• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Kegiatan 1 (SS-1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sasaran Kegiatan 1 (SS-1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Sasaran Kegiatan 1 (SS-1)

Tersusunnya Paket Rekomendasi Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN)

Pagu Anggaran : Rp 31.099.650.000

Realisasi Anggaran TW IV : Rp 29.710.765.641 Persentase Realisasi Anggaran TW IV : 95,53%

Nilai Kinerja Sasaran (NKS) TW IV : 100%

IKU 1 : Jumlah paket rekomendasi percepatan PIP dan/atau PSN melalui pendampingan pelaksanaan PIP dan PSN yang dipilih Komite dan ditargetkan mencapai financial closed, atau tahap konstruksi pada akhir tahun 2019.

Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dengan total produk domestic bruto (PDB) hampir mencapai USD 1 trilyun. Pendapatan per kapita Indonesia diprediksi akan meningkat menjadi sebesar US$ 14,900 pada tahun 2025 (peringkat 12 dunia) serta US$ 46,900 pada tahun 2045 (peringkat 7 atau 8 dunia). Jika sesuai dengan rencana Pemerintah, maka Indonesia akan masuk ke dalam negara kategori high income country pada tahun 2025, namun hal ini akan sangat tergantung kepada perkembangan infrastruktur di Indonesia.

Indonesia memiliki semua hal-hal fundamentil yang diperlukan untuk mencapai target tersebut berupa sumber daya alam yang berlimpah, lokasi yang strategis, jumlah penduduk yang besar (tenaga kerja dan pasar yang besar), dan lain lain. Namun perlu disadari bahwa potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia tidak serta merta bisa terwujud. Terdapat tantangan-tantangan yang perlu dihadapai, yaitu sebagai berikut:

1. Saat ini Indonesia sedang mengejar “krisis infrastruktur” dimana krisis ini terindikasi dari beberapa indikator competitiveness index serta biaya logistik sebagai berikut:

a. Biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari total biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha. Angka itu tergolong paling boros dibanding biaya logistik di Malaysia yang hanya 8%, Filipina 7% dan Singapura 6%;

b. Biaya logistik di Indonesia mencapai 26% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) dan merupakan biaya logistik paling tinggi di dunia.

c. Berdasarkan ranking yang dikeluarkan Bank Dunia untuk Internasional LPI Global Ranking, Indonesia berada di ranking No. 46 dari 160 negara pada tahun 2018. Ranking ini merupakan peningkatan dari ranking No. 63 dari 160 negara pada tahun 2016 and ranking No. 53 yang dicapai pada tahun 2014.

2. Keterbatasan infrastruktur: Walau telah ada perbaikan dalam ranking Global Competitiveness Report 2017/2018, infrastruktur Indonesia berada pada rangking 52 dari 140. Dalam wilayah Asia Tenggara, infrastruktur Indonesia masih dibelakang negara-negara tetangga seperti Singapura (no 2 pada tahun 2017/2018) atau Malaysia (no 22 pada tahun 2017/2018).

3. Keterbatasan ketersediaan anggaran pembiayaan infrastruktur: Anggaran infrastrukturdi Indonesia walau telah meningkat tetapi nilainya hanya 5% dari PDB Indonesia, sementara misalnya Pemerintah China menganggarkan setidaknya 8-10% dari PDB.

4. Walau investasi langsung (Foreign Direct Investment) ke Indonesia berada di ranking tiga besar dunia, nilai investasi di Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh pelemahan investasi terutama dalam sektor logistic dan industry.

Latar Belakang

(2)

5. Dikarenakan peningkatan daya saing suatu negara berbanding lurus dengan prospek pertumbuhannya dan infrastruktur sebagai konektivitas antar pusat pertumbuhan merupakan pendorong adanya pertumbuhan ekonomi, “krisis” pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia. Akibatnya penurunan Indeks GCR menunjukkan bahwa daya saing infrastruktur Indonesia masih belum dapat mengimbangi potensi daya saing Indonesia secara keseluruhan.

