36
Hasil Pembelajaran Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Siswa Kelas VIII
MTsS Babun Najah Banda Aceh
Roslina, Burhanuddin, Ag, M. Isa, Angkot Putri
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Email. [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh cara pembelajaran matematika yang saat ini membutuhkan perhatian yang khusus dari para pengajar. Sesuai dengan kurikulum yang menuntut tercapainya suatu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka guru harus dapat menjalankan tugas mengajar dengan sebaik-baiknya supaya peserta didik dapat tuntas belajar matematika. Untuk itu, dibutuhkan suatu alternatif untuk mengembangkan pembelajaran yaitu dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang tepat untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.Salah satu pembelajaran matematika yang perlu ditingkatkan adalah pada materi pokok system persamaan linier dua variabel. Mempelajari sistem persamaan linier dua variabel memerlukan pemahaman, penalaran dan komunikasi yang lebih tinggi. Supaya diperoleh hasil yang baik, perlu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi sistem persamaan linier dua variabel.
Model pembelajaran problem solving memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Dengan kelebihan-kelebihan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi sistem persamaan linier dua variabel Ini terbukti dengan hasil nilai rata-rata siswa ̅ = 87,9, Jauh lebih tinggi dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 65. Untuk analisis t-hitung menunjukkan thitung = 3,19 sedangkan nilai ttabel = 1,71. Ini membuktikan nilai thitung > ttabel, Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran problem solving pada siswa kelas VIII MTsS Babun Najah Banda Aceh dapat meningkatkan hasil belajar. Sehingga metode pembelajaran problem solving ini dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci; Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, Metode Problem Solving, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Model Problem Solving (PS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir siswa. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tentang suatu model pembelajaran Problem Solving yang diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah dan bagaimana profil potensi kreatif siswa dalam pembelajaran Problem Solving tersebut.
Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang diteliti hanya aspek kognitif yaitu pemahaman konsep dan penalaran yang diukur dengan sebuah test. Aspek afektif dan psikomotorik tidak diteliti karena kemampuan dan keterbatasan peneliti, sedangkan
37 untuk aspek pemecahan masalah tidak diteliti dan dievaluasikan karena pada ujian semester mata pelajaran matematika butir soal tentang materi Persamaan Linear dua variabel, sebagian besar yang dievaluasi adalah pemahaman konsep dan penalaran.
Menurut Astriawan. D (2016:29) dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran peserta didik, prestasi belajar pada materi Persamaan Linear Dua Variabel dapat ditingkatkan. MTsS Babun Najah Banda Aceh mempunyai prestasi akademik yang baik. Pemahaman konsep dan penalaran peserta didik kelas VIII terhadap materi pokok Persamaan Linear Dua Variabel masih banyak yang kurang baik dan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peserta didik lebih cenderung menghafal dari pada memahami materi Persamaan Linear Dua Variabel dan masih ada juga peserta didik yang menganggap materi ini sulit sehingga motivasi belajarnya kurang. Karena prestasi belajar matematika peserta didik kelas VIII MTsS Babun Najah Banda Aceh pada semester ganjil kurang memuaskan maka guru perlu mengubah model pembelajaran dan menggunakan variasi metode pembelajaran lain yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi Persamaan Linear Dua Variabel.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode Problem Solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut W. Gulo (2002:111) menyatakan bahwa Problem Solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada suatu masalah secara menalar, Oleh karena itu model pembelajaran tersebut diuji cobakan di kelas VIII MTsS Babun Najah Banda Aceh supaya prestasi belajar peserta didik pada materi Persamaan Linear Dua Variabel meningkat. Sehingga penulis mengajukan judul skripsi “Hasil Pembelajaran Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Persamaan Linear Dua Variabel Siswa kelas VIII MTsS Babun Najah Banda Aceh”
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Problem Solving pada materi Persamaan Linier Dua Variabel dikelas VIII MTsS Babun Najah Banda Aceh.
LANDASAN TEORI
Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. Dengan demikian belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari tata kehidupan manusia, sejak manusia lahir hingga liang lahat, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Herman Hudojo (1988:6-7) Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar dapat diasumsikan pada orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Berhasil tidaknya kegiatan belajar akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar itu sendiri, yaitu : peserta didik, pengajar, sarana dan prasarana serta penilaian.
