A. PENDAHULUAN
Tanaman jati (Tectona grandis) merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan di Indonesia. Pemanfaatan kayu jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan masyarakat banyak menggunakan kayu jati sebagai bahan furnitur. Berbagai konstruksi bangunan juga memanfaatkan jati sebagai bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok, dan gelagar rumah serta kosen pintu dan jendela. Sementara itu, pemanfaatan daun jati juga sudah banyak dikembangkan sehingga memiliki nilai
ekonomis tinggi, seperti pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai film kaca nonpermanen (Puspitaningrum, Sriatun, Yulianto, & Suhaldi, 2013) dan menjadikan limbah daun jati kering menjadi briket (Thoha & Fajrin, 2010).
Pemanfaatan lain daun jati disajikan pada kertas kerja (paper) ini, yaitu sebagai salah satu alternatif material penyerap bunyi dalam bentuk komposit. Banyak orang melakukan berbagai cara untuk dapat mereduksi kebisingan pada suatu ruangan, salah satunya menggunakan bahan-bahan peredam bunyi dan penyerap bunyi. Beberapa di antaranya menggunakan
PENGUJIAN KINERJA SERAPAN BUNYI PADA BAHAN KOMPOSIT DAUN JATI DENGAN METODE TABUNG IMPEDANSI
TESTING OF SOUND ABSORPTION PERFORMANCE ON THE COMPOSITE MATERIAL TECTONA GRANDIS (TEAK) LEAF WITH IMPEDANCE TUBE METHOD
Qonitatul Hidayah
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Ahmad Dahlan Jalan Prof. Dr. Soepomo, S.H., Warungboto, Yogyakarta 55161, Indonesia [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan pengujian kinerja serapan bunyi dari komposit daun jati berdasarkan komposisi massa bahan.
Pengujian kinerja secara eksperimen dilakukan dengan menggunakan tabung impedansi dua mikrofon sesuai standar pengukuran ASTM E-1050-98. Penelitian ini melakukan empat variasi komposisi massa bahan komposit daun jati. Variasi komposisi massa bahan tersebut dipres dengan tekanan satu ton dan menghasilkan ketebalan yang berbeda. Setiap sampel komposit diuji dengan menambahkan rongga udara (air cavity) sebanyak satu sentimeter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja serapan akustik terbaik terdapat pada model sampel D (t = 1,5 cm) dengan penambahan resonator perempat panjang gelombang (quarter wavelength resonator) enam lubang dan rongga udara selebar satu sentimeter. Komposisi massa bahan Memengaruhi nilai koefisien serapan bunyi pada frekuensi medium dan tinggi. Penggunaan resonator dan rongga udara efektif dalam meningkatkan kinerja serapan melalui mekanisme redaman viskos.
Kata kunci: daun jati, koefisien serapan bunyi, metode tabung impedansi, rongga udara
ABSTRACT
Sound absorption performance of Tectona grandis (teak) leaf has been conducted based on composition of mass material. The experimental performance test used two microphone impedance tubes according to the ASTM E-1050-98 measurement standard. In this research, there were four samples with variation of composite material mass composition. These samples were pressed with a one ton pressure and produce different thickness. Each composite sample was tested by adding one centimeter air cavity. The results showed that the best acoustic absorption performance was found in the sample D (t=1.5 cm) with the addition of a six-hole quarter wavelength resonator and one centimeter air cavity. The mass composition of the material affects the value of sound absorption coefficient at medium and high frequencies. Resonators and air cavity was effective in improving absorption performance through viscous damping mechanisms.
Keywords: Tectona grandis (teak) leaf, sound absorption coefficient, impedance tube method, air cavity
bahan dasar segneselulosa untuk membuat material penyerap bunyi. Daun jati memiliki kandungan selulosa pada dinding sel sekitar 35–50% dari massa kering tanaman, sedangkan jumlah hemiselulosa antara 15–30% dari massa kering tanaman (Taherzadeh, 1996). Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman.
