BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia yang merupakan negara kepulauan (17.508 pulau) dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Brasil. Panjang garis pantai mencapai 81.000 km dengan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2 perairan teritorial dan 2,8 juta km2 perairan nusantara) atau 62 % dari luas teritorial Indonesia (Dahuri, 1996). Lebih lanjut dikatakan Dahuri (1996), dengan garis pantai yang panjang ini maka berdasarkan UNCLOS 1982 (United Nations Coentions on the Law of the Sea, 1992) Indonesia diberikan kewenangan yang sangat besar untuk memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2. Pesisir merupakan wilayah yang sangat potensial karena umumnya memiliki wilayah yang datar di sepanjang garis pantai, memiliki potensi sumber daya alam terutama perikanan dan kelautan dengan aktivitas industri dan manusia yang sangat besar.
Kondisi sumber daya yang besar seperti di atas, tidak mengherankan kota-kota yang berkembang pesat umumnya berada di kawasan pesisir karena adanya sarana dan prasarana pelabuhan, transportasi dan infrastruktur penunjang lainnya. Kondisi seperti ini juga terlihat di Kabupaten Gorontalo Utara, dimana wilayah yang pertama berkembang adalah pesisir khususnya daerah sekitar pelabuhan. Terdapat 2 (dua) pelabuhan di Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu Pelabuhan Kwandang (pelabuhan khusus perikanan dan niaga skala kecil) serta Pelabuhan Anggrek (pelabuhan khusus penumpang antar pulau dan niaga skala besar).
Kabupaten Gorontalo Utara merupakan salah satu dari 6 kabupaten di Provinsi Gorontalo. Secara topografi merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 0 – 2.000 mdpl. Kemiringan lereng 15 % - 40 % meliputi 46 % dari luas wilayah daratan. Terdapat beberapa sungai besar dan kecil melintasi kabupaten ini dimana sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya energi listrik skala kecil maupun untuk pengairan. Kabupaten Gorontalo Utara terletak di bagian utara Pulau Sulawesi dengan panjang pantai 322,77 km. Luas
wilayah teritorial 81.024,4 km2 dengan ZEE seluas 86.40 km2 dan terdapat pulau- pulau kecil dengan luas antara 0,5 ha - 1.180 ha yang tersebar di 5 kecamatan (saat pemekaran). Garis pantai yang panjang dan ZEE yang luas, memiliki sumberdaya alam sektor kelautan dan perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber ekonomi daerah.
Terkait dengan pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan pada era desentralisasi, keterlibatan masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan mengalami tantangan berat. Hal ini berkaitan dengan merosotnya kelestarian ekosistem perikanan sebagai akibat meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan ekonomi.
“secara teoretis, desentralisasi akan mendorong peningkatan cakupan, kualitas dan efisiensi pelayanan publik, infrastruktur dan kemampuan daerah.
Desentralisasi sekaligus bisa menjadi cara atau metode untuk menguatkan partisipasi masyarakat melalui penguatan kapasitas dan nilai-nilai demokrasi, Bossert (1988) dalam Widaningrum (2008)”.
Motivasi partisipasi masyarakat di bidang perikanan yang bukan merupakan sektor pertanian menurut Rijanta (2008) merupakan campuran antara strategi bertahan hidup bagi mereka yang miskin dan strategi akumulasi bagi rumah tangga pertanian yang kaya. Pengembangan pesisir melalui pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara, telah mengalami proses modernisasi dan pergeseran menuju komersialisasi. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang umumnya berada di pesisir pantai yang sangat dekat dengan perkotaan, mengalami tekanan penduduk yang sangat besar dan mengalami kegiatan non sektor perikanan seperti industri, permukiman dan prasarana kota.
Sementara itu di pesisir pantai yang semula merupakan kawasan budidaya mengalami ekspansi ke bentuk lahan lainnya yang dilakukan oleh penduduk sekitar.
Ekspansi yang terjadi merupakan konsekuanesi dari perkembangan sebuah daerah. Pada saat dimekarkan pada tahun 2007 hingga saat ini, wilayah Kabupaten Gorontalo Utara telah mengalami perkembangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan-perkembangan yang terjadi ini, dirasakan
belum mampu membawa masyarakat menjadi lebih baik dan sejahterah, bahkan sebagian besar masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara karena adanya eforia peralihan dari wilayah Kecamatan menjadi wilayah Kabupaten akibat dampak pemekaran wilayah, pola hidupnya menjadi lebih bersifat konsumtif dalam melakuknyan interaksi ekonomi. Perkembangan yang terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara ini terutama dalam sektor perikanan dan kelautan masih menghadapi berbagai macam persoalan yang sangat perlu dipecahkan oleh pemerintah yang tentunya didukung oleh masyarakat.
