• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah yang luas serta kaya keanekaragaman sumber daya alam yang salah satunya adalah minyak bumi dan gas bumi. Minyak bumi dan gas bumi merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat dan juga menjadi salah satu sumber devisa negara yang penting dalam kegiatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat guna untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata dalam segi materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Minyak bumi dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis

tidak terbarukan yang dikuasai negara. Oleh karena itu, pengelolaannya

perlu dilakukan secara rasional agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-

besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Menurut Pasal 1

Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan

Bahan Galian (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 47) ditetapkan bahwa

minyak dan gas bumi termasuk dalam golongan bahan galian yang strategis

(2)

bagi negara. Adapun mengenai penggolongan dari bahan galian dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Golongan A, yakni golongan bahan galian yang strategis.

2. Golongan B, yakni golongan bahan galian yang vital.

3. Golongan C, yakni golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan bahan galian A dan B.

Adanya amanat dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, maka pemerintah membuat sebuah perusahaan untuk mengelola minyak bumi dan gas bumi di Indonesia yaitu PT. Pertamina (Persero). Secara historis, berdirinya PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan minyak bumi dan gas bumi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. Permina. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN. Permina dan setelah merger dengan PN.

Pertamin di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN. Pertamina.

1

Setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan berubah menjadi Pertamina. Sebutan ini tetap dipakai setelah Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT. Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

2

1 PT. PERTAMINA, Tentang Pertamina, http://www.pertamina.com, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 pkl 17.28

2 Ibid.

(3)

Semenjak didirikan pada tanggal 10 Desember 1957 PT. Pertamina diberikan hak pengelolaan minyak bumi dan gas bumi oleh pemerintah, hak pengelolaan tersebut meliputi kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir.

3

Kegiatan usaha hulu yang diimplementasikan oleh PT. Pertamina (Persero) meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi, sedangkan kegiatan usaha hilir menangani proses pengolahan migas (minyak dan gas), distribusi, dan pemasaran dari produk-produknya ke seluruh pelosok tanah air.

4

Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri serta produk non-BBM dan petrokimia untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

Luasnya wilayah yang harus dijangkau oleh PT. Pertamina (Persero) dalam pendistribusian BBM mengharuskan PT. Pertamina (Persero) melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja yang akan menyalurkan BBM dan Bahan Bakar Khusus (BBK), serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh PT. Pertamina (Persero) seperti halnya dengan pengusaha pemilik SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum) sebagai salah satu mitra kerja PT. Pertamina (Persero) dalam kegiatan

3 Djamaludin Ancok dan Eduardus Tandelilin, 2009, Transformasi Pertamina, Galangpress, Yogyakarta, hlm. 1

4 PT. PERTAMINA, Kegiatan Usaha, http://www.pertamina.com/our-business/, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 18.34

(4)

penyaluran produk. Adapun bentuk pengelolaan SPBU yang dikembangkan oleh PT. Pertamina (Persero) pada umumnya meliputi 3 jenis SPBU, yaitu

5

:

1. COCO (Company Owned Company Operated), merupakan SPBU yang dimiliki dan dioperasikan sepenuhnya oleh pihak PT. Pertamina (Persero);

2. DODO (Dealer Owned Dealer Operated), merupakan SPBU sebagai bentuk kerja sama dimana lokasi dan investasi dilakukan seluruhnya oleh individu calon mitra. Untuk mengembangkan outlet non PSO pada saat ini SPBU DODO hanya menjual jenis produk Premium dan BBK (solar yang dijual adalah solar keekonomian);

3. CODO (Company Owned Dealer Operated), merupakan SPBU sebagai bentuk kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) dengan pihak-pihak tertentu. Antara lain kerjasama pemanfaatan lahan milik perusahaan ataupun individu untuk di bangun SPBU Pertamina.

Dengan demikian diperlukan suatu kepastian hukum yang dapat memberikan perlindungan hukum bagi pihak PT. Pertamina (Persero) dan pengusaha SPBU, khususnya bagi SPBU yang mengaplikasikan sistem CODO yang menjadi objek penelitian ini.

5 PT. PERTAMINA, Info SPBU, http://spbu.pertamina.com/, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 pkl 19.00

(5)

Perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU dengan sistem CODO antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU dibuat secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk akta perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU.

Bentuk perjanjian kerjasama tersebut merupakan perjanjian baku dimana klausula-klausula dalam perjanjian tersebut telah dibuat sebelumnya secara sepihak oleh PT. Pertamina (Persero) dan pengusaha SPBU dipersilahkan untuk membaca dan mempelajarinya apakah perjanjian tersebut sesuai dengan keinginan atau kehendak para pihak yang mengadakan perjanjian atau tidak. PT. Pertamina (Persero) telah menentukan segala aturan atau ketentuan dan syarat-syarat perjanjian yang telah ditetapkan terlebih dahulu dalam perjanjian. Apabila pihak pengusaha SPBU telah membubuhkan tanda tangannya pada perjanjian tersebut maka ia terikat dan wajib mematuhi perjanjian tersebut. Prinsipal bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan SPBU, sepanjang dilakukan dalam batas-batas wewenang yang diberikan kepadanya.

6

Perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU CODO antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha ini tentunya harus menghasilkan sesuatu yang saling menguntungkan. Namun karena perjanjian yang ditawarkan oleh PT.

Pertamina (Persero) kepada pihak pengusaha SPBU ditetapkan dalam bentuk perjanjian baku, pihak pengusaha SPBU tidak mempunyai posisi tawar

6 Yogar Simamora, Pemahaman Terhadap Beberapa Aspek Dalam Perjanjian, 1996, Yuridika, Jakarta, hlm.74

(6)

dalam pembuatan perjanjian bersangkutan yang mengakibatkan kedudukan para pihak menjadi tidak seimbang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dan membahas mengenai penerapan sistem kerjasama Company Owned dealer Operated (CODO) dalam perjanjian kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU sebagai pihak dalam perjanjian kerjasama dengan sistem Company Owned Dealer Operated (CODO) yang berklausula baku?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU dengan sistem Company Owned Dealer Operated (CODO)?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui dan menganalisis keseimbangan hak dan kewajiban

antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU sebagai pihak

(7)

dalam perjanjian kerjasama dengan sistem Company Owned Dealer Operated (CODO) yang berklausula baku.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU dengan sistem Company Owned Dealer Operated (CODO).

2. Tujuan Subyektif

Memperoleh data serta informasi yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti dalam rangka penyusunan Penulisan Hukum sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian

Penulisan hukum ini adalah karya asli dari penulis dan sepengetahuan penulis, penulisan hukum tentang penerapan sistem kerjasama Company Owned Dealer Operated (CODO) dalam perjanjian kerjasama antara PT.

Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU belum ada yang membahas

sebelumnya. Namun terdapat beberapa penulisan hukum yang berkaitan

dengan keberadaan PT. Pertamina (Persero) dalam melakukan kerjasama

dengan pihak lain, yaitu :

(8)

1. Perjanjian Pengadaan Bahan Bakar (Studi di SPBU 44.576.10 Nguntoronadi di Wonogiri).

7

Merupakan penelitian yang ditulis oleh Harry Prayudha, Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pada penulisan hukum tersebut, permasalahan utama yang diangkat pada penelitian tersebut yakni tentang Perjanjian Pengadaan Bahan Bakar di SPBU 44.576.10 Nguntoronadi di Wonogiri. Hal yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian tersebut yakni penelitian tersebut menitikberatkan pada aspek perjanjian serta pelaksanaan pengiriman Bahan Bakar antara PT. Pertamina (Persero) dengan salah satu SPBU yang dipilih menjadi objek penelitian sebagai studi kasus.

2. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Pengusahaan SPBU Pertamina DODO Terhadap Konsumen Atas Pembelian BBM dengan Takaran yang Kurang.

8

Merupakan penelitian yang ditulis oleh Ari Pranata Agustya. Pada penulisan hukum tersebut, permasalahan utama yang diangkat pada penelitian tersebut yakni tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha Pengusahaan SPBU Pertamina DODO Terhadap Konsumen Atas Pembelian BBM dengan Takaran yang Kurang. Hal yang membedakan penelitian penulis dengan penulis tesebut yakni

7 Harry Prayudha, 2009, “Perjanjian Pengadaan Bahan Bakar (Studi di SPBU 44.576.10 Nguntoronadi di Wonogiri)”, Penulisan Hukum, Universitas Muhamadiyah Surakarta

8 Ari Pranata Agustya, 2014, ”Tanggung Jawab Pelaku Usaha Pengusahaan SPBU Pertamina DODO Terhadap Konsumen Atas Pembelian BBM dengan Takaran yang Kurang”, Penulisan Hukum, Unoiversitas Negeri Surabaya

(9)

penulis tersebut menitikberatkan pada tanggung jawab pelaku usaha SPBU serta perlindungan hukum kepada konsumen yang mengalami kecurangan pada takaran BBM pada SPBU dengan sistem DODO.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian tentang penerapan sistem kerjasama Company Owned Dealer Operated (CODO) dalam perjanjian kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) dengan pengusaha SPBU ini asli dan layak untuk diteliti karena perbedaan permasalahan yang diangkat penulis pada penelitian ini. Jika terdapat referensi yang terdapat dalam karya orang lain atau pihak lain di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya serta menambah literatur ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Perdata.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat, baik secara akademis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan hukum di dalam bidang Hukum Perdata, khususnya bagi

mahasiswa agar kritis terhadap masalah hukum sekaligus dapat

menemukan solusi hukum terkait dengan perjanjian kerjasama yang

berklausula baku.

(10)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan/atau pedoman bagi kalangan PT. Pertamina (Persero) untuk memperkecil risiko terjadinya kerugian yang diakibatkan dari perjanjian baku.

b. Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi bagi rekan mahasiswa mengenai Perjanjian Kerjasama PT. Pertamina (Persero) dengan pelaku usaha SPBU dalam pengusahaan atas minyak dan gas bumi.

c. Manfaat bagi Penulis

Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

memberikan tambahan pengetahuan dalam memahami perjanjian

kerjasama terkait pengusahaan minyak dan gas bumi yang

dikelola oleh pemerintah dengan nama PT. Pertamina (Persero)

dan perlindungan hukum serta pelaksanaannya dengan mitra

usaha SPBU terkait kerjasama tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi itu, ada tiga faktor

Kunci pas berfungsi untuk membuka/memasang baut/mur yang tidak terlalu kuat momen pengencangannya dan juga untuk melepas baut yang sudah dikendorkan dengan kunci

Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani rumput laut berasal dari anggota rumah tangga petani rumput laut walaupun ada yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani

Tujuan pelaksanaan tugas akhir ini adalah untuk mencari Standar Deviasi dan Standar Error dari empat manometer uji dengan data yang diperoleh dari perhitungan secara

Rekonfigurasi penyulang untuk mengurangi kehilangan daya pertama kali diperkenalkan oleh Merlin dan Back (1975). Mereka menggabungkan teknik optimisasi konvensional

Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap biaya pemeriksaan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar sebagian besar menyatakan sangat

Pengujian adalah suatu kegiatan untuk mencari kelemahan dan kesalahan yang terjadi pada program aplikasi dan kemudian memperbaiki kesalahan atau kelemahan tersebut. Ada

Penilaian Tes Wawancara minimal 40 dan maksimal 80 Nilai hasil Wawancara dari setiap calon adalah nilai angka rerata dari 6 (enam) aspek penilaian (pertanyaan) yang diajukan