• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Pendidikan merupakan suatu proses transfer ilmu, transformasi nilai, serta pembentukan karakter dengan segala aspek yang dicakupnya. Proses tersebut dilakukan dengan upaya pendewasaan melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Pendidikan dapat juga dikatakan sebagai usaha secara sadar dan terenacana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Selain dalam akademis, pendidikan juga dalam penting untuk menumbuhkan karakter diri seperti pengendalian diri, kepribadian, dan ketrampilan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena merupakan alat untuk pengembangan dan memajukan negara.

Pendidik berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara, dan memberi Latihan agar seseorang mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan seperti yang diharapkan. Maka pendidik merupakan orang yang mendidik atau memberi pengajaran, ilmu pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan. Dalam hal ini pendidik yang dimaksudkan adalah guru. Dalam UndangUndang tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru merupakan pendidik professional. Sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 disebut sebagai pendidik adalah tenaga kependidikan. Pendidik berhubungan erat dengan peserta didik. Peserta didik merupakan individu yang berpotensi untuk berkembang dan memiliki usaha untuk mengembangkan potensinya melalui proses pendidikan.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan proses pendidikan yang melibatkan aktifitas fisik untuk memperoleh kemampuan individu, baik dalam aspek fisik, mental serta emosional. Menurut Junaedi

(2)

(2016: 835) menyatakan bahwa “pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan integrasi dari keseluruhan pendidikan melalui kegiatan jasmani yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik secara organic, neuromuskuler, intelektual dan emosional”. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan juga sebagai suatu proses untuk membentuk tubuh dan pikiran yang berkualitas. Proses pendidikan jasmani dilakukan secara sadar dan sistematik dengan berbagai kegiatan jasmani. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan jasmani, peningkatan kecerdasan, dan pembentukan karakter.

Pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan ketrampilan jasmani, tetapi pendidikan jasmani juga mengambangkan ketrampilan sosial (social skill), emosional dan intelektual. Pendidikan jasmani dikatakan sebagai bagian pendidikan yang pada hakikatnya merupakan proses pendidikan dimana terjadi interaksi anatar peserta didik dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Winarno (2006: 85) menyatakan bahwa:

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapai, materi yang disajikan, strategi yang di-gunakan, sarana dan prasarana, dan media yang digunakan untuk mencapai tujuan. Pendidikan jasmani yang menitikberatkan pada aktivitas fisik untuk mencapai tujuan, lebih dominan pada aspek psikomotor digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, dibanding dengan aspek kognitif dan afektif.

Sedangkan mata pelajaran lain seperti matematika, IPA dan IPS, barangkali aspek kognitif lebih dominan.

Hasil pengajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat diukur dengan melihat tiga aspek, yaitu efektivitas pengajaran, efisiensi pengajaran dan daya Tarik pengajaran. Efektivitas pengajaran dapat terlihat dari kecepatan penguasaan materi pelajaran, kesesuaian dengan prosedur, kuantitas kinerja, dan kualitas hasil akhir. Efektivitas pengajaran juga dapat

(3)

dilihat dari tinggi dan rendahnya aktivitas pserta didik selama pembelajaran berlangsung.

Efektivitas pengajaran ini berguna untuk mencapai tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, yang menurut Winarno (2006: 15) terbagi menjadi beberapa domain sebagai berikut :

a. Domain fisik : kekuatan, daya tahan, dan kelentukan

b. Domain psikomotor : kemampuan perseptual-motorik, dan ketrampilan gerak dasar

c. Domain kognitif : perkembangan intelektual dari pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan intelektual

d. Domain afektif : perkembangan personal, sosial dan emosional Aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani tidak hanya mampu memberikan sumbangsih terhadap aspek kesegaran jasmani saja, namun ternyata dapat memengaruhi komponen lainnya. Terdapat hal positif dari efek latihan atau aktivitas fisik terhadap peningkatan fungsi kognitif.

Pendidikan jasmani yang baik akan memberikan pengembangan peserta didik tidak hanya dalam pengembangan keterampilan dan aktivitas fisik melainkan dalam seluruh aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Kurniawan, Winarno dan Dwiyogo (2018: 1254) menyatakan:

Dengan mengetahui pentingnya pendidikan jasmani sebagai pondasi dalam membentuk generasi bangsa yang kuat, maka pengukuran ketercapaian program pendidikan jasmani penting untuk dilakukan guna mengetahui hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pendidikan jasmani menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang

lebih baik

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

(4)

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif

Sedangkan menurut Winarno (2006: 4) menyatakan bahwa “tujuan pendidikan jasmani menurut adalah mengembangkan anak secara keseluruhan melalui kegiatan jasmani, bukan hanya mengembangkan fisik saja, melainkan juga mengembangkan mental, sosial, emosional, intelektual dan kesehatan secara keseluruhan”.