6. Selain itu, defisit energi dan ketenagalistrikan, khususnya di daerah luar pulau Jawa, menyebabkan Indonesia menjadi kurang menarik bagi para investor untuk mengembangkan bisnis di Indonesia.

Permasalahan ini tentu akan mengganggu kemajuan perusahaan yang akan berinvestasi di Indonesia.

Oleh sebab itu, diperlukan sebuah kebijakan percepatan penyediaan infrastruktur yang tepat sasaran menggunakan standar prioritisasi dan perencanaan matang untuk memanfaatkan momentum bergabung ke dalam negara-negara emerging market. Dalam hal ini, diperlukan fungsi koordinasi dalam penyusunan rencana percepatan dan kriteria standar prioritisasi dan persiapan proyek infrastruktur serta penggalakan skema pendanaan yang melibatkan pihak swasta balik dalam bentuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau pun hal lain yang dapat diinisasi oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,5% dan juga bersaing dengan negara lain, pembangunan infrastruktur di Indonesia memerlukan percepatan baik dalam tahap persiapan maupun konstruksi. Namun yang dibutuhkan bukan hanya percepatan, namun juga pembangunan infrastruktur yang memiliki kualitas baik dan memenuhi standar internasional. Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia telah membentuk Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) yang memiliki tugas untuk merumuskan strategi dalam ruang koordinasi pelaksanaan percepatan penyediaan infrastruktur. Namun KPPIP memerlukan revitalisasi guna menciptakan momentum upaya penyelesaian isu-isu strategis infrastruktur melalui pengambilan keputusan yang cepat tanggap dan memberikan solusi atas akar permasalahan yang ada. Dalam revitalisasi ini, KPPIP memiliki fungsi fungsi prioritisasi, kajian hasil pre-FS (dengan menghasilkan identifikasi awal skema pembiayaan), koordinasi, monitoring, debottlenecking , serta pengambilan keputusan kolektif, sedangkan fungsi-fungsi penyiapan proyek, implementasi, dukungan fiskal dan lainnya akan tetap dijalankan oleh K/L atau instansi terkait.

Pengambilan keputusan yang cepat dapat dimungkinkan dengan melakukan perampingan struktur organisasi.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, terdapat 3 komponen kunci pendukung suksesnya implementasi program KPPIP:

1. Mandat dan fungsi yang spesifik dan jelas

KPPIP hanya akan melaksanakan fungsi prioritisasi, pre-FS (identifikasi awal skema pembiayaan), koordinasi, monitoring, debottlenecking , serta pengambilan keputusan kolektif. Fungsi-fungsi penyiapan proyek, implementasi, dukungan fiskal dan lainnya akan tetap dijalankan oleh K/L atau institusi terkait.

2. Dukungan regulasi, kewenangan, administratif, dan finansial

KPPIP memiliki mandat yang besar sehingga diperlukan penguatan kelembagaan yang mutlak.

3. Dukungan SDM yang mumpuni

Pelaksana Harian yang diisi oleh PNS maupun non-PNS dengan pengalaman yang relevan di bidangnya merupakan faktor penting terutama dalam upaya mempercepat pengambilan keputusan. Pool of experts juga dibutuhkan untuk keahlian spesifik di sektor-sektor infrastruktur (jalan, pelabuhan, bandara, energi, air, dan kereta) dan penyusunan standardisasi kriteria prioritisasi serta melaksanakan Pre-FS.

(3)

Tujuan rekomendasi Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai upaya meningkatkan implementasi Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Pendampingan Pelaksanaan PIP dan PSN yang dipilih Komite dan ditargetkan mencapai Financial Closed atau Tahap Konstruksi pada akhir 2019.

1 (Satu) Paket Rekomendasi kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) di tahun 2019 terdiri dari:

1) Implementasi PIP dan PSN terpilih yang ditargetkan mencapai Financial Close atau tahap konstruksi;

2) Terbentuknya kebijakan alternatif pembiayaan infrastruktur yang baru.

