• Tidak ada hasil yang ditemukan

16210799 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN &amp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "16210799 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN &amp"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-‘UTSMÂNÎ

(Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth) Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ummu Zahra Rifka Irkhamna NIM. 16210799

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1441 H/2020 M

(2)

PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-‘UTSMÂNÎ

(Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth) Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ummu Zahra Rifka Irkhamna NIM. 16210799

Pembimbing:

Drs. Arison Sani, M.A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1441 H/2020 M

(3)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skirpsi dengan judul “Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)” yang disusun oleh Ummu Zahra Rifka Irkhamna Nomor Induk Mahasiswa: 16210799 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 24 Juli 2020 Pembimbing,

Drs. Arison Sani, M.A

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)” oleh Ummu Zahra Rifka Irkhamna dengan NIM 16210799 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 3 Agustus 2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).

Jakarta, 14 Agustus 2020

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, M. A

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M. A Mamluatun Nafisah, S. Ud., M. Ag Penguji 1, Penguji 2,

Ahmad Hawasi, M. Ag Istiqomah, M. A Pembimbing,

Drs. Arison Sani, M. A

(5)

iii

PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ummu Zahra Rifka Irkhamna

NIM : 16210799

Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 19 April 1997

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Bekasi, 24 Juli 2020

Ummu Zahra Rifka Irkhamna

(6)

iv MOTTO

Never do thing by halves

(Jangan melakukan sesuatu dengan setengah-setengah)

It because the action never betray the result (Karena usaha tidak pernah mengkhianati hasil)













Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)

(7)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Ummi dan Abi yang selalu mencurahkan kasih sayangnya tiada henti dan tak terhingga, selalu memotivasi, dan memberi bimbingan juga saran terbaik.

Mengajarkan untuk selalu berusaha, tawakkal, berdoa, bekerja keras, jujur, dan segala hal yang terbaik untuk diri penulis yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Adik laki-laki dan perempuan penulis yang selalu memberikan doa dan harapan terbaik untuk penulis.

Seluruh keluarga besar penulis yang sudah mendukung dan mendoakan penulis.

Dosen Pembimbing Bapak Drs. Arison Sani, M.A dan Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Bapak Muhammad Ulinnuha Husnan, Lc., M.A

yang selalu memotivasi penulis dan teman-teman seperjuangan.

Teman-teman seperjuangan semester 8 angkatan 2016 khususnya fakultas Ushuluddin dan Dakwah program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Teman-teman satu kelompok bimbingan yang selalu mendukung dan

memotivasi di kala pandemi COVID-19

Untuk seluruh ulama dalam bidang Al-Qur‟an yang sangat berpengaruh dalam penyusunan skripsi penulis

Tak lupa kepada Almamater tercinta, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Sehingga penulis selesai dalam menulis skripsi dengan judul PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL- RASM AL-„UTSMÂNÎ (KAJIAN MUSHAF PERSPEKTIF ILMU DHABTH). Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak penulisan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu sudah sepantasnya penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan skripsi ini, yakni:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A selaku Rektor Istitut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.

2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Husnan, Lc., M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an.

3. Bapak Drs. Arison Sani, M.A selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran dan kearifan beliau sehingga bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga, dan ide pikiran untuk membimbing, mengoreksi, serta memberi banyak saran baik dan bagus untuk penulis, sehingga, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah mengenalkan penulis tentang beranega ragam disiplin ilmu dan memberikan banyak waktunya untuk mengajar.

5. Ummi dan Abi tercinta, Wildan, Syakira, dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung penulis untuk tetap semangat

(9)

vii

6. dalam menuntut ilmu serta dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat terbaik Ikrimah Rizqia dan Nurhikmatul Maulia yang selalu memberi masukan, informasi terkait data penelitian serta hal lainnya.

Seluruh teman-teman semester 8 fakultas Ushuluddin dan Dakwah prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT A) yang selalu memberi semangat, motivasi, dan selalu berbagi cerita pengalaman ketika menyusun skripsi di kala pandemi COVID-19 ini.

8. Teman-teman semester 8 angkatan 2016 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung, membantu, dan mendoakan penulis dalam setiap langkah penyelesaian skripsi ini.

9. Terakhir untuk semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut serta membantu dan memberikan informasi, data terkait skripsi dari awal proses penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Bekasi, 25 Juli 2020

Ummu Zahra Rifka Irkhamna

(10)

viii DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Penulis ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... ix

Pedoman Transliterasi ... x

Abstrak ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Pembatasan Masalah ... 9

3. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Kerangka Teori ... 15

G. Metodologi Penelitian ... 16

H. Teknik Penulisan ... 18

I. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II: SEJARAH PENULISAN AL-QUR‟AN DAN DHABTH A. Sejarah Penulisan Al-Qur‟an ... 20

(11)

ix

1. Pengumpulan Al-Qur‟an pada Masa Nabi Muhammad SAW

... 20

2. Pengumpulan Al-Qur‟an pada Masa Abu Bakar ... 21

3. Pembukuan Al-Qur‟an pada Masa Usman bin Affan ... 22

B. Sejarah Dhabth Al-Qur‟an ... 25

C. Ruang Lingkup Tanda Baca (Dhabth) ... 31

BAB III: PROFIL MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-‘UTSMÂNÎ A. Sejarah Mushaf Standar Indonesia ... 39

1. Definisi Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia ... 39

2. Sejarah Penulisan Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia ... 40

3. Latar Belakang Penulisan Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia ... 42

4. Identifikasi Fisiologis ... 44

B. Sejarah Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-Utsmânî ... 46

1. Sejarah Penulisan Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-Utsmânî ... 46

2. Identifikasi Fisiologis ... 47

BAB IV: ANALISIS PERBEDAAN PENULISAN HARAKAT DAN TANDA BACA DALAM MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-UTSMÂNÎ A. Persamaan dan Perbedaan Penulisan Harakat dan Tanda Baca Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-Utsmânî ... 50

B. Faktor Penyebab Perbedaan ... 81

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

(12)

x

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ... 52 ...

(14)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinal dengan penggantian huruf dari abjad satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

أ : a ط : th

ب : n ظ : zh

ت : t ع : „

ث : ts غ : gh

ج : j ؼ : f

ح : h ؽ : q

خ : kh ؾ : k

د : d ؿ : l

ذ : dz ـ : m

ر : r ف : n

ز : z ك : w

س : s ق : h

ش : sy ء : ‟

ص : sh م : y

ض : dh

2. Vokal

(15)

xiii Vokal

Tunggal

Vokal Panjang

Vokal Rangkap Fathah : a آ : â يْم : ai ...

