduan atau malah psikologis yang lain. Ruang keluarga adalah sarana untuk menjalin hubungan sosial maupun emosional keluarga.

c. Lingkungan yang sesuai

Seseorang akan dapat memilih hunian mana yang sesuai dengan strata sosial keluarganya. Kesenjangan strata antar penghuni atau pemukiman akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

d. Tersedia sarana yang sifatnya memerlukan “privacy”

Rumah dilengkapi dengan kamar mandi dan kloset sendiri. Setidaknya harus tersedia sarana tersebut., akan terasa tidak etis bila suatu anggota keluarga mandi ataupun buang hajat di fasilitas milik tetangganya.

e. Jumlah kamar tidur yang cukup

Jumlah kamar tidur disesuaikan dengan usia penghuninya.

Usia di bawah 2 tahun dipisahkan ataupun boleh satu kamar dengan orang tuanya. Tetapi untuk Anak usia di atas 10 tahun harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.

Sedangkan untuk anak umur 17 tahun ke atas diberikan kamar tersendiri.

f. Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan atau taman

Fungsi dari halaman rumah di samping menimbulkan rasa

keindahan bagi penghuninya berfungsi juga untuk

membersihkan udara dan menahan /melindungi pencemaran

udara dari luar.

(36)

g. Hewan peliharaan dibuatkan kendang tersendiri yang terpisah dari rumah

Untuk menghindari tertularnya penyakit zoonosis, ataupun keributan yang ditimbulkan oleh binatang peliharaan, sebaiknya dibuatkan kandang terpisah dari ruangan yang biasa dihuni.

3) Mencegah Penularan Penyakit

Pada dasarnya persyaratan perumahan harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Beberapa persyaratan berikut berkaitan dengan tersedianya fasilitas sanitasi agar kesehatan penghuninya tetap terhindar dari penyakit, tidak tertular penyakit infeksi baik antar penghuni maupun dengan kehadiran anggota warga lain dari sekitar.

a. Tersedianya persediaan air bersih / air minum

Air bersih sangat diperlukan untuk keperluan sehari-hari.

Penyediaan air bersih harus memenuhi syarat kualitas yaitu fisik, kimia, dan bakteriogis maupun kuantitas (jumlah).

b. Keadaan rumah maupun halaman serta lingkungannya menjamin tidak terdapatnya tempat perindukan vektor penyakit.

Hal ini terkait dengan konstruksi maupun keadaan rumah seperti adanya tempat penyimpanan sampah yang baik, kebersihan yang selalu terjaga dan sebagainya.

c. Tersedianya tempat pembuangan tinja dan air limbah yang memenuhi syarat sanitasi

d. Luas/ ukuran kamar yang tidak menimbulkan suasana kumuh

Luas kamar minimum ukuran 2,5 m x 3 m dengan ketinggian

langit- langit berkisar dari 2,75 m sampai 3 m. Hal ini

khususnya yang menyangkut kepadatan penghuni kamar dan

luas jendela berpengaruh terhadap timbul dan menularnya

penyakit saluran pernafasan. Sekalipun pencahayaan alami

(37)

juga berperan penting dalam menekan kejadian penyakit dalam saluran pernafasan.

e. Fasilitas untuk pengolahan makanan/ memasak dan penyimpanan makanan yang terbebas dari pencemaran maupun jangkauan vektor maupun binatang pengerat.

4) Mencegah terjadinya kecelakaan

Beberapa hal untuk menghindari timbulnya kecelakaan misalnya adalah:

a. Adanya ventilasi di dapur

Untuk mengeluarkan gas seandainya terjadi kebocoran dari tabung gas. Bukalah jendela agar gas segera dapat keluar dari ruangan.

b. Cukup intestitas cahaya

Untuk menghindari kecelakaan seperti tersandung, Teriris / tersayat, tertusuk jarum waktu menjahit dan sebagainya.

c. Jauh dari pohon besar

Bangunan rumah jauh dari pepohonan besar yang mudah tumbang atau runtuh.

d. Garis rooi

Bangunan harus mengikuti garis rooi (garis sempadan).