Pencapaian KPPIP pada Triwulan IV adalah sebagai berikut:

1. Implementasi PIP dan PSN terpilih yang ditargetkan mencapai Financial Close atau tahap konstruksi;

a. KPPIP telah melakukan pemantauan kemajuan dan menyusun materi pencapaian Proyek Strategis Nasional sampai dengan Desember 2019, termasuk estimasi pencapaian sampai dengan Kuartal IV 2020. Materi tersebut disampaikan pada Media Gathering KPPIP pada tanggal 27 Desember 2019.

b. KPPIP memberikan dukungan debottlenecking untuk Proyek Prioritas sebagai berikut:

i. Proyek jalan tol: Proyek Jalan Tol Serang – Panimbang untuk mendukung akses ke KEK Tanjung lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, Proyek Jalan Tol Trans Sumatera

KPPIP mengoordinasikan pemantauan untuk proyek Jalan Tol Serang – Panimbang yang membutuhkan perhatian terkait kemajuan pengadaan tanah dan konstruksi serta adanya juga perubahan skema yang semula menggunakan skema SBOT, yang diubah menjadi menggunakan skema AP, dan diubah kembali menjadi menggunakan skema SBOT (menggunakan Loan China) pada seksi Cileles – Panimbang sepanjang 33 km

ii. Proyek Jalan Tol Manado – Bitung

KPPIP mengoordinasikan pemantauan untuk proyek Jalan Tol Manado – Bitung yang membutuhkan perhatian terkait kemajuan konstruksi dan pengadaan tanah mempertimbangkan keterlambatan dibandingkan target awal. Proyek ini mengalami beberapa hambatan khususnya pada proses pengadaan tanah dan ketidakpastian penyelesaian pembangunan bagian yang menjadi porsi pemerintah, khususnya seperti pada pembangunan Simpang Susun Sukur.

iii. Proyek Jalan Tol Balikpapan – Samarinda

KPPIP mengoordinasikan pemantauan untuk proyek Jalan Tol Balikpapan – Samarinda yang membutuhkan perhatian terkait kemajuan konstruksi dan pengadaan tanah mempertimbangkan keterlambatan dibandingkan target awal. Proyek ini mengalami beberapa hambatan khususnya pada proses pengadaan tanah dan ketidakpastian penyelesaian pembangunan bagian yang menjadi porsi pemerintah.

iv. Proyek Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi

Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi merupakan Proyek Prioritas yang menandatangani PPJT pada Desember 2017. Namun hingga akhir 2018, proses pelaksanaan pengadaan tanah belum dimulai dan Penetapan Lokasi baru diterbitkan hanya untuk Kabupaten Probolinggo. Oleh karena itu, sepanjang 2019, KPPIP berupaya mendorong percepatan penerbitan Penlok dan proses pengadaan tanah sehingga proses konstruksi dapat segera dimulai.

Target Kinerja

Capaian Kinerja

(4)

v. Jala Tol Trans Sumatra

KPPIP melakukan monitoring dan debottlenecking secara intensif terhadap 15 ruas Proyek Prioritas Jalan Tol Trans Sumatera, baik pada proses pengadaan tanah dan konstruksi pada proyek- proyek yang menjadi prioritas pembangunan tahap pertama dan kedua, serta penyiapan proyek dan proses pemenuhan pendanaan pada proyek yang menjadi prioritas pembangunan tahap selanjutnya.

vi. Proyek LRT Sumatera Selatan

KPPIP melakukan monitoring terkait status kemajuan proyek serta melakukan koordinasi terkait isu penyediaan jalan akses Stasiun Dishub, Garuda Dempo, dan Asrama Haji yang belum tuntas. Adanya penolakan pembebasan tanah di area akses tersebut sehingga menghambat kegiatan konstruksi akses stasiun. Sementara itu, kontrak kerja dari badan usaha kontraktor sudah habis di bulan September, sehingga perlu adanya solusi percepatan penyelesaian isu tersebut.