38 Mengajar merupakan suatu kegiatan yang mengatur terciptanya suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru sebagai pemberi pesan dan siswa yang menerima pesan. Pengertian pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka dapat belajar sesuai kebutuhan dan minatnya.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan dengan ilmu yang lain. Gagne menyatakan bahwa konsep matematika merupakan ide abstrak dan untuk memahaminya dibutuhkan proses belajar yang cukup panjang.
Menurut Herman Hudojo (1988:104) belajar matematika melibatkan struktur hirarki atau urutan konsep-konsep yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dan di bentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus-menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar.
Teori Pembelajaran Matematika Menurut Gagne dalam Herman Hudojo (1988:120), belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memcahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, objek matematika yang tinggal menerimanya seperti lambang bilangan, sudut dan notasi matematika lainnya, keterampilan berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat dan cepat, konsep, merupakan ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh, misalkan konsep bilangan prima, himpunan dan vektor, serta aturan, objek yang paling abstrak yang berupa sifat atau teorema.
Belajar dapat dikelompokkan menjadi delapan tipe belajar yang secara urut antara lain belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan dan pemecahan masalah.
Menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dalam pemecahan masalah, ada lima langkah yang harus dilakukan yaitu;
1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang jelas,
2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional,
3. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang baik, 4. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, 5. Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Lebih jauh Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku, melalui respon dan belajar bersyarat. Alasannya adalah bahwa manusia itu organisme pasif yang bisa dikontrol melalui imbalan dan hukuman menurut Herman Hudojo, (1988:105).
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika.
Pendapat ahli psikologi yang memberi berbagai definisi tentang belajar diantaranya Herman Hudojo (1998:12) menyatakan bahwa: “Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku”. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan kemampuan siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak dapat memecahkan masalah menjadi dapat memecahkan masalah. Dalam perubahan tingkah laku tersebut terjadilah suatu proses. Jadi belajar itu harus melalui proses, sehingga siswa bukan hanya sekedar menerima konsep dan prinsip-prinsip. Hamalik Omar (2001:36) menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
39 suatu hasil atau tujuan, jadi belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan kemudian disusun dan dibentuk dengan cara yang unik oleh setiap individu”.
Menurut Gagne dalam Tri Ani Catharina (2006: 4) unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan prilaku.
Kajian Materi Persamaan Linier Dua Variabel
Materi sistem persamaan linear dua variabel pada Sekolah Menengah Pertama diajarkan pada kelas VIII, Kompetensi dasar yang harus dicapai pada materi sistem persamaan linear dua variabel adalah menjelaskan bentuk-bentuk sistem persamaan linear dua variabel. Persamaan adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama dengan Persamaan linear adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama dengan dan peubahnya berpangkat satu. Penyelesaian persamaan linear adalah pengganti-pengganti variabel yang memuat kalimat terbuka menjadi kalimat yang benar. Himpunan penyelesaian persamaan linear adalah himpunan yang memuat semua penyelesaian dari persamaan linear.
Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu persamaan yang tepat mempunyai dua variabel dan dapat dinyatakan dalam bentuk: ax + by = c dengan a, b, c ∈ R dan a atau b ≠ 0. Dalam Edi Suranto (2012:70) penyelesaian persamaan linear dengan dua variabel adalah pengganti-pengganti variabel yang membuat kalimat terbuka menjadi kalimat matematika yang benar. Contoh : 3x + 2y = 6, x, y € R
Selanjutnya menurut Edi Suranto, (2012:88) dapat dilihat perbedaannya dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Sistem persamaan linear dengan dua variabel adalah beberapa persamaan linear dengan dua variabel yang mempuyai hubungan sedemikian rupa sehingga penyelesaiannya merupakan irisan dari himpunan penyelesaian masing-masing persamaan. Persaman linear dua variabel adalah bilangan-bilangan yang membuat sistem persamaan linear dua variabel tersebut menjadi pernyataan yang bernilai benar. Himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah himpunan semua penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut.
Metode Grafik
Menurut Edi Suranto (2012:95) menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan linear dua variabel dengan metode grafik dilakukan dengan menentukan titik potong dari kedua garis yang merupakan himpunan penyelesaian dari persamaan–
persamaan tersebut. Metode grafik dapat dilakukan apabila himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel merupakan bilangan bulat.
Metode Substitusi
Menurut Edi Suranto (2012:105) Subtitusi berarti mengganti. Menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dengan dua variabel dengan metode subtitusi dilakukan dengan dua cara mengubah salah satu variabel dengan variabel lainnya yaitu mengganti x dengan variabel y atau mengganti y dengan variabel x.
Metode Eliminasi
Menurut Edi Suranto (2012:123) Metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabel untuk mendapatkan nilai variabel yang lain yaitu dengan menyamakan koefisien variabel yang akan dihilangkan te dahulu.
40 METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2006:12) menyatakan, “penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan dari hasilnya”.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pendekatan pre- eksperimen dengan desain one-shot case study yang digambarkan seperti diagram berikut:
Subjek Treatment Test
1 Kelompok X T
Keterangan: X adalah treatment atau perlakuan pada kelas eksperimen T adalah hasil observasi sesudah treatment.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah suatu kelas dengan satu kali tes setelah pembelajaran, sehingga digolongkan dalam desain one-shot case study.Hal ini sesuai dengan Suharsimi Arikunto (2005:212), yang menyatakan bahwa rancangan studi kasus satu tembakan adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga tanpa tes awal.
Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTSs Babun Najah Banda Aceh, dengan banyaknya siswa di kelas VIII adalah 24 orang. Proses penelitian dilakukan pada bulan februari Tahun Ajaran 2014/2015.
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:130) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VIII MTsS Babun Najah Banda Aceh. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam pengambilan sampel ini peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2010:134), yang mengemukakan: apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, tergantung kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dana, wilayah maupun resiko, karena siswa kelas VIII-1 dan VIII-2 MTsS Babun Najah Banda Aceh sebanyak 24 orang siswa maka seluruh populasi merupakan sampel.
Teknik Pengumpulan Data
Beberapa instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar.
Teknik Pengolahan Data
Peneliti mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan statistic uji-t sebagai uji terhadap hipotesis. Data dari tes yang diperoleh dalam penelitian ini, diuji dengan statistic uji-t pada taraf signifikan = 5% (0,05).
Sebelum data diuji dengan statistic uji-t terlebih dahulu diuji persyaratan analisis yaitu normalitas sebaran data.
41 Menentukan nilai rata-rata x, varians (s2) dan simpangan baku (s)
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi menurut Sudjana (2005:70), nilai rata-rata x dihitung dengan menggunakan rumus:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Peneltian
Data yang diperoleh melalui instrument penelitian tentang penerapan model pembelajaran Problem Solving pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel yaitu data tes hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes akhir belajar secara tertulis dan dikerjakan secara mandiri. Penilaian dilakukan pada akhir proses kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Nilai Hasil Tes Pada Materi Persamaan Kuadrat Siswa MTSs Babun Najah Banda Aceh
No Kode Siswa
Nomor soal dan skor
Jumlah Skor
Persenta se (%)
Ketuntasan
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 C - 1 2 2 1 2 10 8 8 √
2 C - 2 2 2 2 1 10 8 8 √
3 C - 3 2 2 2 1 10 8 8 √
4 C - 4 2 2 2 2 20 10 100 √
5 C - 5 2 2 2 2 20 10 100 √
6 C - 6 2 2 1 1 10 7 7 √
7 C - 7 2 2 1 1 10 7 7 √
8 C - 8 2 2 1 1 10 7 7 √
9 C - 9 2 2 20 2 10 9 9 √
10 C - 10 2 2 10 1 10 7 7 √
11 C - 11 2 2 20 2 20 10 100 √
12 C - 12 2 2 20 1 10 8 8 √
13 C - 13 2 1 10 1 10 6 6 √
14 C - 14 2 2 20 1 10 8 8 √
15 C - 15 2 2 20 2 20 10 100 √
16 C - 16 2 1 10 1 10 6 6 √
17 C - 17 2 2 10 1 10 7 7 √
18 C - 18 2 2 10 1 10 7 7 √
19 C - 19 2 2 20 1 10 8 8 √
20 C - 20 2 1 10 1 10 6 6 √
21 C - 21 2 20 10 1 10 7 7 √
22 C - 22 2 20 20 2 20 10 100 √
23 C - 23 2 20 10 1 10 7 7 √
24 C - 24 2 20 20 2 20 100 10 √
Jumlah ( ∑ ) 480 450 360 320 300 2010 2 1
3 Rata-rata ( ̅ ) 20 18,7 15 13.3 12,5 83,7 - - -
Skor 20 20 20 20 20 10 - -
Presentasi (%) 100 93,7 88,4 75 62,5 83,7 87,5 12,5
Ketuntasan T T T T T T -
Berdasarkan nilai tes hasil belajar yang telah dipaparkan pada Tabel tabel menunjukkan bahwa 21 siswa sudah mencapai skor minimal 80% dari skor total, sehingga 21 siswa tersebut dinyatakan telah tuntas belajar secara individual. Adapun siswa yang tidak mencapai skor 80% dari skor total adalah 3 siswa. Sebelum data dianalisis dengan menggunakan rumus statistik uji-t, terlebih dahulu dicari nilai rata- rata, varians, simpangan baku, dan uji kenormalan sebaran data.
42
Nilai Tes fi xi 2 fixi 2
41 - 50 0 45,5 2070,25 0 0
51 - 60 3 55,5 3080,25 166,5 9240,75
61 - 70 8 65,5 4290,25 524 34322
71 - 80 6 75,5 5700,25 453 34201,5
81 - 90 1 85,5 7310,25 85,5 7310,25
91 - 100 6 95,5 9120,25 573 54721,5
Jumlah 24 1802 13979,5
Pengolahan Data
a. Nilai rata-rata, varian, simpangan baku
Sebelum data di analisis maka terlebih dahulu di tentukan nilai rata-rata nilai rata-rata, varians, simpangan baku serta uji normalitas. Dari data tersebut akan terlebih dahulu dikelompokkan dalam distribusi frekuensi, untuk itu akan ditentukan rentang (R), banyaknya kelas interval (K) dan panjang kelas interval (P) dari nilai test siswa yang diperoleh.
a. Menentukan Rentang
Dari data yang telah diperoleh diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi yaitu 100, maka dapat di cari rentangnya yaitu:
Rentang (R) = Data terbesar – Data Terkecil
= 100 – 60
= 40
b. Menentukan Banyak Kelas Interval (K)
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n, Dimana n adalah banyak kelas yaitu:
Banyak Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (1,20)
= 1 + 4,29
= 5,29 (diambil K= 6) Sehingga banyak kelas interval yang diambil adalah 6
c. Menentukan Panjang Kelas Interval (P)
Panjang Interval Kelas (P) = 60
= 6 10
Setelah diketahui rentang, banyak kelas interval maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui distribusi frekuensi nilai siswa. Selanjutnya dari hasil yang di peroleh, maka data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tabel distribusi frekuensi nilai tes siswa kelas VIII MTSs Babun Najah Banda Aceh pada mata pelajaran matematika dalam Tabel berikut.
Tabel Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Siswa
xi fixi
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata, varians, simpangan baku serta dari tabel distribusi frekuensi di atas, maka diperoleh: Dari perhitungan di atas diperoleh
43 bahwa rata-rata adalah = 75,08. Variannya adalah = 195,47 dan simpangan bakunya adalah = 13,9.
