• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX DEFINISI, LANDASAN, DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING. bimbingan dan konseling, landasan-landasan bimbingan dan konseling, serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IX DEFINISI, LANDASAN, DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING. bimbingan dan konseling, landasan-landasan bimbingan dan konseling, serta"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX

DEFINISI, LANDASAN, DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Kompetensi Dasar

Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami definisi bimbingan dan konseling, landasan-landasan bimbingan dan konseling, serta prinsip-prinsip dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

B. Uraian

1. Definisi Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dari program pendidikan di sekolah. Walaupun bimbingan dan konseling tidak merupakan matapelajaran atau sebagai bagian dari kurikulum sekolah, namun kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Mortensen &

Schemuller (1969) (dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:64) bahwa bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.

Bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu

siswa, antara lain dalam hal: 1) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-

kemungkinan yang terbuka bagi mereka. 2) Mengatasi masalah pribadi yang

(2)

mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orangtuua/keluarga, dan sebagainya (Winkel (1978) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:68). Untuk memahami lebih jauh tentang bimbingan konseling maka penting dikemukakan terlebih dahulu tentang definisi keduanya. Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan pembimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konnseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminology layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja (Soetjipto dan Kosasi, 2009:61). Konseling dalam hubungannya dengan bimbingan bahwa konseling itu merupakan bagian dari bimbingan, bahkan konseling itu merupakan inti dari bimbingan. Sebagaimana dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (Sukardi, 2000:21) bahwa layanan konseling adalah jantung hari layanan bimbingan secara keseluruhan.

Ada banyak definisi bimbingan yang dikemukakan oleh banyak pakar

dengan konsep yang beragam, namun ada titik temu diantara semua defines

tersebut. Bimo Walgito (1982:11) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:62)

mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang

diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari

atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau

(3)

sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Definisi lain mengetengahkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Rochman Natawidjaja (1978) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:62). Mortensen Schmuller (1964z:3) mengetengahkan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan dengan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan (Mortensen Schmuller, 1964z:3). Menururt Murniati (1992:40) bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan pada siswa dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas penulis merumuskan bahwa bimbingan

adalah bantuan yang diberikan pada siswa secara terprogram, sistematis, integral,

dan berkelanjutan agar siswa mampu menghadapi atau memecahkan sendiri

masalah yang dihadapi baik pada masa sekarang maupun di masa mendatang.

(4)

Konseling juga didefinisikan berbeda-beda antara seorang ahli dengan ahli lainnya. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, Erman Amti, 1999:104).

Konseling juga didefinisikan sebagai suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang (James P.

Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976:19a) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:63). Menurut (Bimo Walgito (1982:11) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:3) konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu ddalam memecahkan masalah kehiddupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Kemudian menurut Rochman Natawidjaya (Sukardi, 2000:21) bahwa konseling merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.

Konseling dapat diartikan sebagai huungan timbale balik antara dua individu, di

mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien)

untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan

masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Sedangkan

Moh. Surya (Sukardi, 2000:21) mengemukakan bahwa konseling itu merupakan

upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri

dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki

(5)

tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep yang sewajarnya mengenai: (a) dirinya sendiri, (b) orang lain, (c) pendapat orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan (e) kepercayaan.

Dari beberapa definisi di atas dapat dirumuskan bahwa konseling itu

merupakan serangkaian kegiatan membantu siswa yang bermasalah yang

dilakukan secara tatap muka baik individual maupun kelompok sehingga siswa

tersebut mampu keluar dari masalahnya. Dari definisi konseling di atas maka

karakteristik konseling adalah sebagai berikut: 1) Pada umumnya dilaksanakan

secara individual. 2) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap

muka. 3) Untuk melksanakan konseling dibutuhkan orang yang ahli. 4) Tujuan

pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah

yang dihadapi klien. 5) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu

memechkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri (Soetjipto dan Kosasi,

2009:63). Hal senada dikemukakan oleh Tolbert (Prayitno & Amti, 2004:103)

bahwa hal-hal yang berhubungan dengan konseling: 1) Konseling dilakukan

dalam suasana hubungan tatap muka antara dua orang. 2) Konseling dilakukan

oleh orang yang ahli (memiliki kemampuan khusus dibidang konseling). 3)

Konseling merupakan wahana proses belajar bagi klien, yaitu belajar memahami

diri sendiri, membuat rencana untuk masa depan, dan mengatasi masalah-masalah

yang dihadapi. 4) Pemahaman diri dan pembuatan rencana untuk masa depan itu

dilakukan dengan menggunakan kekuatan-kekuatan klien sendiri. 5) Hasil-hasil

konseling harus dapat mewujudkan kesejahteraan, baik bagi diri pribadi maupun

(6)

masyarakat (Tolbert dalam Prayitno & Amti, 2004:103). Dari karakteristik konseling itu dapat menjadi menanda perbedaan antara bimbingan dan konseling.