Pemilihan bahan ini dilakukan karena belum adanya pemanfaatan daun jati sebagai material penyerap bunyi. Penelitian ini akan mengkaji apakah pemanfaatan daun jati dapat digunakan sebagai material penyerap bunyi dan pengaruh komposisi massa bahan terhadap koefisien serapan bunyi. Hasil perubahan koefisien serapan bunyi komposit daun jati didasarkan bahwa komposit tersebut dapat diaplikasikan pada bangunan. Oleh karena itu, perilaku dan respons akustik menjadi penting untuk memenuhi standar untuk panel penyerap sesuai dengan batas kenyamanan akustik bangunan ISO 11654:1997.
Penelitian karakteristik akustik pada beberapa bahan dengan menggunakan metode tabung impedansi telah banyak dilakukan, seperti komposit ampas tebu (Kristiani, Yahya,
& Harjana, 2014), serat alami dari kurma dan sabut kelapa (Rahman, Raja, & Rahman, 2013), sampah industrial daun (Ersoy & Kucuk, 2009), serat serabut kelapa (Nor, Ayub, Zulkifli, Amin, &
Fouladi, 2010), dan masih banyak yang lainnya.
Penelitian tersebut di antaranya dilakukan dengan memberikan variasi ketebalan. Koefisien serapan bunyi meningkat sejalan dengan penambahan ketebalan. Penelitian karakteristik akustik dengan variasi komposisi menggunakan metode tabung impedansi dilakukan pada serat serabut kelapa dan resin fenol formadehida (Kartikasari, Subagio, & Widiyandari, 2012), busa poliuretan dengan tambahan serat daun teh (Ekici, Kentli, & Kucuk, 2012), sampah serbuk gergaji dari cemara, beech, dan limbah karet (Tiuc & Moga 2013). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien serapan bunyi dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan. Penambahan ketebalan dan komposisi bahan komposit merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mereduksi kebisingan.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran koefisien serapan bunyi sampel komposit daun jati dengan variasi komposisi massa bahan. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode tabung impedansi dua mikrofon sesuai dengan standar pengukuran ASTM E 1050-98.
B. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pembuatan Komposit Daun Jati
Pembuatan komposit dari daun jati sebagai bahan serat dan matriks Polyvinyl acetate (PVAc) dan air. Langkah pertama dalam pembuatan komposit adalah daun jati yang telah dipotong-potong kemudian dilumatkan dengan menggunakan blender dan dikeringkan kembali di bawah sinar matahari selama kurang lebih tiga hari untuk memastikan bahan utama serat dalam keadaan kering. Pembuatan sampel ini dilakukan perbandingan massa dari beberapa kali eksperimen dengan menggunakan komposisi yang berbeda antara bahan serat dan matriks. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, perbandingan variasi komposisi massa ditentukan dari segi kerapatan, kerekatan, dan proses pengepresan.
Bahan sampel komposit yang telah dicampur kemudian dimasukkan dalam cetakan besi berukuran 10 x 5 x 5 cm. Proses pengepresan dengan tekanan satu ton dalam waktu kurang lebih dua puluh menit, kemudian sampel dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan secara alami di bawah sinar matahari selama beberapa hari. Setelah sampel kering, kemudian dipotong dengan diameter kurang lebih 2,9 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan tabung impedansi yang akan digunakan supaya dapat diukur nilai koefisien serapannya. Model sampel komposit yang akan diuji dapat dilihat pada Gambar 1.
2. Pengujian Koefisien Serapan Bunyi Pengujian koefisien serapan bunyi diuji dengan dengan menggunakan tabung impedansi dua mikrofon yang mengacu pada prosedur standar ASTM E 1050-98 yang berbasis analisis fungsi
transfer terhadap sinyal oleh dua mikrofon (ASTM, 1998). Pengaturan alat pengujian koefisien serapan bunyi dapat dilihat pada Gambar 2.
Metode pengukuran tersebut didasarkan pada fakta bahwa koefisien refleksi bunyi kejadian normal R yang ditentukan dari fungsi transfer terukur H12 antara dua mikrofon di depan bahan (Borlea, Rusu, & Vasille, 2012).