Keefektifan pengajaran pendidikan jasmani menurut Winarno (2006: 40) dapat dianalisis melalui dua indikator sebagai berikut :

Pertama yaitu tingginya rerata waktu belajar yang tepat. Kedua yaitu rendahnya waktu menunggu atau pembagian giliran untuk melakukan kegiatan. Dua faktor itu dinilai sebagai faktor utama yang membedakan pengajaran yang baik dan pengajaran yang buruk. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif adalah susunan pembelajaran yang dirancang untuk dapat memaksimalkan jumlah waktu yang dapat digunakan siswa untuk melakukan latihan langsung, sekaligus dapat meyakinkan terwujudnya perkembangan yang berkelanjutan dari keterampilan yang sesuai, dengan jumlah kegagalan minimal.

2. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online dengan jarak jauh atau pembelajaran yang dilakukan peserta didik dimanapun dan kapanpun saat dibutuhkan. Berdasarkan surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 4 tahun 2020 bab 2 dikatakan bahwa, proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;

(5)

b. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic Covid-19;

c. Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapar bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk memperhatikan kesenjangan akses/fasilitas belajar dari rumah;

d. Bukti atau prduk dari aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tanpa harus diharuskan memberikan skor/nilai kuantitaif.

Dalam pembelajaran daring membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti laptop, komputer, smartphone dan jaringan internet. Hal itulah yang menjadi salah satu tantangan untuk melakukan pembelajaran daring. Menurut Oktafia, Ika Handarini dan Siti (2018: 502) menyatakan bahwa:

Pembelajaran daring membuat siswa menjadi lebih mandiri, karena lebih menekankan pada student centered. Mereka lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Serta pemerintah juga telah menyediakan beberapa platform yang dapat digunakan peserta didik untuk belajar.

Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan suatu bentuk pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan internet, dimana peserta didik tidak bertatap muka secara langsung dengan pengajar. Metode pembelajaran daring dapat dilakukan dimana saja dan tidak menuntut peserta didik untuk datang ke sekolah. Metode pembelajaran daring akan membentuk kemandirian belajar peserta didik dan mendorong interaksi antar peserta didik. Sikap professional peserta didik dapat terlihat pada pembelajaran daring.

Pembelajaran daring menuntut peserta didik untuk meningkatkan peran dan keaktifannya dalam memahami materi pembelajaran yang ditangkap oleh panca indera pada layer gadget.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring adalah:

a. Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi.

b. Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan

(6)

komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja.

c. Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta digunakan dalam proses pembelajaran.

d. Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar, mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan teknologi pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi.

e. Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan program studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan tanpa batas usia, tahun ijazah, latar belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar, serta masa evaluasi hasil belajar.

Menurut Dwiyogo (2020: 206) dikatakan bahwa “Pada proses pembelajaran daring terdapat dua model pembelajaran yaitu dengan bertatap muka (synchronous) dan pembelajaran berbasis laman (Asyncrhonous – LMS MOLS)”.

Tahapan pembelajaran dengan bertatap muka (synchronous) adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi penting terhadap peserta didik sebelum pembelajaran dimulai

b. Memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang materi yang disampaikan dengan bantuan aplikasi

c. Dilakukan diskusi agar pembelajaran dapat hidup dan mengetahui respon dari peserta didik

Tahapan pembelajaran berbasis laman (Asyncrhonous – LMS MOLS) adalah sebagai berikut :

a. Pengumuman dan informasi penting yang ditampilkan dalam laman website

b. Teori atau materi-materi, baik yang berbentuk materi langsung di website tersebut atau pun link-link disediakan di website tersebut

(7)

c. Latihan soal (practicing),pada latihan soal, berisi soal-soal latihan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari

Metode pembelajaran seperti ini sangat fleksibel dalam menyediakan sumber daya pembelajaran, dengan menggunakan ZOOM, Google Meet, Teams, dan fasilitas lain yang mendukung pembelajaran secara virtual.