Kasrah : i م : î يْك : au ...

Dhammah : u ك : ȗ

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ؿا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ؿا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

ةرقبلا : al-Baqarah ةنيدملا : al-Madînah b. Kata Sandang yang diikuti alif lam (ؿا) syamsiyah

Kata Sandang yang diikuti alif lam (ؿا) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

لجرلا : ar-rajulu ةديسلا : as-sayyidah سمشلا : asy-syamsu ىمرادلا : ad-Dârimî c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ﹽ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata, ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

(16)

xiv بِا بِ نَّنأَمأَأ : Âmannâ billâhi سُء أَ أَ سُسلا أَ أَمأَأ : Âmana as-Sufahâ‟u مبِذنَّلا نَّفبِإ : Inna al-ladzîna بِ أَ رُّرلا أَك : wa ar-rukka‟i d. Ta‟ Marbȗthah (ة)

Ta‟ Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf, atau diikuti oleh kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

“h”. Contoh:

سُةأَدبِف يْأَاا : al-af‟idah

سُةيِّيبِم أَ يْ بِاا سُةأَ بِم أَللا : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah

Sedangkan Ta‟ Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (isim), maka dialih akasarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ةٌةأَبصٍا أَ ةٌةأَ بِم أَ : Âmilatun Nâshibah لأَريْػبسُكسُلا أَةأَيّاا : al-Âyat al-Kubrâ

4. Huruf Kapital

Sistem penulsan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapu apabila telaj dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain- lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alim aksaara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:

(17)

xv

„Alî Hasan al-Âridh, al-Asqallânî, al-Farmawî, dan seterusnya.

Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh:

Al-Baqarah, Al-Fâtihah, dan seterusnya.

(18)

xvi ABSTRAK

Skripsi ini terdorong dari keprihatinan penulis terhadap masyarakat yang mayoritasnya belum banyak memahami ilmu dhabth. Ditambah dengan kenyataan di lapangan, bahwa Mushaf Madinah sudah tersebar dan digunkanan yang pada dasarnya memiliki tanda baca yang berbeda dengan Mushaf Standar Indonesia. Di Indonesia, terdapat mushaf yang memiliki kemiripan dengan Mushaf Madinah baik dari segi rasm dan tanda baca, yaitu Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî. Mushaf ini memiliki keunikan tersendiri dibandingan dengan Mushaf Madinah. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena sudah banyak masyarakat umum yang menggunakan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

Untuk itu, penulis tertarik untuk menjelaskan perbedaan dari Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

Pada penelitian ini penulis akan membahas mengenai pengertian ilmu dhabth yang akan dipraktekkan ke dalam Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî juga disertai dengan persamaan dan perbedaan dari keduanya. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yakni, membahas ilmu dhabth yang juga dipraktekkan ke dalam mushaf. Namun, mushaf yang dipraktekkan tidak sama dengan mushaf yang penulis teliti, sehingga, akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research) dan internet research yang menjadikan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al- Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî sebagai sumber primer. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis yakni, membahas tentang awal peristiwa yang terjadi dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa. Sedangkan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis yaitu, mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan pembahasan mengenai harakat dan tanda baca pada kedua mushaf tersebut.

Setelah melaksanakan penelitian dan analisis pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî dapat simpulkan bahwa, konsep bentuk harakat, sukȗn, dan syiddah pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî sama yakni, mengikuti gagasan Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî. Sedangkan, konsep mad dan hamzah memiliki perbedaan pada tempat-tempat tertentu.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur‟an diturunkan melalui tiga tahapan. Pertama, diturunkan ke Lauh al-Mahfûzh. Kedua, diturunkan ke Bait al-„Izzah ke langit dunia pada malam al-Qadr sekaligus. Ketiga, diturunkan berangsur-angsur menurut kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW.1 Alasan Al-Qur‟an diturunkan berangsur-angsur dapat dilihat pada Q.S. Al-Isrâ‟ [17]: 106 dan Q.S. Al-Furqân [25]: 32,2





















“dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isrâ‟ [17]: 106)

































“berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Q.S. Al-Furqân [25]: 32)

Inilah dua ayat yang menjadi dasar penurunan Al-Qur‟an secara bertahap kepada Nabi SAW. yaitu diantaranya adalah agar

1 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2009), Ed. 3, Cet. I, h. 71

2 Anshori, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 1, h. 58-59

(20)

2

dapat mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi SAW, agar Al-Qur‟an mudah dihafal dan dipahami oleh kaum muslimin, agar dapat menetapkan hukum secara bertahap, dan lain sebagainya.3

Dengan mempelajari Al-Qur‟an, manusia akan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pandangan, menemukan perspektif dan paradigma baru, serta menemukan hal-hal yang baru pula. Lebih dalam lagi mempelajari kandungan Al-Qur‟an dapat mendorong lebih meyakini kebenaran dan keunikan kandungannya. Ini semua menunjukkan kebesaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Perkasa atas segala ciptaan-Nya.4 Al- Qur‟an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifatnya.

Salah satu diantaranya adalah kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu terpelihara. Seperti firman-Nya dalam Q.S. Al-Hijr [15]: 9,

















“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al-Hijr [15]:

9).5

Penulisan Al-Qur‟an sudah dimulai sejak Al-Qur‟an turun pertama kali kepada Rasulullah SAW. Namun, penulisan ini masih belum berbentuk mushaf seperti sekarang ini, melainkan masih dalam bentuk kepingan-kepingan tulang, pelepah-pelepah kurma, maupun batu-batu. Para penulis wahyu yang merupakan sahabat-sahabat Nabi

3 Anshori, Ulumul Qur‟an, h. 59-62

4 Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur‟an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai Psikologi dalam Pendidikan)”, dalam jurnal Medina-TE, Vol. 16 No. 1 Juni 2017, h. 39 5 Muslimin, “Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur‟an”, dalam jurnal Tribakti, Vol. 25 No. 2 September 2014, h. 280

(21)

3

SAW dan diangkat menjadi sekretaris diantaranya Ali bin Abi Thalib, Mu‟awiyyah, Ubay bin Ka‟ab, dan Zaid bin Tsabit.6

Setelah Rasulullah SAW wafat, kemudian diangkatlah Abu Bakar (w. 13 H/634 M) menjadi khalifah pertama. Pada masa ini, Al- Qur‟an kembali dikumpulkan karena terjadinya peperangan Yamamah yang banyak menggugurkan para qurrâ‟, yang kemudian membangunkan semangat Umar bin Khatthab untuk mengumpulkan dan membukukan Al-Qur‟an dan mengajukannya kepada Abu Bakar.

