• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang

Kailani (2001:76) menyatakan bahwa “bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat, tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan dan sifat-sifat masyarakat terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan sesuatu yang hidup dalam masyarakat tersebut”.

Bahasa merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa maka manusia sulit untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi kita mengenal komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan dan tulisan adalah komunikasi yang paling banyak digunakan oleh manusia atau disebut juga dengan komunikasi verbal.

Artinya komunikasi lisan dan tulisan dapat mewakili sesuatu yang bermakna yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia.

Keraf (dalam Sringenana,1992:1)menyatakan bahwa “perkembangan suatu bahasa dapat terjadi berbagai peristiwa, peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui dalam perkembangan suatu bahasa meliputi arti dan bentuk, hubungan antara bentuk (signifier) sebagai penanda dengan yang memberi arti (signified) sebagai petanda

yang ada dalam konsep mental”.

Tulisan sebagai salah satu komponen bahasa mempunyai makna yang termasuk ke dalam objek studi semantik yang tidak dapat dilepaskan dalam pembicaraan linguistik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 918) “tulisan

(2)

adalah hasil menulis; barang apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam majalah, surat kabar dan sebagainya atau yang berupa cerita, dongeng dan sebagainya); atau gambaran; lukisan”.

Semua tulisan memiliki makna tertentu sesuai dengan arti atau maksud yang dilambangkannya. Dengan kata lain, setiap kata pada semua bahasa mempunyai referensi atau hubungan dengan benda atau hal yang dilambangkannya. Misalnya, tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum itu semuanya memiliki makna tersembunyi yang tidak kita pahami. Selain memiliki makna, tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum juga memiliki pesan dari para sopir. Sopir sebagai komunikator atau pemilik kendaraan menyampaikan pesan kepada publik untuk menunjukkan adanya sistem komunikasi yang dapat menghasilkan respon, efek, atau sebab akibat. Selain itu tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki makna tersendiri, sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis munculnya kata-kata itu. Sehingga kata-kata yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para pembaca karena tidak selamanya tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki makna serta maksud yang sama bagi para pembaca. Dalam http://rizkibeo.wordpress.com dijelaskan bahwa,

“angkutan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran, pengertian angkutan umum tidak terlepas dari defenisi global public transport atau kegiatan pengangkutan yang melayani publik atau masyarakat umum, atau pemindahan orang dari satu tempat ke tempat lain, dari rumah kekantor, dari kantor ketempat pertemuan, dari desa kekota dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat”.

(3)

Tanpa kita sadari banyak angkutan umum yang bertuliskan kata-kata, misalnya; salsabila bizlani harahap, sheika sarah harahap, tiang aras, rahasia, garang,dan lain sebagainya.Ternyata tulisan-tulisan seperti itu mempunyai makna- makna tersembunyi yang berhubungan dengan kehidupan manusia, selain memiliki makna tulisan-tulisan tersebut juga memiliki pesan untuk menunjukkan adanya sistem komunikasi yang dapat menghasilkan respon, efek atau sebab akibat. Hal seperti ini menurut Chaer (1995:2) mengingat bahwa,

“studi mengenai makna menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya, karena manusia mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang- lambang bahasa tersebut untuk menyampaikan makna-makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicaranya (dalam komunikasi lisan) atau pembacanya (dalam komunikasi tulis). Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara lambang atau satuan bahasa dengan maknanya sangat diperlukan dalam komunikasi dengan bahasa itu”.

Pemberian tulisan pada kaca angkutan umum, sama halnya dengan pemberian nama kepada manusia atau benda-benda lainnya, karena penamaan dan penafsiran itu termasuk kedalam ilmu semantik. Chaer (2002:43) menjelaskan bahwa “penamaan adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada sesuatu refren yang berada di luar bahasa, yang terdiri atas (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru”. Samsuri (dalam Djajasudarma, 1993:5) menyatakan bahwa,

“sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar makna memiliki tiga tingkat keberadaan yaitu, pada tingkat pertama, makna merupakan abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan proposisi yang benar, tingkat kedua makna merupakan isi dari bentuk kebahasaan, dan pada tingkat ketiga makna merupakan isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu, sejalan dengan keberadaan tingkatan diatas terdapatnya garis hubungan makna-ungkapan-makna, yaitu bila makna pada tingkatan pertama dan kedua berhubungan dengan penutur, maka pada tingkatan ketiga

(4)

yang hadir dalam komunikasi sesuai dengan butir informasi yang diperoleh penanggap”.

Makna sebagai komponen bahasa memegang peranan yang sangat penting karena bukan hanya menyangkut persoalan bahasa saja tetapi juga menyangkut persoalan luar bahasa, seperti masalah agama, pandangan hidup, budaya, norma, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Makna termasuk juga objek semantik dalam bidang linguistik, di mana semantik itu berkaitan dengan kajian semiotika yang merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna. Sebagaimana bahasa adalah salah satu cabang dari ilmu semiotika, dari sudut tujuan linguistik semiotika termasuk ke dalam linguistik terapan yaitu penelitian atau kegiatan dalam bidang bahasa yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis pada bidang yang mempelajari makna yang mempunyai cakupan yang luas.

Menurut Grince dan Bolinger (dalam Sringenana, 1988:52) “makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti, dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna adalah arti atau maksud”.

Makna juga mempunyai ruang lingkup yang luas dan ditandai dengan ciri- ciri sistem unsur internal kebahasaan yang melatari pemakai, penutur atau penanggap (pragmatik), serta ciri-ciri unsur eksternal meliputi informasi dan ragam tuturan yang disimpulkan. Pengertian yang bermacam-macam tentang makna dapat disejajarkan yaitu; isi, firasat, arti, gagasan, pesan, informasi, maksud. Filosof dan linguis Kempson (dalam Pateda, 2001:79) menyebutkan bahwa,

“tiga hal yang berhubungan dengan makna, yakni (1) makna kata secara alamiah (makna interen), (2) mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah (makna kategori), (3) menjelaskan proses komunikasi”. Sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Chaer (2002:5) membedakan adanya tujuh jenis makna yaitu, (1) makna

(5)

leksikal dan makna gramatikal, (2) makna refrensial dan non refrensial, (3) makna denotatif dan konotatif, (4) makna kata dan makna istilah, (5) makna konsep dan makna asosiatif, (6) makna idiomatikal dan peribahasa, (7) makna kias.

Makna dapat pula ditinjau dari pendekatan analitik atau refrensial, yakni pendekatan yang mencari esensi makna dengan cara menguraikannya atas unsur- unsur utama. Pendekatan tersebut berbeda dengan pendekatan operasional, yang mempelajari kata dalam penggunaannya, menekankan bagaimana kata secara operasional dibandingkan dengan makna gramatikal. Dalam pendekatan analitik makna kata dapat dirinci, seperti pada kata gadis, secara analitik dapat diartikan (bernyawa, manusia, dewasa, belum kawin, perempuan, dan berambut panjang).

Sedangkan secara operasional kata gadis dapat digunakan dalam kalimat.

(1) Gadis pujaannya telah lama pergi

(2) Si Ali mengidamkan gadis tetanggannya

Dari contoh di atas dapat dinyatakan bahwa pemahaman tentang makna kata sangat penting. Misalnya, pemahaman makna kata pada tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum, tulisan tersebut merupakan ungkapan hati dari komunikator (sopir atau pemilik kendaraan) kepada masyarakat pembaca dan pendengar atau masyarakat publik (pengguna jalan), maka setiap kata yang ada di dalam tulisan itu memiliki makna tersendiri. Bila masyarakat ingin mengetahui makna dari tulisan tersebut terlebih dahulu memahami materi yang ditulisnya sehingga masyarakat tidak menganggap tulisan tersebut sebagai sesuatu yang mudah dibaca tetapi merupakan sesuatu hal yang memiliki arti. Aminuddin (dalam Sobur, 2004:249) menyatakan bahwa,

“selain berfungsi refrensial, kata juga berfungsi ekspresif dan emotif, pada fungsi ekspresif lewat kata-kata seseorang dapat menampilkan gagasan sesuai dengan satuan pengertian yang ingin disampaikannya, sementara lewat fungsi emotif pemakai bahasa dapat mencampurkan emosi penaggapnya, baik dalam pemilihan

(6)

kata berdasarkan aspek bentuk, ciri semantis kata itu secara internal, maupun hubungan asosiatifnya dengan kata lain, baik dihadirkan dalam untaian teks ataupun tidak”.

Setiap tulisan itu tersusun dari kata-kata yang memiliki makna, pada dasarnya makna-makna itu bersifat konvensional dan tidak membawa maknanya sendiri secara langsung bagi pembaca atau pendengarnya.

Menurut Aristoteles “kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna.

Bahwa kata itu memiliki dua macam makna, yaitu (1) makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, dan (2) makna yang hadir sebagai akibat terjadinya proses gramatika”.

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi daya tarik penulis untuk memilih judul makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah tidak terlepas dari masalah yang telah ditentukan yaitu menjelaskan bentuk tulisan dan mengungkapkan makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum. Selain itu juga yang membuat peneliti tertarik memilih judul tersebut karena tulisan tersebut memiliki makna tersembunyi yang tidak semua orang pahami. Tulisan tersebut juga memiliki adanya sistem komunikasi yang ingin disampaikan oleh para sopir kepada pengguna jalan yang nantinya akan menghasilkan respon efek atau sebab akibat atau adanya hubungan antara bentuk (signifier) sebagai penanda dengan yang memberi arti (signified) sebagai petanda.

(7)

1.1.2 Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum?

2. Mengungkapkan makna apa sajakah yang terdapat pada tulisan di kaca angkutan umum?

1.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum sebagai objek penelitian, dan yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini hanya dari bentuk tulisan dan makna apa saja yang terdapat pada tulisan di kaca angkutan umum.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, tujuan merupakan awal langkah yang mendasar. Dengan adanya tujuan tersebut maka kita dapat mengetahui ke arah mana tujuan penelitian tersebut. Tanpa tujuan penelitian tidak memperoleh hasil yang di harapkan.

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum.

2. Mengungkapkan makna yang terdapat pada tulisan di kaca angkutan umum.

(8)

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam memahami bentuk dan makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum.

2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan tentang makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum dengan cara yang lain.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum secara praktis dapat digunakan sebagai pemikiran atau bahan bacaan dalam memahami makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutam umum.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap dokter dituntut bertindak secara profesional dan senantiasa mengembangkan ilmunya. Sehingga pekerjaan kedokteran tidak pernah lepas dari riset dan pengembangan

2. Pola keutuhan nutrisi.. Seelum sakit pasien makan /engan porsi 1 piring penuh -  sehari /engan menu nasi lauk9 pauk sa&ur /an uah serta /itamah minum 7

Menurut teori Sain Pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai (biasanya disebut broken home ), pada umumnya akan berkembang menjadi anak nakal. Penyebabnya ialah karena anak-

Rumah Sakit Advent Manado harus selalu berusaha meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan agar dapat bersaing secara sehat

Keaktifan siswa dalam pelaksanaan tindakan juga semakin meningkat hal ini dapat dilihat bahwa siswa yang memperhatikan penjelasan guru, keaktifan dalam kelompok,

Pak Ronald S.T., M.M selaku pembimbing akademik yang membantu banyak hal dalam kehidupan perkuliahan yang saya lalui selama berkuliah di UPHS, serta dosen pembimbing

 Dandy-Walker Syndrome  adalah kelainan otak bawaan yang melibatkan cerebellum (suatu daerah di bagian belakang otak yang mengontrol gerakan) dan ruang cairan di

(perkembangan usaha) ditunjukkan pada tabel 5.23 bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,819, ini memberikan arti bahwa variasi naik atau turunnya nilai