Fungsi transfer antara posisi dua mikrofon di dalam tabung diukur seperti Gambar 3. Fungsi transfer merupakan perbandingan tekanan antara posisi mikrofon 1 dan 2 diberikan (Cox
& D’Antonio, 2004).
2 2
1 1
12 2 1
−
−
= = + +
jkz jkz
jkz jkz
p e Re
H p e Re (1)
di mana z1 dan z2adalah posisi mikrofon seperti Gambar 3.
Koefisien refleksi bunyi pada keadaan normal adalah
1 2
2 1
12
− 12 −
= −
−
jkz jkz
jkz jkz
H e e
R e H e (2)
sehingga dapat dihitung koefisien serapan bunyi seperti persamaan (3).
1 2
α= − R (3)
Proses pengolahan data eksperimen menggunakan komputer yang memiliki perangkat lunak B&K Labshop Software versi 16 dan Pulse Material Testing untuk analisis serapan akustik. Hasil grafik antara koefisien serapan bunyi dan frekuensi akan diolah menggunakan Origin 8.
Gambar 1. Sampel (a) Komposit Daun Jati dan (b) Komposit Daun Jati dengan Resonator Enam Lubang
Gambar 2. Pengaturan (setup) alat pengujian koefisien serapan bunyi dengan prosedur ASTM E 105-98 Gambar 3. Skema Pengukuran Tabung Impedansi Dua Mikrofon
(a)( b)
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Variasi Komposisi Massa Bahan
Model sampel komposit yang digunakan pada variasi komposisi massa bahan adalah Gambar 1 (a). Hasil variasi komposisi massa bahan dari daun jati, PVAc, dan air akan menghasilkan ketebalan berbeda dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan hasil pengujian koefisien serapan bunyi dapat dilihat pada Gambar 4. Pengujian koefisien serapan bunyi dilakukan pada frekuensi 500–5000 Hz. Hasil pengujian dengan metode tabung impedansi untuk model sampel pada Gambar 1 (a) dapat dilihat di Tabel 2. Berdasarkan Gambar 4, ada sampel yang memiliki puncak koefisien serapan bunyi lebih dari satu.
Hasil yang didapat pada sampel B juga memiliki nilai puncak koefisien serapan bunyi sebesar 0,77 pada frekuensi 2.840–3.064 Hz.
Artinya, sampel B dapat bekerja pada frekuensi rendah antara 824–1.008 Hz dan frekuensi medium antara 2.840–3.064 Hz. Gambar 4
menunjukkan bahwa variasi komposisi massa Memengaruhi nilai koefisien serapan bunyi setiap sampel, di mana jangkauan frekuensi setiap sampel berbeda dengan konfigurasi komposisi massa bahan komposit yang berbeda pula.
Pengaruh ketebalan pada penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian (Ersoy
& Kucuk, 2009) pada bahan sampah industri daun teh. Pada bahan sampah industri daun teh, semakin tebal sampel maka semakin meningkat pula nilai koefisien serapan bunyi.
Pada penelitian ini, nilai koefisien serapan bunyi terbesar pada sampel dengan ketebalan yang lebih tipis, yaitu sampel A, dengan ketebalan 1,5 cm. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kerapatan sampel dan penambahan komposisi massa bahan.
Pada penelitian ini, perlakuan tekanan pada komposit daun jati sebesar satu ton dan variasi komposisi massa bahan Memengaruhi porositas dan densitas dari komposit daun jati. Porositas pada komposit memberikan kontribusi yang
Tabel 1. Variasi Komposisi Massa Bahan Komposit
Nama Sampel Daun Jati (gr) PVAc (gr) Air (gr) Ketebalan (cm)
A 25 25 25 1,5
B 50 50 50 3
C 50 50 25 3
D 75 75 50 4,5
E (hancur) 25 25 50 1,5
Gambar 4. Grafik Koefisien Serapan Bunyi dengan Variasi Komposisi Massa
Gambar 5. Grafik Koefisien Serapan Bunyi dengan Rongga Udara Selebar Satu Sentimeter
cukup besar pada penyerapan bunyi dengan frekuensi tinggi. Tiuc, Vasile, Usca, Gabor, dan Vermesan (2014) menyatakan bahwa bertambahnya densitas material memengaruhi pertambahan serapan bunyi pada frekuensi medium dan tinggi.
2. Konfigurasi Komposit Daun Jati dengan Rongga Udara Berukuran 1 cm Gambar 5 menunjukkan nilai koefisien serapan bunyi ketika ditambahkan rongga udara berukuran satu sentimeter. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai koefisien serapan bunyi jauh lebih baik karena terjadi respons resonator ke rentang frekuensi yang lebih rendah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tan dkk. (2015) yang menyatakan bahwa perbedaan konfigurasi rongga udara akan memberikan perbedaan karakteristik bunyi, yakni semakin dalam rongga udara, nilai puncak koefisien serapan semakin tinggi dan bergeser ke frekuensi rendah. Tabel 3 memperlihatkan hasil penelitian nilai koefisien
serapan bunyi dengan konfigurasi penambahan rongga udara.
Selain nilai puncak koefisien serapan bunyi yang terdapat di Tabel 3, sampel A1, B1, dan C1 menunjukkan nilai koefisien serapan bunyi pada rentang frekuensi lain, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Sampel A1, B1, dan C1 berturut-turut memiliki nilai puncak koefisien serapan bunyi 0,92 pada frekuensi 4.848–5.000 Hz; 0,80 pada frekuensi rendah 600–720 Hz; 0,71 pada frekuensi medium 2.616–2.896 Hz.
3. Konfigurasi Sampel D (t=1,5 cm) dengan Resonator Perempat Panjang Gelombang Enam Lubang dan Rongga Udara
Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5, nilai puncak koefisien terendah ketika diberi perlakuan rongga udara ataupun tidak terdapat pada sampel D dan D1. Untuk meningkatkan koefisien serapan bunyi, sampel D dipotong Tabel 2. Hasil Penelitian Nilai Puncak Koefisien
Serapan Bunyi (α)
Sampel α Frekuensi
(Hz)
A 0,89 1632–1848
B 0,80 824–1008
C 0,71 3058–3552
C 0,63 3608–4112
Tabel 3. Hasil Penelitian Nilai Puncak Koefisien Serapan Bunyi (α)
Sampel α Frekuensi
(Hz)
A1 0,95 1000 - 1120
B1 0,84 2616 – 2896
C1 0,74 4936 – 5000
D1 0,64 4208 – 5000
sepertiga dari ketebalannya menjadi 1,5 cm.
Sementara itu, perlakuan akustik resonator perempat panjang gelombang dan rongga udara pada sampel D (Gambar 1 (b)) diberikan untuk meningkatkan koefisien serapan bunyi pada frekuensi rendah.
Gambar 6 menunjukkan peningkatan nilai koefisien serapan bunyi pada sampel D.
Perlakuan akustik resonator perempat panjang gelombang memiliki nilai koefisien serapan 0,97 pada rentang frekuensi 2.120–2.280 Hz.
Berdasarkan penelitian Wang dan Mak (2012), penggunaan resonator jamak akan meningkatkan kinerja serapan yang lebih baik. Penggunaan resonator tersebut akan terakumulasi dua kali lipat pada resonator enam lubang sehingga efektif untuk meningkatkan penyerapan bunyi akibat meningkatnya redaman viskos. Redaman viskos adalah mekanisme peredam paling umum untuk analisis getaran. Ketika sistem mekanik bergetar dalam medium gas, perlawanan yang diakibatkan oleh gas bergerak ke arah material sehingga terjadi perubahan energi getar menjadi energi panas.
Selain itu, pengaruh penggunaan diameter lubang pada resonator menyebabkan koefisien serapan bunyi lebih baik (Tan dkk., 2015).
Penelitian ini menggunakan lubang dengan diameter 0,1 cm. Semakin besar diamater lubang, maka semakin besar kemungkinan
gelombang bunyi menumbuk permukaan lapisan berpori (porous) sehingga energi bunyi yang diserap semakin banyak dan nilai koefisien serapan bunyi meningkat.
Penambahan rongga udara pada konfigurasi resonator menyebabkan perubahan respons resonator ke rentang frekuensi yang lebih rendah. Rongga udara ini dianalogikan sebagai massa dalam osilator dan resonator sebagai pegasnya. Konfigurasi ini memberikan peluang terbaik untuk penyerapan energi bunyi melalui mekanisme redaman viskos. Hal ini dikarenakan terdapat enam elemen massa yang berayun di dalam struktur leher resonator (Kristiani dkk., 2014).
Hasil perlakuan akustik resonator perempat panjang gelombang dan rongga udara pada sampel D dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai koefisien serapannya adalah 0,98 pada rentang frekuensi rendah 680–752 Hz, sedangkan 0,91 pada rentang frekuensi tinggi 4.128–4.408 Hz.
Hasil tersebut lebih baik dan sesuai dengan penelitian Tan dkk. (2015).
Jika dibandingkan dengan Sampel A yang memiliki ketebalan sama dengan sampel D, ternyata sampel D memiliki nilai koefisien serapan bunyi lebih baik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan densitas dan pori akibat komposisi massa bahan serta perlakuan uji akustik yang memengaruhi nilai koefisien serapan. Dapat
Gambar 6. Grafik Koefisien Serapan Bunyi pada Sampel D (t = 1,5 cm)
disimpulkan bahwa variasi ketebalan tidak perlu terlalu tebal untuk mendapatkan nilai koefisien serapan bunyi di frekuensi tinggi ataupun rendah. Karena dengan ketebalan 1,5 cm sudah menunjukkan nilai koefisien serapan yang baik.
Suatu bahan dapat dikategorikan sebagai peredam bunyi menurut ISO 11654:1997 untuk Acoustical Sound Absorbers for Use in Buildings-Rating of Sound Absorption yang memiliki nilai koefisien serapan bunyi minimum 0,15. Selain itu, memiliki nilai koefisien standar serapan bunyi pada frekuensi 250–4.000 Hz (STD-ISO-11654, 1997) ditunjukkan dalam Tabel 4.
Sesuai dengan nilai koefisien standar serapan bunyi, Tabel 4 menunjukkan bahwa komposit daun jati memenuhi syarat ISO 11654:1997 sehingga layak digunakan sebagai alternatif panel akustik. Tabel 5 menunjukkan, di antara sampel yang diberikan berbagai perlakuan akustik, bahwa komposit daun jati sampel D (t = 1,5 cm) memiliki nilai koefisien serapan bunyi yang lebih baik.
Berdasarkan ISO 11654:1997, komposit daun jati sampel D (t = 1,5 cm) berada di kelas C dengan nilai koefisien serapan akustiknya berkisar antara 0,40 sampai 0,60 pada rentang frekuensi 250–4.000 Hz.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa komposisi massa bahan memengaruhi nilai koefisien serapan bunyi pada frekuensi medium dan tinggi. Sementara itu, ketebalan yang lebih tipis ternyata sudah dapat menyerap bunyi pada frekuensi 250–4.000 Hz menurut ISO 11654:1997. Penggunaan resonator dan rongga udara memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kinerja
serapan melalui mekanisme redaman viskos.
Kinerja serapan akustik terbaik terdapat pada konfigurasi model sampel D (t = 1,5 cm) dengan penambahan resonator perempat panjang gelombang enam lubang dan rongga udara berukuran satu sentimeter.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Restu Kristiani yang telah membantu dalam penelitian dan Ketua LPP UAD serta staf yang telah membantu dalam proses pencairan dana (PDP- 160/LPP-UAD/III/2016).
DAFTAR PUSTAKA
Borlea, A., Rusu, T., & Vasille, O. (2012). Investiga- tion composite materials for its sound absorp- tion properties. Romanian Journal of Acoustics
& Vibration, 123–126.
Ekici, B., Kentli, A., & Kucuk, H. (2012). Improving sound absorption property of polyurethane foams by adding tea-leaf fibers. Archieves of Acoustics, 37(4), 515–520.
Ersoy, S. & Kucuk, H. (2009). Investigation of indus- trial tea-leaf-fibre waste material for its sounds absorption properties. Applied Acoustics, 70(1), 215–220.
Kartikasari, Y. M., Subagio, A., & Widiyandari, H. (2012). Pembuatan komposit serat serabut kelapa dan resin fenol formadehide sebagai material peredam akustik. Berkala Fisika, 15(3), 87–90.
Tabel 4. Nilai Koefisien Standar Serapan Bunyi
Kelas Frekuensi (Hz)
250 500 1000 2000 4000
A 0,70 0,90 0,90 0,90 0,80
B 0,60 0,80 0,80 0,80 0,70
C 0,40 0,60 0,60 0,60 0,50
D 0,10 0,30 0,30 0,30 0,20
E 0,00 0,17 0,17 0,17 0,05
Tabel 5. Hasil Penelitian Nilai Koefisien Serapan Bunyi
Sampel Frekuensi (Hz)
250 500 1000 2000 4000 A 0,03 0,14 0,44 0,85 0,52 B 0,10 0,41 0,79 0,60 0,72 C 0,20 0,39 0,43 0,63 0,70 D 0,34 0,54 0,42 0,61 0,63 A1 0,09 0,28 0,95 0,62 0,64 B1 0,19 0,62 0,67 0,66 0,71 C1 0,29 0,36 0,42 0,62 0,70 D1 0,45 0,47 0,42 0,59 0,63 D+ 6 lubang 0,03 0,10 0,33 0,94 0,56 D+ 6 lubang,
cavity 0,13 0,67 0,77 0,45 0,87
Kristiani, R., Yahya, I., & Harjana. (2014). Kinerja serapan bunyi komposit ampas tebu berdasarkan variasi ketebalan dan jumlah quarter wavelength resonator terhadap kinerja bunyi. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 10(1), 14–18.
Nor, M. J., Ayub, M., Zulkifli, R., Amin, N., &
Fouladi, M. H. (2010). Effect of comparison on the acoustic absorption of coir fiber. American Journal of Applied Sciences, 7(9), 1285–1290.
Rahman, L. A., Raja, R. I., & Rahman, R. A. (2013).
Experimental study on natural fibers for green acoustic absorption materials. American Jour- nal of Applied Sciences, 10(10), 1307–1314.
STD-ISO-11654. (1997). Acoustics – Sound absorbers for use in buildings – Rating of sound absorption. English: The International Organization For Standardization.
Taherzadeh, M. J. (1996) Ethanol from lignocel- lulose: Physiological effects of inhibitors and fermentation strategies. (PhD Thesis, Chalmers University of Technology, Sweden).
Tan, W. H., Afendi, M., Ahmad, R., Daud, R., Shukry, M., & Cheng, E. M. (2015). Sound absorption analysis on micro-perforeted panel sound absorber with multiple size air cavities. Inter- national Journal of Mechanical & Mechatronics Engineering, 15(05), 71–76.
Thoha, M. Y. & Fajrin, D. E. (2010). Pembuatan briket arang dari daun jati dengan sagu aren sebagai pengikat. Jurnal Teknik Kimia, 17(1), 34–43.
Tiuc, A. E., Vasile, O., Usca, A. D., Gabor, T., &
Vermesan, H. (2014). The analysis of factors that influence the sound absorption coefficient of porous materials. Romanian Journal of Acoustics & Vibration, 11(2), 105–108.
Tiuc, A. E. & Moga, L. (2013). Improvement of acoustic and thermal comfort by turning waste into composite materials. Romanian Journal of Acoustics & Vibration, X(2), 77–82.
Wang, X. & Mak, C. M. (2012). Wave propagation in a duct with a periodic Helmholtz resonators array. Journal Acoustical Society of American, 131(2), 1172–1182.