Mengacu pada UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

e. Lantai yang selalu basah (kamar mandi, kamar kecil) tidak licin, baik karena konstruksinya maupun pemeliharaannya f. Bagian bangunan yang dekat api atau listrik terbuat dari

bahan tahan api.

g. Cara mengatur / meletakkan barang dalam ruangan

Pengaturan ruangan memberikan keleluasaan untuk

bergerak pada penghuninya, terutama untuk keselamatan

anak-anak. Cara menyimpan bahan beracun. Hindarkan dari

jangkauan anak seperti: minyak tanah, deterjen, obat-obatan

dan sebagainya.

(38)

Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan.

Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal. Pada tabel 58 terlihat bahwa pada tahun 2017 rumah sehat dari Kota Bekasi sebesar 93,81 persen atau sejumlah 557.976 rumah, mengalami peningkatan sebanyak 11.368 rumah dibandingkan tahun 2016 atau dari jumlah total rumah di Kota Bekasi.

Grafik 2.9

Trend Rumah Sehat di Kota Bekasi Tahun 2014 s.d 2017

Untuk meningkatkan capaian persentase rumah sehat diperlukan dukungan Pemerintah Kota Bekasi, antara lain melalui program peningkatan rumah tidak layak huni (Rutilahu) menjadi rumah tinggal yang layak huni, sehat dan memiliki prasarana dasar yang layak.

452.580 466.657 480.059

557.976

- 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000

2014 2015 2016 2017

(39)

Pemerintah melalui Program Pembangunan Partisipasi Berbasis Komunitas (P3BK) digagas untuk memberikan ruang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dengan dana peningkatan Rutilahu maksimal senilai Rp. 18.000.000. Pemerintah menargetkan program Rutilahu sebanyak 150 unit per tahun.

b. Tempat Tempat Umum

Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (banyak orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria:

1. Diperuntukkan masyarakat umum.

2. Mempunyai bangunan tetap/ permanen.

3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola, pengunjung/

pengusaha.

Pada tempat tersebut tersedia fasilitas seperti: fasilitas kerja pengelola, fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah.

Tempat-tempat Umum (TTU) seperti sekolah, sarana kesehatan, hotel dan tempat umum lainnya merupakan sasaran yang juga harus dilakukan pemantauan dan pembinaan agar TTU sebagai tempat berkumpulnya orang banyak tidak berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Secara keseluruhan TTU memenuhi syarat meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dari 76,7 persen menjadi 83,8 persen atau sebanyak 1.661 sarana.

Sanitasi tempat-tempat umum mempunyai arti suatu usaha

untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat

umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau

menularnya suatu penyakit.

(40)

Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum.

Usaha-usaha yang harus dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum adalah:

1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan faktor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.

2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya- bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum. Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk menjamin:

• Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat kualitas kesehatan dan kualitas sanitasi.

• Psikologis bagi masyarakat berupa rasa keamanan (security), bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung, kenyamanan (confortmity) misalnya kesejukan, ketenangan (safety) yaitu tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan.

2.4.5 Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal ini hanya dapat terwujud bila ditunjang dengan keadaan higiene dan sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dan dipelihara secara bersama oleh pengusaha dan masyarakat.

Usaha bidang makanan setiap tahun cenderung meningkat,

mulai dari skala kecil sampai skala besar. Hal tersebut

mengindikasikan bidang makanan mempunyai potensi dalam

(41)

meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga banyak perusahaan maupun milik perorangan memasuki bisnis ini. Perkembangan pembangunan di Kota Bekasi diikuti dengan perkembangan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang cukup banyak dan menjamur.

Terdata sejumlah 4.336 TPM yang terdiri dari Jasaboga/ catering, rumah makan/ restoran, depot air minum dan makanan jajanan, data tersebut meningkat menjadi 4.571 TPM pada tahun 2016. Target TPM memenuhi syarat 75 persen dari jumlah yang ada, namun pada akhir tahun 2016 masih belum tercapai baru mencapai 62,1 persen.

