• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)

DI BUKIT PINANG ESTATE,

PT BINA SAINS CEMERLANG,

MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

ANTON SUWAIFI

A.24050195

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG

MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

Anton Suwaifi1, Surjono Hadi Sutjahjo2, dan Hariyadi3

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

2

Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

3

Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

Abstract

The objective of this internship is to increase technical and managerial skill. The internship has done from January12th until June 12th in Bukit Pinang Estate (BPE) Palm Oil Plantation, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, South Sumatera.The methods of this internship are direct and indirect methods. Direct method was conducted by work practice as a field worker and foreman assistant, while the indirect methods was conducted by collecting information from estate archives and literature review. Fertilization applied to keep the amount of soil nutrient in order to ensure plant nutrient fufillment. On yielding crops, fertilization becomes a vital importance because it counts up to 60% of maintenance cost. Therefore it is urgently a correct management of fertilization to optimum efficiency and effectiveness. Condition of rainfall and oblique land topography results fertilization in Bukit Pinang Estate hardly influenced by run off. Fertilization in Bukit Pinang Estate is done by applying concept (4T) that is type precise, dose precise, time precise, and way precise of fertilization. Monitoring done to control quality of fertilizer application in the field . Based on result of observation of quality of fertilization seen 5.2% oil palm which is not fertilized by dredger and 94.8% is fertilized, 41.8% fertilizer is sowed with number of propers while 29.1% too a few, and 29.5% too excessive, 80.2% fertilizer have been disperse in frond, 0.8% in saucer, 5.1% in gate, 3.8% in frond and gate, and 10.1% in frond and saucer. Result of observation of condition of saucer and gate seen 64.4% saucer in condition of dirty, 35.6% clean saucer and 40.4% gate in condition of dirty and 59.6% in condition of clean. Improvement of fertilizer efficiency in BPE is done with making of siel pits, road siel pits, compiles frond " U" Shape, and the application of organic material (JKS).

(3)

RINGKASAN

ANTON SUWAIFI. Studi Pengelolaan Pemupukan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan. ( Dibimbing oleh SURJONO H. SUTJAHJO dan HARIYADI).

Studi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis lapang penulis khususnya mengenai pengelolaan pemupukan dan mempelajari permasalahan pengelolaan pemupukan serta usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sais Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan pada bulan Februari-Juni 2009.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara kepada para pekerja lepas dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan.

Pada aspek khusus pemupukan diamati teknik pemupukan yang dilaksanakan, jenis pupuk yang dipakai, waktu dan frekuensi, rekomendasi pemupukan, organisasi, pergudangan, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, diamati pula kualitas pemupukan yang dilaksanakan dengan didampingi oleh asisten kebun. Pengamatan dilakukan pada 50 pokok kelapa sawit sebanyak lima ulangan dengan metode sampling secara acak (Simple Random Sampling).

Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa di Bukit Pinang Estate digunakan dua jenis pupuk yaitu, pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang digunakan berupa pupuk tunggal diantaranya Urea (CO(NH2)2), RP (Ca(PO4) 2),

Kalium (KCl), Magnesium (Kieserit atau MgSO4.H2O dan Dolomit atau

CaMg(CO3)2), serta Boron (B2O3), sedangkan pupuk organik yang digunakan

(4)

tiap blok, tetapi tidak tercapai tepat dosis pada tiap pokok. Kegiatan pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun di awal musim hujan dan biasanya pada pagi hari. Pupuk ditebar di tumpukan pelepah di gawangan mati.

Pengamatan terhadap kualitas pemupupukan menunjukkan 5.2% pokok pengamatan yang tidak dipupuk dan 94.8% pokok pengamatan dipupuk. Pada 41.6% pokok pupuk yang ditebar terlihat wajar, 29.4% pupuk terlihat banyak, dan 29.0% pupuk terlihat sedikit. Pada lokasi penebaran terlihat 5.1% pupuk ditebar di gawangan, 0.8% ditebar di piringan, 3.8% ditebar di pelepah dan gawangan, 10.1% pupuk ditebar pada pelepah dan piringan, serta 80.2% pupuk telah ditebar tepat di pelepah. Selain itu, diamati pula kondisi piringan dan gawangan yang menunjukkan bahwa bahwa 64.4% piringan pada pokok pengamatan dalam kondisi kotor dan 35.6% piringan terlihat bersih, serta 59.6% kondisi gawangan bersih dan 40.4% kondisi gawangan kotor.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan di Bukit Pinang Estate dilakukan dengan beberapa cara yaitu, dengan menyusun tumpukan pelepah di gawangan mati membentuk huruf “U” mengelilingi pokok untuk mengurangi aliran permukaan, membuat shield pits sebagai penangkap air aliran permukaan, dan aplikasi bahan organik untuk memperbaiki struktur, sifat fisik dan kimia tanah.

Berdasarkan studi ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi konsep 4T belum terlaksana dengan baik dan kualitas aplikasi pupuk masih harus ditingkatkan.

(5)

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)

DI BUKIT PINANG ESTATE,

PT BINA SAINS CEMERLANG,

MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANTON SUWAIFI

A.24040195

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(6)

Judul : STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

Nama : ANTON SUWAIFI NRP : A.24050195

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP. 196002041958501003 NIP. 196110081986011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP 196111 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manna, Provinsi Bengkulu pada tanggal 2 Agustus 1986. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara anak dari Bapak Jawalludin dan Ibu Yurimah.

Tahun 1999 penulis lulus dari SDN 41 Kotamadya Bengkulu, kemudian pada tahun 2002 menyelesaikan studi di SMPN 4 Kotamadya Bengkulu. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Kotamadya Bengkulu pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui ujian nasional. Selanjutnya penulis diterima di sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2006.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tahun 2006/2007 sebagai Ketua Komisi Pengawas BEM DPM Fakultas Pertanian, dan Ketua Bidang Olahraga dan Seni Organisasi Mahasiswa Daerah Bengkulu sekaligus sebagai salah satu pendirinya, tahun 2007/2008 sebagai Ketua Asrama Mahasiswa Sylvalestari IPB sekaligus sebagai Ketua Komisi Eksternal DPM Fakultas Pertanian. Tahun 2008/2009 penulis sebagai Ketua Kineklub Sylvalestari IPB dan sebagai Ketua Komisi Internal DPM KM IPB.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal magang ini. Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kepada ilmu dan kebaikan.

Studi yang berjudul “Studi Pengelolaan Pemupukan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan” ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi stara satu di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Studi ini dilaksanakan melalui kegiatan magang yang bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual kebun dan pengambilan data baik primer maupun sekunnder. Selain itu, magang juga memberikan pengalaman kerja, kemampuan manajemen, teknis, dan analisis mahasiswa di kebun sehingga diharapkan mahasiswa akan lebih siap untuk terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi serta para dosen mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah yang telah dengan sabar membimbing penulis.