Permasalahan utama yang terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan adalah adanya potensi perikanan yang sangat besar, tetapi produk kelautan dan perikanan yang dihasilkan selama ini sangat kecil. Sebagai gambaran awal, Kabupaten Gorontalo Utara memiliki potensi sumberdaya perikanan untuk perikanan tangkap di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia sebesar 46.000 ton/tahun (DKP Gorontalo Utara, 2010). Pemanfaatan potensi ini baru sebesar 13.728 ton (23,018 %) untuk tahun 2010. Permasalahan ini menjadi tugas pemerintah daerah dan masyarakat untuk memecahkannya. Berdasarkan permasalahan utama tersebut, penulis mencoba menggali akar permasalahan yang selama ini belum terpecahkan.
Akar permasalahan pertama yang diteliti adalah karakteristik wilayah pesisir. Hal ini perlu diteliti karena potensi wilayah pesisir yang melimpah ini, akan mendapatkan hasil yang maksimal jika pengelolaannya disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing wilayah pesisir. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam tentang karakteristik dari masing-masing wilayah pesisir yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara. Karakteristik wilayah pesisir ini dalam kondisi topografi baik di darat, di dasar pantai maupun kondisi sosial budaya dari masyarakat yang mendiami pesisir tersebut. Dengan memahami karakteristik masing-masing pesisir, dapat diketahui potensi/sumber daya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Sumber daya ini meliputi sumber daya alam (perikanan) maupun sumber daya manusia. Sebaran sumber daya perikanan dari masing-masing wilayah pesisir akan berbeda untuk setiap wilayah.
Permasalahan kedua yaitu masih rendahnya hasil produksi perikanan yang disebabkan oleh bentuk pengelolaan sumber daya perikanan yang ada masih belum maksimal. Pengelolaan potensi perikanan suatu daerah harus disesuaikan dengan potensi sumber daya yang tersedia di wilayah pesisir tersebut. Bentuk- bentuk pengelolaan sumberdaya perikanan ini juga hasru menyesuaikan dengan teknologi yang digunakan, infrastuktur pendukung, kelembagaan, tata niaga dan yang terpenting adalah peran serta pemerintah daerah dalam mengatur pengelolaannya.
Pengelolaan sektor perikanan, walaupun sudah diatur oleh pemerintah dengan baik, jika kurang mendapat dukungan dari masyarakat, maka hasilnya belum tentu maksimal. Saat ini, keterlibatan masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangatlah lemah karena belum diketahuinya derajat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sehingga terkadang kebijakan pengelolaan sektor perikanan yang digunakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan hanya diketahui oleh sekelompok orang saja.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan ketiga dalam pengelolaan wilayah pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang kurang sesuai dengan kondisi daerah. Pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara menjadi sangat penting untuk membangun ekonomi masyarakat dengan melibatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat. Upaya ini dapat diwujudkan apabila diketahui secara pasti faktor-faktor yang mendorong munculnya bentuk dan tipe partisipasi masyarakat.
Permasalahan ke empat yaitu belum dirumuskannya startegi pengelolaan sumberdaya perikanan, Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah otonom baru memerlukan langkah-langkah strategis dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dengan tujuan untuk menserasikan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah ini. Untuk itu sangat diperlukan strategi yang diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan sumberdaya perikanan wilayah pesisir yang nantinya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Strategi-strategi ini harus disusun dengan kajian yang mendalam sehingga mampu menjawab tiga permasalahan pokok dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang telah dikemukakan sebelumnya.
Banyaknya strategi yang telah dirumuskan akan menghasilkan penyelasaian permasalahan yang ada. Untuk mendapatkan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya perikanan perlu disusun skala prioritas strategi berdasarkan tingkat urgensinya. Dengan adanya strategi-strategi pengelolaan wilayah pesisir khususnya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, maka pemanfaatan ruang dan pengelolaan sumber daya secara spasial yang ada di dalamnya dapat lebih optimal serta mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan di Kabupaten Gorontalo Utara. Optimal dalam hal ini, berarti dapat dicapai tingkat kemakmuran masyarakat yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan alam lingkungan yang berkelanjutan.
