• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KOTA SAMARINDA TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KOTA SAMARINDA TAHUN 2017"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

SAMARINDA TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA

TAHUN 2018

(2)

PROFIL KESEHATAN KOTA SAMARINDA TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA

2018

(3)
(4)

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. MANFAAT ... 3

D. RUANG LINGKUP ... 3

1. Jenis Data/Informasi ... 3

2. Sumber Data ... 4

BAB II GAMBARAN UMUM

A. KONDISI GEOGRAFIS ... 6

B. SEJARAH ... 7

C. KEADAAN PENDUDUK ... 9

D. KEADAAN EKONOMI ... 12

BAB III KEADAAN DERAJAT KESEHATAN

A. ANGKA MORTALITAS ... 13

1. Angka Kematian Bayi (AKB) ... 13

(5)

iii

B. ANGKA MORBIDITAS ... 16

1. Penyakit Menular ... 16

a. Tuberkulosis Paru ... 16

b. HIV/AIDS ... 17

c. Pneumonia ... 20

d. Kusta ... 21

2. Penyakit PD3I ... 22

a. Campak ... 22

b. Difteri ... 23

3. Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 23

4. Diare... 24

C. ANGKA STATUS GIZI... 25

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL (K1 DAN K4) ... 27

B. PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN ... 30

C. PELAYANAN/PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN ... 31

D. PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS ... 32

E. PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL ... 34

F. PELAYANAN KESEHATAN BAYI ... 35

G. BERAT BADAN LAHIR BAYI... 36

H. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF ... 37

I. KELUARGA BERENCANA ... 39

(6)

iv

B. TENAGA KESEHATAN ... 44 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ... 44

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN... 46 B. SARAN ... 46

(7)

v

BAB II

Gambar 2.1

Peta Wilayah Administrasi Kota Samarinda ... 6 Gambar 2.2

Jumlah Penduduk Kota Samarinda Tahun 2013-2017 ... 10 Gambar 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok Umur Kota Samarinda Tahun 2017 ... 10 Gambar 2.4

Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 11

BAB III

Gambar 3.1

Angka Lahir Mati di Kota Samarinda Tahun 2013-2017 ... 14 Gambar 3.2

Angka Kematian Ibu di Kota Samarinda Tahun 2013-2017 ... 15 Gambar 3.3

Jumlah Kasus Baru TB BTA+ di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 17 Gambar 3.4

Jumlah Kasus HIV positif per Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 18 Gambar 3.5

Jumlah Kasus AIDS per Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 19

(8)

vi

Tahun 2017 ... 20 Gambar 3.7

Jumlah Kasus Baru Kusta di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 21 Gambar 3.8

Jumlah Kasus Campak per Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 22 Gambar 3.9

Jumlah Kasus DBD per Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2017... 24 Gambar 3.10

Jumlah Kasus Diare yang ditangani di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 25 Gambar 3.11

Jumlah Balita Gizi Buruk di Kota Samarinda Tahun 2013-2017... 26

BAB IV

Gambar 4.1

Persentase Pelayanan Program Ibu Hamil di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 28 Gambar 4.2

Persentase Persalinan Ibu ditolong Tenaga Kesehatan (PN)

Kota Samarinda Tahun 2013-2017 ... 31 Gambar 4.3

Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan (PK) Kota Samarinda

Tahun 2013-2017 ... 32 Gambar 4.4

Persentase Persalinan ditolong Nakes dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Kota Samarinda Tahun 2017 ... 33

(9)

vii

Tahun 2013-2017 ... 35 Gambar 4.6

Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi di Kota Samarinda Tahun

2013 – 2017 ... 36 Gambar 4.7

Jumlah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Kota Samarinda Tahun 2017 ... 37 Gambar 4.8

Persentase ASI Eksklusif pada Bayi di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 38 Gambar 4.9

Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 40 Gambar 4.10

Persentase Peserta KB Aktif di Kota Samarinda Tahun 2013-2017 ... 41 Gambar 4.11

Persentase Jenis KB pada Peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif

Kota Samarinda Tahun 2017 ... 41

(10)

viii

BAB II

Tabel 2.1

Pembagian Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Samarinda ... 8

BAB V

Tabel 5.1

Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Samarinda Tahun 2017 ... 43 Tabel 5.2

Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Kesehatan Kota Samarinda

Tahun 2017 ... 44

(11)

ix

Resume Profil Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Samarinda

Tabel 2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kota Samarinda

Tabel 3 Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Melek Huruf dan Ijazah tertinggi yang diperoleh menurut Jenis Kelamin Kota Samarinda Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kecamatan dan

Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita menurut Jenis Kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu menurut Kelompok Umur, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 7 Kasus Baru TB BTA+, seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak, dan Case Notification Rate (CNR) per 100.000 penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 9 Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Syphilis menurut Jenis Kelamin Kota Samarinda

Tabel 12 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV menurut Jenis Kelamin Kota Samarinda