Bogor, Januari 2011 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN v PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Botani Kelapa Sawit 3

Morfologi Kelapa Sawit 4

Ekologi Kelapa Sawit 5

Pembibitan 6

Pengelolaan Tajuk Tanaman Menghasilkan 6

Perlindungan Tanaman 7

Produksi dan Panen 8

Distribusi dan Pengangkutan 9

Pemupukan 10

Konservasi Air dan Tanah Lahan Miring 12

METODE MAGANG 14

Tempat dan Waktu 14

Metode Pelaksanaan 14

Pengamatan 15

Pengolahan Data 15

KEADAAN UMUM 16

Letak Geografis atau Wilayah Administratif 16

Keadaan Iklim dan Tanah 17

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 19

Keadaan Tanaman dan Produksi 20

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 21

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 23

Aspek Teknis 23

Pengendalian Gulma 23

Thining Out (TO) 29

Pengelolaan Tajuk 30

Sensus Ulat Api 31

Penanaman Beneficial Plant 32

Konservasi Air dan Tanah 33

Persiapan Pemupukan 33

Pelaksanaan Aplikasi Pupuk 38

Teknik Pemupukan 40

(10)

Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Pemupukan 41

Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit 41

Perawatan Jalan 42

Pemasangan Gorong-gorong 44

Tunas Pasar 45

Panen 45

Kegiatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 55

Aspek Manajerial 57 Penendamping Mandor 57 Krani Buah 57 Mandor Panen 58 Mandor Perawatan 58 Mandor Pupuk 59

Mandor Rawat Jalan 60

Mandor I 60 Pendamping Asisten 61 PEMBAHASAN 62 Konsep Pemupukan 4T 62 Jenis Pupuk 62 Dosis Pupuk 64

Waktu dan Frekuensi Pemupukan 66

Cara Pemupukan 67

Kualitas Pemupukan dan Kondisi Lahan 68

Upaya Peningkatan Efisiensi Pupuk 72

KESIMPULAN DAN SARAN 73

Kesimpulan 73

Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 74

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate Menurut Klasifikasi Schmidt

Ferguson ... 18

2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan di Bukit Pinang Estate... 19

3. Populasi Kelapa Sawit Per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate ... 20

4. Rencana dan Realisasi Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari – Juni 2009) ... 20

5. Rincian dan Fungsi Alat Pupuk yang digunakan di Bukit Pinang Estate ... 38

6. Ukuran Lebar Badan Jalan di Bukit Pinang Estate .... ... 43

7. Rincian Alat-alat Panen di Bukit Pinang Estate... 47

8. Perbedaan Output Pemanen Berdasarkan Umur Tanaman.. ... 48

9. Kriteria Matang Buah di Bukit Pinang Estate ... 49

10. Ketentuan Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan Ancak... ... 51

11. Ketentuan Basis Borong dan Premi Lebih Borong Tahun 2009 di Bukit Pinang Estate ... 53

12. Parameter Penentuan Denda Pemanenan ... 55

13. Realisasi Pemupukan pada Periode 2008/2009 di Bukit Pinang Estate ... 63

14. Dosis Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Umur Tanaman di Bukit Pinang Estate ... ... 64

15. Jenis dan Volume Mangkuk Tebar Tim Pupuk di Bukit Pinang Estate ... 65

16. Rekap Hasil Pemeriksaan Kualitas Pemupukan di Bukit Pinang Estate ... 68

17. Rekap Hasil Pengamatan Kebersihan Kondisi Piringan dan Gawangan di Bukit Pinang Estate ... ... 70

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Varietas Kelapa Sawit ... 3

2. Peta Lokasi Magang PT Bina Sains Cemerlang ... 17

3. Struktur Organisasi di Bukit Pinang Estate ... 21

4. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) ... 25

5. Kegiatan Thining Out ... 30

6. Pokok Yang Telah Ditunas ... 31

7. Tanaman Beneficial Plant ... 32

8. Jenis Shield Pits di Bukit Pinang Estate ... 33

9. Titik Acuan Untuk Mengambil Anak Daun ... 35

10. Kegiatan Until Pupuk ... 36

11. Pengambilan Pupuk di Gudang dan Pengeceran Pupuk di Collection Road ... 37

12. Teknik Penebaran Pupuk di Bukit Pinang Estate ... 39

13. Aplikasi Janjang Kosong di Bukit Pinang Estate ... 42

14. Panen Dengan Menggunakan Egrek ... 46

15. Peralatan Panen Yang Digunakan di Bukit Pinang Estate ... 47

16. Tingkat Kematangan Buah Panen di Bukit Pinang Estate ... 50

17. Pengangkutan Sistem Pok dan Pengangkutan Brondolan ... 52

18. Kegiatan Timbang Buah Manual di PKS ... 56

19. Variasi Ukuran Mangkuk Tebar ... 66

20. Grafik Pola Curah Hujan di Bukit Pinang Estate Lima Tahun Terakhir ... 66

21. Persentase Hasil Monitoring Distribusi Pupuk ... 69

22. Persentase Hasil Monitoring Homogenesis Dosis Pupuk ... 69

23. Persentase Hasil Monitoring Lokasi Penebaran Pupuk ... 70

24. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Piringan ... 71

25. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Gawangan ... 71

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Asal Bibit Tanaman Kelapa Sawit Bukit Pinang Estate ... 76 2. Rekomendasi Dosis Pupuk BPE pada Tiap Pokok Dalam Blok ... 77

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia saat ini. Komoditas ini memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan lapangan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Kondisi iklim dan lahan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman menjadikan komoditas ini sangat kompetitif untuk dikembangkan di Indonesia. Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa menjadi keunggulan kompetitif tersendiri dalam konsumsi energi matahari untuk fotosintesis.

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga oleh perkebunan rakyat dan swasta. Menurut Ditjenbun pada tahun 1967 luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 105 808 ha dengan produksi CPO sebesar 167 669 ton dan meningkat menjadi 8 036 431 ha dengan produksi CPO sebesar 19 760 011 ton serta produktivitas kelapa sawit nasional sebesar 3.487 ton per hektar pada tahun 2010. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar bagi pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan petani Indonesia.

Menurut Pahan (2008) kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena kadar kolesterolnya rendah. Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai produk bahan makanan seperti minyak goreng, mentega, minyak kering/padat, shortening, vanaspati (minyak samin), non-dairy creamer, es krim, pengganti mentega coklat, dan lain-lain. Selain sebagai bahan pangan, kelapa sawit dapat pula diolah menjadi asam lemak dan gliserin yang merupakan bahan pembuat deterjen ramah lingkungan.

Tanaman kelapa sawit akan memasuki masa menghasilkan (TM) setelah 2-4 tahun setelah tanam. Pengelolaan perkebunan yang baik sangat penting untuk bisa mendapatkan dan menjaga produksi tandan buah segar (TBS) tetap maksimal. Kegiatan-kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan pengelolaan tajuk, pemupukan, perlindungan tanaman, produksi dan panen, serta traksi dan

(15)

transportasi. Pegelolaan kebun yang salah dapat mengakibatkan turunnya produksi TBS. Pada tanaman menghasilkan, pemupukan menjadi sangat penting karena menghabiskan sampai 60% biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengelolaan pemupukan yang tepat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pemupukan penting dilakukan untuk menjaga jumlah unsur hara dalam tanah untuk memastikan kebutuhan hara tanaman bisa terpenuhi. Kegiatan-kegiatan ini tidak terlepas dari organisasi kebun yang menjadi kunci kegiatan agar bisa efektif dan efisien.

Magang sebagai salah satu pilihan penyelesaian tugas akhir bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu sehingga saat memasuki dunia kerja dapat lebih mudah beradaptasi dengan pekerjaannya. Keterlibatan secara langsung sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit akan menambah pengalaman dan keterampilan kerja serta wawasan dalam segala aspek yang berhubungan dengan perkebunan, khususnya pengelolaan tanaman menghasilkan kelapa sawit, baik dari segi teknik budidaya maupun kehidupan sosialnya.