Berkaitan dengan pemekaran wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, saat ini kondisi masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Gorontalo Utara masih terlihat statis. Dengan kondisi tersebut, akan mengakibatkan terjadinya perbedaan bentuk pengelolaan di masing-masing wilayah pesisir. Perbedaan pengelolaan sektor perikanan dan kelautan ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik dari masing-masing pesisir. Bentuk pengelolaan pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara yang memiliki karakteristik yang berbeda baik kondisi fisik maupun sosialnya membutuhkan model pengelolaan yang berbeda pula. Perbedaan ini juga terjadi dalam hal partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Bervariasinya karakteristik, bentuk pengelolaan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan ini, membutuhkan strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi daerah. Kondisi-kondisi tersebut di atas merupakan suatu hal menarik untuk dikaji lebih mendalam. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan Wilayah Pesisir Melalui Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan permasalahan- permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara dan menjadi titik tolak dalam penelitian ini yaitu :
1. Kondisi karakteristik wilayah dalam hubungannya dengan pengelolaan sumber daya perikanan.
2. Bentuk pengelolaan sumber daya perikanan yang dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo Utara.
3. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
4. Strategi pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara dalam pengelolaan sumber daya pesisir
I.3. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan sebuah pertanyaan utama penelitian yaitu bagaimana pengelolaan sumber daya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Gorontalo yang berbasis masyarakat. Agar arah pembahasan jelas dan untuk mempertajam analisis, maka pertanyaan utama penelitian di atas, dirumuskan secara lebih mendetail sebagai berikut ini.
1. Bagaimana pengaruh karakteristik pesisir Kabupaten Gorontalo Utara terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pengelolaan sumber daya wilayah pesisir Kabupaten Gorontalo Utara untuk peningkatan produksi perikanan Kabupaten Gorontalo Utara?
3. Bagaimana pengaruh partisipasi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan terhadap produksi sektor perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara?
4. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan skala prioritasnya?
I.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji pengaruh karakteristik wilayah pesisir secara keseluruhan terhadap potensi perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara.
2. Mengkaji bentuk-bentuk pengelolaan wilayah pesisir yang sesuai dalam peningkatan produksi perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara.
3. Mengkaji partisipasi masyarakat dalam hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara.
4. Merumuskan strategi pengelolaan sumber daya pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan skala prioritasnya
I.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perumusan kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara, khususnya sektor perikanan dan kelautan karena sebagai daerah yang baru saja dimekarkan tentunya memerlukan kebijakan-kebijakan strategis dan tepat sasaran dalam mengembangkan potensi daerah. Sektor perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara apabila lebih dioptimalkan pengelolaanya yang didukung oleh partisipasi masyarakat akan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekembangan daerah terbungsu di Provinsi Gorontalo.
Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian-penelitian lain, khususnya pada bidang geografi dan kajian pengembangan wilayah khususnya pesisir. Hasil kajian yang telah dilakukan, nantinya akan diperoleh salah satu landasan teoritis dari hasil penelitian secara komprehensif mengenai karakteristik wilayah pesisir, bentuk pengelolaan sumber daya perikanan, peran masyarakat pada pengelolaan sumberdaya perikanan serta skala prioritas strategi pengelolaan sumber daya wilayah pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara.
I.6. Keaslian Penelitian
Kawasan Pesisir khususnya dalam hubungannya dengan karakteristik wilayah, bentuk pengelolaan sumberdaya perikanan, peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan serta strategi strategi pengelolaan sumber daya pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk dikembangkan dan dikaji secara mendalam walaupun telah banyak penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya khususnya mengenai pengembangan wilayah namun untuk daerah otonom baru seperti Kabupaten Gorontalo Utara menjadi lebih menarik karena daerah tersebut memiliki berbagai keterbatasan baik sumberdaya manusia maupun infrastruktur pengelolaan sumberdaya perikanan.
Keaslian penelitian ini lebih dicirikan oleh fokus dan lokus penelitian yang sekaligus menunjukkan keunikan dan perbedaannya dengan penelitian lain mengenai pengembangan wilayah wilayah pesisir melalui pengelolaan sumberdaya manusia yang berbasis pada kemampuan masyarakat.
Penelitian ini juga menggunakan prosedur penelitian dengan pendekatan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif. Fokus kajian dikembangkan secara akurat dengan tingkat validitas data yang terjamin karena menggunakan teknik yang lazim berupa teknik observasi dan teknik angket yang ditunjang dengan penelusuran dokumen dan arsip. Selain teknik pengumpulan data di atas, juga dilakukan teknik diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion). Hasil analisis yang disajikan melalui teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dengan bantuan informan selain memperkaya pembahasan juga menguatkan keaslian penelitian ini.
Penelitian mengenai kawasan pesisir khususnya dalam hubungannya dengan karakteristik wilayah, bentuk-bentuk pengelolaan, peran serta masyarakat dan strategi pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara belum pernah dilakukan sebelumnya. Sebagai penelitian yang baru di Kabupaten Gorontalo Utara, perlu dilakukan kajian dan telaah terhadap penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilaksananan di daerah lain. Hal ini dimaksudkan sebagai pembanding dan membantu mengarahkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Adapun penelitian-penelitian sejenis lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah disajikan pada Tabel 1.1.