2. Landasan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling sebagai kegiatan profesional dilaksanakan dengan landasan-landandsan tertentu. Menurut Winkel (Soetjipto dan Kosasi, 2009:7) bahwa landasan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:

a. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.

b. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu.

c. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan yang dibimbing.

d. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi.

e. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis.

f. Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.

g. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus-menerus, berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

a. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan

bimbingan.

(7)

b. Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman, dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan-ketrampilan tertentu, maka pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang.

Dengan demikian, orang yang akan bertugas sebagai pembimbing di sekolah harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan, penglaman, dan kemmampuannya, karena kualfikasi tersebut dapat mendukung kenerhasilan pembimbing dalam melaksanakan tugasnya. Banyak masalah-masalah yang dalam pemecahannya diperlukan dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya.

c. Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai latihan penataran. Karena ilmu tentang bimbingan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Agar pembimbing dapat mengikuti dan menguasai perkembangan tersebut, pembimbing hendaknya mencari/mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai latihan dan penataran, sehingga potensi yang dimiliki pembimbing itu jauh lebih berkembang lagi. Dengan demikian teknik-teknik bimbignan yang dikuasai pembimbing akan lebih kaya, dan wawasannya tentang bimbingan akan lebih luas.

d. Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai

individu yang dibimbing beserta lingkungannya., sebagai bahan untuk

membantu individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih

baik. Untuk efektifnya pemberian bantuan kepada anak didik, pembimbing

(8)

perlu mengetahui informasi tentang anak didik serta lingkungannya.

Penguasaan informasi tersebut akan memudahkan pembimbing untuk membantu anak didiknya dalam mencarikan alternatif-alterrnatif pemecahan masalah yang dihadpinya erta dalam mengembangkan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian diri secara baik.

e. Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbingnya. Informasi yang diperoleh dari individu yang dibimbing itu ada yang perlu dirahasiakan. Kalau hal itu tidak dilaksanakan oleh pembimbing, maka individu tersebut tidak akan percaya pada pembimbing. Sebagai akibatnya jka pada masa datang dia mengalami masalah, ia tidak akan mau menyampaikannya secara jujur kepada pembimbing. Bila klien merasa yakin bahwa rahasia pribadinya terjamin, maka ia akan mau membukakan denga terus terang permasalahan- permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, pembimbing dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang klien, sehingga mempermudah mengetahui sumber penyebab timbulnya masalah dan mempercepat pemecahan masalah itu.

f. Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang

tepat dalam melakukan tugasnya. Karena keunikan masalah yang dialami oleh

individu dan latar belakangnya maka dalam pemberian layanan, pembimbing

dituntut untuk menguasai berbagai metode dan teknik bimbingan. Disamping

itu, pembimbing juga harus menggunakan berbagai metode untuk mengatasi

masalah yang dialami oleh inndividu, karena ada masalah yang dapat

(9)

diselesaikan dengan satu teknik saja dan ada pula yang memerlukan lebih dari satu teknik atau metode.

g. Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Dengan menggunakan data yang tepat maka kegiatan bimbingan akan lebih bermakna bagi individu yang dibimbing khususnya dan pengembangan kurikulum sekolah pada umumnya (Soetjipto dan Kosasi, 2009:73-74).

4. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi Bimbingan:

a. Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.

b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record) bagi setiap individu (siswa). Hal ini sangat diperlukan untuk mencatat

data pribadi individu secara sistematik yang dapat digunakan untuk membantu kemajuan individu yang bersangkutan. Dengan demikian, pembimbing dapat dengan mudah mengetahui perkembangan masalah klien dan pembimbing mempunyai data yang lengkap tentang keadaan kliennya.

c. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang

besangkutan. Karena pelaksanaa bimbingan terintegrasi dalam keseluruhan

proses pendidikan di sekolah, maka dalam penyusunan program bimbingan

juga harus sesuai engan program sekolah itu agar layanan bimbingan

mempunyai sumbangan yang besar terhadap program sekolah.