Tujuan Tujuan umum

1. Meningkatkan keterampilan teknis lapangan dengan melakukan kegiatan nyata sesuai tahapan yang ada di lokasi magang.

2. Meningkatkan pengetahuan di lapang dan kemampuan manajerial mahasiswa pada berbagai level pekerjaan.

Tujuan khusus

1. Meningkatkan keterampilan teknis lapang pengelolaan tanaman kelapa sawit khususnya mengenai pemupukan.

2. Mempelajari permasalahan pengelolaan pemupukan serta usaha untuk meningkatkan efisiensi pemupukan kelapa sawit.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit termasuk divisi Embryophyta siponagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledoneae, famili Arecaceae, genus Elaeis dan memiliki beberapa spesies seperti Elaeis guineensis, E. Oleifera, dan E. Odora. Berdasarkan tebal dan tipisnya tempurung dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga tipe , yaitu Dura, Psifera, dan Tenera (Pahan, 2008).

Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit

Menurut Hakim (2007) tipe dura mempunyai daging buah atau mesocarp yang tipis sekitar 35-65%, inti atau kernel yang besar dan batok yang tebal (3-8 mm) sekitar 7-20%. Tenera, mempunyai daging buah (mesocarp) yang lebih tebal sekitar (60-95%), inti yang lebih kecil dengan batok yang lebih tipis (2-4 mm) sekitar 3-15%. Sifat genetiknya heterozigot (ShSh). Psifera mempunyai daging buah yang tebal, tidak mempunyai inti, dan batok. Sifat genetiknya homozigot resesif (shsh) dan bunga betinanya steril.

Berdasarkan warna buahnya kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Bentuk nigrescens memiliki warna buah lembayung sampai hitam waktu muda dan berubah menjadi merah kuning (oranye) sesudah matang. Bentuk Virescens memiliki warna buah hijau sewaktu muda dan menjadi merah kuning ketika matang. Bentuk Albescens,

(17)

memiliki warna buah kuning waktu muda dan pucat tembus cahaya ketika matang (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Morfologi Kelapa Sawit

Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah). Akar tanaman berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah, respirasi, serta menyangga tegaknya pohon. Sistem perakaran pada tanaman kelapa sawit berupa akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartier. Akar primer dapat tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots) dan berdiameter antara 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter 2-4 mm. Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 0.7-1.2 mm. Akar kuartier, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier, berdiameter 0.2-0.8 mm dan panjangnya rata-rata 2 cm. Lubis (2008) menyatakan bahwa akar tertier dan kuartier berada 2-2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan dan berada di dekat permukaan tanah.

Batang pada kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah), sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman bertambah 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan (Pahan, 2007).

Daun tanaman kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun disanggah oleh pelepah yang panjangnya bisa mencapai 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan biasanya memiliki 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

(18)

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur 12-14 bulan. Bunganya termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman ini dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri.

Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Ekologi tanaman kelapa sawit

Syarat tumbuh kelapa sawit merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena merupakan aspek penentu dan sulit untuk dilakukan modifikasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan beberapa pendekatan agar faktor pembatas yang ada dapat dicegah atau dapat ditekan sedemikian rupa sehingga berubah menjadi faktor pendukung.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh di daerah antara 100 LU-120 LS. Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 0-400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan optimal yang dikehendaki sekitar 2000-2400 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun.

Intensitas penyinaran matahari optimum antara 5-12 jam per hari dan suhu optimum berkisar antara 240 – 280 C. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti tanah podsolik coklat, podsolik kuning, hidromorfik kelabu, alluvial, regosol, dan organosol (tanah gambut). Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5-7, dengan pH optimum antara 5-6 (Pahan, 2008).

(19)

Pembibitan Kelapa Sawit

Bahan tanaman unggul dapat berasal dari persilangan berbagai sumber (inter dan intra specific crossing) dengan metode resiprocal recurrent selection (RSS). Di samping itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul dapat dihasilkan dari pemuliaan pada tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan. Bahan tanam yang biasa ditanam di perkebunan komersial merupakan persilangan dura x psifera (D X P) yang disebut tenera. Tanaman induk dura berasal dari empat pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor dan dikenal sebagai deli dura (Pahan, 2008)

Selanjutnya, Pahan (2008) juga menyatakan bahwa pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan keberhasilan tanaman dalam mencapai pertumbuhan yang baik di pembibitan. Pertumbuhan dan vigor bibit tersebut sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, morfologi kecambah, dan cara penanamannya. Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai dalam melihat keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan dua tahap misalnya akan berdampak pada vigor bibit dan biaya yang akan dikeluarkan.

Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul sekalipun tidak akan bisa mengekspresikan keunggulan. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi pemeliharaan pre-nursery dan main-nursery (Pahan, 2008).

Pengelolaan Tajuk Tanaman Menghasilkan

Kegiatan pengelolaan tajuk pada tanaman menghasilkan biasa disebut dengan istilah tunas pokok. Tunas pokok merupakan cara yang paling tepat untuk menyesuaikan tajuk kelapa sawit dan nilai indeks luas daun optimum serta berfungsi untuk menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil kehilangan hasil produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif sebanyak-banyaknya, tapi untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkeci kehilangan produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Untuk

(20)

mendapatkan produksi yang maksimum diperlukan jumlah pelepah optimum, yaitu 48-56 pada tanaman muda dan 40-48 pada tanaman tua (Pahan, 2008).

Menurut Hakim (2007) penunasan pada tanaman menghasilkan bertujuan untuk membantu memudahkan kegiatan panen, memudahkan penyerbukan, membantu penilaian kematangan buah, menghilangkan hambatan pembesaran tandan, mengurangi kemungkinan tersangkutnya brondolan di pelepah, dan sebagai tindakan sanitasi.

Untuk tanaman kelapa sawit yang telah beumur lebih dari 4 tahun dilakukan penunasan periodik yang dilaksanakan dengan rotasi setiap sembilan bulan sekali tergantung umur dan pertumbuhan tanaman. Penunasan periodik dilakukan dengan memotong pelepah rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda dan semua epifit pada batang dibersihkan (Pahan, 2008).

Perlindungan Tanaman

Perlindungan tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman utama dari serangan hama dan penyakit serta menghindarkan persaingan antara tanaman utama dengan guma. Tujuan perlindungan tanaman adalah untuk memastikan tanaman kelapa sawit dapat berproduksi maksimal (Hakim, 2007)

Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, menganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan.

Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan yaitu, di piringan dan gawaangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Alang-alang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai dengan populasi alang-alang yang ada. Lahan perkebunan kelapa sawit harus bersih total dari gulma ini. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu dapat dikendalikan dengan metode dongkel anak kayu. Beberapa jenis gulma lain

(21)

seperti pakis, keladi, dan pisang liar dapat dikendalikan secara manual atau kimia. Selain gulma, terdapat pula hama dan penyakit yang dapat menyerang dan menurunkan produksi kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyebutkan beberapa hama yang sering menyerang tanaman menghasilkan kelapa sawit, yaitu ulat api dan ulat kantong, tikus, rayap, monyet, serta tupai. Selanjutnya Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan jenis penyakit yang menyerang tanaman menghasilkan kelapa sawit, yaitu busuk pangkal batang, busuk batang atas, busuk tandan, dan busuk tunas. Keberadaan hama dan gulma dapat menurunkan produksi tanaman sedangkan serangan beberapa penyakit tanaman dapat menyebabkan kematian.

Produksi dan Panen

Buah merupakan biomassa kelapa sawit yang terbentuk melalui proses fotosintesis. Hasil utama fotosintesis adalah karbohidrat yang digunakan untuk produksi bahan kering vegetatif (akar, batang, daun) dan generatif (buah). Kecepatan asimilasi CO2 dalam fotosintesis sangat dipengaruhi oleh jumlah radiasi matahari yang tersedia dan luas permukaan daun dalam menangkap sinar matahari (Pahan, 2008).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa produksi persatuan luas tergantung pada beberapa faktor, yaitu kelas kesesuaian lahan, bahan tanam yang dipakai, dan kualitas atau mutu panen. Seleksi bibit yang ketat sangat diperlukam untuk menjamin produksi tanaman menghasilkan. Topografi yang kurang baik dapat menyebabkan panen tertunda dan buah tidak terangkut dari lapangan.

Selanjutnya Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan bahwa produksi tahunan kelapa sawit harus direncanakan, dibuat, dan disusun dari setiap blok, afdeling, dan kebun menurut kelompok umur tanaman. Evaluasi dan pengawasan produksi perlu dilakukan untuk mencapai target produksi tahunan.

Produksi dan panen merupakan dua unit kegiatan yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap jumlah produksi TBS kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan pada tahun ketiga atau keempat setelah tanam. Buah kelapa sawit umumnya matang 6 bulan setelah proses penyerbukan. Proses

(22)

pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah yang masih mentah akan berwarna hijau dan menjadi merah atau oranye setelah matang (Sunarko, 2008).

Sunarko (2008) menyatakan bahwa panen buah matang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem panen jongkok dengan menggunakan dodos, sistem panen berdiri dengan kampak siam, dan sistem panen eggrek untuk pohon yang tingginya melebihi 10 meter.

Menurut Pahan (2008) cara pemanenan buah yang telah memenuhi kriteria adalah panen dilakukan dengan alat yang tepat, cabang yang telah dipotong disusun rapi di gawangan mati, brondolan yang jatuh di pelepah dan piringan harus dikutip, potong mepet cabang tandan, angkut tandan dan brondolan ke tempat pengumpulan hasil (TPH), tandan disusun rapih di TPH sedangkan brondolan ditumpuk terpisah di pinggir TPH.

Distribusi dan Pengangkutan

Dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, distribusi dan pengangkutan mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan tandan buah segar ke tempat pegolahan kelapa sawit akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas pengolahan, dan mutu akhir produk. Distribusi yang lancar akan membantu program perawatan tanaman (khususnya pemupukan) berjalan sesuai recana dan kegiatan distribusi TBS di bulan produksi puncak dapat ditangani (Pahan, 2008).

(23)

Pemupukan

Salah satu tindakan paling penting dalam tindakan budidaya kelapa sawit adalah pemupukan. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) pemupukan secara umum bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar kebutuhan tanaman dapat tercukupi. Kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang menyerap usur hara dalam jumlah yang sangat banyak sedangkan tanah mengandung unsur hara yang terbatas sehingga perlu dilakukan pemupukan.

Sukarji, R., Sugiyono, dan W. Darmosarkoro (2000) menyatakan bahwa pada tingkat produksi 25 ton TBS/ha/tahun, unsur hara yang terangkut bersama TBS sebesar 73.2 kg N, 11.6 kg P, 93.4 kg K, 20.8 kg Mg, dan 19.5 kg Ca. Sehingga sangat diperlukan penambahan unsur hara yang terdapat di dalam tanah mengingat jumlah hara tanah yang terbatas.

Pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit dilakukan secara teratur sesuai dengan pedoman rekomendasi pemupukan tanaman menghasilkan. Rekomendasi pemupukan dibuat berdasarkan hasil analisis tanah, analisis daun, analisis hara tanaman, analisis kandungan bahan organik, produksi yang diinginkan dalam 3-5 tahun kedepan, percobaan pemupukan, dan hasil inspeksi lapangan. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan peningkatan ketepatan pemupukan dan perbaikan kondisi lahan. Ketepatan pemupukan mencakup tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan cara pemupukan, sedangkan perbaikan kondisi lahan dapat dilakukan dengan aplikasi bahan organik dan pengendalian gulma (E.S. Sutarta dan Winarna, 2002).

Menurut Pahan (2008) pemupukan kelapa sawit menghasilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penyebaran secara merata pada lingkar luar dan dalam batang, penempatan pupuk pada jalur lingkaran, penempatan pupuk pada larikan yang mengelilingi pokok, dan melalui infus akar. Pahan (2008) juga menyatakan bahwa rata-rata produksi/ha tanaman yang dipupuk sepanjang gawangan mati lebih tinggi dibanding produksi tanaman yang penempatan pupuknya di piringan. Akan tatapi, pemupukan dilarikan tetap bisa dilakukan karena mudah dilaksanakan dan mudah dalam mengontrol dosis pupuk yang diaplikasikan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik dan anorganik.

(24)

Pada lahan miring pemupukan sebaiknya dilakukan pada musim hujan kecil, diaplikasikan pada bagian piringan yang terletak antara pangkal pohon dan bukit dan dilakukan dengan sistem benam atau poket (Purba, 1998).

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman. Pupuk ini dapat diambil dari alam, misalnya KCl dan fosfat atau dibentuk di pabrik, misalnya NPK dan urea (Marsono dan Sigit, 2001).

Lubis (2008) menyatakan beberapa jenis pupuk yang sering digunakan sebagai sumber tambahan hara pada perkebunan kelapa sawit adalah (NH4)2SO4

(Sulphate of Amonia) dan CO(NH2)2 (Urea) sebagai sumber N, Ca(PO4)2 (Rock

Phospate) dan CaH4(PO4)2.2H2O (Triple Super Phospate) sebagai sumber utama

P dan Ca, KCl (Muriate of Potash) sebagai sumber K, MgSO4.H2O (Kieserite)

dan CaMg(CO3)2 (Dolomit) sebagai sumber Mg.

Pupuk Organik

E.S. Sutarta dan Winarna (2002) menyatakan peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan dapat dengan melakukan perbaikan kondisi lahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi bahan organik. Sumber bahan organik yang dapat digunakan pada perkebunan kelapa sawit, diantaranya janjang kosong sawit (JKS), limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS), dan pelepah bekas tunasan.

E.S. Sutarta (2002) menyatakan bahwa 1 ton JKS mengandung hara setara 3.0 kg urea, 0.6 kg Rock Phospate, 12 kg Muriate of Potash, dan 12 kg Kieserite. Sementara 1 m3 LCPKS mengandung hara setara dengan 2.0 kg urea, 0.9 kg SP-36, 3.9 kg Muriate of Potash, dan 2.2 kg Kieserite.

Peranan bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah, dan akan menentukan produktivitas tanah. Peranan bahan organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang jauh lebih penting terhadap perbaikan sifat fisik, biologi dan sifat kimia tanah lainnya seperti

(25)

terhadap pH tanah, kapasiatas pertukaran kation dan anion tanah, daya sangga tanah dan netralisasi unsur meracun seperti Fe, Al, Mn dan logam berat lainnya termasuk netralisasi terhadap insektisida. Berkaitan dengan kesuburan fisika tanah, bahan organik berperan dalam memperbaiki struktur tanah melaui agregasi dan aerasi tanah, memperbaiki kapasitas menahan air, mempermudah pengolahan tanah dan meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi. Pengaruh terhadap biologi tanah, bahan organik berperan meningkatkan aktivitas mikrobia dalam tanah dan dari hasil aktivitas mikrobia pula akan terlepas berbagai zat pengatur tumbuh (auxin), dan vitamin yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan tanaman (Suntoro, 2003).

Konservasi Air dan Tanah Lahan Miring

Menurut Purba (1998) lahan bertopografi miring adalah areal berlereng curam dengan kemiringan lereng antara 16-30% (90-170) dan lahan berbukit adalah areal dengan kemiringan lereng > 30% (170). Penanaman pada areal curam dan berbukit memungkinkan terjadinya erosi serius yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan lapisan atas tanah. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengawetan tanah secara terpadu.

Arsyad (2000) menyatakan bahwa masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan serta mengatur hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu:

1) Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman/tetumbuhan agar terlindung dari daya perusak buitr-butir hujan yang jatuh.

2) Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah.

3) Mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.

(26)

Air hujan sebagai sumber air utama pada pertanian perlu dimanfaatkan seefisien mungkin dengan meningkatkan daya resap (infiltrasi) tanah. Salah satu teknik peningkatan daya resap tersebut adalah dengan pembuatan lubang resapan. Secara garis besar, lubang resapan dapat memperlambat dan menahan laju aliran permukaan yang terlalu deras sebelum aliran permukaan tersebut menggerus tanah pada lahan pertanaman yang menyebabkan degradasi tanah dan lahan. Penerapan lubang resapan yang dilengkapi dengan mulsa vertikal dapat memperbesar laju infiltrasi karena dinding permukaan yang dilindungi oleh sisa tanaman, sehingga penyumbatan pori makro pada dinding saluran dapat terhambat. Semakin banyak air hujan, maka dapat dimanfaatkan untuk mengimbangi kebutuhan air tanaman dan pengisian air bawah tanah (Brata, Sudarmo, dan Djojoprawiro, 1992).

Menurut Arsyad (2000) rorak atau shield pits dibuat untuk menangkap air dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa vertikal pada areal suatu usaha tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding rorak.

(27)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan mulai tanggal 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan pada kegiatan magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara kepada para pekerja lepas dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan.

Pada dua bulan pertama penulis berstatus sebagai serikat karyawan utama harian (SKUH), pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten kebun selama satu bulan. Selama menjadi SKUH, penulis mengerjakan berbagai jenis pekerjaan yang ada di kebun, yaitu kegiatan perawatan kebun, pemupukan, pemanenan, dan evakuasi buah ke pabrik. Selama menjadi pendamping mandor, penulis bertanggung jawab mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan serta mempelajari administrasinya. Sebagai pendamping asisten, penulis membantu asisten dalam menjalankan tugasnya melakukan kontrol dan evaluasi kerja di lapangan, mengawasi kerja mandor dan seluruh kegiatan yang ada di divisi, memimpin checkroll pagi serta mempelajari kegiatannya.

(28)

Pengamatan

Selama magang penulis mengamati berbagai macam teknik pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara umum. Penulis mengamati mulai dari teknik budidaya yang ada seperti pengelolaan tajuk, pemupukan, perlindungan tanaman, produksi dan pemanenan, serta distribusinya sampai ke pabrik kelapa sawit (PKS). Penulis juga mengamati aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan perkebunan seperti aspek manajerial, sosial, budaya, dan keamanan kebun. Semua aspek yang diamati dan dipelajari dilihat langsung saat bekerja dan dikuatkan oleh hasil wawancara kepada asisten dan staf kebun terkait.

Pada aspek khusus pemupukan diamati teknik pemupukan yang dilaksanakan, jenis pupuk yang dipakai, waktu dan frekuensi, rekomendasi pemupukan, organisasi, pergudangan, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, diamati pula kualitas pemupukan yang dilaksanakan dengan didampingi oleh asisten kebun. Pengamatan dilakukan pada 50 pokok kelapa sawit sebanyak lima ulangan dengan metode sampling secara acak (Simple Random Sampling). Dalam kegiatan ini diamati jumlah pokok yang dipupuk dan tidak dipupuk, kemerataan penyebaran aplikasi pupuk, serta lokasi pupuk ditebar.

Pengolahan Data

Hasil pengamatan yang berupa realitas di lapangan dikomparasi dengan data arsip dan standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh kebun. Hasil pengamatan kualitatif dikomparasi secara deskriptif dengan dengan arsip kebun dan literatur yang didapat. Selain itu, dilakukan pula olah data sekunder untuk membantu analisis kebun.

(29)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing unit melaksanakan kegiatan operasional dengan manajemen yang terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan ,yaitu PT Minamas Plantation.

Pada awalnya PT Bina Sains Cemerlang memiliki nama PT Bina Sains Corporation yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari kumpulan Gutrie Berhard (KGB) yang merupakan perusahaan perkebunan swasta di Malaysia. Pada saat perpindahan manajemen PT Bina Sains Cemerlang masih terdiri atas dua unit usaha, kebun dan pabrik. Pada tahun 2003, Manajemen PT Minamas Plantation membagi dua unit usaha kebun menjadi Sungai Pinang Estate (SPE) dan Bukit Pinang Estate (BPE). Selanjutnya KGB menjadi anggota kumpulan pengusaha Malaysia yang bernama Sime Darby pada tahun 2007 hingga kini.

Letak Geografis dan Administratif

BPE merupakan salah satu kebun dari salah satu unit usaha yang dimiliki oleh PT Bina Sains Cemerlang. PT Bina Sains Cemerlang merupakan anak perusahaan PT Minamas Plantation di daerah Sumatera Selatan. Secara administratif, BPE terletak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas Terletak pada posisi 2020’00”-3038’00” LS dan 102007’00”-103040’10” BT. Batas-batas areal BPE adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Air Baluy, sebelah selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP V, sebelah barat berbatasan dengan SPE, dan sebelah timur berbatasan dengan PT Pinago Utama.

Aksesibilitas PT Bina Sains Cemerlang BPE bisa dicapai melalui jalur darat dan udara. Pemberhentian terminal bus terdekat terdapat di Lubuk Linggau dengan lama perjalanan kurang lebih 25 jam dari Bogor. Dilanjutkan 2 jam

(30)

perjalanan darat dengan menggunakan “colt” atau sering disebut masyarakat setempat “taksi”. Perjalanan melalui udara dilakukan dengan pesawat penerbangan dari Bandara Sukarno-Hatta (Jakarta) menuju Bandara Sultan Mahmud Badarudin (Palembang) selama 55 menit, dilanjutkan dengan transportasi darat (travel) selama 6-7 jam. Untuk memasuki kebun menuju perumahan karyawan kendaraan angkutan harus melalui ponton (sejenis rakit besi bertenaga solar) penyebrangan. Lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke perumahan karyawan kurang lebih satu jam. Peta lokasi tempat magang dapat dilihat pada peta posisi kebun di peta Propinsi Sumatera Selatan yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Peta Sumatera Selatan

Gambar 2. Peta Lokasi Magang PT. Bina Sains Cemerlang

Keadaan Iklim dan Tanah

Areal BPE memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87% dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61,9%. Suhu tertinggi adalah 32,9oC dan suhu terendah adalah 19,6 oC. Curah hujan cukup tinggi, yaitu 2 615, 3 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 150,9 per tahun. Menurut klasifikasi Scmidht dan Ferguson, tipe iklim untuk BPE adalah A. Secara rinci hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

(31)

Tabel 1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate menurut Kalsifikasi Schmidt Ferguson BULAN Thn 1999 Thn 2000 Thn 2001 Thn 2002 Thn 2003 Thn 2004 Thn 2005 Thn 2006 Thn 2007 Thn 2008 Rata-rata HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM JANUARI 23 357 21 440 15 319 20 378 18 348 18 76 12 221 14 261 21 267 20 681 18.2 299.1 PEBRUARI 17 185 12 160 13 265 9 126 17 387 20 361 9 178 17 185 16 160 11 230 14.1 205.2 MARET 11 132 9 171 16 170 20 301 11 214 14 275 22 506 18 159 14 168 17 399 15.2 236.3 APRIL 5 99 13 249 15 287 17 267 18 277 14 179 10 155 10 74 16 238 16 241 13.4 196.7 MEI 12 268 8 233 9 113 10 140 9 126 10 111 8 110 9 124 10 165 8 221 9.3 134.3 JUNI 6 97 15 191 15 174 9 147 3 20 3 59 8 60 9 56 10 123 7 148 8.5 97.8 JULI 5 136 13 141 4 33 11 139 6 168 10 81 9 144 6 81 6 61 7 93 7.7 94.1 AGUSTUS 6 141 8 164 4 111 4 72 8 245 2 32 11 196 3 106 5 168 11 168 6.2 126.2 SEPTEMBER 5 68 11 128 13 148 5 73 10 127 11 169 14 159 5 54 9 227 11 240 9.4 132.5 OKTOBER 18 341 16 250 20 251 5 111 16 260 12 314 26 384 5 44 15 362 15 381 14.8 235.7 NOVEMBER 20 321 17 240 19 390 18 299 22 225 16 280 12 584 20 231 14 311 13 467 17.1 302.7 DESEMBER 18 352 10 123 26 471 15 263 22 587 20 472 12 192 8 54 20 504 19 384 17.0 305.2 BK 0 0 1 0 1 2 0 4 0 0 0.8 BL 3 0 0 2 0 2 1 2 1 1 1.2 BB 9 12 11 10 11 8 11 6 11 11 10.0 Keterangan : BK : MM < 60 mm, BL : MM 60-100 mm, BB : MM > 100 𝑄 = 𝑅𝐴𝑇𝐴 − 𝑅𝐴𝑇𝐴 𝐵𝐾 𝑅𝐴𝑇𝐴 − 𝑅𝐴𝑇𝐴 𝐵𝐵 𝑥 100% 𝑄 = 0,8 10𝑥 100% = 8%

(32)

19 Secara umum topografi BPE adalah tanah miring sampai dengan tanah sangat miring dengan perincian sebagai berikut : datar 304 ha (7%), agak miring 581 ha (18%), tanah miring 1 486 ha (47%), dan tanah sangat miring 889 ha (28%). Jenis tanahnya adalah tanah mineral Podsolik.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

BPE memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) total 3 354 ha. Rincian areal yang telah ditanami kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 3 176 ha, tanpa tanaman belum menghasilkan (TBM), areal yang belum dikerjakan 95 ha untuk TB (Tanaman Baru), dan areal prasarana pendukung seluas 83 ha. Tanaman menghasilkan terdapat di tiga divisi, yaitu Divisi I seluas 1 017 ha, Divisi II seluas 1 086 ha, dan Divisi III seluas 1 073 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan di Bukit Pinang Estate

Uraian Luas (ha)

1. Areal yang diusahakan A. Areal yang ditanam

1. Tanaman Menghasilkan (TM) - Tahun Tanam 1992 - Tahun Tanam 1993 - Tahun Tanam 1996 - Tahun Tanam 1997 - Tahun Tanam 1998 - Tahun Tanam 2000 244 1 214 487 276 686 269 Sub Total TM 3 176 2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 0 Sub Total TBM 0

3. Tanaman Baru (TB) -

Total areal yang ditanam 3 176 B. Pembukaan Lahan (LC) - Sedang dikerjakan - Belum dikerjakan - 95 Total LC + LB 95 Total areal yang ditanam + LC 3 271

C. Pembibitan -

D. Pabrik -

E. Areal prasarana 1. Emplasment

2. Jalan-jalan dan jembatan 3. Lain-lain

12 71 Total areal prasarana 83 F. Lembah/sungai/parit (kuburan) - II. Areal mungkin bisa ditanam/ perluasan

G. Cadangan H. Okupasi - - Total areal II 0 Grand Total 3 354

(33)

20 Keadaan Tanaman dan Produksi

Sumber tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh BPE berasal dari produsen benih berkualitas, seperti : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Marihat) pada tanaman dengan tahun tanam (TT 1999 dan 2000), Socfindo (pada TT 1992, 1996, 1997, dan 1998), Lonsum (pada TT 1993 dan 1998), GPI (pada TT 2000). Asal bibit tanaman kelapa sawit BPE dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

Tabel 3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III

Total Luas (ha) Luas (ha) Jmlh pkk/ha Luas (ha) Jmlh pkk/ha Luas (ha) Jmlh pkk/ha 1992 1993 1996 1997 1998 2000 64 203 337 0 269 144 134 119 123 0 133 137 180 601 0 0 196 109 130 133 0 0 136 137 0 410 150 276 221 16 0 133 133 128 129 121 244 1 214 487 276 686 269 Total 1 017 1 086 1 073 3 176

Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)

Produksi tandan buah segar (TBS) dari bulan Januari-Maret 2009 lebih tinggi dari pada target yang harus dihasilkan sesuai dengan hasil sensus pada semester sebelumnya. Pada bulan April dan Mei terjadi penurunan produksi TBS akibat persentase buah matang yang rendah. Rencana dan realisasi produksi TBS dari bulan Januari-Juni 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rencana dan Realisasi Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari-Juni 2009)

Bulan Rencana Realisasi Pencapaian Realisasi

……….(kg)……… ……..(%)……. Januari Februari Maret April Mei Juni 6 193 317 4 335 322 4 335 322 4 335 322 4 335 322 4 335 322 3 455 240 2 535 540 2 988 460 3 668 490 4 752 490 5 620 100 55.8 58.5 68.9 84.6 109.6 129.6 Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)

(34)

21 Produksi TBS lima tahun terakhir di BPE menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2003/2004 produksi TBS mencapai 46 650 ton/tahun,

51 775 ton/ha pada tahun 2004/2005, 50 028 ton/tahun pada 2005/2006, 49 602 ton/tahun pada 2006/2007, dan 61 929 ton/tahun pada tahun 2007/2008.

Produksi menurun pada tahun 2006/2007 akibat bulan terik dan diikuti oleh ledakan produksi di tahun berikutnya.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Bukit Pinang Estate (BPE) dibawahi langsung oleh seorang Estate Manager (EM). Dalam melaksanakan tugas EM dibantu oleh seorang senior asisten atau asisten kepala (Askep), tiga orang asisten divisi, dan seorang Kepala Administrasi (Kasie).

Saat ini BPE tidak memiliki senior asisten. Senior asisten bertugas mengelola traksi (bersama Asisten Divisi I), klinik (bersama Asisten Divisi II dan III), pamswakarsa dan gudang (bersama Kasie), dan mengkoordinir asisten divisi. Untuk sementara pengelolaan traksi dikoordonir oleh Asisten Divisi I, klinik oleh Asisten Divisi II, alat berat oleh Asisten Divisi III, pamswakarsa dan gudang oleh Kasie langsung dibawah EM.

Asisten divisi adalah orang yang bertanggung jawab atas semua kegiatan di divisi yang dipimpinnya. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam tugasnya dibantu oleh mandor I dan kerani divisi.

Kepala administrasi atau kasie adalah orang yang bertanggung jawab mengelola segala kegiatan administrasi di kebun dan mengelola gudang. Kasie membawahi kepala gudang dan para karyawan di kantor besar.

Tenaga kerja di BPE dibagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri atas estate manager, senior asisten, asisten divisi, dan kepala administrasi. Karyawan non staf terdiri atas Serikat Karyawan Utama (SKU) yang dibagi berdasarkan sistem pengupahannya, yaitu bulanan (SKUB) dan harian (SKUH). Selain karyawan, BPE juga menggunakan Buruh Harian Lepas (BHL) sebagai tenaga kerja dalam kegiatan operasionalnya.

(35)

22

Gambar 3. Struktur Organisasi di Bukit Pinang Estate

Sistem pembayaran upah karyawan di BPE tergantung pada status dan golongannya. Karyawan tetap (SKU) mendapatkan gaji dua kali dalam sebulan, yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan sebesar Rp 50 000 sebagai pinjaman ditambah dengan premi selama setengah bulan gajian dan gaji besar atau pembagian gaji pokok karyawan dipotong pinjaman. Buruh harian lepas (BHL) menerima gaji satu kali pada akhir bulan sesuai dengan prestasi kerjanya.

(36)

23

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis terdiri atas aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis selama menjadi karyawan harian yang mengerjakan hal teknis di lapangan. Aspek manajerial adalah kegiatan penulis sebagai supervisor untuk mempelajari manajerial dan administrasi kebun. Dalam melakukan kegiatan, penulis dibimbing oleh asisten divisi, mandor I, kerani divisi, mandor perawatan, serta mandor dan kerani panen.

Aspek Teknis

Selama aktif menjadi karyawan harian penulis memulai kegiatan harian dengan mengikuti roll pagi pada pukul 06.00 WIB untuk menerima arahan kerja dari asisten dan mandor berdasarkan jenis pekerjaan karyawan harian yang bersangkutan. Asisten divisi memulai roll pagi pukul 05.45-06.00 WIB dan memberikan arahan kepada para mandor dan kerani untuk disampaikan kepada karyawan. Arahan kerja berupa evaluasi terhadap pekerjaan kemarin dan solusi terhadap permasalahan yang terjadi kemarin serta rencana pekerjaan hari ini. Pada pukul 06.15-06.45 WIB, mandor-mandor melakukan roll pagi dengan anggotanya sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh asisten divisi. Mobilisi karyawan ke blok-blok kerja dengan menggunakan dump truck dan tractor pada pukul 06.30-07.00 WIB dilakukan. Jenis pekerjaan teknis yang dilakukan oleh penulis meliputi pekerjaan pengendalian gulma, pemupukan, thinning out, sensus, dan transportasi TBS.

Pengendalian Gulma

Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan operasional kebun. Kegiatan produksi akan menjadi lebih lancar jika sistem perawatan berjalan baik. Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemeliharaan utama di BPE. Kegiatan pengendalian gulma dapat memperlancar kegiatan operasional kebun yang lain.

(37)

24

Kegiatan pengendalian gulma harus memperhatikan teknik

pelaksanaannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatifnya. Pengendalian gulma di BPE umumnya dilakukan pada piringan dan gawangan. Teknik pengendaliannya dilakukan secara manual (piringan dan gawangan manual) dan secara kimia (piringan dan gawangan kimia serta pengendalian gulma alang-alang).

Pengendalian Gulma Gawangan

Gawangan adalah jalur di antara dua baris tanaman kelapa sawit. Gawangan terdiri atas gawangan pasar hidup atau pasar pikul dan gawangan mati. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara dan air antara tanaman utama dengan gulma, memudahkan kegiatan kontrol dari satu gawangan ke gawangan lainnya, dan menekan pertumbuhan tanaman inang hama. Pemeliharaan gawangan dilakukan secara manual dan kimia. Rotasi pemeliharaan tanaman (TM) dalam satu tahun adalah satu kali gawangan manual dan tiga kali gawangan kimia.

Gawangan manual merupakan kegiatan pemeliharaan gawangan terhadap gulma berkayu. Gawangan manual meliputi dongkel anak kayu (DAK), dan babat tanaman pengganggu (BTP).

Dongkel Anak Kayu (DAK). Dongkel adalah menyiang gawangan tanaman dengan membongkar atau membuang hingga akar-akarnya semua jenis gulma berkayu yang tidak diharapkan untuk tumbuh. Jenis gulma yang harus dikendalikan dalam kegiatan ini adalah kayu-kayuan, Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta (harendong), Lantana camara (tahi ayam), Melastoma malabathricum (senduduk), dan kentosan. Pengendalian gulma anak kayu dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang dan cados. Tujuan dari dongkel anak kayu adalah mengangkat gulma anak kayu sampai ke akarnya. Kegiatan ini dilakukan oleh karyawan harian wanita. Umumnya karyawan mendapat ancak 1 gawangan/orang. Hal yang paling penting untuk diperhatikan pada kegiatan dongkel adalah hindari pembabatan karena akan membuat tertinggalnya akar gulma.

(38)

25

Babat Tanaman Pengganggu (BTP). Pada kegiatan (BTP), seluruh karyawan diarahkan untuk membabat atau menebas tanaman penganggu pada blok yang akan dimasuki dan blok-blok jalan utama yang dilalui oleh tamu kebun yaitu General Manager. Seluruh karyawan menebas pokok-pokok kayu yang berukuran kecil dan tanaman merambat. Selain itu, karyawan juga diinstruksikan untuk menyusun pelepah dengan rapi di gawangan mati. Prestasi kerja pada kegiatan ini tidak nyata karena karyawan ditugaskan untuk membersihkan beberapa blok yang dianggap semak. Norma kegiatan ini adalah 0.5 ha/HK. Prestasi penulis 0.5 ha/HK. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK)

Gawangan Kimia. Kegiatan penyemprotan pasar rintis dan pasar mati bertujuan untuk mempermudah kegiatan operasional kebun karena areal pasar rintis merupakan akses utama ke pokok sawit, pengumpulan buah, pengutipan brondolan, penunasan dan pemeriksaan. Jenis gulma yang umumnya dikendalikan adalah Clidemia hirta (senduduk). Beberapa jenis gulma yang cukup dominan di Bukit Pinang Estate khususnya Divisi II adalah Clidemia hirta (senduduk), Mikania micrantha (Sembung kawat), Lantana camara, Assystachia coromandeliana (putihan). Tidak semua jenis gulma dikendalikan dalam kegiatan ini, rumput-rumputan dan tanaman setahun lainnya yang berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi tetap dibiarkan untuk mengurangi erosi tanah.

Bahan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Metafuron 20 WP dengan bahan aktif Metil Metsulfuron dengan konsentrasi 0.016 % dicampur

(39)

26

dengan Gramoxone dengan bahan aktif Diklorida Paraquat dengan konsentrasi 0.2 %. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack RB 15 “SOLO” dengan kapasitas 15 liter. Setiap gawangan hidup dimasuki oleh dua orang karyawan. Setiap karyawan menyemprot setengah bagian gawangan hidup dan setengah bagian gawangan mati.

Teknis pelaksanaan menerapkan pembuatan larutan induk dengan tujuan mempercepat pencampuran dan tepat dosis. Pembuatan larutan induk dilakukan dengan melarutkan 250 gram Metafuron kedalam 6.2 liter air, kemudian ditambahkan Gramoxone 3 liter, lalu encerkan hingga volum menjadi 20 liter. Larutan herbisida gawangan kimia dibuat dengan mengencerkan 200 ml larutan induk menjadi 15 liter larutan herbisida.

Kendala yang dihadapi adalah ketika penyemprot berada di tengah blok dan kehabisan bahan yang dibawa di tangki. Kondisi demikian memaksa penyemprot harus berteriak keras untuk memanggil tukang air atau pelangsir larutan herbisida yang sudah menunggu di ujung jalan rintis. Selain itu, tidak tersedianya air yang bersih memaksa penyemprot menggunakan air keruh yang mempengaruhi kualitas penyemprotan. Air yang keruh mengakibatkan menurunnnya daya bunuh dari herbisida yang diakibatkan oleh menetralnya konsentrasi racun yang terkandung.

Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 5 ha/HK. Prestasi karyawan bergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan bersemak, prestasi karyawan akan menurun dan sebaliknya. Prestasi karyawan rata-rata 2.5 ha/HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.

Pengendalian Gulma Piringan

Piringan merupakan salah satu sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan di Bukit Pinang Estate karena piringan adalah akses utama yang mempermudah pekerjaan potong buah (melihat jumlah brondolan yang jatuh), penunasan, dan pemeriksaan.

Piringan Manual. Kegiatan piringan manual menjadi salah satu komponen yang penting dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Kegiatn piringan manual diawali dengan membuang pakisan yang banyak menempel di

(40)

27

batang, kemudian mendongkel kentosan yang tumbuh disekitar batang, dan menggaruk piringan dengan lebar 2 meter. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah garuk, parit, dan parang. Prestasi kerja untuk kegiatan ini belum ditetapkan. Prestasi karyawan untuk kegiatan ini adalah 20-27 piringan/HK.

Semprot piringan, Pasar Rintis, dan TPH. Pengendalian gulma-gulma lunak di piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan secara kimia. Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan piringan secara kimia adalah alat semprot MHS (Micron Herby Sprayer) dengan sistem aplikasi cairan volume sangat rendah (ULV). Tipe nozel yang digunakan adalah micron nozel warna orange. Piringan kimia menggunakan herbisida Prima Up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat dengan konsentrasi 4 % dan dicampur dengan herbisida Starane 200 EC dengan bahan aktif Floriksipir dengan konsentrasi 1 %. Standar kerja untuk kegiatan piringan kimia di BPE adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 3.35 ha/HK dengan prestasi karyawan rata-rata 3.35 ha/HK.

Pengendalian Alang-alang (Wipping dan Spot Spraying). Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan jenis gulma golongan satu yang tidak boleh ada di perkebunan kelapa sawit. Gulma ini dapat berkembang biak dengan sangat cepat, dan memiliki akar rimpang sehingga sulit untuk dikendalikan. Beberapa alasan mengapa alang-alang harus dikendalikan yaitu :

1. Alang-alang dapat menghasilkan zat allelopati yang berbahaya bagi tanaman kelapa sawit.

2. Pada musim kemarau panjang, populasi alang-alang yang rapat dapat menyulut terjadinya kebakaran kebun.

3. Terjadinya persaingan konsumsi unsur hara dengan kelapa sawit.

Menurut Pahan (2008) pengendalian alang-alang efektif dilakukan dengan cara kimia dan dilakukan dengan beberapa teknik tergantung kerapatan dan bentukannya. Alang-alang dengan bentuk sheet efektif dikendalikan dengan penyemprotan herbisida secara menyeluruh (blanked spraying). Alang-alang yang tumbuh secara sporadis (terpencar-pencar) dikendalikan dengan metode spot spraying. Pada kondisi alang-alang yang sudah normal, pengendalian alang-alang dilakukan dengan wipping. Dalam kegiatan magang ini penulis mengikuti kegiatan pengendalian alang-alang dengan metode wipping dan spot spraying.

(41)

28

Wipping atau mengusap dilakukan untuk mengendalikan alang-alang yang kerapatannya rendah (rumpun-rumpun kecil yang terpisah). Alat yang digunakan, yaitu parang, kain katun yang dililitkan pada tiga jari, rompi semprot, dan ember. Bahan yang digunakan adalah herbisida Prima Up 480 AS. Prima Up merupakan herbisida purna tumbuh sistemik yang berbentuk larutan berwarna kuning keemasan.dengan bahan aktif isopropilamina glifosat 480 gram. Konsentrasi Prima Up dalam larutan wipping yang digunakan adalah 1 %. Larutan wipping dibuat dengan mencampurkan 60 ml Prima Up dengan 6 liter air.

Teknik wipping yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bersihkan sekitar batang alang-alang dari tanaman lain atau kotoran dengan parang atau arit.

2. Celupkan jari yang dililit kain katun ke dalam herbisida, kemudian usapkan kain tersebut ke alang-alang.

3. Pengusapan dimulai dari batang bawah sampai ke ujung daun secara merata dan basah dilakukan per helai daun alang-alang. Hindarkan batang atau daun alang-alang putus, pecah atau tercabut saat mengusap dan membersihkan kotoran.

4. Alang-alang yang telah diusap ujung daunnya dipotong kira-kira 5-10 cm. 5. Apabila ditemukan alang-alang yang penyebarannya relatif banyak maka

alang-alang tersebut diberi tanda dengan cara diberi pancang daun kelapa sawit untuk menunjukkan bahwa alang-alang tersebut harus disemprot oleh tim spot spraying.

Spot spraying dilakukan untuk mengendalikan alang-alang yang tumbuh dengan bentuk spot atau titik-titik populasi kecil. Alat yang digunakan, yaitu alat pelindung diri (sarung tangan karet, masker, kaca mata semprot, topi, rompi semprot), knapsack solo kapasitas 15 liter, gelas ukur, dirigen, nozzel hitam dengan lebar semprot 1.25-1.5 m dan angkong. Bahan yang digunakan, yaitu Prima Up 480 AS. Konsentrasi Prima Up dalam larutan semprot adalah 0.8 %. Larutan semprot dibuat dengan mencampurkan 120 ml Prima Up ke dalam 15 liter air. Rumpun alang-alang disemprot merata dengan jarak 20 cm dari nozel.

Gambar

Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit
Gambar 2. Peta Lokasi Magang PT. Bina Sains Cemerlang
Tabel 1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate menurut Kalsifikasi Schmidt Ferguson   BULAN  Thn 1999    Thn 2000  Thn 2001  Thn 2002  Thn 2003  Thn 2004  Thn 2005  Thn 2006  Thn 2007  Thn 2008  Rata-rata   HH  MM    HH  MM    HH  MM    HH  MM    HH  MM    HH  MM
Gambar 3. Struktur Organisasi di Bukit Pinang Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Salah satu untuk memperbaiki proses pembelajaran

19 Menurut hasil penelitian analisis Cornelia, dkk (2008:12), apabila kualitas layanan semakin baik, dengan semakin meningkatkan dimensi dari pada variabel- variabel

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah, serta inayah-nya , shalawat dan salam yang senantiasa tercurah kepada

Walaupun ada kemajuan di bidang genetik molekuler dapat mengurangi insidens penyakit yang diwariskan, luasnya kisaran keadaan yang mengarah pada kebutuhan kesehatan khusus

[r]

1) Hasil penelitian ini meunjukkan bahwa aset pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba akrual. Berdasarkan hasil regresi yang disajikan dalamtabel 4.6 nilai