Tabel 13 Kasus Diare yang ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

(12)

x

Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 16 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 17 Persentase Penderita Kusta selesai berobat (Release From Treatment/RFT) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Kota Samarinda Tabel 22 Kesakitan dan Kematian akibat Malaria menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 23 Penderita Filariasis ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 24 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥ 18 Tahun menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 27 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kota Samarinda

Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan yang ditangani < 24 Jam Kota Samarinda

(13)

xi

Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet FE1 dan FE3 menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 39 Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, daan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG pada pada Bayi menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak, dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

(14)

xii

Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 47 Jumlah Balita ditimbang menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & setingkat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan setingkat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin Kota Samarinda

Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Samarinda Tabel 55 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Kota Samarinda

Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Kota Samarinda

Tabel 57 Persentase Rumah Tangga berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (ber-PHBS) menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda Tabel 58 Persentase Rumah Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota

Samarinda

Tabel 59 Penduduk dengan Akses berkelanjutan terhadap Air Minum berkualitas (Layak) menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kota Samarinda

(15)

xiii

Tabel 62 Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kota Samarinda

Tabel 63 Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) menurut Status Higiene Sanitasi Kota Samarinda

Tabel 65 Tempat Pengelolaan Makanan dibina dan diuji Petik Kota Samarinda

Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Kota Samarinda Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan menurut Kepemilikan Kota Samarinda Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan

Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Kota Samarinda

Tabel 69 Jumlah Posyandu menurut Srata, Kecamatan, dan Puskesmas Kota Samarinda

Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menurut Kecamatan Kota Samarinda

Tabel 71 Jumlah Desa Siaga menurut Kecamatan Kota Samarinda Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan

di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Kota Samarinda

(16)

xiv

Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kota Samarinda

(17)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, kota Samarinda mempunyai visi dan misi yang harus diwujudkan dan menjadi acuan pada setiap program yang dilaksanakan di semua bidang. Untuk periode 2016 – 2021 Visi Kota Samarinda, yaitu “Terwujudnya Kota Samarinda sebagai Kota Metropolitan yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan”

dengan misi-misi sebagai berikut : 1. Integritas

Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bebas Korupsi ditunjang Aparatur yang Berintegritas Tinggi, Profesional dan Inovatif.

2. Akuntabel

Memantapkan Kapasitas Pengelolaan Keuangan Kota Samarinda yang Akuntabel dalam Menunjang Pembiayaan Pembangunan.

3. Nyaman

Mewujudkan Ruang Kota yang Layak Huni.

4. Unggulan

Memantapkan Sektor Jasa dan Perdagangan sebagai Sektor Unggulan.

5. Berkarakter

Mewujudkan Masyarakat Kota Samarinda yang Berkarakter, Sehat, Cerdas serta Berdaya Saing Nasional dan Internasional.

6. Harmonis

Mewujudkan Iklim Kehidupan Masyarakat Kota Samarinda yang Harmoni, Berbudaya dan Religius.

Pembangunan kesehatan kota Samarinda harus seiring sejalan dengan visi dan misi Kota Samarinda, karena pembangunan kesehatan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui

(18)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

peningkatan : Upaya Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan, Manajemen dan Informasi Kesehatan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.

Pembangunan Kesehatan Kota Samarinda yang berjalan selama ini sesuai dengan visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Samarinda. Visi Dinas Kesehatan Kota Samarinda seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) adalah :

“Pelayanan Prima Demi Terwujudnya Masyarakat Samarinda yang Mandiri untuk Hidup Sehat”

Sebagai bentuk perwujudan visi, maka disusunlah misi Dinas Kesehatan Kota Samarinda sebagai berikut :

1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer

2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan 3. Intervensi Berbasis Resiko Kesehatan

Untuk memberikan gambaran situasi kesehatan di wilayah Kota Samarinda dibuatlah suatu dokumen Profil Kesehatan Kota Samarinda dan diterbitkan setiap tahun. Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017 ini menggambarkan situasi Derajat Kesehatan Masyarakat (angka kematian, status gizi, angka kesakitan), Upaya Kesehatan (pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat, keadaan lingkungan), Sumber Daya Kesehatan (sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan) di Kota Samarinda pada tahun 2017.

Diharapkan dengan adanya Profil Kesehatan Kota Samarinda setiap tahunnya dapat dijadikan salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kota

(19)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Samarinda dan menjadi acuan untuk perencanaan program kesehatan ditahun selanjutnya.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan profil Dinas Kesehatan Kota Samarinda secara umum adalah menyediakan data dan informasi bagi masyarakat dan sebagai salah satu indikator bagi penilaian pembangunan kesehatan di kota Samarinda.

Sedangkan tujuan khusus penyusunan profil Dinas Kesehatan Kota Samarinda adalah :

1. Meningkatkan akses mutu pelayanan kesehatan 2. Meningkatkan pelaksanaan desentralisasi kesehatan 3. Meningkatkan kondisi lingkungan yang sehat

4. Meningkatkan perilaku masyarakat hidup sehat C. Manfaat

Manfaat penyusunan profil Dinas Kesehatan Kota Samarinda adalah sebagai berikut :

a. Sebagai salah satu upaya Dinas Kesehatan Kota Samarinda untuk menyediakan informasi publik.

b. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program tahunan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Samarinda.

c. Dapat digunakan untuk penyusunan rencana program Dinas Kesehatan Kota Samarinda kedepannya.

d. Sebagai bahan masukan bagi program terkait dalam pencapaian target program.

D. Ruang Lingkup

1. Jenis Data / Informasi

Data yang dikumpulkan untuk penyusunan profil Kesehatan Kota Samarinda adalah :

(20)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

a. Data Umum meliputi data geografi, kependudukan dan sosial ekonomi.

b. Data Derajat Kesehatan yang meliputi data kematian, data kesakitan dan data status gizi.

c. Data Kesehatan Lingkungan dan perilaku Hidup Sehat Masyarakat, yang meliputi data air bersih, data rumah sakit, data tempat umum, dan data perilaku hidup sehat.

d. Data Pelayanan Kesehatan, antara lain data pemanfaatan Rumah Sakit, Pemanfaatan Puskesmas, data pelayanan kesehatan ibu dan anak, data pemberantasan penyakit, data pelayanan kesehatan gakin, data penanggulangan KLB, dan data pelayanan kesehatan lainnya.

e. Data Sumber Daya Kesehatan yang meliputi data sarana kesehatan, data tenaga kesehatan, data obat dan perkebalan kesehatan, serta data pembiayaan kesehatan.

f. Data lainnya.

2. Sumber Data

a. Catatan kegiatan Puskesmas baik untuk kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.

b. Catatan kegiatan Rumah Sakit dan Klinik Kesehatan yang berada di Kota Samarinda.

c. Catatan kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Samarinda termasuk unit Pelaksana Teknis Kesehatan Kota Samarinda termasuk Gudang Farmasi.

d. Catatan Dokumen Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda.

e. Catatan Dokumen Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Samarinda.

f. Catatan Dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Samarinda.

g. Catatan Dokumen Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Samarinda.

(21)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

h. Catatan Kegiatan dari Bidang-bidang yang berhubungan dengan data yang diperlukan Dinas Kesehatan Kota Samarinda.

(22)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis

Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota Samarinda dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Timur. Secara geografis, Kota Samarinda terletak pada posisi 0o 21’ 18’’ - 1o 09’ 16’’ LS dan 116o 15’ 16’’ - 117 24’ 16’’ BT . Kota ini terbelah oleh Sungai Mahakam, dan memiliki wilayah dengan luas total 718,00 km2. Dengan luas wilayah tersebut kota Samarinda merupakan daerah kota terbesar diantara tiga daerah kota yang ada di Kalimantan Timur. Secara administratif, seluruh wilayah Kota Samarinda berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara baik bagian Utara, Timur, Selatan, maupun Barat.

Gambar 2.1

Peta Wilayah Administrasi Kota Samarinda

Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun.

Temperatur udara antara 20o C - 34 o C dengan curah hujan rata-rata 1980 mm/tahun dengan kelembaban udara rata-rata 85 %. Kontur geografis

(23)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

terdiri dari daerah berbukit dengan ketinggian bervariasi dari 10 m - 200 m dari permukaan laut.

B. Sejarah

Kota Samarinda dibentuk dan didirikan pada tanggal 21 Januari 1960, berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953, Lembaran Negara No. 97 Tahun 1953 tentang Pembentukan daerah-daerah Tingkat II Kabupaten/kotamadya di Kalimantan Timur. Semula Kodya Dati II Samarinda terbagi dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir dan Samarinda Seberang. Kemudian dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur No. 18/SK/TH-Pem/1969 dan SK No. 55/TH- Pem/SK/1969, terhitung sejak tanggal 1 Maret 1969, wilayah administratif Kodya Dati II Samarinda ditambah dengan 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Palaran, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja (luas sekitar 2.727 km²). Saat ini pembagian kecamatan di Samarinda tidak termasuk Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja, ketiganya masuk dalam Kabupaten Kutai Kartanegara.

Setelah PP No. 38 Tahun 1996 terbit, wilayah administrasi Kodya Dati II Samarinda mengalami pemekaran, semula terdiri dari 6 kecamatan menjadi 10 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Sungai Kunjang 2. Kecamatan Samarinda Ulu 3. Kecamatan Samarinda Utara 4. Kecamatan Samarinda Ilir 5. Kecamatan Samarinda Seberang 6. Kecamatan Palaran

7. Kecamatan Samarinda Kota 8. Kecamatan Sambutan 9. Kecamatan Loa Janan Ilir 10. Kecamatan Sungai Pinang

(24)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Sampai saat ini Kota Samarinda terdiri dari 10 Kecamatan dan 59 Kelurahan. Berikut pembagian Kelurahan menurut Kecamatan di wilayah Kota Samarinda :

Tabel 2.1

Pembagian Kelurahan menurut Kecamatan di Kota Samarinda

No. Kecamatan Kelurahan

1. Palaran

Rawa Makmur Handil Bakti Simpang Pasir Bantuas Bukuan

2. Samarinda

Seberang

Mesjid Tenun Mangkupalas Baqa

Sei. Keledang Gunung Panjang

3. Loa Janan Ilir

Sengkotek Harapan Baru Rapak Dalam Simpang Tiga Tani Aman

4. Sei. Kunjang

Loa Bakung Loa Buah

Karang Asam Ulu Karang Asam Ilir Lok Bahu

Teluk Lerong Ulu Karang Anyar

5. Samarinda Ulu

Air Putih Bukit Pinang Air Hitam Gunung Kelua Sidodadi Dadimulya Jawa

Teluk Lerong Ilir 6. Samarinda Kota

Bugis

Karang Mumus Pelabuhan

(25)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Pasar Pagi

Sungai Pinang Luar

7. Samarinda Ilir

Sidomulyo Sungai Dama Sidodamai Pelita Selili

8. Sambutan

Sungai Kapih Makroman Pulau Atas Sindang Sari Sambutan

9. Samarinda Utara

Sempaja Utara Sempaja Timur Sempaja Selatan Sempaja Barat Sei. Siring

Budaya Pampang Tanah Merah Lempake

10. Sungai Pinang

Gunung Lingai Bandara

Temindung Permai Sungai Pinang Dalam Mugirejo

C. Keadaan Penduduk

Pertumbuhan penduduk di kota Samarinda terjadi baik karena pertumbuhan alami maupun karena urbanisasi dan imigrasi. Apabila dibandingkan dengan daerah Tingkat II lainnya di Kalimantan Timur, maka kota Samarinda merupakan salah satu kota yang tertinggi pertumbuhan penduduknya. Hal ini terjadi karena kota Samarinda memiliki potensi strategis diantaranya :

1. Pusat pemerintahan Kalimantan Timur

2. Pusat pembangunan Kalimantan Timur bagian tengah 3. Daerah pembangunan ilmu pengetahuan

4. Daerah Industri ditepi Sungai Mahakam 5. Pusat Pendidikan dan Penelitian hutan tropis 6. Pusat kegiatan industri dan perdagangan

(26)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 2.2

Jumlah Penduduk Kota Samarinda Tahun 2013 – 2017

Jumlah penduduk di Kota Samarinda tahun 2017 sebanyak 983.503 jiwa, dengan rasio antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 108,56. Jumlah penduduk laki-laki mencapai 52,05 % atau sebesar 511.945 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan 47,95 % atau sebesar 471.558 jiwa dari total penduduk seluruhnya. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin berdasarkan kelompok umur dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok Umur Kota Samarinda Tahun 2017

954,479

852,536

988,943 968,478 983,503

750,000 800,000 850,000 900,000 950,000 1,000,000

2013 2014 2015 2016 2017

JUMLAH PENDUDUK

TAHUN

60000.0 40000.0 20000.0 0.0 20000.0 40000.0 60000.0

0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+

PEREMPUAN LAKI-LAKI

(27)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Berdasarkan gambar 2.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk kota Samarinda pada tahun 2017 adalah penduduk dalam usia produktif, dewasa atau usia kerja. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup. Kondisi ini menuntut kebijakan peningkatan dibidang kesehatan.

Gambar 2.4

Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2017

Pada gambar 2.4 dapat disimpulkan bahwa penyebaran penduduk di 10 Kecamatan di kota Samarinda tidak merata. Penduduk terbanyak ada di kecamatan Samarinda Ulu, dengan tingkat kepadatan 7609 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan Samarinda Utara yang memiliki wilayah terluas dihuni sekitar 117.712 jiwa penduduk dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 513 jiwa per km2. Ketimpangan antara luas wilayah dan jumlah penduduk yang ada juga terlihat pada kecamatan Palaran dan kecamatan Sambutan, kedua kecamatan tersebut memiliki wilayah yang luas, dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Diharapkan pemerintah dapat meratakan penyebaran penduduk dari kecamatan-kecamatan yang padat penduduknya, ke wilayah kecamatan yang kurang penduduknya. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di kota Samarinda,

67576 81344

73089

156105 168315

42188 88881

57194

117712 131099

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000

JUMLAH PENDUDUK

KECAMATAN

(28)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

sehingga seluruh masyarakat kota Samarinda dapat terpenuhi haknya dibidang kesehatan secara merata.

D. Keadaan Ekonomi

Potensi perekonomian Kota Samarinda dari tahun ke tahun cukup berkembang dengan pesat dari berbagai sektor bisnis, dengan banyaknya di bangun perumahan dan hotel – hotel. Selain industri menengah, juga memiliki potensi industri rumah tangga atau produk kerajinan rakyat seperti : batu-batuan (kristal, kecubung, dan lain-lain), rotan (topi seraung, lampit, dan lain-lain), peralatan dan hiasan tradisional (mandau, patung, manik- manik, dan lain-lain), serta pakaian tradisional (sarung Samarinda, batik Kaltim, dan lain-lain). Kota Samarinda juga menyimpan potensi perekonomian melalui sektor pariwisata, diantaranya : Wisata alam, yaitu Gunung Batu Putih, Air terjun Tanah Merah, Air Terjun Berambai, Air Terjun Pinang Seribu, Gunung Steiling Selili, Kebun Raya Unmul Samarinda, Rumah Ulin Arya; Wisata Budaya, yaitu Desa Budaya Pampang; Wisata Pendidikan dan Permainan, yaitu Salma Shofa, Mahakam Lampion Garden, Kawasan wisata Taman Samarendah; Wisata Religi, yaitu Mesjid Tua Samarinda Seberang, Masjid Islamic Center, serta potensi Wisata di sepanjang Sungai Mahakam.

(29)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

BAB III

KEADAAN DERAJAT KESEHATAN

Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan) dan keadaan status gizi. Pada Bab ini, derajat kesehatan masyarakat kota Samarinda digambarkan melalui Angka Mortalitas (AKB dan AKI), Angka Morbiditas (Angka Kesakitan beberapa penyakit), serta Status Gizi pada bayi dan balita.

A. Angka Mortalitas

Mortalitas dapat diartikan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Pada tahun 2017 jumlah kematian bayi yang terjadi di kota Samarinda sebanyak 30 dari 16.258 Kelahiran Hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 2 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini cenderung stabil jika dibandingan Angka Kematian Bayi tahun 2016. Stabilnya Angka Kematian Bayi ini dapat menggambarkan keberhasilan program yang didukung mekanisme yang memadai dan efektif mencapai lapisan terbawah.

(30)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 3.1

Angka Lahir Mati di Kota Samarinda Tahun 2013-2017

Dilihat dari gambar di atas angka lahir mati pada tahun 2017 mengalami peningkatan secara signifikan. Angka lahir mati pada tahun 2013 sbesar 2,9. Angka lahir mati tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,7.

Pada tahun 2015 naik menjadi 1,5. Sedangkan angka lahir mati tahun 2016 turun menjadi 1,0. Angka lahir mati mengalami kenaikan lagi pada tahun 2017, hal ini dipengaruhi jumlah bayi lahir mati meningkat dari tahun 2016 sedangkan jumlah kelahiran hidup tahun 2017 menurun dibanding tahun 2016.

2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain per 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Motality Rate (MMR) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas.

2.9

0.7

1.5

1

1.5

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

2013 2014 2015 2016 2017

ANGKA LAHIR MATI

TAHUN

(31)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 3.2

Angka Kematian Ibu di Kota Samarinda Tahun 2013-2017

Angka Kematian Ibu (AKI) di kota Samarinda dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2013 sebesar 69 per 100.000 Kelahiran Hidup, kemudian menurun di tahun 2014 menjadi 50 per 100.000 Kelahiran Hidup, setelah mengalami penurunan pada tahun 2015 meningkat kembali menjadi yaitu 76 per 100.000 Kelahiran Hidup, di tahun 2016 menunjukkan penurunan yang signifikan yakni 40 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian AKI di Kota Samarinda kembali meningkat di tahun 2017, yakni 92 per 100.000 Kelahiran Hidup. Meningkatnya AKI dan Angka Lahir Mati di Kota Samarinda pada tahun 2017 ini merupakan suatu persoalan yang mendorong berbagai pihak untuk kembali meningkatkan kesadaran perilaku hidup sehat, meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu, meningkatkan kebersihan lingkungan, meningkatkan pelayanan kesehatan.

Sehingga diharapkan Angka Lahir Mati dan AKI akan terus menurun di tahun-tahun berikutnya.

Kematian Ibu pada tahun 2017 terjadi paling banyak pada usia Ibu 20 – 34 tahun dan terbanyak terjadi pada masa persalinan.

69

50

76

40

92

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2013 2014 2015 2016 2017

ANGKA KEMATIAN IBU

TAHUN

(32)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

B. Angka Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas atau Angka Kesakitan dapat menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Angka kesakitan juga dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberhasilan program pemberantasan penyakit, mengetahui keadaan sanitasi lingkungan, serta dapat menggambarkan pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.

Jenis penyakit yang terdapat di kota Samarinda pada tahun 2017 gambarannya dapat terlihat sebagai berikut :

1. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil.

Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberculosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR), prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu), dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberculosis dalam jangka waktu tertentu).

Di tahun 2017 penemuan kasus TB BTA (+) di kota Samarinda sebanyak 636 kasus. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 390 kasus (61 %) pada laki-laki dan 246 kasus (39 %) pada perempuan. Kasus tuberculosis pada anak - anak 0 – 14 tahun sekitar 5 % dari total penemuan kasus, jumlah ini meningkat 2 % dibandingkan tahun sebelumnya.

(33)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 3.3

Jumlah Kasus Baru TB BTA+ di Kota Samarinda Tahun 2017

Dari Gambar 3.3 menunjukkan kasus TB BTA+ tahun 2017 paling banyak ditemukan di Kecamatan Samarinda Ulu yaitu sebanyak 148 kasus (23,3

%), menyusul kasus terbanyak kedua tercatat ditemukan di Kecamatan Samarinda Utara yaitu sebanyak 104 kasus (16,4 %), sedangkan terbanyak ketiga tercatat ditemukan di Kecamatan Sungai Kunjang yaitu sebanyak 101 kasus (15.9 %).

b. HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Prilaku (STBP).

0 20 40 60 80 100 120 140 160

26 58

36 101

148

2 57

40 104

64

JUMLAH KASUS

KECAMATAN

(34)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Jumlah kasus baru HIV positif di Kota Samarinda yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 581 kasus, terdiri dari 423 kasus (72,8 %) pada laki-laki dan 106 kasus (18,2 %) pada perempuan. Jumlah kasus baru HIV terus meningkat dari tahun 2015, hal positif dari peningkatan tersebut menandakan sistem pelaporan yang semakin baik dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat yang menjadi faktor resiko untuk melakukan tes. Diharapkan semakin cepat terdeteksi dapat semakin dini tertangani dan mendapat pengobatan secara rutin, sehingga dapat mencegah penularan dan mengurangi resiko kematian.

Gambar 3.4

Jumlah Kasus HIV positif per Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Samarinda Tahun 2017

Dari gambar 3.4, dapat dilihat bahwa kasus baru HIV positif pada tahun 2017 terbanyak ditemukan pada kelompok umur 25-49 tahun. Dilihat dari jenis kelamin, dapat disimpulkan laki-laki lebih beresiko mengidap HIV positif dibanding perempuan.

Kasus AIDS di Samarinda tahun 2017 sebanyak 212 kasus, jumlah kasus ini meningkat apabila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016. Jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2017 sebanyak 12 kasus.

8 2

36

104

245

28 3 1 12

38

99

5 0

50 100 150 200 250 300

≤ 4 TAHUN

5 - 14 TAHUN

15 - 19 TAHUN

20 - 24 TAHUN

25 - 49 TAHUN

≥ 50 TAHUN

JUMLAH KASUS

KELOMPOK UMUR

Laki - Laki Perempuan

(35)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Berikut gambaran penyebaran kasus AIDS menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

Gambar 3.5

Jumlah Kasus AIDS per Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Samarinda Tahun 2017

Berdasarkan gambar 3.5 dapat dilihat bahwa kasus AIDS terbanyak ditemukan pada kelompok usia 25 – 49 tahun, menyusul kemudian kelompok umur 20 – 24 tahun. Sedangkan jika penemuan kasus dilihat menurut jenis kelamin, maka dapat disimpulkan laki-laki lebih beresiko mengidap AIDS dibanding perempuan.

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis homoseksual/biseksual, penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah, dan penularan dari ibu ke anak (perinatal). Jika dilihat dari penemuan kasus HIV/AIDS di Kota Samarinda pada tahun 2017 yang banyak ditemukan pada kelompok umur 25 – 49 tahun merupakan kelompok umur yang memang rentan terinfeksi HIV/AIDS karena kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok umur produktif yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang terbanyak menggunakan NAPZA suntik.

1 0 6

20

105

14

3 0 8 12

38

5 0

20 40 60 80 100 120

≤ 4 TAHUN

5 - 14 TAHUN

15 - 19 TAHUN

20 - 24 TAHUN

25 - 49 TAHUN

≥ 50 TAHUN

JUMLAH KASUS

KELOMPOK UMUR

Laki - Laki Perempuan

(36)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

c. Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Pneumococcus, Staphylococcus, Streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak – anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit pneumonia, yaitu dengan meningkatkan penemuan penderita pada balita.

Perkiraan kasus pneumonia pada balita di suatu wilayah tertentu sebesar 10

% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Penemuan dan penanganan pneumonia pada balita di kota Samarinda pada tahun 2017 cakupannya sebesar 16,9 %. Adapun penyebaran penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita di kota Samarinda tahun 2017, menurut kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.6

Jumlah Penderita Pneumonia pada Balita di Kota Samarinda Tahun 2017

68 159

61

99 85

18 137

164 185

13 43

89

44 91

60

7 37

125 169

8 0

20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

JUMLAH KASUS

KECAMATAN

LAKI - LAKI PEREMPUAN

(37)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Kasus Pneumonia pada balita di kota Samarinda pada tahun 2017 sebanyak 1.662 kasus, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan kasus penemuan pada tahun 2016. Dari gambar 3.6 dapat dilihat bahwa kasus terbanyak ditemukan di wilayah kecamatan Samarinda Utara, menyusul kemudian terbanyak kedua berada di kecamatan Sambutan. Penemuan kasus paling sedikit ada di kecamatan Sungai Pinang. Jumlah penderita pneumonia pada balita laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penderita yang berjenis kelamin perempuan.

d. Kusta

Penyakit kusta disebut juga penyakit Lepra atau penyakit Hansen, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2 – 3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2 – 5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.

Gambar 3.7

Jumlah Kasus Baru Kusta di Kota Samarinda Tahun 2017

0 1

0 2

0 0 3

1 2

0 0

1 0

2 3

0

2 2 5

0 0

1 2 3 4 5 6

JUMLAH KASUS

KECAMATAN

PB MB

(38)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Untuk kasus kusta di Samarinda pada tahun 2017 sebanyak 24 kasus.

Jumlah ini total antara kusta kering (PB) maupun kusta basah (MB). Kasus terbanyak ditemukan di wilayah kecamatan Samarinda Utara.

2. Penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

Untuk PD3I pada tahun 2017 dilaporkan kasus campak dan difteri.

a. Campak

Penyakit campak disebabkan virus campak golongan Paramyxovirus.

Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia Sekolah Dasar (SD). Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan penyakit campak seumur hidupnya.

Kasus campak pada tahun 2017 di kota Samarinda dilaporkan sebanyak 59 kasus, terdiri dari 38 kasus pada laki-laki dan 21 kasus pada perempuan. Jumlah ini meningkat dibandingkan jumlah kasus pada tahun 2016.

Gambar 3.8

Jumlah Kasus Campak per Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2017

11

5

3 4 9

0 0 0

6

0 5

1 1 3

8

0 0 0

3 0 0

2 4 6 8 10 12

JUMLAH KASUS

KECAMATAN

L P

(39)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Dari gambar 3.8 di atas dapat dilihat kasus campak tertinggi ditemukan di kecamatan Samarinda Ulu (28,8 %), menyusul tertinggi kedua ditemukan di kecamatan Palaran (27,1 %).

b. Difteri

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1 – 10 tahun. Pada tahun 2017 terdapat laporan suspek kasus difteri sebanyak 1 kasus, yang ditemukan di wilayah kecamatan Samarinda Ulu.

3. Demam Berdarah Dengue ( DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

Pada tahun 2017 jumlah penderita DBD yang dilaporkan melalui Sistem Informasi Daerah (SIKDA) Samarinda sebanyak 519 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang. Angka Kesakitan (Incidence Rate/IR) = 52,8 per 100.000 penduduk dan Angka Kematian (Case Fatality Rate/CFR) = 0,8 %. Kematian akibat DBD di Samarinda tergolong rendah, karena CFR < 1

%. Meskipun angka kematian akibat DBD di kota Samarinda tergolong rendah tetap masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di Rumah Sakit, Klinik- klinik dan Puskesmas termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan. Berikut penyebaran kasus DBD di kota Samarinda tahun 2017.

(40)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 3.9

Jumlah Kasus DBD per Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2017

Dari gambar 3.9 dapat dilihat, penderita DBD di kota Samarinda tahun 2017 paling banyak ditemukan di wilayah kecamatan Sungai Kunjang, menyusul kasus terbanyak kedua ditemukan di wilayah kecamatan Samarinda Ulu. Dilihat dari jenis kelamin penderita DBD, tercatat laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.

4. Diare

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian.

Penyebaran penyakit diare disebabkan antara lain oleh kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi yang buruk, kondisi rumah yang kotor, serta sulitnya mendapatkan air bersih. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan semakin berbahaya jika terjadi pada bayi dan balita.

19 31

26 56

65

4 22

14 37

28

9 27

10 61

33

1 18

5 30

23

0 0 0 0 2 0 0 0 0 2

0 10 20 30 40 50 60 70

JUMLAH KASUS

KECAMATAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN MENINGGAL

(41)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 3.10

Jumlah Kasus Diare yang ditangani di Kota Samarinda Tahun 2017

Kasus diare yang ditangani di Kota Samarinda pada tahun 2017 sebanyak 12.036 kasus. Kasus terbanyak terjadi di wilayah Kecamatan Samarinda Utara. Terbanyak kedua kasus diare terjadi di wilayah Kecamatan Palaran, diurutan ketiga kasus diare terjadi di wilayah Kecamatan Sambutan.

C. Angka Status Gizi

Pemantauan status gizi Balita di kota Samarinda pada tahun 2017 tercatat sebanyak 20 Balita Gizi Buruk, terdiri dari 7 Balita laki-laki dan 13 Balita perempuan, dengan persentase perawatan balita gizi buruk mencapai 100%.

Kasus gizi buruk balita terbanyak ditemukan di wilayah kecamatan Sambutan, terbanyak kedua ditemukan di wilayah kecamatan Palaran dan kecamatan Sungai Kunjang.

882

491 632

733 665

32 387

779 1126

475 884

439 587

737 584

26 339

756 1032

450

0 200 400 600 800 1000 1200

JUMLAH KASUS

KECAMATAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

(42)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 3.11

Jumlah Balita Gizi Buruk di Kota Samarinda Tahun 2013-2017

Jumlah Balita Gizi buruk dari tahun 2013 sampai dengan 2017 trennya cenderung naik dan turun, pada tahun 2013 jumlah balita gizi buruk sebanyak 71 balita, menurun menjadi 30 balita di tahun 2014, kemudian jumlah balita gizi buruk kembali meningkat pada tahun 2015, dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 kembali mengalami penurunan.

71

30

65 67

20

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2013 2014 2015 2016 2017

JUMLAH KASUS

TAHUN

(43)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat kota Samarinda yang optimal, berikut disajikan upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2017 oleh Dinas Kesehatan Kota Samarinda beserta jaringannya.

A. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;

2. Pengukuran tekanan darah;

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);

4. Pengukuran tinggi puncak Rahim (fundus uteri);

5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;

6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;

7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana);

9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan

10. Tatalaksana kasus.

Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimeseter, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0 – 12 minggu), satu kali

(44)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

pada trimester kedua (usia kehamilan 12 – 24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

Persentase Pelayanan Program Ibu Hamil di Kota Samarinda Tahun 2017

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan

93%

84%

27%

99%

86% 86%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

K1 K4 TT-1 TT2+ FE1 FE3

PERSENTASE

PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN UNTUK IBU HAMIL CAPAIAN

(45)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Persentase pemeriksaan ibu hamil K1 tahun 2017 dilaporkan mencapai 93 %, sedangkan cakupan pemeriksaan ibu hamil K4 tahun 2017 dilaporkan mencapai 84 %. Capaian K1 dan K4 tahun 2017 menurun apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 lalu.

Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Clostridium tetani masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf pusat.

Sebagai upaya pencegahan penyakit tetanus untuk ibu hamil dilakukan melalui vaksinasi TT (Tetanus Toksoid) bagi ibu hamil. Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2017 cakupan ibu hamil yang mendapatkan vaksinasi TT-1 sebesar 27 % sedangkan yang mendapatkan vaksinasi TT2+

sebesar 99 %, capaian ini meningkat secara signifikan apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016.

Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil, yaitu pemberian zat besi sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin).

Selain digunakan untuk pembentukan sel darah merah, zat besi juga berperan sebagai salah satu komponen dalam membentuk myoglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Selain itu, zat besi juga membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka khususnya luka yang timbul dalam proses persalinan. Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Anemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kematian ibu melahirkan, kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran, dan kelahiran premature. Upaya pencegahan anemia pada ibu hamil, di Kota Samarinda dilaksanakan melalui program pemberian tablet Fe kepada ibu hamil

(46)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

sebanyak 90 tablet yang terbagi dalam tiga kali pemberian selama kehamilannya.

Dari gambar 4.1 dapat dilihat persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet besi Fe1 di Kota Samarinda tahun 2017 sebesar 86 % dan yang mendapatkan tablet besi Fe3 sebesar 86 %. Capaian ini meningkat apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 lalu.

B. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN) dan persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (Cakupan PF).

Capaian dari kedua indikator tersebut dapat memperlihatkan tingkat kemampuan pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah kota Samarinda dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Persentase ibu bersalin yang ditolong Tenaga Kesehatan tahun 2017 sebesar 86,1 %, capaian ini menurun secara signifikan dibanding tahun sebelumnya, dan menunjukkan tren yang terus menurun dibeberapa tahun terakhir (Gambar 4.2). Dari 18.898 ibu bersalin, hanya 16.275 ibu bersalin yang mendapat pertolongan dari Tenaga Kesehatan. Capaian yang menurun ini tentu saja berpengaruh juga terhadap meningkatnya angka kematian ibu terutama kematian pada saat persalinan. Berikut disajikan tren capaian Persalinan Ibu ditolong Tenaga Kesehatan (PN) Kota Samarinda tahun 2013 – 2017.

(47)

Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2017

Gambar 4.2

Persentase Persalinan Ibu ditolong Tenaga Kesehatan (PN) Kota Samarinda Tahun 2013-2017

C. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan dan penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar atau rujukan.

Keberhasilan program ini dapat diukur melalui indikator cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Samarinda dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan secara signifikan, akan tetapi di tahun 2016 cakupan ini sedikit mengalami penurunan, kemudian kembali menurun secara signifikan pada tahun 2017.

81

104

96 94

86

0 20 40 60 80 100 120

2013 2014 2015 2016 2017

PERSENTASE

TAHUN

Referensi

Dokumen terkait

47913 47919 Perdagangan Eceran Melalui Media Untuk Berbagai Macam Barang Lainnya 47920 Perdagangan Eceran Atas Dasar Balas Jasa (Fee) Atau Kontrak 47991 Perdagangan

Pendidikan untuk anak usia 0-5 tahun atau biasa disebut dengan pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar

elektronegatif akan menaikkan kekuatan asam dan dapat menjadi lebih besar bila gugus penarik elektron yang kuat terikat pada atom karbon α lebih dari satu. • Misalnya, dalam

Benda yang terbang di udara akan menimbulkan muatan listrik statis yang diakibatkan karena gesekan antara benda tersebut dengan udara atau awan, atau hampir sama

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, konsumsi protein, dan kecernaan protein pada ayam broiler yang diberi perlakuan ransum dengan penggunaan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika khususnya

Musyawarah Sidi Jemaat ilakoken ibas: Wari / Tanggal : Minggu, 25 April 2021 Ibenaken : Kenca Dung Kebaktian Ke II Ingan Pulung : Gereja GBKP Km.. Pimpinan Musyawarah Sidi Jemaat

Program ini dilakukan sebagai usaha untuk memperpanjang usia simpan arsip, dan melestarikan arsip yang masih utuh maupun arsip yang fisiknya sudah rusak terutama