(10)

d. Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik. Ini untuk menghindari penumpukan tugas-tugas dari para pembimbing. Disamping itu, juga untuk menghindari kekecewaan siswa yang merasa senang pada pembimbing tertentu, tetapi pembimbing tersebut tidak ada.

e. Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang diperunakan dalam memecahkan masalah itu.

f. Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga diluar seklah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan penyuluhan pada umumnya.

g. Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan bimbingan (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 75).

5. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing:

a. Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa. Maksudnya bahwa pebimbing dalam memberikan layanan tidak tertuju kepada siswa tertentu saja, tetapi semua siswa perlu mendapatkan bimbingan, baik yang mempunyai masalah ataupun belum. Bagi siswa yang belum bermasalah, mereka perlu memperoleh bimbingan yang bersifat pencegahan (preventive), apakah dalam bentuk pemberian informasi pendidikan, jabatan, dan/atau informasi cara belajar yang baik.

b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.

Karena tidak memungkinkan bagi pembimbing untuk memberikan layanan

(11)

kepada semua siswa secara bersamaan, dan masalah-masalah yang dialami oleh siswa juga ada yang perlu mendapatkan layanan sesegera mungkin, maka untuk menentukan siswa mana yang perlu dilayani dengan sesegera perlu ada kriteria tertentu. Kriteria itu misalnya berupa hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin rendah hasil belajar siswa, atau semakin jauh turun hasil belajarnya dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya, maka mereka itu perlu diprioritaskan untuk mendapat bantuan, sebab kalau layanannya tertunda akan menimbulkan kesulitan yang lebih besar, baik yang menyangkut kemajuan belajarnya maupun keadaan emosionalnya.

c. Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus berdasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, sebelum penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa.

d. Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.

e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang

dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing tidak boleh

memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan

pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serta berbagai

kemungkinannya, dan keputusan mana yang diambil dierahkan sepenuhnya

kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunnyai

tanggung jawab penuh terhadap keputusan yang diambilnya.

(12)

f. Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan diharapkan tidak hanya berguna pada waktu layanan itu saja, tetapi jika individu mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembimbing semakin berkurang.

Tujuan akhir dari kegiatan ini ialah memandirikan individu yang dibimbing (klien) dalam mengatasi masalah yang dihadapinya (Soetjipto dan Kosasi, 2009:71-73).

C. Rangkuman

Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling sangat membantu kepala sekolah, guru, dan para siswa sendiri untuk keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah, dan secara khusus untuk tercapainya tujuan belajar para peserta didik.

Secara umum bimbingan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk membantu siswa agar siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri. Sedangkan konseling adalah serangkaian kegiatan membantu siswa yang bermasalah dengan cara wawancara tatap muka antara konselor dan siswa (klien) untukmembantu klien agar klien tersebut mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

Ada beberapa prinsip bimbingan. Beberapa prinsip bimbingan tersebut berkaitan dengan organisasi, pemberi layanan bimbingan, dan prinsip-prinsip untuk mereka yang diberi layanan bimbingan dan konseling.

D. Pertanyaan

(13)

1. Kemukakan definisikan bimbingan dan konseling!

2. Buatlah rumusan sendiri tentang bimbingan dan konseling!

3. Jelaskan perbedaan antara bimbingan dan konseling!

4. Mengapa bimbingan dan konseling ditujukan pada semua siswa?

5. Mengapa koselor menggunakan beragam metode dalam melaksanakan

tugasnya?

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Pengumuman Pengadaan Langsung di Dinas Pendidikan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2016, Nomor : 039/PPBJ-Disdik.Sibolga/VII/2016, tanggal 20 Juli 2016 dengan

[r]

[r]

Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus, maka model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum

Penetaan lingkungan pemukiman penduduk perdesaan Belanja Pengadaan Konstruksi, Pemb/ Peningkatan Jalan Lingkungan/Gertak (Paket.. Pasar Hilir, RT.2, Batang

c) Di sumber lain dikatakan bahwa silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan silsilah raja-raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Batatar, raja

Perluasan wilayah stasiun bertujuan untuk memudahkan para pengguna jasa KRL Commuter Jabodetabek untuk mengakses jalan, tempat parkir kendaraan, pengguna jasa KRL

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan uji asumsi klasik Hasil penelitian ini diperoleh bahwa secara parsial Net Interest Margin (NIM)