b. Uji Normalitas Sebaran DataTes Hasil Belajar
Uji normalitas data diperlukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam penelitian ini berbentuk distribusi normal atau tidak.Bila data berdistribusi normal maka data tersebut dapat diolah dengan menggunakan statistik uji-t. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
H0
: Oi< Ei (Data berdistribusi normal) H1 : Oi> Ei (Data tidak berdistribusi normal)
Pengujian kenormalan sebaran data dilihat pada uraian berikut ini dari perhitungan di atas diperoleh = 75,08 dan = 13,9 maka untuk batas kelas pada interval pertama dibatasi oleh 40,5 dan 50,5 atau dalam rangka Z-score dibawah kurva normal dapat dilihat dari tabel luas kurva normal (tabel dapat dilihat pada lampiran) sehingga diperoleh untuk Z batas kelas 0,0066 didapat luas daerah kurva normal 0,0326 sedangkan untuk Z batas kelas -1,76 didapat luas daerah kurva normal 0,11. Untuk luas tiap interval dapat diperoleh dengan menggunakan luas daerah pada batas kelas atas dengan luas daerah pada batas kelas bawah. Untuk kelas interval pertama diperoleh 0,0392- 0.0066 = -0,0326. Sehingga diperoleh frekuensi yang diharapkan (Ei) untuk kelas interval pertama adalah 24 x -0,0326 =-0,782 yang di sajikan dalam Tabel berikut.
Tabel Daftar Uji Normalitas Sebaran Data Tes Hasil Belajar Nilai
Tes
Batas Kelas (x)
Batas Kelas (Zi)
Batas Luas Daerah
Luas Daerah
Frekuensi Diharapkan
(Ei)
Frekuensi Pengamatan
(Oi)
40,5 0,0066
41 – 50 - 0,0326 0, 2
55,5 0,0392
51 – 60 - 0,11 2 20
60,5 0,1492
61 – 70 - 0,2253 5 0
70,5 0,3745
71 – 80 - 0,007 0 1
80,5 0,3520
81 – 90 0,3 0,5123 12,29 0
90,5 0,8643
91 – 100 1,1 0,1013 2 1
100,5 0,9656
Dapat disimpulkan bahwa data tes akhir siswa MTSs Babun Najah Banda 24 Aceh mengikuti distribusi normal.
Pembahasan
Hasil Belajar Siswa
Pembahasan ini bertujuan untuk membuat kesimpulan akhir dari penelitian yang dilaksanakan di MTSs Babun Najah Banda Aceh. Pada penelitian ini hasil belajar siswa dilihat dari tes yang diberikan pada akhir pertemuan. Tes berbentuk essay berjumlah 4 soal, hasil belajar yang diharapkan adalah semua dapat menyelesaikan soal tentang Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan sempurna dan diharapkan semua soal dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Berdasarkan data yang diperoleh
44 dapat dinyatakan 21 siswa yang mencapai ketuntasan dan 3 siswa mendapat nilai masih di bawah ketuntasan. Hal ini sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) di MTSs Babun Najah Banda Aceh yaitu seorang siswa tuntas belajar apabila memiliki daya serap paling sedikit 65%. Dengan demikian hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Soulving materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dikelas VIII MTSs Babun Najah Banda Aceh sudah mencapai ketuntasan.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Soulving dan pertemuan terakhir untuk post tes. Berdasarkan pantauan penelitian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan model pembelajaran Problem Soulving materi siswa dapat bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk LKS.
Pembelajaran Problem Soulving menekankan pada aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling berinteraksi, saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal ini sangat baik bagi siswa, karena dengan berdiskusi mereka akan saling berbagi kemampuan, membantu kawan yang kurang bisa serta saling menyampaikan pendapat. Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, kelebihan dari model pembelajaran pembelajaran Problem Soulving adalah siswa lebih bertanggung jawab serta saling menukar pikiran terhadap kelompoknya masing-masing dan saling membantu untuk menyelesaikan masalah melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompoknya. Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan diri pada anggota yang lain. Kelemahan dari model pembelajaran pembelajaran Problem Soulving yang dihadapi oleh guru adalah ketika berlangsungnya proses belajar mengajar ada sebagian siswa yang tidak ikut serta dalam kerja kelompok.
Setiap pertemuan yang beragendakan proses belajar mengajar, selalu diisi dengan 3 tahapan dalam strategi pembelajaran pembelajaran Problem Soulving.
Setelah pembelajaran yang dilaksanakan terdapat peningkatan kemampuan dalam belajar matematika siswa sebagaimana yang telah ditunjukkan pada hasil tes pembelajaran siswa. Tahap pertama pada pembelajaran Problem Soulving. Pada tahap ini siswa dimintak untuk membaca dan memahami masalah serta membuat catatan kecil yang berisi gagasan atau ide yang dipikirkan siswa untuk menyelesaikan masalah, pokok-pokok penting yang diperoleh dari LKS, bahkan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tersebut, siswa tidak perlu merasa takut salah, karena pada tahap ini yang diperlukan adalah alasan atau argument siswa atas apa yang telah dituliskannya. Catatan kecil tersebut dibuat secara individual dan dibawa keforum diskusi pada tahap selanjutnya. Pada pertemuan pertama, umumnya siswa belum memahami apa yang harus dituliskan pada catatan kecil, hal ini dikarenakan siswa baru pertama kali mengikuti proses pembelajaran yang seperti ini dan siswa belum mengerti bagaimana cara menuliskan ide-ide yang mereka peroleh. Pada pertemuan kedua dan ketiga, siswa sudah mulai melakukan aktivitas tersebut dengan lebih baik. Siswa sudah mampu membuat catatan kecil, terlepas dari benar atau salah jawaban yang dituliskannya.
Tahap kedua pembelajaran Problem Soulving merupakan tahapan saatnya siswa berdiskusi di dalam kelompok. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok kecil, yang terdiri dari 5 orang untuk setiap kelompok. Diskusi kelompok berjalan cukup lancar pada setiap pertemuan .Pada pertemuan pertama siswa berdiskusi dan dibimbing
45 oleh guru jika hal itu diperlukan. Pada pertemuan ini, masih terdapat siswa yang cenderung bersikap pasif, mereka hanya duduk mendengar atau bahkan cukup menunggu hasil diskusi dari teman kelompoknya.Namun, keadaan ini semakin membaik pada pertemuan selanjutnya.Pada pertemuan kedua dan ketiga, umumnya siswa mulai berani mengungkapkan pendapat dan tanggapan ketika diskusi berlangsung. Guru selalu berusaha mendorong siswa untuk barani mengeluarkan pendapat, salah satunya dengan memberikan penghargaan yang positif disela-sela pembelajaran.
Setelah melakukan diskusi, selanjutnya siswa melakukan aktivitas menulis (Write) yang merupakan tahapan ketiga dari rangkaian tahapan pembelajaran Tahapan menulis ini sangatlah penting dalam pembelajaran matematika. Pada tahapan menulis ini, siswa diharuskan untuk melakukannya secara individual. Disinilah akan lebih terlihat perbedaan antara siswa yang benar-benar mengikuti diskusi dengan baik dan siswa yang kurang serius dalam berdiskusi. Jawaban atau tulisan siswa yang serius lebih baik dari siswa yang kurang serius. Siswa yang tidak mengikuti diskusi dengan baik tersebut biasanya cenderung menyontek apa yang dituliskan temanya yang lain tanpa pemahaman yang benar-benar.
Berdasarkan Tabel di atas kode siswa C-4, C-5, C-11, C-15, C-22, C-24, sudah mampu menyelesaikan soal dengan metode Problem Solving dengan benar dengan memperoleh nilai maksimal, total skor maksimal adalah 100 sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 65 dianggap tuntas belajar. Jadi, siswa tersebut sudah tuntas belajar karena skor yang diperoleh memenuhi syarat nilai Kriteria Ketuntasan Minimum. Penerapan model pembelajaran Problem Solving dapat diterapkan pada siswa MTsS Babun Najah Banda Aceh. Karena ditinjau dari hasil penelitian dari 24 sampel siswa hanya 3 orang yang tidak tuntas belajar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulan bahwa: hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Solving materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VII MTSs Babun Najah Banda Aceh sudah mencapai ketuntasan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Astriawan, D. 2016. Studi Perbandingan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Savi, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Catharina Tri Ani, 2006. Psikologi Belajar. Semarang. Unnes Press Suranto, 2012, Matematika Bisnis dan Manajemen. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Hamalik Omar, 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara Herman Hudojo, 1988. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
N, Sudirman, 1987. Ilmu Pendidikan : Kuirikulum, Program Pengajaran, Efek Instruksional Dan Pengiring. CBSA, Metode Mengajar, Media Pendidikan, Pengelolaan Kelas Dan Evaluasi Hasil Belajar, Bandung: Remaja Karya Sudjana, 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
W. Gulo. 2002. Metodologi Pendidikan, Jakarta, Gramedia.