Terdapat beberapa perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan yaitu mengenai topik, data, waktu dan lokasi penelitian, dimana penelitian ini lebih berfokus kepada pengelolaan kawasan pesisir khususnya dalam hubungannya dengan karakteristik wilayah, bentuk pengelolaan dan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, serta strategi yang digunakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara. Selain perbedaan di atas, kebaruan yang membedakan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini dilakukan di daerah pemekaran baru (daerah otonomo baru) yang tentu saja memiliki problematika serta penanganan yang berbeda dengan daerah lain yang bukan daerah pemekaran.
Tabel 1.1. Daftar Penelitian Relevan NoNama Peneliti,
Tahun Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1. Djalaluddin Salampessy, 2007
Pengelolaan Sumber Daya Alam di Pulau Kecil dalam Perspektif Budaya Masyarakat Maluku (Kasus Tradisi di Pulau Haruku – Maluku Tengah)
Kualitatif dan Kuantitatif
1. Sasi sebagai kearifan lokal memiliki tata aturan sumber daya alam berkelanjutan.
2. Letak Pulau Haruku memberikan pengaruh terhadap topografi dan kandungan sumber daya alam.
3. Krisis ekonomi, pertikaian warga dan penerapan undang-undang otonomi, berpengaruh terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan penduduk Pulau Haruku
2. Raditya Jati, 2012
Model Pengelolaan Wilayah Kepesisiran secara Terpadu untuk Pengembangan Sistem Pendukung
Keputusan Perencanaan Pembangunan Kota Pesisir Berkelanjutan (Kasus di Kota Semarang dan Kota Cilacap)
Deskriptif kualitatif
1. Pemrograman untuk Decission Support System di Kota Semarang dan Kota Cilacap tidak jauh berbeda.
2. Skenario untuk pengembangan wilayah kepesisiran dengan skenario pembangunan yang berkelanjutan menjadi fokus utama dalam penyelesaian permasalahan wilayah kepesisiran
3. Henny
Aprianty, 2008
Kolaborasi pengelolaan antara pemerintah dan masyarakat merupakan pilihan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi laut di Indonesia
Kualitatif, kuantitaif dan Multicriteria Decision Analysis (MCDA)
1. Kolaborasi pengelolaan antara pemerintah dan masyarakat merupakan pilihan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi laut di Indonesia
2. Kolaborasi pengelolaan antara pemerintah dan masyarakat merupakan pilihan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi laut di Indonesia
3. Struktur masyarakat yang memiliki modal rendah, menjadikan ketergantungan yang besar terhadap tauke
NoNama Peneliti,
Tahun Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
4. Kelembagaan hubungan kerja, bagi hasil dan pemasar dikendalikan oleh tauke yang memiliki modal sehing terjadi hubungan yang asimetris
5. Kolaborasi pengelolaan antara pemerintah dan masyarak merupakan pilihan yang lebih baik dalam rang meningkatkan keberhasilan pengelolaan kawas konservasi laut di Indonesia
4. Michel
Sipahelut, 2010
Tesis:
Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
Kualitatif 1. Program PEMP telah memicu perubahan sosial budaya, teknologi, ekonomi dan kelembagaan masyarakat pesisir
2. Prioritas strategi perbaikan program pemberdayaan masyarakat, yaitu 1) pengembangan akses pemasaran;
2) pengembangan teknologi dan skala usaha perikanan;
3) pengembangan akses permodalan; 4) pembangunan sarana prasarana penunjang usaha perikanan; 5) penguatan kelembagaan masyarakat pesisir; dan 6) pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat 5. Qadar Hasani,
2012
Jurnal :
Konservasi Sumberdaya Perikanan
Berbasis Masyarakat, Implementasi Nilai Luhur Budaya
Indonesia dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Studi komparasi 1. Masyarakat memiliki nilai-nilai konservatif terhadap keberadaan sumberdaya alam di sekitarnya.
2. Kolaborasi pengelolaan antara pemerintah dan masyarakat merupakan pilihan yang lebih baik dalam rangka peningkatkan keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi laut di Indonesia
NoNama Peneliti,
Tahun Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
6. Yessy Nurmalasari, 2005
Jurnal:
Analisis Pengelolaan Pesisir Berbasis Masyarakat
Deskriptif Pengelolaan Berbasis Masyarakat, dimana masyarakat
lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.
Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural
7. Gunalan, 2010 Pengembangan Pesisir Melalui
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat di
Kab. Gorontalo Utara
Analisis Deskriptif
Kualitatif dengan menggunakan studi kasus Sumber: berbagai penelitian