Pendapat ini tidak serta merta disetujui oleh Abu Bakar karena, menurutnya perbuatan ini tidak dilakukan pada masa Nabi SAW.

Namun, Umar bin Khatthab terus mendesak Abu Bakar yang kemudian, Allah SWT melapangkan hati Abu Bakar dan ia menyetujuinya.7

Sepeninggal Abu Bakar, pemerintahan kembali ke Umar bin Khaththab (w. 23 H/644 M). Suhuf pun berpindah kepadanya, sampai meninggal dan selanjutnya disimpan oleh putrinya yang juga istri Rasulullah SAW. Hafshah binti Umar (w. 45 H/665 M). Meskipun di masa ini tidak ada persoalan serius tentang penulisan mushaf, namun sempat tercatat terdapat beberapa persoalan terkait qirâ‟at Al-Qur‟an yang akan mengalami puncaknya di masa Usman bin Affan.8

Pengumpulan mushaf terjadi kembali pada masa Khalifah Usman bin Affan. Penyebaran Islam bertambah dan para penghafal Al-Qur‟an pun tersebar di berbagai wilayah. Penduduk di setiap wilayah itu pun mempelajari qirâ‟at dari qâri‟ yang dikirim kepada mereka. Cara pembacaan qirâ‟at Al-Qur‟an yang mereka bawakan

6 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, h. 71 7 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, h. 72-73 8 Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, ( tt. p.: Azza Media, 2018), Cet. I, h.

35-36

(22)

4

berbeda-beda sejalan dengan perbedaan „huruf‟ yang dengannya Al- Qur‟an diturunkan. Ketika terjadi perang Armenia dan Azerbaijan dengan penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Hudzaifah bin al-Yaman (w. 36 H/656 M). Beliau banyak melihat perbedaan bacaan dalam membaca Al-Qur‟an.

Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing- masing tetap mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan ini, Hudzaifah segera menghadap Usman dan melaporkan kepadanya atas apa yang telah dilihatnya. Para sahabat sangat memprihatinkan kenyataan ini, karena, takut jika perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran yang pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat Islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu huruf.9

Usman bin Affan kemudian mengirimkan utusan kepada Hafshah binti Umar untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya, dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepada Usman bin Affan. Lalu, Usman bin Affan memanggil Zaid bin Tasbit, Abdullah bin al-Zubair, Said bin „Asra, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam untuk bertugas menulis serta menyalin Al-Qur‟an - ketiga orang terakhir ini adalah orang Quraisy- lalu memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang Quraisy itu ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur‟an turun dengan logat mereka.

9 Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an (Kajian Antropologi Budaya)”, dalam jurnal Rihlah, Vol. II No. 1 Mei 2015, h. 60-61

(23)

5

Setelah mereka menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Usman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafshah kemudian Usman mengirimkan salinan ke setiap wilayah dan memerintahkan agar semua Al-Qur‟an atau mushaf lainnya dibakar.

Dan satu mushaf yang ditahan untuk disimpan di Madinah yang dikenal dengan “mushaf al-Imâm”.10

Ibnu Jarir mengatakan berkenaan dengan apa yang telah dilakukan oleh Usman, “Ia menyatukan umat Islam dengan satu mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang lain dibakar. Dengan demikian, segala qirâ‟at yang lain sudah dimusnahkan dan bekas- bekasnya juga sudah tidak ada. Sudah tidak ada jalan lagi bagi orang yang ingin membaca dengan ketujuh huruf itu dan kaum muslimin juga telah menolak qirâ‟ah dengan huruf-huruf yang lain tanpa mengingkari kebenarannya atau sebagian dari padanya. Hal itu demi kebaikan kaum muslimim sendiri.11

Dalam sejarah penulisan Al­Qur‟an pada masa awal, penulisan harakat dan tanda baca belum berbentuk seperti sekarang ini, melainkan masih berbentuk titik bulat kecil dengan warna-warna tertentu sesuai dengan daerah masing-masing. Seperti hitam, merah, kuning, dan hijau.12 Dalam kitab Rasm al-Mushaf wa Naqtuh karya al-Farmawi menyebutkan bahwa sistem pewarnaan harakat dan tanda baca memiliki varian yang berbeda-beda berdasarkan wilayah daerah tertentu. Seperti pada Mushaf Madinah dan Mushaf Andalus, kedua mushaf ini memiliki perbedaan diantaranya warna hitam pada Mushaf

10 Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an (Kajian Antropologi Budaya)”, h. 61 11 Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an (Kajian Antropologi Budaya)”, h. 61-62 12 Zaenal Arifin Madzkur, “Harakat dan Tanda Baca Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia dalam Perspektif Ilmu Dhabt”, dalam Jurnal Ṣuḥuf Vol. 7 No. 1 Juni 2014, h. 4-5

(24)

6

Madinah digunakan untuk menulis huruf dan titik huruf, sedangkan Mushaf Andalus warna hitam digunakan untuk menulis huruf saja.13

Tanda baca yang ada pada zaman para sahabat berbeda dengan yang ada pada zaman sekarang. Harakat dan tanda baca yang kita kenal sekarang itu seperti, fathah yang dilambangkan dengan garis miring lurus yang terletak di atas huruf, kasrah yang dilambangkan dengan garis miring lurus yang terletak di bawah huruf, dan dhammah yang dilambangkan dengan wawu kecil yang terletak di atas huruf.

Hal ini dikenal dengan naqthu al­i‟râb yakni titik yang menandakan baris huruf. Selanjutnya, ada naqthu al­i‟jâm yakni titik yang menandakan jenis huruf seperti, ba‟ ta‟, tsa‟, dan lain sebagainya.

Walaupun harakat dan tanda baca yang telah dibuat dan juga telah diseragamkan sekarang, perbedaan akan tetap muncul dengan tujuan mempermudah bagi para penghafal dan pembaca Al-Qur‟an dalam membacanya. Perbedaan tanda baca ini terjadi pada mushaf terbitan di Indonesia yaitu Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-

„Utsmânî yang sudah hampir mirip menyerupai Mushaf Madinah baik dalam hal rasm maupun tanda baca.

Melihat adanya keserupaan antara Mushaf Al-Quddus Bi Al- Rasm Al-„Utsmânî dengan Mushaf Madinah baik dari segi rasm ataupun tanda baca, sebelumnya, penulis akan menjelaskan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang masih belum faham bagaimana perbedaan tanda baca antara Mushaf Al-Qur‟an yang distandarkan di Indonesia dengan Mushaf Madinah. Mungkin, sekilas pembaca atau pengguna Mushaf cetakan Madinah mengetahui dan sadar bahwa penulisan tanda baca antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

13 Abdul-Hayy al-Farmawi, Rasm al-Mushaf wa Naqtuhu, (Makkah: al-Maktabah al- Makkiyah, 2004 M/1425 H), Cet. 1, hlm. 308-309.

(25)

7

Madinah berbeda. Namun, bisa jadi kepengetahuan itu tidak berpengaruh kepada seorang pembaca untuk ingin mempelajari perbedaan tanda baca antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah yang pada hakikatnya akan berpengaruh kepada bacaan Al- Qur‟an.

Berhubung pembahasan mengenai tanda baca pada Mushaf Madinah telah banyak dibahas, maka, pada penelitian ini penulis memilih Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî untuk diteliti, karena, jika dilihat pada rasm, harakat, maupun tanda baca kedua mushaf ini memiliki persamaan yang cukup mirip, walaupun terdapat perbedaan yang perlu diperhatikan. Untuk itu, penulis akan mengambil contoh ayat yang terdapat pada Mushaf Al-Quddus Bi Al- Rasm Al-„Utsmânî, karena pada penelitian ini penulis akan fokus membahas harakat dan tanda baca pada Mushaf Al-Quddus Bi Al- Rasm Al-„Utsmânî. Contoh dalam Q.S. Al­An‟âm [6]: 94,

Mushaf Standar Indonesia,

Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî,

Dari kedua contoh di atas kata syurakâ‟u terlihat adanya perbedaan tanda baca antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî, yakni, dalam Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî ditulis dengan alif kecil setelah fathah, sedangkan dalam Mushaf Standar Indonesia ditulis dengan fathah berdiri, juga tanda mad wajib muttashîl yang berbeda, dan pada

(26)

8

Mushaf Standar Indonesia tidak terdapat tanda sifrun mustadîr, sedangkan dalam Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî terdapat sifrun mustadîr sebagai tanda bahwa huruf tersebut termasuk huruf ziyâdah dan tidak dibaca. Namun, apabila seorang pembaca Al- Qur‟an tidak mengetahui bagaimana maksud dari tanda baca tersebut maka seorang pembaca akan membacanya dengan bacaan mad atau bacaan panjang pada kata „û‟.

Penelitian mengenai perbedaan harakat dan tanda baca pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah memang sudah sering dibahas. Untuk itu, penulis mengambil sampel dari Mushaf Al- Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî yang juga banyak digunakan para penghafal Al-Qur‟an. Pada permasalahan ini penulis tertarik untuk membahas dengan melakukan penelitian dengan judul

“PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR

INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-

‘UTSMÂNÎ (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mucullah beberapa persoalan yang perlu dibahas secara detail dan mendalam.

Diantara pembahasan yang dapat diidentifikasikan penulis adalah:

a. Banyaknya masyarakat yang masih belum mengenal tentang kajian ilmu dhabth, maka, dari penelitian ini penulis akan menjelaskan apa pengertian dari Ilmu Dhabth al-Qur‟an?

b. Banyak juga masyarakat yang telah menggunakan Mushaf Madinah yang pada dasarnya memiliki perbedaan tanda baca dengan Mushaf Standar Indonesia. Di Indonesia sendiri,

(27)

9

terdapat Mushaf yang memiliki keserupaan dengan Mushaf Madinah yakni, Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas bagaimana persamaan dan perbedaan tanda baca pada Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-

„Utsmânî?

c. Penelitian ini fokus kepada persamaan dan perbedaan dari segi naqthu al-i‟jâm dan naqthu al-i‟râb yang merujuk pada kitab Irsyâdu Al-Thâlibîn Ilâ Dhabti al-Kitâbi al-Mubîn karya Muhammad Sâlim Muhaisin.

2. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari adanya penyimpangan dari tujuan penulisan, maka penulis akan membatasi rumusan masalah tersebut dengan hal-hal seputar Mushaf Standar Indonesia Mina dari percetakan Sygma Exagrafika tahun 2011 dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-

„Utsmânî terbitan CV. Mubarakatan Thoyyibah di percetakan PT.

Buya Barokah. Hal ini dibutuhkan supaya masalah tidak melebar kepada materi-materi yang tidak bersangkutan.

Penulis membahas masalah dengan merujuk kitab Irsyâdu Al- Thâlibîn Ilâ Dhabti al-Kitâbi al-Mubîn yang meliputi harakat, sukȗn, tasydîd, mad, isymâm, imâlah, hamzah washal, hamzah washal yang menjadi ibtidâ‟, rasm yang dibuang, rasm yang ditambah, dan bentuk lâm alif.

3. Rumusan Masalah

(28)

10

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menarik suatu rumusan pokok masalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan ilmu Dhabth al-Qur‟an?

b. Bagaimana persamaan dan perbedaan tanda baca Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-

„Utsmânî?

c. Apa faktor perbedaan yang terdapat pada Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-

„Utsmânî?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian atau kajian tentunya memiliki tujuan yang mendasari penulisan tersebut. Dengan hal ini, tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu Dhabth al-Qur‟an 2. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan tanda baca Mushaf

Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî 3. Mengetahui faktor perbedaan yang terdapat pada Mushaf Standar

Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya khazanah keilmuwan Islam di bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir terutama dalam tema perbangingan antara Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para cendekiawan dan masyarakat serta aktivis dakwah dan diharapkan

(29)

11

hasil tulisan ini dapat dipergunakan dan dikaji lebih lanjut pada periode berikutnya sesuai dengan perkembangan zaman.

E. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana tujuan dari tinjauan pustaka adalah berisi tentang kajian literatur yang relevan dengan pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan. Jadi, tinjauan pustaka adalah bahan pustaka yang diulas dari buku, jurnal yang membahas tentang topik yang akan hendak diteliti.14

Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti akan sedikit menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan tema

“Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al- Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)”.

1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Najihah bintu Husin tahun 2018 dengan Judul “Metode Penulisan Al-Qur‟an di Ma‟had Tahfizh Al- Qur‟an Masjid Sayyidina Ali, Melaka (Studi tentang Pemahaman Siswa terhadap Dhabt Al-Qur‟an: Asal­Usul Titik dan Baris).

Dalam skripsi ini, Nurul Najihah mencoba membuktikan sejauh mana pemahaman siswa Ma‟had Tahfizh Al-Qur‟an Masjid Sayyidina Ali, Melaka mengenai ilmu dhabth. Skripsi ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan penulis bahas yaitu membahas tentang ilmu dhabth baik dari sejarah, bentuk, maupun pengaruhnya. Namun, perbedaan skripsi ini dengan skripsi penulis adalah objek yang Nurul Najihah teliti adalah objek lapangan yakni praktek ilmu dhabth yang diterapkan kepada mahasiswa Ma‟had

14 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualiatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 104

(30)

12

Tahfizh Al-Qur‟an Masjid Sayyidina Ali, Melaka. Sedangkan objek penelitian yang akan penulis bahas adalah objek kepustakaan dan internet research yaitu berupa praktek ilmu dhabth yang diterapkan pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

2. Skripsi yang ditulis Patimah Batubara tahun 2018 dengan judul

“Proses Pemberian Titik (Nuqthah) pada Huruf-Huruf Al-Qur‟an oleh Abû al­Aswad al­Du‟alî”. Skripsi ini membahas tentang bentuk titik yang pertama kali dirumuskan oleh Abû al-Aswad al­Du‟alî yang kemudian perjuangan ini dilanjut oleh kedua muridnya Nashr bin „Âshim dan Yahya bin Ya‟mar. Perumusan titik (naqth al­i‟rab) yang dirumuskan oleh Abû al-Aswad juga diulas kembali oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî dan dibuat dengan bentuk baru seperti yang ada saat ini. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas tentang ilmu dhabth dengan memaparkan bagaimana proses penulisan mushaf yang dimulai sejak zaman Rasulullah SAW hingga masa sahabat, dan bagaimana peran Abû al­Aswad al­Du‟alî serta proses penulisan tanda baca yang dipelopori olehnya. Namun, perbedaan yang ada pada penelitian Patimah Batubara dengan penelitian yang akan penulis bahas adalah skripsi Patimah berfokus kepada sejarah penulisan Al-Qur‟an mulai dari zaman Nabi SAW, sahabat, tabi‟in, dan generasi seterusnya, hingga muncul berbagai model tanda baca yang dikenal sampai sekarang dengan tujuan agar Al-Qur‟an tetap terjaga dari kesalahan. Sedangkan, pada penelitian penulis, penulis akan menerapkan aspek dari ilmu dhabth yang kemudian diterapkan kepada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al- Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî yang akan diteliti.

(31)

13

3. Thesis yang ditulis oleh Jumroni Ayana tahun 2016 dengan judul

“Tanda Baca dalam Al-Qur‟an (Studi Perbandingan Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Madinah)”. Skripsi ini membahas bagaimana perkembangan penulisan Al-Qur‟an sejak zaman Nabi SAW, sahabat, tabi‟in. Jumroni Ayana juga menjelaskan bagaimana sejarah awal digagasnya tanda baca yang dimulai oleh Abû al­Aswad al­Du‟alî yang kemudian dilanjut oleh kedua muridnya, dan memulai pembaharuan pada mada Dinasti Abbasiyah oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî (w. 170 H). Jumroni Ayana menyimpulkan bahwa sejarah terkait tanda baca terbagi menjadi tiga masa, pertama, pada masa Abû al­Aswad al­Du‟alî dengan menggagas naqthu al-i‟râb, kedua, Nashir bin „Âshim dengan Yahyâ bin Ya‟mar yang menggagas naqthu al-i‟jâm, dan terakhir oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî yang melanjutkan perjuangan Abû al­Aswad al­Du‟alî dengan mengubah naqthu al- i‟râb menjadi tanda baca yang lebih dikenal pada masa sekarang.

Persamaan thesis Jumroni Ayana dengan skripsi yang akan penulis bahas adalah membahas tentang kajian ilmu dhabth dengan memaparkan sejarah awal ilmu dhabth ini berasal, kesalahan yang terjadi karena ketidakadanya tanda yang dapat dibedakan dan sistematika penulisan yang sama. Namun, perbedaan dari keduanya adalah thesis Jumroni Ayana menerapkan kajian ilmu dhabth kepada Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Madinah, sedangkan, skripsi yang akan penulis bahas adalah menerapkan kajian ilmu dhabth kepada Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

4. Skripsi yang disusun oleh Ahmad Bahrul Ulum tahun 2017 dengan judul “Sejarah Pemberian Titik dan Syakal dalam Al-Qur‟an”.

(32)

14

Skripsi ini membahas tentang awal sejarah pemberian tanda baca Al-Qur‟an, yang dimulai sejak zaman Nabi SAW, para sahabat (khulafâu al-râsyidîn), dan yang paling efektif pada zaman Ali bin Abi Thalib. Namun, pada zaman Ali bin Abi Thalib konsep tanda baca Al-Qur‟an belum diterapkan ke dalam Al-Qur‟an secara langsung, melainkan ke dalam ilmu bahasa Arab yang nantinya akan berpengaruh kepada bacaan Al-Qur‟an. Ilmu ini bernama Nahwu yang masih dikenal hingga sekarang dan ilmu ini menjadi landasan atau pedoman guna memahami ajaran Islam. Kemudian, dilanjut pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan oleh Abû al­Aswad al­Du‟alî pada masa tabi‟in yang pertama kali merumuskan tanda baca berupa titik di atas huruf, ilmu ini bernama naqthu al-i‟râb. Lalu, perjuangan ini dilanjut oleh kedua murid Abû al­Aswad al­Du‟alî yakni Nashr bin „Ashim dan Yahya bin Ya‟mur yang merumuskan tanda titik untuk membedakan antara huruf satu dengan huruf lainnya, ilmu ini dikenal dengan naqthu al- i‟jâm. Semakin luasnya penyebaran Islam di dunia, semakin banyak non Arab yang masuk Islam yang juga tidak paham Bahasa Arab secara baik dan benar, sehingga banyaknya titik yang terdapat pada mushaf kerap kali membuat umat muslim bingung dalam membacanya. Sehingga, dalam masalah ini Khalîl bin Ahmad al- Farâhidî berusaha melanjutkan perjuangan Abû al­Aswad al­Du‟alî dengan membuat harakat dan tanda baca dengan model terbaru yang masih dipakai hingga sekarang. Persamaan skripsi Ahmad Bahrul Ulum dengan skripsi yang akan penulis bahas adalah membahas tentang bagaimana sejarah adanya tanda baca dengan tujuan agar masyarakat mengetahui proses yang begitu panjang dalam riwayat penulisan Al-Qur‟an. Namun, perbedaan skripsi

(33)

15

Ahmad Bahrul Ulum dengan skripsi penulis adalah skripsi Ahmad hanya sebatas sejarah awal pemberian titik dan syakal dalam Al- Qur‟an dari masa kodifikasi hingga masa Khalil bin Ahmad al- Farahidi, sedangkan skripsi yang akan penulis bahas adalah sejarah berikut dengan praktek atau penerapan ilmu dhabth sendiri.