Metode pembelajaran penjasorkes secara daring yang baik yaitu dengan tetap disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, tujuan, materi ajar, media, waktu yang tersedia, situasi dan kondisi. Pembelajaran daring secara umum merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi multimedia, video, kelas, virtual, teks online animasi, pesan suara, email, telepon konferensi, dan video streaming online. Pembelajaran dapat dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang tidak terbatas, dapat dilakukan secara berbayar maupun gratis. Dalam pemanafaatan teknologi untuk pembelajaran penjasorkes, perlu diperhatikan penggunaan metodenya karena tidak semua metode pemelajaran daring dapat digunakan untuk pembelajaran penjasorkes yang berkaitan dengan aspek psikomotor (gerak). Model yang sesuai untuk pembelajaran penjasorkes yaitu model pembelajaran yang dilengkapi aplikasi video.

Potensi pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga sangat terbuka meskipun wilayah atau lingkungan sekolah tidak dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang pembelajaran online. Model pembelajaran menurut Herlina dan Suherman (2020: 6) menyatakan bahwa:

Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan model distance learning dan menggagas collaborative approach dengan orang tua siswa melalui lembar pengamatan aktivitas belajar siswa. Distance learning model untuk mata pelajaran PJOK dengan collaborative approach bersama orang tua siswa menjadi solusi dan potensi pembelajaran pada sekolah dan wilayah yang tidak bisa menerapkan pembelajaran online yang terkendala oleh jaringan internet, sarana dan prasarana pendukung serta minimnya penguasaan guru dan siswa terhadap keterampilan pembelajaran online.

(8)

3. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas adalah suatu kegiatan atau keaktifan. Dalam kata lain, aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan atau berbagai kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya dalam memberi stimulus, bimbingan, pengarahan serta dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan guru hingga sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa dapat dikontrol dan diarahkan menunju ke arah yang lebih baik baik secara fisik maupun mental

Aktivitas pembelajaran menurut Simatupang (2016: 52) menyatakan bahwa:

Dalam aktivitas pembelajaran, peserta didik tidak hanya dituntut akan keaktifannya, namun juga kreativitasnya. Dengan kreativitas, peserta didik dapat menciptakan suasana belajar yang tidak monoton dan menarik sehingga peserta didik dapat lebih interaktif dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes. Suasana belajar yang kondusif penting untuk diciptakan, sehingga peserta didik dapat mengekspresikan ide-ide yang dimiliki secara bebas untuk menunjang aktivitas belajar yang positif.

Pendidikan jasmani memiliki manfaat baik secara fisik maupun psikis.

Kebermanfaatan secara fisik diperoleh melalui aktifitas pembelajaran fisik.

Sedangkan kebermanfaatan secara psikis meliputi sosial, afektif dan kognitif.

Nilai-nilai edukasi yang diperoleh dari aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani akan berpengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat dipraktekkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani, siswa dapat mengembangkan sikap sosial seperti kerja sama, kepemimpinan, dan empati.

Hal ini sejalan dengan peran aktivitas pembelajaran jasmani menurut Widiyatmoko dan Hudah (2017, 48) yang menyatakan bahwa:

Aktivitas jasmani berperan sebagai media untuk menanamkan, mengembangkan, dan memelihara nilai-nilai pendidikan baik yang berhubungan dengan langsung aktivitas fisik seperti pengembangan dan peningkatan kemampuan gerak motorik maupun secara tidak langsung seperti kemampuan perseptual, kognitif, maupun emosional.

(9)

4. Indikator Aktivitas Belajar

a. Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Motivasi memiliki kedudukan yang penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut Emda (2017: 182) menyatakan bahwa:

Munculnya motivasi tidak semata-mata dari diri siswa sendiri tetapi guru harus melibatkan diri untuk memotivasi belajar siswa. Adanya motivasi akan memberikan semangat sehingga siswa akan mengetahui arah belajarnya. Motivasi belajar dapat muncul apabila siswa memiliki keinginan untuk belajar. Oleh karena itu motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik harus ada pada diri siswa sehingga tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan dapat tercapai secara optimal.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut Kompri (2015: 232) beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

1) Cita-cita dan aspirasi siswa

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa baik intrinsic maupun ekstrinsik.

2) Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuaan dan kecakapan dalam pencapaiannya

3) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang siswa yang sedang sakit akan menggangu perhatian dalam belajar.

4) Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan bermasyarakat.

b.

Persiapan Siswa dalam Pembelajaran Daring

Dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran daring, maka setiap pihak yang terlibat (peserta didik, pengajar dan tenaga kependidikan) wajib bekerjasama dengan baik dan melakukan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu pembelajaran akan terhambat dan bahkan terhenti sama sekali. Salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah

(10)

kembali memasuki dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan belajar mereka akan berkembang sendiri. Menurut Suwarni dan Budiprayitno (2013: 617) menyatakan:

Tahap persiapan dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada pembelajar, membangkitkan rasa ingin tahu, membangkitkan lingkungan fisik yang positif, menciptakan lingkungan emosional yang positif, menciptakan lingkungan sosial yang positif, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan - hambatan belajar, banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu pembelajar, mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

Pembelajaran jika dilakukan dengan persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal

c. Konsentrasi Belajar Siswa

Konsentrasi belajar adalah memusatkan perhatian pada pembelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Menurut Dimyati dan Murdjiono (2013: 239) menyatakan bahwa „untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat”.

Konsentrasi belajar merupakan pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungan dengan objek yang dipelajari. Menurut Ikawati (2016: 159) menyatakan bahwa:

Rendah kualitas dan prestasi belajar, sebagian besar disebabkan oleh lemah kemampuan melakukan konsentrasi belajar.Siswa sering kali mengalami pikiran bercabang (duplikasi pikiran) saat melakukan kegiatan belajar. Pikiran bercabang bisa muncul tanpa disadari.Tentunya siswa pun merasa terganggu saat tidak mampu berkonsentrasi dalam belajar.Pada saat belajar, kadang kala tanpa disadari muncul kepermukaan alam pikiran mengenai masalah- masalah lama, keinginan-keinginan lain atau terhambat menjadi pengganggu aktivitas belajar kita.

(11)

d. Kedisiplinan

Kata disiplin berasal dari bahasa latin yaitu „disciplina‟ yang menunjukkan pada sebuah kegiatan belajar dan mengajar. Menurut Amri (2013: 161) menyatakan bahwa “disiplin merupakan suatu kepatuhan atau ketaatan seorang individu terhadap peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh dirinya sendiri maupun lingkungan”. Sedangkan menurut Jessicasari dan Hartati (2014: 663) “kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan, ketentuan, terhadap peraturan, tata tertib, norma-norma yang berlaku, baik tertulis maupun yang tidak tertulis”. Disiplin dapat membuat seseorang mampu bersikap tegas, dapat dipercaya, dapat menjadi teladan bagi orang lain. Seorang yang hidup disiplin pasti merupakan orang yang mampu bertanggungjawab. Berdasarkan pengertian kedisiplinan di atas dapat kita ketahui bahwa siswa melakukan kedisiplinan itu karena dua hal, yaitu dorongan dari diri sendiri dan adanya peraturan yang mengikat.

e. Pemahaman Siswa

Dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran pendidikan jasmani maupun penjas dibutuhkan dorongan teknologi untuk dapat lebih mempermudah bagi para pelajar/siswa untuk menggali sebuah informasi dan mempermudah pelajar untuk mempelajari hasil dari materi pembelajaran yang diberikan. Dalam proses ini seorang guru akan berusaha agar proses pembelajaran dapat mudah dipahami oleh pelajar dengan pemanfaatan teknologi seperti materi yang dapat dicetak berupa bahan ajar terprogam dan modul untuk belajar mandiri. Menurut Kresnapati (2018: 443) menyatakan bahwa:

Dengan memanfaatkan berupa audiovisual melalui rekaman audio, video dan digital yang akan mempermudah pelajar untuk mempelari secara berulang-ulang diluar proses pembelajaran yang semestinya.

Yang mungkin dapat dilakukan kembali oleh seorang guru penjas disini dengan memanfaatkan teknologi jaringan (telematika) multi mode learning, e-learning pada proses pembelajarannya, sehingga akan lebih mempermudah seorang guru dalam menyampaikan materi

(12)

dan memberikan penilaian kepada peserta didiknya secara daring online.

f. Minat

Dalam proses pembelajaran minat belajar siswa dapat bertumbuh, disebabkan siswa menyukai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah atau materi pembelajaran yang didapatkan ketika proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Tetapi ada juga faktor eksternal yang bisa menyebabkan minat belajar siswa bertumbuh, biasanya faktor tersebut terdapat dari dukungan orang tua maupun guru. Untuk menumbuhkan minat belajar siswa guru harus lebih kreatif dalam proses pengajaran. Menurut Nugroho (2020: 78) menyatakan bahwa:

Salah satu faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa yaitu semangat guru saat mengajarakan suatu materi kepada siswa.

Karena guru yang mempunyai semangat dalam mengajarkan materi yang diajarkan, akan mempengaruhi minat belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Tidak mungkin guru dapat menumbuhkan minat belajar siswa, jika guru tersebut tidak memiliki minat yang besar dalam mengajarkan materi pelajaran tersebut.

g. Metode Pembelajaran

Menurut Djamarah (2008: 46) menyatakan bahwa "metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaannya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir”. Hal ini sejalan dengan definisi metode pembelajaran menurut Afandi, Chamalah dan Wardani (2013:

16) yang menyatakan bahwa “metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran”.

Menurut Winarno (2006: 120) mengenai metode pembelajawan manyatakan bahwa:

(13)

Metode pembelajaran secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) strategi pengorganisasian pembelajaran yang mengacu pada bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan meringkas isi pembelajaran (apakah itu konsep, prosedur, atau prinsip) dalam tingkat mikro atau makro; (2) strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada bagaimana cara menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa, dimana media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini; dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran yang mengacu pada bagaimana melakukan interaksi antara siswa dengan strategi-strategi lainnya.

h. Aplikasi Pembelajaran

Beberapa metode belajar yang dilakukan saat pembelajaran dari rumah, yaitu diantaranya pembelajaran daring. Pembelajaran daring merupakan metode pembejaran yang menggunakan teknologi dan jaringan internet mulai dari penggunaan Whatsapp, Google Classroom, Zoom atau aplikasi lainnya. Pembelajaranan daring dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dengan sistem belajar jarak jauh, sehingga kegiatan belajar dan mengajar (KBM) tidak dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran online dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa media, baik media cetak (modul) maupun non cetak (audio atau video), komputer atau internet, siaran radio dan televisi.

Menurut Kristina, Sari dan Nagara. (2020: 207) menyatakan bahwa

“selama pembelajaran daring, peserta didik sering mengalami kendala seperti jaringan internet tidak stabil, banyaknya tugas yang diberikan, sulit fokus serta penggunaan aplikasi yang rumit”. Mayoritas pembelajaran daring yang digunakan semasa pandemi Covid-19 adalah pembalajaran daring dengan menggunakan aplikasi Whatsapp. Adapun penggunaan Whatsapp sebagai aplikasi unggulan dikarenakan Whatsapp dinilai praktis dan mudah digunakan oleh guru maupun siswa. Selain itu, aplikasi Whatsapp sudah cukup familier bahkan sebelum pandemi ada sudah banyak orang yang mengunduh dan memiliki aplikasi ini. Pada aplikasi Whatsapp guru dapat mengirimkan foto, video, link ataupun melampirkan tugas-tugas pembelajaran. Selain aplikasi Whatsapp,

(14)

aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring adalah aplikasi Google Classroom yang dinilai lebih mudah digunakan oleh guru dan siswa. Selain itu Google Classroom dinilai lebih ramah dalam pemakaian kuota internet dan mempermudah pengadministrasian data-data yang tersimpan. Aplikasi selanjutnya adalah Google Meeting atau Zoom, aplikasi jenis ini merupakan aplikasi yang menyediakan layanan pertemuan jarak jauh dengan menggabungkan konferensi online, video, obrolan, hingga kolaborasi seluler. Adapun dalam penggunaan aplikasi Google Meeting atau Zoom digunakan sesekali yang digunakan berdampingan dengan aplikasi lainnya yaitu aplikasi Whatsapp. Selama pembelajaran daring, peserta didik sering mengalami kendala seperti jaringan internet tidak stabil, banyaknya tugas yang diberikan, sulit fokus serta penggunaan aplikasi yang rumit.

i. Kendala dalam Pembelajaran

Berbagai hambatan yang ditemukan selama dalam proses pembelajaran daring dapat berpengaruh terhadap kondisi psikis mahasiswa, sehingga diperlukan adanya solusi atas berbagai hambatan tersebut, misalnya kemampuan dalam pengelolaan stres yang dihadapi.

Menurut Oktawirawan (2020: 543) menyatakan bahwa:

Pembelajaran daring yang dilakukan selama masa pandemi covid-19 menimbulkan kecemasan atau tekanan bagi beberapa siswa.

Kecemasan tersebut muncul karena siswa kurang memahami materi, kesulitan mengerjakan tugas dengan baik sesuai batas waktu, memiliki keterbatasan dalam mengakses internet, menghadapi berbagai kendala teknis, dan merasa khawatir menghadapi materi di tingkat selanjutnya.

Siswa mendapat dukungan yang baik dari berbagai pihak dalam melaksanakan pembelajaran dalam jaringan. Namun masih banyak siswa yang memiliki kendala dalam pelaksanaannya. Menurut Puspaningtyas dan Dewi (2020: 711) menyatakan bahwa:

mayoritas siswa mengalami kendala terkait signal selama pembelajaran daring. Banyak siswa juga belum dapat menguasai

(15)

aplikasi pembelajaran dengan baik sehingga akan perpengaruh pada proses pembelajaran. Selain itu, siswa menyatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dan lebih menyukai berdiskusi secara tatap muka serta siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi apabila hanya bersumber dari buku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 memiliki beragam problematika yang dialami guru, peserta didik, dan orangtua. Permasalahan dari guru berupa lemahnya penguasaan IT dan terbatasnya akses pengawasan peserta didik, dari peserta didik berupa kekurangaktifan mengikuti pembelajaran, keterbatasan fasilitas pendukung dan akses jaringan internet, sementara dari orangtua berupa keterbatasan waktu dalam mendampingi anaknya di saat pembelajaran daring. Beragam permasalahan tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kompetensi penguasaan IT, pengawasan intensif dengan melibatkan peran orangtua, dan memberikan penugasan secara manual (Asmuni, 2020: 281).

Mencermati fakta di masyarakat saat ini, sebagian orang tua peserta tidak memiliki perangkat handphone (android) atau komputer untuk menunjang pembelajaran daring, terlebih bagi peserta didik sendiri.

Kondisi demikian membuat mereka kebingungan menghadapi kenyataan yang ada. Satu sisi dihadapkan pada ketiadaan fasilitas penunjang, sisi lain adanya tuntutan terpenuhinya pelayanan pendidikan bagi peserta didik. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga berhak mendapat pendidikan.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya pada ketersediaan fasilitas pembelajaran, melainkan ketiadaan kuota (pulsa) yang membutuhkan biaya cukup tinggi, guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring, terutama orangtua peserta didik dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, tidak memiliki anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Tidak berhenti sampai di situ, meskipun jaringan internet dalam genggaman tangan, peserta didik menghadapi kesulitan akses jaringan internet karena tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan

(16)

tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran daring, sehingga pelaksanaannya kurang efektif

j. Kebermanfaatan

Ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru dan siswa. Menurut Sari dan Sutapa (2020: 27) menyatakan bahwa:

Selama pembelajaran penjasorkes siswa merasakan sedikit kebermanfaatan secara fisik dalam pembelajaran. Hal ini berbanding lurus dengan banyaknya siswa yang banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadget atau media sosial. Olahraga sederhana yang dapat dijadikan pilihan dalam menjaga kesehatan adalah jalan cepat, senam, renang, lari, dan bersepeda serta dilakukan setidaknya 3 kali dalam seminggu. Guru dapat mensiasati kekurangan ini memberikan program yang rutin dengan rincian tugas yang jelas dan siswa turut melaporkan hasil tugas kegiatan peningkatan kesehatan melalui olahraga.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk meneliti mengenai aktivitas pembelajaran mata pelajaran penjasorkes secara daring siswa kelas X di SMKN 3 Surakarta. Karena pembelajaran daring merupakan hal yang baru didunia pendidikan Indonesia. Pembelajaran daring memberikan tantangan tersendiri untuk mata pelajaran penjasorkes. Pada umumnya mata pelajaran penjasorkes dilaksanakan dengan praktik secara langsung di lapangan, namun saat ini harus dilakukan via online dan di rumah masing-masing. Bagi pendidik, pembelajaran penjasorkes secara daring juga menjadi permasalahan baru, yaitu mengenai metode pembelajaran yang sesuai agar materi pembelajaran dapat diterima siswa dengan baik, mengingat ketersediaan fasilitas dan daya pikir pada setiap siswa yang berbeda-beda. Sedangkan bagi siswa, cukup sulit untuk menangkap materi penjasorkes dengan hanya dijelaskan melalui media online tanpa dilakukan praktik langsung, kendala sinyal dan kepemilikan gadget yang

(17)

menghambat proses pembelajaran, sikap tanggung jawab yang masih kurang karena tidak berhadapan langsung dengan guru, dan lain-lain.

Perubahan metode pembelajaran secara daring ini dilakukan secara mendadak, maka pendidik dan peserta didik dituntut untuk bisa beradaptasi dengan cepat agar tidak terjadi penurunan kualitas peserta didik. Dengan analisis aktivitas siswa pada pembelajaran mata pelajaran penjasorkes, maka dapat diketahui gambaran kefektifan metode pembelajaran secara daring yang sedang dilakukan oleh siswa kelas X SMKN 3 Surakarta dan kendala yang dialami dalam pembelajaran daring. Selanjutnya dapat dijadikan acuan untuk menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut untuk perbaikan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian dengan merumuskan tujuan, mengumpulkan data, membandingkan hasil penelitian, membuat keputusan dan memberikan rekomendasi. Pendekatan kualitatif yaitu penelitian mengenai prespektif subyek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif dalam penelitian ini akan meninjau, melihat dan menggambarkan dengan angka tentang objek yang diamati seperti apa adanya, dianalisis, lalu dibuat keputusan berupa kesimpulan dan setelahnya ditentukan rekomendasi sesuai fenomena yang tampak pada saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian diketahui dari gambaran aktifitas pembelajaran mata pelajaran penjasorkes secara dari pada siswa kelas X SMKN 3 Surakarta, untuk selanjutnya dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki metode pembelajaran secara daring khususnya mata pelajaran penjasorkes untuk kedepannya.

(18)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

A.

B.

C.

D.

E.

Pembelajaran daring merupakan hal baru bagi siswa dan guru termasuk siswa kelas X SMKN 3 Surakarta.

Dalam proses beradaptasi dengan pembelajaran daring terdapat berbagai permasalahan dan kendala yang dialami siswa yang dikhawatirkan akan menurunkan kualitas siswa jika tidak dilakukan secara efektif

Gambaran aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran daring mata pelajaran penjasorkes menjadi acuan untuk menemukan solusi dan rekomendasi untuk pendidikan yang lebih baik.

Diperlukan penelitian untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran penjasorkes secara

daring

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif agar didapat gambaran pembelajaran penjasorkes siswa SMKN 3 Surakarta

secara daring dengan menganalisis aktifitas siswa

Mengetahui aktivitas pembelajaran penjasorkes secara daring, termasuk kendala dan permasalahan yang dapat mengganggu keefektifan pembelajaran, serta mendapatkan solusi dan rekomendasi

sebagai perbaikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi kepada para pendidik mengenai berbagai permasalahan dalam pembelajaran daring khususnya pada mata pelajaran penjasorkes dan

menjadi acuan pendidik dalam memberikan pendidikan pelajaran penjasorkes secara daring agar kedepannya pembelajaran penjasorkes

secara daring menjadi lebih baik

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir  A.    B.    C.    D.    E.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik juga memberikan respon yang positif terhadap penggunaan LKPD, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKPD berbasis masalah

Sejarah lahirnya Project Mono sendiri cukup panjang, berawal dari inisiasi Miguel de Icaza, pendiri Ximian pada saat itu, melihat peluang dari pengumuman Microsoft yang

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Penelitian yang berkaitan dengan segmentasi pemilik hewan peliharaan dengan dimensi dari human-pet relationship sebagai variabel inti dan perilaku konsumsi yang dipengaruhi

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Membuat algoritma untuk menterjemahkan informasi model produk berbasis feature yang tersedia dalam software CaSTPro ke dalam bahasa kode-G (G-Code) untuk feature

1) Menganalisa data yang lalu, tahap ini berguna untuk pola dari data-data yang terjadi pada masa lalu. 2) Menentukan metode yang digunakan. Metode peramalan yang baik adalah

Sebaliknya sekalipun holiness, pentakosta dan kharismatik sudah mengembalikan peran kesembuhan ilahi dalam pelayanan gereja, yang harus kita syukuri, ternyata ajaran ini juga