• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konteks Penelitian

“Hallyu” atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk budaya pop Korea Selatan yang tersebar secara global di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia (Shim, 2006: 25). Korean wave memang telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke dunia internasional sejalan dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah sejak masa pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) yang slogan politiknya adalah “Creation of the New Korea”. Dengan kata lain, Pemerintah Korea ingin menghapus citra bangsa yang tradisional dan membuat citra nasional yang lebih baru dan modern. Kebijakan budaya di masa pemerintahan Kim Dae Jung dimaksudkan untuk membangun identitas budaya dari perspektif internasional dan untuk membangun kreatifitas budaya suatu bangsa sehingga mantan Presiden Kim dikenal sebagai “President of Culture” (Yeon, 2008: 16-17).

Lalu, pada awal tahun 2000-an, setelah krisis finansial yang melanda kawasan Asia di tahun 1997, Pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor budaya populer Korea sebagai bentuk inisiatif pelaksanaan sektor perekonomian baru. Mantan Presiden Kim mendirikan Basic Law for the Cultural Industry Promotion pada tahun 1999 dengan mengalokasikan dana senilai 1,4 triliyun rupiah untuk mengembangkan dan menyebarluaskan budaya popular Korea melalui cara-cara inovatif dengan menggabungkan budaya tradisional mereka dengan budaya modern. (Yeon, 2008: 16-17).

(2)

2 Jika menyinggung tentang Korean wave, maka hal yang sering diketahui orang ialah K-Pop. K-Pop merupakan sebutan untuk musik pop Korea, secara harafiah merupakan kepanjangan dari Korean Pop.

K-Pop menjadi budaya populer yang digunakan oleh Korea Selatan bukan sekedar dari musiknya saja, namun tarian yang dilakukan dari setiap penyanyi di Korea Selatan menjadi "selling point" tersendiri.

Karena memang tujuan dari K-Pop juga sebagai invasi budaya, maka agensi musik di Korea mengadakan audisi untuk sebagai penyanyi K- Pop dari negara lain seperti Amerika, Kanada, China, Jepang, Thailand.

(Korean Cultural and Information, 2011: 63)

K-Pop sebagai industri musik Korea Selatan, memberikan pengaruh terhadap perekonomian Korea Selatan. Berdasarkan statistik dari Bank of Korea di bidang ekspor budaya dan hiburan, industri musik Korea Selatan mengalami peningkatan 25% dari 6,2 triliyun rupiah di tahun 2010 menjadi 7,7 triliyun rupiah pada 2011 (http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700 892.html). Kemajuan teknologi pun menjadi faktor utama kemunculan K-Pop. Dulu, orang mendengarkan musik melalui kaset, CD, radio, tapi sekarang karena kemunculan internet, dan hadirnya situs YouTube, orang mencari musik yang mereka inginkan dengan jauh lebih mudah.

Karena YouTube menghadirkan video, tidak hanya audio, dan Korea Selatan memanfaatkan teknologi ini, semua lapisan masyarakat dari berbagai macam negara bisa melihat seperti apa pelaku di industri K- Pop. Televisi publik Korea, KBS pernah mengadakan angket untuk pengunjung YouTube terhadap K-Pop dan 12.161 orang dari 78 negara berpartisipasi. Hasilnya, mereka menyukai K-Pop karena musik, tarian,

(3)

3 serta penampilan dan fashhion penyanyi K-Pop. (Korean Cultural and Information , 2011: 58)

Namun sebenarnya berbicara tentang kemunculan Korean wave di Indonesia, fenomena ini lebih dulu memasuki China pada Juni 1997 melalui drama "What is Love". Tayangan drama tersebut mendapatkan perolehan rating program luar tertinggi saat itu, di mana audience share'nya mencapai 15%. Pada 1999 K-Drama yang membuat perubahan lebih besaar dan menjadi booming ialah "A Wish Upon a Star" (Korean Culture and Information Service, 2011: 20-21). Tidak lama setelahnya, pada tahun 2000an juga memasuki negara-negara di Asia lainnya seperti Jepang, Vietnam bahkan Indonesia, lalu negara- negara di Timur Tengah, serta Amerika dan Eropa pun sudah terkena fenomena ini (Korean Culture Information and Service, 2011: 22-34).

Drama seri Korea Selatan ini mampu menadakan kehadiran budaya Korea Selatan kontemporer hingga saat ini, lebih dulu sebelum masuknya budaya pop Korea melalui musiknya, K-Pop. Pada awalnya, penggemar musik populer Korea atau K-pop mengawali ketertarikannya melalui soundtrack dari drama seri Korea yang ditayangkan di televisi. Dari soundtrack itulah akhirnya mereka mencari tahu siapa yang menyanyikannya, dan segala informasi tentang lagu tersebut (http://www.korea.net/deta il.do?guid=28234).

Di Indonesia sendiri, penyebaran budaya pop dari Korea dimulai sejak tahun 2002 setelah piala dunia Korea Selatan dan Jepang.

Momen tersebut yang diselenggarakan di stasiun televisi Indonesia, digunakan untuk memperkenalkan drama seri Korea Selatan atau K- Drama. Trans TV menjadi stasiun televisi pertama yang menayangkan K-Drama berjudul Mother’s Sea pada 26 Maret 2002. Lalu menyusul

(4)

4 Indosiar dengan “Endless Love” pada 1 Juli 2002 (www.tabloid bintang.com/extra/wikibintang/17961-apa-yangmeng awali-booming- drama-korea-di-tv-bukan-endless-love-lho.html).

Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya (http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%

E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia). Drama seri Korea Selatan tidak begitu saja dikenal oleh masyarakat Indonesia. Terdapat bantuan dari media, yaitu televisi sebagai media elektronik yang memberikan pengaruh dengan penayangan drama seri melalui stasiun televisi di Indonesia. Berdasarkan survey AGB Nielsen Indonesia di Kompas Online 14 Juli 2003, drama “Endless Love” yang ditayangkan di televisi Indosiar pada tahun 2002 berhasil mendapatkan rating 10. Perolehan rating tersebut berarti drama tersebut ditonton oleh sekitar 2,8 juta orang di lima kota besar di Indonesia. Drama ini menjadi bukti nyata bahwa drama seri dari negeri gingseng ini mendapatkan perhatian yang cukup di Indonesia (Nugroho, 2011: 45).

Kalau dihitung sejak awal munculnya drama seri Korea Selatan masuk ke Indonesia, berarti sudah lebih dari satu dekade hingga saat ini Korea menyebarkan gelombangnya ke Indonesia. Stasiun-stasiun televisi di Indonesia pun tetap menayangakan drama seri Korea Selatan sejak tahun 2002. Salah satu sineas film Indonesia, Garin Nugroho dalam Suara Merdeka pada 12 Juli 2002 memberikan tanggapan bahwa drama seri Korea Selatan berhasil menembus pasar Indonesia karena keunikannya tersendiri. Selain karena adanya tradisi kuat, juga sering diselipkan dengan emosi atau jiwa orang Asia Timur yang dikemas dalam melodrama yang efektif dan efisien. Hal ini yang membuat

(5)

5 drama seri Korea Selatan layak dijual. Formula klise seperti konflik antara peran antagonis dan protagonis selalu dimunculkan secara kuat.

Namun bukan hanya itu, drama seri Korea Selatan mengutamakan penampilan pemerannya, mulai dari make up, style, dan yang mendasar ialah pemerannya harus memiliki daya tarik tersendiri dari tampangnya (Nugroho, 2011: 46).

Drama seri Korea muncul pada tahun 2002, tidak begitu saja menghilangkan drama Jepang yang biasa disebut dorama. Dorama yang berjudul "Itazura Na Kiss" pada tahun 2004 juga menarik perhatian. Para penggemar dorama tidak langsung melupakan dorama dan beralih sepenuhnya kepada drama korea. Pada 2011, Indosiar menayangkan drama korea yang mengadaptasi dorama Jepang "Itazura Na Kiss" tersebut, dengan judul "Playful Kiss". Serial "Meteor Garden" yang berasal dari Taiwan pun juga ditayangkan di televisi Indonesia pada 2002. Para pemirsa di Indonesia sebelumnya memang sudah terbiasa menyaksikan produk-produk asia seperti Kung Fu dan aksi laga Hong Kong. Ketika "Meteor Garden" muncul, para pemirsa bisa lebih menerima. Apalagi disuguhkan oleh cerita yang memiliki konten hampir seluruhnya kisah percintaan, persahabatan, dan perjuangan di kota metropolitan Asia. Kesuksesan drama seri Taiwan ini pun kembali tercatat pada drama seri Korea yang mengadaptasi dari drama seri Taiwan "Meteor Garden", dengan judul "Boys Before Flower". Di tahun yang sama dengan penayangan "Meteor Garden", setelahnya Indosiar menayangkan "Endless Love", drama Korea yang menjadi awal dari pengenalan K-Drama di Indonesia. Drama seri Korea inilah yang menjadi seperti awal dari popularitas drama Korea di televisi Indonesia, khususnya Indosiar.

(6)

6 Drama seri Korea Selatan yang ditayangkan di televisi Indonesia berkembang sejak Piala Dunia 2002. Stasiun televisi memanfaatkan momentum tersebut sebagai saat untuk mengenalkan film dan drama seri Korea. “Mother’s Sea” yang muncul pertama kali di Trans TV memang tidak sesukses “Winter Sonata” yang muncul di stasiun televisi Indosiar pada Juli 2002 dan memperoleh rating 11 persen sejak awal ditayangkan. Sejak saat itu, Korean wave mulai menyebar di Indonesia melalui K-Drama. Lebih dari 50 drama seri Korea Selatan ditayangkan di stasiun televisi di Indonesia, dan dari sekian K-Drama yang ditayangkan di Indosiar, yang memperoleh rating tinggi ialah dari drama seri "Full House" yang mencapai rating mendekati 40 persen saat ditayangkan di tahun 2005. (Korean Culture and Information Service, 2011: 27)

Drama seri Korea Selatan memberikan perkembangan besar di Indonesia, seperti yang diberitakan dalam artikel di The Jakarta Post pada Juli 2011 berjudul "Korean Wave Casts a Spell in Indonesia".

Semenjak "Winter Sonata" meraih perhatian penonton di Indonesia, semenjak itu pula bermunculan drama seri Korea Selatan lainnya di televisi Indonesia. Semenjak munculnya Korean wave di Indonesia, hal tersebut memberikan pengaruh terhadap kemunculan komunitas Korea di Indonesia dengan hampir terdapat 50.000 orang yang tergabung (http://www.thejakartapost.com/news/2011/07/18/korean-wave-casts- a-spell-indonesia.html). Kehadiran K-Drama pun dapat membawa pengaruh tersendiri di pasar Indonesia, contohnya dengan menjadikan drama seri Korea Selatan sebagai acuan pembuatan sinetron. Selain itu juga menimbulkan kegemaran budaya populer lainnya, seperti adanya K-Pop, gaya berpakaian khas artis-artis Korea Selatan, make up,

(7)

7 bahkan hingga munculnya tempat makan Korea Selatan, tempat kursus bahasa, bahkan toko-toko yang menjual pernak-pernik Korea Selatan.

Fenomena budaya populer dari Korea Selatan yang terjadi belakangan ini, menjadi alasan peneliti melakukan penelitian ini.

Peneliti tertarik dengan kajian akan budaya populer Korea Selatan berupa K-Drama yang memberikan dampak dari eksistensi K-Drama tersebut di Indonesia. Selain itu, dikarenakan masih minimnya karya ilmiah berupa skripsi yang membahas tentang perkembangan K-Drama di Indonesia, maka tulisan ini mengkhususkan pada peranan K-Drama sebagai produk budaya populer Korea Selatan yang pada akhirnya mendukung persebaran budaya Korea Selatan di Indonesia, serta menjadi salah satu alat diplomasi Korea di Indonesia. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan penelitian pada Indosiar sebagai stasiun televisi yang dijadikan sumber informasi. Pemilihan Indosiar sebagai stasiun televisinya, ialah karena Indosiar merupakan stasiun televisi yang konsisten menayangkan K-Drama sejak tahun 2002.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka skripsi ini berjudul “K-Drama dan Perkembangan Budaya Populer Korea di Indonesia: Kajian Historis pada K-Drama sebagai Budaya Populer di Indonesia Tahun 2002-2013”.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus dari penelitian ini adalah: “Bagaimana peran K-Drama dalam penyebaran produk budaya populer Korea di Indonesia?”

Adapun pertanyaan penelitian terkait dengan fokus penelitian ialah:

(8)

8 1) Bagaimana K-Drama menjadi pemicu dari munculnya

Korean wave di Indonesia?

2) Bagaimana perkembangan K-Drama di Indonesia pada tahun 2002-2013?

3) Bagaimana dampak K-Drama di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan K-Drama sebagai produk budaya populer Korea Selatan dalam penyebaran Korean wave pada penonton di Indonesia, dengan uraian:

1) Mengetahui K-Drama sebagai pemicu dari munculnya Korean wave di Indonesia

2) Mengetahui perkembangan K-Drama di Indonesia pada tahun 2002-2013

3) Mengetahui dampak K-Drama di Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini kelak diharapkan menjadi rujukan dan masukan bagi penelitian di bidang ilmu komunikasi dalam hal kajian mengenai budaya populer yang disebarkan melalui suatu tayangan berupa drama di stasiun televisi.

(9)

9 1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan informasi dan bahan kajian bagi para stake holder ataupun pengambil kebijakan terutama kepedulian pemerintah Indonesia dan pihak stasiun televisi atas penyebaran suatu produk budaya populer melalui tayangan berupa drama.

1.5. Tahapan Penelitian

Gambar 1.3.

Tahapan Penelitian

Sumber: Peneliti

Tahapan penelitian menjadi proses yang harus dilakukan oleh peneliti. Adapun tahap penelitian yang dilakukan ialah:

1) Persiapan Penelitian

Dalam persiapan penelitian ini, beberapa langkah yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian ialah:

Persiapan Penelitian

1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian 2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Menggunakan tahapan dari Sjamsuddin:

1. Heuristik (pengumpulan sumber) 2. Kritik (ekstern dan intern) 3. Interpretasi

4. Historiografis.

(Sjamsuddin, 2007: 85-155)

Hasil Akhir berupa Penulisan Laporan Penelitian

(10)

10 1.1) Penentuan Penelitian

Penentuan tema menjadi hal yang mendasar yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengambil Korea Selatan sebagai tema besar dalam penelitian. Setelah itu, peneliti mencari sumber-sumber untuk mendukung tema yang diambil oleh peneliti. Setelah mengikuti Korea Indonesia Week 2012, muncul ketertarikan peneliti untuk mengangkat masalah tentang hal yang melandasi fenomena Korean wave di Indonesia.

1.2) Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah itu, peneliti merancang penelitian dengan dilanjutkan mencari berbagai macam data dari berbagai sumber baik media cetak maupun elektronik tentang apa yang melandasri terjadinya Korean wave, baik asal usulnya maupun di Indonesia sendiri. Korea Selatan sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 2002 melalui penayangan drama seri Korea di stasiun televisi di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan judul, “K-Drama dan Perkembangan Budaya Populer Korea di Indonesia:

Kajian Historis pada K-Drama sebagai Budaya Populer di Indonesia Tahun 2002-2013”

(11)

11 2) Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam penelitian ini mengikuti tahapan metode historis dari Sjamsuddin, yang mencakup heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi (Sjamsuddin, 2007: 85-155).

2.1) Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Tahapan heuristik ialah tahapan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber untuk mendapatkan fakta- fakta. Peneliti mencari berbagai macam sumber terlebih dahulu sebelum akhirnya menentukan fokus penelitian.yang memiliki hubungan dengan masalah penelitian. Beberapa tahapan yang ada dalam tahapan ini ialah:

a) Sumber Tertulis

Peneliti mencari sumber-sumber tertulis yang relevan dengan masalah yang dikaji. Sumber-sumber melalui buku, dokumen, artikel, jurnal, baik itu secara cetak maupun online. Selain itu peneliti pun melakukan kunjungan ke perpustakaan seperti Perpustakaan Universitas Islam Bandung, Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Institut Manajemen Telkom dan Perpustakaan Universitas Indonesia dan Perpustakaan Korean Cultural Center.

(12)

12 b) Sumber Lisan atau Wawancara

Guna mendukung sumber tertulis, penelitian historis memerlukan penguat yaitu dari sumber lisan dengan cara wawancara tokoh-tokoh yang terkait dengan permasalahan. Adapun informan yang diwawancarai adalah dari pihak bagian informasi dari Korean Cultural Center Indonesia, Public Relation Indosiar serta budayawan yang diwakili oleh Ketua Program Studi Bahasa dan Ilmu Korea di Universitas Indonesia, serta dosen dari Program Studi Bahasa dan Ilmu Korea di Universitas Indonesia.

Wawancara yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini ialah gabungan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Di mana peneliti menginginkan para informan bisa menjelaskan secara tidak kaku dan lebih mengalir dalam memberikan informasi. Karena itu, selain peneliti menyiapkan daftar wawancara, peneliti juga akan membiarkan wawancara dengan para tokoh berkembang dengan sendirinya.

2.2) Kritik

Kritik sumber dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari informasi atas sumber-sumber yang telah diperoleh pada tahapan heuristik. Pada tahapan ini, informasi yang terdiri dari data dan fakta dibandingan antara sumber satu dan lainnya. Kritik sumber tidak hanya

(13)

13 dilakukan terhadap sumber tertulis, tapi juga sumber lisan atau wawancara.

Dalam Sjamsuddin, ada lima pertanyaan yang digunakan sebagai gambaran umum sebelum sumber- sumber dapat digunakan, yaitu melihat siapa yang mengatakan, apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah, apakah yang sebenarnya dimaksud oleh orang itu dengan kesaksian orang itu, apakah orang yang memberikan kesaksian itu adalah saksi mata yang kompeten dan apakah ia tahu fakta itu, serta apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahuinya itu (Sjamsuddin, 2007: 133).

Dua tahap yang harus dilihat dalan kritik sumber, ialah:

a) Kritik Eksternal

Kritik eksternal ialah melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek "luar" dari sumber sejarah. Kritik ini bertujuan untuk memastikan sumber secara otentik (Sjamsuddin, 2007: 132). Kritik eksternal ini harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa, kesaksian benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini (authenticity, kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan (uncorupted), serta tanpa ada suatu tambahan- tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity) (Sjamsuddin, 2007: 134).

(14)

14 Kritik eksternal yang peneliti lakukan pada penelitian ini ialah dari berdasarkan buku-buku, artikel, jurnal yang terkait dengan perkembangan K-Drama di tahun 2002 hingga 2013. Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan aspek latar belakang penulis sumber baik itu perorangan atau atas nama instansi. Selain itu peneliti juga melihat dari tahun terbitnya, di mana semakin baru tahunnya, maka semakin baik.

b) Kritik Internal

Setelah melakukan kritik eksternal, maka data yang diperoleh harus dievaluasi melalui kritik internal.

Kritik internal ini dilakukan peneliti untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh. Kritik internal yang peneliti lakukan pada sumber tertulis ialah dengan cara membandingkan sumber satu dengan yang lainnya, untuk mendapatkan informasi dan fakta secara akurat. Sedangkan kritik internal pada sumber lisan yaitu dengan membandingkan hasil wawancara antar narasumber yang satu dengan yang lainnya. Istilah yang lebih dikenal pada tahap kritik internal, sama dengan keabsahan data dengan cara triangulasi data.

2.3) Interpretasi

Setelah melakukan tahapan heuristik dan kritik, selanjutnya ialah tahapan interpretasi. Tahap

(15)

15 interpretasi ini ialah tahap pemberian makna terhadap fakta-fakta yang telah diperoleh oleh peneliti untuk kemudian disusun sesuai permasalahan yang dikaji.

Peneliti menggabungkan apa yang peneliti dapatkan dari sumber-sumber yang sudah diverifikasi menjadi suatu pemikiran yang digabungkan oleh peneliti.

2.4) Historiografi

Tahapan terakhir dari metode historis ini ialah historiografi. Di mana tahapan ini merupakan usaha untuk melakukan pensintesisan akan data-data maupun fakta-fakta sejarah yang dimunculkan berupa karya ilmiah dalam bentuk skripsi oleh peneliti terkait dengan K-Drama yang berperan dalam penyebaran produk budaya populer Korea di Indonesia. Tahapan ini ialah tahap penulisan penelitian, yakni dalam penelitian ini ialah keseluruhan skripsi dari awal hingga akhir.

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan mengambil data-data utama dari Indosiar, Korean Cultural Center Indonesia dan Prodi Bahasa dan Ilmu Korea di Universitas Indonesia.

1.6.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak bulan Agustus 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif dari daun katuk yang diberikan pada induk tidak memberikan pengaruh pada bobot badan induk postpartus, sedangkan bobot uterus pada hari

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari dan mengakui bahwa banyak sekali kesulitan-kesulitan yang penulis temui, namun berkat ketekunan, kesabaran, serta atas

[r]

Kondisi lift tersebut saat ini dalam keadaan rusak dan untuk memfungsikan kembali dilakukan perbaikan dengan terlebih dahulu dilakukan analisis dan identifikasi

Penghitungan kerugian negara adalah pemeriksaan investigatif yang dilakukan untuk menghitung serta memperoleh jumlah pasti nilai kerugian negara yang terjadi akibat

Hal ini me ini menuntut setiap nuntut setiap tenaga tenaga kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin kesehatan profesional

Pemodelan mesh pada teras dan reflektor untuk reaktor RDE menggunakan PEBBED6 yang dikopel dengan THERMIX untuk ketebalan reflektor 100cm, 150 cm dan 200cm menghasilkan