F. Kerangka Teori

Ada aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan ketika seseorang hendak mengkaji ilmu dhabth atau biasa disebut dengan ilmu tanda baca dalam Al-Qur‟an merupakan bagian yang tidak bisa dihindari.

Namun, terkadang praktek penerapannya pun berbeda-beda antara mushaf satu dengan yang lainnya, sebut saja Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

Menurut Muhammad Salim Muhaisin dalam kitabnya irsyâdu al- thâlibîn ilâ dhabti al-Kitâbi al-Mubîn mengatakan bahwa aspek dalam kajian ilmu dhabth ada lima. Diantaranya adalah harakat, sukûn, syiddah, mad, dan hamzah. Namun, untuk lebih spesifiknya terbagi menjadi 11 bagian, yaitu,

1. Harakat. Tanda ini adalah tanda yang dirumuskan oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhîdî berdasarkan kembangan tanda baca yang dirumuskan oleh Abu al-Aswad al-Du‟ali. Tanda ini terdiri dari fathah, kasrah, dhammah.

2. Tanda huruf tanwîn atau nûn sukûn dengan huruf yang jatuh setelahnya. Pada bab ini dapat diketahui keadaan tanwîn dan nûn sukûn ketika dibaca izhâr, idghâm, ikhfâ‟, dan iqlâb.

3. Tasydîd. Pada bab ini dapat diketahui bagaimana bentuk tasydîd seperti yang dirumuskan oleh oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhîdî.

(34)

16

4. Tanda huruf sukûn dan huruf yang jatuh setelahnya. Pada bab ini dapat diketahui bagaimana keadaan huruf sukûn dan huruf yang jatuh setelahnya ketika dibaca izhâr, idghâm, dan ikhfâ‟.

5. Tanda mad. Pada bab ini dapat diketahui bagaimana tanda mad ketika dibaca mad munfashil, mad muttashil, dan mad lâzim.

Begitu pula pada mad ashlî atau mad thabi‟î.

6. Tanda hamzah qatha‟ dan tashîl. Pada bab ini akan diketahui membahas bagaimana bentuk tanda hamzah qatha‟ dan tanda tashîl.

7. Tanda hamzah washal dan ibtidâ‟. Pada bab ini akan diketahui bagaimana bentuk tanda hamzah washal dan hamzah ibtidâ‟.

8. Tanda isymâm, ikhtilâs, dan imâlah. Pada bab ini akan diketahui bagaimana tanda isymâm, ikhtilâs, dan imâlah.

9. Tanda huruf yang rasm-nya dibuang. Pada bab ini akan diketahui bagaimana tanda huruf yang rasm-nya dibuang.

Seperti huruf illat yakni berupa, alif, waw, yâ‟, dan juga nûn.

10. Tanda huruf yang rasm-nya ditambah. Pada bab ini akan diketahui bagaimana tanda huruf yang rasm-nya ditambah.

Seperti bentuk lingkaran bulat bundar dan lingkaran lonjong.

11. Tanda lâm alif. Pada bab ini akan diketahui bagaimana bentuk lâm alif yang mengikuti salah satu pendapat ulama.

Maka, dari sebelas kerangka inilah yang akan penulis jadikan parameter dalam menganalisa perbedaan antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(35)

17

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan model kualitatif yang bersifat library research dan internet research, yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber kepustakaan dan internet untuk memperoleh data penelitian. Penulis juga menggunakan metode analisis yaitu, menganalisa tentang persamaan dan perbedaan tanda baca pada Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî dan Mushaf Standar Indonesia.

2. Pendekatan Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan historis yaitu pendekatan yang di dalamnya membahas tentang peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa. Melalui pendekatan sejarah seseorang akan memasuki keadaan yang sebenarnya dengan penerapan suatu peristiwa.15 Pendekatan ini digunakan untuk melihat kembali latar belakang penulisan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al- Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam meneliti proposal ini ada dua, meliputi data primer dan data sekunder,

a. Data primer, ialah data yang bersumber dari kitab pokok kajian dari penelitian ini, yakni Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-

„Utsmânî dan Mushaf Standar Indonesia.

b. Data sekunder, ialah data yang bersumber dari kitab lainnya yang mendukung, yakni kitab Irsyâdu al-Thâlibîn ilâ Dhabt al-

15 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), Cet. ke-21, h.

48

(36)

18

Kitâb al-Mubîn, buku-buku ulumul qur‟an, dan buku-buku lain yang terkait dengan tema pembahasan penulis, serta ditambah dengan jurnal, skripsi, dan artikel skripsi dan disertasi yang dianggap penting untuk dikutip yang bisa mendukung dan menambah pembahasan yang terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik kepustakaan yakni teknik dengan mengumpulkan data-data atau bahan-bahan yang berasal dari buku, jurnal, skripsi, thesis, artikel, media internet, dan yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif-Analitis, yaitu mengumpulkan data-data yang berhubungan objek penelitian. Baik itu berupa buku, jurnal, majalah, artikel, skripsi, thesis, media internet dan lain sebagainya.

H. Teknik Penulisan

Adapun teknik dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku “Penulisan Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)” yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta Tahun 2017.

Merupakan pedoman penulisan karya ilmiah mahasiswi IIQ Jakarta.

I. Sistematika Penulisan

(37)

19

Bab pertama yaitu pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, teknik penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, bab ini berisi tentang sejarah penulisan Al-Qur‟an dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga pembukuan pada masa Usman bin Affan dan sejarah ditetapkannya dhabth atau tanda baca Al-Qur‟an.

Bab ketiga, bab ini berisi tentang profil Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

Bab keempat yaitu berupa analisis persamaan dan perbedaan penulisan berdasarkan aspek dhabth Al-Qur‟an pada Mushaf Standar Indonedia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

Bab kelima yaitu penutup, bab ini berisi kesimpulan dari bab- bab sebelumnya, serta saran-saran yang akan diberikan penulis.