Kesulitan yang dihadapi dalam mencapai TPM yang memenuhi syarat adalah belum adanya payung hukum dalam pengawasan kualitas TPM, perlu pengujian kualitas makanan, alat dan kesehatan penjamah yang memerlukan biaya. Kelayakan lebih banyak dilakukan oleh jasaboga yang ingin melakukan kerja sama dengan perusahaan atau suatu lembaga.

TPM memenuhi syarat sebagian besar belum dilengkapi dengan sertifikat laik higiene, dari 2.840 TPM yang memiliki sertifikat laik higiene sanitasi sebagian besar adalah jasaboga, sedangkan restoran dari 968 sarana hanya sebanyak 45 sarana yang memiliki sertifikat laik. Tahun 2017 Dinas Kesehatan berupaya menjalin jejaring kemitraan dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pariwisata dan Budaya, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia cabang Kota Bekasi serta pengelola mall diwilayah Kota Bekasi guna menggalang animo restoran dan rumah makan untuk mengurus sertifikasi laik.

Dinas Kesahatan terus mendorong agar pengawasan TPM memiliki payung hukum sehingga lahirlah Perwal nomor 96 tahun 2016 tentang pengawasan makanan siap saji, dan pada tahun 2017 dibahas untuk menjadi Peraturan Daerah.

Sementara itu jumlah TPM dibina sebanyak 548 TPM atau

sebesar 42,1 persen dari 1.300 TPM yang belum memenuhi syarat

kesehatan, sedangkan TPM yang diuji petik sebanyak 607 TPM atau

sebesar 21,6 persen dari total TPM yang memenuhi syarat

kesehatan.

(42)

Ditahun-tahun mendatang diharapkan Puskesmas sebagai

ujung tombak Dinas Kesehatan terus mengupayakan pembinaan

terhadap TPM yang belum memenuhi syarat kesehatan agar tidak

membahayakan bagi kesehatan konsumen.

(43)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

3.1 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan/ kemajuan suatu negara. IPM digunakan untuk mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.

Grafik 3.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017

IPM Kota Bekasi dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang positif, sama halnya dengan peningkatan IPM Provinsi Jawa Barat. Capaian IPM Kota Bekasi tahun 2017 meningkat dari tahun 2016 sebesar 79,95 menjadi 80,30 angka ini masuk kategori tinggi dan berada di atas IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 70,69.

66,15 66,67 67,32 68,25 68,80 69,50 70,05 70,69 76,76 77,48 77,71 78,63 78,84 79,63 79,95 80,30

- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

IPM Jawa Barat IPM Kota Bekasi

(44)

Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup pendekatan kesehatan, pendidikan, dan daya beli. Ketiga dimensi pembangun IPM memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan/ Indeks kesehatan, digunakan Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir, persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Dan untuk mengukur dimensi Pendidikan/ Indeks pendidikan digunakan gabungan indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Murni (APS) SD, SMP, dan SMA, serta jumlah penduduk usia sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi daya beli digunakan gabungan indikator: angka ketergantungan, bekerja, angkatan kerja, pengeluaran, gini rasio, penduduk miskin, serta garis kemiskinan.

Grafik 3.2

Indeks Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017

Sama seperti IPM Kota Bekasi yang terus meningkat setiap tahunnya, indeks kesehatan sebagai salah satu dimensi pembangun IPM juga terus meningkat setiap tahunnya. Capaian indeks kesehatan Kota Bekasi sebesar tahun 2017 sebesar 84,05 sedikit meningkat dari tahun 2016 sebesar 83,92.

Capaian ini merupakan angka yang cukup tinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Barat.

83,26 83,28 83,31 83,34 83,35 83,82 83,92 84,05

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(45)

3.2 Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup.

Selain merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap IPM, angka harapan hidup juga merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Tinggi rendahnya angka harapan hidup merupakan indikator taraf hidup suatu daerah. Semakin tinggi angka harapan hidup berarti semakin meningkat pula derajat kesehatan masyarakat.

Grafik 3.3

Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), AHH waktu lahir di Kota Bekasi dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

Begitu pula AHH Provinsi Jawa Barat yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun AHH Kota Bekasi lebih tinggi dari AHH Provinsi Jawa Barat.

AHH ini tidak dapat diperoleh dari sistem pencatatan dan pelaporan rutin, namun berdasarkan data survei atau sensus dari BPS. Tahun 2017 AHH Kota Bekasi sebesar 74,63 tahun. Hal ini berarti bayi yang baru lahir pada tahun 2017 di Kota Bekasi mempunyai harapan hidup sebesar 74,63 tahun.

68,20 68,40 68,60 68,80 72,23 72,41 72,44 72,47 74,12 74,13 74,15 74,17 74,18 74,48 74,55 74,63

- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

AHH Jawa Barat AHH Kota Bekasi

(46)

3.3 Kelahiran

Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) menunjukkan jumlah kelahiran per 1.000 penduduk dalam suatu periode, biasanya satu tahun.

CBR merupakan ukuran fertilitas yang sangat kasar karena penduduk yang digunakan sebagai penyebut adalah semua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan semua umur yang tidak mempunyai potensi untuk melahirkan.

Grafik 3.4

Jumlah Kelahiran Bayi dan Crude Birth Rate di Kota Bekasi Tahun 2010 s.d 2017

CBR Kota Bekasi berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, diketahui sebesar 17,4 (Sumber: BPS Kota Bekasi). Perhitungan CBR oleh BPS dilakukan 10 tahun sekali sesuai sensus penduduk.

Untuk itu CBR di Kota Bekasi setiap tahunnya dihitung berdasarkan pencatatan dan pelaporan Puskesmas. Dari grafik 3.4 terlihat bahwa CBR di Kota Bekasi tahun 2017 yaitu sebesar 16,39, ini merupakan angka terendah dibandingkan dalam 5 tahun terakhir, dengan jumlah bayi lahir hidup sebanyak 47.065 bayi.

41.547 45.342

47.067

46.223 46.986

49.239

46.919 47.065 17,79

19,06 18,65 17,83 17,64 18,01 16,74 16,39

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00

- 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Kelahiran CBR

(47)

Grafik 3.5

Proporsi Jumlah Bayi Lahir Hidup Menurut Jenis Kelamin di Kota Bekasi Tahun 2017

Jumlah bayi lahir hidup pada tahun 2017 memiliki proporsi yang sama (50 persen) antara bayi laki-laki dan bayi perempuan, seperti terlihat pada grafik 3.5 di atas. Proporsi bayi laki-laki sedikit meningkat dibandingkan tahun 2016 yaitu 49 persen bayi laki-laki (22.866 orang) dan proporsi bayi perempuan 51 persen (24.053 orang).

3.4 Kematian

3.4.1 Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang terbaik untuk menilai status kesehatan di suatu wilayah. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya.

22.939 22.959

Laki-laki Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 disusun untuk kepentingan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten dan memuat berbagai data tentang kesehatan yang meliputi; keadaan

Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2012 2 Informasi utama yang dapat diperoleh dari Profil ini adalah Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat dapat dilihat dari berbagai

Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2013 2 Informasi utama yang dapat diperoleh dari Profil ini adalah Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat dapat dilihat dari berbagai

Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun

Profil Kesehatan Kota Langsa Tahun 2014 merupakan gambaran kondisi kesehatan di Wilayah Kota Langsa pada tahun 2014 yang meliputi indikator Gambaran Umum Kota Langsa, Derajat Kesehatan

Profil Kesehatan Kota Langsa Tahun 2015 merupakan gambaran kondisi kesehatan di Wilayah Kota Langsa pada tahun 2015 yang meliputi indikator Gambaran Umum Kota Langsa, Derajat Kesehatan

Profil Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014 ini menyajikan berbagai data dan informasi yang relatif komprehensif, yang meliputi situasi derajat kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar menyajikan data dan informasi kesehatan yang meliputi data situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan,