• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Hamzah B. Uno (2009:27) motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Sehingga di manapun individu itu belajar, motivasi memberikan banyak kontribusi pada perilakunya termasuk di sekolah.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran secara optimal untuk melahirkan anak didik yang berkualitas. Anak didik yang berkualitas berasal dari anak-anak yang mempunyai prestasi belajar yang baik di sekolah. Pentingnya motivasi dalam belajar adalah agar anak/siswa mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi pada dasarnya berpangkal pada suatu kebutuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Abraham H. Maslow yang mengatakan bahwa suatu keadaan ketegangan dalam diri individu yang disebabkan adanya kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga membangkitkan, memelihara, dan mengarahkan tingkah laku individu menuju suatu tujuan atau sasaran. Sehingga respon siswa terhadap

(2)

bahan belajar atau kondisi pada saat belajar dapat terjaga serta dikembangkan sesuai dengan harapan para pendidik.

Prestasi belajar siswa pada dasarnya merupakan kemampuan yang didorong oleh salah satu kebutuhan dasar yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik dalam berprestasi, yaitu kebutuhan akan “aktualisasi diri”. Kebutuhan aktualisasi diri ini merupakan salah satu aspek yang amat dalam teorinya berkenaan dengan “motivasi”. Maslow (dalam Asrori :2005) melukiskan kebutuhan ini sebagai “hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya”.

Pada proses belajar dan pembelajaran, dengan sendirinya keberhasilan yang dilatarbelakangi oleh motif berprestasi lebih baik, dalam arti lebih lestari pada diri individu daripada yang diperoleh karena ketakutan akan kegagalan. Motivasi yang muncul dalam diri individu tidak selamanya mampu dikendalikan individu sebagai dorongan untuk melakukan kegiatan yang positif. Terutama pada masa remaja yang merupakan masa transisi individu dalam kehidupannya.

Umumnya para remaja memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Menurut Hurlock (1980;207) bahwa “masa remaja sebagai usia bermasalah, di mana masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ada dua alasan berkaitan dengan kesulitan tersebut yaitu; pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga sebagian remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga

(3)

mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, dan menolak bantuan orang tua atau gurunya.”

Pada dasarnya remaja masih belum mampu memandirikan dirinya termasuk dalam belajar. Dan peran guru pembimbing sebagai orang dewasa yang turut bertanggung jawab membantu remaja agar memiliki kemandirian dan kemampuan dalam membuat keputusan sangat diperlukan oleh para remaja. Salah satu bantuan oleh guru pembimbing yang cocok untuk membantu remaja adalah melalui bimbingan belajar.

Bimbingan belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah bimbingan yang ditujukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). SMP merupakan lembaga pendidikan formal yang mempersiapkan peserta didiknya untuk melanjutkan pendidikan ke pendidikan menengah (baik umum maupun kejuruan) dan bagi pesrta didik SMP yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi diharapkan untuk terjun ke masyarakat.

Menurut Permen Diknas no. 17 tahun 2010 dalam pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa “Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI.” Sehingga pada usia ini, siswa SMP masih harus melewati masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja awalnya. Jadi sesuai dengan perkembangan psikologisnya, pada umumnya siswa dalam kelompok usia

(4)

ini belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri tanpa bantuan pihak lain.

Kepedulian utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah terfokuskan pada kepentingan perkembangan siswa. Ini mengandung makna bahwa siswa merupakan subyek yang dipentingkan dalam hubungan bimbingan. Selain itu, guru pembimbing yang baik bukan hanya bekerja untuk kepentingan dan kepuasan pribadinya semata, melainkan bekerja keras bersama peserta didik demi keberhasilan peserta didik itu sendiri. Hubungan antara guru pembimbing dan siswa ini dapat dikatakan sebagai hubungan yang bersifat membantu dalam penelitian ini merupakan terjemahan dari konsep “helping-relationship” yang dikemukakan oleh Brammer (1979).

Keberadaan program bimbingan belajar di sekolah yang tersusun secara sistematis dan terencana serta diorientasikan kepada kebutuhan pencapaian nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan siswa dengan memperhatikan kondisi sekolah, akan merupakan pedoman yang jelas bagi pembimbing dan guru dalam melaksanakan layanan bimbingan belajar. Dengan demikian keberadaan program bimbingan seperti itu, sangat dibutuhkan di sekolah untuk peningkatan kualitas layanan bimbingan belajar perkembangan dalam memfasilitasi peserta didik (siswa) untuk berprilakubelajar ke arah yang lebih baik.

Tujuan bimbingan belajar terkait dengan aspek akademik sendiri menurut Syamsu Yusuf. LN dan Juntika Nurihsan (2005: 15) adalah sebagai berikut: (1) memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif seperti kebiasaan membaca

(5)

buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan (2) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat, (3) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan ujian, (4) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas, (5) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan menghadapi ujian.

Berdasarkan hasil pra survey, yang peneliti lakukan melalui obsevasi pada bulan pebruari 2010 di SMP Negeri 14 Kota Pontianak, bimbingan belajar telah ada dalam program yang direncanakan, namun pelaksanaan bimbingan ini masih jarang dilakukan. Selain itu media yang digunakan kurang menarik (contohnya bimbingan hanya diberikan melalui metode ceramah tanpa alat/ media yang menarik minat siswa), adanya keterbatasan waktu pemberian bimbingan (hanya 40 menit untuk 1 kali pertemuan) sehingga banyak layanan yang semestinya disampaikan kepada siswa tidak bisa terlaksana, dan yang lebih sering diberikan oleh guru pembimbing adalah layanan bimbingan pribadi dan sosial.

Sementara itu, hasil tanya jawab peneliti dengan para siswa mengenai kondisi motivasi siswa di SMP Negeri 14 Kota Pontianak ini ternyata masih belum tergali secara maksimal, terbukti dengan adanya gejala-gejala antara lain:

tidak semangat belajar di kelas, tidak memiliki jadwal belajar yang teratur, sulit

(6)

berkonsentrasi, sering tidak mengerjakan tugas atau PR, tidak mau atau tidak berani menjawab pertanyaan guru, dan sering tidak masuk sekolah. Faktor penyebab munculnya gejala-gejala ini yaitu kurangnya hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar, kurangnya dorongan dan kebutuhan belajar, serta kurangnya ketertarikan siswa selama proses belajar berlangsung .

Sebagian besar masalah belajar ini dialami oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Pontianak. Kondisi ini didukung oleh data yang menunjukkan masih banyak siswa yang sering “membolos” berdasarkan hasil raport siswa kelas VIII pada semester ganjil 2009/2010, 10% siswa yang membolos sebanyak 5-10 hari, 10% siswa sebanyak 3-4 hari, 10% siswa sebanyak 1-2 hari, dan sisanya siswa yang rajin hadir di kelas.

Selain gejala-gejala yang dipaparkan di atas, ketuntasan belajar juga dapat menjadi tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Jika tingkat ketuntasan belajarnya baik, maka motivasi yang dimiliki siswa dalam belajar juga baik.

Adapun nilai ketuntasan belajar siswa yang telah di dapat pada semester ganjil 2009/2010 seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Data Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Kota Pontianak tahun ajaran 2009/2010

No Mata

Pelajaran

Ketuntasan belajar siswa di kelas VIII

A

VIII B VIII C VIII D

VIII E VIII F

1 Pend. Agama 99 % 99 % 88% 75% 95 % 75%

2 PKn 90 % 85% 78 % 76 % 80 % 75 %

3 Bhs. Indonesia 95 % 70 % 85 % 90 % 75 % 60 % 4 Bhs. Inggris 60 % 60 % 65 % 60 % 60 % 50 %

(7)

5 Matematika 80 % 70 % 65 % 65 % 75 % 60 %

6 I P A 86 % 75 % 65 % 70 % 68 % 60 %

7 I P S 96 % 90 % 80 % 85 % 80 % 75 %

8 Seni Budaya 69 % 70 % 75 % 68 % 82 % 80 % 9 Penjaskes 100 % 90 % 95 % 90 % 95 % 80 %

10 TIK 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

11 MULOK 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

Data di atas menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar hanya tuntas pada mata pelajaran tertentu yang menarik, memiliki variasi dalam pemberian materi dan praktek, yang tidak membuat siswa merasa bosan.

Salah satu orientasi penilaian kelas adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut ,(Depdiknas, Buku 3,2004 :16) .

Menurut H. Erman (2003 : 11) “seorang siswa (individual) disebut telah tuntas dalam belajar, bila siswa telah mencapai daya serap 65 % dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80 %,yang artinya ketuntasan belajar suatu kelas belum mencapai 80 % perlu diadakan diagnostik dan remidial sebelum materi dilanjutkan”. Sehingga hal inilah yang menjadi tanda tanya mengapa siswa kurang termotivasi dalam belajar? Bagaimanakah program bimbingan belajar yang telah disampaikan kepada siswa sehingga siswa masih belum memiliki motivasi tinggi untuk belajar? Dengan demikian dibutuhkan suatu program bimbingan belajar yang dapat membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Berarti suatu program bimbingan belajar yang baik dalam arti tersusun secara sistematik

(8)

dan jelas, serta sesuai dengan kebutuhan para siswa dapat dijadikan pedoman untuk penyelenggaraan di SMP yang sangat dibutuhkan keberadaannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan suatu upaya pengembangan program bimbingan belajar yang bertolak dari kondisi aktual di sekolah. Atas dasar itulah, penting adanya suatu penelitian yang memusatkan pada pengembangan program bimbingan belajar berorientasi perkembangan untuk murid Sekolah Menengah Pertama.

B. Rumusan Masalah

Beranjak dari kebutuhan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP seperti yang diutarakan, maka penelitian ini difokuskan untuk keperluan pengembangan program bimbingan belajar.

Permasalahannya, bagaimana membuat program bimbingan yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?

Penelitian yang akan dilakukan hendaknya dapat menjadi pedoman bagi kebutuhan siswa khususnya dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Untuk merespon persoalan tersebut, maka diadakan penelitian yang dipusatkan pada “ Program Bimbingan dan konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP”. Atas dasar hal tersebut, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran 2009/2010?

(9)

2. Bagaimanakah program bimbingan belajar yang telah dilaksanakan oleh guru pembimbing di SMP Negeri 14 Pontianak?

3. Bagaimanakah rumusan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran 2009/2010?

4. Apakah program bimbingan belajar tersebut efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 14 Pontianak. Sedangkan secara khusus tujuannya:

1. Memperoleh gambaran empirik mengenai motivasi belajar siswa SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran 2009/2010.

2. Memperoleh gambaran empirik mengenai program Bimbingan Belajar yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 14 Pontianak.

3. Merumuskan program bimbingan belajar yang sesuai sehingga dapat menambah wawasan/pengetahuan guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran 2009/2010.

(10)

4. Memperoleh gambaran keefektifan program bimbingan belajar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Pontianak tahun ajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau menjadi salah satu informasi dan bahan kajian untuk kemajuan dunia pendidikan, khususnya bidang keilmuan bimbingan dan konseling.

Diharapkan pula dapat bermanfaat dalam rangka pengembangan program bimbingan belajar yang dapat dipergunakan di Sekolah Menengah Pertama.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya :

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi penting agar siswa lebih memotivasi diri untuk selalu mencapai prestasi belajar yang maksimal.

b. Bagi guru pembimbing, wali kelas dan guru matapelajaran, hasil dari perumusan program bimbingan belajar dapat menambah wawasan atau pengetahuan dalam mengembangkan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah sebagai pemegang otoritas dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam pelaksanaan program bimbingan belajar untuk mengembangkan motivasi belajar siswa.

(11)

E. Asumsi Penelitian

Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Sehingga keberhasilan program bimbingan dan konseling tergantung pada: (1) pemahaman dan penerimaan kepala sekolah terhadap fungsi dan tujuan program bimbingan dan konseling, (2) kesesuaian program bimbingan dan konseling dengan kondisi sekolah, (3) pengalaman dan kualifikasi guru pembimbing (Sunaryo Kartadinata, 2005).

Salah satu keterlibatan guru pembimbing atau konselor sekolah dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah menyelenggarakan bimbingan belajar bagi para siswa. Berkaitan dengan bimbingan belajar, Juntika Nurihsan (2003: 74) mengatakan bahwa layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.

Bimbingan belajar diungkapkan oleh Moh. Surya (1988:127) adalah layanan bimbingan yang membantu siswa agar dapat melakukan tindakan belajar secara tepat, juga membantu dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya melalui berbagai usaha bimbingan.

Prestasi belajar yang maksimal dapat tercapai, tentunya menuntut partisipasi aktif dari para siswa sebagai subjek belajar. Oleh karena itu siswa perlu memiliki motivasi untuk belajar agar lebih bersemangat dan giat dalam melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar. Motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan

(12)

dalam mempengaruhi terjadinya perubahan tingkah laku, termasuk dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2004: 91).

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memperoleh prestasi akademik yang baik dibandingkan dengan ssiswa yang tidak memiliki motivasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi juga selalu mempunyai keinginan untuk mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, dan menggunakan waktunya seoptimal mungkin di luar sekolah untuk kegiatan belajar.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Supriyono (1991: 89), “ Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan belajar sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar pula kesuksesan belajarnya.

F. Lokasi dan Subjek Penelitian

Rumusan model bimbingan belajar yang efektif, memerlukan kolaborasi peneliti dengan berbagai pihak, terutama dengan pihak sekolah dan siswa sendiri.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, khususnya dalam pengumpulan data yang melibatkan pimpinan sekolah, wali kelas, guru pembimbing, dan siswa. Adapun lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 14 kota Pontianak yang berada di jalan Tani I kelurahan Saigon Kecamatan Pontianak Timur. Sedangkan subjek dalam penelitian ini yaitu siswa/siswi kelas VIII di SMP Negeri 14 Kota Pontianak. Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. Siswa SMP ini berada pada tahap operasional formal yaitu sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotetis. Kemampuan berfikir seperti ini sangat

(13)

diperlukan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan proses belajar di sekolah dan memberikan kontribusi terhadap siswa SMP dalam proses belajar di kelas.

2. Siswa di SMP ini memiliki latar belakang perekonomian yang sangat beragam.

Kebanyakan dari orang tua mereka adalah pekerja swasta, hingga buruh serabutan yang tidak menentu pendapatan/penghasilannya dalam sebulan. Dan ini menjadi salah satu hal penting yang dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi motivasi belajar siswanya.

3. Siswa kelas VIII termasuk usia remaja yang mengalami fase/tahap krisis identitas diri. Bila siswa tidak dibekali dengan motivasi belajar yang tinggi, maka akan semakin sulit menentukan tujuan belajar serta arah hidupnya.

4. Siswa kelas VIII adalah para siswa yang tergolong telah siap menerima bimbingan belajar yang maksimal karena mereka telah melewati masa penyesuaian diri saat berada di kelas VII.

5. Pada siswa kelas VIII ini pencapaian kompetensi sudah berkembang, maka sangat potensial untuk mengembangkan program bimbingan belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peningkatan ketrampilan, pemahaman aspek kependidikan dan pemberian berbagai bentuk program layanan Bimbingan dan Konseling

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing- masing-masing orang untuk

Belum tersedianya media layanan informasi yang berbasis komputer pada program bimbingan konseling layanan bimbingan belajar siswa kelas XI di MAN 3 Yogyakarta yang

Layanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah yang di dalamnya terdapat layanan bimbingan belajar merupakan bagian penting dari kegiatan pendidikan yang harus

7 dapat ditingkatkan lagi, sehingga kesiapan guru Bimbingan dan Konseling terkondisikan dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, layanan

Teknik ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data tentang: keberadaan kotak curhat, proses pelaksanaan kotak curhat, melihat pola kerja guru bimbingan dan

Dalam hal ini upaya konselor yang digunakan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar yaitu melalui layanan bimbingan teman sebaya karena dalam bimbingan

Sehingga bimbingan karir SMP merupakan proses bantuan yang diberikan konselor sekolah sebagai salah satu jenis layanan dari program bimbingan dan konseling yang