(38)

84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari penjelasan dan pemaparan analisis di atas, maka penulis mencoba untuk menyimpulkan sebagai berikut:

1. Ilmu dhabth adalah ilmu yang mempelajari tentang simbol dan tanda pada huruf-huruf Al-Qur‟an yang dibuat untuk mempermudah para pembaca sehingga terhindar dari kesalahan.

Tanda-tanda itu meliputi harakat, sukȗn, tasydîd, mad, dan hamzah, dan lain sebagainya.

2. Perbedaan yang terdapat dalam Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî dilihat dari segi naqthu al-i‟jâm dan naqthu al-i‟râb terdapat 17 perbedaan diantaranya, tanwîn tarkîb, tanwîn tatâbu‟, setelah tanwîn berupa ر ف ـ ؿ , setelah tanwîn berupa م ك, setelah tanwîn berupa huruf ikhfâ‟, setelah tanwîn berupa hamzah washal namun dipisah oleh waqaf ى ق, tanda sukûn tidak diikuti tasydîd, tanpa tanda sukûn diikuti tasydîd, tanpa tanda sukûn tanpa tasydîd, tanda mad wâjib muttashîl, tanda mad thabi‟î, tanda hamzah washal, tanda hamzah ibtidâ‟, tanda tashîl, tanda imâlah, tanda isymâm, dan lafzhu al- jalâlah (Lafazh Allah).

3. Penelitian antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al- Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî ini merujuk pada kitab Irsyâdu Al-Thâlibîn Ilâ Dhabti al-Kitâbi al-Mubîn karya Muhammad Sâlim Muhaisin dan ditemukan persamaan pada naqthu al-i‟jâm dan naqthu al-i‟râb diantaranya, harakat, sukûn, tanda mad jâiz munfashil, tanda baca iqlâb, tanda tasydîd, tanda hamzah qatha‟,

(39)

85

dan tanda lâm alif. Sedangkan perbedaannya naqthu al-i‟râb lainnya sebanyak 17 perbedaan yang telah disebutkan sebelumnya.

B. Saran

Sesungguhnya tak ada makhluk yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Untuk itu, penulis menyadari bahwa kajian ilmu dhabth yang penulis bahas masih banyak kekurangan dan masih perlu adanya kajian kembali dari pemaparan yang penulis sajikan. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu disempurnakan dari penelitian ini, dan juga masih banyak referensi yang harus dicari dan ditelaah kembali karena keterbatasan situsai dan kondisi saat ini. Penulis berharap agar kajian ini tidak berhenti sampai disini melainkan adanya suatu perkembangan yang akan dibahas pada generasi selanjutnya.

Untuk para penghafal Al-Qur‟an ilmu dhabth adalah ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Karena, dari sinilah penulis dan teman-teman penghafal dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dengan mudah tanpa adanya kesalahan dan memiliki sanad yang in syâ Allah sampai kepada Rasulullah SAW.

(40)

86

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur‟an Al-Karim Mina Al-Qur‟an Tilawah

Al-Quddus Al-Qur‟an Terjemah Bi Rosm Utsmani Juzz 1-15 dan Juzz 16-30 Abdurrauf, Pengenalan, Penulisan, dan Tanda Baca Huruf Arab, tt.p: t.p, t.t.

Al-Akrat, Abdu al-Tawwâb Mursî Hasan, Al-Dhabtu Al-Mushafî, Kairo:

Maktabah al-Adâb, 2008

„Abdul „Al al-Thahthawi, Ahmad, 150 Kisah „Uthman bin „Affan, dari 150 Qishah min Hayati „Uthman bin „Affan oleh Tubagus Kesa Purwasandy, Bandung: Mizania, 2016

„Amr Utsmân bin Saîd al-Dânî, Abȗ, Al-Muhkam fî Naqthi al-Mashâhif, Damaskus: Dar al-Fikr, 1997

Anshori, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers. Cet. 1. 2013

Arifin, Zaenal, dkk, Sejarah Penulisan Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al­Qur‟an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Cet. 2, 2013

Ayana, Jumroni ,“Tanda Baca dalam Al-Qur‟an (Studi Perbandingan Mushaf Al-Qur‟an Indonesia dengan Mushaf Madinah)”, Tesis, Tangerang Selatan: IIQ Jakarta, 2016

Bahrul Ulum, Ahmad , “Sejarah Pemberian Titik dan Syakal dalam Al- Qur‟an”, Skripsi, Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017

Al-Farmawi, Abdul-Hayy, Rasm al-Mushaf wa Naqtuhu, Makkah:

al-Maktabah al-Makkiyah. Cet. 1, 2004

Fathoni, Ahmad , Metode Maisura, Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisura, Edisi X, 2017

Fattah al-Qadhi, Abdul, Tarikh al-Mushaf al-Syarif, tt.p..: Maktabah al-, t.t Hisyami, Risâlât „Ilmi Dhabthi al-Qu‟ân li Hâl al-Musykilah al-Hadîtsah Mâ

fî Rasm al-Mushafi al-‟Utsmâni, Banda Aceh: Ar-Rijal Publisher, 2012 Hudaeni, Deni, at.all., Tanya Jawab tentang Mushaf Al-Qur‟an Standar

Indonesia dan Layanan Pentashihan, Jakarta: Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur‟an, 2019

(41)

87 Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, Yogyakarta: Itqan Publishing, Cet. 1,

2013

Madzkur, Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, ttp: Azza Media, Cet. I, 2018

Muhaisin, Muhammad Salim, Irsyâdu al-Thâlibîn ilâ Dhabt al-Kitâb al- Mubîn, Kairo: Dar al-Muhaisin, 2002

Mukarromah, Oom, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 1, 2013 Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, Cet. ke-21,

2014

Raco, J.R.. Metode Penelitian Kualiatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya, Jakarta: PT. Grasindo, 2010

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Semarang: Pustaka Rizki Putra. Ed. 3. Cet. I. 2009

Suwayd, Ayman Rusydi, al-Tajwîd al-Mushawwar, Jilid 1, Damaskus:

Maktabah Ibnu al-Jazary, Cet. 2, 2011

Al-Suyuthi, Studi Al-Qur‟an Komprehensif, terj. dari al-Itqan fi Ulumil Qur‟an oleh Tim Editor Indiva, Surakarta: Indiva Pustaka, Cet. 1, 2008 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pedoman Pentashihan Mushaf

Al-Qur‟an, Jakarta Timur: LPMQ Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, 2019

Zaihtâr, Ahmad Muhammad Abû, Al-Sabîl ilâ Dhabti Kalimât Al-Tanzîl, Kuwait: t.p, 2009

Jurnal Medina-TE, Vol. 16 No. 1 Juni 2017 Jurnal Tribakti, Vol. 25 No. 2 September 2014 Jurnal Rihlah, Vol. II No. 1 Mei 2015

Jurnal Ṣuḥuf Vol. 7 No. 1 Juni 2014 Jurnal Ilmu Sejarah, Vol. 2 No. 2 2018 Jurnal Qof, Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Jurnal Ulunnuha, Vol. 6 No. 2 Desember 2017

(42)

88

Jurnal Al Murabbi, Vol. 2 No. 2 Januari 2016 Jurnal Adabiyyât, Vol. 1 No. 1 Juni 2017

Jurnal At-Tibyan, Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2016 Jurnal Studi Islam, Vol. 6 No. 6 Oktober 2015 Jurnal Ṣuḥuf, Vol. 4 No. 1 2011

Jurnal Lektur, Vol. 3 No. 5 2005 Jurnal Nun, Vol. 3 No. 1 2017

Majalah al-Buhȗts al-Dirâsât al-Qur‟âniyyah, No. 7 Tahun 4

Agus Sasongko, “Sejarah Pemberian Tanda Baca dan Tajwid”, https://republika.co.id/berita/p6a89n313/sejarah-pemberian-tanda-baca- dan-tajwid diakses pada tanggal 24 April 2020 Pukul 21.34 WIB

Ahmad Baiquni, “Tak Banyak yang Tahu, Begini Sejarah Al­Qur‟an Cetak Indonesia”, https://www.dream.co.id/orbit/mushaf-alquran-indonesia- dalam-lintasan-sejarah-171116v.html diakses pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 10.04 WIB

Ali Akbar, “Mushaf Cetakan Abdullah bin Afif, Cirebon, 1933­1957”, http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/05/mushaf-cetakan-abdullah- bin-afif.html#more diakses pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 10.45 WIB _____, “Mushaf Cetakan Penerbit Al­Ma‟arif, Bandung, 1950­an”,

http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/penerbit-al-maarif-

bandung.html#more diakses pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 11.09 WIB _____, “Qur‟an Cetakan Singapura, 1868”, http://quran-

nusantara.blogspot.com/2012/09/mushaf-cetakan-singapura.html diakses pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 10.24 WIB

_____, “Qur‟an Kudus, Qur‟an dari Turki”, http://quran- nusantara.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses pada tanggal 20 Juni 2020 Pukul 19.18

Fathurrohman, “Abul Aswad Ad-Duali, Sang Peletak Tanda Baca Al- Qur‟an”, https://muslimobsession.com/abul-aswad-ad-duali-sang-peletak- tanda-baca-al-quran/2/ diakses pada tanggal 18 April 2020 Pukul 15.08

(43)

89 Fina Izzatul Muna, “Menelisik Sejarah dan Karakteristik Mushaf Al-Qur‟an Pojok Menara Kudus”, http://almunawwirkomplekq.com/menelisik- sejarah-dan-karakteristik-mushaf-al-quran-pojok-menara-kudus/ diakses pada tanggal 21 Juni 2020 Pukul 07.34

Imam Muttaqien Muslim, “Bid‟ah Hasanah: Asal-Usul Tanda Baca Al- Qur‟an”, https://alif.id/read/imm/bidah-hasanah-tanda-baca-alquran- b217755p/ diakses pada tanggal 21 April 2020 Pukul 15.10 WIB

Rizal Mubit, “Sejarah Pemberian Titik dan Harakat pada Huruf Al-Qur‟an”, https://islami.co/sejarah-pemberian-titik-dan-harakat-pada-huruf-al- quran/ diakses pada tanggal 24 April 2020 Pukul 11.15 WIB

Zulfan Afdhilla, “Sejarah Pemberian Tanda Baca pada Al-Qur‟an (Dhabtil Qur‟an)”, http://www.zulfanafdhilla.com/2017/10/sejarah-pemberian- tanda-baca-pada-al.html diakses pada tanggal 23 April 2020 Pukul 13.52 WIB

Zunnayana Fairuz, “Ilmu Dhabti Al-Qur‟an dan Sejarah Perkembangannya”, http://goresanpenayana.blogspot.com/2013/10/ilmu-dhabti-al-quran.html diakses pada tanggal 21 April 2020 Pukul 14.21 WIB

(44)

CURRICULUM VINTAE

Nama Lengkap : Ummu Zahra Rifka Irkhamna Tempat/Tanggal Lahir: : Banyumas, 19 April 1997

Nama Ayah : Aminudin

Nama Ibu : Zulfatun Nadifah

Alamat : Villa Bekasi Indah 2 Jl. Jasmin 6 Blok J8/3 Tambun Selatan - Bekasi

No. Hp : 0895330261626

Email : zahrarifka19@gmail.com /

rifkairkhamna19@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN 2001-2003 : TK Islam Al-Fath 2

2003-2009 : SDIT Al-Fidaa

2009-2012 : SMPIT Fathan Mubina 2012-2016 : MA Al-Hikmah 2 Benda

2016-2020 : Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi dengan judul “ Strategi Perencanaan Laba Operasi Dengan Analisis Biaya-Volume-Laba Pada PT Sahid Detolin Textile” ini disusun sebagai salah satu syarat

Ardhiani, M., 2005, Pengaruh Pemberian Campuran Suspensi Ekstrak Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap

Rangkaian proses pembuatan paduan Co26Cr6Mo0.18N mulai dari pembuatan ingot, homogenisasi 1200 o C, hot rolling , hingga pendinginan dapat menghasilkan fasa ɣ -Co

Tidak hanya aada waktu hidua, aada saat meninggal dunia seorang muslim juga harus dimandikan agar tubuhnya bersih dari segala kotoran dan

Selain dari ketiga faktor tersebut, faktor utama untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari mengkonsumsi makanan kotor adalah produsen atau penjual

Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita stroke iskemik akan memperbesar meluasnya area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa yang

Pada variabel pertumbuhan dan hasil kacang tanah, Perlakuan pupuk kompos azolla dan fosfat alam (P0-P8) serta pupuk kandang (P9) dan NPK (P10) berpengaruh nyata

PENGARUH PEREGANGAN STATIS AKTIF DAN PEREGANGAN STATIS PASIF TERHADAP KEMAMPUAN FLEKSIBILITAS LANSIA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu