PERAN SOEHARTO DAN MILITER DALAM PEMBUATAN
KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Politik Luar Negeri Indonesia
Disusun oleh :
Dheny Putra Adhitya 110910101019
Ivan Dwiki Reyhansyah 110910101020
Akbar Galih Kusuma 110910101033
Rizky Achmad Setiawan 110910101034
Bima Yovione Valentino 110910101035
Harsetyo Fajrihan Prakoso 110910101036
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintahan orde baru dimulai sejak Soeharto menjabat sebagai presiden kedua menggantikan Soekarno. Orde baru menggantikan sistem orde lama yang merujuk pada era pemerintahan Soekarno. Sistem pemerintahan orde baru ini muncul karena adanya penyimpangan yang dilakukan Soekarno pada masa orde lama sehingga sistem orde baru ini dilakukan oleh Soeharto untuk memperbaiki perkembangan ekonomi negara Indonesia. Dimulainya orde baru ditandai dengan berubahnya kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno.
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukan adalah mendaftarkan Indonesia pada PBB lagi pada tanggal 28 September 1966. Selain itu Soeharto juga bertindak sangat tegas terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Soeharto akan memberi sanksi kepada pihak yang dianggap Soeharto sebagai pemberontak.
Pada masa pemerintahan Soeharto diwarnai dengan praktek otoriter dimana hal ini ditandai dengan banyaknya tentara atau pihak militer yang memiliki peran dominan di dalam pemerintahan. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan pada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping peran utamanya sebagai alat pertahanan negara.
Dalam makalah ini kami akan membahas politik luar negeri Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh Soeharto. Kita akan mencoba melihat peranan Soeharto yang sangat dominan dalam setiap perumusan kebijakan luar negeri Indonesia serta membahas seberapa besar pengaruh militer dan tujuan politik luar negeri Indonesia pada saat itu.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami merumuskan masalah sebagai berikut:
2. Bagaimana peranan militer di bawah komando Soeharto dalam pengambilan keputusan politik luar negeri Indonesia?
3. Apakah tujuan utama politik luar negeri Indonesia pada masa Soeharto?
1.3. Kerangka Teori
Untuk menganalisa rumusan masalah di atas kami menggunakan Teori Decision Making. Dalam Decision Making Theory juga didasarkan pada pemikiran rasional aktor yang terlibat. Dalam proses decision making, yang paling diperhatikan adalah keputusan yang dihasilkan oleh negara kareka negara dianggap sebagai aktor yang dapat menghasilkan suatu keputusan yang paling signifikan dalam hubungan internasional.
Dalam proses decision making, seorang decision maker harus memperhatikan berbagai aspek yang membentuk suatu tindakan politik agar keputusan yang dihasilkan nantinya tidak menimbulkan masalah kedepannya. Karena setiap keputusan yang diambil atas nama negara dan merepresentatifkan kepentingan negara, dalam hal ini adalah rakyat, individu dan juga kelompok-kelompok kepentingan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Decision Making Process adalah faktor individu. Dimana individu tersebut pasti dipengaruhi oleh banyak hal seperti ideologi, agama, keyakinan, pengalaman di masa lalu, dan juga pengetahuan. Kaum realis berpendapat bahwa kaum realis cenderung berpendapat bahwa baik negara maupun individu memiliki rasional yang sama. Kepentingan negara dan kepentingan individu berkorelasi satu sama lain.
Yang kedua adalah faktor grup. Dimana adanya aktor yang merupakan sebuah kelompok kepentingan yang akan mendukung sebuah kebijakan yang menguntungkan kepentingan mereka. Kelompok tersebut memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemerintahan melalui jalur-jalur politik yang ada.
dengan pandangan bahwa kebijakan luar negeri suatu negara mencerminkan apa yang menjadi kepentingan dalam negeri negara tersebut.
2.1. Peran Soeharto dalam Politik Luar Negeri Indonesia
Presiden Soeharto tumbuh dengan latar belakang budaya Jawa yang sangat kental. Hal tersebut tercermin dari gaya kepemimpinannya, yang hampir setiap keputusan dan kebijakannya dipengaruhi falsafah Jawa. Pengaruh Soeharto dalam penerapan politik bebas aktif juga berasal dari asumsi kekuatan budaya Jawa. Soeharto saat itu beranggapan bahwa Jawa merupakan pusat dunia dan Indonesia ditakdirkan memaminkan peranan dalam masalah-masalah dunia. Hal ini yang kemudian memunculkan istilah bahwa politik luar negeri Indonesia saat itu sangatlah high profile.
Tradisi Jawa juga mempengaruhi Soeharto dalam pola kepemimpinannya. Dalam budaya Jawa pemimpin adalah sosok yang utama yang kemudian dipraktikan oleh Soeharto dalam menanggapi setiap permasalahan politik luar negeri. Saat itu Soeharto tampil sebagai figur yang sulit menerima pendapat dari bawahnya dan juga kritik luar negeri.Sebagai contoh, ketika negara-negara Barat mulai menuntut pola demokrasi dilaksanakan di Indonesia dan mulai memantau pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia yang kemudian dikaitkan dengan IGGI, Soeharto meresponnya dengan sangat cepat dan bahkan marah. Hal ini berujung pada pembubaran IGGI (Pudjiastuti, 2008: 159-160).
Soeharto mulai aktif dalam mempengaruhi pilihan-pilihan politik luar negerinya. Bahkan kuatnya posisi Soeharto membuat lembaga legislatif, yang dalam hal ini DPR atau lembaga eksekutif yaitu Menteri Pertahanan, Meneteri Koordinator Ekonomi, Bappenas, maupun Departemen Luar Negeri, tidak dibutuhkan sarannya (Pudjiastuti, 2008: 160)
Secara garis besar, pengaruh Soeharto terhadap politik luar negeri Indonesia dapat dicontohkan dalam beberapa poin yaitu dimenangkannya pandangan Soeharto pada kasus pelarangan turis Australia untuk suatu periode pendek di tahun 1988, penanganan masalah Dili di tahun 1993 yang mana Soeharto berada dalam posisi mengandalikan secara penuh, dan kunjungan Perdana Menteri Israel di tahun 1993.
2.2. Peranan Militer Di Bawah Komando Soeharto Dalam Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan dalam teori decision making sebelumnya bahwa kelompok kepentingan melalui jalur-jalur politik yang ada dapat mempengaruhi kebijakan suatu pemerintahan. Seperti yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto. Dimana saat itu kelompok kepentingan yang paling dominan adalah militer. Terlepas dari benar atau salahnya isu Super Semar, kemampuan militer untuk mempengaruhi kebijakan Soeharto yang cenderung militer saat itu tidak terlepas dari keikutsertaan ABRI dalam mendukung Soeharto dalam proses pelantikannya sebagai presiden kedua Indonesia. Pada awal masa pemerintahannya Soeharto ingin mencitrakan Indonesia sebagai negara yang anti komunis. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan mampu menguatkan peran ABRI dalam proses pembuatan kebijakan politik luar negeri Indonesia.
Selain itu juga sulit dilihat apakah apa yang disampaikan oleh Sekretaris Negara (Sekneg) merupakan bagian dari hasil koordinasi antarmenteri kabinet yang terkait selain Deplu, atau hanya merupakan masukan dari kelompok-kelompok ABRI yang diterima oleh Soeharto. Hal ini dikarenakan seorang Sekneg seringkali adalah seorang perwira ABRI. Bahkan kedutaan besar Indonesia di beberapa negara diisi oleh anggota-anggota ABRI.
2.3. Tujuan Utama Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Soeharto
Orde baru merupakan masa transisi dari orde lama yang meninggalkan kegagalan ekonomi bagi pemerintahan Indonesia. Hal ini ditandai oleh pinjaman negara sebesar 785,6 juta dollar AS, sementara pendapatan negara hanya sekitar 485 juta dollar AS dan saat itu Indonesia sedang mengalami inflasi yang mencapai 65%.1 Dalam masalah yang serius ini Soeharto lebih
mengedepankan masalah rehabilitasi ekonomi Indonesia.
Suatu perkembangan ekonomi negara tidak akan berjalan baik tanpa adanya stabilitas politik keamanan dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu Soeharto harus membangun hubungan baik dengan pihak barat dan
good neighbourhood policy dalam kawasan regional melalui ASEAN. Adapun upaya nyata yang menunjukkan arah politik luar negeri Indonesia yaitu:2
1. Indonesia menghentikan konfrontasinya dengan Malaysia yang disambut baik oleh AS dan Jepang
2. Indonesia kembali masuk PBB
3. Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan RRC, walaupun pada akhirnya Soeharto kembali menormalisasikan hubungan tersebut pada periode selanjutnya
4. Indonesia aktif dalam pembentukan ASEAN
5. Indonesia memperbaiki hubungan diplomatiknya dengan AS, Inggris, dan negara barat lainnya secara bilateral maupun multilateral
6. Membina persahabatan dengan Jepang
1Pudjiastuti, Tri Nuke. 2008. ”Politik Luar Negeri Indonesia Era Orde Baru”, dalam Ganewati Wuryandari (ed.), 2008. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Jakarta: P2P LIPI dan Pustaka Pelajar. hlm. 112-173
Upaya yang nyata tersebut dapat membantu Indonesia dalam menyelesaikan masalah ekonomi. Hubungan kedekatan antara Indonesia dengan banyak negara dan lembaga internasional digunakan untuk mencari bantuan dana asing guna untuk membangun ekonomi Indonesia.
Pada saat Soeharto dipilih kembali menjadi presiden pada tahun 1982, Soeharto menjadi lebih aktif dan lebih tertarik untuk menjalankan profil politik luar negeri tingkat tinggi bagi Indonesia. Maksud dari tingkat tinggi ini adalah ketika Golkar sebagai partai yang unggul memimpin dan Soeharto lebih percaya diri sehingga ingin memainkan peran yang dominan di kawasan regional maupun ekstraregional.
Bukti-bukti bahwa Indonesia aktif dalam memainkan peranan di kawasan regional ataupun ekstraregional antara lain Indonesia aktif dalam menyokong perdagangan bebas di APEC, Indonesia bereperan sebagai penengah dalam konfrontasi Malaysia dengan Singapura atas sengketa pulau, Indonesia juga memprakarsai pertempuran-pertempuran di tingkat ASEAN, Indonesia berperan aktif dalam peringatan 30 tahun KAA dimana pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah. Jadi tidak hanya rehabilitasi ekonomi dan pembinaan persahabatan dengan negara barat saja yang menjadi tujuan utama politik luar negeri Indonesia, tetapi juga menjadi negara yang dominan bahkan pemimpin kawasan.
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan
mengembalikan Indonesia di mata dunia. Dengan Militer menjadi tonggak utama dalam pemerintahan, mengingat latar belakang Soeharto yang juga merupakan orang yang berkontribusi besar dalam bidang militer sejak era Soekarno. Sehingga militer menjadi kekuatan utama yang berkuasa dalam birokrasi Indonesia. Politik luar negeri era Soeharto juga memiliki peranan besar dalam sistem perekonomian Indonesia. Soeharto membuka jalur perdagangan internasional sehingga banyak investor dari luar yang masuk dan berinvestasi di Indonesia dan tujuan politik luar negeri Indonesia di era kepemimpinannya adalah mencari bantuan asing demi merehabilitasi ekonomi. Akibatnya, rakyat merasakan dampak positif dari berjalannya politik luar negeri yang dijalankan Soeharto. Rakyat menjadi makmur tanpa kekurangan sandang pangan. Maka, arah politik luar negeri era Soeharto lebih menekankan pada perbaikan perekonomian pada era kepemimpinannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryadinata, Leo. 1998a. “Politik Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru: Munculnya Militer”, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], Jakarta: LP3ES, hlm. 43-62.
http://putrinyaperwira-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-64039 Studi
%20Strategis%20Indonesia%20II-Politik%20Luar%20Negeri%20pada%20Era %20Orde%20Baru.html