vii. Proyek Pelabuhan Patimban

KPPIP melakukan upaya debottlenecking Proyek Pelabuhan Patimban dalam proses pengadaan tanah. Terdapat beberapa isu pengadaan tanah yang menjadi hambatan utama status kemajuan kegiatan konstruksi pelabuhan diantaranya adalah isu pengadaan tanah milik Paguyuban Berkah Tani Jaya, isu tanah eks HGU PT Laksana Dinamika, dan isu perbedaan pemahaman mekanisme prosedur konsinyasi antara Pengadilan Negeri Subang dan LMAN.

viii. Proyek SPAM Bandar Lampung

Fokus kegiatan debottlenecking pada proyek SPAM Lampung difokuskan pada pengawalan kegiatan konstruksi yang telah dimulai sejak tahun 2018, termasuk mengidentifikasi potensi kendala yang dapat dialami oleh kegiatan konstruksi di lapangan. KPIPP juga ikut memantau pengerjaan Jaringan Distribusi Utama (JDU) sistem gravitasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR melalui APBN. KPPIP berkoordinasi secara rutin dengan PDAM Way Rilau selaku PJPK dan PT Adhya Tirta Lampung selaku BUP dengan menghadiri rapat koordinasi yang dilakukan secara rutin setiap bulan/2 bulan.

ix. Proyek Palapa Ring Broadband

Proyek dibagi menjadi tiga paket yaitu Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Ketiga paket tersebut telah mencapai financial close dan khususnya Paket Barat dan Paket Tengah telah siap beroperasi. Namun pada Paket Timur, terdapat isu terkait penerbitan Izin Lingkungan yang menjadi salah satu prasyarat sebelum proyek dapat beroperasi.

PT Palapa Timur Telematika (PTT) sebagai Badan Usaha Pelaksana yang mengajukan permohonan izin membutuhkan Izin Lingkungan untuk kawasan yang dilalui oleh penggelaran kabel, baik kawasan konservasi maupun kawasan non-konservasi. Untuk kawasan nonkonservasi, Izin Lingkungan telah diterbitkan pada 9 April 2018. Selanjutnya, dibutuhkan Izin Lingkungan untuk kawasan konservasi x. Proyek Jakarta Sewerage System Pengolahan Limbah Jakarta

KPPIP mengoordinasikan debottlenecking untuk proyek Jakarta Sewerage System zona 8 dimana fokus usaha de-bottlenecking adalah untuk memastikan studi OBC dengan dukungan Asian Infrastructure Centre of Excellence (AICOE) – ADB dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan standard yang berlaku.

xi. Proyek SPAM Semarang Barat

Proyek SPAM Semarang Barat telah memasuki masa financial close pada pertengahan 2019, setelah sebelumnya pada tanggal 23 November 2018 proyek telah berhasil melakukan penandatanganan perjanjian KPBU. Fokus debottlenecking adalah untuk memastikan isu-isu yang muncul selama proses menuju financial close dapat diselesaikan secara efektif.

xii. Proyek Pengembangan Pelabuhan HUB Internasional Kuala Tanjung

Pada bulan Februari 2019, Terminal Multipurpose telah dioperasikan. Dalam rangka melanjutkan tahap pembangunan untuk memenuhi syarat sebagai PHI Kuala Tanjung, PT Pelindo I bersama PT Inalum

(5)

tengah berupaya melakukan percepatan pengadaan tanah untuk Kawasan Industri yang terintegrasi sebagai bagian dari Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung. Terkait upaya tersebut, KPPIP mengoordinasikan rapat yang membahas isu sumber pendanaan pengadaan tanah Kawasan Industri Kuala Tanjung melalui anggaran LMAN TA 2019 sebagai langkah percepatan pengadaan tanah.

xiii. Proyek Revitalisasi Kilang Minyak Eksisting.

xiv. Proyek Energi Asal Sampah kota-kota besar xv. Dan Proyek Lainnya

c. KPPIP juga memberikan dukungan debottlenecking untuk proyek non-prioritas yang termasuk dalam PSN, diantaranya adalah sebagai berikut:

i. Proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Sisi Selatan ii. Proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated iii. Proyek Jalan Tol Akses Bandara Kediri

iv. Proyek Jalan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung v. Proyek Program Ketenagalistrikan

vi. Proyek SPAM Umbulan

vii. Proyek Kereta Api Makassar – Pare-Pare viii. Proyek Bandara Kertajati

ix. Proyek Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi DKI Jakarta x. Kereta Api Akses Bandara Adi Soemarno

xi. Proyek Bendungan

(6)

d. KPPIP telah mengompilasi usulan kebijakan dan strategi tindak lanjut isu sektoral, serta menyusun usulan kebijakan dan strategi tindak lanjut isu sektoral. Dukungan dalam usulan kebijakan dan strategi tindak lanjut telah dilakukan untuk isu sektoral sebagai berikut:

i. Dukungan dalam Pengadaan tanah Proyek Prioritas dan PSN

Sejak pendiriannya, KPPIP telah banyak merumuskan, mengusulkan serta mendorong berbagai perbaikan kebijakan sektoral di sektor-sektor infrastruktur yang pada akhirnya merupakan salah satu bentuk dari dari pelaksanaan mandat KPPIP untuk percepatan pelaksanaan penyediaan Infrastruktur Prioritas. Melanjutkan upaya yang telah dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya, pada tahun 2019 KPPIP perlu memecahkan isu serta kendala sektoral yang masih menghambat, sehingga upaya-upaya yang telah didorong selama ini pada akhirnya dapat membawa dampak percepatan yang optimal sebagaimana diharapkan.

Pencaaian yang dihasilkan:

• Terbitnya PMK 100/2019 sebagai revisi dari PMK 21/2017

• Dimulainya implementasi mekanisme pendanaan langsung sektor jalan tol

• Disepakatinya alokasi anggaran LMAN hingga tahun 2019

ii. Dukungan dalam Kebijakan untuk Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) sebagai Peraturan Pelaksana Perpres No. 35/2018

Setelah penerbitan Perpres No. 35/2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik, belum terdapat peraturan pelaksana untuk menentukan alokasi bantuan APBN dalam Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) yang dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai Penanggung Jawab Proyek. KPPIP berkoordinasi dengan Kemenkomar, KLHK, dan Kementerian Keuangan untuk penyusunan rancangan Permen LHK tentang petunjuk teknis untuk permohonan bantuan BLPS dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat

iii. Dukungan Pengembangan Kapasitas “Project Delivery & Acceleration Strategy” Penyiapan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam Rangka Rencana Percepatan Pembangunan Infrastruktur

(7)

Terlaksananya kegiatan Pengembangan Kapasitas “Project Delivery and Acceleration Strategy”

Penyiapan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam Rangka Rencana Percepatan Pembangunan Infrastruktur pada tanggal 29 Oktober 2019 di Jakarta.

2. Terbentuknya kebijakan alternatif pembiayaan infrastruktur yang baru.

a. Dalam kaitannya dengan kebijakan terkait strategi pendanaan infrastruktur, KPPIP telah mengevaluasi status terakhir penyusunan peraturan presiden tentang Hak Pengelolaan terbatas yang menghasilkan Rancangan Peraturan Presiden (masih disirkulasikan di Kementerian Keuangan sebelum ditandatangani oleh Menteri keuangan).

Rekomendasi Tindak Lanjut Diperlukan langkah konkrit yaitu untuk mempercepat proses diundangkannya Peraturan Presiden Skema Hak Pengelolaan Terbatas.

b. KPPIP juga memberikan dukungan Penyusunan Kebijakan terkait Aspek Perpajakan dan Perizinan KIK Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA) dengan cara

• Mengevaluasi isu perlakuan pajak pada produk Kontrak Investasi Kolektif (EBA, RDPT, DIRE dan DINFRA).

• Menyampaikan hasil evaluasi kepada FK-PPPK, BUMN dan investor potensial untuk memperoleh masukan dan rekomendasi solusi.

• Menyusun materi pembahasan aspek perpajakan DINFRA pada Rapat Tim Pelaksana KPPIP dan pemangku kepentingan lainnya

Pencapaian yang dihasilkan yaitu:

• Peraturan BEI No. I-W mengenai pencatatan KIK DINFRA di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Peraturan BEI No. II-O mengenai perdagangan KIK DINFRA di BEI berhasil dikeluarkan sebagai landasan dikeluarkannya KIK DINFRA pertama pada sektor Jalan Tol.

• Dikeluarkannya PP No. 55/2019 tentang PPh atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi dimana besaran nilai pajak KIK DINFRA telah disamakan dengan KIK DIRE, yaitu 5% per tahun hingga tahun 2020 dan 10% per tahun hingga tahun 2021

(8)

Pemutahiran Data Prioritas dan PSN secara berkala.

a. Implementasi PIP dan PSN terpilih yang ditargetkan mencapai Financial Closed atau tahap konstruksi:

- pemantauan kemajuan dan menyusun materi pencapaian Proyek Strategis Nasional - dukungan debottlenecking untuk Proyek Prioritas

- dukungan debottlenecking untuk proyek non-prioritas yang termasuk dalam PSN

- usulan kebijakan dan strategi tindak lanjut isu sektoral, serta menyusun usulan kebijakan dan strategi tindak lanjut isu sektoral

b. Terbentuknya kebijakan alternative pembiayaan infrastruktur yang baru:

- Debt Service Reserve Account (DSRA) - Revenue-Based Loan

- KIK Dana Investasi Infrastruktur - Hak Pengelolaan Terbatas

Sesuai dengan arahan Ketua Tim Pelaksana KPPIP, Tim KPPIP telah menyusun materi pencapaian Proyek Strategis Nasional, termasuk estimasi pencapaian sampai dengan Kuartal IV tahun 2019. Berdasarkan hasil evaluasi pada bulan desember 2019, pencapaian kumulatif PSN pada Kuartal IV tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Key Monitoring Indicators (KMI)

Monitoring dan Evaluasi Kinerja

(9)

• 92 Proyek telah selesai

• 27 proyek + 1 program 35 GW + 1 program pemerataan ekonomi dalam tahap konstruksi dan mulai beroperasi sebagian

• 98 proyek dalam tahap konstruksi

• 6 proyek dalam tahap transaksi

• 30 proyek + 1 program industri pesawat dalam tahap penyiapan

Selama Periode Juni 2018 – Desember 2019, terdapat usulan perubahan atau penambahan PSN dengan total 82 usulan proyek:

(10)
(11)

Pejabat Penanggung Jawab

Bastary Pandji Indra NIP. 196012091992031003

Referensi

Dokumen terkait

Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena penyakit ini datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak terdeteksi hingga orang

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis kelayakan usaha peternakan ayam

Kelemahan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta saat ini adalah sebagai berikut: (1) pengembangan kampus belum terpadu dan memperhitungkan

Dinas merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar bidang penanaman modal dan menyelenggarakan pelayanan terpadu

Hasil penelitian menemukan tidak terbukti adanya perubahan rata-rata variabel relative volume, bid- ask , bid depth maupun ask depth yang signifikan Dari temuan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan budayawan Karo, Bapak Mada Sembiring, hal tersebut terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; (1)

1) Menentukan waktu percepatan dan menghitung biaya tambahan untuk percepatan setiap kegiatan. 2) Mempercepat waktu penyelesaian proyek dengan mengutamaka n kegiatan

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (i) Ada hubungan positif antara tingkat pendapatan per kapita dan konsumsi daging sapi per kapita dan jumlah konsumsi; (ii)